• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP BERDAKWAH BIL LISAN MENURUT PEMIKIRAN SYAIKH YUSUF AL-QARDHAWI - Raden Intan Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP BERDAKWAH BIL LISAN MENURUT PEMIKIRAN SYAIKH YUSUF AL-QARDHAWI - Raden Intan Repository"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

dalam Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Oleh :

YULI HERIYANTO NPM.0941010010

Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Pembimbing I : Prof. Dr. H. Khomsahrial Romli, M.Si Pembimbing II : Yunidar Cut Mutiyanti, S.Sos, M.Sos.I

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN

LAMPUNG

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

(3)

KONSEP BERDAKWAH BIL LISAN MENURUT PEMIKIRAN

SYAIKH YUSUF AL-QARDHAWI

Konsep dakwah yang disampaikan Syaikh Yusuf Al-Qardhawi sangat

berbobot dan sangat relevan serta besar pengaruhnya bagi umat Islam. Dakwah

yang disampaikan oleh beliau merupakan konsep dakwah yang mengandung

nilai-nilai yang mulia, karena berisi seruan pada akhlak yang terpuji, untaian kata yang

indah, melembutkan hati dan perasaan, menyeru melaksanakn ajaran agama, sarat

dengan nilai-nilai keutamaan, dan memperhatikan etika.

Dakwah Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dikonsep sedemikian rupa apiknya,

sehingga mampu mudah diterima oleh berbagai kalangan. Konsep dakwah yang

disajikan dengan berbagai gaya dan ekspresi serta metode yang menggambarkan

seorang da’i yang mencoba mengajak para umat untuk menyalakan obor semangat perjuangan dakwah di muka bumi ini dengan niat dan perhatian yang besar,

Syaikh Yusuf Al-Qardhawi tidak hanya dikenal sebagai tokoh ulama yang

banyak menuliskan pemikirannya dalam berbagai buku namun beliaupun cerdas

dalam meramu konsep dakwah khususnya dalam dakwah bil lisan yang telah

banyak menjadi rujukan bagi para penyeru dakwah islam. Banyak karya beliau

yang kini menjadi destinasi utama bagi para pelaku aktivis dakwah yang

mengaplikasikan konsep pemikiran Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dalam menyelami

dunia dakwah.

Dari latar belakang inilah penulis tertarik untuk melakukan kajian lebih

mendalam tentang pemikiran Syaikh yusuf Al-Qardhawi untuk mengetahui

pemikiran-pemikiran beliau yang beliau tuangkan dalam dunia dakwah khususnya

dalam bidang dakwah bil lisan.

Adapun metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif

analitis, dengan penelitian pustaka (library research), dalam penelitian ini hanya

digambarkan beberapa konsep dakwah Syaikh yusuf Al-Qardhawi yang tersirat

dalam buku-buku beliau kemudia penulis analisis dengan memadukan dengan

(4)

HALAMAN JUDUL……… …… i

ABSTRAK……… ii

HALAMAN PERSETUJUAN……… iii

HALAMAN PENGESAHAN………. iv

PERSEMBAHAN……… v

MOTTO……… vi

ROWAYAT HIDUP……… vii

KATA PENGANTAR………. viii

DAFTAR ISI……… x

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Penegasan Judul……….. 1

B. Alasan Memilih Judul………. 2

C. Latar Belakang Masalah………. 2

D. Rumusan Masalah……… 7

E. Tujuan Penelitian……… 7

F. Kegunaan Penelitian……….. 7

G. Metode Penelitian……….. 7

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH……….… 11

A. Pengertian Dakwah……… 11

B. Hukum Dakwah……….…… 15

C. Tujuan Dakwah………. 16

D. Unsur-unsur Dakwah……… 17

1. Da’i……….…… 17

2. Mad’u……….… 24

3. Maddah……… 25

4. Wasilah……….. 27

(5)

BAB III RIWAYAT HIDUP SYAIKH YUSUF AL-QARDHAWI…….…… 34

A. RIWAYAT HIDUP SYAIKH YUSUF AL-QARDHAWI………… 34

1. Biografi Syaikh Yusuf Al-Qaedhawi……… 34

2. Keluarga Syaikh Yusuf Al-Qardhawi……….. 35

B. Pemikiran Syaikh Yusuf Al-Qardhawi……….. 36

C. Kontribusi dan Aktivitas dalam Pengabdian kepada Islam………… 39

D. Karya-karya Syaikh Yusuf Al-Qardhawi……… 48

BAB IV KONSEP BERDAKWAH BIL LISAN MENURUT PEMIKIRAN SYAIKH YUSUF AL-QARDHAWI………. 57

A. Konsep Berdakwah……….…… 57

B. Konsep Berdakwah Bil lisan………..…… 64

C. Tujuan Berdakwah Bil Lisan………. 67

D. Metode Berdakwah Bil Lisan……… 69

E. Bentuk, Fase dan Tahapan Berdakwah Bil Lisan……….. 76

BAB V PENUTUP... 81

A. Kesimpulan……… 81

B. Saran………... 83

C. Penutup……… 83

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami, menafsirkan dan

mengembangkan judul skripsi ini yaitu : KONSEP BERDAKWAH BIL LISAN

MENURUT PEMIKIRAN SYAIKH YUSUF Al-QARDHAWI, maka perlu

dijelaskan terlebih dahulu istilah – istilah pokok yang terdapat dalam judul

tersebut. Adapun penjelasan judul adalah sebagai berikut :

Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u

da’wan, di’a, yang diartikan sebagai mengajak/menyeru, memanggil, seruan,

permohonan dan permintaan.1Sedangkan secara terminologis pengertian dakwah

dimaknai dari aspek ajakan positif tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan

keselamatan dunia akhirat.2

Dakwah Bil lisan adalah dakwah dengan menggunakan bahasa lisan dalam

menyampaikan pesan-pesan dakwah.3

Syaikh Yusuf Al-Qardhawi merupakan seorang tokoh ulama terkenal pada

abad ini. Beliau merupakan seorang pemikir, sarjana dan intelek kontemporari

yang tidak asing lagi di dunia Islam. Beliau lebih dikenali sebagai Yusuf

Qardhawi. Yusuf Qardhawi dilahirkan di desa Shafat Turab, Mahallah

al-Kubra Negeri Gharbiah, Mesir pada 9 September 1926 bersamaan 1344H. Nama

penuhnya ialah Yusuf bin Abdullah bin Ali bin Yusuf. Al-Qardhawi merupakan

nama keluarganya. Nama ini diambil dari sebuah daerah yang bernama

al-Qardhah dan dinisbahkan kepada keturunannya.4

1M. Munir, Wahyu ilaihi,

Manajemen Dakwah,(Jakarta : Kencana Premadia Group, 2009) h. 17

2

Ibid. h. 18

3Djalul Abidin Ass,

Komunikasi dan Bahasa Dakwah,(Jakarta : gema Insani Perss, 1996), h. 61

4

(7)

Dari penjabaran sebagai mana yang telah dijelaskan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa judul yang penulis maksudkan adalah untuk mengetahui

pemikiran Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi tentang konsep berdakwah bil lisan.

B. Alasan Memilih Judul

Alasan penulis memilih judul ini ialah sebagai berikut :

1. Judul tersebut sesuai dengan program studi penulis di Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi yaitu Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang

mempelajari tentang materi ilmu dakwah.

2. Syaikh Yusuf Al-Qardhawi merupakan tokoh ulama terkenal di dunia saat ini

yang telah lama beraktivitas di dalam dunia dakwah dan telah menghasilkan

banyak buku-buku yang membahas tentang materi dakwah.

3. Banyaknya buku-buku yang membahas tentang materi dakwah dari berbagai

sumber sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pendukung atau refrensi

tambahan dalam penelitian ini.

C. Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya, kebutuhan manusia terhadap agama pada umumnya dan

kepada islam khususnya, bukanlah merupakan kebutuhan skunder maupun

sampingan, melainkan ia merupakan kebutuhan dasar dan primer yang

berhubungan erat dengan substansi kehidupan, misteri alam wujud dan hati

nurani manusia yang paling dalam.5

Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin, artinya Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta, dimana

rahmat dan kesejahteraan ini diserukan melalui sebuah aktivitas mulia yakni

aktivitas dakwah sebagai mana yang telah dilakukan oleh baginda Nabi besar

Muhammad SAW dan para sahabat beliau. Dalam surah Fusilat ayat 33 Allah

Swt berfirman:

5Yusuf al-qardhawi,

(8)

“ Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada

Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk

orang-orang yang berserah diri ".(Q.S. Fusilat : 33)6

Masalah yang paling mendasar dalam dakwah adalah keimanan, yakni

mentauhudkan Allah dan beribadah kepada-Nya. Karenanya, aktivis dakwah

harus menyampaikan masalah tersebut kepada umat manusia, menghidupkan hati

mereka dengan ma’rifah kepada Allah dan menyeru mereka untuk menaati-Nya. Dengan begitu, imannya akan selalu bertambah dan hatinya akan selalu

berhubungan dengna Allah, dan ini merupakan bekal yang sdangat berguna.7

Dakwah merupakan sebuah wadah dan sarana dalam upaya menyebarkan

pengetahuan dan pemahaman agama islam, baik melalui dakwah bil lisan

(ucapan), dakwah bil hal (perbuatan) maupun melalui dakwah bil qolam (tulisan)

sehingga aktivitas dakwah merupakan salah satu aspek terpenting dalam

melakukan upaya penyebaran islam, karena melalui dakwah inilah islam dikenal,

islam dipahami dan islam diikuti.

Aktivitas dakwah merupakan sebuah aktivitas atau usaha yang dilakukan

secara sadar dan sengaja dalam upaya meningkatkan taraf dan tata nilai hidup

manusia dengan berlandaskan kepada ketentuan Allah SWT dan Rosulullah

SAW, dengan kata lain dakwah Islam adalah mengajak ummat manusia dengan

hikmah (bijaksana) untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rosul-Nya.8. Adapun

bentuk usaha yang harus dilaksanakan dalam kegiatan perubahan tersebut

meliputi :

6Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Solo : Tiga Serangkai, 2015) h. 480 7

Syaikh Mushthafa Masyhur,Fiqh Dakwah,(Jakarta : Al-I’tishom, 2011), Jilid ke 2, h. 127

8Hamzah Ya’cub,

(9)

1. Mengajak manusia untuk beriman, bertaqwa serta mentaati segala perintah

Allah SWT dan Rosul-Nya.

2. Melaksanakan amar ma‟ruf nahi munkar.

3. Memperbaiki dan membangun masarakat yang Islami.

4. Menegakkan serta menyiarkan ajaran agama Islam.

5. Proses penyelenggaraan merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan

yakni kesejahteraan hidup dunia dan akherat.9

Sesungguhnya dakwah di ibaratkan sebuah bangunan yang hanya dikuasai

oleh ahli bangunan yang mahir atau proses produksi yang dikuasai oleh produsen

yang jenius.10 Dengan demikian, perlu suatu konsep untuk mempertahankan

eksistensi kabehasilan dakwah. Karena sejatinya, berdakwah bukanlah sebuah

aktivitas yang hanya tampil kedepan kemudian menyampaikan materi atau pesan

selanjutnya menunggu hasil dari apa yang telah dikerjakan. Tentu dakwah lebih

mulia dari pandangan seperti itu, dakwah memerlukan persiapan yang baik,

memerlukan cara yang baik dan benar, metode yang disesuaikan dan dengan

tujuan yang mulia semata-mata agar dakwah yang disampaikan dapat dipahami

dan diikuti oleh orang yang mendengarkannya dengan mengarahkannya pada

kebaikan dan kebenaran.

Membicarakan dakwah dalam dunia Islam, orang tak bisa mengabaikan nama

Syaikh Yususf Al-Qardhawi, ulama yang pakar dalam bidang dakwah. Ciri khas

dakwah beliau yang dibalut dengan nilai keindahan yang tinggi dan cerdas serta

didasari dalil yang shahih, membuat hati siapapun terpatri. Produktivitas Syaikh

Yusuf Al-Qardhawi dalam berbagai disiplin ilmu banyak dijadikan rujukan bagi

umat Islam, terutama dalam menghadapi persoalan-persoalan kekinian dan

persoalan-persoalan yang sedang dihadapi umat islam.

Buah pemikirannya yang cemerlang menghiasi kancah dakwah di dunia Islam.

Buku-bukunya menjadi ladang ilmu ummat Islam dan selalu menjadi literatur

9

Alwisral Imam Zaidallah,Stategi Dakwah,(Jakarta : Kalam mulia, 2005), Cetakan ke 2, h. 7

10

(10)

primer dalam problematika kontemporer, khutbah dan fatwanya telah mampu

menembus kesunyian dunia Islam yang dilanda kejumudan, dan dengan

semangat da`wahnya ia mampu mengobarkan api di dalam jiwa umat muslim

sebagai panji-panji Islam yang siap menebarkan Islam dengan kedamaian dan

keindahan.

Karakteristik dakwah beliau inilah yang membedakan dengan karakteristik

dakwah yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari unsur-unsur dakwah

yang dapat membangun jiwa. Dimata Syaikh Yusuf Al-Qardhawi Umat Islam

khususnya para pemuda Islam sudah lama mengidap krisis identitas diri yang

akut akibat ghazwul fikri (perang pemikiran) Barat yang tidak menginginkan

Islam bangkit kembali. Dimana krisis ini menjadikan dunia dakwah seolah

identik dengan dunia hitam putih, tak ada tawa, tak ada senyuman yang nampak

hanya muka sangar dan prilaku kasar.

Syaikh Yusuf A-lQardhawi adalah cendikiawan muslim yang buah

pemikirannya dinanti oleh berjuta ummat, beliau merupakan salah satu tokoh

pembaharuan islam yang disorot banyak masyarakat dan ulama sebagai

intelektual muslim yang berani menyuarakan kebenaran demi mengembalikan

identitas umat Islam yang terporak-porandakan oleh zaman, yaitu dengan cara

terus menerus menyebarkan pemikiran (fikroh) Islam yang haq dan sesuai

dengan al-Qur’an dan as-Sunnah lewat karangannya yang sangat beragam. Baik berbagai buku-buku yang beliau tulis, kuliah seminar-seminar di level

internasional, serta kumpulan puisi dan syair telah dipublikasikan untuk

dijadikan referensi bagi para juru dakwah. Yang tidak kalah penting dari itu

adalah pendiriannya yang sangat kokoh terhadap apa yang ia yakini sebagai

kebenaran dan prinsip Islam, walaupun ada tekanan dari berbagai pihak beliau

bukanlah pengikut buta dari madzhab atau gerakan Islam modern tertentu

meskipun ada beberapa tokoh yang beliau kagumi dan cintai.

Inilah yang membedakan beliau dengan ulama lain, beliau mampu

(11)

serta kelembutan dan ketegasan. Beliau adalah seorang ulama besar sekaligus

seorang pemikir ulung yang ahli dalam bidangnya di dunia Islam, terutama

dalam dunia dakwah. Dengan kesempurnaan akal ia dapat menguasai ilmu secara

mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh teladan

bagi para mad’unya dan dengan kekuatan serta kesehatan baik lahiriah, bathiniah, dan fisiknya ia mampu melaksanakan tugas dan amanahnya

berdakwah hingga penjuru dunia.

Pemikiran dan pandangan Syaikh Yusuf Al-Qardhawi adalah salah satu

khazanah keilmuan yang perlu dan menarik untuk diteliti, baik dari sisi Syaikh

Yusuf Al-Qardhawi sendiri sebagai sosok seorang ulama besar yang terkemuka

atau pemikirannya yang cerdas maupun kecakapannya dalam segala bidang di

dunia Islam. Beliau juga dikenal dikancah dunia Islam sebagai seorang yang

berkompeten dan ahli dalam bidang dakwah, baik dalam audio visual, lisan,

maupun tulisan.

Sungguh jelas sekali bahwa pemikiran Syaikh Yusuf Al-Qardhawi tentang

dakwah yang bernilai bagi pembinaan umat Islam sangatlah perlu dikaji. Dimana

Pemikiran beliau menuangkan gagasan bagaimana menyajikan dakwah yang

proporsional sesuai dengan tuntutan masyarakat dan kemajuan teknologi serta

informasi dalam menghadapi zaman yang semakin canggih dan modern, namun

tetap pada tatanan yang disyari’atkan Allah SWT dan Rosul-Nya dan tidak bertentangan dengan syari’at Islam. Jika dakwah yang disampaikan mengandung nilai estetika yang tinggi , maka akan terasa indah namun tetap tegas dan

bijaksana, sehingga dakwah yang disampaikan akan dipandang sebagai proses

perubahan yang disajikan secara professional menuju peradaban yang lebih baik.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan kajian yang

mendalam tentang dakwah bil lisan menurut pemikiran Syaikh Yusuf

Al-Qardhawi sebagai mana yang telah banyak baliau tuangkan dalam buku-buku

yang membahas tentang berbagai aspek materi dakwah yang dirasa sangat

(12)

khususnya sehingga penulis mengambil judul : Konsep Berdakwah Bil Lisan

menurut Pemikiran Syaikh Yusuf Al-Qardhawi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian deskripsi singkat tentang latar belakang masalah yang

telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu

“ Konsep Berdakwah Bil Lisanmenurut Pemikiran Syaik Yusuf Al-Qardhawi “.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui

pemikiran Syaikh Yusuf Al-Qardhawi tentang konsep berdakwah Bil Lisan.

F. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam

menambah khazanah wawasan keislaman, secara spesifik dalam konteks

dakwah khususnya dakwah Bil Lisan.

2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi

bagi para peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan

dengan dakwah bil lisan.

G. Metode Penelitian

Metode adalah cara untuk melakukan atau mendapatkan suatu maksud dengan

tujuan dan kegunaan tertentu.11 Penelitian merupakan suatu bentuk upaya dalam

merumuskan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan dan mencoba untuk

menjawab sebuah permasalahan dengan mencari fakta dan jawaban secara benar.

Jadi, Metode Penelitian merupakan serangkaian cara yang tersistem yang

digunakan untuk mencari jawaban atas suatu permasalahan yang sedang diteliti.

Agar penyusunan skripsi ini dapat berjalan sesuai yang diharapkan maka

diperlukan metode yang sesuai dengan permasalahn yang dibahas dan relevan

dengan tehnik penulisan karya ilmiah.

11Sugiyono,

(13)

1. Jenis Penelitian dan Sifat.

a. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenisnya penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan

(library research) yakni penelitian yang dilakukan dikepustakaan. Dalam

hal ini data diambil dari buku-buku, majalah atau dokumen-dokumen yang

lain.12 Penelitian pustaka membicarakan gagasan-gagasan, ide dan

konsep-konsep dari seseorang. Sehingga penelitian ini secara maksimal akan

memanfaatkan data pustaka yang relevan dengan kajian.

b. Sifa penelitian.

Dilihat dari sifatnya maka penelitian ini bersifat deskriptif analitis.

Adapun yang dimaksud deskriptif analitis menurut Sumardi Suryabrata

adalah penelitian yang semata-mata menggambarkan keadaan dan kejadian

atas suatu objek.13 Analisi ini merupakan metode yang bersifat analisis

istilah dan pendapat, menjelaskan keyakinan dengan jalan bertanya,

membaca, membersihkan, menyisihkan dan mengolah dimana akhirnya

temukan sebuah hakikat.14 Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap

suatu teori, pandangan hidup, pemikiran filosofis dan lainnya, yang dalam

hal ini objek kajiannya adalah pemikiran Syaikh Yusuf Al-Qardhawi.

2. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah hal-hal yang berkaitan dengan teori-teori,

konsep-konsep, proposi-proposi, prinsip ataupun dalil-dalil yang akan dibahas atau

dikaji sampai menghasilkan kesimpulan yang bersifat teoritik.15

3. Sumber Penelitian

Sumber penelitian yang digunakan dalam penyusunan skrispsi ini

mencakup dua sember, yakni :

a. Sumber Primer

12Jusuf Soewadji,

Pengantar Metodologi Penelitian,(Jakarta : Mitra Wacana Media, 2012) h. 21

13Sumardi Suryabrata,

Metodologi Penelitian,(Jakarta : Rajawali Press, 1990) h. 19.

14

Anton bakker,Methode-methode filsafat,(Surabaya : Ghalia Indonesia, 1994) h. 21

15Jusuf Soewadji, MA,

(14)

Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan sumber

data kepada pengumpul data,16 sumber primer dapat diperoleh dari

buku-buku karya Syaikh Yusuf Al-Qardhawi.

b. Sumber Skunder

Sumber skunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.17

Sumber skunder dapat diperoleh dari buku yang ditulis oleh orang lain

tentang Syaikh Yusuf Al-Qardhawi, baik sejarah ataupun pemikirannya,

terutama yang berhubungan dengan judul skripsi yang penulis susun.

4. Metode Pengumpulan Data

Data adalah merupakan rekaman atau gambaran suatu hal atau fakta.

Apabila data tersebut diolah maka ia akan menghasilkan suatu informasi.18

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

metode dokumentasi, yang dimaksud dengan metode dokumentasi disini

adalah cara mencari data atau informasi dari buku-buku, catatan-catatan,

transkrip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan

yang lainnya.19

5. Metode Pengolahan Data

Mengolah data adalah upaya untuk menghidupkan data menjadi suatu

informasi yang dapat dibaca dan difahami. betapapun besarnya jumlah dan

tingginya nilai data yang terkumpul, apabila tidak tersusun dalam satu

organisasi dan diolah menurut sistematika yang baik, niscaya data itu tetap

merupakan bahan yang membisu.20

16Sugiyono,

Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B,(Bandung : Alfabeta, 2013) h. 137

17

Ibid

18Jusuf Soewadji, MA,

Pengantar Metodologi Penelitian,(Jakarta : Mitra Wacana Media, 2012) h. 145.

19

Ibid.Hal.160.

20

(15)

Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data adalah menyeleksi data

yang valid dan invalid, lalu memilih data yang valid dan relevan dengan

pembahasan kemudian menyusun data secara sistematis dan runtut.

6. Metode Analisa Data

Analisa data menurut Patton sebagai mana yang telah dikutip oleh Lexi. J.

Moeloeng dalam buku metodologi penelitian kuantitatif adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori

dan satuan uraian dasar.21

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia

dari berbagai sumber yang dikumpulkan. Analisis data merupakan salah satu

rangkaian dalam kegiatan penelitian, sehingga kegiatan menganalisi data

berkaitan dengan rangkaian kegiatan yang dilakukan sebelumnya.

21

(16)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH A. Pengertian Dakwah

Ditinjau dari etimologi, dakwah berarti panggilan, seruan, atau ajakan.bentuk

perkataan tersebut dalam bahasa arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk kata

kerja atau fi’ilnya adalah da’a – yad’u – yang berarti memanggil, menyeru atau

mengajak.22.

Sedangkan secara terminology, menurut Syaikh Ali Mahfuz sebagai mana

yang dikutip oleh Alwisral Imam Zaidallah dalam buku Strategi Dakwah, bahwa

pengertian dakwah mendorong manusia atas kebaikan dan petunjuk dan

menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran guna mendapatkan

kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.23

Dakwah adalah suatu proses penyelenggaraan aktivitas atau usaha yang

dilakukan secara sadar dan sengaja dalam upaya meningkatkan taraf dan tata

nilai hidup manusia dengan berlandaskan ketentuan Allah Swt dan Rosullullah

Saw. Adapun bentuk usaha yang dilakukan tersebut hendaknya meliputi :

1. Mengajak manusia untuk beriman, bertaqwa serta mentaati segala perintah

Allah dan Rasul-Nya.

2. Dengan melaksanakan amar ma’ruf dan nahi mungkar.

3. Memperbaiki dan membangun masyarakat yang islami.

4. Menegakkan serta mensyiarkan ajaran agama islam.

5. Proses penyelenggaraan merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan

yakni kebahagiaan dan kesejahteraan hidup dunia dan akhirat.

Umat islam adalah umat dakwah dan risalah, bukan umat yang pasif dan

berpangku tangan, memonopoli kebenaran kebajikan dan petunjuk hanya untuk

dirinya dan tidak menyebarkannya kepada orang lain. Justru dakwah adalah suatu

kewajiban baginya. Begitu pula amar ma’ruf dan nahiy mungkar yang disertai

22

Abd. Rosyad Shaleh,Manajemen Dakwah Islam,(Jakarta : Bulan Bintang, 1993) h. 7

23Alwisral Imam Zaidallah,

(17)

dengan iman kepada Allah Swt merupakan pokok keistimewaan yang

membuatnya unggul diatas ummat yang lainnya. Firman Allah :

antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang

yang fasik “.(Q.S. Ali Imran : 110).24

Menurut ukuran Allah, ia mengungguli ummat yang lain bukanlah karena

unsure material atau rasial. Ia unggul karena menurut tolak ukur kebenaran, yaitu

karena melakukan amar ma’ruf dan nahiy mungkar dan beriman kepada Allah.

kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217];

merekalah orang-orang yang beruntung ”.(Q.S. Ali Imran : 104)25

Ada dua arti tafsiran ayat tersebut, yaitu :

24

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Solo : Tiga Serangkai, 2015) h. 64

25

(18)

1. Jadikanlah dari diri kalian sebuah ummat da’wah yang melakukan amar ma’ruf dan nahiy mungkar, maka dengan demikian kalian berhak meraih

kemenangan.

2. Persiapkanlah dari diri kalian sekelompok orang yang kompak dan mampu

melakukan amar ma’ruf dan nahiy mungkar, maka akan gugurlah fardhu kifayah dari kalian dan kalian menjadi penyokong kelompok tersebut.26

Dakwah bil lisan merupakan aspek penting yang tidak boleh dilupakan dalam

keberhasilan penyebaran agama islam, dengan dakwah bil lisan inilah Rasulullah

mengajak keluarga dan kerabatnya untuk masuk kedalam agama yang penuh

rahmat ini. Oleh karenanya salah satau pokok penting penyampaian dakwah

dalam menyampaikan pemahaman ajaran islam kepada mad’u adalah dengan

cara dakwah bil lisan.

Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan dakwah yang harus menjadi

perhatian, yaitu ;

1. Mau’izah ialah menasihati objek (manusia) dengan cara menerangkan ajaran islam secara ringkas, polos dan dengan nada yang mengharukan.

Allah Swt berfirman.27

Yusuf Qardhawi,Menuju Kesatuan Fikrah Aktivis Islam,(Jakarta : Robbani Press,1991 ), h. 158-160

27Alwisral Imam Zaidallah,

(19)

berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka perkataan yang

berbekas pada jiwa mereka “.(Q.S. An-Nisa : 63).28

2. Tazkir adalah suatu bentuk dakwah dengan cara memberikan peringatan

dalam upaya penyegaran kembali.

3. Tabligh ialah menyampaikan ajaran islam kepada ummat manusia agar

mematuhi perintah Allah dan Rosul-Nya melalui media, baik lisan ataupun

tulisan.

4. Ta’lim dan Tarbiyah

Ta’lim (pengajaran) adalah memberikan ilmu kepada manusia (ummat). Sedangkan Tarbiyah (pendidikan) adalah mendidik manusia dengan

pengetahuan yang telah diajarkan itu benar-benar meraka menjadi sadar

akan hakikat akidah dan syariah.

5. Targhib atau Tabsyir adalah upaya menggemarkan manusia kepada amal

shaleh dengan menampilakn berita pahala yang akan didapatinya nanti.

Allah Swt berfirman :

Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan

berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir

sungai-sungai di dalamnya. setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam

surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan

kepada kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk

(20)

mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang Suci dan mereka kekal di

dalamnya“.(Q.S. Al-Baqarah : 25)29

6. Khutbah.

Menurut Ahmad Amin dan Ahmad iskandar menerangkan sebagai mana

yang dikutip oleh oleh Alwisral Imam Zaidallah dalam buku Strategi

Dakwah, bahwa Khutbah adalah percakapan yang diucapkan dari

seseorang kepada jamaah dengan tujuan dapat memberi bekas pada jiwa

mereka dan melegakan mereka terhadap semua urusan dan beberapa

urusan.30

Jadi setiap muslim harus bisa menjadi juru dakwah, dan berdakwah itu bukan

semata-mata melalui media lisan dan tulisan, akan tetapi dengan bersikap dan

berakhlak secara islami juga termasuk kedalam kategori berdakwah.

B. Hukum Dakwah

Berdakwah dengan segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap

muslim. Misalnya amar ma’ruf dan nahi mungkar, memberi nasihat, dan sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa syariat atau hukum islam tidak

mewajibkan bagi umatnya untuk selalu mendapatkan hasil semaksimalnya, akan

tetapi usahanyalah yang diwajibkan semaksimalnya sesuai dengan keahlian dan

kemampuannya.31

Para pakar berselisih paham dalam menanggapi tentang hukum dakwah

tersebut, sejauh pemikiran yang berkembang, perselisihan ini dapat

dikelompokan kedalam tiga pendapat sebagai mana penjelasan berikut:

1. Dakwah dihukumi sebagai kewajiban personal (Fardhu ‘ain). Maksudnya

adalah dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Dakwah menjadi

kewajiban personal karena ia merupakan tuntunan (implikasi) iman.

29Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Solo : Tiga Serangkai, 2015) h. 5 30

Alwisral Imam Zaidallah,Stategi Dakwah,(Jakarta : Kalam mulia, 2005), Cetakan ke 2, h. 8

31Asmuni Syukir,

(21)

2. Dakwah dihukumi sebagai kewajiban kolektif (fardhu kifayah). Hal ini

berarti, dakwah merupakan kewajiban yang dibebankan kepada komunitas

tertentu yang berkompeten dalam suatu masyarakat. Bila di dalamnya telah

ditemukan sekelompok orang yagn mewakili tugas ini, maka gugurlah

kewajiban untuk yang lain. Sebaliknya, jika tidak ada, maka anggota

masyarakat itu mendapat dosa.

3. Dakwah dihukumi sebagai kewajiban individual (Fardhu ‘ain) sekaligus

wajib kolektif (Fardhu kifayah). Maksudnnya adalah hukum asal dakwah

itu adalah wajib ‘ain, sehingga setiap muslim memiliki tanggung jawab

moral untuk menyampaikan agamanya sesuai dengan taraf kemampuan dan

kapasitasnya masing-masing.

C. Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah sebagai bagian dari seluruh aktivitas dakwah sama pentingnya

dari pada unsure-unsur lainnya, seperti subyek dan obyek dakwah, metode dan

sebagainya. Bahkan tujuan dakwah sangat menentukan dan berpengaruh terhadap

penggunaan metode dan media dakwah, sasaran dakwah sekaligus strategi

dakwah juga ditentukan atau berpengaruh olehnya (tujuan dakwah). Hal ini

disebabkan karena tujuan merupakan arah gerak yang hendak dituju seluruh

aktivitas dakwah.32

Proses penyelenggaraan dakwah yang terdiri dari berbagai aktivatas yang

dilakukan dalam rangka mencapai nilai tertentu, selanjutnya nilai tertentu yang

diharapkan dapat dicapai dan diperoleh dengan jalan melakukan

penyelenggaraan dakwah maka inilah yang disebut degnan tujuan dakwah.

Setiap penyelenggaraan dakwah harus memiliki tujuan. Tanpa adanya tujuan

tertentu yang harus diwujudkan, maka penyelenggaraan dakwah tidak

mempunyai arti apa-apa. Bagi proses dakwah, tujuan adalah merupakan salah

32Asmuni Syukir,

(22)

satu factor yang paling penting dan sentral. Pada tujuan itulah dilandaskan

segenap tindakan dalam rangka usaha kerjasama dakwah tersebut.

Tujuan utama dakwah sebagai mana yang telah dirumuskan ketika

memberikan pengertian tentang dakwah, yaitu terwujudnya kabahagiaan dan

kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai Allah Swt.

Kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhoi

Allah Swt, adalah merupakan suatu nilai atau hasil yang diharapkan dapat

dicapai oleh keseluruhan usaha dakwah. Ini berarti bahwa usaha dakwah, baik

dalam bentuk menyeru atau mengajak umat manusia agar bersedia menerima dan

memeluk islam, maupun dalam bentuk lain amar ma’ruf dan nahi mungkar,

tujuannya dalah tidak lain untuk terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan

hidup di dunia dan di akhirat yang diridhoi Allah Swt.33

D. Unsur-unsur Dakwah 1. Da’i (Pelaku) Dakwah.

Da’i dalam bahasa arab yaitu al-dai, al-da,iyyah dan al-du’ah menunjuk pelaku (subyek) dan penggerak (aktivis) kegiatan dakwah, yaitu orang yang

berusaha untuk mewujudkan islam salam semua segi kehidupan baik pada

tataran individu, keluarga, masyarakat, umat dan Bangsa.34

Syaikh Yusuf Al-Qardhawi menyampaikan sebagai mana yang dikutip oleh

Ilyas ismail dan Prio Hotman dalam bukunya filsafat dakwah, bahwa seorang

da’i perlu melengkapi diri dengan tiga senjata yaitu senjata iman (silah al-iaman), akhlak mulia (al-akhlaq al-karimah) dan Ilmu pengetahuan atau

wawasan. Senjata iman dan akhlak sebagai bekal spiritual, sedangkan ilmu

dan wawasan sebagai bekal intelektual. Jadi, secara umum seorang da’i harus

melengkapi diri dengan dua bekal yakni bekal spiritual dan bekal intelektual.

Terdapat enam wawasan intelektual yang perlu dimiliki oleh seorang da’i,

diantaranya adalah :

33

Abd. Rosyad Shaleh,Menejemen DakwahIslam (Jakarta : Bulan bintang, 1993), h. 21

34Ilyas Ismail, Prio Hotman,

(23)

1. Wawasan islam, antara lain meliputi Al-Qur’an, as-Sunnah, fikih, teologi, tasawuf, dan nizham islam.

2. Wawasan sejarah, mulai dari periode klasik, pertengahan hingga

modern.

3. Sastra dan bahasa.

4. Ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang meliputi sosiologi, antropologi,

psikologi, filsafat dan etika.

5. Wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi.

6. Wawasan perkembangan-perkembangan dunia kontemporer yang

melliputi perkembangan dunia islam, dunia barat, perkembangan

agama dan mazhab-mazhab pemikiran serta perkembangan pergerakan

islam kontemporer.35

Bekal yang harus dimiliki oleh seorang da’ai ykni meliputi:

1. Iman.

Iman bukan sekedar keindahan dan sekedar harapan belaka. Iman

itu adalah sesuatu yang tertancap di dalam hati dan dibenarkan oleh

amal perbuatan. Iman itu bukanlah hanya berupa pengakuan atau

perkataan belaka, bukanlah hanya angan-angan saja, akan tetapi segala

sesuatu yang bersemayam dalam hati dan terealisasikan dalam amal.36

Tanpa iman apa yang telah dilakukan tidak akan ada gunanya, dan

semua perbendaharaan tidak akan ada manfaatnya. Iman dalam hal ini

maksudnya adalah iman yang termaktub dalam al-Qur‟an , merujuk

pada aqidah, yang bermakna sangat dalam dan sangat kuat. Sedangkan

pemahaman iman dan maknanya bukan hanya sekedar pernyataan

seseorang bahwasanya dirinya adalah mukmin. Sebab betapa

banyaknya orang munafiq yang menyatakan iman dengan mulutnya

namun hatinya tidak beriman. Allah berfirman:

35

Ilyas ismail, Prio Hotman, iFilsafat Dakwah, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 78

36Â‟idh Al-Qornî,

(24)

Allah dan hari akhir‟, padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah

orang-orang yang beriman” (Q.S Al-Baqarah: 8)37

Iman bukan pula sekedar pengetahuan yang berputar-putar di otak.

Sebab bukankah demikian banyak orang tahu hakikat iman namun

mereka tidak beriman. Yang seperti inilah Allah berfirman :

”Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman mereka dan kesombongan mereka. Padahal hati mereka meyakini. Maka

bagaimanakah akibat orang-orang yang berbuat kerusakan”(Q.S

An-Naml : 14)38

Sesungguhnya hakikat iman di sini adalah bukan semata-mata amal

yang bersifat lisan, bukan pula jasmani dan bukan pula sekedar

pemuasan fikiran yang tidak terealisir. Iman hakiki adalah pekerjaan

jiwa yang merasuk wilayah yang paling dalam, yang sekelilingnya di

liputi oleh pengetahuan, kemauan dan hati nurani.

Jadi seorang da‟i hendak memiliki iman hakiki yang sempurna,

sesuai antara lisan, hati dan amal jasmani. Sehingga dia mampun

menjadi teladan dalam hidup.

37

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Solo : Tiga Serangkai, 2015) h. 3

38

(25)

2. Tulus ikhlas dan tidak mementingkan kepentingan diri pribadi

Niat yang lurus tanpa pamrih duniawiyah belaka, salah satu syarat

mutlak ang harus dimiliki seorang da’I. Sebab dakwah adalah pekerjaan

yang bersifat ubudiyah atau terkenal dengan hablullah,yakni amal

perbuatan yang berhubungan dengan Allah. Sifat ini sangat menentukan

keberhasilan dakwah, misalnya ada dalam hati ketika memberikan

ceramah dengan adanya ketidak ikhlasan dalam memberikan ceramah.

3. Ramah dan penuh pengertian

Propaganda yang dapat diterima orang lain, apabila yang

mempropagandakan berlaku ramah, sopan dan rigan tangan untuk

melayani sasarannya, karena keramahan, kesopanan dan

keringan-tanganannya insya-Allah akan berhasil dakwahnya.

4. Tawadlu’ (rendah diri)

Rendah diri hati bukan semata-mata merasa dirinya terhina

dibandingkan dengan derajat dan martabat orang lain, akan tetapi

seorang da’I yang sopan, tidak sombong dan tidak suka menghina dan mencela orang lain.

5. Sederhana dan jujur

Sederhana bukanlah berarti didalam kehidupan sehari-hari selalu

ekonomis dalam memenuhi kebutuhannya, akan tetapi sederhana disini

tidak bermegah-megahan, angkuh dan sebagainya, sedangkan kejujuran

adalah orang yang percaya akan ajakannya dan dapat mengikuti ajakan

dirinya.

6. Tidak memiliki sifat egoisme

Ego adalah watak yang menonjolkan akunya, angkuh dalam

pergaulan merasa dirinya terhormat, lebih pandai, dan sebagainya. Sifat

inilah yang harus dijauhi betul-betul oleh seorang da’I .

(26)

Semangat berjuang harus dimiliki oleh da’I, sebab dengan sifat ini

orang akan trerhindar dari rasa putus asa, kecewa, dan sebagainya.

8. Sabar dan tawakal

Dalam melaksanakan dakwah mengalami beberapa hambatan dan

cobaan hendaklah sabar dan tawakan kepada Allah.

9. Memiliki jiwa toleran

Dimana tempat da’I dapat mengadaptasikan dirinya dalam artian

posisi.

10. Sifat terbuka

Apabila ada kritik dan sara hendaknya diterima dengan gembira,

mengalami kesulitan yang sanggup memusyawarahkan dan tidak

berpegang tangan kepada idenya sendiri.

11. Tidak memiliki penyakit hati

Sombong, dengki, ujub, dan iri haruslah disingkirkan dalam hati

sanubari yang hendak berdakwah.39

Seorang da’i dituntut untuk senantiasa bersabar dalam mengemban

dakwah kepada Allah, ia harus berpegang teguh dengan keyakinan serta

bersenjatakan kesabaran betapapun berat beban yang diterimanya.

Beban-beban dakwah kepada Allah wujudnya beraneka ragam, diantaranya adalah

sebagai berikut :

1 Dalam bentuk keberpalingan manusia dari juru dakwah.

Sesuatu yang dirasa paling menyesakan dada seorang juru dakwah

ialah penolakan terhadap dakwah yang telah diserukannya.

Hal ini dapat kita kita lihat dalam munajat Nabi Nuh as kepada Allah,

ketika mengadukan ikhwal kaumnya yang menolak dakwahnya,40

sebagai mana yang dirangkan dalam Al-Qur’an pada surat Nuh ayat 5-7.

39

Asmuni Syukir,Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 38

40Yusuf Al-Qardhawi,

(27)

“Dia (Nuh) berkata: "Ya Tuhanku Sesungguhnya Aku Telah menyeru

kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah

mereka lari (dari kebenaran). Dan Sesungguhnya setiap kali Aku

menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka,

mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan

menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari)

dan menyombongkan diri dengan sangat.” (Q.S. Nuh : 5-7)41

2 Dalam bentuk gangguan manusia dengan ucapan atau perbuatan.

Tidak ada sesuatu yang paling menyedihkan seorang da’i yang

mukhlis, yang bersih dari hawa nafsudan sangat mencintai kebaikan

bagi manusia dari pada sikap manusia yang menyambut nasihatnya

dengan tuduhan-tuduhan palsu, yang menolak kebijaksanaan

seruannya ke jalan Allah dengan kekerasan dan yang membalas

kebaikannya dengan kejahatan.42

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Solo : Tiga Serangkai, 2015) h. 570

42Yusuf Al-Qardhawi,

(28)

“Dan Bersabarlah (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan

dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik.” (Q.S.

Al-Muzzammil : 10).43

3 Beban dan kesulitan dakwah yang lain tercermin dalam panjangnya

perjalanan dakwah dan lamanya kemenangan.

Allah menjadikan akibat yang baik bagi kaum yang bertaqwa dan

menetapkan kemenangan bagi para rasul-Nya, pengikutnya dan para

pewarisnya yang beriman.44Kenyataan ini telah Allah jelaskan melalui

firman-Nya didalam Al-Qur’an kepada kaum mukminin dalam surat

Al-Baqarah ayat 214.

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal

belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang

terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan

kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam

cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman

bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah,

43

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Solo : Tiga Serangkai, 2015) h. 574

44Yusuf Al-Qardhawi,

(29)

Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Q.S. Albaqarah :

214).45

2. Mad’u(Penerima) Dakwah

Mad’u adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia

penerima dakwah (objek dakwah), baik sebagai individu maupun sebagai

kelompok, baik manusia yang beragama islam maupun non islam, dengan kata

lain manusia secara keseluruhan.46

Muhammad Abduh menerangkan sebagai mana yang dikutip oleh M.

munir dan Wahyu ilaihi dalam buku Metode Dakwah, bahwa mad’u terbagi

menjadi tiga golongan, yaitu :

1. Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berfikir

secara kritis dan cepat dapat menangkap persoalan.

2. Golongan awam, yaitu orang kebanyaklan yang belum dapat berfikir

secara kritis dan mendalam serta belum dapat menangkap

pengertian-pengertian tinggi.

3. Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka

sengan membahas sesuatu tapi hanya dalam batas tertentu saja dan tidak

mampu mem bahasnya secara mendalam.47

Hubungan baik antara da’I dan mad’u bisa menimbulkan mad’u yang secara penih mengerti akan pesan yang disampikan oelh da’I, ini menunjukan

suatu terjalinya hubungan yang baik. Faktor yang menentukannya

diantaranya:

1. Faktor percaya

Jika masyarakat percaya terhadap da’I dan memandangnya dengan penuh hormat, dipihak lain da’I pun percaya bahwa masyarakat berpikir

45Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Solo : Tiga Serangkai, 2015) h. 33 46

M. Munir, Wahyu ilaihi,Manajemen Dakwah,(Jakarta : Kencana Premadia Group, 2009) h. 23

47

(30)

konstruktif. Jika tidak seperti ini, maka akan menimbulkan

kesalahnpahaman.

2. Sikap saling membantu

Jika masyarakat dibantu akan kedatangan da’I, dan da’I pun merasa dibantu oleh mad’u dalam berekpresi diri dan beramal shaleh

mengembangkan karir, maka terjalin hubungan baik mudah terjadi.

3. Sikap terbuka

Seorang mad’u harus mempunyai sikap terbuka, agar pesan yang

disampaikan da’I dapat dicerna atau diterima dengan baik karena adanya

perasaan terbuka dan tidak ada perasaan tertutup sedikit pun agar

terjalin efek komunikasi yang baik diantara mereka.

Selanjutnya ada jugabeberapa etika yang harus dijaga oleh seorang mad’u, diantara etika yang harus dijaga oleh mad’u (sebagai murid) kepada Da’i

(sebagai guru), antara lain ialah :

1. Menghormati Da’i sebagai gurunya.

2. Memperhatikan keterangan yang disampaikan oleh da’i.

3. Sabar dalam proses mendapatkan ilmu melalui kegiatan dakwah yang

diikuti.

4. Menjaga etika didalam majlis.

5. Mengkritik dengan etik.48

3. Maddah (Materi) Dakwah

Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada mad’u, dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran islam itu sendiri. Seorang da’i harus memperhatikan materi yang akan disampaikan, ia harus menyesuaikan dengan kemampuan dan kondisi mad’u, sehingga tidak menzaliminya. Sehingga da’i memahami apa yang sedang

48Enjang, Hajir Tajiri,

(31)

dibutuhkan mad’u. Ketika kebutuhan telah dketahui maka da’i akan mengambil prioritas materi yang akan disampaikan.

Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi dua masalah

pokok, yaitu :

1. Masalah aqidah (keimanan).

Materi pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah islamiah,

aspek akidah ini yang akan membentuk moral (akhlak) manusia. Oleh

karena itu, yang pertama kali yang dijadikan materi dakwah islam

adalah akidah atau keimanan. Dan dalam memberikan materi akidah

hendaknya mengacu pada kaidah-kaidah di bawah ini:

a. Bagaimana ia mengenal Tuhanya sampai mencapai tingkat

keyakinan

b. Mengenal Nabinya, Muhammad saw, serta meyakini kebenaran

ajarannya

c. Mengenal Al Qur‟an sebagai mu‟jizat kepada nabi Muhammad

SAW

d. Memahami konsep ketuhanan, kenabian dan hal-hal ghoib,yang

berkaitan dengan akhirat sesuai dengan Al Qur‟an sunnah

e. Menjauhi dari talkid buta dan perdebatan ilmu kalam yang merusak

fikiran ummat.

2. Maslah syariah.

Hukum atau syariah sering disebut sebagai cermin peradaban dalam

pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka

peradaban mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya. Pelaksanaan

syariah merupakan sumber yang melahirkan peradaban islam, yang

(32)

Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan mengikat

seluruh umat islam. Ia merupakan jantung yang tidak terpisahkan dari

kehidupan umat islam diberbagai penjuru dunia.49

4. Wasilah (Media) Dakwah.

Wasilah (media) dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan

materi dakwah (ajaran Isalm) kepada mad’u. untuk menyampaikan ajaran

islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah.

Hamzah Ya’qub menjelaskan sebagai mana yang dikutip oleh M. Munir dan Wahyu ilaihi dalam buku Menejemen Dakwah, bahwa wasilah dakwah

dapat dibagi menjadi lima macam, yaitu :

1. Lisan.

Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan

lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato,

ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan dan sebagainya.

2. Tulisan.

Tulisan adalah media melalui tulisan buku, majalah, surat kabar,

surat-menyurat (korespondensi), sapnduk dan sebagainya.

3. Lukisan.

Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur dan

sebagainya.

4. Audiovisual.

Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indra

pendengaran, penglihatan atau kedua-duanya seperti televise, film slide,

OHP, internet dan sebagainya.

5. Akhlak.

49M. Munir, Wahyu ilaihi,

(33)

Yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang

mencerminkan ajaran islam yang secara langsung dapat dilihat dan

didengarkan oleh mad’u.50

Sedangkan dalam pandangan Muhammad Abdul fatah al-Bayanuni sebagai

mana yang dikutip oleh Tata sukayat dalam buku Quantum Dakwah, bahwa

secara praktis wasilah dalam konteks dakwah terbagi menjadi dua bagian,

yaitu :

1. Washilah maknawiyah.

Yang dimaksud washilah maknawiyah adalah media yang bersifat

immaterial, seperti cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mempertebal

ikhlas dalam beramal.

2. Washilah madiyah.

Wasilah ini adalah media yang bersifat material, yaitu segala bentuk alat

yang bisa diindra dan dapat membantu para da’i dalam menyampaikan dakwah kepada mad’u.

Kemudian dalam media washilah madiyah terbagi menjadi tiga bentuk

yaitu :

1. Media yang bersifat fitrah (wasail fitriyah) seperti ceramah, mengajar,

cerah umum, khutbah dan sebagainya.

2. Media yang bersifat ilmiah (wasail fanniyah) seperti karya tulis, kreasi

suara yang berupa pengeras suara, kaset, telepon, tv, film, radio, tater,

drama dan lain-lain.

3. Media yang bersifat praktis (wasilah tatbiqiyah) seperti memakmurkan

masjid, mendirikan organisasi, mendirikan sekolah, rumah sakit,

menyelenggarkan seminar dan mendirikan pemerontahan islam.

50M. Munir, Wahyu ilaihi,

(34)

5. Thariqah (Metode) Dakwah.

Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipai oleh juru dakwah untuk

menyampaikan ajaran materi dakwah islam. Dalam menyampaikan suatu

pesan dakwah, metode menjadi sangat penting peranannya, karena suatu

pesan walaupun baik, tetapi disampaikan melalui metode yang salah atau

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk“.(Q.S. An-Nahl : 125).52

Ayat di atas menernagkan bahwa terdapat tiga metode dakwah yang

diterangkan pada surat tersebut, yakni :

1. Bi al-Hikmah.

Yaitu berdakwah dengan memperhatikansituasi dan kondisi sasaran

dakwah dengna menitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga

didalam menjalankan ajaran-ajaran islam selanjutnya, mereka tidak lagi

merasa terpaksa atau keberatan.

2. Mau’izatul Hasanah.

51

M. Munir, Wahyu ilaihi,Manajemen Dakwah,(Jakarta : Kencana Premadia Group, 2009), h. 33

(35)

Yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau

menyampaikan ajaran-ajaran islam dengan rasa kasih saying, sehingga

nasihat dan ajaran islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati

mereka.

3. Mujadalah Billati Hiya Ahsan.

Yaitu berdakwah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak

memberikan tekanan-tekanan yang memberatkan pada komunitas yang

menjadi sasaran dakwah.53

Selanjutnya, bentuk-bentuk metode dakwah berdasarkan isyarat Al-Qur’an,

sedikitnya terdapat tujuh belas metode dakwah, yaitu :

1. Metode Hikmah.

Hikmah berarti ilmu, filsafat atau faedah dibalik tabir sesuatu dan bijak

sana. Hikmah menurut banyak ahli tafsir adalah perkataan yang tegas

dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang batil.

Dalam kaitan sebagai metode dakwah, hikmah berarti mendakwahi

manusia dengan cara-cara ilmiah agar manusia menerima dan

melaksanakan syariat islam menurut contoh Rosulullah Saw, sedangkan

wujud dari metode ini bisa menggunakan bahasa lisan, tulisan maupun

perbuatan.

2. Metode Mau’izdah Hasanah.

Metode ini lebih dekat dengan makna memberi nasihat yang baik atau

pelajaran. Nasihat yang menyentuh hati dan melembutkan, yang selalu

menyampaikan dakwah apa yang ada dihati dan tidak dibuat-buat.

Mau’izdah hasanah sebagai metode dakwah yang mengajak manusia dengan member pelajaran dan nasihat yang baik, yang dapat menyentuh

perasaan dan dapat membangkitkan semangat mengamalkan syariat

islam.

53M. Munir, Wahyu ilaihi,

(36)

3. Metode Mujadalah.

Yaitu sebagai metode dakwah yang mendakwahi manusia melalui

diskusi dan dialog )debat) secara baik yang berdasarkan etika dan

mekanisme diskusi (debat) menurut ajaran islam ialah mempertinggi

kualitas argument dan menghindari sentimental.

4. Metode Di’ayat ila al-Khayr.

Metode ini artinya mendakwahkan al-Islam dengna cara mengajak pada

kebaikan dan bersifat persuasive edukatif.metode ini lazim digunakan

kepada objek dakwah yang non muslim sebagai upaya ekstensifikasi

dakwah baik dengan bahasa lisan maupun tulisan agar mereka tahu dan

mau menerima al-Islam.

5. Metode Amr bi al-Ma’ruf.

Metode dakwah dengan cara ini berupa membina kualitas keimanan dan

keislaman umat yang sudah menganut al-Islam. Metode ini disunakan

untuk intensifikasi dakwah dakwah dan berorientasi ke internal muslim

agar lebih taat dalam menjalankan kewajibannya.

6. Metode Nahi bi al-mungkar.

Metode dakwah ini yakni mendakwahkan al-Islam dengna cara

penyingkiran dan penolakan atas segala bentuk penyakit yang dapat

merusak al-Islam, baik yang datangnya dari dalam maupun dari luar

islam.

7. Metode Tasyid.

Metode dakwah ini dalam bentuk pembuktian atau percontohan, dimana

da’I menjadi pengamal awal al-islam, sehingga mad’u tidak hanya

mendengar dakwah yang ilmiah tapi dapat melihat dakwah yang

amaliah.

(37)

Metode dakwah dalam bentuk ini adalah mendakwahi manusia dengan

cara mengawali memperingatkan terhadap diri sendiri atau internalisasi

al-islam pada tingkat pribadi (dakwah nafsiyah).

9. Metode Nazh al-‘Alamiy.

Yakni mendakwahi manusia dengna menyelenggarakann wisata rohani

untuk mengamati, meperhatikan, meneliti dan merenungkan keagungan

Allah Swt melalui ciptaan-Nya (tadzabur alam).

10. Metode ‘Ibarat al-Qashash.

Metode dakwah ini ialah mendakwahi manusia dengna cara bercermin

pada kisah atau sejarah para Rosul Allah yang banyak mengandung

banyak pelajaran.

11. Metode Amtsal.

Metode ini yaitu mendakwahi manusia dengan cara mengambil dan

memberikan perumpamaan (amtsal, ilustrasi) yang positif dari berbagai

fenomena alam termasuk keberadaan manusia dalam hal ketaatan

mereka terhadap sunnatullah fi al-khalqi.

12. Metode Tabsyir.

Metode dakwah ini yakni dengna cara memberikan kabar gembira dan

memberikan daya tarik melalui reward dalam mendorong mad’u agar

memiliki optimism dalam menghadapi hidup dalam kehidupan.

13. Metode Tazkiyah.

Dakwah dalam bentuk ini yakni mendakwahi manusia dengan cara

memperbaiki sikap dan mental yang negative dengna pendekatan taubat

dari segala dosa lahir dan batin, serta menciptakan lingkungan yang

bersih dati hal-hal yang bertentangna dengan al-islam.

14. Metode Doa.

Metode dakwah ini yaitu mendakwahi manusia dengna cara memohon

kepada Allah Swt, agar mereka menerima pesan dakwah sehingga dapat

(38)

15. Metode Tasyir.

Metode dengan dakwah ini adalah mendakwahi manusia dengan cara

memperlihatkan syi’ar al-Islam ditengah-tengah kehidupan masyarakat. 16. Metode Tandzir.

metode dengan dakwah ini adalah dengan cara memberikan peringatan,

memberikan kabar, yang menakutkan dan mengambil tindakan berupa

sanksi bagi setiap pelanggar ajaran al-islam.

17. Metode Tadzkir.

Tadzkir sebagai metode dakwah dalam mendakwahi manusia dengan

cara menyadarkan dirinya dan menciptakan situasi dan kondisi

psikologis mad’u yang dapat mengiring kearah terbentuknya kesadaran

beragama.

Berdasarkan dari tujuh belas metode dakwah yang diturunkan dari

beberapa isyarat Al-Qur’an, dapat dikatakan bahwa diantara hal yang paling urgen dalam pembahasan metode dakwah adalah bahasa dalam arti yang

seluas-luasnya.54

54Tata Sukayat,

(39)

BAB III

RIWAYAT HIDUP SYAIKH YUSUF AL-QARDHAWI A. Riwayat Hidup Syaikh yusuf Al-Qaradhawi

1. Biografi Syaikh yusuf Al-Qardhawi

Syaikh Yusuf Al-Qardhawi lahir di sebuah desa kecil di Mesir bernama

Shafth Turab, 9 september 1926. Beliau telah hafal Al-Qur’an pada usia 10 tahun dan menamatkan pendidikan dasar atasnya di Ma’had Thantha kemudian

melanjutkan studinya ke Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar, hingga

selesai pada tahun 1952 dengan predikatsumma cum laude.

Karena keterlibatannya dengan gerakan Ikhwanul Muslimin, beliau pernah di

penjara pada saat usianya baru 23 tahun, beliau dipenjara oleh Raja Farouk pada

tahun 1949 dan pada april 1956 beliau ditangkap lagi pada saat terjadi Revolusi

Juni di Mesir. Bahkan akibat kejamnya rezim yang berkuasa pada saat itu,

akhirnya pada tahun 1961 beliau meninggalkan Mesir menuju Qatar.

Syaikh Yusuf Al-Qardhawi terkenal dengan khtbah-khutbahnya yang berani.

Karena keberaniannya, beliau pernah dilarang sebagai khatib disebuah Masjid di

daerah Zamalek, Kairo. Alasannya adalah karena khutbah-khutbahnya dinilai

menciptakan opini umum tentang ketidak adilan rezim pada saat itu. Beliau

memperoleh gelar doktornya pada 1972 dengan disertasi berjudul Zakat dan

Dampaknya dalam Penanggulangan Kemiskinan. Disertasi tersebut kemudian

beliau sempurnakan menjadi Fiqh Al-Zakah.

Di Qatar, beliau mendirikan Fakultas Syariah di Universitas Qatar dan

mendirikan pusat kajian sejarah dan sunnah Nabi, beliau mendapat kewarga

negaraan Qatar dan menjadikan Doha sebagai tempat tinggalnya.55

Pada tahun 1990/1991 beliau ditugaskan oleh pemerintah Qatar untuk menjadi

dosen tamu di al-Jazair. Di negeri ini beliau bertugas untuk menjadi ketua majelis

ilmiah pada semua universitas dan akademi negeri itu. Setelah beliau kembali

55Yusuf Qardhawi,

(40)

mengerjakan tugas rutinnya di Pusat Riset Sunnah dan Nabi. Pada tahun 1411 H,

beliau mendapat penghargaan dari IDB (Islamic Development Bank) atas

jasa-jasanya dalam bidang perbankan. Tahun 1413 beliau bersama Sayyid Sabiq

mendapat penghargaan dari King Faisal Award karena jasa-jasanya dalam bidang

keislaman. Kemudian di tahun 1996 beliau mendapat penghargaan dari

Universitas islam Antar bangsa Malaysia atas jasa-jasanya dalam bidang ilmu

pengetahuan. Dan pada tahun 1997 beliau kembali mendapat penghargaan dari

Sultan Brunei Darus Salam atas jasa-jasanya dalam bidang fikih.56

2. Keluarga Syaikh Yusuf Al-Qardhawi

Syaikh Yusuf Al-Qardhawi memiliki tujuh orang anak, empat orang putri dan

tiga orang putra, sebagai seorang ulama yang sangat terbuka beliau

membebaskan anak-anaknya untuk menuntut ilmu apa saja yang sesuai dengan

minat dan bakat serta kecendrungan masing-masing. Beliau tidak membedakan

pendidikan yang harus ditempuh anak perempuannya dan anak laki-lakinya.

Salah seorang putrinya memperoleh gelar doktor fisika dalam bidang nuklir di

Inggris, putri keduanya memperoleh gelar doktor dalam bidang kimia juga di

Inggris, sedangkan yang ketiga masih menempuh program S-3 dan yang keempat

telah menyelesaikan pendidikan S-1 di Universitas Texas, Amerika. Kemudian

anak laki-laki beliau yang pertama menempuh S-3 dalam bidang teknik elektro di

Amerika, anak laki-laki keduanya belajar di Universitas Dar Al-ulum, Mesir,

sedangkan anak yang paling bungsu telah menyelesaikan kuliahnya pada fakultas

teknik jurusan listrik. Dilihat dari ragam pendidikan anak-anaknya, maka kita

bisa membaca sikap dan pandangan beliau terhadap pendidikan modern, dari

tujuh anaknya hanya satu yang belajar di Universitas Dar Al-ulum, di Mesir dan

mengambil pendidikan Agama, sedangakn yang lain mengambil pendidikan

umum dan semuanya ditempuh di Barat.57

56

Biografi Tikoh Muslim,artikel diakses pada 15 Januari 2016 dari http://tokoh-muslim.blogspot.com/2009/02/dr-yusuf-qardhawi.html. h. 1

57Yusuf Qardhawi,

(41)

B. Pemikiran Syaikh Yusuf Al-Qardhawi

Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dikenal sebagai ulama dan pemikir islam yang

unik sekaligus istimewa. Keunikan dan keistimewaannya itu tidak lain karena dia

memiliki cara atau metodologi khas dalam menyampaikan risalah islam, karena

metodologinya itulah beliau mudah diterima dikalangan dunia Barat sebagai

seorang pemikir yang selalu menampilkan islam secara ramah, santun dan

moderat. Kapasitasnya itulah yang membuat beliau kerap menghadiri pertemuan

Internasional para pemuka agama di Eropa maupun di Amerika sebagai wakil

dan kelompok islam.Dalam pemikiran dan dakwah, kiprah Syaikh Yusuf

al-Qardhawi menempati posisi vital dalam pergerakan islam kontemporer. Waktu

yang beliau habiskan untuk berkhidmat kepada islam, ceramah, menyampaikan

masalah-masalah actual dan keislaman diberbagai tempat dan negara telah

menjadikan pengaruh sosok beliau sebagai sosok besar diberbagai belahan dunia,

khususnya dalam pergerakan islam kontemporer.58

Menurut pendapat intelektual, pemikiran Sayikh Yusuf Al-Qardhawi banyak

dipengaruhi oleh guru-gurunya antara lain Syaikh Hasan al-Banna, Syaikh

Muhammad Syaltut, Syaikh Muhammad Al-Gazali, Syaikh bin Baz dan

guru-guru beliau yang lainnya. Beliau sendiri membantah dengan mengatakan bahwa

pemikirannya itu tidak terikat pada salah satu tokoh atau mazhab tertentu

walaupun dari sekian pemikiran tokoh atau mazhab tersebut sedikit banyak telah

mempengaruhi pemikirannya.59

1. Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dan Syaikh Hasan Al-Banna.

Dalam banyak kesempatan, Syaikh Yususf Al-Qardhawi mengatakan

bahwa beliau tidak pernah terpengaruh dengan seseorang manusia yang

pernah hidup lebih dan keterpengaruhannya oleh Hasan Al-Banna. Beliau

sering kali menjadikan perkataan Hasan Al-Banna sebagai contoh dalam

58Yusuf Qardhawi,

Fiqih Jihad,(Bandung : Mizan, 2010) h. xxviii

59

(42)

megemukakan suatu masalah. Kecintaan Syaikh yusuf AL-Qardhawi ini

ditampakkan dengan member penjelasan secara rinci kepada bukual-Ushul

‘Isyriin. Beliau juga memuji Imam Hasan Al-Banna dalam sebuah syair.

Dan beliau mempersembahkan kumpulan syairnya yang berjudul

al-Muslimun Qadimun untuk Imam Hasan al-Banna. Beliau berkata “ saya

tidak pernah memuji seseorangpun dalam sebuah untuain syair kecuali

kepada Hasan Al-Banna.60

Namun demikian, Syaikh Yusuf Al-Qardhawi tidak memposisikan diri

sebagai seorang yang mencintai yang karena cintanya telah menjadikannya

tidak lagi emmiliki idefendensi dalam pendapat dan pandangannya atau

tidak mampu berbeda dengan yang dicintainya dalam beberapa pandangan.

Perbedaan pendapat antara Syaikh Yusuf Qardhawi dengan Hasan

Al-Banna yang paling jelas adalah dalam masalah multi partai dalam Negara

islam, pandangan Hasan Al-Banna menolak berdirinya partai-partai dalam

satu Negara Islam, namun pandangan Syaikh Yusuf Al-Qardhawi

menyatakan boleh dengan syarat yang beliau jelaskan secara rinci.61

2. Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dan Syaikh Mahmud Syaltut.

Selasin Syaikh Hasan Al-Banna, salah seorang yang mempengaruhi

pemikiran beliau adalh Mahmud Syaltut, Syaikh Jami’ al-Azhar. Syaikh Yusuf Al-Qardhawi juga menghimpun pemikiran-pemikiran Syaltut, baik

dalm bidang Fikih, maupun dalam tafsir Al-Qur’an. Walu demikian, rasa cinta Syaikh Yusuf Al-Qardhawi kepada Syaltut tidak menghalanginya

untuk berbeda pendapat dengannya dalam beberapa masalah seperti yang

terlihat dalam bukunyaal-Halal wa Haram fil Islam.

Syaikh Yusuf Al-Qardhawi mengatakan “Barang siapa yang menyembah Syaikh Syaltut maka hendaknya dia tahu bahwa Syaijh Syaltut

akan mati, dan barang siapa yang menyembah Allah, maka sesunguhnya

60

Ibid,h. 293

61

(43)

Allah Maha Hidup dan tidak akan pernah mati”. Syaikh Syaltut juga tidak

memerintahkan seorangpun untuk bertaklid kepadanya62

3. Syaikh yusuf Al-Qardhawi dan Syaikh Muhammad Al-Ghazali

Syaikh yusuf Al-Qardhawi juga terpengaruh dengan pemikiran Syaikh

Muahammad Ghazali. Kecintaanya pada Syaikh Muhammad

Al-Ghazali beliau ekspresikan dengan menulis sebuah buku pada saat Syaikh

Muahammad Al-Ghazali masih hidup. Beliau memaparkan sisi inovatif

pemikiran dan karya ilmiahnya.kecintaan belliau kepada Syaikh

Muahammad Al-Ghazali tidak menggiringnya kepada cinta buta, yang

membutakannya untuk mengatakan suatu yang hak dan benar. Rasa

cintanya juga tidak menghalanginya untuk melakukan kritik dengan cara

yang santun. Salah satu kritik beliau kepada Syaikh Muahammad

Al-Ghazali adalah perkataan Syaikh Muahammad Al-Al-Ghazali; para ahli hadits

telah menjadikan diyat wanita adalah separuh dari diyat laki-laki. Ini

adalah kejahatan pemikiran yang ditolak oleh para fukaha dan orang-orang

yang memiliki pemahaman yang mendalam. Padahal hakikatnya mayoritas

fukaha mengatakan hal serupa dengan apa yang dikatakan oleh para ahli

hadits. Seharusnya syaikh mengatakan ungkapan yang lebih halus dari kata

kejahatan. Karena semua itu adalah ijtihad yang terbuka untuk salah dan

benar, sedangakan oaring yang berpendapat demikian akan selalu

mendapat ganjaran, baik perkataan itu salah maupun benar, sebagai mana

yang telah kita ketahui bersama.63

4. Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dan Syaikh Abdul Aziz bin Baz.

Syaikh Yusuf Al-Qardhawi juga meiliki hubungan dan kecintaan yang

kuat denga Syaikh bin Baz. Kedua syaikh ini telah berbeda pendapat

tentang masalah berdamai dengan Israel, serta sejauh mana boleh dan

tidaknya perdamaian dengan Israel. Namun demikian jawaban kedua belah

62

Ibid,h. 295

63

(44)

pihak selalu menggambarkan contoh yang sangat indah dalam fikih ikhtilaf

diantara para ulama. Kebanyakan ungkapan Syaikh Yusuf Al-Qardhawi

adalah pujian kepada Syaikh bin Baz. Sebagai mana Syaikh Yusuf

Al-Qardhawi pernah berkata tentang Syaikh bin Baz, “Syaikh Abdul Aziz bin Baz adalah salah seorang ulama besar kaum muslimin di zaman ini, beliau

pernah menjabat rector universitas Islam Madinah Saudi Arabia,

fatwa-fatwa bisa diterima dilingkungan umum dan para aktivis muslim. Beliau

adalah sosok ulama yang keilmuannya tidak diragukan lagi, begitulah

beliau dalam pandangan kami”.64

Demikian sikap Syaikh Yusuf Al-Qardhawi kepada orang-orang yang

dicintainya dari kalangan pamikir dari ulama hingga orang yang beliau

tentang dalam perkataan dan fatwanya sekalipun.

C. Kontribusi dan Aktivitasnya dalam Pengabdian kepada Islam

Syaikh Yusuf Al-Qardhawi adalah salah seorang tokoh islam yang menonjol

dizaman ini, dalam bidang ilmu pengetahuan, pemikiran, dakwah dan

pendidikan. Pengabdiannya untuk islam tidak hanya terbatas pada satu sisi atau

satu medan tertentu. Diantaranta adalah:

1. Bidang Ilmu Pengetahuan

Tulisan dan karangan merupakan salah satu sisi paling penting dan

pribadi Syaikh Yususf Al-Qardhawi. Beliau adalah seorang alim yang

banyak mengarang dan mengoreksi. Buku-bukunya memiliki bobot ilmiah

yang tinggi dan memiliki pengaruh besar di dunia islam.

Beliau adalh seorang penulis yang memiliki pikiran-pikiran cemerlang.

Tulisan-tulisannya selalu menggambarkan keluasan ilmunya dan jauh dari

taklid buta. Tidak terjadi pengulangan dan selalu didapatkan hal-hal

penting, mendapatkan pelurusan pemahaman yang salah, pengokohan

64

Referensi

Dokumen terkait

Pada hakekatnya tujuan dari pentanahan dengan kumparan Petersen adalah untuk melindungi sistem dari gangguan hubung singkat fasa ke tanah yang sementara

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan kegemukan dan merokok dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Rawang Kota Sungai Penuh Tahun

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ketidakpuasan konsumen, karakteristik kategori produk, dan iklan pesaing terhadap keputusan perpindahan merek

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil data diatas bahwa Tidak terdapat perbedaan abnormal return dan risiko sebelum dan sesudah peristiwa pengumuman hasil pemilihan umum

Rendahnya kemampuan bahasa anak usia dini di TK Adh Dhuha Gentan, Sukoharjo disebabkan karena latar belakang keluarga yang kurang mendukung pembelajaran bahasa,

 Toksisitas akut : Tidak diklasifikasikan (Berdasarkan data yang tersedia, kriteria klasifikasi tidak terpenuhi).  Korosi/iritasi kulit : Tidak diklasifikasikan (Berdasarkan

Saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah meningkatkan nilai deskripsi variabel yang dinilai rendah diantaranya adalah menyelesaikan

Dilihat dari indikator kemampuan untuk menilai memperoleh skor 228 dengan persentase 79.15% berada pada kategori “Baik”.Dilihat dari indikator keterampilan