Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
dalam Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Oleh :
YULI HERIYANTO NPM.0941010010
Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Pembimbing I : Prof. Dr. H. Khomsahrial Romli, M.Si Pembimbing II : Yunidar Cut Mutiyanti, S.Sos, M.Sos.I
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN
LAMPUNG
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
KONSEP BERDAKWAH BIL LISAN MENURUT PEMIKIRAN
SYAIKH YUSUF AL-QARDHAWI
Konsep dakwah yang disampaikan Syaikh Yusuf Al-Qardhawi sangat
berbobot dan sangat relevan serta besar pengaruhnya bagi umat Islam. Dakwah
yang disampaikan oleh beliau merupakan konsep dakwah yang mengandung
nilai-nilai yang mulia, karena berisi seruan pada akhlak yang terpuji, untaian kata yang
indah, melembutkan hati dan perasaan, menyeru melaksanakn ajaran agama, sarat
dengan nilai-nilai keutamaan, dan memperhatikan etika.
Dakwah Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dikonsep sedemikian rupa apiknya,
sehingga mampu mudah diterima oleh berbagai kalangan. Konsep dakwah yang
disajikan dengan berbagai gaya dan ekspresi serta metode yang menggambarkan
seorang da’i yang mencoba mengajak para umat untuk menyalakan obor semangat perjuangan dakwah di muka bumi ini dengan niat dan perhatian yang besar,
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi tidak hanya dikenal sebagai tokoh ulama yang
banyak menuliskan pemikirannya dalam berbagai buku namun beliaupun cerdas
dalam meramu konsep dakwah khususnya dalam dakwah bil lisan yang telah
banyak menjadi rujukan bagi para penyeru dakwah islam. Banyak karya beliau
yang kini menjadi destinasi utama bagi para pelaku aktivis dakwah yang
mengaplikasikan konsep pemikiran Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dalam menyelami
dunia dakwah.
Dari latar belakang inilah penulis tertarik untuk melakukan kajian lebih
mendalam tentang pemikiran Syaikh yusuf Al-Qardhawi untuk mengetahui
pemikiran-pemikiran beliau yang beliau tuangkan dalam dunia dakwah khususnya
dalam bidang dakwah bil lisan.
Adapun metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif
analitis, dengan penelitian pustaka (library research), dalam penelitian ini hanya
digambarkan beberapa konsep dakwah Syaikh yusuf Al-Qardhawi yang tersirat
dalam buku-buku beliau kemudia penulis analisis dengan memadukan dengan
HALAMAN JUDUL……… …… i
ABSTRAK……… ii
HALAMAN PERSETUJUAN……… iii
HALAMAN PENGESAHAN………. iv
PERSEMBAHAN……… v
MOTTO……… vi
ROWAYAT HIDUP……… vii
KATA PENGANTAR………. viii
DAFTAR ISI……… x
BAB I PENDAHULUAN……… 1
A. Penegasan Judul……….. 1
B. Alasan Memilih Judul………. 2
C. Latar Belakang Masalah………. 2
D. Rumusan Masalah……… 7
E. Tujuan Penelitian……… 7
F. Kegunaan Penelitian……….. 7
G. Metode Penelitian……….. 7
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH……….… 11
A. Pengertian Dakwah……… 11
B. Hukum Dakwah……….…… 15
C. Tujuan Dakwah………. 16
D. Unsur-unsur Dakwah……… 17
1. Da’i……….…… 17
2. Mad’u……….… 24
3. Maddah……… 25
4. Wasilah……….. 27
BAB III RIWAYAT HIDUP SYAIKH YUSUF AL-QARDHAWI…….…… 34
A. RIWAYAT HIDUP SYAIKH YUSUF AL-QARDHAWI………… 34
1. Biografi Syaikh Yusuf Al-Qaedhawi……… 34
2. Keluarga Syaikh Yusuf Al-Qardhawi……….. 35
B. Pemikiran Syaikh Yusuf Al-Qardhawi……….. 36
C. Kontribusi dan Aktivitas dalam Pengabdian kepada Islam………… 39
D. Karya-karya Syaikh Yusuf Al-Qardhawi……… 48
BAB IV KONSEP BERDAKWAH BIL LISAN MENURUT PEMIKIRAN SYAIKH YUSUF AL-QARDHAWI………. 57
A. Konsep Berdakwah……….…… 57
B. Konsep Berdakwah Bil lisan………..…… 64
C. Tujuan Berdakwah Bil Lisan………. 67
D. Metode Berdakwah Bil Lisan……… 69
E. Bentuk, Fase dan Tahapan Berdakwah Bil Lisan……….. 76
BAB V PENUTUP... 81
A. Kesimpulan……… 81
B. Saran………... 83
C. Penutup……… 83
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami, menafsirkan dan
mengembangkan judul skripsi ini yaitu : KONSEP BERDAKWAH BIL LISAN
MENURUT PEMIKIRAN SYAIKH YUSUF Al-QARDHAWI, maka perlu
dijelaskan terlebih dahulu istilah – istilah pokok yang terdapat dalam judul
tersebut. Adapun penjelasan judul adalah sebagai berikut :
Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u
da’wan, di’a, yang diartikan sebagai mengajak/menyeru, memanggil, seruan,
permohonan dan permintaan.1Sedangkan secara terminologis pengertian dakwah
dimaknai dari aspek ajakan positif tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan
keselamatan dunia akhirat.2
Dakwah Bil lisan adalah dakwah dengan menggunakan bahasa lisan dalam
menyampaikan pesan-pesan dakwah.3
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi merupakan seorang tokoh ulama terkenal pada
abad ini. Beliau merupakan seorang pemikir, sarjana dan intelek kontemporari
yang tidak asing lagi di dunia Islam. Beliau lebih dikenali sebagai Yusuf
Qardhawi. Yusuf Qardhawi dilahirkan di desa Shafat Turab, Mahallah
al-Kubra Negeri Gharbiah, Mesir pada 9 September 1926 bersamaan 1344H. Nama
penuhnya ialah Yusuf bin Abdullah bin Ali bin Yusuf. Al-Qardhawi merupakan
nama keluarganya. Nama ini diambil dari sebuah daerah yang bernama
al-Qardhah dan dinisbahkan kepada keturunannya.4
1M. Munir, Wahyu ilaihi,
Manajemen Dakwah,(Jakarta : Kencana Premadia Group, 2009) h. 17
2
Ibid. h. 18
3Djalul Abidin Ass,
Komunikasi dan Bahasa Dakwah,(Jakarta : gema Insani Perss, 1996), h. 61
4
Dari penjabaran sebagai mana yang telah dijelaskan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa judul yang penulis maksudkan adalah untuk mengetahui
pemikiran Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi tentang konsep berdakwah bil lisan.
B. Alasan Memilih Judul
Alasan penulis memilih judul ini ialah sebagai berikut :
1. Judul tersebut sesuai dengan program studi penulis di Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi yaitu Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang
mempelajari tentang materi ilmu dakwah.
2. Syaikh Yusuf Al-Qardhawi merupakan tokoh ulama terkenal di dunia saat ini
yang telah lama beraktivitas di dalam dunia dakwah dan telah menghasilkan
banyak buku-buku yang membahas tentang materi dakwah.
3. Banyaknya buku-buku yang membahas tentang materi dakwah dari berbagai
sumber sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pendukung atau refrensi
tambahan dalam penelitian ini.
C. Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya, kebutuhan manusia terhadap agama pada umumnya dan
kepada islam khususnya, bukanlah merupakan kebutuhan skunder maupun
sampingan, melainkan ia merupakan kebutuhan dasar dan primer yang
berhubungan erat dengan substansi kehidupan, misteri alam wujud dan hati
nurani manusia yang paling dalam.5
Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin, artinya Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta, dimana
rahmat dan kesejahteraan ini diserukan melalui sebuah aktivitas mulia yakni
aktivitas dakwah sebagai mana yang telah dilakukan oleh baginda Nabi besar
Muhammad SAW dan para sahabat beliau. Dalam surah Fusilat ayat 33 Allah
Swt berfirman:
5Yusuf al-qardhawi,
“ Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk
orang-orang yang berserah diri ".(Q.S. Fusilat : 33)6
Masalah yang paling mendasar dalam dakwah adalah keimanan, yakni
mentauhudkan Allah dan beribadah kepada-Nya. Karenanya, aktivis dakwah
harus menyampaikan masalah tersebut kepada umat manusia, menghidupkan hati
mereka dengan ma’rifah kepada Allah dan menyeru mereka untuk menaati-Nya. Dengan begitu, imannya akan selalu bertambah dan hatinya akan selalu
berhubungan dengna Allah, dan ini merupakan bekal yang sdangat berguna.7
Dakwah merupakan sebuah wadah dan sarana dalam upaya menyebarkan
pengetahuan dan pemahaman agama islam, baik melalui dakwah bil lisan
(ucapan), dakwah bil hal (perbuatan) maupun melalui dakwah bil qolam (tulisan)
sehingga aktivitas dakwah merupakan salah satu aspek terpenting dalam
melakukan upaya penyebaran islam, karena melalui dakwah inilah islam dikenal,
islam dipahami dan islam diikuti.
Aktivitas dakwah merupakan sebuah aktivitas atau usaha yang dilakukan
secara sadar dan sengaja dalam upaya meningkatkan taraf dan tata nilai hidup
manusia dengan berlandaskan kepada ketentuan Allah SWT dan Rosulullah
SAW, dengan kata lain dakwah Islam adalah mengajak ummat manusia dengan
hikmah (bijaksana) untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rosul-Nya.8. Adapun
bentuk usaha yang harus dilaksanakan dalam kegiatan perubahan tersebut
meliputi :
6Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Solo : Tiga Serangkai, 2015) h. 480 7
Syaikh Mushthafa Masyhur,Fiqh Dakwah,(Jakarta : Al-I’tishom, 2011), Jilid ke 2, h. 127
8Hamzah Ya’cub,
1. Mengajak manusia untuk beriman, bertaqwa serta mentaati segala perintah
Allah SWT dan Rosul-Nya.
2. Melaksanakan amar ma‟ruf nahi munkar.
3. Memperbaiki dan membangun masarakat yang Islami.
4. Menegakkan serta menyiarkan ajaran agama Islam.
5. Proses penyelenggaraan merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan
yakni kesejahteraan hidup dunia dan akherat.9
Sesungguhnya dakwah di ibaratkan sebuah bangunan yang hanya dikuasai
oleh ahli bangunan yang mahir atau proses produksi yang dikuasai oleh produsen
yang jenius.10 Dengan demikian, perlu suatu konsep untuk mempertahankan
eksistensi kabehasilan dakwah. Karena sejatinya, berdakwah bukanlah sebuah
aktivitas yang hanya tampil kedepan kemudian menyampaikan materi atau pesan
selanjutnya menunggu hasil dari apa yang telah dikerjakan. Tentu dakwah lebih
mulia dari pandangan seperti itu, dakwah memerlukan persiapan yang baik,
memerlukan cara yang baik dan benar, metode yang disesuaikan dan dengan
tujuan yang mulia semata-mata agar dakwah yang disampaikan dapat dipahami
dan diikuti oleh orang yang mendengarkannya dengan mengarahkannya pada
kebaikan dan kebenaran.
Membicarakan dakwah dalam dunia Islam, orang tak bisa mengabaikan nama
Syaikh Yususf Al-Qardhawi, ulama yang pakar dalam bidang dakwah. Ciri khas
dakwah beliau yang dibalut dengan nilai keindahan yang tinggi dan cerdas serta
didasari dalil yang shahih, membuat hati siapapun terpatri. Produktivitas Syaikh
Yusuf Al-Qardhawi dalam berbagai disiplin ilmu banyak dijadikan rujukan bagi
umat Islam, terutama dalam menghadapi persoalan-persoalan kekinian dan
persoalan-persoalan yang sedang dihadapi umat islam.
Buah pemikirannya yang cemerlang menghiasi kancah dakwah di dunia Islam.
Buku-bukunya menjadi ladang ilmu ummat Islam dan selalu menjadi literatur
9
Alwisral Imam Zaidallah,Stategi Dakwah,(Jakarta : Kalam mulia, 2005), Cetakan ke 2, h. 7
10
primer dalam problematika kontemporer, khutbah dan fatwanya telah mampu
menembus kesunyian dunia Islam yang dilanda kejumudan, dan dengan
semangat da`wahnya ia mampu mengobarkan api di dalam jiwa umat muslim
sebagai panji-panji Islam yang siap menebarkan Islam dengan kedamaian dan
keindahan.
Karakteristik dakwah beliau inilah yang membedakan dengan karakteristik
dakwah yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari unsur-unsur dakwah
yang dapat membangun jiwa. Dimata Syaikh Yusuf Al-Qardhawi Umat Islam
khususnya para pemuda Islam sudah lama mengidap krisis identitas diri yang
akut akibat ghazwul fikri (perang pemikiran) Barat yang tidak menginginkan
Islam bangkit kembali. Dimana krisis ini menjadikan dunia dakwah seolah
identik dengan dunia hitam putih, tak ada tawa, tak ada senyuman yang nampak
hanya muka sangar dan prilaku kasar.
Syaikh Yusuf A-lQardhawi adalah cendikiawan muslim yang buah
pemikirannya dinanti oleh berjuta ummat, beliau merupakan salah satu tokoh
pembaharuan islam yang disorot banyak masyarakat dan ulama sebagai
intelektual muslim yang berani menyuarakan kebenaran demi mengembalikan
identitas umat Islam yang terporak-porandakan oleh zaman, yaitu dengan cara
terus menerus menyebarkan pemikiran (fikroh) Islam yang haq dan sesuai
dengan al-Qur’an dan as-Sunnah lewat karangannya yang sangat beragam. Baik berbagai buku-buku yang beliau tulis, kuliah seminar-seminar di level
internasional, serta kumpulan puisi dan syair telah dipublikasikan untuk
dijadikan referensi bagi para juru dakwah. Yang tidak kalah penting dari itu
adalah pendiriannya yang sangat kokoh terhadap apa yang ia yakini sebagai
kebenaran dan prinsip Islam, walaupun ada tekanan dari berbagai pihak beliau
bukanlah pengikut buta dari madzhab atau gerakan Islam modern tertentu
meskipun ada beberapa tokoh yang beliau kagumi dan cintai.
Inilah yang membedakan beliau dengan ulama lain, beliau mampu
serta kelembutan dan ketegasan. Beliau adalah seorang ulama besar sekaligus
seorang pemikir ulung yang ahli dalam bidangnya di dunia Islam, terutama
dalam dunia dakwah. Dengan kesempurnaan akal ia dapat menguasai ilmu secara
mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh teladan
bagi para mad’unya dan dengan kekuatan serta kesehatan baik lahiriah, bathiniah, dan fisiknya ia mampu melaksanakan tugas dan amanahnya
berdakwah hingga penjuru dunia.
Pemikiran dan pandangan Syaikh Yusuf Al-Qardhawi adalah salah satu
khazanah keilmuan yang perlu dan menarik untuk diteliti, baik dari sisi Syaikh
Yusuf Al-Qardhawi sendiri sebagai sosok seorang ulama besar yang terkemuka
atau pemikirannya yang cerdas maupun kecakapannya dalam segala bidang di
dunia Islam. Beliau juga dikenal dikancah dunia Islam sebagai seorang yang
berkompeten dan ahli dalam bidang dakwah, baik dalam audio visual, lisan,
maupun tulisan.
Sungguh jelas sekali bahwa pemikiran Syaikh Yusuf Al-Qardhawi tentang
dakwah yang bernilai bagi pembinaan umat Islam sangatlah perlu dikaji. Dimana
Pemikiran beliau menuangkan gagasan bagaimana menyajikan dakwah yang
proporsional sesuai dengan tuntutan masyarakat dan kemajuan teknologi serta
informasi dalam menghadapi zaman yang semakin canggih dan modern, namun
tetap pada tatanan yang disyari’atkan Allah SWT dan Rosul-Nya dan tidak bertentangan dengan syari’at Islam. Jika dakwah yang disampaikan mengandung nilai estetika yang tinggi , maka akan terasa indah namun tetap tegas dan
bijaksana, sehingga dakwah yang disampaikan akan dipandang sebagai proses
perubahan yang disajikan secara professional menuju peradaban yang lebih baik.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan kajian yang
mendalam tentang dakwah bil lisan menurut pemikiran Syaikh Yusuf
Al-Qardhawi sebagai mana yang telah banyak baliau tuangkan dalam buku-buku
yang membahas tentang berbagai aspek materi dakwah yang dirasa sangat
khususnya sehingga penulis mengambil judul : Konsep Berdakwah Bil Lisan
menurut Pemikiran Syaikh Yusuf Al-Qardhawi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian deskripsi singkat tentang latar belakang masalah yang
telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu
“ Konsep Berdakwah Bil Lisanmenurut Pemikiran Syaik Yusuf Al-Qardhawi “.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui
pemikiran Syaikh Yusuf Al-Qardhawi tentang konsep berdakwah Bil Lisan.
F. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam
menambah khazanah wawasan keislaman, secara spesifik dalam konteks
dakwah khususnya dakwah Bil Lisan.
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi
bagi para peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan
dengan dakwah bil lisan.
G. Metode Penelitian
Metode adalah cara untuk melakukan atau mendapatkan suatu maksud dengan
tujuan dan kegunaan tertentu.11 Penelitian merupakan suatu bentuk upaya dalam
merumuskan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan dan mencoba untuk
menjawab sebuah permasalahan dengan mencari fakta dan jawaban secara benar.
Jadi, Metode Penelitian merupakan serangkaian cara yang tersistem yang
digunakan untuk mencari jawaban atas suatu permasalahan yang sedang diteliti.
Agar penyusunan skripsi ini dapat berjalan sesuai yang diharapkan maka
diperlukan metode yang sesuai dengan permasalahn yang dibahas dan relevan
dengan tehnik penulisan karya ilmiah.
11Sugiyono,
1. Jenis Penelitian dan Sifat.
a. Jenis Penelitian
Dilihat dari jenisnya penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan
(library research) yakni penelitian yang dilakukan dikepustakaan. Dalam
hal ini data diambil dari buku-buku, majalah atau dokumen-dokumen yang
lain.12 Penelitian pustaka membicarakan gagasan-gagasan, ide dan
konsep-konsep dari seseorang. Sehingga penelitian ini secara maksimal akan
memanfaatkan data pustaka yang relevan dengan kajian.
b. Sifa penelitian.
Dilihat dari sifatnya maka penelitian ini bersifat deskriptif analitis.
Adapun yang dimaksud deskriptif analitis menurut Sumardi Suryabrata
adalah penelitian yang semata-mata menggambarkan keadaan dan kejadian
atas suatu objek.13 Analisi ini merupakan metode yang bersifat analisis
istilah dan pendapat, menjelaskan keyakinan dengan jalan bertanya,
membaca, membersihkan, menyisihkan dan mengolah dimana akhirnya
temukan sebuah hakikat.14 Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap
suatu teori, pandangan hidup, pemikiran filosofis dan lainnya, yang dalam
hal ini objek kajiannya adalah pemikiran Syaikh Yusuf Al-Qardhawi.
2. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah hal-hal yang berkaitan dengan teori-teori,
konsep-konsep, proposi-proposi, prinsip ataupun dalil-dalil yang akan dibahas atau
dikaji sampai menghasilkan kesimpulan yang bersifat teoritik.15
3. Sumber Penelitian
Sumber penelitian yang digunakan dalam penyusunan skrispsi ini
mencakup dua sember, yakni :
a. Sumber Primer
12Jusuf Soewadji,
Pengantar Metodologi Penelitian,(Jakarta : Mitra Wacana Media, 2012) h. 21
13Sumardi Suryabrata,
Metodologi Penelitian,(Jakarta : Rajawali Press, 1990) h. 19.
14
Anton bakker,Methode-methode filsafat,(Surabaya : Ghalia Indonesia, 1994) h. 21
15Jusuf Soewadji, MA,
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan sumber
data kepada pengumpul data,16 sumber primer dapat diperoleh dari
buku-buku karya Syaikh Yusuf Al-Qardhawi.
b. Sumber Skunder
Sumber skunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.17
Sumber skunder dapat diperoleh dari buku yang ditulis oleh orang lain
tentang Syaikh Yusuf Al-Qardhawi, baik sejarah ataupun pemikirannya,
terutama yang berhubungan dengan judul skripsi yang penulis susun.
4. Metode Pengumpulan Data
Data adalah merupakan rekaman atau gambaran suatu hal atau fakta.
Apabila data tersebut diolah maka ia akan menghasilkan suatu informasi.18
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode dokumentasi, yang dimaksud dengan metode dokumentasi disini
adalah cara mencari data atau informasi dari buku-buku, catatan-catatan,
transkrip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan
yang lainnya.19
5. Metode Pengolahan Data
Mengolah data adalah upaya untuk menghidupkan data menjadi suatu
informasi yang dapat dibaca dan difahami. betapapun besarnya jumlah dan
tingginya nilai data yang terkumpul, apabila tidak tersusun dalam satu
organisasi dan diolah menurut sistematika yang baik, niscaya data itu tetap
merupakan bahan yang membisu.20
16Sugiyono,
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B,(Bandung : Alfabeta, 2013) h. 137
17
Ibid
18Jusuf Soewadji, MA,
Pengantar Metodologi Penelitian,(Jakarta : Mitra Wacana Media, 2012) h. 145.
19
Ibid.Hal.160.
20
Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data adalah menyeleksi data
yang valid dan invalid, lalu memilih data yang valid dan relevan dengan
pembahasan kemudian menyusun data secara sistematis dan runtut.
6. Metode Analisa Data
Analisa data menurut Patton sebagai mana yang telah dikutip oleh Lexi. J.
Moeloeng dalam buku metodologi penelitian kuantitatif adalah proses
mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori
dan satuan uraian dasar.21
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber yang dikumpulkan. Analisis data merupakan salah satu
rangkaian dalam kegiatan penelitian, sehingga kegiatan menganalisi data
berkaitan dengan rangkaian kegiatan yang dilakukan sebelumnya.
21
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH A. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari etimologi, dakwah berarti panggilan, seruan, atau ajakan.bentuk
perkataan tersebut dalam bahasa arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk kata
kerja atau fi’ilnya adalah da’a – yad’u – yang berarti memanggil, menyeru atau
mengajak.22.
Sedangkan secara terminology, menurut Syaikh Ali Mahfuz sebagai mana
yang dikutip oleh Alwisral Imam Zaidallah dalam buku Strategi Dakwah, bahwa
pengertian dakwah mendorong manusia atas kebaikan dan petunjuk dan
menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran guna mendapatkan
kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.23
Dakwah adalah suatu proses penyelenggaraan aktivitas atau usaha yang
dilakukan secara sadar dan sengaja dalam upaya meningkatkan taraf dan tata
nilai hidup manusia dengan berlandaskan ketentuan Allah Swt dan Rosullullah
Saw. Adapun bentuk usaha yang dilakukan tersebut hendaknya meliputi :
1. Mengajak manusia untuk beriman, bertaqwa serta mentaati segala perintah
Allah dan Rasul-Nya.
2. Dengan melaksanakan amar ma’ruf dan nahi mungkar.
3. Memperbaiki dan membangun masyarakat yang islami.
4. Menegakkan serta mensyiarkan ajaran agama islam.
5. Proses penyelenggaraan merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan
yakni kebahagiaan dan kesejahteraan hidup dunia dan akhirat.
Umat islam adalah umat dakwah dan risalah, bukan umat yang pasif dan
berpangku tangan, memonopoli kebenaran kebajikan dan petunjuk hanya untuk
dirinya dan tidak menyebarkannya kepada orang lain. Justru dakwah adalah suatu
kewajiban baginya. Begitu pula amar ma’ruf dan nahiy mungkar yang disertai
22
Abd. Rosyad Shaleh,Manajemen Dakwah Islam,(Jakarta : Bulan Bintang, 1993) h. 7
23Alwisral Imam Zaidallah,
dengan iman kepada Allah Swt merupakan pokok keistimewaan yang
membuatnya unggul diatas ummat yang lainnya. Firman Allah :
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik “.(Q.S. Ali Imran : 110).24
Menurut ukuran Allah, ia mengungguli ummat yang lain bukanlah karena
unsure material atau rasial. Ia unggul karena menurut tolak ukur kebenaran, yaitu
karena melakukan amar ma’ruf dan nahiy mungkar dan beriman kepada Allah.
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217];
merekalah orang-orang yang beruntung ”.(Q.S. Ali Imran : 104)25
Ada dua arti tafsiran ayat tersebut, yaitu :
24
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Solo : Tiga Serangkai, 2015) h. 64
25
1. Jadikanlah dari diri kalian sebuah ummat da’wah yang melakukan amar ma’ruf dan nahiy mungkar, maka dengan demikian kalian berhak meraih
kemenangan.
2. Persiapkanlah dari diri kalian sekelompok orang yang kompak dan mampu
melakukan amar ma’ruf dan nahiy mungkar, maka akan gugurlah fardhu kifayah dari kalian dan kalian menjadi penyokong kelompok tersebut.26
Dakwah bil lisan merupakan aspek penting yang tidak boleh dilupakan dalam
keberhasilan penyebaran agama islam, dengan dakwah bil lisan inilah Rasulullah
mengajak keluarga dan kerabatnya untuk masuk kedalam agama yang penuh
rahmat ini. Oleh karenanya salah satau pokok penting penyampaian dakwah
dalam menyampaikan pemahaman ajaran islam kepada mad’u adalah dengan
cara dakwah bil lisan.
Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan dakwah yang harus menjadi
perhatian, yaitu ;
1. Mau’izah ialah menasihati objek (manusia) dengan cara menerangkan ajaran islam secara ringkas, polos dan dengan nada yang mengharukan.
Allah Swt berfirman.27
Yusuf Qardhawi,Menuju Kesatuan Fikrah Aktivis Islam,(Jakarta : Robbani Press,1991 ), h. 158-160
27Alwisral Imam Zaidallah,
berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka perkataan yang
berbekas pada jiwa mereka “.(Q.S. An-Nisa : 63).28
2. Tazkir adalah suatu bentuk dakwah dengan cara memberikan peringatan
dalam upaya penyegaran kembali.
3. Tabligh ialah menyampaikan ajaran islam kepada ummat manusia agar
mematuhi perintah Allah dan Rosul-Nya melalui media, baik lisan ataupun
tulisan.
4. Ta’lim dan Tarbiyah
Ta’lim (pengajaran) adalah memberikan ilmu kepada manusia (ummat). Sedangkan Tarbiyah (pendidikan) adalah mendidik manusia dengan
pengetahuan yang telah diajarkan itu benar-benar meraka menjadi sadar
akan hakikat akidah dan syariah.
5. Targhib atau Tabsyir adalah upaya menggemarkan manusia kepada amal
shaleh dengan menampilakn berita pahala yang akan didapatinya nanti.
Allah Swt berfirman :
“ Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan
berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya. setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam
surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan
kepada kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk
mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang Suci dan mereka kekal di
dalamnya“.(Q.S. Al-Baqarah : 25)29
6. Khutbah.
Menurut Ahmad Amin dan Ahmad iskandar menerangkan sebagai mana
yang dikutip oleh oleh Alwisral Imam Zaidallah dalam buku Strategi
Dakwah, bahwa Khutbah adalah percakapan yang diucapkan dari
seseorang kepada jamaah dengan tujuan dapat memberi bekas pada jiwa
mereka dan melegakan mereka terhadap semua urusan dan beberapa
urusan.30
Jadi setiap muslim harus bisa menjadi juru dakwah, dan berdakwah itu bukan
semata-mata melalui media lisan dan tulisan, akan tetapi dengan bersikap dan
berakhlak secara islami juga termasuk kedalam kategori berdakwah.
B. Hukum Dakwah
Berdakwah dengan segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap
muslim. Misalnya amar ma’ruf dan nahi mungkar, memberi nasihat, dan sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa syariat atau hukum islam tidak
mewajibkan bagi umatnya untuk selalu mendapatkan hasil semaksimalnya, akan
tetapi usahanyalah yang diwajibkan semaksimalnya sesuai dengan keahlian dan
kemampuannya.31
Para pakar berselisih paham dalam menanggapi tentang hukum dakwah
tersebut, sejauh pemikiran yang berkembang, perselisihan ini dapat
dikelompokan kedalam tiga pendapat sebagai mana penjelasan berikut:
1. Dakwah dihukumi sebagai kewajiban personal (Fardhu ‘ain). Maksudnya
adalah dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Dakwah menjadi
kewajiban personal karena ia merupakan tuntunan (implikasi) iman.
29Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Solo : Tiga Serangkai, 2015) h. 5 30
Alwisral Imam Zaidallah,Stategi Dakwah,(Jakarta : Kalam mulia, 2005), Cetakan ke 2, h. 8
31Asmuni Syukir,
2. Dakwah dihukumi sebagai kewajiban kolektif (fardhu kifayah). Hal ini
berarti, dakwah merupakan kewajiban yang dibebankan kepada komunitas
tertentu yang berkompeten dalam suatu masyarakat. Bila di dalamnya telah
ditemukan sekelompok orang yagn mewakili tugas ini, maka gugurlah
kewajiban untuk yang lain. Sebaliknya, jika tidak ada, maka anggota
masyarakat itu mendapat dosa.
3. Dakwah dihukumi sebagai kewajiban individual (Fardhu ‘ain) sekaligus
wajib kolektif (Fardhu kifayah). Maksudnnya adalah hukum asal dakwah
itu adalah wajib ‘ain, sehingga setiap muslim memiliki tanggung jawab
moral untuk menyampaikan agamanya sesuai dengan taraf kemampuan dan
kapasitasnya masing-masing.
C. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah sebagai bagian dari seluruh aktivitas dakwah sama pentingnya
dari pada unsure-unsur lainnya, seperti subyek dan obyek dakwah, metode dan
sebagainya. Bahkan tujuan dakwah sangat menentukan dan berpengaruh terhadap
penggunaan metode dan media dakwah, sasaran dakwah sekaligus strategi
dakwah juga ditentukan atau berpengaruh olehnya (tujuan dakwah). Hal ini
disebabkan karena tujuan merupakan arah gerak yang hendak dituju seluruh
aktivitas dakwah.32
Proses penyelenggaraan dakwah yang terdiri dari berbagai aktivatas yang
dilakukan dalam rangka mencapai nilai tertentu, selanjutnya nilai tertentu yang
diharapkan dapat dicapai dan diperoleh dengan jalan melakukan
penyelenggaraan dakwah maka inilah yang disebut degnan tujuan dakwah.
Setiap penyelenggaraan dakwah harus memiliki tujuan. Tanpa adanya tujuan
tertentu yang harus diwujudkan, maka penyelenggaraan dakwah tidak
mempunyai arti apa-apa. Bagi proses dakwah, tujuan adalah merupakan salah
32Asmuni Syukir,
satu factor yang paling penting dan sentral. Pada tujuan itulah dilandaskan
segenap tindakan dalam rangka usaha kerjasama dakwah tersebut.
Tujuan utama dakwah sebagai mana yang telah dirumuskan ketika
memberikan pengertian tentang dakwah, yaitu terwujudnya kabahagiaan dan
kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai Allah Swt.
Kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhoi
Allah Swt, adalah merupakan suatu nilai atau hasil yang diharapkan dapat
dicapai oleh keseluruhan usaha dakwah. Ini berarti bahwa usaha dakwah, baik
dalam bentuk menyeru atau mengajak umat manusia agar bersedia menerima dan
memeluk islam, maupun dalam bentuk lain amar ma’ruf dan nahi mungkar,
tujuannya dalah tidak lain untuk terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan
hidup di dunia dan di akhirat yang diridhoi Allah Swt.33
D. Unsur-unsur Dakwah 1. Da’i (Pelaku) Dakwah.
Da’i dalam bahasa arab yaitu al-dai, al-da,iyyah dan al-du’ah menunjuk pelaku (subyek) dan penggerak (aktivis) kegiatan dakwah, yaitu orang yang
berusaha untuk mewujudkan islam salam semua segi kehidupan baik pada
tataran individu, keluarga, masyarakat, umat dan Bangsa.34
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi menyampaikan sebagai mana yang dikutip oleh
Ilyas ismail dan Prio Hotman dalam bukunya filsafat dakwah, bahwa seorang
da’i perlu melengkapi diri dengan tiga senjata yaitu senjata iman (silah al-iaman), akhlak mulia (al-akhlaq al-karimah) dan Ilmu pengetahuan atau
wawasan. Senjata iman dan akhlak sebagai bekal spiritual, sedangkan ilmu
dan wawasan sebagai bekal intelektual. Jadi, secara umum seorang da’i harus
melengkapi diri dengan dua bekal yakni bekal spiritual dan bekal intelektual.
Terdapat enam wawasan intelektual yang perlu dimiliki oleh seorang da’i,
diantaranya adalah :
33
Abd. Rosyad Shaleh,Menejemen DakwahIslam (Jakarta : Bulan bintang, 1993), h. 21
34Ilyas Ismail, Prio Hotman,
1. Wawasan islam, antara lain meliputi Al-Qur’an, as-Sunnah, fikih, teologi, tasawuf, dan nizham islam.
2. Wawasan sejarah, mulai dari periode klasik, pertengahan hingga
modern.
3. Sastra dan bahasa.
4. Ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang meliputi sosiologi, antropologi,
psikologi, filsafat dan etika.
5. Wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Wawasan perkembangan-perkembangan dunia kontemporer yang
melliputi perkembangan dunia islam, dunia barat, perkembangan
agama dan mazhab-mazhab pemikiran serta perkembangan pergerakan
islam kontemporer.35
Bekal yang harus dimiliki oleh seorang da’ai ykni meliputi:
1. Iman.
Iman bukan sekedar keindahan dan sekedar harapan belaka. Iman
itu adalah sesuatu yang tertancap di dalam hati dan dibenarkan oleh
amal perbuatan. Iman itu bukanlah hanya berupa pengakuan atau
perkataan belaka, bukanlah hanya angan-angan saja, akan tetapi segala
sesuatu yang bersemayam dalam hati dan terealisasikan dalam amal.36
Tanpa iman apa yang telah dilakukan tidak akan ada gunanya, dan
semua perbendaharaan tidak akan ada manfaatnya. Iman dalam hal ini
maksudnya adalah iman yang termaktub dalam al-Qur‟an , merujuk
pada aqidah, yang bermakna sangat dalam dan sangat kuat. Sedangkan
pemahaman iman dan maknanya bukan hanya sekedar pernyataan
seseorang bahwasanya dirinya adalah mukmin. Sebab betapa
banyaknya orang munafiq yang menyatakan iman dengan mulutnya
namun hatinya tidak beriman. Allah berfirman:
35
Ilyas ismail, Prio Hotman, iFilsafat Dakwah, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 78
36Â‟idh Al-Qornî,
Allah dan hari akhir‟, padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah
orang-orang yang beriman” (Q.S Al-Baqarah: 8)37
Iman bukan pula sekedar pengetahuan yang berputar-putar di otak.
Sebab bukankah demikian banyak orang tahu hakikat iman namun
mereka tidak beriman. Yang seperti inilah Allah berfirman :
”Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman mereka dan kesombongan mereka. Padahal hati mereka meyakini. Maka
bagaimanakah akibat orang-orang yang berbuat kerusakan”(Q.S
An-Naml : 14)38
Sesungguhnya hakikat iman di sini adalah bukan semata-mata amal
yang bersifat lisan, bukan pula jasmani dan bukan pula sekedar
pemuasan fikiran yang tidak terealisir. Iman hakiki adalah pekerjaan
jiwa yang merasuk wilayah yang paling dalam, yang sekelilingnya di
liputi oleh pengetahuan, kemauan dan hati nurani.
Jadi seorang da‟i hendak memiliki iman hakiki yang sempurna,
sesuai antara lisan, hati dan amal jasmani. Sehingga dia mampun
menjadi teladan dalam hidup.
37
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Solo : Tiga Serangkai, 2015) h. 3
38
2. Tulus ikhlas dan tidak mementingkan kepentingan diri pribadi
Niat yang lurus tanpa pamrih duniawiyah belaka, salah satu syarat
mutlak ang harus dimiliki seorang da’I. Sebab dakwah adalah pekerjaan
yang bersifat ubudiyah atau terkenal dengan hablullah,yakni amal
perbuatan yang berhubungan dengan Allah. Sifat ini sangat menentukan
keberhasilan dakwah, misalnya ada dalam hati ketika memberikan
ceramah dengan adanya ketidak ikhlasan dalam memberikan ceramah.
3. Ramah dan penuh pengertian
Propaganda yang dapat diterima orang lain, apabila yang
mempropagandakan berlaku ramah, sopan dan rigan tangan untuk
melayani sasarannya, karena keramahan, kesopanan dan
keringan-tanganannya insya-Allah akan berhasil dakwahnya.
4. Tawadlu’ (rendah diri)
Rendah diri hati bukan semata-mata merasa dirinya terhina
dibandingkan dengan derajat dan martabat orang lain, akan tetapi
seorang da’I yang sopan, tidak sombong dan tidak suka menghina dan mencela orang lain.
5. Sederhana dan jujur
Sederhana bukanlah berarti didalam kehidupan sehari-hari selalu
ekonomis dalam memenuhi kebutuhannya, akan tetapi sederhana disini
tidak bermegah-megahan, angkuh dan sebagainya, sedangkan kejujuran
adalah orang yang percaya akan ajakannya dan dapat mengikuti ajakan
dirinya.
6. Tidak memiliki sifat egoisme
Ego adalah watak yang menonjolkan akunya, angkuh dalam
pergaulan merasa dirinya terhormat, lebih pandai, dan sebagainya. Sifat
inilah yang harus dijauhi betul-betul oleh seorang da’I .
Semangat berjuang harus dimiliki oleh da’I, sebab dengan sifat ini
orang akan trerhindar dari rasa putus asa, kecewa, dan sebagainya.
8. Sabar dan tawakal
Dalam melaksanakan dakwah mengalami beberapa hambatan dan
cobaan hendaklah sabar dan tawakan kepada Allah.
9. Memiliki jiwa toleran
Dimana tempat da’I dapat mengadaptasikan dirinya dalam artian
posisi.
10. Sifat terbuka
Apabila ada kritik dan sara hendaknya diterima dengan gembira,
mengalami kesulitan yang sanggup memusyawarahkan dan tidak
berpegang tangan kepada idenya sendiri.
11. Tidak memiliki penyakit hati
Sombong, dengki, ujub, dan iri haruslah disingkirkan dalam hati
sanubari yang hendak berdakwah.39
Seorang da’i dituntut untuk senantiasa bersabar dalam mengemban
dakwah kepada Allah, ia harus berpegang teguh dengan keyakinan serta
bersenjatakan kesabaran betapapun berat beban yang diterimanya.
Beban-beban dakwah kepada Allah wujudnya beraneka ragam, diantaranya adalah
sebagai berikut :
1 Dalam bentuk keberpalingan manusia dari juru dakwah.
Sesuatu yang dirasa paling menyesakan dada seorang juru dakwah
ialah penolakan terhadap dakwah yang telah diserukannya.
Hal ini dapat kita kita lihat dalam munajat Nabi Nuh as kepada Allah,
ketika mengadukan ikhwal kaumnya yang menolak dakwahnya,40
sebagai mana yang dirangkan dalam Al-Qur’an pada surat Nuh ayat 5-7.
39
Asmuni Syukir,Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 38
40Yusuf Al-Qardhawi,
“Dia (Nuh) berkata: "Ya Tuhanku Sesungguhnya Aku Telah menyeru
kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah
mereka lari (dari kebenaran). Dan Sesungguhnya setiap kali Aku
menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka,
mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan
menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari)
dan menyombongkan diri dengan sangat.” (Q.S. Nuh : 5-7)41
2 Dalam bentuk gangguan manusia dengan ucapan atau perbuatan.
Tidak ada sesuatu yang paling menyedihkan seorang da’i yang
mukhlis, yang bersih dari hawa nafsudan sangat mencintai kebaikan
bagi manusia dari pada sikap manusia yang menyambut nasihatnya
dengan tuduhan-tuduhan palsu, yang menolak kebijaksanaan
seruannya ke jalan Allah dengan kekerasan dan yang membalas
kebaikannya dengan kejahatan.42
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Solo : Tiga Serangkai, 2015) h. 570
42Yusuf Al-Qardhawi,
“Dan Bersabarlah (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan
dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik.” (Q.S.
Al-Muzzammil : 10).43
3 Beban dan kesulitan dakwah yang lain tercermin dalam panjangnya
perjalanan dakwah dan lamanya kemenangan.
Allah menjadikan akibat yang baik bagi kaum yang bertaqwa dan
menetapkan kemenangan bagi para rasul-Nya, pengikutnya dan para
pewarisnya yang beriman.44Kenyataan ini telah Allah jelaskan melalui
firman-Nya didalam Al-Qur’an kepada kaum mukminin dalam surat
Al-Baqarah ayat 214.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal
belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang
terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam
cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman
bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah,
43
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Solo : Tiga Serangkai, 2015) h. 574
44Yusuf Al-Qardhawi,
Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Q.S. Albaqarah :
214).45
2. Mad’u(Penerima) Dakwah
Mad’u adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia
penerima dakwah (objek dakwah), baik sebagai individu maupun sebagai
kelompok, baik manusia yang beragama islam maupun non islam, dengan kata
lain manusia secara keseluruhan.46
Muhammad Abduh menerangkan sebagai mana yang dikutip oleh M.
munir dan Wahyu ilaihi dalam buku Metode Dakwah, bahwa mad’u terbagi
menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berfikir
secara kritis dan cepat dapat menangkap persoalan.
2. Golongan awam, yaitu orang kebanyaklan yang belum dapat berfikir
secara kritis dan mendalam serta belum dapat menangkap
pengertian-pengertian tinggi.
3. Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka
sengan membahas sesuatu tapi hanya dalam batas tertentu saja dan tidak
mampu mem bahasnya secara mendalam.47
Hubungan baik antara da’I dan mad’u bisa menimbulkan mad’u yang secara penih mengerti akan pesan yang disampikan oelh da’I, ini menunjukan
suatu terjalinya hubungan yang baik. Faktor yang menentukannya
diantaranya:
1. Faktor percaya
Jika masyarakat percaya terhadap da’I dan memandangnya dengan penuh hormat, dipihak lain da’I pun percaya bahwa masyarakat berpikir
45Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Solo : Tiga Serangkai, 2015) h. 33 46
M. Munir, Wahyu ilaihi,Manajemen Dakwah,(Jakarta : Kencana Premadia Group, 2009) h. 23
47
konstruktif. Jika tidak seperti ini, maka akan menimbulkan
kesalahnpahaman.
2. Sikap saling membantu
Jika masyarakat dibantu akan kedatangan da’I, dan da’I pun merasa dibantu oleh mad’u dalam berekpresi diri dan beramal shaleh
mengembangkan karir, maka terjalin hubungan baik mudah terjadi.
3. Sikap terbuka
Seorang mad’u harus mempunyai sikap terbuka, agar pesan yang
disampaikan da’I dapat dicerna atau diterima dengan baik karena adanya
perasaan terbuka dan tidak ada perasaan tertutup sedikit pun agar
terjalin efek komunikasi yang baik diantara mereka.
Selanjutnya ada jugabeberapa etika yang harus dijaga oleh seorang mad’u, diantara etika yang harus dijaga oleh mad’u (sebagai murid) kepada Da’i
(sebagai guru), antara lain ialah :
1. Menghormati Da’i sebagai gurunya.
2. Memperhatikan keterangan yang disampaikan oleh da’i.
3. Sabar dalam proses mendapatkan ilmu melalui kegiatan dakwah yang
diikuti.
4. Menjaga etika didalam majlis.
5. Mengkritik dengan etik.48
3. Maddah (Materi) Dakwah
Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada mad’u, dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran islam itu sendiri. Seorang da’i harus memperhatikan materi yang akan disampaikan, ia harus menyesuaikan dengan kemampuan dan kondisi mad’u, sehingga tidak menzaliminya. Sehingga da’i memahami apa yang sedang
48Enjang, Hajir Tajiri,
dibutuhkan mad’u. Ketika kebutuhan telah dketahui maka da’i akan mengambil prioritas materi yang akan disampaikan.
Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi dua masalah
pokok, yaitu :
1. Masalah aqidah (keimanan).
Materi pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah islamiah,
aspek akidah ini yang akan membentuk moral (akhlak) manusia. Oleh
karena itu, yang pertama kali yang dijadikan materi dakwah islam
adalah akidah atau keimanan. Dan dalam memberikan materi akidah
hendaknya mengacu pada kaidah-kaidah di bawah ini:
a. Bagaimana ia mengenal Tuhanya sampai mencapai tingkat
keyakinan
b. Mengenal Nabinya, Muhammad saw, serta meyakini kebenaran
ajarannya
c. Mengenal Al Qur‟an sebagai mu‟jizat kepada nabi Muhammad
SAW
d. Memahami konsep ketuhanan, kenabian dan hal-hal ghoib,yang
berkaitan dengan akhirat sesuai dengan Al Qur‟an sunnah
e. Menjauhi dari talkid buta dan perdebatan ilmu kalam yang merusak
fikiran ummat.
2. Maslah syariah.
Hukum atau syariah sering disebut sebagai cermin peradaban dalam
pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka
peradaban mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya. Pelaksanaan
syariah merupakan sumber yang melahirkan peradaban islam, yang
Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan mengikat
seluruh umat islam. Ia merupakan jantung yang tidak terpisahkan dari
kehidupan umat islam diberbagai penjuru dunia.49
4. Wasilah (Media) Dakwah.
Wasilah (media) dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan
materi dakwah (ajaran Isalm) kepada mad’u. untuk menyampaikan ajaran
islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah.
Hamzah Ya’qub menjelaskan sebagai mana yang dikutip oleh M. Munir dan Wahyu ilaihi dalam buku Menejemen Dakwah, bahwa wasilah dakwah
dapat dibagi menjadi lima macam, yaitu :
1. Lisan.
Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan
lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato,
ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan dan sebagainya.
2. Tulisan.
Tulisan adalah media melalui tulisan buku, majalah, surat kabar,
surat-menyurat (korespondensi), sapnduk dan sebagainya.
3. Lukisan.
Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur dan
sebagainya.
4. Audiovisual.
Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indra
pendengaran, penglihatan atau kedua-duanya seperti televise, film slide,
OHP, internet dan sebagainya.
5. Akhlak.
49M. Munir, Wahyu ilaihi,
Yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang
mencerminkan ajaran islam yang secara langsung dapat dilihat dan
didengarkan oleh mad’u.50
Sedangkan dalam pandangan Muhammad Abdul fatah al-Bayanuni sebagai
mana yang dikutip oleh Tata sukayat dalam buku Quantum Dakwah, bahwa
secara praktis wasilah dalam konteks dakwah terbagi menjadi dua bagian,
yaitu :
1. Washilah maknawiyah.
Yang dimaksud washilah maknawiyah adalah media yang bersifat
immaterial, seperti cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mempertebal
ikhlas dalam beramal.
2. Washilah madiyah.
Wasilah ini adalah media yang bersifat material, yaitu segala bentuk alat
yang bisa diindra dan dapat membantu para da’i dalam menyampaikan dakwah kepada mad’u.
Kemudian dalam media washilah madiyah terbagi menjadi tiga bentuk
yaitu :
1. Media yang bersifat fitrah (wasail fitriyah) seperti ceramah, mengajar,
cerah umum, khutbah dan sebagainya.
2. Media yang bersifat ilmiah (wasail fanniyah) seperti karya tulis, kreasi
suara yang berupa pengeras suara, kaset, telepon, tv, film, radio, tater,
drama dan lain-lain.
3. Media yang bersifat praktis (wasilah tatbiqiyah) seperti memakmurkan
masjid, mendirikan organisasi, mendirikan sekolah, rumah sakit,
menyelenggarkan seminar dan mendirikan pemerontahan islam.
50M. Munir, Wahyu ilaihi,
5. Thariqah (Metode) Dakwah.
Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipai oleh juru dakwah untuk
menyampaikan ajaran materi dakwah islam. Dalam menyampaikan suatu
pesan dakwah, metode menjadi sangat penting peranannya, karena suatu
pesan walaupun baik, tetapi disampaikan melalui metode yang salah atau
“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk“.(Q.S. An-Nahl : 125).52
Ayat di atas menernagkan bahwa terdapat tiga metode dakwah yang
diterangkan pada surat tersebut, yakni :
1. Bi al-Hikmah.
Yaitu berdakwah dengan memperhatikansituasi dan kondisi sasaran
dakwah dengna menitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga
didalam menjalankan ajaran-ajaran islam selanjutnya, mereka tidak lagi
merasa terpaksa atau keberatan.
2. Mau’izatul Hasanah.
51
M. Munir, Wahyu ilaihi,Manajemen Dakwah,(Jakarta : Kencana Premadia Group, 2009), h. 33
Yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau
menyampaikan ajaran-ajaran islam dengan rasa kasih saying, sehingga
nasihat dan ajaran islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati
mereka.
3. Mujadalah Billati Hiya Ahsan.
Yaitu berdakwah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak
memberikan tekanan-tekanan yang memberatkan pada komunitas yang
menjadi sasaran dakwah.53
Selanjutnya, bentuk-bentuk metode dakwah berdasarkan isyarat Al-Qur’an,
sedikitnya terdapat tujuh belas metode dakwah, yaitu :
1. Metode Hikmah.
Hikmah berarti ilmu, filsafat atau faedah dibalik tabir sesuatu dan bijak
sana. Hikmah menurut banyak ahli tafsir adalah perkataan yang tegas
dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang batil.
Dalam kaitan sebagai metode dakwah, hikmah berarti mendakwahi
manusia dengan cara-cara ilmiah agar manusia menerima dan
melaksanakan syariat islam menurut contoh Rosulullah Saw, sedangkan
wujud dari metode ini bisa menggunakan bahasa lisan, tulisan maupun
perbuatan.
2. Metode Mau’izdah Hasanah.
Metode ini lebih dekat dengan makna memberi nasihat yang baik atau
pelajaran. Nasihat yang menyentuh hati dan melembutkan, yang selalu
menyampaikan dakwah apa yang ada dihati dan tidak dibuat-buat.
Mau’izdah hasanah sebagai metode dakwah yang mengajak manusia dengan member pelajaran dan nasihat yang baik, yang dapat menyentuh
perasaan dan dapat membangkitkan semangat mengamalkan syariat
islam.
53M. Munir, Wahyu ilaihi,
3. Metode Mujadalah.
Yaitu sebagai metode dakwah yang mendakwahi manusia melalui
diskusi dan dialog )debat) secara baik yang berdasarkan etika dan
mekanisme diskusi (debat) menurut ajaran islam ialah mempertinggi
kualitas argument dan menghindari sentimental.
4. Metode Di’ayat ila al-Khayr.
Metode ini artinya mendakwahkan al-Islam dengna cara mengajak pada
kebaikan dan bersifat persuasive edukatif.metode ini lazim digunakan
kepada objek dakwah yang non muslim sebagai upaya ekstensifikasi
dakwah baik dengan bahasa lisan maupun tulisan agar mereka tahu dan
mau menerima al-Islam.
5. Metode Amr bi al-Ma’ruf.
Metode dakwah dengan cara ini berupa membina kualitas keimanan dan
keislaman umat yang sudah menganut al-Islam. Metode ini disunakan
untuk intensifikasi dakwah dakwah dan berorientasi ke internal muslim
agar lebih taat dalam menjalankan kewajibannya.
6. Metode Nahi bi al-mungkar.
Metode dakwah ini yakni mendakwahkan al-Islam dengna cara
penyingkiran dan penolakan atas segala bentuk penyakit yang dapat
merusak al-Islam, baik yang datangnya dari dalam maupun dari luar
islam.
7. Metode Tasyid.
Metode dakwah ini dalam bentuk pembuktian atau percontohan, dimana
da’I menjadi pengamal awal al-islam, sehingga mad’u tidak hanya
mendengar dakwah yang ilmiah tapi dapat melihat dakwah yang
amaliah.
Metode dakwah dalam bentuk ini adalah mendakwahi manusia dengan
cara mengawali memperingatkan terhadap diri sendiri atau internalisasi
al-islam pada tingkat pribadi (dakwah nafsiyah).
9. Metode Nazh al-‘Alamiy.
Yakni mendakwahi manusia dengna menyelenggarakann wisata rohani
untuk mengamati, meperhatikan, meneliti dan merenungkan keagungan
Allah Swt melalui ciptaan-Nya (tadzabur alam).
10. Metode ‘Ibarat al-Qashash.
Metode dakwah ini ialah mendakwahi manusia dengna cara bercermin
pada kisah atau sejarah para Rosul Allah yang banyak mengandung
banyak pelajaran.
11. Metode Amtsal.
Metode ini yaitu mendakwahi manusia dengan cara mengambil dan
memberikan perumpamaan (amtsal, ilustrasi) yang positif dari berbagai
fenomena alam termasuk keberadaan manusia dalam hal ketaatan
mereka terhadap sunnatullah fi al-khalqi.
12. Metode Tabsyir.
Metode dakwah ini yakni dengna cara memberikan kabar gembira dan
memberikan daya tarik melalui reward dalam mendorong mad’u agar
memiliki optimism dalam menghadapi hidup dalam kehidupan.
13. Metode Tazkiyah.
Dakwah dalam bentuk ini yakni mendakwahi manusia dengan cara
memperbaiki sikap dan mental yang negative dengna pendekatan taubat
dari segala dosa lahir dan batin, serta menciptakan lingkungan yang
bersih dati hal-hal yang bertentangna dengan al-islam.
14. Metode Doa.
Metode dakwah ini yaitu mendakwahi manusia dengna cara memohon
kepada Allah Swt, agar mereka menerima pesan dakwah sehingga dapat
15. Metode Tasyir.
Metode dengan dakwah ini adalah mendakwahi manusia dengan cara
memperlihatkan syi’ar al-Islam ditengah-tengah kehidupan masyarakat. 16. Metode Tandzir.
metode dengan dakwah ini adalah dengan cara memberikan peringatan,
memberikan kabar, yang menakutkan dan mengambil tindakan berupa
sanksi bagi setiap pelanggar ajaran al-islam.
17. Metode Tadzkir.
Tadzkir sebagai metode dakwah dalam mendakwahi manusia dengan
cara menyadarkan dirinya dan menciptakan situasi dan kondisi
psikologis mad’u yang dapat mengiring kearah terbentuknya kesadaran
beragama.
Berdasarkan dari tujuh belas metode dakwah yang diturunkan dari
beberapa isyarat Al-Qur’an, dapat dikatakan bahwa diantara hal yang paling urgen dalam pembahasan metode dakwah adalah bahasa dalam arti yang
seluas-luasnya.54
54Tata Sukayat,
BAB III
RIWAYAT HIDUP SYAIKH YUSUF AL-QARDHAWI A. Riwayat Hidup Syaikh yusuf Al-Qaradhawi
1. Biografi Syaikh yusuf Al-Qardhawi
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi lahir di sebuah desa kecil di Mesir bernama
Shafth Turab, 9 september 1926. Beliau telah hafal Al-Qur’an pada usia 10 tahun dan menamatkan pendidikan dasar atasnya di Ma’had Thantha kemudian
melanjutkan studinya ke Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar, hingga
selesai pada tahun 1952 dengan predikatsumma cum laude.
Karena keterlibatannya dengan gerakan Ikhwanul Muslimin, beliau pernah di
penjara pada saat usianya baru 23 tahun, beliau dipenjara oleh Raja Farouk pada
tahun 1949 dan pada april 1956 beliau ditangkap lagi pada saat terjadi Revolusi
Juni di Mesir. Bahkan akibat kejamnya rezim yang berkuasa pada saat itu,
akhirnya pada tahun 1961 beliau meninggalkan Mesir menuju Qatar.
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi terkenal dengan khtbah-khutbahnya yang berani.
Karena keberaniannya, beliau pernah dilarang sebagai khatib disebuah Masjid di
daerah Zamalek, Kairo. Alasannya adalah karena khutbah-khutbahnya dinilai
menciptakan opini umum tentang ketidak adilan rezim pada saat itu. Beliau
memperoleh gelar doktornya pada 1972 dengan disertasi berjudul Zakat dan
Dampaknya dalam Penanggulangan Kemiskinan. Disertasi tersebut kemudian
beliau sempurnakan menjadi Fiqh Al-Zakah.
Di Qatar, beliau mendirikan Fakultas Syariah di Universitas Qatar dan
mendirikan pusat kajian sejarah dan sunnah Nabi, beliau mendapat kewarga
negaraan Qatar dan menjadikan Doha sebagai tempat tinggalnya.55
Pada tahun 1990/1991 beliau ditugaskan oleh pemerintah Qatar untuk menjadi
dosen tamu di al-Jazair. Di negeri ini beliau bertugas untuk menjadi ketua majelis
ilmiah pada semua universitas dan akademi negeri itu. Setelah beliau kembali
55Yusuf Qardhawi,
mengerjakan tugas rutinnya di Pusat Riset Sunnah dan Nabi. Pada tahun 1411 H,
beliau mendapat penghargaan dari IDB (Islamic Development Bank) atas
jasa-jasanya dalam bidang perbankan. Tahun 1413 beliau bersama Sayyid Sabiq
mendapat penghargaan dari King Faisal Award karena jasa-jasanya dalam bidang
keislaman. Kemudian di tahun 1996 beliau mendapat penghargaan dari
Universitas islam Antar bangsa Malaysia atas jasa-jasanya dalam bidang ilmu
pengetahuan. Dan pada tahun 1997 beliau kembali mendapat penghargaan dari
Sultan Brunei Darus Salam atas jasa-jasanya dalam bidang fikih.56
2. Keluarga Syaikh Yusuf Al-Qardhawi
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi memiliki tujuh orang anak, empat orang putri dan
tiga orang putra, sebagai seorang ulama yang sangat terbuka beliau
membebaskan anak-anaknya untuk menuntut ilmu apa saja yang sesuai dengan
minat dan bakat serta kecendrungan masing-masing. Beliau tidak membedakan
pendidikan yang harus ditempuh anak perempuannya dan anak laki-lakinya.
Salah seorang putrinya memperoleh gelar doktor fisika dalam bidang nuklir di
Inggris, putri keduanya memperoleh gelar doktor dalam bidang kimia juga di
Inggris, sedangkan yang ketiga masih menempuh program S-3 dan yang keempat
telah menyelesaikan pendidikan S-1 di Universitas Texas, Amerika. Kemudian
anak laki-laki beliau yang pertama menempuh S-3 dalam bidang teknik elektro di
Amerika, anak laki-laki keduanya belajar di Universitas Dar Al-ulum, Mesir,
sedangkan anak yang paling bungsu telah menyelesaikan kuliahnya pada fakultas
teknik jurusan listrik. Dilihat dari ragam pendidikan anak-anaknya, maka kita
bisa membaca sikap dan pandangan beliau terhadap pendidikan modern, dari
tujuh anaknya hanya satu yang belajar di Universitas Dar Al-ulum, di Mesir dan
mengambil pendidikan Agama, sedangakn yang lain mengambil pendidikan
umum dan semuanya ditempuh di Barat.57
56
Biografi Tikoh Muslim,artikel diakses pada 15 Januari 2016 dari http://tokoh-muslim.blogspot.com/2009/02/dr-yusuf-qardhawi.html. h. 1
57Yusuf Qardhawi,
B. Pemikiran Syaikh Yusuf Al-Qardhawi
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dikenal sebagai ulama dan pemikir islam yang
unik sekaligus istimewa. Keunikan dan keistimewaannya itu tidak lain karena dia
memiliki cara atau metodologi khas dalam menyampaikan risalah islam, karena
metodologinya itulah beliau mudah diterima dikalangan dunia Barat sebagai
seorang pemikir yang selalu menampilkan islam secara ramah, santun dan
moderat. Kapasitasnya itulah yang membuat beliau kerap menghadiri pertemuan
Internasional para pemuka agama di Eropa maupun di Amerika sebagai wakil
dan kelompok islam.Dalam pemikiran dan dakwah, kiprah Syaikh Yusuf
al-Qardhawi menempati posisi vital dalam pergerakan islam kontemporer. Waktu
yang beliau habiskan untuk berkhidmat kepada islam, ceramah, menyampaikan
masalah-masalah actual dan keislaman diberbagai tempat dan negara telah
menjadikan pengaruh sosok beliau sebagai sosok besar diberbagai belahan dunia,
khususnya dalam pergerakan islam kontemporer.58
Menurut pendapat intelektual, pemikiran Sayikh Yusuf Al-Qardhawi banyak
dipengaruhi oleh guru-gurunya antara lain Syaikh Hasan al-Banna, Syaikh
Muhammad Syaltut, Syaikh Muhammad Al-Gazali, Syaikh bin Baz dan
guru-guru beliau yang lainnya. Beliau sendiri membantah dengan mengatakan bahwa
pemikirannya itu tidak terikat pada salah satu tokoh atau mazhab tertentu
walaupun dari sekian pemikiran tokoh atau mazhab tersebut sedikit banyak telah
mempengaruhi pemikirannya.59
1. Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dan Syaikh Hasan Al-Banna.
Dalam banyak kesempatan, Syaikh Yususf Al-Qardhawi mengatakan
bahwa beliau tidak pernah terpengaruh dengan seseorang manusia yang
pernah hidup lebih dan keterpengaruhannya oleh Hasan Al-Banna. Beliau
sering kali menjadikan perkataan Hasan Al-Banna sebagai contoh dalam
58Yusuf Qardhawi,
Fiqih Jihad,(Bandung : Mizan, 2010) h. xxviii
59
megemukakan suatu masalah. Kecintaan Syaikh yusuf AL-Qardhawi ini
ditampakkan dengan member penjelasan secara rinci kepada bukual-Ushul
‘Isyriin. Beliau juga memuji Imam Hasan Al-Banna dalam sebuah syair.
Dan beliau mempersembahkan kumpulan syairnya yang berjudul
al-Muslimun Qadimun untuk Imam Hasan al-Banna. Beliau berkata “ saya
tidak pernah memuji seseorangpun dalam sebuah untuain syair kecuali
kepada Hasan Al-Banna.60
Namun demikian, Syaikh Yusuf Al-Qardhawi tidak memposisikan diri
sebagai seorang yang mencintai yang karena cintanya telah menjadikannya
tidak lagi emmiliki idefendensi dalam pendapat dan pandangannya atau
tidak mampu berbeda dengan yang dicintainya dalam beberapa pandangan.
Perbedaan pendapat antara Syaikh Yusuf Qardhawi dengan Hasan
Al-Banna yang paling jelas adalah dalam masalah multi partai dalam Negara
islam, pandangan Hasan Al-Banna menolak berdirinya partai-partai dalam
satu Negara Islam, namun pandangan Syaikh Yusuf Al-Qardhawi
menyatakan boleh dengan syarat yang beliau jelaskan secara rinci.61
2. Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dan Syaikh Mahmud Syaltut.
Selasin Syaikh Hasan Al-Banna, salah seorang yang mempengaruhi
pemikiran beliau adalh Mahmud Syaltut, Syaikh Jami’ al-Azhar. Syaikh Yusuf Al-Qardhawi juga menghimpun pemikiran-pemikiran Syaltut, baik
dalm bidang Fikih, maupun dalam tafsir Al-Qur’an. Walu demikian, rasa cinta Syaikh Yusuf Al-Qardhawi kepada Syaltut tidak menghalanginya
untuk berbeda pendapat dengannya dalam beberapa masalah seperti yang
terlihat dalam bukunyaal-Halal wa Haram fil Islam.
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi mengatakan “Barang siapa yang menyembah Syaikh Syaltut maka hendaknya dia tahu bahwa Syaijh Syaltut
akan mati, dan barang siapa yang menyembah Allah, maka sesunguhnya
60
Ibid,h. 293
61
Allah Maha Hidup dan tidak akan pernah mati”. Syaikh Syaltut juga tidak
memerintahkan seorangpun untuk bertaklid kepadanya62
3. Syaikh yusuf Al-Qardhawi dan Syaikh Muhammad Al-Ghazali
Syaikh yusuf Al-Qardhawi juga terpengaruh dengan pemikiran Syaikh
Muahammad Ghazali. Kecintaanya pada Syaikh Muhammad
Al-Ghazali beliau ekspresikan dengan menulis sebuah buku pada saat Syaikh
Muahammad Al-Ghazali masih hidup. Beliau memaparkan sisi inovatif
pemikiran dan karya ilmiahnya.kecintaan belliau kepada Syaikh
Muahammad Al-Ghazali tidak menggiringnya kepada cinta buta, yang
membutakannya untuk mengatakan suatu yang hak dan benar. Rasa
cintanya juga tidak menghalanginya untuk melakukan kritik dengan cara
yang santun. Salah satu kritik beliau kepada Syaikh Muahammad
Al-Ghazali adalah perkataan Syaikh Muahammad Al-Al-Ghazali; para ahli hadits
telah menjadikan diyat wanita adalah separuh dari diyat laki-laki. Ini
adalah kejahatan pemikiran yang ditolak oleh para fukaha dan orang-orang
yang memiliki pemahaman yang mendalam. Padahal hakikatnya mayoritas
fukaha mengatakan hal serupa dengan apa yang dikatakan oleh para ahli
hadits. Seharusnya syaikh mengatakan ungkapan yang lebih halus dari kata
kejahatan. Karena semua itu adalah ijtihad yang terbuka untuk salah dan
benar, sedangakan oaring yang berpendapat demikian akan selalu
mendapat ganjaran, baik perkataan itu salah maupun benar, sebagai mana
yang telah kita ketahui bersama.63
4. Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dan Syaikh Abdul Aziz bin Baz.
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi juga meiliki hubungan dan kecintaan yang
kuat denga Syaikh bin Baz. Kedua syaikh ini telah berbeda pendapat
tentang masalah berdamai dengan Israel, serta sejauh mana boleh dan
tidaknya perdamaian dengan Israel. Namun demikian jawaban kedua belah
62
Ibid,h. 295
63
pihak selalu menggambarkan contoh yang sangat indah dalam fikih ikhtilaf
diantara para ulama. Kebanyakan ungkapan Syaikh Yusuf Al-Qardhawi
adalah pujian kepada Syaikh bin Baz. Sebagai mana Syaikh Yusuf
Al-Qardhawi pernah berkata tentang Syaikh bin Baz, “Syaikh Abdul Aziz bin Baz adalah salah seorang ulama besar kaum muslimin di zaman ini, beliau
pernah menjabat rector universitas Islam Madinah Saudi Arabia,
fatwa-fatwa bisa diterima dilingkungan umum dan para aktivis muslim. Beliau
adalah sosok ulama yang keilmuannya tidak diragukan lagi, begitulah
beliau dalam pandangan kami”.64
Demikian sikap Syaikh Yusuf Al-Qardhawi kepada orang-orang yang
dicintainya dari kalangan pamikir dari ulama hingga orang yang beliau
tentang dalam perkataan dan fatwanya sekalipun.
C. Kontribusi dan Aktivitasnya dalam Pengabdian kepada Islam
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi adalah salah seorang tokoh islam yang menonjol
dizaman ini, dalam bidang ilmu pengetahuan, pemikiran, dakwah dan
pendidikan. Pengabdiannya untuk islam tidak hanya terbatas pada satu sisi atau
satu medan tertentu. Diantaranta adalah:
1. Bidang Ilmu Pengetahuan
Tulisan dan karangan merupakan salah satu sisi paling penting dan
pribadi Syaikh Yususf Al-Qardhawi. Beliau adalah seorang alim yang
banyak mengarang dan mengoreksi. Buku-bukunya memiliki bobot ilmiah
yang tinggi dan memiliki pengaruh besar di dunia islam.
Beliau adalh seorang penulis yang memiliki pikiran-pikiran cemerlang.
Tulisan-tulisannya selalu menggambarkan keluasan ilmunya dan jauh dari
taklid buta. Tidak terjadi pengulangan dan selalu didapatkan hal-hal
penting, mendapatkan pelurusan pemahaman yang salah, pengokohan
64