PERENCANAAN SISTEM PEMELIHARAAN BERKALA UNTUK
PERALATAN SELF UNLOADING PADA KAPAL PENGANGKUT
BATU BARA
Garry Fajri Garcia 1006682006
1), Ir. Mukti Wibowo
2)1)
Mahasiswa S-1, Teknik Perkapalan Dept.Teknik Mesin. Universitas Indonesia
2)
Dosen Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia
Email : garry.f.garcia@gmail.com
Abstrak
Pada pengoperasian kapal pengangkut batu bara diperlukan suatu sistem yang mengatur tentang perawatan dan pemeliharaan peralatan pada kapal tersebut. Hal ini diperlukan untuk menghindari terjadinya masalah yang dapat merugikan kapal, seperti breakdown pada peralatan dan sebagainya. Selain itu sistem pemeliharaan yang dilakukan secara terencana dan berkala, juga dapat memperpanjang usia pakai suatu kapal sehingga dapat mencegah penurunan produktivitas kapal tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan pada semua komponen yang terdapat di suatu kapal, juga telah diatur dalam International Safety Management Code (ISM Code). Oleh karena itu dibuatlah Planned Maintenance System pada peralatan di kapal. Dalam hal ini komponen-komponen peralatan Self Unloading pada kapal pengangkut batu bara MV. Sartika Baruna yang akan dijadikan objek penelitian untuk pembuatan sistem pemeliharaan tersebut.
Kata kunci:
Planned Maintenance System, International Safety Management, Pemeliharaan kapal, Self Unloading
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara maritim yang sangat luas dengan luas perairan sebesar 2/3 bagian dibanding permukaan daratan yang hanya sebesar 1/3 bagian saja. Sejak zaman kerajaan di Indonesia penggunaan kapal sebagain sarana transportasi dan militer usdah banyak digunakan dan terus berkembang dengan baik hingga saat ini. Kebutuhan akan perkembangan teknologi perkapalan di Indonesia akan terus meningkat seiring dengan kemajuan perdagangan dan industri. Penggunaan dari kapal tersebut selama terus-menerus nantinya akan mengakibatkan penurunan kualitas dari tiap komponen yang bekerja pada kapal tersebut ataupun secara keseluruhan, yang memungkinkan terjadinya kerusakan sehingga perlu diberlakukan perbaikan.
Pemeliharaan kapal dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan - kegiatan yang dilakukan terhadap kapal untuk mencegah terjadinya kerusakan dan mengembangkan kepada kondisi yang lebih baik. Pekerjaan perbaikan kapal dibutuhkan jika ada kerusakan yang terjadi, karena usia kapal yang bertambah dan ausnya bagian-bagian dari konstruksi dan peralatan pada kapal, sehingga berakibat berkurangnya kemampuan kapal.
Kapal Self Unloading Vessel (SUV) memegang peranan yang penting dalam dunia bisnis sebagai alat transportasi utama dalam distribusi suatu produk dan hasil bumi ke sejumlah daerah yang dipisahkan sungai, danau, atau laut dalam jumlah besar tanpa membutuhkan crane di pelabuhan. Pengoperasian kapal dalam perannya tidak sebanding dengan kelaikan dari kapal tersebut. Maintenance pada peralatan kapal sangat penting untuk menjaga keawetan dan memperpanjang usia pakai peralatan
yang digunakan dalam sistem pada Self Unloading Vessel. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem pemeliharaan peralatan kapal yang efektif, efisien, dan mudah untuk dilaksanakan oleh awak kapal yang bertanggung jawab.
Tujuan dari pembuatan skripsi ini adalah untuk menghasilkan sistem pemeliharaan kapal berdasarkan referensi-referensi yang telah didapat berupa PMS (Planned Maintenace System) yang berfokus pada peralatan Self Unloading yaitu
conveyor belt, motor, pompa, roller dan pulley,
hoppers, boom, peralatan keselamatan dan proteksi kebakaran, serta jalur inspeksi. Diharapkan hasil yang dicapai dapat berguna sebagai referensi dalam pembuatan PMS pada kapal-kapal sejenis agar peralatan mampu mencapai usia pakai yang optimal.
2. LANDASAN TEORI
Pengoperasian kapal tidak lepas dari ketentuan di dalam BAB IX dari konvensi International Maritime Organization yaitu peraturan "Safety of Life at Sea (SOLAS)" yang mengatur tentang sistem manajemen keselamatan. Ketentuan ini berdasarkan ISM Code Resolution A.741(18) yang terdiri dari:
1.
Umum2.
Kebijakan Dalam Keselamatan dan Proteksi Lingkungan3.
Tanggung Jawab dan Wewenang Perusahaan4.
Orang yang Bertugas5.
Tanggung Jawab dan Wewenang Nahkoda6.
Sumber Daya dan Personil7.
Pengoperasian Kapal8.
Persiapan Kondisi DaruratKecelakaan, dan Kejadian Membahayakan
10.
Pemeliharaan Kapal dan Peralatannya11.
Dokumentasi12.
Verifikasi, Tinjauan, dan Evaluasi Perusahaan13.
Sertifikasi dan Verifikasi PeriodikTujuan utama fungsi pemeliharaan menurut Sofyan Assauri (2004) adalah:
1. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi 2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat
untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu
3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang di luar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan tersebut 4. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan
serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan pemeliharaan secara efektif dan efisien
5. Menghindari kegiatan pemeliharaan yang dapat membahayakan keselamatan para pekerja
6. Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan yaitu tingkat keuntungan atau return on investment yang sebaik mungkin dan total biaya yang rendah
Tujuan pemeliharaan kapal adalah untuk menjaga kondisi dan kemampuan operasional kapal beserta peralatannya, untuk memperpanjang usia kapal dan menambah masa operasi kapal sehingga mampu memberikan layanan jasa yang maksimal.
Planned Maintenance System adalah sistem perencanaan pemeliharaan kapal berupa catatan atau sistem berbasis software yang memungkinkan pemilik kapal atau operator untuk melaksanakan pemeliharaan dalam interval waktu berkala yang ditentukan secara terencana dan berkesinambungan yang berdasarkan spesifikasi dari produsen dan persyaratan badan klasifikasi untuk menghindari terjadinya kerusakan yang dapat menghambat kelancaran beroperasinya kapal.
Saat ini setiap kapal wajib memiliki sistem rencana pemeliharaan sesuai dengan ISM Code (International Safety Management Code). Paramater yang menjadi acuan dalam pembuatan PMS antara lain:
1. Disesuaikan dengan standar pemeliharaan kapal
2. Perhitungkan masa berlaku dan status survei dari biro klasifikasi
3. Item-item yang tidak ada dalam standar pemeliharaan kapal disesuaikan dengan
rekomendasi pembuat
4. Waktu pelaksanaan pemeliharaan harus sesuai dengan jadwalnya.
5. Item yang perlu konsentrasi waktu khusus untuk pemeliharaan perlu dihindari, kecuali waktu naik dok.
6. Item survei harus direncanakan sehingga sedapat mungkin banyak dilaksanakan saat kapal naik dok.
Tujuan dari pembuatan Planned Maintenance System antara lain demi memenuhi ketentuan konvensi yang dalam hal ini persyaratan keselamatan dan perlindungan lingkungan, kemudian kapal dan segala peralatannya dapat memiliki life time operasional yang panjang, serta sebagai pedoman dasar pelaksanaan pemeliharan kapal.
Berdasarkan sumber
(http://www.bulkcarrierguide.com/self-unloaders.html, 2010) Kapal Self Unloading Vessel (SUV) merupakan tipe kapal pengangkut hasil bumi (bulk carrier) dengan peralatan khusus yang mampu mengeluarkan muatan hasil bumi tersebut tanpa tergantung alat bantu dari darat seperti crane dan personil dari darat.
Gambar 1. Kapal tipe Self Unloading Vessel (SUV) sumber: http://chengxi.cssc.net.cn/
Berikut gambar skema sistem operasi bongkar muatan batu bara dengan peralatan Self Unloading:
sumber: data olahan peneliti
Self Unloading System ini memanfaatkan gravitasi dan berat muatan pada cargo hold. Bagian bawah dari kargo dibentuk menyerupai huruf "W" atau "V" dan memiliki sudut ke bawah yang berfungsi mempermudah menjatuhkan isi muatan dengan gravitasi. Pada ujung bawah kargo terdapat pintu yang disebut dengan hopper
yang berfungsi menjatuhkan muatan ke bawah kargo menuju terowongan khusus yang dilengkapi rangkaian
conveyor belt yang berfungsi untuk mengalirkan kargo. Muatan kargo yang berada pada conveyor dialirkan sepanjang dek oleh conveyor belt tersebut yang digerakkan oleh dua jenis roller yaitu roller aktif dan roller pasif. Rangkain belt conveyor pertama (tunnel conveyor) memindahkan muatan sepanjang terowongan pada sisi starboard dan portside di bawah dek selanjutnya naik menuju ujung rangkaian kemudian muatan tersebut dijatuhkan tepat di atas rangkaian conveyor kedua (transfer conveyor). Rangkaian kedua berfungsi untuk membawa muatan dari starboard dan portside ke tengah agar dapat mencapai conveyor ketiga (forwarding conveyor). Selanjutnya conveyor ketiga menggerakkan muatan dan menaikkan muatan ke arah boom (struktur pada kapal SUV yang berfungsi mengeluarkan muatan ke darat).
3.METODOLOGI PENELITIAN
Mengacu kepada masalah yang ada dan studi literatur yang berkaitan dengan Planned Maintenance System dan
Self Unloading System pada kapal, penulis akan membuat suatu rancangan Planned Maintenance System yang nantinya dapat menjadi referensi dan dikembangkan serta digunakan pada kapal-kapal sejenis di Indonesia khususnya. Sebagai referensi dalam perancangan Planned Maintenance System ini penulis melakukan penelitian lapangan dengan mendatangi kapal Coal Carrier Sartika Baruna milik PT Bahtera Adiguna. Berikut data kapal tersebut:
Nama kapal ; Sartika Baruna Jenis kapal : bulk carrier
Loa : 141,40 m Lbp : 133,00 m Breadth : 24,00 m Depth : 12,30 m Design draft : 6,10 m Scant draft : 7,001 m DWT : 13601 ton
Rute : Suralaya – Tarahan (6-10
jam)
Speed : 10 knot
Pada perancangan Plan Maintenance System ini diperlukan beberapa data yang berkaitan dengan komponen-komponen peralatan self unloading di kapal, termasuk di dalamnya fungsi komponen tersebut, regulasi yang mengatur atau berkaitan tentang komponen tersebut, dan bagaimana cara pemeliharaan komponen peralatan tersebut. Peralatan yang diteliti antara lain:
1. Hoppers
2. Conveyor Belt 3. Roller dan Pulley 4. Boom
5. Motor 6. Pompa
7. Safety device dan Fire Fighting System 8. Jalur Inspeksi
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pra-PMS
A. Code Number
Planned Maintenance System pada kapal terdiri dari 4 bagian, yaitu:
1. Hull
2. Machinery & Electrical Equipment 3. Deck Machinery & Ship Equipment PMS pada Deck Machinery & Ship Equipment
dibagi lagi menjadi: 3.1 Safety Equipment
3.2 Cargo Handling System (Self Unloading System)
3.3 Anchor and Mooring System 3.4 Hatch Cover, dan seterusnya 4. Navigation Equipment
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka bagian dari Planned Maintenance System pada Self Unloading System adalah 3.2. Oleh karena itu, dibuat
code number yang mengikuti ketentuan tersebut, yang akan dijelaskan lebih lanjut di dalam Tabel 1.
Tabel 1.Code Number pada Peralatan Self Unloading
Main Code Number
Main Group
Code
Number Item Group 3.2.1 Hoppers 3.2.1.1 Hoppers Portside
3.2.1.1.1 Hoppers Hydraulic Gate Portside 3.2.1.1.2 Hoppers Watertight Gate Portside 3.2.1.1.3
Hoppers Air Hammer Portside 3.2.1.1.4 Hoppers Hydraulic Vibrator Portside 3.2.1.2 Hoppers Starboard 3.2.1.2.1 Hoppers Hydraulic Gate Starboard 3.2.1.2.2 Hoppers Watertight Gate Starboard 3.2.1.2.3
Hoppers Air Hammer Starboard 3.2.1.2.4 Hoppers Hydraulic Vibrator Starboard 3.2.2 Conveyo
r Belt 3.2.2.1 Conveyor Belt Tunnel
3.2.2.1.1
Conveyor Belt Tunnel Portside
3.2.2.1.2
Conveyor Belt Tunnel Starboard
3.2.2.2 Conveyor Belt Transfer
Portside
3.2.2.2.2
Conveyor Belt Transfer Starboard
3.2.2.3
Conveyor Belt Forwarding
3.2.2.4 Conveyor Belt Boom
Contohnya ditunjukkan pada code number 3.2.2.1.2
3.2 merupakan kode Self Unloading System pada pra-Planned Maintenance System
3.2.2 merupakan kode kelompok besar kedua pada
Self Unloading System yaitu Conveyor Belt
3.2.2.1 merupakan kode kelompok pertama pada conveyor belt yaitu conveyor belt tunnel
3.2.2.1.2 merupakan kode item kedua pada conveyor belt tunnel, yaitu conveyor belt tunnel starboard
B. Job Code
Setiap peralatan Self Unloading pada kapal memiliki pekerjaan pemeliharaan yang berbeda-beda sehingga dibutuhkan kode khusus untuk setiap pekerjaannya. Pengkodean tersebut dijelaskan pada tabel 2.
Tabel 2. Job Code
Pekerjaan pemeliharaan tiap komponen pada peralatan Self Unloading mengacu kepada dokumen-dokumen penunjang dari peralatan tersebut. Dokumen-dokumen tersebut antara lain:
1. Manual 2. Prosedur 3. Instruksi Kerja
4.2 Pembuatan PMS
A. Tabel pemeliharaan pada rancangan Planned Maintenance System untuk komponen Self Unloading System pada kapal MV. Sartika Baruna berisi informasi tentang item-item dan komponen-komponen yang harus dilakukan pemeliharaan secara rutin dan terencana seperti dijabarkan pada pra-PMS sekaligus periode pemeliharaannya. Hasil dari tabel pemeliharaan dijelaskan pada tabel 3.
Tabel 3. Tabel Pemeliharaan pada Self Unloading System
1. Code Number
Kolom ini berisi code number dari peralatan
Self Unloading berdasarkan pra-PMS 2. Items
Kolom ini berisi nama item, komponen atau bagian dari peralatan yang harus dilakukan pemeliharaan.
3. Job Code
Kolom ini berisi kode pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan tiap item yang berbeda-beda.
4. Method
Kolom ini berisi tentang penjelasan pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan secara umum. Sebagai contoh method check untuk pemeriksaan, clean untuk membersikan, dan overhaul.
5. Job Description
Kolom ini berisi tentang penjelasan pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan secara detail.
6. Periodicity
Kolom ini berisi periode berkala dalam pemeliharaan rutin dari item-item tersebut B. Tabel Laporan Pemeliharaan
tabel laporan pemeliharaan berkala menjelaskan pekerjaan yang telah dilakukan beserta code number pekerjaan pemeliharaan tersebut, serta
officer yang bertanggung jawab dalam pekerjaan pemeliharaan tersebut. Berikut tabel laporan pemeliharaan.
Tabel 4. Form Laporan Pemeliharaan
MAINTENANCE REPORT Year Month N o Code Number Date Wo rk Resu lt Not es Officer in Charge 1 we e k 2 we e ks 1 mont h 2 mont hs 3 mont hs 6 mont hs 1 ye a r 2 ye a rs 2.5 ye a rs 5 ye a rs 7,5 ye a rs 10 ye a rs 12,5 ye a rs 15 ye a rs 3.2.1 Hoppers 3.2.1.1 Hoppers Portside
3.2.1.1.1 C1/Cn Check/Clean periksa dan bersihkan gate √ C2 Check periksa dan ganti seal pada gate √ 3.2.1.1.2 C1/Cn Check/Clean periksa dan bersihkan gate √
C2 Check periksa gasket √ C3/Cn Check/Clean periksa dan bersihkan silinder hidrolik √ F Refill pengisian oli hidrolik √ O Overhaul overhaul √ 3.2.1.1.3 C1/Cn Check/Clean periksa dan bersihkan air hammer √
C2 Check periksa mur dan baut √ C3 Check periksa kompresor udara √ O Overhaul overhaul √ R Replace ganti unit air hammer √ Hoppers Air Hammer Portside
Periodicity Job Description
Hoppers Hydraulic Gate Portside
Hoppers Watertight Gate Portside Code
Chief Officer Capt ain
C. Form Pemesanan Spare Part
Form ini digunakan ketika persedian spare part di kapal berkurang atau tidak sesuai dengan yang disyaratkan. Form ini terdiri dari kolom-kolom yang berisi informasi jenis spare part yang dibutuhkan, banyaknya, ketersediaan dikapal, jumlah spare part yang dibutuhkan, dan jumlah yang dipesan dari spare part tersebut. Berikut form pemesanan spare part pada tabel 5.
Tabel 5.Form Pemesanan Spare Part
SPARE PARTS REQUEST
Date : N o Item Code Number S/P Name S/P On Board S/P Require d S/P Requeste d
Chief Officer Captain
4.3 Prosedur-Prosedur PMS
A. Prosedur Penerapan dan Penggunaan PMS Tahapan-tahapan pelaksanaan PMS agar efektif dan efisien dijelaskan pada gambar berikut:
B. Prosedur Pelaporan
1. Laporan ditulis ke dalam form laporan berkala oleh officer yang melakukan pemeliharaan
2. Form laporan tersebut ditandatangani oleh Chief Officer dan Captain kapal
3. Form laporan pemeliharaan kemudian diserahkan ke pihak perusahaan atau owner. C. Prosedur Penggantian Spare Part
1. Komponen pada Self Unloading System yang dirasa sudah tidak layak pakai dan tidak sesuai dengan batasan aturan yang diperbolehkan, perlu dilakukan penggantian meskipun belum sampai pada waktu jatuh temponya
2. Apabila komponen dari Self Unloading System jatuh tempo pada saat kapal beroperasi maka pemeliharaan atau penggantian harus dilakukan pada saat kapal sandar sebelum beroperasi
3.Chief engineer bertanggungjawab dalam memastikan ketersediaan spare part yang ada dalam kapal
4.Penggantian spare part dapat juga dilakukan pada saat terjadi kerusakan pada komponen tersebut
5.Penggantian spare part komponen yang tidak sesuai dengan waktu jatuh temponya harus diberikan catatan khusus pada laporan bulanan
D.Prosedur Pemesanan Spare Part
Gambar 3. Skema Pelaksanaan Planned Maintenance System
Pemeriksaan jadwal pemeliharaan pada kolom periodicity dalam tabel Pengecekan jenis pekerjaan pada tabel Pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan penggantian spare part (jika
diperlukan) pengecekan ketersedian spare part Pengisian laporan permintaan spare part (jika kurang) pengisian laporan bulanan
1. Chief engineer bertanggung jawab atas ketersediaan spare parts dalam kapal.
2.Penggunaan spare part yang tersedia dalam spare parts storage harus dengan sepengetahuan chief engineer. 3.Ketersedian spare parts di kapal harus selalu dicek
secara rutin dan berkala.
4.Chief engineer bertanggung jawab untuk selalu melakukan kordinasi dengan pihak superintendent mengenai kebutuhan spare part.
5.Apabila pada ketersediaan spare parts terdapat item yang jumlahnya tidak memenuhi aturan, maka harus melakukan pemesanan spare part dengan mengisi form yang telah ada.
4.4 Analisa
A. Analisa Teknis
1. Seluruh peralatan Self Unloading yang digunakan pada kapal harus memiliki standar untuk memudahkan pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan.
2. Training PMS dilakukan untuk memberi pemahaman mengenai cara kerja, alur dan cara menggunakan sistem ini kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan penerapan PMS baik di darat maupun di kapal . hal ini dilakukan agar dalam pelaksanaanya tidak mengalami kesulitan
3. Peralatan Self Unloading beserta spare part-nya sebaiknya mudah didapat di Indonesia, atau mudah untuk diimpor ke Indonesia. Pekerjaan pemeliharaan 4. Pekerjaan pemeliharaan dilakukan saat kapal sandar
maupun pada peralatan tertentu dapat dilakukan saat berlayar agar kapal diyakinkan aman saat beroperasi. 5. Perlu dilakukan evaluasi secara berkala pada pekerjaan
pemeliharaan tersebut. Hal ini diperlukan agar pada pekerjaan pemeliharaan selanjutnya masalah-masalah yang terjadi dapat diminimalisir, yang dapat turut menunjang perkembangan dari sistem pemeliharaan yang digunakan.
B. Analisa Komersil
Pekerjaan pemeliharaan yang cukup banyak tentu saja membutuhkan biaya yang besar. Perusahaan pemilik kapal diharuskan untuk menambahkan pekerjaan pemeliharaan kapal sebagai salah satu pengeluaran tetap dari perusahaan.
Walaupun pekerjaan pemeliharaan membutuhkan biaya besar yang terkesan dapat membuat keuntungan perusahaan menurun, jika pemeliharaan tidak dilakukan, peralatan kapal tersebut kemungkinan mengalami kerusakan dan tidak mampu untuk beroperasi. Dengan pekerjaan pemeliharaan berkala yang terencana dengan baik, peralatan
Self Unloading pada kapal tidak cepat rusak dan memiliki
life time yang panjang. Oleh karena itu, secara komersil perusahaan pemilik kapal akan lebih diuntungkan apabila kapal mendapatkan pemeliharaan yang baik secara rutin.
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
1. Pemeliharaan secara rutin pada perlengkapan Self Unloading di kapal merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan
2. agar dalam pengoperasiannya dapat meminimalisir masalah yang terjadi, memperpanjang usia pakai perlengkapan Self Unloading yang terdapat di kapal, dan meningkatkan produktivitas kapal.
3. Planned Maintenance System yang baik harus dilengkapi dengan keterangan yang jelas mengenai pekerjaan pemeliharaan tersebut agar mudah dalam penerapannya.
4. Pemeliharaan dapat dilakukan saat kapal sandar maupun saat berlayar agar seluruh peralatan Self Unloading selalu dalam kondisi baik dan siap digunakan sehingga kapal diyakinkan aman saat beroperasi.
5.2 Saran
1. Pelaksanaan Planned Maintenance System perlu didukung oleh kedisiplinan SDM yang berperan langsung baik di darat maupun di kapal dalam menerapkan sistem tersebut
2. Perusahaan pemilik atau pengoperasian kapal perlu melakukan pengenalan dan pelatihan penggunaan PMS yang dapat didampingi oleh konsultan perkapalan.
REFERENSI
[1]. Assauri, Sofyan. (2004). Manajemen Produksi dan Operasi (edisi revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
[2]. Heizer, Jay, and Barry Render. (2001). Operation Management, 6th edition. New Jersey: Prentice-Hall Inc.
[3]. Bodden, H.S.W. (2011).The Development of a New Roller Track Gravity Gate for Self-Unloader Bulk Carriers. Newcastle: School of Marine Science and Technology-Newcastle University.
[4]. The Merchant Shipping (Carriage of Cargoes) Regulations. (1999). Southampton: Maritime and Coastguard Agency.
[5]. Guide for Certification of Lifting Appliances. (2007). Houston: American Bureau of Shipping. [6]. The International Code for Fire Safety Systems
(FSS Code). (2001). London: International Maritime Organization.
[7]. Ship Safety Handbook, 3rd edition. (1994). Bureau Veritas: Lloyd’s of London Press Ltd.
[8]. Shipboard Cargo Handling Safety Guide. (1995). Hong Kong: Marine Department.
[9]. Halimin. (2014, March 29). Personal Interview. [10].Mernawati, Evi. (2014, May 7). Personal
Interview.
[11].http://chengxi.cssc.net.cn/cms_chengxi_en/compay _mod_file/news_detail.php?id=227&cart=3 [12].