• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPUASAN KONSUMEN 1. Pengertian Kepuasan Konsumen - HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN DENGAN KEPUASAN KONSUMEN PADA PELANGGAN WAROENG SPESIAL SAMBAL ‘SS’ CABANG SAMIRONO YOGYAKARTA - UMBY repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPUASAN KONSUMEN 1. Pengertian Kepuasan Konsumen - HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN DENGAN KEPUASAN KONSUMEN PADA PELANGGAN WAROENG SPESIAL SAMBAL ‘SS’ CABANG SAMIRONO YOGYAKARTA - UMBY repository"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEPUASAN KONSUMEN 1. Pengertian Kepuasan Konsumen

Didalam suatu proses keputusan, konsumen tidak hanya berhenti

hanya sampai proses konsumsi. Konsumen akan melakukan proses evaluasi

terhadap konsumsi yang telah dilakukannya. Hasil dari proses evaluasi

terhadap konsumsi yang telah dilakukannya adalah konsumen akan puas atau

tidak puas terhadap konsumsi produk atau jasa yang telah dilakukannya.

Setelah mengkonsumsi suatu produk atau jasa, konsumen akan memilih

perasaan puas atau tidak puas terhadap produk atau jasa yang dikonsumsinya.

Kepuasan akan mendorong konsumen membeli dan mengkonsumsi ulang

produk atau jasa tersebut (Sumarwan, 2002; dalam Manurung, 2009).

Kotler (1998) menyatakan bahwa kepuasan konsumen adalah perasaan

senang atau kecewa yang muncul setelah membandingkan antara persepsi

terhadap kinerja atau hasil suatu produk atau jasa dan harapan-harapannya.

Kepuasan konsumen ialah tanggapan pemenuhan konsumen yang muncul

karena adanya penilaian terhadap karakterisitk produk atau jasa yang

disediakan dapat memenuhi tingkat pemakaian yang memberikan

(2)

Kemudian Engel dkk (1994) mendefinisikan kepuasan konsumen

sebagai evaluasi pascakonsumsi bahwa sesatu alternatif yang dipilih

setidaknya memenuhi atau melebihi harapan. Penilaian memenuhi atau tidak

memenuhi standar kepuasan konsumen tergantung dari pascakonsumsi.

Wilkie (dalam Tjiptono, 1995) mendefinisikan kepuasan konsumen sebagai

suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi

suatu produk atau layanan. Pengalaman konsumsi tentunya akan dapat lebih

mendeskripsikan berbagai informasi produk dalam sentuhan-sentuhan yang

lebih personal dan manusiawi.

Menurut Day (Kristianto, 2011) kepuasan atau ketidakpuasan

pelanggan adalah respons pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian

(disconfirmation) yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma

kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah

pemakaiannya. Harapan konsumen akan semakin berkembang seiring dengan

banyaknya informasi yang didapatkan pascakonsumsi. Kristianto (2011)

mengungkapkan bahwa kepuasan konsumen mencakup perbedaan antara

harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Pertemuan antara kedua

kepentingan ini akan menentukan seberapa besar tingkat kepuasan konsumen

pada suatu produk.

Disimpulkan bahwa kepuasan konsumen adalah penilaian konsumen

(3)

perbedaan sekumpulan atribut yang terdapat dalam suatu produk atau jasa

yang ideal dengan apa yang ada secara sebenarnya dalam produk atau jasa

tersebut. Jika sesuatu yang ideal menurut konsumen sama dengan apa yang

bersangkutan akan mendapatkan kepuasan. Jika terdapat perbedaan antara

yang ideal dengan yang sebenarnya, maka konsumen akan merasa tidak puas.

Semakin besar perbedaan maka semakin tidak puas bagi konsumen yang

bersangkutan.

2. Aspek-aspek Kepuasan Konsumen

Kotler (dalam Harun, 2013) mengemukakan pendapat tentang

aspek-aspek kepuasan konsumen, meliputi :

a) Expectation (harapan)

Sesuatu yang mempengaruhi kepuasan konsumen dimulai dari

tahap sebelum membeli produk, yaitu: ketika konsumen

mengembangkan harapan tentang apa yang akan diterima dari

(4)

b) Performance (kinerja)

Selama melakukan kegiatan konsumsi, konsumen merasakan

kinerja dan manfaat dari produk secara aktual dilihat dari dimensi

kepentingan konsumen.

c) Comparison (kesesuaian)

Setelah mengkonsumsi produk, terjadi adanya harapan

sebelum pembelian dan persepsi kinerja dibandingkan oleh

konsumen.

d) Confirmation/ disconfirmation (penegasan)

Penegasan dari keinginan konsumen, apakah keinginan

sebelum membeli dengan persepsi pembelian sama atau tidak.

e) Discrepancy (ketidak-sesuaian)

Jika tingkat kinerja tidak sama, pengakuan ketidaksamaan

menentukan perbedaan satu sama lain. Diskonfirmasi yang negatif

menentukan kinerja yang aktual ada dibawah tingkat harapan maka

(5)

Kotler (2000) menyatakan bahwa terdapat tiga aspek kepuasan

konsumen yaitu :

a) Loyal terhadap produk

Konsumen yang terpuaskan cenderung akan menjadi loyal.

Konsumen yang puas terhadap produk yang dikonsumsinya akan

mempunyai kecenderungan untuk membeli ulang dari produsen

yang sama. Keinginan untuk membeli ulang karena adanya

keinginan untuk mengulang pengalaman yang baik dan

menghindari pengalaman yang buruk.

b) Adanya komunikasi dari mulut ke mulut yang bersifat positif

Kepuasan adalah merupakan faktor yang mendorong adanya

komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth comunnication)

yang bersifat positif. Hal ini dapat berupa rekomendasi kepada

calon konsumen yang lain dan mengatakan hal-hal yang baik

mengenai produk dan perusahaan yang menyediakan produk.

c) Perusahaan menjadi pertimbangan utama ketika membeli produk

lain

Hal ini merupakan proses kognitif ketika adanya kepuasan,

dimana konsumen lebih mengutamakan perusahaan yang sama

(6)

Berdasarkan uraian diatas, aspek kepuasan konsumen yang digunakan

adalah aspek menurut Kotler (dalam Harun, 2013) yaitu expectation

(harapan), performance (kinerja), comparison (kesesuaian), confirmation/

disconfirmation (penegasan), discrepancy (ketidak-sesuaian). Digunakannya

kelima aspek tersebut karena peneliti mengganggap kelimanya cukup kredibel

sehingga dapat digunakan untuk lebih memahami kepuasan konsumen

Waroeng Spesial Sambal “SS”.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan konsumen

Lupiyoadi (2001) menyebutkan lima faktor utama yang perlu

diperhatikan dalam kaitannya dengan kepuasan konsumen, antara lain:

a) Kualitas Produk

Konsumen akan puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan

bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. Produk dikatakan

berkualitas bagi seseorang.

b) Kualitas Pelayanan

Konsumen akan merasa puas bila mendapatkan pelayanan

(7)

c) Emosional

Konsumen merasa puas ketika orang memuji dia karena

menggunakan merek yang mahal.

d) Harga

Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi

menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang

lebih tinggi.

e) Biaya

Konsumen yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan

atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu

produk atau jasa cenderung puas terhadap produk atau jasa

tersebut.

Amir (2012) menungkapkan beberapa faktor-faktor yang

memengaruhi kepuasan konsumen menurut beberapa ahli yaitu :

a) Pelayanan

Pelayanan adalah kunci keberhasilan dalam berbagai usaha

pada kegiatan yang sifatnya jasa. Tingkat pelayanan merupakan

suatu tingkat yang ditunjukkan oleh perusahaan atau instansi

(8)

tersebut. Tjiptono dan Chandra (2005) mengemukakan bahwa

konsep orientasi pelayanan lebih menekankan pada aspek praktik,

kebijakan dan prosedur layanan pada sebuah organisasi, sehingga

berdampak pada kepuasan konsumen (dalam Amir, 2012).

b) Kualitas Produk

Kualitas produk menjadi salah satu yang penting, dikarenakan

kualitas produk sebagai representasi terhadap kualitas perusahaan

penghasil produk tersebut. Kualitas produk yang dirasakan

konsumen akan menentukan persepsi konsumen terhadap kinerja,

yang pada gilirannya akan berdampak pada kepuasan pelanggan

(Amir, 2012). Gaspersz (2002) mengemukakan bahwa adanya

perhatian pada kualitas akan memberikan dampak positif kepada

perusahaan melalui peningkatan penjualan atas produk berkualitas

yang berharga kompetitif (dalam Amir, 2012).

c) Harga

Harga menjadi suatu hal yang penting, dikarenakan harga yang

ditawarkan suatu perusahaan pada konsumen sebagai sebuah tolak

ukur pada kualitas produk yang dibeli. Bila harga tidak sesuai

dengan kualitas produk maka konsumen tidak akan membeli dan

(9)

bahwa harga mempunyai pengaruh langsung terhadap permintaan

produk di pasar. Hal itu disebabkan karena pada dasarnya harga

merupakan sesuatu yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen

atau pembelian stitusional (dalam Amir, 2012).

d) Promosi

Menurut Lupiyoadi (2006), promosi merupakan salah satu

variabel pemasaran yang sangat penting dilaksanakan oleh

perusahaan dalam memasarkan produk jasa. Kegiatan promosi

bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi antara perusahaan

dengan konsumen, melainkan juga sebagai alat untuk

mempengaruhi konsumen dalam kegiatan pembelian atau

penggunaan jasa sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Hal

ini dilakukan dengan menggunakan alat-alat promosi dan akan ada

dampaknya pada kepuasan konsumen (dalam Amir, 2012).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat lima

faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen yaitu kualitas produk,

kualitas pelayanan, emosional, harga, biaya. Peneliti memilih salah satu faktor

yaitu kualitas pelayanan. Pemberian kepuasan kepada para konsumen adalah

(10)

B. KUALITAS PELAYANAN

1. Pengertian Kualitas Pelayanan

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan

produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi

harapan (Tjiptono, 2001). Sehingga definisi kualitas pelayanan dapat diartikan

sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan

penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen (Tjiptono, 2007).

Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara

membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata mereka

terima atau peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan

atau diinginkan terhadap atribut - atribut pelayanan suatu perusahaan. Jika

jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang

diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan, jika

jasa yang diterima melampaui harapan konsumen, maka kualitas pelayanan

dipersepsikan sangat baik dan berkualitas.Sebaliknya jika jasa yang diterima

lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas pelayanan

dipersepsikan buruk.

Menurut Kasmir (2005), Pelayanan merupakan rasa yang

menyenangkan yang diberikan kepada orang lain disertai keramahan dan

kemudahan dalam memenuhi kebutuhan mereka. Pelayanan diberikan sebagai

(11)

kepuasan kepada konsumen atau nasabah.Tindakan tersebut dapat dilakukan

melalui cara langsung melayani konsumen. Artinya karyawan langsung

berhadapan dengan konsumen atau menetapkan sesuatu dimana konsumen

sudah tahu tempatnya atau pelayanan melalui telepon. Tindakan yang

dilakukan guna memenuhi kebutuhan konsumenakan suatu produk atau jasa

yang mereka butuhkan.

Menurut Kotler (2002: 83) definisi pelayanan adalah setiap tindakan

atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang

pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.

Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik.

Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan

dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu

sendiri. Goetsh dan Davis (1994): Merupakan suatu kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, jasa, manusia, prows, dan lingkungan yang

memenuhi atau melebihi harapan. Philip Kotler mendefinisikan kualitas

adalah keseluruhan ciri serta sifat suatu produk atau pelayananyang

berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang

dinyatakan atau yang tersirat.

Kualitas pelayanan adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh

perusahaan atau instansi yang menawarkan jasa, karena dengan kulitas

pelayanan kepada konsumen, perusahahan atau instansi dapat mengukur

(12)

Fajar Laksana (2008:88) bahwa kualitas pelayanan yang diterima konsumen

dinyatakan besarnya perbedaan antara harapan dan keinginan konsumen

dengan tingkat persepsi mereka. Dikemukakan oleh Zethami, Berry dan

Parasuraman (Tjiptono, 2005) kualitas yang dirasakan didefinisikan sebagai

penilaian konsumen terhadap keseluruhan keunggulan produk, sedangkan

kualitas pelayanan yang dirasakan merupakan pertimbangan global yang

berhubungan dengan superioritas dari pelayanan.

Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa kualitas pelayanan

merupakan persepsi keseluruhan kinerja pelayanan perusahaan dan sering

berubah-ubah. Kualitas pelayanan yang diterima konsumen dinyatakan

besarnya perbedaan antara harapan dan keinginan konsumen dengan tingkat

persepsi mereka.

2. Aspek-aspek Kualitas Pelayanan

Terdapat lima dimensi utama pelayanan menurut Parasuraman (1998)

(dalam Lupoyudi, 2011:170), yakni sebagai berikut :

a) Keandalan (reliability)

Kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai

yang dijanjikan secara akurat, dan terpercaya. Kinerja harus sesuai

dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu,

pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan,

(13)

b) Daya tanggap (responsiveness)

Suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan

yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, denggan

penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen

menunggu merupakan persepsi yang negatif dalam kualitas

pelayanan.

c) Jaminan dan kepastian (assurance)

Pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai

perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelangan

kepada perusahaan.

d) Empati (empathy)

Memberikan perhatian, tulus, dan bersifat individual atau

pribadi kepada pelanggan dengan berupaya memahami keinginan

pelanggan. Dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki

pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami

pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian

yang nyaman bagi pelanggan.

e) Berwujud (tangibles)

Kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukan

eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan

sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkan

(14)

pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini meliputi

fasilitas fisik (contoh: gedung, gudang, dan lain-lain),

perlengkapan dan peralatan yang digunakan (teknologi), serta

penampilan pegawainya.

Menurut Garvin (Tjiptono, 2008), kualitas pelayanan terdiri atas

delapan dimensi berikut yang satu sama lainnya berkaitan erat :

a) Kinerja (Performance)

Kinerja berkaitan dengan efisiensi pencapaian tujuan utama

sebuah pelayanan jasa.Umumnya kinerja yang lebih bagus identik

dengan kualitas yang lebih baik.

b) Fitur (Features)

Fitur berkaitan dengan atribut pelayanan jasa yang melengkapi

kinerja dasar sebuah pelayanan jasa.

c) Reliabilitas (Reliability)

Reliabilitas merupakan kemampuan sebuah pelayanan jasa

untuk tetap berfungsi secara konsisten selama usia desainnya.

Sebuah pelayanan jasa akan dikatakan reliable (andal) apabila

kemungkinan kerusakan atau gagal dipakai selama usia desainnya

sangat rendah.

d) Kesesuaian dengan spesifikasi (Conformance to specifications)

(15)

standar yang telah ditetapkan sebelumnya, misalnya dalam hal

ukuran, kecepatan, kapasitas, daya tahan. Dalam dunia

manufaktur, dimensi ini sangat popular terutama karena mudah

dikuantifikasikan.

e) Daya tahan (Durability)

Daya tahan berkaitan dengan tingkat kemampuan sebuah

pelayanan jasa mentolerir tekanan, stres atau trauma tanpa

mengalami kerusakan berarti.

f) Kemudahan mereparasi (Service ability)

Sebuah pelayanan jasa dikatakan sangat serviceable apabila

bisa direparasi secara mudah dan murah. Apabila reparasi tersebut

cepat dan mudah diakses, pelayanan jasa bersangkutan dikatakan

memiliki service ability tinggi.

g) Estetika

Estetika yaitu daya tarik pelayanan jasa terhadap panca indra,

misalnya bentuk fisik, warna, dan sebagainya.

h) Persepsi kualitas (Perceived quality)

Persepsi kualitas berkaitan dengan citra dan reputasi pelayanan

jasa serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya. Biasanya

karena kurangnya pengetahuan pembeli akan atribut atau fitur

pelayanan jasa yang akan dibeli, maka pembeli mempersepsikan

(16)

perusahaan, maupun negara pembuatnya (country-of-origin,

manufacture, assembly, atau

country-of-brand). Karena sifatnya perseptual, maka setiap orang

kemungkinan akan memiliki opini yang berbeda. Salah satu kritik

terhadap tipologi Garvin adalah dimensi-dimensi tersebut

cenderung lebih sesuai untuk menilai kualitas fisik dibandingkan

jasa atau pelayanan.

Berdasarkan uraian diatas peneliti menggunakan dimensi utama

pelayanan menurut Parasuraman (1998) (dalam Lupoyudi, 2011:170), yaitu

keandalan (reliability); kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan

sesuai yang dijanjikan secara akurat, dan terpercaya. Daya tanggap

(responsiveness); suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan

pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan

penyampaian informasi yang jelas, membiarkan konsumen menunggu

merupakan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan. Jaminan dan

kepastian (assurance); pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para

pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelangan kepada

perusahaan. Empati (empathy): memberikan perhatian, tulus, dan bersifat

individual atau pribadi kepada pelanggan dengan berupaya memahami

keinginan pelanggan. Berwujud (tangibles); kemampuan suatu perusahaan

(17)

C. HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN DENGAN KEPUASAN KONSUMEN

Di era modern ini persaingan di dunia jasa sangat ketat, salah satu cara

untuk mendapatkan konsumen yang loyal adalah dengan memuaskan

kebutuhan konsumen secara konsisten dari waktu ke waktu. (Ferrinadewi,

2005) banyak cara yang dapat digunakan perusahaan untuk memuaskan

kebutuhan konsumen. Menurut Engel dkk (1995) kepuasan konsumen

sebagai evaluasi pascakonsumsi bahwa susatu alternatif yang dipilih

setidaknya memenuhi atau melebihi harapan. Kristianto (2011)

mengungkapkan bahwa kepuasan konsumen mencakup perbedaan antara

harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Pertemuan antara kedua

kepentingan ini akan menentukan seberapa besar tingkat kepuasan konsumen

pada suatu produk.

Kepercayaan konsumen merupakan hal yang ingin didapat oleh

berbagai perusahaan dari para konsumennya. Kepercayaan akan sikap

terhadap merek, kualitas layanan, dan masih banyak lagi kepercayaan yang

lain yang menjadi motivasi dari perusahaan untuk mengembangkan

produknya. Namun, kepercayaan konsumen bukan hal yang mudah untuk kita

dapatkan serta menanamkan pemikiran yang positif.

Salah satu indikator yang cukup handal yang dapat mempengaruhi

konsumen adalah kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan sendiri adalah

(18)

Kualitas pelayanan merupakan faktor penting yang dalam memberikan

pelayanan terhadap konsumen. Pelayanan yang baik, yang sesuai dengan

yang diharapkan konsumen akan menumbuhkan rasa kepuasan dan

kepercayaan konsumen dalam menikmati produk atau jasa yang

digunakannya. Sebaliknya, kualitas pelayanan yang buruk atau tidak sesuai

dengan yang diharapkankonsumen akan menyebabkan munculnya rasa tidak

puas pada diri konsumen.

Kualitas pelayanan memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan

konsumen. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada konsumen untuk

menjalin ikatan atau hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka

panjang ikatan antara konsumen dengan perusahaan akan memungkinkan

perusahaan untuk memahami harapan dari konsumen serta kebutuhan

konsumen. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan kepuasan

konsumen dengan cara memaksimalkan kualitas pelayanan perusahaan yang

dapat menyenangkan konsumen dan meminimalkan kualitas pelayanan yang

membuat konsumen kecewa. Pada gilirannya kepuasan konsumen dapat

menciptakan kepercayaan dan kesetiaan konsumen kepada perusahaan yang

memberikan kualitas pelayanan yang memuaskan.

Banyak dimensi kualitas pelayanan yang harus diperhatikan oleh

perusahaan jasa, terutama dalam menetapkan biaya yang harus dikeluarkan

(19)

Fenomena yang terjadi pada kualitas pelayanan yang ada di Waroeng Spesial

sambal ‘SS’ yaitu ada beberapa dimensi kualitas pelayanan yang ditetapkan

oleh Parasuraman (1998) (dalam Lupoyudi, 2011: 170). Yang pertama adalah

kehandalan (reliability) yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk

memberikan pelayanan sesuai dengan apa yang dijanjikan secara akurat dan

terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti

ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa

kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi sehingga

konsumen merasa puas. Pemenuhan janji dalam pelayanan akan

mencerminkan kredibilitas perusahaan. Menurut Zeithaml. et al. 1985

(Aviliani dan Wilfridus 1997 : 10) kehandalan (reliability) adalah pemenuhan

janji pelayanan segera dan memuaskan dari perusahaan.

Aspek kedua adalah daya tanggap (responsiveness) yaitu respon atau

kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan

yang cepat dan tangap, yang meliputi kesigapan karyawan dalam melayani

pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi serta penanganan

keluhan pelanggan. Menurut Parasuraman. Dkk. 1998 (Lupiyoadi &

Hamdani, 2006 : 182) daya tanggap (responsiveness) yaitu suatu kebijakan

untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat

kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. Dan

membiarkan konsumen menunggu merupakan persepsi yang negatif dalam

(20)

yang sering membuat pelangan kecewa, yaitu pelanggan sering diping-pong

saat membutuhkan informasi. Dari staf yang satu dioper ke staf yang lain

kemudian staf yang lain tidak mengetahui atau menjawab hal apa yang

diinginkan oleh pelanggan. Sunguh pelayanan yang tidak tanggap dan pasti

akan membuat pelanggan merasa tidak puas. Daya tanggap atau ketanggapan

yang diberikan oleh perusahaan dengan baik akan meningkatkan kepuasan

yang dirasakan oleh konsumen.

Aspek ketiga adalah jaminan dan kepastian (assurance) adalah

pengetahuan terhadap produk secara tepat, kesopansantunan karyawan dalam

memberi pelayanan, ketrampilan dalam memberikan informasi, kemampuan

dalam memberikan keamanan dan kemampuan dalam menanamkan

kepercayaan dan keyakinan pelanggan terhadap perusahaan. Menurut

Parasuraman. Dkk. 1998 ( Lupiyoadi & Hamdani, 2006 : 182 ) yaitu meliputi

kemampuan karyawan atas pengetahuannya terhadap produk secara tepat,

keramahtamahan, perhatian dan kesopanan, ketrampilan dalam memberikan

informasi, kemampuan dalam memberikan keamanan dalam memanfaatkan

jasa yang ditawarkan dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan

pelanggan terhadap perusahaan, sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf,

bebas dari bahaya, resiko atau pun keraguan. Pengetahuan, kesopansantunan,

dan kemampuan para pegawai perusahaan dapat menumbuhkan rasa percaya

(21)

akan membuat pelanggan merasa dihargai sehingga mereka puas dengan

pelayanan yang diberikan oleh perusahaan.

Aspek keempat adalah empati (empathy) yaitu memberikan perhatian,

tulus, dan bersifat individual atau pribadi kepada pelanggan dengan berupaya

memahami keinginan pelanggan. Dimana perusahaan memahami masalah

para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta

memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam

operasi yang nyaman. Kemampuan untuk mengerti keinginan pelanggan,

serta memperhatikan emosi atau perasaan pelanggan danjuga tersedianya

perhatian atau atensi untuk para pelanggan.Meliputi kemudahan dalam

melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan

memahami kebutuhan konsumen.

Aspek kelima adalah berwujud (tangibles) yaitu faktor yang

mempengaruhi kepuasan pelanggan dari segi visual (berhubungan dengan

lingkungan fisik). Tangible yang baik akan mempengaruhi persepsi

pelanggan. Pada saat yang bersamaan aspek tangible ini juga merupakan

salah satu sumber yang mempengaruhi harapan pelanggan. Meliputi fasilitas

fisik, perlengkapan, karyawan dan sarana komunikasi. Pada suatu bentuk

kualitas pelayanan yang diperhatikan perusahaan, maka terdapat suatu

dimensi yang disebut dengan tangibles atau bukti langsung. Bukti langsung

disini dapat diartikan sebagai bagaimana kemampuan perusahaan atau

(22)

berhadapan langsung dengan konsumen. Tangible disini tidak dapat diraba

atau dilihat oleh konsumen secara langsung, akan tetapi dapat dirasakan

dampaknya secara langsung dari hal-hal yang telah dilakukan perusahaan

tersebut. Dapat ditarik kesimpilan bahwa tangible atau bukti langsung

menurut Zoeldhan (2012) yaitu berupa bentuk pelayanan bukti fisik biasanya

berupa sarana dan prasarana pelayanan yang tersedia, teknologi pelayanan

yang digunakan, performance pemberi pelayanan yang sesuai dengan

karakteristik pelayanan yang diberikan dalam menunjukkan prestasi kerja

yang dapat diberikan dalam bentuk pelayanan fisik yang dapat dilihat.

Dalam konteks kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen, telah

mencapai tingkat yang tinggi bahwa harapan konsumen terhadap kualitas

yang diberikan memiliki peranan yang besar sebagai standar perbandingan

dalam evaluasi kualitas pelayanan maupun kepuasan konsumen. Menurut

Olson dan Dover (dalam Tjiptono, 1999), harapan konsumen merupakan

keyakinan dari konsumen sendiri sebelum mencoba atau memilih jasa

tersebut, yang dijadikan standar atau acuan dalam menilai kinerja produk

tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyaningrum

(1997) yang melihat ada hubungan antara persepsi terhadap Brand Image dan

Kualitas Palayanan terhadap Perilaku Ulang Pengambilan Kredit pada perum

Pegadaian yang menghasilkan kesimpulan bahwa secara umum cukup baik

(23)

Pada saat ini penerapan manajemen kualitas pelayanan dalam industri

jasa telah menjadi kebutuhan pokok apabila industri jasa ingin berkompetisi

dalam pasar domestik Indonesia. Tuntutan konsumen Indonesia terhadap

tingkat pelayanan yang diberikan oleh produsen industri jasa telah meningkat.

Hubungan antara kualitas pelayanan dengan kepuasan konsumen itu

sendiri adalah kepuasan konsumen terhadap kualitas pelayanan adalah hasil

dari perbandingan antara harapan konsumen (sebelum menerima kualitas

pelayanan) dan pengalaman konsumen (setelah menerima kualitas

pelayanan). Jika harapannya terpenuhi, maka konsumen akan puas dan

persepsi konsumen terhadap kualitas pelayanan yang diberikan ini positif,

dan sebaliknya jika tidak terpenuhi maka konsumen tidak puas dan

persepsinya terhadap kualitas pelayanan yang diberikan negatif. Kualitas

pelayanan yang diterima oleh konsumen kurang atau tidak sesuai dengan

harapan dari konsumen, maka konsumen akan merasa tidak puas. Sedangkan

jika kualitas pelayanan yang diterima konsumen melebihi harapan konsumen,

konsumen merasa bahagia dan lebih dari sekedar puas. Nantinya akan

menimbulkan rasa percaya dalan diri konsumen untuk selalu memakai

maupun akan memakainya lagi jika konsumen membutuhkannya.

Konsep utama dari bisnis jasa adalah mutu pelayanan dengan

konsumen. Waroeng Spesial Sambal ‘SS’ merupakan salah satu bisnis jasa,

(24)

pelayanan dengan konsumen. Dari konsep inilah antara kualitas pelayanan

dengan kepuasan konsumen hubungan keduanya sangat erat.

Dari sinilah semakin terdoronglah banyak perusahaan yang ingin

meningkatkan kualitas pelayanan dari pada peningkatan jumlah jasa yang

akan diberikan. Lebih baik sedikit tapi keuntungannya banyak dari pada

banyak tapi keuntungan yang diperolehnya tidak sebanyak yang dikeluarkan

untuk biaya penambahan jumlah jasa. Persepsi konsumen terhadap kualitas

pelayanan yang diterima dipengaruhi oleh faktor psikologis yang

mempengaruhi konsumen untuk memilih jasa tersebut. Teori psikologis dapat

memberikan pengetahuan yang sangat penting tentang alasan-alasan yang

berhubungan dengan pembelian seseorang.

Proses pembelian dan penjualan tidak bisa lepas dari kepribadian

individu baik itu perusahaan maupun konsumen. Kepribadian disini dapat

didefinisikan sebagai serangkaian sikap dan kepercayaan seseorang yang

dicerminkan dalam perilaku konsumen (dalam Swastha, 2000). Pengaruh dan

sifat kepribadian konsumen terhadap pandangan dan perilaku pembeliannya

adalah sangat umum, yangdikemukakan oleh Sigmund Freud dalam teori

Psikoanalitis.

Kepuasan konsumen akan terpenuhi apabila proses penyampaian jasa

dari perusahaan kepada konsumen sesuai dengan apa yang dipersepsikan oleh

(25)

perusahaan, maka jasa sering disampaikan dengan cara yang berbeda dengan

apa yang sudah dipersepsikan oleh konsumen.

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis dalam penelitian ini adalah, ada hubungan positif antara

kualitas pelayanan dengan kepuasan konsumen. Semakin tinggi kualitas

pelayanan maka semakin tinggi pula kepuasan konsumennya, namun

sebaliknya semakin rendah kualitas pelayanan maka semakin rendah pula

Referensi

Dokumen terkait

[GO]. Untuk memberi warna pada daratan dengan cara [Setups] – [landmask setups]. Untuk mengganti tampilan color bar dengan cara [Setups] – [color bar setup]

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bioplastik yang paling baik digunakan sebagai pengemas makanan yang bersifat ramah lingkungan adalah bioplastik

33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung

Penelitian ini menggunakan teori coping yang dikembangkan oleh Compas (2001) karena model coping tersebut banyak digunakan dalam penelitian coping remaja dan respon

Dari analisa yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa struktur yang paling baik adalah struktur dengan tata letak brace K.. Hal ini ditunjukkan oleh rasio

flal bahasa lisp qecara t'ecursive, untuk mernbalik suatu list linear, T'A'rylA m?nggunakan fungsiREVErisE ut"u TNVERSE yang sudah rerdefinisi.. hayla mempuryai

Ho artinya hipotesis dari penelitian ini ditolak, atau dengan kata lain strategi Crossword Puzzle tidak memberikan pengaruh signifikan pada penguasaan kosakata bahasa

kelayakan buku ajar berbasis Problem-based learning (PBL) pada materi sistem pencernaan manusia untuk melatihkakn berpikir kritis siswa SMP secara empiris