• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL MASYARAKAT ASLITRADISIONAL DI KABUPATEN PURBALINGGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL MASYARAKAT ASLITRADISIONAL DI KABUPATEN PURBALINGGA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL MASYARAKAT ASLI/ TRADISIONAL

DI KABUPATEN PURBALINGGA

Agus Mardiyanto, Weda Kupit a, Noor Asyik dan Rahadi Wasi Bint oro

Fakult as Hukum Universit as Jenderal Soedirman

Abst r act

The r egul at i ng of i nt el l ect ual pr oper t y r i ght s unt i l now has not accommodat e i nt el l ect ual pr oper t y of t r adi t ional / nat ive soci et ies. In Pur bal i ngga, t her e ar e 9 t r adi t i onal commodi t y cl ust er , wi t h a number of indust r y as much as 150 UKM and f r om t hat number onl y 4 whi ch has been r egi st er ed as i nt el l ect ual pr oper t y r i ght s. The r esear ch wi l l di scuss t o i mplement at ion of pr ot ect ion of i nt el l ect ual pr oper t y r i ght s and f act or s t hat t end t o i nf l uence t he pr ot ect ion of i nt el l ect ual pr oper t y r i ght s in Pur bal i ngga r egency. The met hod t hat appl i cat ed i n t hi s r esear ch was j ur i di cal soci ologi cal . Based on t he st udy, l ocal gover nment has made pr ot ect ion t o i nt el l ect ual pr oper t y r i ght s t hr ough soci al i zat ion t o t he publ i c. However , t her e wer e f act or s t hat t end t o hamper t he pr ot ect i on of int el l ect ual pr oper t y r i ght s, i ncl udi ng l aw enf or cer / of f i cer f act or s, medi a and f aci l i t ies f act or s, communit y and cul t ur al f act or s. In t he r esear ch, r esear cher suggest ed t hat t he l ocal gover nment made a cooper at ion wi t h cent r al of i nt el l ect ual pr oper t y r i ght s i n col l ege, consi der ing human r esour ces st i l l r el at ivel y di dn't under st and t echni cal dr af t ing of i nt el l ect ual pr oper t y r ight s r egi st r at ion.

Keywor ds: l egal pr ot ect ion, i nt el l ect ual pr oper t y r i ght s, i nt el l ect ual pr oper t y of t r adit ional / nat i ve soci et ies

Abst rak

Pengat uran hak kekayaan int elekt ual hingga saat ini belum mengakomodasi kekayaan int elekt ual masyarakat asli/ t radisional. Di Kabupat en Purbalingga t erdapat 9 klust er komodit i t radisional, dengan j umlah indust ri sebanyak 154 UKM dan baru ada 4 pendaf t aran HKI. Penelit ian ini membahas implement asi perlindungan HKI dan f akt or-f akt or yang cenderung mempengaruhi perlindungan HKI di Kabupat en Purbalingga. Met ode penelit ian yang digunakan adalah yuridis sosiologis. Berdasar penelit ian, pemerint ah daerah t elah melakukan upaya perlindungan HKI melalui sosialisasi kepada masyarakat . Namun demikian t erdapat f akt or yang cenderung menghambat perlindungan HKI, meliput i f akt or pet ugas/ penegak hukum, f akt or sarana dan f asilit as, f akt or masyarakat dan f akt or budaya. Dalam penelit ian ini, penelit i menyarankan agar pemerint ah daerah bekerj asama dengan Sent ra HKI di perguruan t inggi, mengingat sumber daya manusia yang ada masih relat if belum memahami t eknis penyusunan pendaf t aran HKI.

Kat a kunci: perlindungan hukum, hak kekayaan int elekt ual, kekayaam int elekt ual masyarakat asli/ t radisional

Pendahuluan

Hak Kekayaan Int elekt ual (selanj ut nya di-singkat HKI) oleh Wor l d Int el l ect ual Pr oper t y Or gani zat ion (WIPO) disebut “cr eat ion of t he mi nd” yang berart i suat u karya manusia yang la-

Tul isan ini merupakan bagian dar i penel it i an dengan j

u-dul yang sama, dengan Nomor kont rak 1164/ UN23. 9/ PN/ 2012. Ucapan t er ima kasih disampaikan kepada Barazat i Akri mu Aziz, yang t el ah membant u t erl aksana-nya penel it i an ini .

hir dengan curahan t enaga, karsa, cipt a, wakt u dan biaya. Dit inj au dari subst ansinya, HKI ada-lah “pr oduct of mi nd” . Oleh karena it u, set iap karya int elekt ual pat ut diakui, dihormat i, dilin-dungi dan dihargai baik secara moral maupun secara hukum.1

1

(2)

Sesuai dengan karakt erist iknya, HKI t idak menguasai kekayaan secara f isik, melainkan ha-nya dapat dikuasai dengan klaim at au t indakan hukum, art inya kepemilikan hanya t ercat at da-lam f ormat hak dan pelaksanaanya memerlukan suat u t indakan hukum, t erut ama apabila t erda-pat pelanggaran t erhadap hak t ersebut . It u se-babnya, HKI t idak hanya menunt ut adanya si-kap pengakuan dan penghargaan saj a, t et api j u-ga perlindunu-gan. 2

Indonesia merupakan negara yang kaya a-kan keraj inan yang merupaa-kan simbol kekayaan seni, budaya yang dihasilkan melalui ide kreat if . Keanekaragaman kebudayaannya yang ada di Indonesia mengakibat kan Indonesia dapat dika-t akan mempunyai keunggulan dibandingkan de-ngan negara lainnya. Indonesia mempunyai po-t repo-t kebudayaan yang lengkap dan bervariasi.3 Hasil karya masyarakat t radisional pada dasar-nya t ermasuk dalam obyek perlindungan HKI.

Salah sat u isu yang menarik dan saat ini t engah berkembang dalam lingkup kaj ian HKI adalah perlindungan hukum t erhadap kekayaan int elekt ual yang dihasilkan oleh masyarakat asli at au masyarakat t radisional. Kekayaan int elek-t ual yang dihasilkan oleh masyarakaelek-t asli elek-t radi-sional ini mencakup banyak hal mulai dari sis-t em pengesis-t ahuan sis-t radisional (t r adit ional know-l edge), karya-karya seni, hingga apa yang dike-nal sebagai i ndi genous science and t echnol ogy. Dalam hal ini, masyarakat t elah berpikir secara kreat if t ent ang cara menghasilkan sesuat u seca-ra inovat if dan t et ap mengangkat sert a menon-j olkan warisan budaya bangsa.4

Kekayaan int elekt ual yang dihasilkan oleh masyarakat asli t radisional ini menj adi menarik

Int el ekt ual, Vol . VII, No. 03, Juni 2010, diakses pada web ht t p: / / medi ahki . wordpr ess. com/ vol vi ino2april -2010/ kol om-hki / , t anggal 12 Februar i 2011, Jakar t a: Dirj en HKI.

2

Rahayu Hart ini, “ Kaj i an Impl ement asi Pr insip-pr insi p Perl indungan HaKI dal am Per at uran Per-UU-an HaKI di Indonesi a, Humani t y, Vol . 1 No. 1, sept ember 2005, hl m. 46.

3 Husamah, “ Mengusung Kembal i Khazanah Ident i t as

Bu-daya Bangsa” , Jur nal Best ar i , Vol 42 (2009), Mal ang: Uni versit as Muhamadiyah Mal ang, hl m. 41.

4 Devi Rahayu, “ Perl indungan Hukum Terhadap Hak Ci pt a

Mot i f Bat ik Tanj ungbumi Madur a” , Mi mbar Hukum, Vol . 23 No. 1, f ebruar i 2011, Yogyakart a: FH UGM, hl m. 117; Sai man, Tant angan Budaya Nasional di er a Gl obal i sasi , Jur nal Best ar i, Vol . 42 Tahun 2009, Mal ang: Univer sit as Muhamadiya Mal ang, hl m. 67.

karena rezim ini masih belum t erakomodasi oleh pengat uran mengenai hak kekayaan int elekt ual, khususnya dalam lingkup int enasional. Penga-t uran hak kekayaan inPenga-t elekPenga-t ual dalam lingkup int ernasional sebagaimana t erdapat dalam Tr ade Rel at ed Aspect s of Int el l ect ual Pr oper t y Ri ght s (TRIPs),5 misalnya, hingga saat ini belum mengakomodasi kekayaan int elekt ual masyara-kat asli/ t radisional.6 Maraknya pelanggaran HKI menunj ukan negara belum memiliki f ormat in-f rast rukt ur hukum yang j elas dalam mendukung keberadaan HKI, sehingga penegakan hukum j u-ga masih belum konsist en.7

Fenomena t ersebut menunj ukan bahwa perlindungan hukum t erhadap kekayaan int elek-t ual yang dihasilkan masyarakaelek-t asli elek-t radisional hingga saat ini relat if masih lemah. Sayangnya, hal ini j ust ru t erj adi disaat masyarakat dunia saat ini t engah bergerak menuj u suat u t rend yang dikenal dengan gerakan kembali ke alam (back t o nat ur e). Kecenderungan masyarakat dunia ini menyebabkan eksplorasi dan eksploi-t asi eksploi-t erhadap kekayaan masyarakaeksploi-t asli/ eksploi-t radi-sional semakin meningkat karena penget ahuan masyarakat asli/ t radisional selama ini memang dikenal mempunyai kearif an t ersendiri sehingga mereka memiliki sej umlah kekayaan int elekt ual yang sangat ” bersahabat ” dengan alam. Lemah-nya perlindungan hukum t erhadap kekayaan in-t elekin-t ual masyarakain-t asli in-t radisional ini menim-bulkan eksploit asi yang t idak sah oleh pihak a-sing.

5 Lihat Haedah Faradz, “ Perl indungan Hak At as Merek” ,

Jur nal Di nami ka Hukum, Vol . 8 No. 1, Januari 2008, Purwokert o: FH Unsoed, hl m. 38; Sit i Munawaroh, “ Per anan Tri ps (t rade Rel at ed Aspect s of Int el ect ual Propert y Right s) t er hadap Hak At as Kekayaan Int el ekt ual di Bi dang Teknol ogi Inf or masi di Indonesia” , Jur nal Tek-nol ogi Inf or masi Di nami k, Vol . XI No. 1, Januar i 2006, hl m. 23

6

Lihat Juga M. Zul f a Aul ia, “Perl indungan Hukum Ekspre-si Kreat if ManuEkspre-sia: Tel aah Terhadap Perl i ndungan Hak Kekayaan Int el ekt ual Dan Ekspresi Budaya Tradi sional ” , Jur nal Hukum, Vol . 14 No. 3, Jul i 2007, Jakar t a: FH Uni versit as Pancasil a, hl m. 367; Rosni dar Sembiring, “ Perl indungan Haki Terhadap Karya-Karya Tr adisional Masyarakat Adat ” , Jur nal Equal i t y, Vol . 11 No. 2, Agus-t us 2006, Medan: Fakul Agus-t as Hukum Usu, hl m 67; Syari f ah Mahil a, “ Tr adit ional Knowl edge Dal am Sist em Hukum Hak Kekayaan Int el ekt ual Indonesia” , Jur nal Il mi ah Lex Speci al i st , Edi si khusus, Agust us 2010, Jambi: Unbar i.

7 Anas Hidayat , “ Pembaj akan Produk: Probl ema, St r at egi

(3)

Perlu diket engahkan disini, bahwa Perj an-j ian TRIPs sendiri pada dasarnya t elah menim-bulkan konf lik kepent ingan, diant aranya kepen-t ingan para invenkepen-t or unkepen-t uk melindungi invensi-nya, dimana hal ini akan mencipt akan harga yang mahal unt uk suat u invensi yang dit emukan-nya, dengan kepent ingan akan kebut uhan ma-syarakat yang berdaya beli rendah t erhadap in-vensi dimaksud. Selain it u menimbulkan konf lik di ant ara perusahaan dengan penelit i dan kon-sumen, sebagai cont oh, pat en sebagai bent uk monopoli diharapkan meningkat kan inovasi dan ekonomi, t et api t ingginya harga suat u monopoli unt uk mengimbangi biaya invest asi dapat mene-ruskan mot ivasi inovasi yang t elah dihadang

oleh penemuan lama.8

Kekayaan int elekt ual t radisional Indonesia dalam dilema. Di sat u sisi rent an t erhadap klaim oleh negara lain, di sisi lain pendaf t aran keka-yaan int elekt ual t radisional sama saj a menghi-langkan nilai budaya dan kesej arahan yang me-lahirkannya dan menggant inya dengan indivi-dualisme dan liberalisme.

Wilayah Kabupat en Purbalingga memiliki beberapa komodit as asli. Komodit i-komodit i t ra-disional cenderung dihasilkan oleh sekt or usaha kecil menengah (UKM). Semuanya t ak berart i apa-apa j ika komodit as it u "dicuri" pihak lain. Persoalan klaim di bidang hak at as kekayaan in-t elekin-t ual dalam hubungan perdagangan inin-t er-nasional akan selalu ada, karena kemiripan kre-asi, mot if , desainer kemungkinan sama akan se-lalu ada. Meskipun perbedaan secara prinsipil a-kan ada yang meliput i bent uk mode yang dipe-ngaruhi oleh t rend dan budaya negara masing-masing. Tulisan ini mencoba membahas menge-nai implement asi perlindungan HKI dari karya/ produk masyarakat asli/ t radisional berupa ke-raj inan.

Permasalahan

8 Toet i Herat y N. Roosseno & Ast ri d Monika S. Mel i al a,

“ Sel ayang Pandang Hak Kekayaan Int el ekt ual ” , Medi a HKI-Bul et i n Inf or masi Dan Ker agaman Hak Kekayaan In-t el ekIn-t ual, Vol . VII, No. 03, Juni 2010, di akses pada web ht t p: / / medi ahki . wordpress. com/ vol -vi ino-2april 2010/ kol om-hki/ , t anggal 12 Februari 2011, Jakart a: Dirj en HKI.

Ada dua permasalahan yang dibahas da-lam art ikel ini. Per t ama, bagaimanakah imple-ment asi perlindungan hukum HKI masyarakat asli/ t radisional di Kabupat en Purbalingga?. Ke-dua, f akt or-f akt or apa saj akah yang cenderung menghambat perlindungan hukum HKI masya-rakat asli/ t radisional di Kabupat en Purbalingga?

Met ode Penelitian

Met ode pendekat an yang digunakan da-lam penelit ian ini adalah yuridis sosiologis, de-ngan rancade-ngan penelit ian berupa survey la-pangan, st udi pust aka, st udi perundang-undang-an dperundang-undang-an st udi dokument asi. Penelit iperundang-undang-an ini berlo-kasi di wilayah Kabupat en Purbalingga. Populasi dalam penelit ian ini adalah pemegang peran da-lam upaya perlindungan HKI masyarakat asli/ t radisional di Kabupat en Purbalingga dan ma-syarakat sebagai pelaku/ produsen, dengan po-pulasi sasaran t erdiri dari Pemerint ah Daerah Kabupat en Purbalingga yang t erkait dengan upa-ya perlindungan Hak Kekaupa-yaan Int elekt ual ma-syarakat asli/ t radisional, dalam hal ini adalah Kasi Indust ri agro (Bidang Perindust rian) Dispe-rindagkop Kabupat en Purbalingga, Kabid Perin-dust rian Disperindagkop Kabupat en Purbalingga, Ket ua Paguyuban UMKM Perwira Kabupat en Pur-balingga, sert a Kasubag Jaringan dan Doku-ment asi Hukum Sekret ariat Daerah Kabupat en Purbalingga. Met ode Pengambilan Sampel dila-kukan dengan pur posive sampl i ng. Dat a primer diperoleh melalui wawancara, sedangkan dat a sekunder diperoleh melalui st udi kepust akaan. Dat a t ersebut kemudian dianalisis secara int e-rakt if dengan menggunakan t riangulasi sumber.

Pembahasan

Potensi Wilayah Kabupat en Purbalingga

(4)

ot onomisasi daerah maka pengembangan UKM diarahkan pada beberapa hal. Per t ama, pe-ngembangan lingkungan bisnis yang kondusif ba-gi UKM; kedua, pengembangan lembaga-lemba-ga f inancial yang dapat memberikan akses t er-hadap sumber modal yang t ransparan dan lebih murah; ket i ga, memberikan j asa layanan pe-ngembangan bisnis non f inansial kepada UKM yang lebih ef ekt if ; dan keempat , pembent ukan aliansi st rat egis ant ara UKM dan UKM lainnya at au dengan usaha besar di Indonesia at au di luar negeri. Berkembang at au mat inya UKM da-lam era perdagangan bebas t ergant ung dari ke-mampuan bersaing dan peningkat an ef isiensi sert a membent uk j aringan bisnis dengan lem-baga lainnya.

Wilayah eks Karisidenan Banyumas sendi-ri, berdasarkan keput usan bersama bupat i di wi-layah eks Karisidenan Banyumas, SKB No. 130 A Tahun 2003, SKB No. 4 Tahun 2003, SKB No. 36 Tahun 2003, SKB No. 48 Tahun 2003 dan SKB No. 16 Tahun 2003 t elah dibent uk lembaga ker-j asama daerah Regional Management Barling-mascakeb yang berorient asi pada regional mar-ket ing. Tuj uan diselenggarakannya kerj asama ini adalah: per t ama, mewuj udkan sinergi dalam pelaksanaan pembangunan ant ar daerah dan dalam pengelolaan sert a pemanf aat an pot ensi daerah unt uk meningkat kan ef isiensi dan ef ek-t iviek-t as pemanf aaek-t an sumber daya pembangunan; kedua, sinkronisasi dalam penyusunan perat ur-an daerah unt uk mengurur-angi hambat ur-an birokrasi dalam kegiat an ekonomi dan invest asi; ket i ga, menghindari dan mengeliminasi pot ensi euf oria ot onomi daerah sepert i kegiat an kont ra produk-t if (persaingan yang produk-t idak sehaproduk-t anproduk-t ar daerah); keempat , memperkuat posisi t awar dan mening-kat kan daya saing daerah agar mampu mengak-ses pasar nasional dan int ernasional dalam era globalisasi ekonomi; dan kel i ma, membangun kemit raan ant ar pemerint ah kabupat en dengan pemerint ah provinsi, pemerint ah pusat , dunia usaha sert a dengan lembaga non pemerint ah di t ingkat nasional mau-pun int ernasional.

Pembent ukan lembaga ini dilandasi per-sepsi dan kemauan bersama unt uk memperoleh manf aat , khususnya dibidang ekonomi. Barling-mascakeb sendiri diharapkan dapat membant u

guna membangun pondasi ekonomi regional me-lalui kegiat an-kegiat an yang menj adi pengungkit (pr i me mover ) pert umbuhan ekonomi di wilayah eks Karisidenan Banyumas.

Visi lembaga Regional Management Bar-lingmascakeb sendiri adalah mewuj udkan wila-yah Barlingmascakeb sebagai t uj uan invest asi, perdagangan dan wisat a menuj u t ercipt anya masyarakat yang adil dan sej aht era. Misi lem-baga ini adalah: per t ama, mencipt akan iklim invest asi yang kondusif dan mempromosikan po-t ensi invespo-t asi kepada calon invespo-t or; kedua, membangun j ej aring perdagangan produk ung-gulan daerah, baik t ingkat regional, nasional dan int ernasional; ket iga, mempromosikan dan mengembangkan pot ensi wisat a di wilayah Bar-lingmascakeb; keempat, melakukan inovasi-ino-vasi kegiat an dalam rangka mencapai masyara-kat yang adil dan sej aht era.

Wilayah Kabupat en Purbalingga merupa-kan daerah yang sangat kent al dengan kehi-dupan t radisionalnya. Beberapa komodit i t radi-sional yang kemudian dikembangkan t urun t e-murun dan menunj ukkan karakt erist ik daerah masih bert ahan dit engah era modernisasi.

Kabupat en Purbalingga t ermasuk dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Secara adminis-t raadminis-t if , Kabupaadminis-t en Purbalingga adminis-t erbagi menj adi 18 kecamat an dan 223 desa dan 15 kelurahan. Jumlah penduduk Kabupat en Purbalingga pada t ahun 2008 sebanyak 896. 272 j iwa, dengan kom-posisi j enis kelamin relat if seimbang, yait u laki-laki 445. 953 j iwa dan perempuan 450. 319 j iwa. Sement ara apabila dilihat dari t ingkat part isi-pasi angkat an kerj a t ahun 2008 sebesar 63, 46%. Penduduk yang t ergolong angkat an kerj a seban-yak 568. 729 orang dan yang bukan angkat an kerj a sebanyak 327. 543 orang.

(5)

se-kit ar 17, 93% dan kenaikan t ersebut masih lebih t inggi dibandingkan t ahun sebelumnya. Kabu-pat en Purbalingga memiliki pot ensi indust ri yang relat if besar dengan dukungan hasil pert a-nian yang melimpah, t enaga kerj a produkt if yang cukup, pangsa pasar yang masih t erbuka dan iklim usaha yang kondusif . Iklim usaha yang kondusif sert a adanya j aminan keamanan dan kenyamanan dalam bekerj a t elah mampu mena-rik invest or unt uk menanamkan modalnya.

Wilayah Kabupat en Purbalingga memiliki beberapa komodit as asli. Berdasarkan survey la-pangan dan st udi dokument asi t erhadap j enis indust ri dan perlindungan HKI yang ada di wila-yah Kabupat en Purbalingga dapat disaj ikan da-lam t abel mat riks berikut ini:

Tabel 1. Jenis Indust ri dan Perlindungan HKI

No Jenis Industri Jumlah

(6)
(7)
(8)
(9)

133 Indust ri Alat

Komodit i-komodit i t radisional cenderung dihasilkan oleh sekt or UKM dan dapat dibedakan berdasarkan klust ernya t erdiri dari: per t ama, kripsikan bahwa UKM memberikan kont ribusi berkait an dengan penyediaan lapangan peker-j aan. Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu digambarkan sebagai sekt or yang mempunyai peranan yang pent ing, karena se-bagian besar j umlah penduduknya berpendidi-kan rendah dan hidup dalam kegiat an usaha kecil baik disekt or t radisional maupun modern.

Peranan usaha kecil t ersebut menj adi bagian yang diut amakan dalam set iap perencanaan t a-hapan pembangunan yang dikelola oleh dua ke-ment erian, yait u keke-ment erian Perindust rian dan Perdagangan dan Kement erian Koperasi dan U-saha kecil dan Menengah, namun demikian usa-ha pengembangan yang t elah dilaksanakan ma-sih belum memuaskan hasilnya, karena pada ke-nyat aannya kemaj uan UKM, apabila dit inj au dari sisi perlindungan HKI, masih sangat relat if rendah. Hal ini mengingat dari 145 j umlah in-dust ri yang ada, baru ada 4 pendaf t aran HKI, yait u unt uk Indust ri Perlengkapan dan Kompo-nen Kendaraan Bermot or Roda Empat at au lebih t elah mendaf t arkan merek “ Aspeco” , Indust ri Bulu Tiruan t erdapat dua merek yait u “ RGG” dan “ wig art ” , sert a Indust ri Pupuk Alam/ Non Sint esis Hara Makro Primer t erdapat sat u merek yait u “ Tiga Daun” .

Implement asi Perlindungan Hukum Hak Keka-yaan Int elektual Masyarakat Asli/ Tradisional di Kabupat en Purbalingga

(10)

kerj a yang bekerj a; dan ket i ga, kont ribusi UM-KM dalam pembent ukan PDB cukup signif ikan yakni sebesar 54, 22% dari t ot al PDB.

Produk masyarakat asli/ t radisional di Pur-balingga cenderung di hasilkan dari sekt or UKM. UKM memberikan kont ribusi berkait an dengan penyediaan lapangan pekerj aan. Dalam pemba-ngunan ekonomi di Indonesia UKM selalu digam-barkan sebagai sekt or yang mempunyai peranan yang pent ing, karena sebagian besar j umlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiat an usaha kecil baik disekt or t radisi-onal maupun modern. Peranan usaha kecil t er-sebut menj adi bagian yang diut amakan dalam set iap perencanaan t ahapan pembangunan yang dikelola oleh dua kement erian t ersebut . Namun demikian usaha pengembangan yang t elah dilak-sanakan masih belum memuaskan hasilnya, ka-rena pada kenyat aannya kemaj uan UKM, apabila dit inj au dari sisi perlindungan HKI nya masih sa-ngat relat if rendah. Hal ini mengisa-ngat dari 145 j umlah indust ri yang ada, baru ada 4 pendaf t ar-an HKI, yait u unt uk Indust ri Perlengkapar-an dar-an Komponen Kendaraan Bermot or Roda Empat at au lebih t elah mendaf t arkan merek “ Aspeco” , Indust ri Bulu Tiruan t erdapat dua merek yait u “ RGG” dan “ wig art ” , sert a Indust ri Pupuk A-lam/ Non Sint esis Hara Makro Primer t erdapat sat u merek yait u “ Tiga Daun” .

Kondisi t ersebut t ent u saj a miris, meng-ingat saat ini era nya adalah era liberalisasi di-bidang perdagangan, di mana t erhadap set iap karya harus dihargai dengan sej umlah mat eri. Dalam menghadapi persaingan yang semakin ke-t ake-t , karena semakin ke-t erbukanya pasar didalam negeri, merupakan ancaman bagi UKM dengan semakin banyaknya barang dan j asa yang masuk sebagai akibat globalisasi. Oleh karena it u, pembinaan dan pengembangan UKM saat ini di-rasakan semakin mendesak dan sangat st rat egis unt uk mengangkat perekonomian rakyat , maka kemandirian UKM dapat t ercapai dimasa men-dat ang. Berkembangnya perekonomian rakyat diharapkan dapat meningkat kan pendapat an masyarakat , membuka kesempat an kerj a dan memakmurkan masyarakat secara keseluruhan.

Upaya dari Disperindagkop dalam rangka melindungi produk-produk asli/ t radisional

ma-syarakat Purbalingga, berdasarkan wawancara dengan Kasi Indust ri Agro (Bidang Perindust rian) Disperindagkop Kabupat en Purbalingga pada t anggal 16 April 2012 ant ara lain: per t ama, mengadakan sosialisasi at au penyuluhan menge-nai art i pent ingnya hak kekayaan int elekt ual; kedua, mengadakan kerj a sama dengan Klinik HKI Universit as Diponegoro dan Sent ra HKI Uni-versit as Jenderal Soedirman; ket i ga, mengada-kan pembant uan dalam pengurusan penerbit an sert if ikat HKI, dalam hal ini adalah sert if ikat Merek dan pat en; keempat , mengadakan peme-riksaan t erhadap merek-merek yang sudah t er-daf t ar; dan kel i ma, pemberian konsult asi dan inf ormasi yang berkait an dengan pengurusan merek. Poin 4 dan 5 merupakan program yang relat if baru dilaksanakan pada t ahun 2012. Hal senada j uga disampaikan Ket ua Paguyuban UKM Perwira Kabupat en Purbalingga pada Wawan-cara t anggal 9 April 2012 bahwa pemerint ah derah melalui Disperindagkop mengadakan a-rahan, penyuluhan dan pelat ihan- pelat ihan. Hal ini menunj ukkan keseriusan dari pihak eksekut if dalam hal ini Disperindagkop Kabupat en Purba-lingga dalam rangka usaha perlindungan HKI t er-hadap produk-produk masyarakat asli/ t radisi-onal. Selain it u, dalam rangka perlindungan HKI bagi produk t radisional, langkah yang dilakukan disperindagkop yait u: per t ama, adanya t rans-paransi dari Disperindagkop t erhadap segala se-suat u yang berhubungan dengan pendaf t aran merek maupun pat en; kedua, pet ugas dari Dis-perindagkop lebih proakt if dalam memberikan inf ormasi t erkait pendaf t aran merek dan pat en; ket i ga, adanya monit oring dari Disperindagkop t erhadap produk-produk asli/ t radisional masyrakat Purbalingga yang nant inya dapat dimint a-kan HKI; dan keempat , adanya t enaga penyuluh mengenai HKI.

(11)

dan pat en hanya akan diperoleh melalui inisiat if pengusaha unt uk mendaf t arkan merek at au pa-t en apa-t as produk yang dihasilkannya.

Berdasarkan ket ent uan Pasal 3 UU No. 15 Tahun 2001 t ent ang Merek, dit ent ukan bahwa:

Hak at as Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik Me-rek yang t erdaf t ar dalam Daf t ar Umum Merek unt uk j angka wakt u t ert ent u de-ngan menggunakan sendiri Merek t ersebut at au memberikan izin kepada pihak lain unt uk menggunakannya.

Ket ent uan Pasal 1 ayat (1) UU No. 14 t ahun 2001 t ent ang Pat en menent ukan bahwa:

Pat en adalah hak eksklusif yang dibe-rikan oleh Negara kepada Invent or at as hasil Invensinya di bidang t eknologi, yang unt uk selama wakt u t ert ent u melaksana-kan sendiri Invensinya t ersebut at au memberikan perset uj uannya kepada pi-hak lain unt uk melaksanakannya.

Kedua rumusan t ersebut mengat ur bahwa baik pat en maupun merek, perlindungan hukumnya hanya dapat diperoleh melalui pendaf t aran. Pendaf t aran HKI sendiri harus diaj ukan ke Direk-t oraDirek-t Jenderal Hak Kekayaan InDirek-t elekDirek-t ual Kemen-t erian Hukum dan HAM di JakarKemen-t a. Dalam prose-dur pendaf t aran t erdapat hal-hal yang harus diperhat ikan, dalam pat en misalnya, permoho-nan pat en diaj ukan secara t ert ulis dalam baha-sa Indonesia kepada Direkt orat Jenderal dan memuat beberapa hal. per t ama, t anggal, bulan dan t ahun permohonan; kedua, alamat lengkap dan ala-mat j elas pemohon; ket i ga, nama leng-kap dan kewarganegaraan invent or; keempat , nama dan alamat lengkap kuasa apabila per-mohonan diaj ukan melalui kuasa; kel i ma, surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diaj ukan oleh kuasa; keenam, pernyat aan permohonan unt uk dapat diberi pat en; ket uj uh, j udul in-vensi; kedel apan, klaim yang t erkandung dalam invensi; kesembi l an, deskripsi t ent ang invensi yang secara lengkap memuat ket erangan t en-t ang cara melaksanakan invensi; kesepul uh, gambar yang disebut kan dalam deskripsi yang diperlukan unt uk memperj elas invensi; dan ke-sebel as, abst rak invensi

Ada dua persyarat an yang harus dipenuhi dalam permohonan pat en, yait u: deskript if (f

i-sik) dan spesif ikasi non deskript if (administ ra-t if ), berkaira-t an dengan persyarara-t an f ormalira-t as. Persyarat an f isik yang harus dipenuhi dalam pe-nyusunan deskripsi pat en adalah: per t ama, ker-t as ukuran A4 beraker-t 80 gram unker-t uk deskripsi, dan 100 gram unt uk gambar; kedua, set iap lem-bar halaman kert as, hanya salah sat u mukanya saj a yang boleh dipergunakan; ket i ga, ruang t u-lisan ant ara: 2 cm dari at as, bawah dan pinggir kanan, 2, 5 cm dari pinggir kiri; keempat , nomor halaman t engah at as; kel i ma, mencamt umkan nomor baris (kecuali gambar); keenam, penge-t ikan hurup warna hipenge-t am, penge-t inggi 0, 21 cm dan j a-rak 1, 5 spasi, ket uj uh, t anda-t anda dengan ga-ris, rumus-rumus kimia at au mat emat ik dan t an-da t ert ent u an-dapat dit ulis dengan t angan at au di-lukis; dan kedel apan, ruang gambar ant ara: 2, 5 cm at as, 1 cm bawah, 2, 5 cm kiri dan 1, 5 ka-nan. Penulisan spesif ikasi meliput i dua aspek yait u aspek perlindungan yang merupakan bagi-an klaim (menj elaskbagi-an lingkup perlindungbagi-an); dan aspek inf ormasi yang merupakan bagian deskripsi (menj elaskan t uj uan invensi, kelebih-an invensi, masalah ykelebih-ang akkelebih-an dipecahkkelebih-an, cara menerapkan/ melaksanakan invensi).

Spesif ikasi permohonan pat en t erdiri dari empat bagian, per t ama, deskripsi at au uraian invensi; kedua, klaim invensi; ket i ga, abst rak invensi; dan keempat, gambar invensi. Deskripsi At au Uraian Invensi t erdiri dari: j udul invensi, bidang t eknik invensi, lat ar belakang invensi, ringkasan invensi, uraian singkat gambar (bila ada), uraian lengkap invensi, abst rak gambar dan klaim.

Uraian t ersebut menunj ukan bet apa ru-mit nya penyusunan permohonan pendaf t aran HKI yang harus diperhat ikan oleh pemohon. Ke-salahan dalam penyusunan permohonan akan mengakibat kan permohonan dikembalikan unt uk diperbaiki. Mengingat rumit nya penyusunan per-mohonan pendaf t aran HKI, maka idealnya di-set iap daerah t erdapat konsult an HKI, baik me-rek maupun pat en, yang dapat membant u pe-nyusunan pendaf t aran HKI.

(12)

t eknis penyusunan permohonan pendaf at aran, karena di Disperindagkop sendiri belum ada t e-naga penyuluh khusus yang mendalami t eknis penyusunan permohonan pendaf at aran HKI.

Perlu dit ekankan disini, bahwa perolehan hak kekayaan int elekt ual berbanding lurus de-ngan kesej aht eraan at au peningkat an pereko-nomian UKM disat u sisi dan Pemerint ah daerah di sisi lain. Dengan pengert ian lain, adanya per-lindungan HKI bagi UKM pada akhirnya akan mendat angkan pendapat an yang berlebih bagi UKM sendiri dan pada gilirannya akan berimbas pada pendapat an daerah yang meningkat dari sekt or usaha mikro kecil dan menengah.

Globalisasi akan membawa pengaruh bu-ruk apabila para pelaku usaha, dalam hal ini ko-perasi dan UKM, belum siap unt uk bersaing da-lam kancah int ernasional. Globalisasi dengan re-zim liberalisasi mengakibat kan masyarakat yang menghasilkan komodit i t radisional, khususnya yang dihasilkan oleh UKM, harus mendaf t arkan HKI apabila akan bersaing di era liberalisasi ini. Globalisasi dan liberalisasi memang t idak perlu dit olak karena pemerint ah sudah menandat a-ngani banyak perj anj ian int ernasional dalam ke-rangka AFTA at au WTO. Dampak buruk dari glo-balisasi dan liberalisasi hendaknya dapat dimini-malisasi dengan kebij akan-kebij akan st rat egis yang berpihak kepada koperasi dan UKM. Jangan sampai koperasi dan UKM dibiarkan berj alan sendiri t anpa peningkat an daya-saing dan pro-mosi yang memadai.

Faktor-fakt or Penghambat Perlindungan HKI t erhadap Produk Masyarakat Asli/ Tradisional

Hukum dibuat unt uk dilaksanakan. Oleh karena it u, t idaklah mengherankan apabila P. Scholt en mengat akan bahwa “ manakala hukum t idak pernah dilaksanakan, maka t idak lagi dise-but sebagai hukum” .9 Hukum it u sendiri dalam wuj udnya sebagai perat uran j elas t idak dapat melakukan semua it u. Dengan demikian menj adi relevan unt uk dibahas mengenai f akt or-f akt or yang mempengaruhi penegakkan hukum.

Fakt or-f akt or t ersebut menurut Soerj ono Soekant o adalah sebagai berikut : f akt or kaidah

9

Sat j i pt o Rahar dj o, 1986, Hukum dan Masyar akat, Ban-dung: Angkasa, hl m. 69.

hukum/ perat uran it u sendiri, f akt or pet ugas/ penegak hukum, f akt or sarana at au f asilit as, f akt or masyarakat dan f akt or budaya.10 Kelima f akt or t ersebut di at as saling berkait an, karena merupakan esensi dari penegakan hukum sert a merupakan t olak ukur dari ef ekt ivit as penegak-an hukum. Fakt or-f akt or t ersebut apabila dihu-bungkan dengan perlindungan hukum HKI t er-hadap produk masyarakat asli/ t radisional di Ka-bupat en Purbalingga, maka dapat dianalisis se-bagai berikut .

Per t ama, f akt or hukum. Upaya perlindu-ngan hukum HKI dapat dikualif ikasikan menj adi upaya hukum represif dan prevent if . Upaya hu-kum prevent if t ampak pada pengat uran HKI da-lam beberapa perat uran perundangan, sepert i UU No. 30 Tahun 2000 t ent ang Rahasia Dagang, UU No. 31 Tahun 2000 t ent ang Desain Indust ri, dan UU No. 32 Tahun 2000 t ent ang Desain Tat a Let ak Sirkuit Terpadu dan dalam upaya unt uk menyelaraskan semua perat uran perundangan di bidang HKI dengan Perj anj ian TRIPs, pada t ahun 2001 Pemerint ah Indonesia mengesahkan UU No. 14 Tahun 2001 t ent ang Pat en dan UU No. 15 Tahun 2001 t ent ang Merek. Kedua undang-un-dang ini menggant ikan unundang-un-dang-unundang-un-dang yang la-ma di bidang t erkait . Pada pert engahan t ahun 2002, disahkan UU No. 19 t ahun 2002 t ent ang Hak Cipt a yang menggant ikan undang-undang yang lama dan berlaku ef ekt if sat u t ahun sej ak diundang-kannya. Upaya hukum represif t ampak pada pengat uran mengenai t indak pidana di dalam ket ent uan t ersebut di at as.

Kedua, f akt or penegak hukum. Set iap pe-negak hukum secara sosiologis mempunyai ke-dudukan (st at us) dan peranan (r ol e). Kedudukan merupakan posisi t ert ent u di dalam st rukt ur kemasyarakat an. Kedudukan it u merupakan sua-t u wadah yang isinya hak-hak dan kewaj iban-ke-waj iban t ert ent u. Hak dan keiban-ke-waj iban it u sendiri merupakan peranan. Oleh karena it u, maka se-seorang yang mempunyai kedudukan t ert ent u secara sosiologis lazimnya dinamakan pemegang peran (r ol e occupant ).

10 Soerj ono Soekant o, 2008, Fakt or -Fakt or Yang

(13)

Fakt or perundang-undangan memang t e-lah memberikan perlindungan hukumnya, akan t et api rumit nya proses t eknis berkait an dengan pendaf t aran unt uk memperoleh perlindungan hukum HKI sebagaimana diat ur dalam undang-undang menj adi salah sat u penyebab, mengapa sekt or indust ri UKM menj adi segan unt uk mendaf t arkan haknya. Hal ini disebabkan, penmendaf -t aran HKI harus diaj ukan ke Direk-t ora-t Jenderal Hak Kekayaan Int elekt ual-Depart emen Hukum dan HAM di Jakart a. Tent u saj a hal ini berkait an dengan f asilit as dan sarana penunj ang unt uk memperlancar dan mempermudah perolehan perlindungan hukum HKI, dimana seyogyanya di-set iap kabupat en-kabupat en t erdapat sarana dan f asilit as unt uk mempermudah pendaf t aran HKI, sepert i t ersedianya konsult an HKI unt uk dapat membant u melakukan proses pendaf t aran HKI. Selain it u, ket ersediaan t enaga penyuluh di Disperindagkop yang benar-benar memahami t eknis penyusunan pendaf at aran HKI j uga men-j adi solusi yang t epat dalam usaha melindungi HKI produk t radisional.

Berdasarkan penj elasan t ersebut , f akt or penegak hukum, apabila dihubungkan dengan perlindungan hukum HKI maka t ampak bahwa peranan dinas khususnya Disperindagkop masih t erbat as pada peranan pasif dalam pemberda-yaan UKM, sepert i kegiat an-kegiat an penyuluh-an, pelat ihan berkait an dengan pemberdayaan UKM dari sisi mikro saj a. Dinas t erkait relat if belum memiliki pemahaman mengenai t eknis penyusunan permohonan pendaf t aran HKI.

Ket i ga, f akt or sarana dan f asilit as. Suat u masalah yang erat hubungannya dengan sarana at au f asilit as adalah ef ekt if it as dari sanksi ne-gat if yang diancamkan t erhadapa perist iwa-pe-rist iwa t ert ent u. Tuj uan dari adanya sanksi-sanksi t ersebut adalah agar dapat mempunyai e-f ek menakut kan t erhadap orang-orang yang me-lakukan pelanggaran, akan t et api apabila anca-man hukuanca-man hanya t ercant um di at as kert as, maka hal it u t idak ada art inya. Ef ek dari suat u sanksi negat if t ersebut akan dat ang dari kekuat -an suat u -ancam-an y-ang benar-benar dit erap-kan, apabila suat u ket ent uan dilanggar. Dengan demikian, yang pent ing pada sanksi negat if

ada-lah kepast ian bahwa sanksi t ersebut akan dit e-rapkan.11

Fakt or ini apabila hal ini dihubungkan de-ngan perlindude-ngan hukum HKI t erhadap produk masyarakat asli/ t radisional, maka t ampak bah-wa sarana dan f asilit as pendukung perlindungan hukum HKI relat if belum memadai. Hal ini dise-babkan, proses pendaf t aran masih harus diaj u-kan ke Jakart a (Direkt orat Jenderal Hak Kekaya-an Int elekt ual). Hal ini t ent u saj a menghambat bagi UKM yang akan mendaf t arkan perlindungan HKI, karena dihadapkan pada lokasi at au j arak yang j auh, khususnya bagi UKM di daerah. Ke-t ersediaan sumber daya manusia yang memahami t eknis penyusunan permohonan pendaf -t aran HKI menj adi permasalahan serius, mengi-ngat t eknis penyusunan permohonan membut uh-kan kecermat an, apabila hal ini dibiaruh-kan, maka akan mengakibat kan proses pendaf t aran HKI memakan wakt u yang lama, karena apabila da-lam permohonan t erdapat kesalahan at au keku-rangan, maka permohonan t ersebut akan dikem-balikan unt uk diperbaiki. Selain it u, alokasi pe-nelit ian, penyuluhan dan pelat ihan yang dibe-rikan oleh pemerint ah daerah relat if kecil. Pa-dahal apabila UKM memperoleh HKI, pada gili-rannya akan menambah pendapat an daerah, de-ngan asumsi bahwa kegiat an perekonomian UKM meningkat .

Keempat , f akt or masyarakat . Penegakkan hukum berkait an erat dengan f akt or bekerj anya hukum. Tat a hukum merupakan seperangkat norma yang menunj ukkan apa yang harus dila-kukan at au apa yang harus t erj adi. Bekerj anya hukum merupakan suat u pranat a dalam masya-rakat , maka perlu memasukkan sat u f akt or yang menj adi perant ara yang memungkinkan hukum it u melakukan regenerasi at au memungkinkan t erj adinya penerapan dari norma hukum it u. Regenerasi at au penerapan hukum hanya dapat t erj adi melalui manusia sebagai perant aranya. Masuknya manusia dalam pembicaraan menge-nai hukum, khususnya di dalam hubungan de-ngan bekerj anya hukum it u, akan membawa penglihat an mengenai hukum sebagai karya ma-nusia di dalam masyarakat , sehingga f akt or-f

11

(14)

t or yang memberikan beban pengaruh (impact ) t erhadap hukum t idak dapat dibat asi. 12

Perolehan HKI, khususnya yang berkait an dengan produk masyarakat asi/ t radisional yait u hak merek dan hak pat en, harus melalui proses pendaf t aran. Dalam proses pendaf t aran sendiri t erdapat berkas-berkas yang harus dipenuhi. Berdasarkan wawancara dngan Ket ua Paguyuban UKM Perwira Kabupat en Purbalingga, pemerin-t ah daerah memang pemerin-t elah melakukan sosialisasi mengenai HKI, namun demikian masih sedikit masyarakat yang memahami kelengkapan pen-daf t aran yang harus dipenuhi. Selain it u, biaya yang relat if mahal unt uk mendapat kan HKI j uga menj adi penyebab mayarakat enggan unt uk me-lakukan pendaf t aran HKI. Penj elasan t ersebut semakin menegaskan, bahwa ket ersediaan sum-ber daya manusia yang memahami t eknis penyu-sunan permohonan pendaf t aran HKI menj adi suat u hal yang pent ing. Sosialisasi yang dilaku-kan adilaku-kan lebih mengena apabila mat eri disam-paikan oleh orang yang benar-benar memahami t eknis penyusunan permohonan pendaf t aran HKI.

Kel i ma, f akt or budaya. Budaya pat erna-list ik at au komunal sangat lah kent al di masyara-kat , khususnya di wilayah eks Karisidenan Ba-nyumas. Berdasarkan hasil penelit ian, Masya-rakat cenderung senang apabila proses maupun produknya dit iru oleh pihak lain, karena hal ini mendat angkan suat u kebahagiaan t ersendiri bagi si pencipt anya. Tent u saj a budaya sema-cam ini sangat menghambat penegakkan perlin-dungan hukum HKI di era liberalisasi saat ini. Hal ini t ent u saj a menj adi suat u t ant angan sen-diri bagi pemerint ah, khususnya dit ingkat an pe-merint ah daerah, karena merubah paradigma sepert i it u t idaklah semudah membalikan t ela-pak t angan.

Penut up Simpulan

Berdasarkan penelit ian yang t elah dilak-sanakan, maka dapat dit arik beberapa simpul sebagai berikut . Per t ama, berkait an dengan implemen-t asi implement asi perlindungan

12

Sat j i pt o Rahardj o, Hukum dan Masyar akat , op. ci t . , hl m. 48.

kum HKI masyarakat asli/ t radisional, Pemerin-t ah Daerah KabupaPemerin-t en Purbalingga, khususnya Disperindagkop hanya mempunyai peran unt uk mengadakan sosialisasi at au penyuluhan menge-nai art i pent ingnya hak kekayaan int elekt ual dan pemberian konsult asi dan inf ormasi yang berkait an dengan pengurusan merek. Dalam hal ini, Disperindagkop t idak mempunyai kewena-ngan unt uk melakukan proses pendaf t aran HKI, karena pendaf t aran HKI hanya dapat dilakukan di Direkt orat Jenderal Hak Kekayaan Int elek-t ual Deparelek-t emen Hukum dan HAM di Jakarelek-t a. Sement ara, di Kabupat en Purbalingga t idak t er-dapat konsult an HKI dan sumber daya manusia yang ada masih relat if belum memahami t eknis penyusunan pendaf t aran HKI. Kondisi ini meng-akibat kan dari 145 j umlah indust ri yang ada, ba-ru ada 4 pendaf t aran HKI. Hal ini sangat kon-t radiksi dengan f ilosof i globalisasi dan libera-lisasi, karena bukan menj adi suat u hal yang must ahil apabila hasil karya masyarakat Purba-lingga akan dit iru oleh daerah lain at au bahkan negara lain.

Kedua, f akt or-f akt or yang cenderung menghambat perlindungan hukum HKI masyarkat asli/ t radisional di Kabupat en Purbalingga a-dalah f akt or pet ugas/ penegak hukum dan sara-na, f asilit as, mengingat sumberdaya yang ada masih relat if belum memahami t eknis penyusun-an pendaf at arpenyusun-an HKI. Selain it u, f akt or masya-rakat dan budaya t urut menghambat perlin-dungan HKI. Tidak komprehensif nya mat eri pe-nyuluhan, khususnya mengenai t eknis penyusunan permohonpenyusunan pendaf t arpenyusunan HKI, mengakibat -kan penget ahuan masyarakat relat if kurang. Bu-daya pat ernalist ik t urut menj adi f akt or yang cenderung menghambat perlindungan HKI, ka-rena masyarakat cenderung masih merasa se-nang apabila karya/ produknya dit iru pihak lain.

Saran

(15)

a-kan dapat meningkat a-kan penget ahuan masyara-kat pada umumnya dan Disperindagkop pada khususnya, mengenai pent ingnya perlindungan HKI dan t eknis pendaf at arannya.

Daft ar Pust aka

Aulia, M. Zulf a.Perlindungan Hukum Ekspresi Kreat if Manusia: Telaah Terhadap Perlin-dungan Hak Kekayaan Int elekt ual dan Ekspresi Budaya Tradisional” . Jur nal Hu-kum. Vol. 14. No. 3. Juli 2007. Jakart a: Fakult as Hukum Universit as Pancasila; Faradz, Haedah. “ Perlindungan Hak At as

Me-rek” . Jur nal Di nami ka Hukum. Vol. 8 No. 1. Januari 2008. Purwokert o: FH Unsoed; Hart ini, Rahayu. “ Kaj ian Implement asi Prinsip-prinsip Perlindungan HaKI dalam Perat ur-an Per-UU-ur-an HaKI di Indonesia” . Humani -t y. Vol. 1 No. 1. sept ember 2005;

Hidayat , Anas. “ Pembaj akan Produk: Problema. St rat egi Dan Ant isipasi St rat egi” . Jur nal Si asat Bi sni s. Vol. 1 No. 10. Juni 2005, Yogyakart a: FE UII;

Husamah. “ Mengusung Kembali Khazanah Ident i-t as Budaya Bangsa” . Jur nal Best ar i . Vol 42 Tahun 2009. Malang: Universit as Mu-hamadiyah Malang;

Mahila, Syarif ah. “ Tradit ional Knowledge Dalam Sist em Hukum Hak Kekayaan Int elekt ual Indonesia” . Jur nal Il mi ah Lex Speci al i st . Edisi khusus. Agust us 2010. Jambi: Un-bari;

Munawaroh, Sit i. “ Peranan Trips (t rade Relat ed Aspect s of Int elect ual Propert y Right s) t erhadap Hak At as Kekayaan Int elekt ual

di Bidang Teknologi Inf ormasi di Indone-sia” . Jur nal Teknol ogi Inf or masi Di nami k. Vol. XI. No. 1. Januari 2006;

Rahardj o, Sat j ipt o. 1986. Hukum dan Masyar a-kat. Bandung: Angkasa;

Rahayu, Devi. “ Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipt a Mot if Bat ik Tanj ungbumi Madu-ra” . Mi mbar Hukum. Vol. 23 No. 1. Feb-ruari 2011. Yogyakart a: FH UGM;

Roosseno, Toet i Herat y N dan Ast rid Monika S. Meliala. “ Selayang Pandang Hak Kekayaan Int elekt ual” . Medi a HKI-Bul et i n Inf or masi Dan Ker agaman Hak Kekayaan Int el ek-t ual. Vol. VII. No. 03. Juni 2010. diakses pada web ht t p: / / mediahki. wordpress. com/ vol-viino-2april-2010/ kolom-hki/ , Tanggal 12 Februari 2011. Jakart a: Dirj en HKI;

Saiman. Tant angan Budaya Nasional di era Glo-balisasi. Jur nal Best ar i. Vol. 42 Tahun 2009. Malang: Universit as Muhamadiya Malang;

Sembiring, Rosnidar. “ Perlindungan Haki Terha-dap Karya-Karya Tradisional Masyarakat Adat ” . Jur nal Equal i t y. Vol. 11 No. 2. A-gust us 2006. Medan: Fakult as Hukum USU;

Soekant o, Soerj ono. 1985. Ef ekt ivit as Hukum dan Per anan Sanksi . Bandung: Remaj a Karya;

Gambar

Tabel 1. Jenis Indust ri dan Perlindungan HKI

Referensi

Dokumen terkait

Tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa dari 20 peserta didik yang menjadi sampel dalam penelitian ini, terdapat 2 peserta didik atau 10% yang memilih selalu mengulangi

Berdasarkan pada hasil pengembangan dan uji coba, maka diperoleh simpulan bahwa perangkat pembelajaran IPA SMP berorientasi keterampilan berpikir kritis pada pokok

2 KEMAHIRAN Gimnastik Asas  Kemahiran Hambur dan Pendaratan Aspek 1 : Kemahiran Pergerakan (Domain Psikomotor) Standard Kandungan 1.2 Melakukan kemahiran

Logam berat timbal (Pb) dapat berpindah dari lingkungan ke organisme perairan suatu saat akan turun dan mengendap pada dasar perairan, membentuk sedimentasi dan

Kerjakan soal di bawah ini dengan benar1. Tentukan panjang

Hal ini berarti pembelajaran pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan dengan nilai rata-rata daya serap klasikal minimal 65% dan ketuntasan belajar

O processo de reforma legal que culminou com a aprovação da Lei de Eleições públicos em 2012 foi iniciado pela CNE em colaboração com as autoridades e organismos apropriados, como

Dengan penanaman Al- Qur’an sejak dini maka diharapkan akan mendapatkan nilai keimanan dari Al- Qur’an sampai anak tersebut menjadi dewasa. Dengan adanya tujuan yang harus