PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN KEMAMPUAN
AKTUALISASI AKHLAKUL KARI M AH DI SDN WIRU 0 2
KEC. BRINGIN KAB. SEMARANG
S K
R I P S I
D ia ju k a n u n tu k M e m p e ro le h G elar S a rja n a P e n d id ik a n Islam
NURDIN
NIM: 11408133
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
S A L A T I G A
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Alamat: Jl. Tentara Pelajar 1 Salatiga
PENGESAHAN
Skripsi Saudara
NIM
Jurusan
Judul
Nurdin
11408133
Pendidikan Agama Islam
HUBUNGAN INTENSITAS PERHATIAN SISWA
TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DENGAN KEMAMPUAN AKTUALISASI
AKHLAKUL KARIMAH DI SEKOLAH DASAR
NEGERI WIRU 02 KECAMATAN BRINGIN
KABUPATEN SEMARANG
Telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Jurusan Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri dan dinyatakan lulus dengan predikat
cumlaude/ baik/ cukup, pada tanggal: 28 Agustus 2010
Dan dapat diterima sebagai pelengkap ujian akhir Program Saijana Strata 1
Hal : Naskah Skri[psi
An. Sdr. : Nurdin Kepada:
Yth. Ketua
Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri Salatiga
A ssa lu m u a la ik u m Wr. Wb.
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:
Nama : Nurdin
NIM : 11408133
Jurusan : Tarbiyah
Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : HUBUNGAN INTENSITAS PERHATIAN SISWA
TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DENGAN KEMAMPUAN AKTUALISASI
AKHLAKUL KARI M AH DI SEKOLAH DASAR
NEGERI WIRU 02 KECAMATAN BRINGIN
KABUPATEN SEMARANG
telah kami setujui untuk dimunaqosahkan
W assalu m u alaiku m Wr. Wb.
Salatiga, 6 Agustus 2010
Pembimbing
MOTTO:
f
t
^
kll ^
^ kfl ^*ill £* ^
( U .il )
“ Allah mengangkat orang- orang yang beriman diantara kamu dan orang- orang
yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat ( QS. Al Mujadalat: 11 ).”
6 6 6
O jU -ij l ^
<>A
^> * 1 U
^M dl
( . - * * * )
“ Jadilah engkau pemaaf dan serulah orang mengerjakan yang m a’ruf, serta
berpalinglah dari pada orang- orang yang bodoh ( QS. Al A ’ro f:).”
Tulisan ini penulis perembahkan kepada:
1. Istri dan Anak
2. Teman tersayang
3. A dik-adik tercinta
4. Para pembaca.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah yang telah memberi anugerah
dan petunjuk- Nya kepada kami. Salah satu diantara nikmat anugerah yang
sekarang yang kami rasakan adalah kesempatan menunut Ilmu Pendidikan
Agama Islam STAIN Salatiga dengan harapan semoga dapat bermanfaat dalam
kehidupan nanti.
Atas perkenan- Nya pula penulis dapat menyelesaikan tugas menyusun
skripsi guna memperoleh gelar saijana pada bidang ilmu ketarbiyahan Jurusan
Pendidikian Agama Islam. Adapun judul yang kami tulis dalam penelitian ini
yaitu: “ Hubungan intesitas perhatian siswa terhadap bidang studi Pendidikan
Agama Islam dengan Kemampuan Aktualisasi Akhlakul Karimah ( Studi kasus
terhadap siswa Kelas III, IV, V SD Negeri Wiru 02 ). “
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
membantu kelancaran dalam penulisan skripsi ini, antara lain:
1. Direktur STAIN Salatiga
2. Bapak pembimbing.
3. Pimpinan daerah pendidikan nasional Kec. Bringin, Kab. Semarang.
4. Para pengasuh perguruan SD Negeri Wiru 02
5. Semua pihak yang tidak sempat kami sebutkan, semoga Allah mencatat-
Nya sebagai salah satu amal ibadah.
Akhirnya penulis memanjatkan doa kepada Allah SWT, semoga skripsi
ini membawa manfaat bagi pribadi penulis khususnya, para pembaca serta dunia
pendidikan pada umumnya.
Amin.
Bringin, Agustus 2010
Penulis,
Him
HALAMAN JUDUL... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
G. Metodologi Penelitian... 7
H. Sistematika Penulisan... 11
B A BU : LAND ASAN TEORI... 14
A. Pendidikan Agama Islam... 14
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam .... 14
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam 16 3. Fungsi Pendidikan Agama Islam... 17
4. Materi Pelajaran Pendidikan Agama Islam 18 B. Akhlak... 21
1. Pengertian Akhlak... 21
2. Macam- macam Akhlak... 23
C. Pendidikan Akhlak... 26
1. Metode Pendidikan Akhlak... 26
2. Pendidikan sebagai L andasan... 35
3. Faktor yang M em pengaruhi... 36
D. Korelasi Intensitas Pendidikan Agama Islam dengan Aktualisasi Akhlakul Karimah... 42
BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN... 44
A. Sejarah Berdiri dan Perkembangannnya.... 44
B. Struktur Organisasi... 45
C. Keadaan Alat dan Fasilitasnya... 46
D. Keadaan Gurunya... 47
E. Keadaan Muridnya... 49
F. Penyajian Data Penelitian... 53
BAB IV : ANALISA DATA... 63
A. Analisa Pertama... 65
B. Analisa Kedua... 72
C. Analisa Ketiga... 79
BAB V : PENUTUP... 90
A. Kesimpulan... 90
B. Saran- saran... 91
C. Penutup... 91
DAFTAR PUSTAKA... 93
LAMPIRAN- LAMPIRAN... 96
PE N D A H U L U A N
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Desa Wiru yang masih tergolong desa tertinggal,
kebanyakan orang tua menyekolahkan anaknya hanya sekedar
menyekolahkan tanpa memperhatikan bagaimana pendidikan anak-
anaknya. Hampir sebagian besar dari murid SD Negeri Wiru 02 kurang
begitu tanggap terhadap mata pelajaran Agama Islam. Seperti dalam
bidang akhlak. Pada akhir- akhir ini dengan adanya UASBN, yang terdiri
dari tiga mata pelajaran ,yaitu: Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika dan
Bahasa Indonesia, maka perhatian orang tua hanya terpusat pada tiga mata
pelajaran tersebut. Lebih- lebih ketika anaknya mendapat nilai jelek pada
mata pelajaran Agama Islam Orang tua tak berkomentar apapun. Lain
halnya ketika mendapat nilai 8/9 pada tiga mata pelajaran yang di
UASBN tak henti- hentinya orang tua memujinya.
Kita tahu bahwa Agama Islam itu sangat penting bagi kehidupan
manusia, karena agama merupakan pedoman hidup dan sebagai panutan
dalam kehidupan. Agama merupakan norma pengontrol perilaku
manusia,menuntut manusia untuk berkelakuan baik serta mendorong
manusia untuk berakhlakul karimah.
Sesungguhnya anak itu adalah amanah Allah yang harus dibina,
dipelihara dan diurus secara seksama serta sempurna agar kelak menjadi
2
insan yang kamil, insan yang berakhlak mulia,yang berguna bagi agama
bangsa dan negara secara khusus sebagai pelipur lara orang tua, penenang
hati ayah bunda serta sebagai kebanggaan keluarga.
Termasuk dasar utama yang diletakkan Islam dalam mendidik
anak adalah memdapatakan mereka bertingkah laku sesuai dengan etika
yang berlaku dan membentuk akhlak kepribadiannya sejak dini dengan
konsep dasar pendidikan yang baik. Ketika anak mencapai usia remaja,
dan secara bertahap memahami makna kehidupan, maka pergaulan
dengan orang lain dan perangainya di dalam masyarakatakan tampak
sangat baik dan berlemah lembut kepada orang lain.
Dalam hal ini akhlak yang baik akan membawa seseorang menuju
derajat yang paling mulia. Allah menjadikan akhlak yang baik sebagai
Artinya:
Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhan kalian dan kepada surg yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang orang yang bertaqwa aitu orang orang yang menafkahkan[hartanya], baik di di waktu lapang maupun sempit, dan orang orang yang menahan amarahnya dan memaafan [kesalahan] orang. Allah menyukai orang orang yang berbuat kebajikan [QS Ali Imron: 133-134],
Dengan adanya firman Allah mengenai akhlakul karimah, maka
pembinaan pendidikan akhlak sejak usia anak- anak sangat penting untuk
diprioritaskan. Mengingat anak sebagai penerus bangsa dan negara yang
akan membawanya menuju Baldatun thoyyibatun warabbun ghafiiur.
Dalam rangka memenuhi harapan tersebut banyak cara untuk
menanamkan nilai nilai akhlak terhadap anak diantaranya melalui
lembaga lembaga formal seperti lembaga sekolah dan juga lembaga
lembaga on formal seperti yang di lakukan Nabi Muhammad, dan
bahkan di mana saja, seperti pendidikan keagamaan di rumah.
Sehubungan dengan hal di atas Sekolah Dasar Negeri Wiru 02
merupakan salah satu bentuk usaha dalam mendidik akhlak anak. Dari
realitas yang ada, lingkugan juga memiliki pengaruh besar dalam proses
penanaman pelaksanaan nilai- nilai akhlak bagi anak. Oleh karena itu
penulis akan menguraikan tentang hubungan intensitas perhatian siswa
terhadap Pendidikan Agama Islam di sekolah di SD Negeri Wiru 02
4
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan penegasan istilah diatas , maka perumusan
masalah dalam skripsi ini adalah;
“ Bagaimana hubungan intensitas perhatian siswa terhadap Pendidikan
Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Wiru 02 Kecamatan Bringin
Kabupaten Semarang ”
C. Tujuan Penelitian
Sesuai denga permasalahan tersebut,tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan konsep pendidikan
akhlak di SD Negeri Wiru 02.
A. Untuk mengetahui efektifitas pendidikan akhlak di SD Negeri
Wiru 02.
D. Penegasan Istilah
a. Pengertian Pendidikan
Para pakar pendidikan mengemukakan beberapa definisi pendidikan
sebagaimana dikutip Hasbullah dalam bukunya Dasar dasar Ilmu
Pendidikan, sebagai berikut:
Langeveld, pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan
dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju pada pendewasaan
anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri.Pengaruh itu datangnya dari
buku, putaran hidup sehari hari, dan sebagainya) dan di tujukan
kepada orang yang belum dewasa.
John Dewey, pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan
kecakapan fundamental secara intlektual dan emosional kea rah
alam dan sesama manusia.
A Good, mengemukakan dua pendapatnya tentang pendidikan.
Pertama “ pedagogy is the art,practice, or profession o f
teacing”(pendidikan adalah seni praktik, atau profesi sebagai
pengajar). Kedua, “ the systematized learning or instruction
concerning principles and methods o f teacing and o f student control
and guidance; leargely replaced by the term education” (ilmu yang
sistimatis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan
metode metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid) dalam
arti luas diganti dengan istilah pendidikan,
b. Akhlak
Suatu keadaan yang melihat pada jiw a manusia, yang dari padanya
lahir perbuatan perbuatan yang mudah, tanpa melalui proses
pemikiran, pertimbangan dan penelitian.
E. Telaah Pustaka
Dari penelusuaran pustaka, penulis mendapati sebuah buku/karya
6
Dengan segala kemampuan yang ada penulis berusaha menelusuri dan
menelaah berbagai hasil kajian, diantaranya yaitu:
Skripsi Nurdin (Mahasiswa Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga)
yang digunakan sebagai syarat memperoleh gelar sarjana agama pada
almamaternya tersebut. Skripsi ini berjudul “Hubungan Intensitas
perhatian siswa terhadap Pendidikan Agama Islam dengan
keamampuan Aktualisasi Akhlaqul Karimah di Sekolah Dasar Negeri
Wiru 02 Kec. Bringin, Kab. Semarang”. Hasil skripsi tersebut lebih
memfokuskan pada metode penelitian atau cara yang digunakan
dalam upaya mendidik dan menanamkan akhlak pada anak.
Dalam skripsi ini penulis hendak mendeskripsikan proses
pendidikan yang dilakukan di SD Negeri Wiru 02.
F. Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan, akan tetapi ini belum final, masih
harus dibuktikan kebenarannya.1
Sedangkan hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini
adalah: Ada hubungan positif perhatian siswa terhadap bidang studi
Pendidikan Agama Islam dengan kemampuan aktualisasi akhlakul
karimah.
Artinya semakin tinggi perhatian siswa terhadap bidang studi
Pendidikan Agama Islam, makin baik pula aktualisasi akhlakul karimah
dan semakin rendah perhatian siswa terhadap bidang studi Pendidikan
Agama Islam semakin kurang kemampuan aktualisasi akhlakul karimah.
G. Metodologi Penelitian
Kata metodologi mempunyai arti pengetahuan yang membahas
tentang cara atau jalan yang harus ditempuh.2
Adapun metodologi penelitian yang penulis gunakan adalah
sebagai berikut:
a. Populasi dan Sampel
1) Populasi adalah sejumlah individu untuk siapa yang kenyataan
yang diperoleh sampel yang hendak digeneralisasikan.3
Adapun sebagai populasi pada penelitian ini seluruh siswa
Kelas I,II,III, IV, V SD Negeri Wiru 02 Kec. Bringin, Kab.
Semarang terdiri dari 130 anak.
2) Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki yang dapat
diwakili populasi.4
Menurut Sutrisno Hadi, MA, bahwa mengenai jumlah sama
tidak ada ketentuan atau mutlak berapa persen suatu sampel
harus diambil dari populasi.5
Untuk sekedar ancer- ancer maka apabila subyeknya kurang
dari 100, lebih baik diambil semua hingga penelitiannya
2 HM. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agam a Islam di Lingkungan Sekolah dan
K eluarga, Bulan Bintang, Jakarta, 1978, him. 149
3 Sutrisno Hadi, M A, M etodologi R esearch, YPP, UGM, Yogyakarta Jilid I, him. 186 4 Ibid, hlm.71
8
merupakan penelitian populasi, selanjutnya dikatakan jika
jumlah subyeknya besar dapat diambil antaralO - 15 % atau
20 - 25 % atu lebih.6
Untuk mempermudah dalam mengikuti uraian ini penulis
menentukan sampel sebesar 50 % dari populasi, sehingga
jumlah sampel dari penelitian ini adalah sebesar 50 % x 130 =
65.
3) Teknik Sampling.
Adapun teknik sampling yang penulis gunakan adalah teknik
startrified random sampling, maksudnya individu dalam
populasi baik sendiri atau bersama- sama dalam kelas, diberi
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel
atau dipilih tanpa pandang bulu.
Sedang cara- cara (prosedur) yang penulis gunakan yaitu
dengan cara undian dan oleh karena itu Kelas III, IV, V terdiri
dari 3 kelas maka penulis memasuki kelas.
Adapun langkah- langkahnya adalah sebagai berikut:
(1) . Penulis membuat daftar nama- nama siswa Kelas III, IV, V
untuk perkelas sesuai dengan jumlah siswa pada kertas- kertas
kecil yang sudah disediakan.
(2) . Selanjutnya kertas yang sudah berisi nama- nama dilipat kecil
kemudian dimasukkan ke dalam kotak kertas, setelah itu
dikocok dan akhirnya penulis menyuruh salah satu siswa untuk
maju ke depan dan mengeluarkan separoh dari jumlah siswa-
siswa kelas tersebut. Bagi nama yang sesuai dengan kertas
yang dikeluarkan. Itulah yang menjadi responden dan
sekaligus berhak mengisi angket,
b. Metode pengumpulan data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dibutuhkan
dalam penelitian ini adalah:
1) Metode angket, adalah suatu metode pengumpulan data
dengan mengajukan daftar pertanyaan terhadap obyek yang
diselidiki.7
Penggunaan metode angket ini dimaksudkan untuk
mendapatkan data yang memuat tentang perhatian siswa
terhadap bidang studi Pendidikan Agama Islam pada siswa
Kelas III, IV, V SD Negeri Wiru 02, dengan menyodorkan
pertanyaan dalam bentuk angket tertutup.
2) Metode Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatansecara
sistematis fenomena- fenomena yang diselidiki.8
Sebagai alat observasi penulis menggunakan rating scale.
Penggunaan rating scale ini dimasudkan untuk mendapatkan
data kemampuan aktualisasi akhlakul karimah pada SD Negeri
Wiru 02 yang menjadi responden.
10
3) Metode Dokumentasi, adalah metode pengumpulan data
dengan melihat dan memperhatikan berdasarkan dokumen atau
barang tertulis. Dalam hal ini yang akan dicari adalah struktur
organisasi sekolah, jum lah guru, jum lah siswa, denah lokasi
4) Metode Interview, adalah metode pengumpulan data dengan
jalan tanya jawab secara langsung yang dikerjakan secara
sistematik dan berdasarkan kepada tujuan penyelidikan.9
Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan data tentang
sejarah berdirinya sekolah, serta data yang perlu penjelasan
dari keapala sekolah, karyawan dan sebagainya.
c. Analisa Data
Dalam hal ini, untuk membuktikan tujuan pertama serta tujuan
kedua yaitu untuk mengetahui perhatian siswa terhadap bidang
studi Pendidikan Agama Islam serta untuk mengetahui
keamampuan aktualisasi akhlakul karimah pada siswa Kelas III,
IV, V SD Negeri Wiru 02, penulis menggunakan teknik analisis
prosentase yaitu dengan menggunakan rumus:
P = - x 100%
N
Keterangan:
P = Proporsi individu dalam golongan
F = Frekuensi
N = Jumlah subyek secara keseluruhan
Untuk mengetahui hubungan antara perhatian siswa terhadap
bidang studi Pendidikan Agama Islam dengan kemamapuan
aktualisasi akhlalkul karimah pada siswa Kelas III,
IV, V SD Negeri Wiru 02 penulis tri serial dengan rumus sebagai
berikut:
_ ( O r - O t ) ( M )
K t r i s
„„ (
Or—o t ySD tot---p
---Keterangan:
Rtris = Koefisien korelasi
SDtot - Standarisasi total
Or = Ordinat rendah
Ot - Ordinat tinggi
M = Mean
P = Proporsi individu dalam golongan
H. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan sistematika skripsi ini dimaksudkan untuk
mempermudah dalam penulisan skripsi, yang beijudul “ Hubungan intensitas
perhatian siswa terhadap bidang studi Pendidikan Agama Islam dengan
kemampuan aktualisasi akhlakul karimah Siswa Kelas III, IV, V SD Negeri
Wiru 02 Tahun Ajaran 2009/2010 “ dapat dikemukakan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan yang menjelaskan tentang alasan pemilihan
12
hipotesis, metode penelitian dan sistematika penyusunan
skripsi.
BAB II : Landasan Teori yang membahas tentang:
A. Masalah perhatian meliputi pengertian perhatian,
macam- macam perhatian, faktor- faktor yang
mempengaruhinya, sedangkan masalah Pendidikan
Agama Islam meliputi penelitian Agama Islam, dasar dan
tujuan Agama Islam, fungsi Pendidikan Agama Islam.
B. Masalah kemampuan aktualisasi akhlakul karimah
meliputi pengertian kemampuan aktualisasi akhlakul
karimah, pentingnya akhlakul karimah dalam kehidupan,
proses terbentuknya akhlakul karimah anak, ciri- ciri
akhlakul Islam, tujuan akhlak.
C. Hubungan antara variabel satu dengan variabel dua
adalah merupakan suatu hubungan yang sangat erat
sekali dan tidak dapat dipisahkan lagi. Pendidkan Agama
Islam dengan akhlakul karimah memang satu kesatuan.
BAB III : Laporan Hasil Penelitian
Pada bab ini penulis akan melaporkan hasil penelitian yang
meliputi:
A. Gambaran Umum Sf) Negeri Wiru 02
Meliputi ajaran berdiri dan perkembangannya, struktur
BAB IV
BAB V
keadaan siswa dan nama- nama siswa yang menjadi
sampel.
C. Penyajian data penelitian
: Analisa Data
Pada bab ini penulis akan menganalisis data untuk
mengetahui hasil akhir dari penelitian yang sedang dilakukan
atau dapat mengambil kesimpulan akhir dari penelitian ini,
dengan langkah sebagai berikut:
A. Analisa jawaban tiap item
B. Analisa Tri serial
: Penutup
LAND ASAN TEORI B A B U
A. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum penulis mengemukakan tentang definisi Pendidikan Agama
Islam, maka baiklah akan penulis kemukakan tentang pendidikan pada
umumnya.
Definisi pendidikan menurut para ahli yaitu :
a. Drs. H. M. Arifin M. Pd., berpendapat : Pendidikan pada hakekatnya
adalah ikhtiar manusia untuk membantu dan mengerahkan fitroh manusia
supaya berkembang pada titik maksimal yang dapat dicapai sesuai dengan
tujuan yang dicita-citakan.10
b. Drs. Ahmad D. Marimoa : Pendidikan adalah bimbingan secara sadar atau
pimpinan secara sadar si pendidik menuju terbentuknya kepribadian yang
sempurna.
Dari kedua definisi tersebut diatas, dapat diambil kesimpulan, bahwa
pengertian pendidikan adalah suatu penanaman pribadi yang mulia dalam
rangka mengembangkan potensi dasar yang dilakukan oleh orang dewasa
kepada anak didik, sehingga mereka mampu bersikap sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat, mampu menghadapi perubahan zaman
sesuai dengan cita-cita pendidikan.
10 M. Arifin M. ED. Hubungan Timbal Balik Pendidikan A gam a d i Lingkungan Sekolah Dan
Keluarga^ Bulan Bintang, Jakarta, Cet. IV, 1978, him. 14
Setelah penulis mengemukakan definisi pendidikan pada umumnya,
selanjutnya akan penulis kemukakan beberapa definisi Pendidikan Agama
Islam.
a. Menurut Drs. Abdurahman Shaleh, Pendidikan Agama Islam adalah
usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak sesuai
dengan ajaran Islam.11
b. Menurut Dr. H. Zuhairini Dkk mengatakan : Pendidikan Agama Islam
adalah usaha- usaha secara sistematis dan prahmatis dalam membantu
anak didik agar hidup sesuai ajaran Islam.12
c. Menurut Drs. Burhan Somad, Pendidikan Islam adalah pendidikan
yang tujuannya membentuk individu menjadi corak diri derajat tinggi
menurut ukuran-ukuran A llah.13
d. Menurut Drs. D. Marimba bahwa Pendidikan Agama Islam adalah
bimbingan jasmani rohani berdasarkan hukum- hukum Agama Islam
menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-
ukuran Islam.14
Dari beberapa pendapat tersebut diatas, secara luas dapat diambil
pengertian bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha orang dewasa dalam
membimbing dan memimpin perkembangan jasmani dan rohani agar menjadi
11 Abdurahman Shaleh, Dedaktik Pendidikan Agam a- Bulan Bintang, Jakarta, Cet. VIII, 1970, him. 34
12 Zuhairini dkk, M etodik Khusus Pendidikan Agama- usaha nasional, Surabaya, Cet. I, him. 20 13 Burhan Somad, B eberapa P ersoalan D alam Pendidikan Islam. PT. Al M a’arif Bandung, Cet. I,
hal. 20
16
manusia yang berkepribadian utama sesuai dengan ajaran Islam atau dengan
kata lain terwujudnya kepribadian muslim.
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
a. Dasar Pendidikan Agama Islam
Oleh karena Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang
bersumber pada ajaran- ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Assunah, maka
dengan demikian bahwa dalam kelangsungan kegiatan Pendidikan Agama
Islam berlandaskan dan berdasarkan Al-Qur’an Assunah.
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Segala usaha manusia dalam bentuk apapun tidak luput dari tujuan
yang hendak dicapai begitu pula dalam kegiatan aktifitas Pendidikan
Agama Islam. Untuk itu akan penulis sajikan beberapa pendapat saijana
tentang tujuan Pendidikan Agama Islam.
2. Menurut Prof. Dr. H. Mahmud Yunus :
Tujuan pendidikan Islam adalah mendidik anak- anak, pemudi-
pemudi dan dewasa supaya menjadi orang muslim sejati, sehingga
beriman teguh, beramal shaleh, berakhlak mulia, sehingga ia menjadi
salah seorang anggota masyarakat yang sanggup hidup diatas kaki sendiri,
mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya
bahkan sesame umat Islam .15
3. Menurut Prof. Dr. Oemar Muhammad Athaumy Al Syaibany, adalah
perubahan yang di dingini yang diusahakan oleh proses pendidikan
atau usaha pendidikan untuk mencapainya baik tingkah laku individu
dan pada kehidupan pribadinya, atau pada kehidupan masyarakat dan
pada alam sekitarnya tentang individu itu hidup, atau pada proses
pendidikan sendiri dan proses pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi
dan sebagai proporsi diantara prosesi asasi dalam masyarakat.16
Lebih lanjut dikatakan bahwa tujuan pendidikan Islam sebagai tujuan
terakhir dan tinggi yaitu persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.17 18
4. Muhammad Athiaah Al Abrosy dalam bukunya dasar-dasar pokok
pendidikan Islam juga berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam
adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiw a.1 g
Memperhatikan pendapat-pendapat diatas dapat diambil suatu
kesimpulan, bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah mendidik
anak agar dapat mempertahankan hidup sesuai dengan ajaran Islam,
berakhlak mulia, mempunyai budi pekerti yang baik, dapat menjadi warga
Negara yang baik, mengabdi pada Allah, sehingga dapat hidup bahagia
didunia dan akhirat.
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Prof. Dr. Hasan Langgulung dalam karangannya telah menyebutkan
fungsi pendidikan secara umum, yaitu yang dikemukakan oleh para ahli
sejarah pendidikan dan budaya yaitu :
16 Oemar Muhammad A l Ihaumy A l Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam , (terjemahan), Bulan Bintang, Jakarta, 1979, him. 399
17 Wid,, him. 422
18
1. Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan
tertentu pada masyarakat dimasa yang akan datang.
2. Memindahkan ilmu pendidikan yang bersangkutan dengan peranan-
peranan tersebut dari generasi tua kegenerasi muda.
3. Memindahkan nilai- nilai yang bertujuan untuk memelihara
keutamaan dan kesatuan atau keutamaan masyarakat yang menjadi
syarat mutlak bagi kelanjutan hidup {survival) suatu masyarakat dan
peradapan.19
4. Materi Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu keseluruhannya terlipat
dalam lingkup
a. Al-Qur’an dan Hadis
b. Keimanan
c. Akhlak
d. Fiqih Ibadah
e. Tarikh
Sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama
Islam, mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan
hubungan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya
maupun lingkungan (hablumminallah wa hambulm minannas)
Fungsi Pendidikan Agama Islam yaitu mendidik anak didiknya beramal
didunia ini untuk memetik buahnya di akhirat, artinya pendidikan Islam
menyiapkan generasi muda untuk mengisi peranan memindahkan
pengetahuan memindahkan nilai-nilai yang diselaraskan dan diwarnai oleh
fungsi ini.20
Pendidikan agama mempunyai fungsi terhadap kemajuan dalam kehidupan,
oleh karena itu bila dapat diketahui fungsi pendidikan agama tersebut dengan
jelas. Menciptakan suasana yang harmonis, penuh kasih sayang dan
memberikan ketentraman dalam keluarga, sehingga anak akan betah tinggal
di rumah, hal ini akan memudahkan pengawasan pengontrolan terhadap anak
dari orang tua.
Demikianlah kurang lebihnya peran orang tua dalam pembentukan
perilaku, kepribadian serta mental anak dalam proses pembentukan akhlakul
karimahnya, agar anak dapat berkembang dengan wajar sesuai perkembangan
jiwanya sehingga menjadi manusia yang berkepribadian luhur serta bermoral
baik dan berbudi pekerti yang tinggi sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama.
Lingkungan Sekolah (lembaga pendidikan formal)
Sekolah sebagai satu lembaga pendidikan yang diakui oleh
masyarakat, masyarakat yang mengirim anaknya kesekolah berarti orang tua
itu mengakui bahwa sekolah itu sebagai lembaga yang mempunyai wewenang
untuk mengambil tindakan-tindakan dan membuat peraturan-peraturan
mengenai pendidikan anak-anaknya.
20
Sekolah merupakan tempat pendidikan yang kedua setelah pendidikan
keluarga, karena melihat perkembangan anak dan kebutuhan anak, maka
orang tua menyerahkan anaknya ke lembaga pendidikan yaitu sekolah. Dalam
rangka melestarikan pembentukan kepribadian dan akhlakul karimah pada
anak yang telah dimulai dari keluarga, agar dapat dikembangkan dan
disempurnakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan yang diakui oleh
masyarakat. Di dalam sekolah anak akan dibina dan dibimbing oleh seorang
guru, karena guru merupakan wakil dari orang tua anak dalam lingkungan
sekolah, sehingga guru juga mempunyai kewajiban melatih kebiasaan-
kebiasaan yang baik dan sekaligus menanamkan nilai-nilai moral dalam
rangka pembentukan akhlakul karimah pada anak.
Akan nampak suatu gambaran tentang kegunaan-kegunaan pendidikan
agama itu sendiri.
Berkenaan dengan hal ini, H. Alamsyah Ratu Perwira Negara
berpendapat : Bahwa pendidikan agama yang bersifat asasi sebagai faktor
pengamanan bagi setiap kemajuan dibidang kebendaan.
Fazlur Rahman juga menulis dalam bukunya Islam dan Modernitas
tentang fungsi pendidikan agama sebagai berikut: Apabila agama hendak
dimasukkan dan dipadukan dengan pendidikan nasional, maka ini
mengimplikasikan suatu upaya yang diinterpretatif dan kreatif dipihak para
cendekiawan hingga dengan demikian agama tidak hanya diselamatkan dari 21
kekolotan dan apologitika, tetapi malahan mampu memberikan kepadanya
suatu orientasi moral yang baru.22
Berdasarkan uraian diatas, dapat penulis simpulkan bahwa dasar pendidikan
agama adalah sebagai landasan dan pegangan tentang pelaksanaan pendidikan
agama baik yang ada di sekolah- sekolah maupun lembaga- lembaga
pendidikan.
Sedangkan fungsi dari Pendidikan Agama Islam adalah sebagai penopang
atas terbentuknya insan kamil, mengamalkan ajaran-ajaran Islam sebagai
realisasi dari ketaqwaan terhadap Allah SWT.
B. AKHLAK
1. Pengertian Akhlak
Seacara etimologis (lughatan) akhlaq ( Bahasa Arab) adalah
bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah
laku atau tabiat. Berkara darri khalaqa yang berarti menciptakan.
Seakar dengan kata Khaliq (Pencipta), makhluq (yang diciptakan)
dan khalq (penciptaan).
Kesamaan akar kata diatas mengisyratkan bahwa dalam akhlaq
tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak Khaliq
(Tuhan) dengan perilaku mahkuq (manuasia). Atau dengan kata lain,
tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru
mengandung akhlaq yang hakiki manakala tindakan atau perilaku
tersebut didasarkam kepada kehendak Khaliq (Tuhan). Daeei
pengertian epistemologis seperti ini akhlak bukan saja merupakan tata
aturan atau norma perilaku yang mengatur hunungan antara manuasia
dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta sekalipun.23
Secara terminologis:
a. Al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut:
JC’ ^Lauuulj Aj jA ( j c - e j U c .
J
'
'‘‘‘Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiw a dan darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan”.24
b. Ibrahim Anis mendefinisikan Akhlaq:
i jAa.
q aJ Lo&Vt J >lusu
jJbk
^
J J JJ *
J ' ^
'a j jLL»“Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannnya lahirlah macam- macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan ”25
Kedua definisi yang dikutip di atas sepakat emenyatakan
bahwa akhlaq atau khuluq adalah sifat yang tertanam dalam jiw a
manusia, sehingga dia kan muncul secara spontan bilamana
diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih
dahulu serta tidak memerlukan dorongan dari luar.
23 H. Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, ( Yogyakarta, LPPI, 2005), Cet. VII, hlm .l 24 Ibid, him.2
25 Ibid. him ?.
Tetapi perlu diingat bahwa akhlak tidak terbatas pada
penyusunan hubungan antara manusia dengan manusia lain, tetapi
melebihi itu, juga mengatur hubungan manusia dengan segala yang
terdapat dalam wujud dan kehidupan ini, malah melampaui itu, juga
mengatur hubungan antara hamba dengan Tuhannya.26 Jika demikian
halnya, maka yang dinamakan akhlak adalah : “Gambaran batin,
dimana manusia berwatak seperti seperti gambaran batin itu”.
Dari kata akhlak itu sendiri dapat dipahamibahwa akhlak itu
sangat erat kaitannya dengan khaliq dan makhluk, memang tuntutan
akhlak itu harus menjalin hubungan erat dengan tiga sasaran yaitu
manusia terhadap Allah, manusia dengan sesamanya, dan manusia
dengan alam sekitarnya. Manusia yang tidak dapat menjalin hubungan
baik dengan tiga sasaran tersebut maka belum dapat dikatakan
manusia yang berakhlak.
2. Macam- Macam Akhlak
Mengenal macam- macam akhlak sesuai dengan ajaran agama
tentang adanya perbedaan manusia dalam segala seginya, maka dalam
hal ini menurut Moh.Ibnu Qoyyim ada dua macam akhlak, yaitu :
a. Akhlak Dharury
b. Akhlak Muhtasaby
24
Adapun akhlak dharury adalah akhlak yang asli, dalam arti
akhlak tersebut sudah secara otomatis merupakan pemberian dari
Allah secara langsung, tanpa memerlukan latihan, kedapataan dan
pendidikan. Akhlak ini hanya dimiliki oleh manusia-manusia pilihan
Allah. Keadaannya terpelihara dari perbuatan-perbuatan maksiat dan
selalu teijaga dari larangan Allah yaitu para Nabi dan Rasul-Nya. Dan
tertutup kemungkinan bagi orang mukmin yang saleh. Mereka yang
sejak lahir sudah berakhlak mulia dan berbudi luhur.
Sedangkan akhlak muhtasaby adalah merupakan akhlak atau
budi pekerti yang harus diusahakan dengan jalan melatih, mendidik
dan memdapatakan kedapataan yang baik serta cara berfikir yang
tepat. Tanpa dilatih, dididik dan didapatakan, akhlak ini tidak akan
terwujud. Akhlak ini yang dimiliki oleh sebagian besar manusia.
Jadi bagi yang menginginkan mempunyai akhlak tersebut di
atas haruslah melatih diri untuk memdapatakan berakhlak baik.
Karena usaha mendidik dan memdapatakan kebajikan sangat
dianjurkan, bahkan diperintahkan oleh agama, walaupun mungkin
tadinya kurang rasa tertarik tetapi apabila terus menerus didapatakan
maka kedapataan ini akan mempengaruhi sikap batinnya juga.27 28
Dengan demikian seharusnya kedapataan berbuat baik
didapatakan sejak kecil, agar nantinya menjadi manusia yang berbudi
27 Muhammad Zain Yusuf, him. 48
luhur, berbakti kepada orang tua dan yang terutama berbakti kepada
perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya. Apabila sejak kecil sudah
didapatakan berakhlak yang baik maka ketika menjadi manusia
dewasa perbuatan yang muncul adalah kedapataan kehendak dari
masa kecilnya yang sudah terdapata dilakukan. Jadi itulah akhlak
yang lahirnya perbuatan tidak dibuat- buat melainkan lahir secara
reflek tanpa sengaja dan tidak ada unsur menyengaja. Begitupun
berbuat baik terhadap siapapun seharusnya dilatih sejak dini, agar
perbuatan tersebut dapat melekat dalam hati sampai kapanpun dan
perilaku untuk berbuat durhaka terhadap orang tua dapat diminimalisir.
Adapun pembagian akhlak berdasarkan sifatnya dibagi
menjadi dua bagian yaitu :
a. Akhlak mahmudah (akhlak terpuji) atau akhlak al-karimah
(akhlak yang mulia).
b. Akhlak madzmumah (akhlak tercela) atau akhlak sayyi’ah
(akhlak yang jelek).
Yang termasuk akhlak al karimah ialah ridla Allah, cinta dan
beriman kepada-Nya, beriman kepada malaikat, kitab Allah, Rasul
Allah, hari kiamat, takdir Allah, taat beribadah, selalu menepati janji,
melaksanakan amanah, berlaku sopan dalam ucapan dan perbuatan,
qana’ah (rela terhadap pem berian Allah), tawakal (berserah diri),
sabar, syukur, tawadhu’ (merendahkan diri) dan segala perbuatan
26
Adapun perbuatan yang termasuk akhlak al-madzmumah ialah,
kufur, syirik, murtad, fasiq, riya’, takabur, mengadu domba, dengki/iri,
kikir, dendam, khianat, memutus silaturrahmi, putus asa dan segala
perbuatan tercela menurut pandangan Islam.
Dalam hal ini berlaku durhaka terhadap orang tua merupakan
perbuatan dosa, karena telah menyia- nyiakan perintah Allah SWT
untuk membalas jasa- jasanya, berlaku sopan kepada mereka dan
sudah sepantasnya manusia menghormati dan menyayangi orang
tuanya.
Sedangkan pembagian akhlak berdasarkan obyeknya
dibedakan menjadi dua y a itu :
a. Akhlak kepada sang Khalik
b. Akhlak kepada makhluk yang terbagi m en jad i:
- Akhlak terhadap Rasulullah
- Akhlak terhadap keluarga
- Akhlak terhadap sesama atau orang lain.29
C. PENDIDIKAN AKHLAK
1. Metode Pendidikan Akhlak.
a. Keteladanan
Tanggung jaw ab orang tua tidaklah terbatas dalam
memberikan makan, pakaian dan perlindungan saja, akan tetapi ia
juga terikat dalam tugas mengembangkan pikiran dan upaya-upaya
untuk melatih anaknya secara fisik, spiritual, moral dan sosial.
Dalam segala hal orang tua harus selalu bertindak sebagai
pelindung anak. Orang tua adalah contoh pertama terhadap
anaknya. Melalui mereka anak menjadi tahu arti kehidupan dan
reaksi serta perilaku apa yang sebaiknya diambil selagi ia tumbuh.
Oleh karena itu, masalah keteladanan menjadi faktor
penting dalam menentukan baik buruknya anak. Jika pendidik
jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan menjauhkan
diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama,
maka si anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan
akhlak yang mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan-
perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu pula
sebaliknya jika pendidik adalah seorang pembohong, pengkhianat,
orang yang kikir, penakut, dan hina, maka anak juga akan tumbuh
dalam kebohongan, khianat, durhaka, kikir, penakut, dan hina.
Seorang anak, bagaimanapun besarnya usaha yang
dipersiapkan untuk kebaikannya, bagaimanapun sucinya fitrah, ia
tidak akan mampu memenuhi prinsip- prinsip kebaikan dan
pokok- pokok pendidikan utama, selama ia tidak melihat sang
pendidik sebagai teladan dari nilai- nilai moral yang tinggi.
Adalah sesuatu yang sangat mudah bagi pendidik, yaitu mengajari
28
sesuatu yang teramat sulit bagi anak untuk melaksanakannya
ketika ia melihat orang yang memberikan pengarahan dan
Al Qur’an juga meminta kaum Muslimin untuk meneladani
Ibrahin As dan orang-orang yang menyertainya dalam melepaskan
diri dari kaum mereka yang musyrik.
Al-Qur’anpun juga meminta Nabi Muhammad saw untuk
dan rasul sebelum Nya, yang telah diberi petunjuk oleh Allah.
Firman Allah:
Artinya: Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak
generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, Padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, Yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai- sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. (QS.
A l-A n ’am:6)31
30 Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, ju z 1, ( Jakarta: Pustaka Amani, 1999),,
him. 142
31 Program K itab Suci A l Q u r ’an, ( Riyadh, A l Amin, 1977 )
bimbingan.30
Lewat suri teladan yang baik, manusia belajar kedapataan
yang baik dan akhlak mulia. Sebaliknya, lewat suri teladan yang
buruk, manusia juga belajar kedapataan yang buruk dan akhlak
yang tercela.32
b. Nasehat
Termasuk metode pendidikan yang cukup berhasil dalam
pembentukan akidah anak dan mempersiapkannya baik secara
moral, emosional maupun sosial, adalah pendidikan anak dengan
petuah dan memberikan kepadanya nasehat. Karena nasehat dan
petuah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka
mata anak- anak kesadaran akan hakikat sesuatu, mendorong
mereka menuju harkat dan martabat yang luhur, menghiasinya
dengan akhlak yang mulia, serta membekalinya dengan prinsip-
prinsip Islam. Karenanya, tidak heran kalau kita tahu bahwa Al-
Qur’an menggunakan metode ini, menyerukan kepada manusia
untuk melakukannya, dan mengulang-ulangnya dalam beberapa
ayat-Nya, dan dalam sejumlah tempat di mana dia memberikan
arahan dan nasehat- Nya.
Tidak ada seorangpun yang menyangkal, bahwa petuah
yang tulus dan nasehat yang berpengaruh, jika memasuki jiw a
yang bening, hati terbuka, akal yang jernih dan berpikir, maka
30
dengan cepat mendapat respon yang baik dan meninggalkan bekas
yang sangat dalam. Al Qur’an telah menegaskan pengertian ini
dalam banyak ayatnya, dan berulang-kali menyebutkan manfaat
dari peringatan dengan kata-kata yang mengandung petunjuk dan
nasehat yang tulus.33
Strategi atau pendekatan yang dipakai dalam pengajaran
agama Islam lebih banyak ditekankan pada suatu model
pengajaran “seruan” atau “ajakan” yang bijaksana dan
pembentukan sikap manusia (afektif).34
Firman Allah:
Artinya: Serulah (manusia) kepada ja la n Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-N ya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl:125)35
33 Abdullah N asih Ulwan, Op. cit, hlm .209,213
34 Usman Basyirudin, M etodologi Pem belajaran A gam a Islam. ( Jakarta, Ciputat Pers, 2002), Cet. I, him. 5
c. Pengawasan
Para orang tua hendaknya memperhatikan apa yang dibaca
anak, buku, majalah, dan brosur- brosur. Jika di dalamnya terdapat
pikiran- pikiran yang menyeleweng, prinsip- prinsip atheis dan
kristenisasi, maka hendaknya segera merampasnya. Di samping
itu, memberi pengertian kepada anaknya bahwa di dalamnya
terdapat sesuatu yang membahayakan kemurnian iman. Juga
memperhatikan teman- teman sepergaulannya. Gunakanlah
kesempatan untuk memberikan pengertian dan pengarahan kepada
anak. Sehingga ia kembali kepada yang hak, kepada petunjuk,
berjalan pada jalan yang lurus. Tingkat SLTP adalah merupakan
masa yang sangat rawan. Masa transisi seorang anak teijadi pada
tingkat SLTP. Di tingkat inilah ada istilah baru yang
menggantikan secara drastis istilah remaja, yaitu ABG (Anak baru
T z'
Gede). Tidak hanya keyakinan-keyakinan kita yang terpengaruh
oleh faktor- faktor sosial, pola- pola ekspresi emosional kita pun,
sampai batas akhir, dapat dibentuk oleh lingkungan sosial kita.36 37
Demikianlah metode Islam dalam pendidikan dengan
pengawasan. Metode tersebut, seperti yang kita lihat, adalah
metote yang lurus. Jika diterapkan, maka anak kita akan menjadi
penyejuk hati, menjadi anggota masyarakat yang shaleh,
36 Ahmad Zayadi, Abdul Majid, Tadzkiroh, ( Jakarta PT Raja Grafindo Persada, 2005 ), him. 70 37 Thomas Robert, Pengantar Psikologi Agama, ( Jakrta: PT Raja Grafindo Persada, 2000 ), Cet.
32
bermanfaat bagi Islam. Karenanya, hendaklah kita senantiasa
memperhatikan dan mengawasi anak- anak dengan sepenuh hati,
pikiran, dan perhatian. Perhatian segi keimanan, rohani akhlak,
ilmu pengetahuan, pergaulan dengan orang lain, sikap emosi, dan
segala sesuatunya. Dengan begitu anak kita akan menjadi seorang
yang bertakwa, disegani, dihormati, dan terpuji. Ini semua tidak
mustahil jika ia diberi pendidikan yang baik, dan kita berikan
sepenuhnya hak serta tanggung jaw ab kita kepadanya.38
Di samping itu, diharapkan orang tua memperhatikan
(mengawasi) agar anak jangan sampai melihat dan menyaksikan
pornografis, baik diam film, televisi atau gambar- gambar cabul
(telanjang), karena dapat mengakibatkan terhentinya fungsi akal.
Secara bertahap, kedapataan itu akan membinasakan kemampuan
mengingat (belajar) dan berfikir jernih,
d. Ganjaran
Sementara itu dalam bahasa Arab “ganjaran” diistilahkan
dengan “tsawah” dapat juga berarti: “Pahala, upah, dan balasan.”
Kata “tsawah” banyak ditemukan dalam Al Qur’an, khususnya
ketika kitab suci ini berbicara tentang apa yang akan diterima oleh
seseorang baik di dunia dan maupun di akhirat dari amal
perbuatannya.
Dalam pembahasan yang lebih luas, pengertian istilah
“ganjaran” dapat dilihat sebagai berikut:
1) Ganjaran adalah alat pendidikan preventif dan represif yang
menyenangkan dan dapat mendorong atau motivator belajar
murid.
2) Ganjaran adalah hadiah terhadap perilaku baik dari anak didik
dalam proses pendidikan.
Oleh Muhammad bin Jamil Zaim menyatakan bahwa
ganjaran merupakan asal dan selamanya didahulukan, karena
terkadang ganjaran terkadang lebih baik pengaruhnya dalam usaha
perbaikan daripada celaan atau sesuatu yang menyakitkan hati.
Sedikit beda dengan metode targhi,, “tsawah” lebih
bersifat materi, sementara taghrib adalah “Harapan serta janji
yang menyenangkan diberikan terhadap anak didik dan merupakan
kenikmatan karena mendapat penghargaan,
e. Hukuman
Syariat Islam yang lurus dan adil serta prinsip- prinsipnya
yang universal, sungguh memiliki peran dalam memenuhi
kebutuhan- kebutuhan primer yang tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan umat manusia. Dalam hal ini para imam mujtahid dan
ulama ushul fiqih menggarisbawahinya pada lima perkara. Mereka
menamakannya sebagai adh-dharuriyyat al-khams (lima 39
39 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan M etodologi Pendidikan Islam, ( Jakarta: Ciputat Pers, 2002
34
keharusan) atau khulliyat al-khams. Yakni, menjaga agama,
menjaga jiwa, menjaga kehormatan, menjaga akal dan menjaga
harta benda. Mereka berkata, “Sesungguhnya semua yang
disampaikan dalam undang- undang Islam, berupa hukum, prinsip-
prinsip dan syariat, semuanya bertujuan untuk menjaga dan
memelihara lima keharusan tersebut.”40
Prinsip pokok dalam mengaplikasikan pemberian hukuman
yaitu, bahwa hukuman adalah jalan yang terakhir dan harus
dilakukan secara terbatas dan tidak menyakiti anak didik. Tujuan
utama dari pendekatan ini adalah untu menyadarkan peserta didik
dari kesalahan- kesalahan yang ia lakukan.
Pemberian hukuman juga memiliki beberapa teori,
diantaranya hukuman alam, ganti rugi, menakut- nakuti, dan balas
dendam. Oleh karena itu agar pendekatan ini tidak terjalankan
dengan leluasa, maka setiap pendidik hendaknya memperhatikan
syarat- syarat dalam pemberian hukuman, yaitu:
1) Pemberian hukuman harus tetap dalam jalinan cinta,
kasih, dan saying.
2) Harus didasarkan kepada alasan “keharusan”.
3) Harus menimbulkan kesan di hati anak.
4) Harus menimbulkan keikhlasan dan penyesalan kepada
anak didik.
5) Diikuti dengan pemberian m aaf dan harapan serta
kepercayaan.41
2. Pendidikan sebagai landasan terpenting dalam K ehidupan Sosial.
a. Konsep Kehidupan Sosial
Manusia tidak akan hidup nermasyrakat dengan normal dan tidak
akan adapat merealisasikan tujuan- tujuan yang mereka inginkan
kecuali mereka berinteraksi antarsesamanya dengan baik dan
benar.
Dalam kehidupan sehari- hari banyak hal yang tidak dapat
dihindarkan oleh setiap individu. Hal- hal tersebut antara lain:
1) K eijasam a
2) Solidaritas
3) Tolomg menolong
4) Loyalitas terhadap sesama Muslim,
b. Dasar- dasar Kehidupan Sosial dalam Islam
Islam telah menentukan dasar- dasar kehidupan sosial yang
menekankan kepada keseimbangan antara kebutuhan individu dan
kebutuhan masyarakat. Islam tidak mengijinkan jik a kepentingan
sosial menginjak- injak kepentingan individu, demikian pula
sebaliknya.
Dasar- dasar kehidupan sosial dalam Islam antara lain:
1) Memuliakan dan Menghormati Manusia.
36
2) Menekankankan Harkat dan Martabat Manusia.
3) Manusia sebagai bagian dari Masyarakat.42
3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Akhlak
Kesadaran akhlak/moral pasti ada pada setiap manusia,
meskipun kesadaran ini sangat ditentukan oleh beberapa faktor,
seperti: umur, pendidikan, kesadaran beragama, pengalaman,
peradaban, dan lingkungan. Kesadaran akhlak/moral itu bersumber
dari hati nurani.43
Proses perkembangan manusia sebagai makhluk social
kepribadian itu dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut F.G Robbins
ada lima faktor yang menjadi dasar perkembangan kepribadian itu.
Kelima faktor tersebut yaitu (1) sifat dasar, (2) lingkungan prenatal,
(3) perbedaan individual, (4) lingkungan, dan (5) motivasi.44
Setelah menganalisa pendapat dari F.G Robbins, penulis
merumuskan faktor tersebut menjadi dua yaitu:
Faktor intern (dari diri sendiri) yang dipengaruhi oleh:
a. Sifat dasar.
b. Lingkungan prenatal.
Faktor ekstern (dari luar) yang dipengaruhi oleh:
a. Lingkungan.
b. Perbedaan individual.
c. Motivasi.
Pribadi atau makhluk sosial ini merupakan kesatuan integral
yang berkembang melalui proses sosialisasi dan yang
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain dalam
masyarakat,
a. Faktor Intern
1) Sifat Dasar.
Merupakan keseluruhan potensi- potensi yang diwarisi
oleh seseorang dari ayah dan ibunya. Sifat dasar ini terbentuk
pada saat konsepsi, yaitu saat bertemunya sperma dan sel telur
pada saat pembuahan. Sifat dasar dari orang tuanya merupakan
potensi yang berkembang teraktualisasi karena faktor- faktor
lain.
2) Lingkungan Prenatal
Dalam periode ini individu mendapatkan pengaruh-
pengaruh tidak langsung dari ibu. Pengaruh-pengaruh itu dapat
digolongkan menjadi beberapa kategori, yaitu:
a. Beberapa jenis penyakit, seperti diabetes, kanker,
syphilis; penyakit tersebut mempunyai pengaruh
terhadap pertumbuhan mental penglihatan pendengaran
bayi dalam kandungan;
b. Gangguan endokrin dapat mengakibatkan
c. Struktur tubuh ibu (daerah panggul) merupakan kondisi
yang mempengaruhi pertumbuhan bayi dalam
kandungan; beberapa ahli berpendapat bahwa cacat
pada kaki, kidal berhubungan dengan posisi anak
dalam kandungan;
d. Shock pada saat kelahiran, luka pada saat kelahiran
dapat merupakan kondisi yang dapat menyebabkan
berbagai kelainan, seperti cerebal palsy, lemah
pikiran.45
b. Faktor Ekstern
1) Perbedaan Individual.
Perbedaan perorangan merupakan slah satu faktor yang
mempengaruhi proses sosialisasi. Sejak saat dilahirkan, anak
tumbuh dan berkembang sebagai individu yang unik, berbeda
dari individu- individu yang lain. Dia bersifat selektif terhadap
pengaruh-pengaruh dari lingkungan. Menurut faham ini,
kepribadian manusia dibentuk oleh kebudayaan
masyarakatnya. Kenyataan menunjukkan, bahwa meskipun
individu itu hidup dalam masyarakat dan dipengaruhi oleh
38
kebudayaannya namun dia tetap merupakan pribadi yang
bersifat unik.46
2) Lingkungan.
Lingkungan ialah kondisi-kondisi di sekitar yang
mempengaruhi proses sosialisasinya.
Lingkungan ini dapat dikategorikan menjadi:
a. Lingkungan alam yaitu keadaan tanah, iklim, flora, dan
fauna di sekitarnya;
b. Kebudayaan, yaitu cara hidup masyarakat tempat individu
itu hidup; kebudayaan ini mempunyai aspek material
(rumah, perlengkapan hidup, hasil-hasil teknologi lainnya)
dan aspek non material (nilai-nilai, pandangan hidup, adat
istiadat);
c. Manusia lain dan masyarakat di sekitar individu; pengaruh
manusia lain dan masyarakat dapat member stimulasi atau
membatasi proses sosialisasi.
Peranan kondisi-kondisi lingkungan itu tidak menentukan,
melainkan sekedar membatasi dan mempengaruhi proses
sosialisasi manusia.47
40
3) Motivasi.
Motivasi adalah kekuatan- kekuatan dari dalam diri
individu yang menggerakkan individu untuk berbuat. Motivasi
dibedakan menjadi; dorongan dan kebutuhan,
a. Dorongan.
Dorongan ialah kekuatan penggerak yang
membangkitkan kegiatan dalam diri makhluk hidup dan
memotori tingkah laku serta mengarahkannya pada suatu
tujuan atau berbagai tujuan. Dengan dorongan itulah yang
makhluk itu memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer
maupun sekunder, untuk melakukan banyak tindakan
penting yang bermanfaat lainnya dalam usaha untuk
kelangsungan dan keserasian diri dengan lingkungan
hidupnya.
Para ahli ilmu jiw a modem membagi dorongan-
dorongan menjadi dua bagian pokok:
Pertama: Dorongan-dorongan fisiologis. Dorongan-
dorongan ini mengarahkan pada tingkah laku
individu pada tujuan- tujuan yang dapat
memenuhi kebutuhan- kebutuhan fisiologis
tubuh atau menutup kekurangan yang terjadi
mengembalikannya pada keseimbangan yang
ada sebelumnya.
Kedua: Dorongan- dorongan psikis. Dorongan-dorongan
ini diperoleh lewat belajar selama proses
sosialisasi yang dilalui seseorang.48
b. Kebutuhan.
Kebutuhan adalah dorongan yang telah ditentukan
secara personal, sosial, dan Kultural. Menurut Louis Raths,
kebutuhan- kebutuhan manusia yang penting, ialah (a)
kebutuhan untuk bersama dengan orang lain, (b) kebutuhan
untuk berprestasi, (c) kebutuhan akan afeksi, (d) kebutuhan
kebebasan dari rasa takut, (e) kebutuhan bebas dari rasa
bersalah, (f) kebutuhan untuk turut serta mengambil
keputusan mengenai persoalan- persoalan yang
menyangkut dirinya, (g) kebutuhan akan baik secara
biologic maupun sosial tanpa pertolongan dan perkepastian
ekonomi dan, (h) kebutuhan akan terintegrasikannya sikap,
keyakinan, dan nilai- nilai.49
42
D. Korelasi Hubungan Intensitas Pendidikan Agama Islam dengan
Aktualisasi Akhlakul Karimah di SD Negeri Wiru 02
Sebagian diketahui bahwa terbentuknya akhlakul karimah
sesorang tidak bersumber dalam pendidikan dan perhatian penting, yaitu
keluarga lingkungan sekolah dan masyarakat.
Keluarga adalah hal yang riil mengenai aspek pertama dan utama dalam
upaya pendekatan untuk kepribadian anak secara menyeluruh tentang
akhlakul karimah.
Namun faktor keluarga saja belum mencukupi upaya pembentukan
kepribadian tersebut. Karena betapapun baiknya ajaran dalam keluarga
namun, jika pergaulan tidak mendukung anak itu, maka upaya pendidik
juga kurang maksimal.
Disamping itu tidak kalah pentingnya dari kedua faktor tersebut adalah,
faktor sekolah, sejumlah prinsip penting juga diajarkan dalam proses
belajar mengajar memiliki fungsi tersendiri bagi pengembangan
kepribadian anak, bukan hanya aspek kognitif dan psikomotorik tetapi
juga menyentuh aspek afeksi.
Dalam kontek disini maka intensitas perhatian belajar siswa dalam materi
PAI secara teoritik tentu akan berpengaruh aktualisasi akhlakul karimah
mereka. Dengan kata lain ada korelasi yang positif antara seberapa tingkat
perhatian siswa terhadap materi- materi yang diajarkan dalam paket
aqidah akhlak. Akan mempengaruhi aktualisasi siswa dalam berakhlakul
karimah.
Jadi intensitas siswa terhadap Pendidikan Agama Islam lebih tinggi, siswa
akan berfikir bila akan melakukan norma yang kurang baik. Baik dalam
keluarga, sekolah maupun masyarakat. Tentu siswa yang demikian akan
melakukan hal yang positif.
Dengan kesimpulan bahwa semakin tinggi intensitas terhadap Pendidikan
Agama Islam akan berpengaruh pada siswa pada akhlakul karimah.
Bila anak didik yang sudah memahami. Pendidikan agama akan
berakibat merubah sikap pada diri anak, terutama hubungan sesame
manusia atau hablum minannas dan hubungan dengan Allah atau hablum
minallah
Jadi manusia atau anak didik yang faham tentang pengetahuan
agama akan lebih takut berbuat salah atau beramal jelek, hususnya pada
sesama manusia akan selalu menghormati kalau bagi anak didik yang
pengetahuan atau pemahaman ilmu agamanya kuat akan berakhlak bagus
pada orang tua, bapak guru teman dan semua masyarakat.
Dengan kesimpulan bahwa semakin tinggi intensitas Pendidikan
Agama Islam dakan berpengaruh pada perilaku anak terutama pada
akhlaku karimah sampai ada berpendapat bahwa :
B A B III
L A PO R A N H A SIL P E N E L IT IA N
A. SEJARAH BERDIRI DAN PERKEMBANGANNYA
a. Sejarah berdirinya SD Negeri Wiru 02
Untuk mengetahui sejarah berdirinya SD Negeri Wiru 02 secara rinci
dan detail memang sulit, akan tetapi penulis dapat menemukan pelaku
sejarah namun beliau sudah sangat tua. Sehingga dalam
menyampaikan urutan sejarah atau menguraikan sulit ditangkap
Diantaranya beliau a d alah :
a. Tri Kusworo, beliau mantan lurah
b. Bapak Sudir, beliau mantan Kepala SD Negeri Wiru 02
Diantara uraian dari 2 tokoh tersebut penulis dapat menyimpulkan :
SD Negeri Wiru 02 didirikan pada zaman pemerintahan Belanda yaitu
tahun 1934 dengan sebutan Sekolah Rakyat atau SR. Sekolah Rakyat
tersebut sebanyak tiga kelas.
Pada tahun tersebut banyak kelas hanya 3 kelas dan anak-anaknyapun
berasal dari daerah jauh seperti dari utara Sambirejo dari arah barat
Kalipare sebelah timur Wonorejo dan Daerah Selatan Sendang.
Sampai pada tahun 1967 Sekolah tersebut sampai Kelas IV dan
tempatnya pun masih mondok di rumah penduduk. Pada tahun 1981
pemerintah mulai membangun sebuah SD Negeri Wiru 02 terletak di
sebelah utara jalan lintas Salatiga - Purwodadi.
B. STRUKTUR ORGANISASI
Organisasi adalah adanya sekelompok manusia yang melakukan
kerjasama dengan teratur dan harmonis untuk mencapai tujuan tertentu,
keijasama ini terdapat dalam suatu sistem yang telah diatur dan tercantum
46
C. KEADAAN ALAT DAN FASILITASNYA
Proses belajar menhgajar disuatu lembaga pendidikan tidak akan pernah
berhasil tanpa adanya dukungan sarana dan fasilitas pendidikan yang
memadai. Hal ini karena setiap komponen / faktor pendidikan bekeija dan
berfungsi secara simultan pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Adapun alat-alat sekolah yang ada di SD Negeri Wiru 02 serta fasilitas yang
ada adalah:
1. Pergedungan dan pekarangan luas, yang keseluruhannya meliputi 912 m2
T
Meliputi 212 m untuk lain-lain
Gedung tersebut memiliki 9 ruang kelas yang terdiri
g . U K S / P P P K
h. Koperasi
i. WC/ Kamar Mandi
j. Rumah Jaga
k. Gudang
2. Alat Edukatif
Alat- alat edukatif sekolah yang dimiliki guna memperlancar proses
belajar mengajar adalah :
a. Mesin ketik dan komputer
b. Alat Peraga
c. ALat kesenian
d. Alat olah raga
e. ALat Laboratorium
f. Alat praktikum
g. Buku-buku bantuan dari pemerintah dan sebagian beli sendiri dari
beberda judul
h. Papan tulis
D. KEADAAN GURUNYA
Selain faktor pendidikan adalah faktor guru atau pendidik. Guru adalah
merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pelaksanaan pendidikan
dan pengajaran, karena kepadanyalah terletak tanggung jaw ab pendidikan
48
Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran bagi para siswa
SD Negeri Wiru 02 ini melibatkan sejumlah tenaga guru dan beberapa
tenaga administrasi. Untuk mengetahui jumlah tenaga guru dan tenaga
administrasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
TABEL I
KEADAAN GURU DAN PEGAWAI DI SD NEGERI WIRU 02
TAHUN AJARAN 2009/2010
No
Studi Guru Pegawai Pesuruh Jumlah
Kepegawaian L P L P L P L P
1 Kepala Sekolah - 1 - - - 1
2 Gr. Kelas 1 3 - - - - 1 3
3 Gr. Agama 1 - - - 1
-4 Gr. Penjas - 1 - - - 1
5 Gr. Wiyata Bakti - 2 - - - 2
6 Pesuruh - - - - 1 - - 1
Jumlah 2 7 - - 1 2 8
Untuk mengetahui hadir dan tidaknya para guru dan pegawai di
sekolah ini, kepala sekolah menyediakan daftar / presensi bagi guru dan
karyawannya. Presensi ini dimaksudkan juga sebagai alat kontrol dalam
rangka supervise pendidikan dan pengajaran bagi kepala sekolah ini.
Dilihat dari kenyataan presensi guru yang ada ternyata guru- guru SD
TABEL II
STATUS GURU
Daftar Nama Guru SB Negeri Wiru 02
Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang
No Nam a Guru M engajar Kelas Pendidikan Gol
1 Sunarti KS DII IV A
2 Sri Yuwantiningsih V DII IV A
3 Suharmi 1 DII IV A
10 Sukarman Penjaga SMP II C
E. KEADAAN MURIDNYA
Untuk dapat mengetahui para siswa SD Negeri Wiru 02 maka dapat
dilihat tabel berikut ini.
TABEL III
KEADAAN SISWA SD NEGERI WIRU 02
50
Untuk mengetahui keadaan siswa hadir dan tidaknya setiap hari jam
sekolah maka kepala sekolah mengadakan prasensi/ daftar hadir murid,
sehingga dengan ini diharapkan mengurangi sekecil mungkin keadaan
siswa yang suka malas.
Mengenai aktifitas siswa diluar jam sekolah, mereka mengikuti aktifitas
yang diadakan SD Negeri Wiru 02 antara lain : Kepramukaan, MTQ,
Kaligrafi, Tembang Jawa, keolahragaan dan Seni Tari. Di dalam
pelaksanaannya mereka dapat mengikuti sesuai dengan waktu dan jadwal
yang ditentukan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
siswa : SD Negeri W iru 02 dilihat dari segi kegiatannya yang ada,
disamping menuntut ilmu untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran
mereka juga memperoleh tambahan kegiatan extra kurikuler.
TABEL IV
NAMA-NAMA RESPONDEN YANG MENJADI SAMPEL
No NAMA Jenis Kelamin Kelas
1 2 3 4
1 Vici P III
2 Satria L III
3 Abdul Kholiq L III
4 Dewi Lismawati P III
5 Iqbal Azizi L III
7 Novi Nuraini P III
13 Siti Nur Khalifah P III
14 Risna Andriyanti P III
15 Dela Habibah P III
16 Dwi Nur Azizah P III
17 Deni Praditya L III
18 Okta Pratama L III
19 Tomi Indriyanto L III
20 Krisfaninanda P IV
21 Roziqin L IV
22 Aluin Putri Sela P IV
52
37 Endang Setiawati P IV
38 Siti Rahmawati P IV
39 Ledi Mega Diana P IV
40 Badaruddin L IV
50 Dedi Imam Sabirin L V