• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN INTENSITAS PERHATIAN SISWA TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN KEMAMPUAN AKTUALIISASI AKHLAKUL KARIMAH DI SDM WIRU 02 KEC BRINGIN KAB SEMARANG - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN INTENSITAS PERHATIAN SISWA TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN KEMAMPUAN AKTUALIISASI AKHLAKUL KARIMAH DI SDM WIRU 02 KEC BRINGIN KAB SEMARANG - Test Repository"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN KEMAMPUAN

AKTUALISASI AKHLAKUL KARI M AH DI SDN WIRU 0 2

KEC. BRINGIN KAB. SEMARANG

S K

R I P S I

D ia ju k a n u n tu k M e m p e ro le h G elar S a rja n a P e n d id ik a n Islam

NURDIN

NIM: 11408133

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

S A L A T I G A

(2)

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Alamat: Jl. Tentara Pelajar 1 Salatiga

PENGESAHAN

Skripsi Saudara

NIM

Jurusan

Judul

Nurdin

11408133

Pendidikan Agama Islam

HUBUNGAN INTENSITAS PERHATIAN SISWA

TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DENGAN KEMAMPUAN AKTUALISASI

AKHLAKUL KARIMAH DI SEKOLAH DASAR

NEGERI WIRU 02 KECAMATAN BRINGIN

KABUPATEN SEMARANG

Telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Jurusan Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri dan dinyatakan lulus dengan predikat

cumlaude/ baik/ cukup, pada tanggal: 28 Agustus 2010

Dan dapat diterima sebagai pelengkap ujian akhir Program Saijana Strata 1

(3)

Hal : Naskah Skri[psi

An. Sdr. : Nurdin Kepada:

Yth. Ketua

Sekolah Tinggi Agama

Islam Negeri Salatiga

A ssa lu m u a la ik u m Wr. Wb.

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:

Nama : Nurdin

NIM : 11408133

Jurusan : Tarbiyah

Prodi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : HUBUNGAN INTENSITAS PERHATIAN SISWA

TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DENGAN KEMAMPUAN AKTUALISASI

AKHLAKUL KARI M AH DI SEKOLAH DASAR

NEGERI WIRU 02 KECAMATAN BRINGIN

KABUPATEN SEMARANG

telah kami setujui untuk dimunaqosahkan

W assalu m u alaiku m Wr. Wb.

Salatiga, 6 Agustus 2010

Pembimbing

(4)

MOTTO:

f

t

^

kll ^

^ kfl ^*ill £* ^

( U .il )

“ Allah mengangkat orang- orang yang beriman diantara kamu dan orang- orang

yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat ( QS. Al Mujadalat: 11 ).”

6 6 6

O jU -ij l ^

<>A

^> * 1 U

^M dl

( . - * * * )

“ Jadilah engkau pemaaf dan serulah orang mengerjakan yang m a’ruf, serta

berpalinglah dari pada orang- orang yang bodoh ( QS. Al A ’ro f:).”

(5)

Tulisan ini penulis perembahkan kepada:

1. Istri dan Anak

2. Teman tersayang

3. A dik-adik tercinta

4. Para pembaca.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah yang telah memberi anugerah

dan petunjuk- Nya kepada kami. Salah satu diantara nikmat anugerah yang

sekarang yang kami rasakan adalah kesempatan menunut Ilmu Pendidikan

Agama Islam STAIN Salatiga dengan harapan semoga dapat bermanfaat dalam

kehidupan nanti.

Atas perkenan- Nya pula penulis dapat menyelesaikan tugas menyusun

skripsi guna memperoleh gelar saijana pada bidang ilmu ketarbiyahan Jurusan

Pendidikian Agama Islam. Adapun judul yang kami tulis dalam penelitian ini

yaitu: “ Hubungan intesitas perhatian siswa terhadap bidang studi Pendidikan

Agama Islam dengan Kemampuan Aktualisasi Akhlakul Karimah ( Studi kasus

terhadap siswa Kelas III, IV, V SD Negeri Wiru 02 ). “

Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

membantu kelancaran dalam penulisan skripsi ini, antara lain:

1. Direktur STAIN Salatiga

2. Bapak pembimbing.

3. Pimpinan daerah pendidikan nasional Kec. Bringin, Kab. Semarang.

4. Para pengasuh perguruan SD Negeri Wiru 02

5. Semua pihak yang tidak sempat kami sebutkan, semoga Allah mencatat-

Nya sebagai salah satu amal ibadah.

Akhirnya penulis memanjatkan doa kepada Allah SWT, semoga skripsi

ini membawa manfaat bagi pribadi penulis khususnya, para pembaca serta dunia

pendidikan pada umumnya.

Amin.

Bringin, Agustus 2010

Penulis,

(7)

Him

HALAMAN JUDUL... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

G. Metodologi Penelitian... 7

H. Sistematika Penulisan... 11

B A BU : LAND ASAN TEORI... 14

A. Pendidikan Agama Islam... 14

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam .... 14

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam 16 3. Fungsi Pendidikan Agama Islam... 17

4. Materi Pelajaran Pendidikan Agama Islam 18 B. Akhlak... 21

1. Pengertian Akhlak... 21

2. Macam- macam Akhlak... 23

C. Pendidikan Akhlak... 26

1. Metode Pendidikan Akhlak... 26

2. Pendidikan sebagai L andasan... 35

(8)

3. Faktor yang M em pengaruhi... 36

D. Korelasi Intensitas Pendidikan Agama Islam dengan Aktualisasi Akhlakul Karimah... 42

BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN... 44

A. Sejarah Berdiri dan Perkembangannnya.... 44

B. Struktur Organisasi... 45

C. Keadaan Alat dan Fasilitasnya... 46

D. Keadaan Gurunya... 47

E. Keadaan Muridnya... 49

F. Penyajian Data Penelitian... 53

BAB IV : ANALISA DATA... 63

A. Analisa Pertama... 65

B. Analisa Kedua... 72

C. Analisa Ketiga... 79

BAB V : PENUTUP... 90

A. Kesimpulan... 90

B. Saran- saran... 91

C. Penutup... 91

DAFTAR PUSTAKA... 93

LAMPIRAN- LAMPIRAN... 96

(9)

PE N D A H U L U A N

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Desa Wiru yang masih tergolong desa tertinggal,

kebanyakan orang tua menyekolahkan anaknya hanya sekedar

menyekolahkan tanpa memperhatikan bagaimana pendidikan anak-

anaknya. Hampir sebagian besar dari murid SD Negeri Wiru 02 kurang

begitu tanggap terhadap mata pelajaran Agama Islam. Seperti dalam

bidang akhlak. Pada akhir- akhir ini dengan adanya UASBN, yang terdiri

dari tiga mata pelajaran ,yaitu: Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika dan

Bahasa Indonesia, maka perhatian orang tua hanya terpusat pada tiga mata

pelajaran tersebut. Lebih- lebih ketika anaknya mendapat nilai jelek pada

mata pelajaran Agama Islam Orang tua tak berkomentar apapun. Lain

halnya ketika mendapat nilai 8/9 pada tiga mata pelajaran yang di

UASBN tak henti- hentinya orang tua memujinya.

Kita tahu bahwa Agama Islam itu sangat penting bagi kehidupan

manusia, karena agama merupakan pedoman hidup dan sebagai panutan

dalam kehidupan. Agama merupakan norma pengontrol perilaku

manusia,menuntut manusia untuk berkelakuan baik serta mendorong

manusia untuk berakhlakul karimah.

Sesungguhnya anak itu adalah amanah Allah yang harus dibina,

dipelihara dan diurus secara seksama serta sempurna agar kelak menjadi

(10)

2

insan yang kamil, insan yang berakhlak mulia,yang berguna bagi agama

bangsa dan negara secara khusus sebagai pelipur lara orang tua, penenang

hati ayah bunda serta sebagai kebanggaan keluarga.

Termasuk dasar utama yang diletakkan Islam dalam mendidik

anak adalah memdapatakan mereka bertingkah laku sesuai dengan etika

yang berlaku dan membentuk akhlak kepribadiannya sejak dini dengan

konsep dasar pendidikan yang baik. Ketika anak mencapai usia remaja,

dan secara bertahap memahami makna kehidupan, maka pergaulan

dengan orang lain dan perangainya di dalam masyarakatakan tampak

sangat baik dan berlemah lembut kepada orang lain.

Dalam hal ini akhlak yang baik akan membawa seseorang menuju

derajat yang paling mulia. Allah menjadikan akhlak yang baik sebagai

(11)

Artinya:

Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhan kalian dan kepada surg yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang orang yang bertaqwa aitu orang orang yang menafkahkan[hartanya], baik di di waktu lapang maupun sempit, dan orang orang yang menahan amarahnya dan memaafan [kesalahan] orang. Allah menyukai orang orang yang berbuat kebajikan [QS Ali Imron: 133-134],

Dengan adanya firman Allah mengenai akhlakul karimah, maka

pembinaan pendidikan akhlak sejak usia anak- anak sangat penting untuk

diprioritaskan. Mengingat anak sebagai penerus bangsa dan negara yang

akan membawanya menuju Baldatun thoyyibatun warabbun ghafiiur.

Dalam rangka memenuhi harapan tersebut banyak cara untuk

menanamkan nilai nilai akhlak terhadap anak diantaranya melalui

lembaga lembaga formal seperti lembaga sekolah dan juga lembaga

lembaga on formal seperti yang di lakukan Nabi Muhammad, dan

bahkan di mana saja, seperti pendidikan keagamaan di rumah.

Sehubungan dengan hal di atas Sekolah Dasar Negeri Wiru 02

merupakan salah satu bentuk usaha dalam mendidik akhlak anak. Dari

realitas yang ada, lingkugan juga memiliki pengaruh besar dalam proses

penanaman pelaksanaan nilai- nilai akhlak bagi anak. Oleh karena itu

penulis akan menguraikan tentang hubungan intensitas perhatian siswa

terhadap Pendidikan Agama Islam di sekolah di SD Negeri Wiru 02

(12)

4

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan penegasan istilah diatas , maka perumusan

masalah dalam skripsi ini adalah;

“ Bagaimana hubungan intensitas perhatian siswa terhadap Pendidikan

Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Wiru 02 Kecamatan Bringin

Kabupaten Semarang ”

C. Tujuan Penelitian

Sesuai denga permasalahan tersebut,tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan konsep pendidikan

akhlak di SD Negeri Wiru 02.

A. Untuk mengetahui efektifitas pendidikan akhlak di SD Negeri

Wiru 02.

D. Penegasan Istilah

a. Pengertian Pendidikan

Para pakar pendidikan mengemukakan beberapa definisi pendidikan

sebagaimana dikutip Hasbullah dalam bukunya Dasar dasar Ilmu

Pendidikan, sebagai berikut:

Langeveld, pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan

dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju pada pendewasaan

anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap

melaksanakan tugas hidupnya sendiri.Pengaruh itu datangnya dari

(13)

buku, putaran hidup sehari hari, dan sebagainya) dan di tujukan

kepada orang yang belum dewasa.

John Dewey, pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan

kecakapan fundamental secara intlektual dan emosional kea rah

alam dan sesama manusia.

A Good, mengemukakan dua pendapatnya tentang pendidikan.

Pertama “ pedagogy is the art,practice, or profession o f

teacing”(pendidikan adalah seni praktik, atau profesi sebagai

pengajar). Kedua, “ the systematized learning or instruction

concerning principles and methods o f teacing and o f student control

and guidance; leargely replaced by the term education” (ilmu yang

sistimatis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan

metode metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid) dalam

arti luas diganti dengan istilah pendidikan,

b. Akhlak

Suatu keadaan yang melihat pada jiw a manusia, yang dari padanya

lahir perbuatan perbuatan yang mudah, tanpa melalui proses

pemikiran, pertimbangan dan penelitian.

E. Telaah Pustaka

Dari penelusuaran pustaka, penulis mendapati sebuah buku/karya

(14)

6

Dengan segala kemampuan yang ada penulis berusaha menelusuri dan

menelaah berbagai hasil kajian, diantaranya yaitu:

Skripsi Nurdin (Mahasiswa Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga)

yang digunakan sebagai syarat memperoleh gelar sarjana agama pada

almamaternya tersebut. Skripsi ini berjudul “Hubungan Intensitas

perhatian siswa terhadap Pendidikan Agama Islam dengan

keamampuan Aktualisasi Akhlaqul Karimah di Sekolah Dasar Negeri

Wiru 02 Kec. Bringin, Kab. Semarang”. Hasil skripsi tersebut lebih

memfokuskan pada metode penelitian atau cara yang digunakan

dalam upaya mendidik dan menanamkan akhlak pada anak.

Dalam skripsi ini penulis hendak mendeskripsikan proses

pendidikan yang dilakukan di SD Negeri Wiru 02.

F. Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan, akan tetapi ini belum final, masih

harus dibuktikan kebenarannya.1

Sedangkan hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini

adalah: Ada hubungan positif perhatian siswa terhadap bidang studi

Pendidikan Agama Islam dengan kemampuan aktualisasi akhlakul

karimah.

Artinya semakin tinggi perhatian siswa terhadap bidang studi

Pendidikan Agama Islam, makin baik pula aktualisasi akhlakul karimah

(15)

dan semakin rendah perhatian siswa terhadap bidang studi Pendidikan

Agama Islam semakin kurang kemampuan aktualisasi akhlakul karimah.

G. Metodologi Penelitian

Kata metodologi mempunyai arti pengetahuan yang membahas

tentang cara atau jalan yang harus ditempuh.2

Adapun metodologi penelitian yang penulis gunakan adalah

sebagai berikut:

a. Populasi dan Sampel

1) Populasi adalah sejumlah individu untuk siapa yang kenyataan

yang diperoleh sampel yang hendak digeneralisasikan.3

Adapun sebagai populasi pada penelitian ini seluruh siswa

Kelas I,II,III, IV, V SD Negeri Wiru 02 Kec. Bringin, Kab.

Semarang terdiri dari 130 anak.

2) Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki yang dapat

diwakili populasi.4

Menurut Sutrisno Hadi, MA, bahwa mengenai jumlah sama

tidak ada ketentuan atau mutlak berapa persen suatu sampel

harus diambil dari populasi.5

Untuk sekedar ancer- ancer maka apabila subyeknya kurang

dari 100, lebih baik diambil semua hingga penelitiannya

2 HM. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agam a Islam di Lingkungan Sekolah dan

K eluarga, Bulan Bintang, Jakarta, 1978, him. 149

3 Sutrisno Hadi, M A, M etodologi R esearch, YPP, UGM, Yogyakarta Jilid I, him. 186 4 Ibid, hlm.71

(16)

8

merupakan penelitian populasi, selanjutnya dikatakan jika

jumlah subyeknya besar dapat diambil antaralO - 15 % atau

20 - 25 % atu lebih.6

Untuk mempermudah dalam mengikuti uraian ini penulis

menentukan sampel sebesar 50 % dari populasi, sehingga

jumlah sampel dari penelitian ini adalah sebesar 50 % x 130 =

65.

3) Teknik Sampling.

Adapun teknik sampling yang penulis gunakan adalah teknik

startrified random sampling, maksudnya individu dalam

populasi baik sendiri atau bersama- sama dalam kelas, diberi

kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel

atau dipilih tanpa pandang bulu.

Sedang cara- cara (prosedur) yang penulis gunakan yaitu

dengan cara undian dan oleh karena itu Kelas III, IV, V terdiri

dari 3 kelas maka penulis memasuki kelas.

Adapun langkah- langkahnya adalah sebagai berikut:

(1) . Penulis membuat daftar nama- nama siswa Kelas III, IV, V

untuk perkelas sesuai dengan jumlah siswa pada kertas- kertas

kecil yang sudah disediakan.

(2) . Selanjutnya kertas yang sudah berisi nama- nama dilipat kecil

kemudian dimasukkan ke dalam kotak kertas, setelah itu

(17)

dikocok dan akhirnya penulis menyuruh salah satu siswa untuk

maju ke depan dan mengeluarkan separoh dari jumlah siswa-

siswa kelas tersebut. Bagi nama yang sesuai dengan kertas

yang dikeluarkan. Itulah yang menjadi responden dan

sekaligus berhak mengisi angket,

b. Metode pengumpulan data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dibutuhkan

dalam penelitian ini adalah:

1) Metode angket, adalah suatu metode pengumpulan data

dengan mengajukan daftar pertanyaan terhadap obyek yang

diselidiki.7

Penggunaan metode angket ini dimaksudkan untuk

mendapatkan data yang memuat tentang perhatian siswa

terhadap bidang studi Pendidikan Agama Islam pada siswa

Kelas III, IV, V SD Negeri Wiru 02, dengan menyodorkan

pertanyaan dalam bentuk angket tertutup.

2) Metode Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatansecara

sistematis fenomena- fenomena yang diselidiki.8

Sebagai alat observasi penulis menggunakan rating scale.

Penggunaan rating scale ini dimasudkan untuk mendapatkan

data kemampuan aktualisasi akhlakul karimah pada SD Negeri

Wiru 02 yang menjadi responden.

(18)

10

3) Metode Dokumentasi, adalah metode pengumpulan data

dengan melihat dan memperhatikan berdasarkan dokumen atau

barang tertulis. Dalam hal ini yang akan dicari adalah struktur

organisasi sekolah, jum lah guru, jum lah siswa, denah lokasi

4) Metode Interview, adalah metode pengumpulan data dengan

jalan tanya jawab secara langsung yang dikerjakan secara

sistematik dan berdasarkan kepada tujuan penyelidikan.9

Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan data tentang

sejarah berdirinya sekolah, serta data yang perlu penjelasan

dari keapala sekolah, karyawan dan sebagainya.

c. Analisa Data

Dalam hal ini, untuk membuktikan tujuan pertama serta tujuan

kedua yaitu untuk mengetahui perhatian siswa terhadap bidang

studi Pendidikan Agama Islam serta untuk mengetahui

keamampuan aktualisasi akhlakul karimah pada siswa Kelas III,

IV, V SD Negeri Wiru 02, penulis menggunakan teknik analisis

prosentase yaitu dengan menggunakan rumus:

P = - x 100%

N

Keterangan:

P = Proporsi individu dalam golongan

F = Frekuensi

N = Jumlah subyek secara keseluruhan

(19)

Untuk mengetahui hubungan antara perhatian siswa terhadap

bidang studi Pendidikan Agama Islam dengan kemamapuan

aktualisasi akhlalkul karimah pada siswa Kelas III,

IV, V SD Negeri Wiru 02 penulis tri serial dengan rumus sebagai

berikut:

_ ( O r - O t ) ( M )

K t r i s

„„ (

Or—o t y

SD tot---p

---Keterangan:

Rtris = Koefisien korelasi

SDtot - Standarisasi total

Or = Ordinat rendah

Ot - Ordinat tinggi

M = Mean

P = Proporsi individu dalam golongan

H. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan sistematika skripsi ini dimaksudkan untuk

mempermudah dalam penulisan skripsi, yang beijudul “ Hubungan intensitas

perhatian siswa terhadap bidang studi Pendidikan Agama Islam dengan

kemampuan aktualisasi akhlakul karimah Siswa Kelas III, IV, V SD Negeri

Wiru 02 Tahun Ajaran 2009/2010 “ dapat dikemukakan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan yang menjelaskan tentang alasan pemilihan

(20)

12

hipotesis, metode penelitian dan sistematika penyusunan

skripsi.

BAB II : Landasan Teori yang membahas tentang:

A. Masalah perhatian meliputi pengertian perhatian,

macam- macam perhatian, faktor- faktor yang

mempengaruhinya, sedangkan masalah Pendidikan

Agama Islam meliputi penelitian Agama Islam, dasar dan

tujuan Agama Islam, fungsi Pendidikan Agama Islam.

B. Masalah kemampuan aktualisasi akhlakul karimah

meliputi pengertian kemampuan aktualisasi akhlakul

karimah, pentingnya akhlakul karimah dalam kehidupan,

proses terbentuknya akhlakul karimah anak, ciri- ciri

akhlakul Islam, tujuan akhlak.

C. Hubungan antara variabel satu dengan variabel dua

adalah merupakan suatu hubungan yang sangat erat

sekali dan tidak dapat dipisahkan lagi. Pendidkan Agama

Islam dengan akhlakul karimah memang satu kesatuan.

BAB III : Laporan Hasil Penelitian

Pada bab ini penulis akan melaporkan hasil penelitian yang

meliputi:

A. Gambaran Umum Sf) Negeri Wiru 02

Meliputi ajaran berdiri dan perkembangannya, struktur

(21)

BAB IV

BAB V

keadaan siswa dan nama- nama siswa yang menjadi

sampel.

C. Penyajian data penelitian

: Analisa Data

Pada bab ini penulis akan menganalisis data untuk

mengetahui hasil akhir dari penelitian yang sedang dilakukan

atau dapat mengambil kesimpulan akhir dari penelitian ini,

dengan langkah sebagai berikut:

A. Analisa jawaban tiap item

B. Analisa Tri serial

: Penutup

(22)

LAND ASAN TEORI B A B U

A. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum penulis mengemukakan tentang definisi Pendidikan Agama

Islam, maka baiklah akan penulis kemukakan tentang pendidikan pada

umumnya.

Definisi pendidikan menurut para ahli yaitu :

a. Drs. H. M. Arifin M. Pd., berpendapat : Pendidikan pada hakekatnya

adalah ikhtiar manusia untuk membantu dan mengerahkan fitroh manusia

supaya berkembang pada titik maksimal yang dapat dicapai sesuai dengan

tujuan yang dicita-citakan.10

b. Drs. Ahmad D. Marimoa : Pendidikan adalah bimbingan secara sadar atau

pimpinan secara sadar si pendidik menuju terbentuknya kepribadian yang

sempurna.

Dari kedua definisi tersebut diatas, dapat diambil kesimpulan, bahwa

pengertian pendidikan adalah suatu penanaman pribadi yang mulia dalam

rangka mengembangkan potensi dasar yang dilakukan oleh orang dewasa

kepada anak didik, sehingga mereka mampu bersikap sebagai individu

maupun sebagai anggota masyarakat, mampu menghadapi perubahan zaman

sesuai dengan cita-cita pendidikan.

10 M. Arifin M. ED. Hubungan Timbal Balik Pendidikan A gam a d i Lingkungan Sekolah Dan

Keluarga^ Bulan Bintang, Jakarta, Cet. IV, 1978, him. 14

(23)

Setelah penulis mengemukakan definisi pendidikan pada umumnya,

selanjutnya akan penulis kemukakan beberapa definisi Pendidikan Agama

Islam.

a. Menurut Drs. Abdurahman Shaleh, Pendidikan Agama Islam adalah

usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak sesuai

dengan ajaran Islam.11

b. Menurut Dr. H. Zuhairini Dkk mengatakan : Pendidikan Agama Islam

adalah usaha- usaha secara sistematis dan prahmatis dalam membantu

anak didik agar hidup sesuai ajaran Islam.12

c. Menurut Drs. Burhan Somad, Pendidikan Islam adalah pendidikan

yang tujuannya membentuk individu menjadi corak diri derajat tinggi

menurut ukuran-ukuran A llah.13

d. Menurut Drs. D. Marimba bahwa Pendidikan Agama Islam adalah

bimbingan jasmani rohani berdasarkan hukum- hukum Agama Islam

menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-

ukuran Islam.14

Dari beberapa pendapat tersebut diatas, secara luas dapat diambil

pengertian bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha orang dewasa dalam

membimbing dan memimpin perkembangan jasmani dan rohani agar menjadi

11 Abdurahman Shaleh, Dedaktik Pendidikan Agam a- Bulan Bintang, Jakarta, Cet. VIII, 1970, him. 34

12 Zuhairini dkk, M etodik Khusus Pendidikan Agama- usaha nasional, Surabaya, Cet. I, him. 20 13 Burhan Somad, B eberapa P ersoalan D alam Pendidikan Islam. PT. Al M a’arif Bandung, Cet. I,

hal. 20

(24)

16

manusia yang berkepribadian utama sesuai dengan ajaran Islam atau dengan

kata lain terwujudnya kepribadian muslim.

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

a. Dasar Pendidikan Agama Islam

Oleh karena Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang

bersumber pada ajaran- ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Assunah, maka

dengan demikian bahwa dalam kelangsungan kegiatan Pendidikan Agama

Islam berlandaskan dan berdasarkan Al-Qur’an Assunah.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Segala usaha manusia dalam bentuk apapun tidak luput dari tujuan

yang hendak dicapai begitu pula dalam kegiatan aktifitas Pendidikan

Agama Islam. Untuk itu akan penulis sajikan beberapa pendapat saijana

tentang tujuan Pendidikan Agama Islam.

2. Menurut Prof. Dr. H. Mahmud Yunus :

Tujuan pendidikan Islam adalah mendidik anak- anak, pemudi-

pemudi dan dewasa supaya menjadi orang muslim sejati, sehingga

beriman teguh, beramal shaleh, berakhlak mulia, sehingga ia menjadi

salah seorang anggota masyarakat yang sanggup hidup diatas kaki sendiri,

mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya

bahkan sesame umat Islam .15

3. Menurut Prof. Dr. Oemar Muhammad Athaumy Al Syaibany, adalah

perubahan yang di dingini yang diusahakan oleh proses pendidikan

(25)

atau usaha pendidikan untuk mencapainya baik tingkah laku individu

dan pada kehidupan pribadinya, atau pada kehidupan masyarakat dan

pada alam sekitarnya tentang individu itu hidup, atau pada proses

pendidikan sendiri dan proses pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi

dan sebagai proporsi diantara prosesi asasi dalam masyarakat.16

Lebih lanjut dikatakan bahwa tujuan pendidikan Islam sebagai tujuan

terakhir dan tinggi yaitu persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.17 18

4. Muhammad Athiaah Al Abrosy dalam bukunya dasar-dasar pokok

pendidikan Islam juga berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam

adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiw a.1 g

Memperhatikan pendapat-pendapat diatas dapat diambil suatu

kesimpulan, bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah mendidik

anak agar dapat mempertahankan hidup sesuai dengan ajaran Islam,

berakhlak mulia, mempunyai budi pekerti yang baik, dapat menjadi warga

Negara yang baik, mengabdi pada Allah, sehingga dapat hidup bahagia

didunia dan akhirat.

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Prof. Dr. Hasan Langgulung dalam karangannya telah menyebutkan

fungsi pendidikan secara umum, yaitu yang dikemukakan oleh para ahli

sejarah pendidikan dan budaya yaitu :

16 Oemar Muhammad A l Ihaumy A l Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam , (terjemahan), Bulan Bintang, Jakarta, 1979, him. 399

17 Wid,, him. 422

(26)

18

1. Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan

tertentu pada masyarakat dimasa yang akan datang.

2. Memindahkan ilmu pendidikan yang bersangkutan dengan peranan-

peranan tersebut dari generasi tua kegenerasi muda.

3. Memindahkan nilai- nilai yang bertujuan untuk memelihara

keutamaan dan kesatuan atau keutamaan masyarakat yang menjadi

syarat mutlak bagi kelanjutan hidup {survival) suatu masyarakat dan

peradapan.19

4. Materi Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu keseluruhannya terlipat

dalam lingkup

a. Al-Qur’an dan Hadis

b. Keimanan

c. Akhlak

d. Fiqih Ibadah

e. Tarikh

Sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama

Islam, mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan

hubungan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya

maupun lingkungan (hablumminallah wa hambulm minannas)

(27)

Fungsi Pendidikan Agama Islam yaitu mendidik anak didiknya beramal

didunia ini untuk memetik buahnya di akhirat, artinya pendidikan Islam

menyiapkan generasi muda untuk mengisi peranan memindahkan

pengetahuan memindahkan nilai-nilai yang diselaraskan dan diwarnai oleh

fungsi ini.20

Pendidikan agama mempunyai fungsi terhadap kemajuan dalam kehidupan,

oleh karena itu bila dapat diketahui fungsi pendidikan agama tersebut dengan

jelas. Menciptakan suasana yang harmonis, penuh kasih sayang dan

memberikan ketentraman dalam keluarga, sehingga anak akan betah tinggal

di rumah, hal ini akan memudahkan pengawasan pengontrolan terhadap anak

dari orang tua.

Demikianlah kurang lebihnya peran orang tua dalam pembentukan

perilaku, kepribadian serta mental anak dalam proses pembentukan akhlakul

karimahnya, agar anak dapat berkembang dengan wajar sesuai perkembangan

jiwanya sehingga menjadi manusia yang berkepribadian luhur serta bermoral

baik dan berbudi pekerti yang tinggi sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama.

Lingkungan Sekolah (lembaga pendidikan formal)

Sekolah sebagai satu lembaga pendidikan yang diakui oleh

masyarakat, masyarakat yang mengirim anaknya kesekolah berarti orang tua

itu mengakui bahwa sekolah itu sebagai lembaga yang mempunyai wewenang

untuk mengambil tindakan-tindakan dan membuat peraturan-peraturan

mengenai pendidikan anak-anaknya.

(28)

20

Sekolah merupakan tempat pendidikan yang kedua setelah pendidikan

keluarga, karena melihat perkembangan anak dan kebutuhan anak, maka

orang tua menyerahkan anaknya ke lembaga pendidikan yaitu sekolah. Dalam

rangka melestarikan pembentukan kepribadian dan akhlakul karimah pada

anak yang telah dimulai dari keluarga, agar dapat dikembangkan dan

disempurnakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan yang diakui oleh

masyarakat. Di dalam sekolah anak akan dibina dan dibimbing oleh seorang

guru, karena guru merupakan wakil dari orang tua anak dalam lingkungan

sekolah, sehingga guru juga mempunyai kewajiban melatih kebiasaan-

kebiasaan yang baik dan sekaligus menanamkan nilai-nilai moral dalam

rangka pembentukan akhlakul karimah pada anak.

Akan nampak suatu gambaran tentang kegunaan-kegunaan pendidikan

agama itu sendiri.

Berkenaan dengan hal ini, H. Alamsyah Ratu Perwira Negara

berpendapat : Bahwa pendidikan agama yang bersifat asasi sebagai faktor

pengamanan bagi setiap kemajuan dibidang kebendaan.

Fazlur Rahman juga menulis dalam bukunya Islam dan Modernitas

tentang fungsi pendidikan agama sebagai berikut: Apabila agama hendak

dimasukkan dan dipadukan dengan pendidikan nasional, maka ini

mengimplikasikan suatu upaya yang diinterpretatif dan kreatif dipihak para

cendekiawan hingga dengan demikian agama tidak hanya diselamatkan dari 21

(29)

kekolotan dan apologitika, tetapi malahan mampu memberikan kepadanya

suatu orientasi moral yang baru.22

Berdasarkan uraian diatas, dapat penulis simpulkan bahwa dasar pendidikan

agama adalah sebagai landasan dan pegangan tentang pelaksanaan pendidikan

agama baik yang ada di sekolah- sekolah maupun lembaga- lembaga

pendidikan.

Sedangkan fungsi dari Pendidikan Agama Islam adalah sebagai penopang

atas terbentuknya insan kamil, mengamalkan ajaran-ajaran Islam sebagai

realisasi dari ketaqwaan terhadap Allah SWT.

B. AKHLAK

1. Pengertian Akhlak

Seacara etimologis (lughatan) akhlaq ( Bahasa Arab) adalah

bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah

laku atau tabiat. Berkara darri khalaqa yang berarti menciptakan.

Seakar dengan kata Khaliq (Pencipta), makhluq (yang diciptakan)

dan khalq (penciptaan).

Kesamaan akar kata diatas mengisyratkan bahwa dalam akhlaq

tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak Khaliq

(Tuhan) dengan perilaku mahkuq (manuasia). Atau dengan kata lain,

tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru

mengandung akhlaq yang hakiki manakala tindakan atau perilaku

(30)

tersebut didasarkam kepada kehendak Khaliq (Tuhan). Daeei

pengertian epistemologis seperti ini akhlak bukan saja merupakan tata

aturan atau norma perilaku yang mengatur hunungan antara manuasia

dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta sekalipun.23

Secara terminologis:

a. Al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut:

JC’ ^Lauuulj Aj jA ( j c - e j U c .

J

'

'‘‘‘Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiw a dan darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan”.24

b. Ibrahim Anis mendefinisikan Akhlaq:

i jAa.

q a

J Lo&Vt J >lusu

j

Jbk

^

J J J

J *

J ' ^

'a j jLL»

“Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannnya lahirlah macam- macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan ”25

Kedua definisi yang dikutip di atas sepakat emenyatakan

bahwa akhlaq atau khuluq adalah sifat yang tertanam dalam jiw a

manusia, sehingga dia kan muncul secara spontan bilamana

diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih

dahulu serta tidak memerlukan dorongan dari luar.

23 H. Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, ( Yogyakarta, LPPI, 2005), Cet. VII, hlm .l 24 Ibid, him.2

25 Ibid. him ?.

(31)

Tetapi perlu diingat bahwa akhlak tidak terbatas pada

penyusunan hubungan antara manusia dengan manusia lain, tetapi

melebihi itu, juga mengatur hubungan manusia dengan segala yang

terdapat dalam wujud dan kehidupan ini, malah melampaui itu, juga

mengatur hubungan antara hamba dengan Tuhannya.26 Jika demikian

halnya, maka yang dinamakan akhlak adalah : “Gambaran batin,

dimana manusia berwatak seperti seperti gambaran batin itu”.

Dari kata akhlak itu sendiri dapat dipahamibahwa akhlak itu

sangat erat kaitannya dengan khaliq dan makhluk, memang tuntutan

akhlak itu harus menjalin hubungan erat dengan tiga sasaran yaitu

manusia terhadap Allah, manusia dengan sesamanya, dan manusia

dengan alam sekitarnya. Manusia yang tidak dapat menjalin hubungan

baik dengan tiga sasaran tersebut maka belum dapat dikatakan

manusia yang berakhlak.

2. Macam- Macam Akhlak

Mengenal macam- macam akhlak sesuai dengan ajaran agama

tentang adanya perbedaan manusia dalam segala seginya, maka dalam

hal ini menurut Moh.Ibnu Qoyyim ada dua macam akhlak, yaitu :

a. Akhlak Dharury

b. Akhlak Muhtasaby

(32)

24

Adapun akhlak dharury adalah akhlak yang asli, dalam arti

akhlak tersebut sudah secara otomatis merupakan pemberian dari

Allah secara langsung, tanpa memerlukan latihan, kedapataan dan

pendidikan. Akhlak ini hanya dimiliki oleh manusia-manusia pilihan

Allah. Keadaannya terpelihara dari perbuatan-perbuatan maksiat dan

selalu teijaga dari larangan Allah yaitu para Nabi dan Rasul-Nya. Dan

tertutup kemungkinan bagi orang mukmin yang saleh. Mereka yang

sejak lahir sudah berakhlak mulia dan berbudi luhur.

Sedangkan akhlak muhtasaby adalah merupakan akhlak atau

budi pekerti yang harus diusahakan dengan jalan melatih, mendidik

dan memdapatakan kedapataan yang baik serta cara berfikir yang

tepat. Tanpa dilatih, dididik dan didapatakan, akhlak ini tidak akan

terwujud. Akhlak ini yang dimiliki oleh sebagian besar manusia.

Jadi bagi yang menginginkan mempunyai akhlak tersebut di

atas haruslah melatih diri untuk memdapatakan berakhlak baik.

Karena usaha mendidik dan memdapatakan kebajikan sangat

dianjurkan, bahkan diperintahkan oleh agama, walaupun mungkin

tadinya kurang rasa tertarik tetapi apabila terus menerus didapatakan

maka kedapataan ini akan mempengaruhi sikap batinnya juga.27 28

Dengan demikian seharusnya kedapataan berbuat baik

didapatakan sejak kecil, agar nantinya menjadi manusia yang berbudi

27 Muhammad Zain Yusuf, him. 48

(33)

luhur, berbakti kepada orang tua dan yang terutama berbakti kepada

perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya. Apabila sejak kecil sudah

didapatakan berakhlak yang baik maka ketika menjadi manusia

dewasa perbuatan yang muncul adalah kedapataan kehendak dari

masa kecilnya yang sudah terdapata dilakukan. Jadi itulah akhlak

yang lahirnya perbuatan tidak dibuat- buat melainkan lahir secara

reflek tanpa sengaja dan tidak ada unsur menyengaja. Begitupun

berbuat baik terhadap siapapun seharusnya dilatih sejak dini, agar

perbuatan tersebut dapat melekat dalam hati sampai kapanpun dan

perilaku untuk berbuat durhaka terhadap orang tua dapat diminimalisir.

Adapun pembagian akhlak berdasarkan sifatnya dibagi

menjadi dua bagian yaitu :

a. Akhlak mahmudah (akhlak terpuji) atau akhlak al-karimah

(akhlak yang mulia).

b. Akhlak madzmumah (akhlak tercela) atau akhlak sayyi’ah

(akhlak yang jelek).

Yang termasuk akhlak al karimah ialah ridla Allah, cinta dan

beriman kepada-Nya, beriman kepada malaikat, kitab Allah, Rasul

Allah, hari kiamat, takdir Allah, taat beribadah, selalu menepati janji,

melaksanakan amanah, berlaku sopan dalam ucapan dan perbuatan,

qana’ah (rela terhadap pem berian Allah), tawakal (berserah diri),

sabar, syukur, tawadhu’ (merendahkan diri) dan segala perbuatan

(34)

26

Adapun perbuatan yang termasuk akhlak al-madzmumah ialah,

kufur, syirik, murtad, fasiq, riya’, takabur, mengadu domba, dengki/iri,

kikir, dendam, khianat, memutus silaturrahmi, putus asa dan segala

perbuatan tercela menurut pandangan Islam.

Dalam hal ini berlaku durhaka terhadap orang tua merupakan

perbuatan dosa, karena telah menyia- nyiakan perintah Allah SWT

untuk membalas jasa- jasanya, berlaku sopan kepada mereka dan

sudah sepantasnya manusia menghormati dan menyayangi orang

tuanya.

Sedangkan pembagian akhlak berdasarkan obyeknya

dibedakan menjadi dua y a itu :

a. Akhlak kepada sang Khalik

b. Akhlak kepada makhluk yang terbagi m en jad i:

- Akhlak terhadap Rasulullah

- Akhlak terhadap keluarga

- Akhlak terhadap sesama atau orang lain.29

C. PENDIDIKAN AKHLAK

1. Metode Pendidikan Akhlak.

a. Keteladanan

Tanggung jaw ab orang tua tidaklah terbatas dalam

memberikan makan, pakaian dan perlindungan saja, akan tetapi ia

(35)

juga terikat dalam tugas mengembangkan pikiran dan upaya-upaya

untuk melatih anaknya secara fisik, spiritual, moral dan sosial.

Dalam segala hal orang tua harus selalu bertindak sebagai

pelindung anak. Orang tua adalah contoh pertama terhadap

anaknya. Melalui mereka anak menjadi tahu arti kehidupan dan

reaksi serta perilaku apa yang sebaiknya diambil selagi ia tumbuh.

Oleh karena itu, masalah keteladanan menjadi faktor

penting dalam menentukan baik buruknya anak. Jika pendidik

jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan menjauhkan

diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama,

maka si anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan

akhlak yang mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan-

perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu pula

sebaliknya jika pendidik adalah seorang pembohong, pengkhianat,

orang yang kikir, penakut, dan hina, maka anak juga akan tumbuh

dalam kebohongan, khianat, durhaka, kikir, penakut, dan hina.

Seorang anak, bagaimanapun besarnya usaha yang

dipersiapkan untuk kebaikannya, bagaimanapun sucinya fitrah, ia

tidak akan mampu memenuhi prinsip- prinsip kebaikan dan

pokok- pokok pendidikan utama, selama ia tidak melihat sang

pendidik sebagai teladan dari nilai- nilai moral yang tinggi.

Adalah sesuatu yang sangat mudah bagi pendidik, yaitu mengajari

(36)

28

sesuatu yang teramat sulit bagi anak untuk melaksanakannya

ketika ia melihat orang yang memberikan pengarahan dan

Al Qur’an juga meminta kaum Muslimin untuk meneladani

Ibrahin As dan orang-orang yang menyertainya dalam melepaskan

diri dari kaum mereka yang musyrik.

Al-Qur’anpun juga meminta Nabi Muhammad saw untuk

dan rasul sebelum Nya, yang telah diberi petunjuk oleh Allah.

Firman Allah:

Artinya: Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak

generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, Padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, Yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai- sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. (QS.

A l-A n ’am:6)31

30 Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, ju z 1, ( Jakarta: Pustaka Amani, 1999),,

him. 142

31 Program K itab Suci A l Q u r ’an, ( Riyadh, A l Amin, 1977 )

bimbingan.30

(37)

Lewat suri teladan yang baik, manusia belajar kedapataan

yang baik dan akhlak mulia. Sebaliknya, lewat suri teladan yang

buruk, manusia juga belajar kedapataan yang buruk dan akhlak

yang tercela.32

b. Nasehat

Termasuk metode pendidikan yang cukup berhasil dalam

pembentukan akidah anak dan mempersiapkannya baik secara

moral, emosional maupun sosial, adalah pendidikan anak dengan

petuah dan memberikan kepadanya nasehat. Karena nasehat dan

petuah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka

mata anak- anak kesadaran akan hakikat sesuatu, mendorong

mereka menuju harkat dan martabat yang luhur, menghiasinya

dengan akhlak yang mulia, serta membekalinya dengan prinsip-

prinsip Islam. Karenanya, tidak heran kalau kita tahu bahwa Al-

Qur’an menggunakan metode ini, menyerukan kepada manusia

untuk melakukannya, dan mengulang-ulangnya dalam beberapa

ayat-Nya, dan dalam sejumlah tempat di mana dia memberikan

arahan dan nasehat- Nya.

Tidak ada seorangpun yang menyangkal, bahwa petuah

yang tulus dan nasehat yang berpengaruh, jika memasuki jiw a

yang bening, hati terbuka, akal yang jernih dan berpikir, maka

(38)

30

dengan cepat mendapat respon yang baik dan meninggalkan bekas

yang sangat dalam. Al Qur’an telah menegaskan pengertian ini

dalam banyak ayatnya, dan berulang-kali menyebutkan manfaat

dari peringatan dengan kata-kata yang mengandung petunjuk dan

nasehat yang tulus.33

Strategi atau pendekatan yang dipakai dalam pengajaran

agama Islam lebih banyak ditekankan pada suatu model

pengajaran “seruan” atau “ajakan” yang bijaksana dan

pembentukan sikap manusia (afektif).34

Firman Allah:

Artinya: Serulah (manusia) kepada ja la n Tuhan-mu dengan

hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka

dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah

yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-N ya dan Dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl:125)35

33 Abdullah N asih Ulwan, Op. cit, hlm .209,213

34 Usman Basyirudin, M etodologi Pem belajaran A gam a Islam. ( Jakarta, Ciputat Pers, 2002), Cet. I, him. 5

(39)

c. Pengawasan

Para orang tua hendaknya memperhatikan apa yang dibaca

anak, buku, majalah, dan brosur- brosur. Jika di dalamnya terdapat

pikiran- pikiran yang menyeleweng, prinsip- prinsip atheis dan

kristenisasi, maka hendaknya segera merampasnya. Di samping

itu, memberi pengertian kepada anaknya bahwa di dalamnya

terdapat sesuatu yang membahayakan kemurnian iman. Juga

memperhatikan teman- teman sepergaulannya. Gunakanlah

kesempatan untuk memberikan pengertian dan pengarahan kepada

anak. Sehingga ia kembali kepada yang hak, kepada petunjuk,

berjalan pada jalan yang lurus. Tingkat SLTP adalah merupakan

masa yang sangat rawan. Masa transisi seorang anak teijadi pada

tingkat SLTP. Di tingkat inilah ada istilah baru yang

menggantikan secara drastis istilah remaja, yaitu ABG (Anak baru

T z'

Gede). Tidak hanya keyakinan-keyakinan kita yang terpengaruh

oleh faktor- faktor sosial, pola- pola ekspresi emosional kita pun,

sampai batas akhir, dapat dibentuk oleh lingkungan sosial kita.36 37

Demikianlah metode Islam dalam pendidikan dengan

pengawasan. Metode tersebut, seperti yang kita lihat, adalah

metote yang lurus. Jika diterapkan, maka anak kita akan menjadi

penyejuk hati, menjadi anggota masyarakat yang shaleh,

36 Ahmad Zayadi, Abdul Majid, Tadzkiroh, ( Jakarta PT Raja Grafindo Persada, 2005 ), him. 70 37 Thomas Robert, Pengantar Psikologi Agama, ( Jakrta: PT Raja Grafindo Persada, 2000 ), Cet.

(40)

32

bermanfaat bagi Islam. Karenanya, hendaklah kita senantiasa

memperhatikan dan mengawasi anak- anak dengan sepenuh hati,

pikiran, dan perhatian. Perhatian segi keimanan, rohani akhlak,

ilmu pengetahuan, pergaulan dengan orang lain, sikap emosi, dan

segala sesuatunya. Dengan begitu anak kita akan menjadi seorang

yang bertakwa, disegani, dihormati, dan terpuji. Ini semua tidak

mustahil jika ia diberi pendidikan yang baik, dan kita berikan

sepenuhnya hak serta tanggung jaw ab kita kepadanya.38

Di samping itu, diharapkan orang tua memperhatikan

(mengawasi) agar anak jangan sampai melihat dan menyaksikan

pornografis, baik diam film, televisi atau gambar- gambar cabul

(telanjang), karena dapat mengakibatkan terhentinya fungsi akal.

Secara bertahap, kedapataan itu akan membinasakan kemampuan

mengingat (belajar) dan berfikir jernih,

d. Ganjaran

Sementara itu dalam bahasa Arab “ganjaran” diistilahkan

dengan “tsawah” dapat juga berarti: “Pahala, upah, dan balasan.”

Kata “tsawah” banyak ditemukan dalam Al Qur’an, khususnya

ketika kitab suci ini berbicara tentang apa yang akan diterima oleh

seseorang baik di dunia dan maupun di akhirat dari amal

perbuatannya.

(41)

Dalam pembahasan yang lebih luas, pengertian istilah

“ganjaran” dapat dilihat sebagai berikut:

1) Ganjaran adalah alat pendidikan preventif dan represif yang

menyenangkan dan dapat mendorong atau motivator belajar

murid.

2) Ganjaran adalah hadiah terhadap perilaku baik dari anak didik

dalam proses pendidikan.

Oleh Muhammad bin Jamil Zaim menyatakan bahwa

ganjaran merupakan asal dan selamanya didahulukan, karena

terkadang ganjaran terkadang lebih baik pengaruhnya dalam usaha

perbaikan daripada celaan atau sesuatu yang menyakitkan hati.

Sedikit beda dengan metode targhi,, “tsawah” lebih

bersifat materi, sementara taghrib adalah “Harapan serta janji

yang menyenangkan diberikan terhadap anak didik dan merupakan

kenikmatan karena mendapat penghargaan,

e. Hukuman

Syariat Islam yang lurus dan adil serta prinsip- prinsipnya

yang universal, sungguh memiliki peran dalam memenuhi

kebutuhan- kebutuhan primer yang tidak dapat dilepaskan dari

kehidupan umat manusia. Dalam hal ini para imam mujtahid dan

ulama ushul fiqih menggarisbawahinya pada lima perkara. Mereka

menamakannya sebagai adh-dharuriyyat al-khams (lima 39

39 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan M etodologi Pendidikan Islam, ( Jakarta: Ciputat Pers, 2002

(42)

34

keharusan) atau khulliyat al-khams. Yakni, menjaga agama,

menjaga jiwa, menjaga kehormatan, menjaga akal dan menjaga

harta benda. Mereka berkata, “Sesungguhnya semua yang

disampaikan dalam undang- undang Islam, berupa hukum, prinsip-

prinsip dan syariat, semuanya bertujuan untuk menjaga dan

memelihara lima keharusan tersebut.”40

Prinsip pokok dalam mengaplikasikan pemberian hukuman

yaitu, bahwa hukuman adalah jalan yang terakhir dan harus

dilakukan secara terbatas dan tidak menyakiti anak didik. Tujuan

utama dari pendekatan ini adalah untu menyadarkan peserta didik

dari kesalahan- kesalahan yang ia lakukan.

Pemberian hukuman juga memiliki beberapa teori,

diantaranya hukuman alam, ganti rugi, menakut- nakuti, dan balas

dendam. Oleh karena itu agar pendekatan ini tidak terjalankan

dengan leluasa, maka setiap pendidik hendaknya memperhatikan

syarat- syarat dalam pemberian hukuman, yaitu:

1) Pemberian hukuman harus tetap dalam jalinan cinta,

kasih, dan saying.

2) Harus didasarkan kepada alasan “keharusan”.

3) Harus menimbulkan kesan di hati anak.

4) Harus menimbulkan keikhlasan dan penyesalan kepada

anak didik.

(43)

5) Diikuti dengan pemberian m aaf dan harapan serta

kepercayaan.41

2. Pendidikan sebagai landasan terpenting dalam K ehidupan Sosial.

a. Konsep Kehidupan Sosial

Manusia tidak akan hidup nermasyrakat dengan normal dan tidak

akan adapat merealisasikan tujuan- tujuan yang mereka inginkan

kecuali mereka berinteraksi antarsesamanya dengan baik dan

benar.

Dalam kehidupan sehari- hari banyak hal yang tidak dapat

dihindarkan oleh setiap individu. Hal- hal tersebut antara lain:

1) K eijasam a

2) Solidaritas

3) Tolomg menolong

4) Loyalitas terhadap sesama Muslim,

b. Dasar- dasar Kehidupan Sosial dalam Islam

Islam telah menentukan dasar- dasar kehidupan sosial yang

menekankan kepada keseimbangan antara kebutuhan individu dan

kebutuhan masyarakat. Islam tidak mengijinkan jik a kepentingan

sosial menginjak- injak kepentingan individu, demikian pula

sebaliknya.

Dasar- dasar kehidupan sosial dalam Islam antara lain:

1) Memuliakan dan Menghormati Manusia.

(44)

36

2) Menekankankan Harkat dan Martabat Manusia.

3) Manusia sebagai bagian dari Masyarakat.42

3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Akhlak

Kesadaran akhlak/moral pasti ada pada setiap manusia,

meskipun kesadaran ini sangat ditentukan oleh beberapa faktor,

seperti: umur, pendidikan, kesadaran beragama, pengalaman,

peradaban, dan lingkungan. Kesadaran akhlak/moral itu bersumber

dari hati nurani.43

Proses perkembangan manusia sebagai makhluk social

kepribadian itu dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut F.G Robbins

ada lima faktor yang menjadi dasar perkembangan kepribadian itu.

Kelima faktor tersebut yaitu (1) sifat dasar, (2) lingkungan prenatal,

(3) perbedaan individual, (4) lingkungan, dan (5) motivasi.44

Setelah menganalisa pendapat dari F.G Robbins, penulis

merumuskan faktor tersebut menjadi dua yaitu:

Faktor intern (dari diri sendiri) yang dipengaruhi oleh:

a. Sifat dasar.

b. Lingkungan prenatal.

Faktor ekstern (dari luar) yang dipengaruhi oleh:

a. Lingkungan.

b. Perbedaan individual.

(45)

c. Motivasi.

Pribadi atau makhluk sosial ini merupakan kesatuan integral

yang berkembang melalui proses sosialisasi dan yang

mempengaruhi hubungannya dengan orang lain dalam

masyarakat,

a. Faktor Intern

1) Sifat Dasar.

Merupakan keseluruhan potensi- potensi yang diwarisi

oleh seseorang dari ayah dan ibunya. Sifat dasar ini terbentuk

pada saat konsepsi, yaitu saat bertemunya sperma dan sel telur

pada saat pembuahan. Sifat dasar dari orang tuanya merupakan

potensi yang berkembang teraktualisasi karena faktor- faktor

lain.

2) Lingkungan Prenatal

Dalam periode ini individu mendapatkan pengaruh-

pengaruh tidak langsung dari ibu. Pengaruh-pengaruh itu dapat

digolongkan menjadi beberapa kategori, yaitu:

a. Beberapa jenis penyakit, seperti diabetes, kanker,

syphilis; penyakit tersebut mempunyai pengaruh

terhadap pertumbuhan mental penglihatan pendengaran

bayi dalam kandungan;

b. Gangguan endokrin dapat mengakibatkan

(46)

c. Struktur tubuh ibu (daerah panggul) merupakan kondisi

yang mempengaruhi pertumbuhan bayi dalam

kandungan; beberapa ahli berpendapat bahwa cacat

pada kaki, kidal berhubungan dengan posisi anak

dalam kandungan;

d. Shock pada saat kelahiran, luka pada saat kelahiran

dapat merupakan kondisi yang dapat menyebabkan

berbagai kelainan, seperti cerebal palsy, lemah

pikiran.45

b. Faktor Ekstern

1) Perbedaan Individual.

Perbedaan perorangan merupakan slah satu faktor yang

mempengaruhi proses sosialisasi. Sejak saat dilahirkan, anak

tumbuh dan berkembang sebagai individu yang unik, berbeda

dari individu- individu yang lain. Dia bersifat selektif terhadap

pengaruh-pengaruh dari lingkungan. Menurut faham ini,

kepribadian manusia dibentuk oleh kebudayaan

masyarakatnya. Kenyataan menunjukkan, bahwa meskipun

individu itu hidup dalam masyarakat dan dipengaruhi oleh

38

(47)

kebudayaannya namun dia tetap merupakan pribadi yang

bersifat unik.46

2) Lingkungan.

Lingkungan ialah kondisi-kondisi di sekitar yang

mempengaruhi proses sosialisasinya.

Lingkungan ini dapat dikategorikan menjadi:

a. Lingkungan alam yaitu keadaan tanah, iklim, flora, dan

fauna di sekitarnya;

b. Kebudayaan, yaitu cara hidup masyarakat tempat individu

itu hidup; kebudayaan ini mempunyai aspek material

(rumah, perlengkapan hidup, hasil-hasil teknologi lainnya)

dan aspek non material (nilai-nilai, pandangan hidup, adat

istiadat);

c. Manusia lain dan masyarakat di sekitar individu; pengaruh

manusia lain dan masyarakat dapat member stimulasi atau

membatasi proses sosialisasi.

Peranan kondisi-kondisi lingkungan itu tidak menentukan,

melainkan sekedar membatasi dan mempengaruhi proses

sosialisasi manusia.47

(48)

40

3) Motivasi.

Motivasi adalah kekuatan- kekuatan dari dalam diri

individu yang menggerakkan individu untuk berbuat. Motivasi

dibedakan menjadi; dorongan dan kebutuhan,

a. Dorongan.

Dorongan ialah kekuatan penggerak yang

membangkitkan kegiatan dalam diri makhluk hidup dan

memotori tingkah laku serta mengarahkannya pada suatu

tujuan atau berbagai tujuan. Dengan dorongan itulah yang

makhluk itu memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer

maupun sekunder, untuk melakukan banyak tindakan

penting yang bermanfaat lainnya dalam usaha untuk

kelangsungan dan keserasian diri dengan lingkungan

hidupnya.

Para ahli ilmu jiw a modem membagi dorongan-

dorongan menjadi dua bagian pokok:

Pertama: Dorongan-dorongan fisiologis. Dorongan-

dorongan ini mengarahkan pada tingkah laku

individu pada tujuan- tujuan yang dapat

memenuhi kebutuhan- kebutuhan fisiologis

tubuh atau menutup kekurangan yang terjadi

(49)

mengembalikannya pada keseimbangan yang

ada sebelumnya.

Kedua: Dorongan- dorongan psikis. Dorongan-dorongan

ini diperoleh lewat belajar selama proses

sosialisasi yang dilalui seseorang.48

b. Kebutuhan.

Kebutuhan adalah dorongan yang telah ditentukan

secara personal, sosial, dan Kultural. Menurut Louis Raths,

kebutuhan- kebutuhan manusia yang penting, ialah (a)

kebutuhan untuk bersama dengan orang lain, (b) kebutuhan

untuk berprestasi, (c) kebutuhan akan afeksi, (d) kebutuhan

kebebasan dari rasa takut, (e) kebutuhan bebas dari rasa

bersalah, (f) kebutuhan untuk turut serta mengambil

keputusan mengenai persoalan- persoalan yang

menyangkut dirinya, (g) kebutuhan akan baik secara

biologic maupun sosial tanpa pertolongan dan perkepastian

ekonomi dan, (h) kebutuhan akan terintegrasikannya sikap,

keyakinan, dan nilai- nilai.49

(50)

42

D. Korelasi Hubungan Intensitas Pendidikan Agama Islam dengan

Aktualisasi Akhlakul Karimah di SD Negeri Wiru 02

Sebagian diketahui bahwa terbentuknya akhlakul karimah

sesorang tidak bersumber dalam pendidikan dan perhatian penting, yaitu

keluarga lingkungan sekolah dan masyarakat.

Keluarga adalah hal yang riil mengenai aspek pertama dan utama dalam

upaya pendekatan untuk kepribadian anak secara menyeluruh tentang

akhlakul karimah.

Namun faktor keluarga saja belum mencukupi upaya pembentukan

kepribadian tersebut. Karena betapapun baiknya ajaran dalam keluarga

namun, jika pergaulan tidak mendukung anak itu, maka upaya pendidik

juga kurang maksimal.

Disamping itu tidak kalah pentingnya dari kedua faktor tersebut adalah,

faktor sekolah, sejumlah prinsip penting juga diajarkan dalam proses

belajar mengajar memiliki fungsi tersendiri bagi pengembangan

kepribadian anak, bukan hanya aspek kognitif dan psikomotorik tetapi

juga menyentuh aspek afeksi.

Dalam kontek disini maka intensitas perhatian belajar siswa dalam materi

PAI secara teoritik tentu akan berpengaruh aktualisasi akhlakul karimah

mereka. Dengan kata lain ada korelasi yang positif antara seberapa tingkat

perhatian siswa terhadap materi- materi yang diajarkan dalam paket

(51)

aqidah akhlak. Akan mempengaruhi aktualisasi siswa dalam berakhlakul

karimah.

Jadi intensitas siswa terhadap Pendidikan Agama Islam lebih tinggi, siswa

akan berfikir bila akan melakukan norma yang kurang baik. Baik dalam

keluarga, sekolah maupun masyarakat. Tentu siswa yang demikian akan

melakukan hal yang positif.

Dengan kesimpulan bahwa semakin tinggi intensitas terhadap Pendidikan

Agama Islam akan berpengaruh pada siswa pada akhlakul karimah.

Bila anak didik yang sudah memahami. Pendidikan agama akan

berakibat merubah sikap pada diri anak, terutama hubungan sesame

manusia atau hablum minannas dan hubungan dengan Allah atau hablum

minallah

Jadi manusia atau anak didik yang faham tentang pengetahuan

agama akan lebih takut berbuat salah atau beramal jelek, hususnya pada

sesama manusia akan selalu menghormati kalau bagi anak didik yang

pengetahuan atau pemahaman ilmu agamanya kuat akan berakhlak bagus

pada orang tua, bapak guru teman dan semua masyarakat.

Dengan kesimpulan bahwa semakin tinggi intensitas Pendidikan

Agama Islam dakan berpengaruh pada perilaku anak terutama pada

akhlaku karimah sampai ada berpendapat bahwa :

(52)

B A B III

L A PO R A N H A SIL P E N E L IT IA N

A. SEJARAH BERDIRI DAN PERKEMBANGANNYA

a. Sejarah berdirinya SD Negeri Wiru 02

Untuk mengetahui sejarah berdirinya SD Negeri Wiru 02 secara rinci

dan detail memang sulit, akan tetapi penulis dapat menemukan pelaku

sejarah namun beliau sudah sangat tua. Sehingga dalam

menyampaikan urutan sejarah atau menguraikan sulit ditangkap

Diantaranya beliau a d alah :

a. Tri Kusworo, beliau mantan lurah

b. Bapak Sudir, beliau mantan Kepala SD Negeri Wiru 02

Diantara uraian dari 2 tokoh tersebut penulis dapat menyimpulkan :

SD Negeri Wiru 02 didirikan pada zaman pemerintahan Belanda yaitu

tahun 1934 dengan sebutan Sekolah Rakyat atau SR. Sekolah Rakyat

tersebut sebanyak tiga kelas.

Pada tahun tersebut banyak kelas hanya 3 kelas dan anak-anaknyapun

berasal dari daerah jauh seperti dari utara Sambirejo dari arah barat

Kalipare sebelah timur Wonorejo dan Daerah Selatan Sendang.

Sampai pada tahun 1967 Sekolah tersebut sampai Kelas IV dan

tempatnya pun masih mondok di rumah penduduk. Pada tahun 1981

pemerintah mulai membangun sebuah SD Negeri Wiru 02 terletak di

sebelah utara jalan lintas Salatiga - Purwodadi.

(53)

B. STRUKTUR ORGANISASI

Organisasi adalah adanya sekelompok manusia yang melakukan

kerjasama dengan teratur dan harmonis untuk mencapai tujuan tertentu,

keijasama ini terdapat dalam suatu sistem yang telah diatur dan tercantum

(54)

46

C. KEADAAN ALAT DAN FASILITASNYA

Proses belajar menhgajar disuatu lembaga pendidikan tidak akan pernah

berhasil tanpa adanya dukungan sarana dan fasilitas pendidikan yang

memadai. Hal ini karena setiap komponen / faktor pendidikan bekeija dan

berfungsi secara simultan pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

Adapun alat-alat sekolah yang ada di SD Negeri Wiru 02 serta fasilitas yang

ada adalah:

1. Pergedungan dan pekarangan luas, yang keseluruhannya meliputi 912 m2

T

Meliputi 212 m untuk lain-lain

Gedung tersebut memiliki 9 ruang kelas yang terdiri

(55)

g . U K S / P P P K

h. Koperasi

i. WC/ Kamar Mandi

j. Rumah Jaga

k. Gudang

2. Alat Edukatif

Alat- alat edukatif sekolah yang dimiliki guna memperlancar proses

belajar mengajar adalah :

a. Mesin ketik dan komputer

b. Alat Peraga

c. ALat kesenian

d. Alat olah raga

e. ALat Laboratorium

f. Alat praktikum

g. Buku-buku bantuan dari pemerintah dan sebagian beli sendiri dari

beberda judul

h. Papan tulis

D. KEADAAN GURUNYA

Selain faktor pendidikan adalah faktor guru atau pendidik. Guru adalah

merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pelaksanaan pendidikan

dan pengajaran, karena kepadanyalah terletak tanggung jaw ab pendidikan

(56)

48

Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran bagi para siswa

SD Negeri Wiru 02 ini melibatkan sejumlah tenaga guru dan beberapa

tenaga administrasi. Untuk mengetahui jumlah tenaga guru dan tenaga

administrasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

TABEL I

KEADAAN GURU DAN PEGAWAI DI SD NEGERI WIRU 02

TAHUN AJARAN 2009/2010

No

Studi Guru Pegawai Pesuruh Jumlah

Kepegawaian L P L P L P L P

1 Kepala Sekolah - 1 - - - 1

2 Gr. Kelas 1 3 - - - - 1 3

3 Gr. Agama 1 - - - 1

-4 Gr. Penjas - 1 - - - 1

5 Gr. Wiyata Bakti - 2 - - - 2

6 Pesuruh - - - - 1 - - 1

Jumlah 2 7 - - 1 2 8

Untuk mengetahui hadir dan tidaknya para guru dan pegawai di

sekolah ini, kepala sekolah menyediakan daftar / presensi bagi guru dan

karyawannya. Presensi ini dimaksudkan juga sebagai alat kontrol dalam

rangka supervise pendidikan dan pengajaran bagi kepala sekolah ini.

Dilihat dari kenyataan presensi guru yang ada ternyata guru- guru SD

(57)

TABEL II

STATUS GURU

Daftar Nama Guru SB Negeri Wiru 02

Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang

No Nam a Guru M engajar Kelas Pendidikan Gol

1 Sunarti KS DII IV A

2 Sri Yuwantiningsih V DII IV A

3 Suharmi 1 DII IV A

10 Sukarman Penjaga SMP II C

E. KEADAAN MURIDNYA

Untuk dapat mengetahui para siswa SD Negeri Wiru 02 maka dapat

dilihat tabel berikut ini.

TABEL III

KEADAAN SISWA SD NEGERI WIRU 02

(58)

50

Untuk mengetahui keadaan siswa hadir dan tidaknya setiap hari jam

sekolah maka kepala sekolah mengadakan prasensi/ daftar hadir murid,

sehingga dengan ini diharapkan mengurangi sekecil mungkin keadaan

siswa yang suka malas.

Mengenai aktifitas siswa diluar jam sekolah, mereka mengikuti aktifitas

yang diadakan SD Negeri Wiru 02 antara lain : Kepramukaan, MTQ,

Kaligrafi, Tembang Jawa, keolahragaan dan Seni Tari. Di dalam

pelaksanaannya mereka dapat mengikuti sesuai dengan waktu dan jadwal

yang ditentukan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa

siswa : SD Negeri W iru 02 dilihat dari segi kegiatannya yang ada,

disamping menuntut ilmu untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran

mereka juga memperoleh tambahan kegiatan extra kurikuler.

TABEL IV

NAMA-NAMA RESPONDEN YANG MENJADI SAMPEL

No NAMA Jenis Kelamin Kelas

1 2 3 4

1 Vici P III

2 Satria L III

3 Abdul Kholiq L III

4 Dewi Lismawati P III

5 Iqbal Azizi L III

(59)

7 Novi Nuraini P III

13 Siti Nur Khalifah P III

14 Risna Andriyanti P III

15 Dela Habibah P III

16 Dwi Nur Azizah P III

17 Deni Praditya L III

18 Okta Pratama L III

19 Tomi Indriyanto L III

20 Krisfaninanda P IV

21 Roziqin L IV

22 Aluin Putri Sela P IV

(60)

52

37 Endang Setiawati P IV

38 Siti Rahmawati P IV

39 Ledi Mega Diana P IV

40 Badaruddin L IV

50 Dedi Imam Sabirin L V

Gambar

KEADAAN GURU DAN PEGAWAI DI SD NEGERI WIRU 02TABEL I
TABEL IISTATUS GURU
TABEL IVNAMA-NAMA RESPONDEN YANG MENJADI SAMPEL
TETABEL VNTANG PERHATIAN SISWA TERHADAP BIDANG STUDI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apabila ternyata data yang saya isi terbukti tidak benar, saya bersedia dinyatakan gugur dalam proses

The complimentary close and the signature are aligned and placed near the center of the letter, two spaces below the last paragraph.. Modifed

(2) Setiap orang dilarang menolak untuk menerima Rupiah yang penyerahannya dimaksudkan sebagai pembayaran atau untuk menyelesaikan kewajiban yang harus dipenuhi dengan Rupiah dan/

dalam suatu kebudayaan tidak dapat diganti dengan nilai budaya yang. lain dalam

Dengan karunia dan hidayah serta anugrahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “MAKNA LOGO BARU XL AXIATA (ANALISIS SEMIOTIK

Penerapan model role playing dengan media gambar seri adalah suatu cara yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan imajinasi dan menemukan jati diri

Perusahaan industri yang tidak memiliki izin usaha industri sebagaimana dimaksud dalam pasal 101 ayat (1), perusahaan industri yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana

We would appreciate if you gave us your opinion of the applicant’s academic abilities, together with some comments on his/her character and potential that he/she would be leading