• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU DAN KODE ETIK PENGEMBANGAN MODAL PADA USAHA KELOMPOK TANI MAKMUR DESA KRAJAN KECAMATAN PARANG KABUPATEN MAGETAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU DAN KODE ETIK PENGEMBANGAN MODAL PADA USAHA KELOMPOK TANI MAKMUR DESA KRAJAN KECAMATAN PARANG KABUPATEN MAGETAN SKRIPSI"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU DAN KODE ETIK PENGEMBANGAN MODAL PADA USAHA KELOMPOK TANI

MAKMUR DESA KRAJAN KECAMATAN PARANG KABUPATEN MAGETAN

SKRIPSI

Oleh:

LISTIANA DWI UTAMI NIM. 210213026

Pembimbing:

Dr. H. ABDUL MUN’IM, M.Ag NIP 195611071994031001

JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Utami, Listiana Dwi, 2018. Analisis Etika Bisnis Islam Terhadap Perilaku dan Kode Etik Pengembangan Modal Usaha pada Kelompok Tani Makmur Desa Krajan Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. Skripsi. Jurusan Muamalah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Pembimbing Dr. H. Abdul Mun’im, M.Ag.

Kata Kunci: Etika Bisnis Islam, Perilaku, Pengembangan Modal, Kelompok Tani Kelompok Tani Makmur adalah sebuah kelompok tani yang pada mulanya menjalankan usaha di bidang pertanian. Namun, setelah terjadi pergantian ketua terjadi penurunan kinerja, kemudian pengurus membuat inovasi dengan mengubah produknya di bidang perkreditan. Dalam perkembangannya, terdapat sebagian anggota yang menunggak, bahkan tidak membayar hutangnya, sehingga menyebabkan kegiatan usahanya macet. Setelah macet 3 bulan, pengurus mereformasi kepengurusannya dan kegiatan usahanya berjalan dengan baik. Karena jika ada anggota yang menunggak pengurus segera memberikan pembinaan kesadaran anggota dalam membayar hutang. Hal tersebut dilakukan pengurus agar kegiatan usahanya tetap berjalan, karena pengurus hanya mendapatkan modal tambahan dari iuran anggota dan dana potongan jasa. Namun, ketika mendekati lebaran anggota meminta adanya pembagian sembako, kemudian pengurus mengambil dana dari modal tambahan dan sebagian dari modal pokok untuk mencukupi kekurangan pembelian sembako.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti perilaku dan kode etik pengembangan modal usaha Kelompok Tani Makmur dengan pendekatan etika bisnis Islam. Dengan rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana analisis etika bisnis Islam terhadap perilaku anggota dalam membayar kredit/hutang di Kelompok Tani Makmur Desa Krajan Kecamatan Parang Kabupaten Magetan? (2) Bagaimana analisis etika bisnis Islam dalam kode etik pengembangan modal usaha pada Kelompok Tani Makmur Desa Krajan Kecamatan Parang Kabupaten Magetan?

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif karena menjelaskan keadaan aktual dari unit penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata dan perilaku yang diamati. Hasil penelitian dianalisis dengan metode deduktif, yaitu diawali dengan kenyataan-kenyataan yang bersifat umum kemudian diakhiri dengan kesimpulan khusus.

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ekonomi kerakyatan pada dasarnya merupakan ekonomi yang dikembangkan bertumpu kepada kegiatan sektor riil, mampu menyerap potensi dan sumber daya yang ada dan tersedia di masyarakat setempat secara swadaya dan hasilnya ditujukan untuk kemakmuran seluruh anggota masyarakat, bukan untuk orang seorang maupun kelompok tertentu dari masyarakat.1 Oleh karena itu, pada tahun 2008 masyarakat desa Krajan khususnya dusun Njaten RT 25-28 membentuk Kelompok Tani Makmur atau semacam koperasi yang pada awalnya menyediakan perlengkapan pertanian untuk para anggota, seperti pupuk, benih dan lainnya. Pada masa awal dibentuknya kelompok tani ini, keadaannya bisa dikatakan lancar, terbukti sering mendapatkan kunjungan dari pemerintah dan dinas-dinas terkait. Selain itu, sering mendapatkan bantuan bibit yang siap tanam dan alat-alat pengelola hasil panen, misalnya alat perontok jagung. Namun setelah terjadi pergantian ketua, Kelompok Tani Makmur menjadi menurun dan terbukti sekarang sudah tidak ada kunjungan dari pemerintah ataupun pihak terkait dan jarang mendapatkan bantuan.2

Kemudian pengurus membuat inovasi baru dengan mengubah produknya menjadi kelompok tani yang menyediakan jasa perkreditan kepada

1 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah: Lingkup, Peluang, Tantangan, dan Praktek (Jakarta: Alvabet, 2000), 108.

(6)

anggota. Untuk menyediakan jasa perkreditan tersebut setiap anggota kelompok tani menyetorkan dana sebesar Rp 50.000. Dana tersebut kemudian digunakan untuk modal dana yang akan dikreditkan kepada anggota sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati bersama.3

Adapun ketentuan perkreditan pada kelompok tani ini adalah pembayaran secara angsuran, batas waktu pengembalian kredit selama 5 bulan jika lebih akan dikenai denda Rp 5.000 setiap bulannya, dikenai potongan jasa sebesar 10% per Rp 100.000 dan harus ada jaminan ketika mengajukan kredit lebih dari Rp 1.000.000.4

Pada tahun 2015, Kelompok Tani Makmur mendapatkan bantuan dari pemerintah sebesar Rp 15.000.000. Kemudian dana tersebut digunakan untuk tambahan modal perkreditan tersebut. Dalam pengelolaan dana tersebut mengalami kredit macet akibat banyak anggota yang menunggak, bahkan ada juga yang tidak membayar hutangnya. Kredit macet sangat mempengaruhi kondisi keuangan dan kesehatan kelompok tani tersebut. Hingga pada akhirnya jasa perkreditan pada Kelompok Tani Makmur yang dipimpin oleh bapak-bapak tersebut macet.5 Penyebabnya adalah a) uangnya habis, karena pengurus lebih memprioritaskan kepentingan anggota, b) tidak ada laporan secara periodik yang lengkap, akurat dan tepat waktu, c) kurangnya kepatuhan pengurus dan anggota terhadap peraturan dan ketetapan yang berlaku di

(7)

kelompok tersebut, misalnya ketika ada kumpulan seluruh anggota untuk rapat dan mengangsur kredit/utang tersebut, mereka tidak datang.6

Setelah macet 3 bulan, pengurus kembali membentuk kepengurusan yang baru untuk pengelolaan jasa keuangan yang dipimpin oleh ibu-ibu dan beberapa pengurus lama sebagai pengawas. Kepengurusan yang baru memiliki anggota 44 orang dari ibu-ibu RT 25-28. Kelompok tani atau semacam koperasi memang dibutuhkan oleh masyarakat desa Krajan khususnya di RT 25-28 ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik untuk perdagangan, pertanian, bahkan untuk konsumsi. Untuk itu setiap anggota harus menyetorkan dana sebesar Rp 50.000 sebagai modal dana yang akan dikreditkan kepada anggota sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati bersama. Perkreditan yang dilakukan pengurus baru sama dengan kepengurusan lama, yaitu pembayaran secara angsuran, batas waktu pengembalian kredit selama 5 bulan jika lebih akan dikenai denda Rp 5.000 setiap bulannya, dikenai potongan jasa sebesar 10% per Rp 100.000 dan harus ada jaminan ketika mengajukan kredit lebih dari Rp 1.000.000. Sistem pembayaran secara angsuran tidak menghambat pengurus untuk mengelola keuangan dengan baik. Karena jika ada anggota yang menunggak pengurus segera memberikan peringatan kepada anggota tersebut. Sehingga pengelolaan dana tersebut dapat berjalan sampai sekarang.7 Selain itu, dalam kepengurusan baru pihak pengurus dan anggota lebih mengatakan apa adanya dalam pengajuan, penggunaan dan pengembalian utang/kredit, tertib dalam

(8)

pencatatan keuangan dan dapat membuat laporan secara periodik, sehingga pengurus mengetahui perputaran dananya, dan kelompok tersebut mematuhi peraturan dan ketetapan yang berlaku.8

Dalam dunia usaha atau bisnis semua orang tidak mengharapkan memperoleh perlakuan tidak jujur dari sesamanya. Praktek manipulasi tidak akan terjadi jika dilandasi dengan moral tinggi. Moral dan tingkat kejujuran rendah akan menghancurkan tata nilai etika bisnis itu sendiri.9 Mengelola kelompok tani secara etis dapat memberikan deviden yang signifikan dalam struktur dan efisiensi organisasi. Kepercayaan, loyalitas, komitmen, kreativitas dan inisiatif merupakan beberapa manfaat yang akan diterima organisasi yang stabil dan kredibel secara etis.10

Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).11 Bisnis menurut Hughes dan Kapoor adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan (laba) atau menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.12 Sedangkan etika bisnis Islam adalah akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai dengan nilai-nilai Islam, sehingga dalam melaksanakan bisnisnya tidak perlu ada kekhawatiran, sebab

8 Muryani, Wawancara, 23 Oktober 2017.

9 Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah (Bandung: Alfabeta, 2009), 200.

10 Laura Hartman dan Joe DesJardins, Business Ethics: Decision-Making for Personal Integrity & Social Responsibility, terj. Danti Pujiati (Jakarta: Erlangga, 2008), 5.

11 Veithzal Rivai dan Antoni Nizar Usman, Islamic Economics and Finance: Ekonomi dan Keuangan Islam Bukan Alternatif, tetapi Solusi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), 215.

(9)

sudah diyakini sebagai suatu yang baik dan benar.13 Bisnis merupakan kegiatan muamalah yang pertama kali menanggalkan etika. Dan bisnis yang sehat adalah bisnis yang berlandaskan pada etika.14 Berbisnis secara etis sangat perlu dilakukan karena profesi bisnis pada hakekatnya adalah profesi luhur yang melayani masyarakat banyak. Usaha bisnis berada di tengah-tengah masyarakat, mereka menjaga kelangsungan hidup bisnisnya. Caranya ialah menjalankan prinsip etika bisnis.15 Pelaku-pelaku bisnis diharapkan bertindak secara etis dalam berbagai aktivitasnya artinya usaha yang dilakukan harus mampu memupuk atau membangun tingkat kepercayaan dari para relasinya.16 Hal itu bisa terjadi karena semua aktivitas bisnisnya dilandasi oleh tauhid dan akhlak mulia demi mendapatkan rida Allah.17

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini meneliti tentang perilaku dan kode etik pengembangan modal usaha pada Kelompok Tani Makmur dalam menjalankan usahanya di bidang perkreditan dalam perspektif etika bisnis Islam. Sehingga peneliti meneliti bagaimana analisis etika bisnis Islam terhadap perilaku anggota dalam pembayaran kredit/hutang di kelompok tani tersebut. Pada dasarnya perilaku seseorang banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat mendasar yang dialami dan dijalani dalam kehidupan yang dilaluinya sejak masa kanak-kanak sampai kepada masa dewasa. Seorang ahli etika bisnis Islam dari Amerika, Rafiq Isa Beekun mengungkapkan bahwa

13 Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari’ah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 171. 14 Muhammad dan Fauroni, Visi Al-Qur’an…. 60.

15 Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis….., 200. 16 Ibid., 203.

(10)

perilaku etika individu dapat dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu: faktor interpretasi hukum, faktor lingkungan atau organisasi, faktor individu.18 Selain itu, bimbingan dan pembinaan yang berkesinambungan dari pihak kelompok tani kepada anggota tentang kesadaran etika dalam pembayaran hutang ini sangat diperlukan untuk mengarahkan agar kredit dapat dimanfaatkan sesuai dengan perencanaan. Jika seorang pelaku bisnis yang peduli pada etika, ia akan bersikap jujur, amanah, adil, selalu melihat kepentingan orang lain dan sebagainya.19 Kejujuran, ketulusan dan kepedulian kepada sesama adalah pelajaran mendasar yang diajarkan kepada kaum Muslim melalui syariah, disertai relatif lebih banyak penekanan pada transaksi bisnis. Misalnya penekanannya adalah kejujuran dan berbicara yang sesungguhnya serta menghindari perilaku dosa karena berbicara bohong; dan juga pinjaman bisa diajukan hanya jika itu bisnis dan pribadi yang sangat dibutuhkan.20 Karena terdapat sebagian anggota kelompok tani tersebut yang menunggak, bahkan tidak membayar hutangnya, sehingga menyebabkan kegiatan usahanya macet.

Penelitian selanjutnya adalah bagaimana analisis etika bisnis Islam dalam kode etik pengembangan modal usaha pada kelompok tani tersebut. Dalam berbisnis, menurut Islam, modal atau harta harus dikembangkan dengan memperhatikan cara memperoleh dan penggunaannya. Pengembangan bisnis yang memerlukan modal dalam Islam harus beorientasi syariah, sebagai pengendali agar bisnis itu tetap berada di jalur yang benar sesuai dengan

18Badroen, Etika Bisnis………., 59-63.

19 Muhammad Djakfar, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam (Malang: UIN-Malang Press, 2007 ), 21.

(11)

ajaran Islam. Dengan kendali syariat, aktivitas bisnis diharapkan bisa mencapai 4 (empat) hal utama: Target hasil: profit-materi dan benefit non-materi, pertumbuhan, keberlangsungan dan keberkahan atau keridaan Allah. 21 Modal awal dalam usaha perkreditan di Kelompok Tani Makmur ini berasal dari iuran anggota ketika menyetorkan dana awal sebesar Rp 50.000. Dana tersebut kemudian digunakan untuk modal dana yang dikreditkan kepada anggota sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati bersama. Selain itu, modal dana juga berasal dari iuran anggota setiap bulan sebesar Rp 5.000 dan dana potongan jasa sebesar 10% per Rp 100.000. Namun, ketika mendekati lebaran, anggota meminta adanya pembagian sembako dan dana tersebut diambil dari kumpulan dana potongan jasa tersebut, terkadang mengambil sebagian modal pokok untuk mencukupi kekurangan pembelian sembako tersebut.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti mengenai perilaku dan kode etik pengembangan modal usaha masyarakat desa Krajan Kecamatan Parang Kabupaten Magetan dalam pengelolaan jasa perkreditan yang dijalankan oleh pengurus Kelompok Tani Makmur dengan pendekatan etika bisnis Islam. Kemudian penulis tuangkan dalam sebuah skripsi dengan mengangkat judul “ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU DAN KODE ETIK PENGEMBANGAN MODAL PADA USAHA KELOMPOK TANI MAKMUR DESA KRAJAN KECAMATAN PARANG KABUPATEN MAGETAN.

(12)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana analisis etika bisnis Islam terhadap perilaku anggota dalam membayar kredit/hutang di Kelompok Tani Makmur Desa Krajan Kecamatan Parang Kabupaten Magetan?

2. Bagaimana analisis etika bisnis Islam dalam kode etik pengembangan modal usaha di Kelompok Tani Makmur Desa Krajan Kecamatan Parang Kabupaten Magetan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui analisis etika bisnis Islam terhadap perilaku anggota dalam membayar kredit/hutang di Kelompok Tani Makmur Desa Krajan Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

2. Untuk mengetahui analisis etika bisnis Islam dalam kode etik pengembangan modal usaha di Kelompok Tani Makmur Desa Krajan Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat atau kegunaan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Teoritis

(13)

b. Dapat menambah wawasan atau pengetahuan tentang bagaimana perilaku anggota dalam membayar hutang dan kode etik pengembangan modal usaha agar tercapainya usaha yang sehat.

2. Praktis

a. Dapat dijadikan bahan acuan atau rujukan bagi siapa saja yang ingin menciptakan usaha atau bisnis agar bisnis tersebut tetap sehat.

b. Dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan oleh penulis dapat memberikan kontribusi wawasan bagi masyarakat, khususnya kelompok tani tentang cara menerapkan etika bisnis Islam terhadap perilaku anggota dalam membayar hutang dan kode etik pengembangan modal usaha agar mencapai bisnis yang sehat.

E. Kajian Pustaka

Sepanjang pengetahun penulis, belum ada penelitian yang meneliti tentang “Analisis Etika Bisnis Islam Terhadap Perilaku dan Kode Etik Pengembangan Modal pada Usaha Kelompok Tani Makmur Desa Krajan Kecamatan Parang Kabupaten Magetan”. Akan tetapi, ada beberapa skripsi yang berhubungan dengan analisa tentang tingkat kesehatan usaha tersebut, antara lain:

(14)

masyarakat umum karena memiliki peranan penting terhadap pertumbuhan ekonomi. Usaha mikro yang memiliki peran strategis, menghadapi permasalahan umum yang sering dijumpai yaitu keterbatasan modal. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai salah satu lembaga keuangan mikro hadir sebagai lembaga yang melakukan penyediaan jasa keuangan kepada pengusaha kecil dan mikro. Penelitian ini menganalisis kesehatan BMT dan dampak pembiayaan mikro syariah terhadap perkembangan usaha mikro dengan menggunakan rasio penilaian versi pinbuk dan OLS (Ordinary Least Square). Adapun rumusan masalah dalam skripsi ini adalah a). Bagaimana tingkat kesehatan BMT dalam kegiatan usahanya sebagai lembaga intermediasi keuangan mikro? b). Bagaimana pengaruh pembiayaan mikro syariah yang diberikan oleh BMT terhadap perkembangan omset usaha mikro? Hasil analisis menunjukkan kesehatan BMT tahun 2012-2014 termasuk dalam kategori cukup baik dan baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan omset usaha adalah lama usaha, jumlah pembiayaan, dan lama pendidikan.22

2. Munarsah dalam penulisannya berjudul Analisis Tingkat Kesehatan Unit Simpan Pinjam (USP) pada Primkopti Semarang Barat Tahun 2000 – 2005, membahas tentang Primkopti Semarang Barat merupakan primer koperasi tempe dan tahu Indonesia yang berada dikota Semarang, khususnya di Semarang Barat yang merupakan salah satu organisasi ekonomi yang sebenarnya masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat

(15)
(16)

Disarankan kepada manajer Primkopti Semarang untuk mengelola aktiva

produktif secara optimal, dengan cara membatasi persediaan cash on hand

dan mengalokasikan aktiva produktif untuk kegiatan atau usaha-usaha

yang dapat menambah laba atau SHU, misalnya pada unit usaha

pertokoan. Selain itu Koperasi harus mempunyai ketentuan bahwa

pinjaman yang diberikan didukung dengan agunan yang nilainya sama

atau lebih besar dari pinjaman yang diberikan. Ketentuan mengenai

kolektibilitas aktiva produktif merupakan suatu hal yang perlu dimiliki.

Dengan demikian aspek rentabilitasnya pun diharapkan meningkat secara

proporsional. Primkopti perlu memiliki ketentuan mengenai pembatasan

pemberian pinjaman kepada anggota dan menitik beratkan atas

kemampuan peminjam untuk mengembalikan pinjamannya daripada

tersedianya agunan.23

3. Hasmayati dalam penulisannya yang berjudul Analisis Penilaian Kesehatan

Koperasi Jasa Keuangan Syariah Berbasis Masjid (Studi Kasus Koperasi Jasa

Keuangan Syariahbaitul Mal Tamwil At-Taqwa-Masjid At-Taqwa

Kemanggisan Jakarta). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis

tingkat kesehatan serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT At-Taqwa dan

untuk menemukan formula strategi yang tepat dalam pengembangan

Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT At-Taqwa. Adapun rumusan

masalah dalam jurnal ini adalah a). Bagaimana tingkat kesehatan Koperasi

(17)

Jasa Keuangan Syariah BMT At-Taqwa? b). Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT At-Taqwa? c). Apa formula strategi yang tepat dalam pengembangan Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT At-Taqwa? Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan analisis penilaian kesehatan dan survey mengenai kualitas pelayanan. Hasil penelitian membuktikan bahwa tingkat kesehatan KJKS BMT At-Taqwa melalui perhitungan delapan aspek (enam aspek keuangan dan dua aspek non-keuangan) menunjukkan KJKS BMT At-Taqwa berada pada level cukup sehat dan dengan dipengaruhi oleh faktor-faktor dari tujuh rasio keuangan yang memberikan pengaruh terhadap tingkat kesehatan Koperasi tersebut. Selain itu terdapat lima faktor yang dapat dikembangkan oleh KJKS BMT At-Taqwa yaitu pelayanan dan penambahan nasabah, pembiayaan, sosialisasi dan promosi, kesehatan koperasi, blue print dan membangun jaringan koperasi.24

4. Shella Asty Mawarni dalam penulisannya yang berjudul Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian Dan Jasa Penjaminan Periode 2014-2015. Adapun rumusan masalah dalam penelitian tersebut adalah: Bagaimana tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan Periode 2014-2015 berdasarkan Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-10/MBU/2014?

(18)

Berdasarkan analisis penilaian tingkat kesehatan berdasarkan Peraturan

Menteri BUMN Nomor: PER-10/MBU/2014 terhadap sampel BUMN Jasa

Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan tahun

2014-2015, maka dapat disimpulkan bahwa hasil penilaian tingkat kesehatan PT

Asuransi Jiwasraya (Persero), PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) dan

PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) pada tahun 2014 dan 2015

memperoleh predikat sehat dengan kategori AA.25

5. Sulistyoningsih dalam penulisannya yang berjudul Tinjauan Etika Bisnis

Islam Terhadap Strategi Pemasaran Simpanan Mud}ha>raba>h di BMT

Muamalah Mandiri Pacitan, membahas tentang diantara cara bersaing

dalam pemasaran ada strategi pemasaran yang tidak sehat. Pemasaran

yang hanya berorientasi untuk mendapatkan keuntungan

sebanyak-banyaknya, tanpa memikirkan nilai etika bisnis dalam Islam. Sebagai

contohnya strategi pemasaran yang dilakukan oleh para sales dalam

memasarkan produk simpanan mud}a>raba>h di BMT Muamalah Mandiri

Pacitan yang dipasarkan tersebut adalah simpanan mud}a>raba>h. Adapun

rumusan masalah dalam menyusun skripsi ini adalah a). Bagaimana

tinjauan etika bisnis Islam terhadap promosi simpanan mud}a>raba>h di BMT

Muamalah Mandiri Pacitan? b). Bagaimana tinjauan etika bisnis Islam

terhadap harga simpanan mud}a>raba>h di BMT Muamalah Mandiri Pacitan?

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa empat cara promosi yang

(19)

dilakukan oleh BMT Muamalah Mandiri Pacitan sudah sesuai dengan

etika bisnis Islam, hanya saja kurang penjelasan dalam melakukan promosi

dalam jenis penjualan pribadi. Sedangkan pemasaran harga di BMT

Muamalah Mandiri Pacitan, sudah sesuai dengan etika pemasaran dan

penerapan bagi hasil di BMT Muamalah Mandiri Pacitan juga sudah

sesuai dengan etika bisnis dalam Islam. Saran dari penelitian ini yaitu

dalam melaksanakan pemasaran di BMT harus sesuai dengan etika bisnis

Islam dan seorang pemasar syari’ah harus dibimbing dengan al-Qur’an dan

hadis.26

Dari kelima penelitian di atas, walaupun hampir sama dalam

pembahasannya yaitu mengenai perilaku dan kode etik pengembangan modal

usaha, namun skripsi yang akan penulis buat berbeda. Perbedaan tersebut

terletak pada subyek penelitian, yang mana penulis melakukan penelitian

tersebut di kelompok tani, bukan lembaga keuangan seperti pada penelitian

umumnya. Selain itu penulis juga melakukan penelitian pada aspek penerapan

etika bisnis Islam pada pengelolaan jasa perkreditan.

F. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian ilmiah metode penelitian merupakan suatu

sistem yang harus dicantumkan dan dilaksanakan selama proses penelitian

tersebut dilakukan. Hal ini sangat penting karena menentukan proses sebuah

(20)

penelitian untuk mencapai tujuan.27 Demi tercapainya tujuan penelitian ini

untuk mendapatkan kebenaran ilmiah, maka metode penelitian yang

digunakan penulis adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penyusun pergunakan adalah jenis penelitian

lapangan (field research). Di mana hasil penelitiannya berdasarkan hasil

penelitian lapangan.28 Penelitian lapangan pada hakikatnya merupakan

metode untuk menemukan secara khusus dan realistik yang tengah terjadi

di tengah masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan

masalah-masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari.29

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Pendekatan kualitatif pada hakikatnya ialah mengamati orang

dalam hidupnya, beriteraksi dengan mereka berusaha memahami bahasa

dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.30 Dengan kata lain,

pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang bersumber dari

buku-buku, terhadap suatu masalah yang menghasilkan data diskriptif

yang berupa kata-kata tertulis bukan berupa kuantitatif atau hitungan.31

3. Kehadiran Peneliti

27 Marzuki, Metodologi Riset (Yogyakarta: Prasetya Widia Pratama, 2000), 4.

28 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2002), 86.

29 Aji Damanuri, Metodologi Penelitian Mu’amalah (Ponorogo: STAIN Po Press, 2010),

6.

(21)

Penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengalaman

berperan serta, sebab peranan penelitian yang menentukan keseluruhan

skenarionya.32 Untuk itu dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai

instrument kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data sedangkan

instrument yang lain sebagai penunjang.

4. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian di

Kelompok Tani Makmur tepatnya di Desa Krajan Kecamatan Parang,

Kabupaten Magetan. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan

bahwa Kelompok Tani Makmur merupakan kelompok tani yang

mengelola jasa perkreditan dan dalam pengelolaannya terdapat hal-hal

yang sesuai dengan topik yang diteliti, sehingga peneliti lebih mudah

untuk mendapatkan informasi dari responden yang tepat.

5. Data dan Sumber Data

a. Data Penelitian

Untuk menyusun skripsi ini menjadi suatu hasil penelitian yang

sesuai dengan permasalahan yang ingin penulis bahas, maka

diperlukan data-data yang valid terkait dengan perilaku dan kode etik

pengembangan moda pada usaha pada Kelompok Tani Makmur. Di

antara data-data tersebut adalah data tentang gambaran umum Desa

Krajan, alasan pergantian pengurus dalam mengelola jasa perkreditan,

(22)

data tentang proses terjadinya perkreditan dan ketentuan-ketentuan

yang disepakati dalam perjanjian kredit/hutang.

b. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah

data-data dan dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian ini.

Sumber data ini peneliti peroleh dari:

1) Data primer adalah data yang digali dari sumber utamanya.33 Data

primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara.

Wawancara adalah pengumpulan data secara langsung ke lapangan

untuk mencari keterangan dan informasi yang relevan dengan

obyek penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara. Pada

penelitian ini, wawancara dilakukan kepada pihak anggota dan

pengurus Kelompok Tani Makmur mengenai segala hal yang

berkaitan dengan pelaksanaan etika bisnis Islam dalam menilai

perilaku anggota dalam membayar hutang dan kode etik

pengembangan modal pada usaha kelompok tani tersebut.

2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dan digali melalui hasil

pengolahan pihak kedua dan hasil dari penelitian lapangan.34 Data

sekunder dalam penelitian ini dapat diperoleh dari literature yang

terkait dengan obyek penelitian, seperti etika bisnis dalam

perspektif Islam, manajemen bisnis syariah, business ethics, visi

33 Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001), 122.

(23)

Qur’an tentang etika dan bisnis, etika Islam dalam berbisnis dan

etika bisnis dalam al-Qur’an.

6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mempermudah dalam memperoleh dan menganalisa data,

maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Wawancara, yaitu kegiatan perolehan informasi dengan mengajukan

pertanyaan kepada responden.35 Dalam penelitian ini wawancara

dilakukan kepada anggota dan pengurus Kelompok Tani Makmur

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perilaku anggota dalam

membayar hutang dan kode etik pengembangan modal usaha pada

Kelompok Tani Makmur Desa Krajan Kecamatan Parang Kabupaten

Magetan.

b. Observasi, yaitu pengamatan dilakukan oleh peneliti ketika ingin

mengetahui tentang obyek yang dibahas. Pengamatan dilakukan agar

data yang dikumpulkan relevan dengan masalah yang diteliti.36 Dalam

penelitian ini peneliti melakukan pengamatan langsung ke lokasi,

untuk mengetahui proses kegiatan yang berhubungan dengan

penerapan etika bisnis Islam dalam menilai perilaku dan kode etik

pengembangan modal usaha pada Kelompok Tani Makmur Desa

Krajan Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

(24)

c. Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku dan sebagainya.37 Dokumentasi adalah

teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data

berupa sumber data tertulis yang berupa penjelasan serta pemikiran

tentang fenomena yang masih aktual dan sesuai dengan masalah

penelitian.38 Dalam penelitian ini penulis mendapatkan sumber dari

dokumen resmi, buku terkait Kelompok Tani Makmur.

7. Analisis Data

Dalam menyusun sebuah karya ilmiah, metode pengolahan data

merupakan salah satu proses yang sangat penting yang harus dilalui

seorang peneliti. Berkaitan dengan metode pengolahan data yang dipakai

dalam penelitian ini terdapat beberapa tahapan di antaranya:

a. Editing

Editing adalah tahapan memeriksa kembali data-data yang diperoleh baik dari segi kelengkapannya dan relevansinya dengan

masalah yang dibahas.39 Dalam penelitian ini, penulis melakukan

editing terhadap catatan-catatan dari hasil wawancara dengan beberapa

anggota dan pengurus Kelompok Tani Makmur sesuai dengan masalah

yang dibahas.

37 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik) (Jakarta: Rineka

Cipta, 2006), 231.

(25)

b. Classifying

Classifying adalah proses pengelompokan semua data baik

yang berasal dari hasil wawancara dengan subyek penelitian,

pengamatan dan pencatatan langsung di lapangan atau observasi.

Seluruh data yang didapat tersebut dibaca dan ditelaah secara

mendalam, kemudian digolongkan sesuai kebutuhan.40 Dalam proses

ini, penulis mengelompokkan data yang diperoleh dari wawancara

dengan subyek penelitian dan data yang diperoleh melalui observasi

yang telah dilakukan sebelumnya.

c. Verifying

Verifying adalah proses memeriksa data dan informasi yang

telah didapat dari lapangan agar validitas data tersebut dapat diakui

dan digunakan dalam penelitian.41 Setelah mendapatkan jawaban dari

subyek penelitian, maka dilakukan cross-check ulang dengan

menyerahkan hasil wawancara kepada subyek penelitian (informan)

yang telah diwawancarai. Hal ini dilakukan untuk menjamin validitas

data ulang yang diperoleh dan mempermudah penulis dalam

menganalisis data.

40Moleong, Metodologi Penelitian………, 104-105.

41Nana Sudjana dan Ahwal Kusuma, Proposal Penelitian Diperguruan Tinggi (Bandung:

(26)

d. Analyzing

Analyzing adalah proses penyederhanaan kata ke dalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan juga mudah untuk diinterpretasikan.42

Dalam hal ini analisis data yang digunakan penulis adalah deskriptif

kualitatif, yaitu analisis yang menggambarkan keadaan atau status

fenomena dengan kata-kata atau kalimat, kemudian dipisahkan

menurut kategorinya untuk memperoleh kesimpulan.43 Dalam

mengolah data atau proses analisisnya, penulis menyajikan terlebih

dahulu data yang diperoleh dari lapangan atau dari wawancara,

kemudian dalam paragraf selanjutnya disajikan dengan teori yang

sesuai kemudian dianalisis.

e. Concluding

Concluding adalah pengambilan kesimpulan dari data-data

yang diperoleh setelah dianalisa untuk memperoleh jawaban kepada

pembaca atas kegelisahan dari apa yang dipaparkan pada latar

belakang masalah.44 Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis

data setelah penulis mendapatkan data dari lapangan. Hal ini

mempermudah peneliti dalam pengambilan kesimpulan dari hasil

penelitian tersebut.

Dalam penelitian ini, teknik analisa yang digunakan peneliti adalah

metode deduktif yaitu penggunaan data yang bersifat umum kemudian

42 Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survey (Jakarta: LP3ES, 1987), 263.

43Moleong, Metodologi Penelitian…………, 248.

(27)

diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat khusus. Adapun

langkah-langkah yang dipakai dalam menganalisis data penelitian ini adalah:

1) Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian dengan

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

muncul data-data yang terkumpul.45 Dalam tahap ini, penulis

merangkum dan memilah serta memilih data-data tentang etika bisnis

Kelompok Tani Makmur Desa Krajan Kecamatan Parang Kabupaten

Magetan terhadap perilaku anggota dalam membayar hutang dan kode

etik pengembangan modal usaha tersebut.

2) Penyajian data, yaitu menyajikan sekumpulan data yang telah tersusun,

yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.46 Pada

tahap ini penulis menyajikan data dengan teks yang bersifat naratif,

tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman terhadap masalah

yang diteliti. Penulis menyajikan data tentang etika bisnis Islam

sebagai landasan teori, kemudian penulis kolaborasikan dengan

data-data tentang perilaku dan kode etik pengembangan modal pada usaha

Kelompok Tani Makmur desa Krajan Kecamatan Parang Kabupaten

Magetan sebagai data lapangan.

3) Verifikasi dan penarikan kesimpulan dimaknai sebagai penarikan arti

data yang telah ditampilkan. Pemberian makna ini tentu saja sejauh

pemahaman peneliti dan interpretasi yang dibuatnya. Beberapa cara

yang dapat dilakukan dalam proses ini adalah melakukan pencatatan

45 Moleong, Metodologi Penelitian ……, 288.

.46 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

(28)

untuk pola-pola dan tema yang sama, pengelompokan dan pencarian

kasus-kasus negative (kasus khas, berbeda, mungkin pula menyimpang

dari kebiasaan yang ada di masyarakat).47 Dalam hal ini penulis

mengungkap bagaimana perilaku dan kode etik pengembangan modal

pada usaha Kelompok Tani Makmur desa Krajan Kecamatan Parang

Kabupaten Magetan. Kemudian, menyimpulkan hasil yang sudah

ditemukan dengan di dukung oleh data-data yang mantap sehingga

menjadi kesimpulan yang kredibel.

8. Pengecekan Keabsahan Data

Obyektivitas dan keabsahan data penelitian dilakukan dengan

melihat reabilitas dan validitas data yang diperoleh. Dengan mengacu pada

Moleong, untuk pembuktian validitas data ditentukan oleh kredibilitas

temuan dan interpretasinya dengan mengupayakan temuan dan penafsiran

yang dilakukan sesuai dengan kondisi yang senyatanya dan disetujui oleh

subyek penelitian.48

Adapun pengecekan keabsahan temuan yang digunakan peneliti

dalam penelitian ini adalah dengan metode triangulasi. Metode triangulasi

diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan

dari berbagai teknik pengumpulan data dengan triangulasi, maka

sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji

(29)

kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan sebagai

sumber data.49

Dalam penelitian kualitatif, teknik triangulasi dimanfaatkan

sebagai pengecekan keabsahan data yang peneliti temukan dari hasil

wawancara peneliti dengan informan kunci lainnya, kemudian peneliti

mengkonfirmasikan dengan studi dokumentasi yang berhubungan dengan

penelitian serta hasil pengamatan peneliti di lapangan sehingga kemurnian

dan keabsahan terjamin.50

Dalam pelaksanaannya peneliti melakukan keabsahan data yang

berasal dari hasil wawancara tersebut, kemudian peneliti telaah lagi

dengan hasil pengamatan yang peneliti lakukan untuk mengetahui

pelaksanaan etika bisnis Islam pada Kelompok Tani Makmur. Setelah data

terkumpul, penulis diharapkan mereduksi dan menyajikan data untuk lebih

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang bagian data yang

tidak diperlukan, serta mengorganisasi data sehingga memudahkan untuk

dilakukan penarikan kesimpulan yang kemudian dilanjutkan dengan

proses verifikasi.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan adalah suatu rangkaian pembahasan dalam

penelitian yang berisi pendahuluan, landasan teori, data lapangan, analisis dan

49Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D

(Bandung: Alfabeta, 2010), 330.

(30)

kesimpulan. Sistematika pembahasan berfungsi untuk mempermudah

pemahaman hasil penelitian, penulis perlu menyusun secara sistematis dengan

mengelompokkan dalam beberapa Bab. Adapun sistematika pembahasan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berfungsi sebagai pola dasar dari keseluruhan

laporan penelitian yang memberikan gambaran secara

menyeluruh dan ringkas. Dimulai dengan latar belakang

masalah untuk mendiskripsikan alasan penelitian ini

dilakukan. Dilanjutkan dengan rumusan masalah yang

berguna membantu peneliti mengarahkan fokus kajian yang

dilakukan. Kemudian tujuan penelitian dan manfaat

penelitian untuk mengetahui dapat atau tidaknya penelitian

ini menghasilkan temuan. Selanjutnya kajian pustaka untuk

mengetahui posisi penelitian ini dengan penelitian terdahulu.

Kemudian dilanjut dengan metode penelitian serta

sistematika pembahasan untuk mengetahui urutan

pembahasan dalam penelitian.

BAB II : ETIKA BISNIS ISLAM

Bab ini berisi landasan teori yang berfungsi sebagai pijakan

dalam menganalisa data lapangan untuk menyusun

(31)

prinsip-prinsip etika bisnis Islam, faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku etika, kode etik dan pengembangan modal dalam

Islam.

BAB III : GAMBARAN UMUM PERILAKU DAN KODE ETIK

PENGEMBANGAN MODAL PADA USAHA

KELOMPOK TANI MAKMUR DESA KRAJAN

KECAMATAN PARANG KABUPATEN MAGETAN

Bab ini berfungsi sebagai pemaparan data penelitian dan

temuan penelitian dengan mendiskripsikan tentang

gambaran umum Desa Krajan Kecamatan Parang Kabupaten

Magetan yang meliputi profil Desa Krajan, kondisi ekonomi.

Kemudian profil Kelompok Tani Makmur, sejarah

berdirinya, visi, misi dan tentang bagaimana perilaku

anggota dalam membayar hutang dan bagaimana kode etik

pengembangan modal usaha pada Kelompok Tani Makmur

Desa Krajan Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

BAB IV : ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP

PERILAKU DAN KODE ETIK PENGEMBANGAN

MODAL PADA USAHA KELOMPOK TANI MAKMUR

DESA KRAJAN KECAMATAN PARANG KABUPATEN

MAGETAN

Bab ini berfungsi untuk menganalisis data dengan landasan

(32)

terhadap perilaku anggota dalam membayar hutang dan

analisis etika bisnis Islam dalam kode etik pengembangan

modal usaha pada Kelompok Tani Makmur Desa Krajan

Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dalam pembahasan skripsi

yang berisi kesimpulan sebagai jawaban dari pokok

pembahasan dan saran-saran yang bersumber pada temuan

(33)

BAB II

ETIKA BISNIS ISLAM

A. Pengertian Etika Bisnis Islam

Etika memiliki dua pengertian, pertama: etika sebagaimana moralitas,

berisikan nilai dan norma-norma konkret yang menjadi pedoman dan

pegangan hidup manusia dalam seluruh kehidupan. Kedua, etika sebagai

refleksi kritis dan rasional. Etika membantu manusia bertindak secara bebas,

tetapi dapat dipertanggungjawabkan.51 Etika atau akhlak dalam khazanah

pemikiran Islam dipahami sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,

menerangkan yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada lainnya,

menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka

dan menunjukkan jalan untuk melakukan yang harus diperbuat. Etika

merupakan gambaran rasional mengenai hakikat dan dasar perbuatan dan

keputusan yang benar serta prinsip-prinsip yang menentukan klaim bahwa

perbuatan dan keputusan tersebut secara moral diperintahkan dan dilarang.52

Bisnis menurut Hughes dan Kapoor adalah suatu kegiatan usaha individu yang

terorganisasi untuk menghasilkan (laba) atau menjual barang dan jasa guna

mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.53

51Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economics: Ekonomi Syariah Bukan Opsi,

Tetapi Solusi (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), 234.

52 R. Lukman Fauroni, Etika Bisnis dalam al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,

2006), 16.

(34)

Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang

benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral yang sebaiknya

diterapkan dalam kebijakan institusi dan dalam perilaku bisnis. Perusahaan

bisnis merupakan institusi ekonomi yang utama yang digunakan orang dalam

masyarakat modern untuk melaksanakan tugas memproduksi dan

mendistribusikan barang dan jasa. Etika bisnis merupakan studi standar formal

dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam sistem dan organisasi yang

digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan

barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam

organisasi tersebut.54

Sedangkan etika bisnis dalam perspektif Islam adalah penerapan

prinsip-prinsip ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan Sunah Nabi

dalam dunia bisnis. Tuntunan al-Qur’an dalam berbisnis dapat ditemukan

dalam prinsip-prinsip umum yang memuat nilai-nilai dasar yang dalam

aktualisasinya disesuaikan dengan perkembangan zaman, dengan

mempertimbangkan ruang dan waktu.55

B. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam

Untuk membangun kultur bisnis yang sehat, idealnya dimulai dari

perumusan etika yang akan digunakan sebagai norma perilaku sebelum aturan

(hukum) perilaku dibuat dan dilaksanakan, atau aturan (norma) etika tersebut

54 Sunardi dan Anita Primastiwi, Pengantar Bisnis: Konsep, Strategi dan Kasus

(Yogyakarta: CAPS, 2015), 19.

55Abd. Haris, Etika HAMKA: Konstruksi Etik Berbasis Rasional-Religius (Yogyakarta:

(35)

diwujudkan dalam bentuk aturan hukum. Sebagai kontrol terhadap individu

pelaku dalam bisnis yaitu melalui penerapan kebiasaan atau budaya moral atas

pemahaman dan penghayatan nilai-nilai dalam prinsip moral sebagai inti

kekuatan suatu perusahaan dengan mengutamakan kejujuran, bertanggung

jawab, disiplin, berperilaku tanpa diskriminasi.56

Adapun karakteristik etika bisnis dalam Islam adalah sebagai berikut:57

1. Siddi>q, berarti benar atau jujur. Dalam dunia bisnis, kejujuran bisa juga

ditampilkan dalam bentuk kesungguhan dan ketepatan, baik ketepatan

waktu, janji, pelayanan, pelaporan, mengakui kelemahan dan kekurangan

(tidak ditutup-tutupi) yang kemudian diperbaiki secara terus-menerus,

serta menjauhkan diri dari berbuat bohong dan menipu (baik kepada diri

sendiri, teman sejawat, perusahaan maupun mitra kerja).

2. Ama>nah, berarti dapat dipercaya, bertanggung jawab dan kredibel.

Ama>nah bisa juga bermakna keinginan untuk memenuhi sesuatu sesuai

dengan ketentuan. Ama>nah juga berarti memiliki tanggung jawab dalam

melaksanakan tugas dan kewajiban yang diberikan kepadanya. Ama>nah

dapat ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran dan pelayanan yang

optimal kepada nasabah. Sifat amanah ini akan membentuk kredibilitas

yang tinggi dan sikap penuh tanggung jawab pada setiap Muslim.

Kumpulan individu dengan kredibilitas yang tinggi akan melahirkan

masyarakat yang kuat, karena dilandasi oleh saling percaya antar

56 Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Etika Islami untuk Dunia

Usaha (Bandung: Alfabeta, 2013), 36.

57 Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing (Bandung:

(36)

anggotanya. Sifat ama>nah memainkan peranan yang fundamental dalam

ekonomi dan bisnis karena tanpa kredibilitas dan tanggung jawab,

kehidupan ekonomi dan bisnis akan hancur.

3. Fata>nah, berarti mengerti, memahami, dan menghayati secara mendalam

segala yang menjadi tugas dan kewajibannya sifat ini akan menimbulkan

kreativitas dan kemampuan melakukan berbagai macam inovasi yang

bermanfaat.

4. Tabli>gh, mengajak sekaligus menberikan contoh kepada pihak lain untuk

melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam kehidupan

sehari-hari.

5. Istiqa>mah atau konsisten dalam iman dan nilai-nilai kebaikan, meski

menghadapi godaan dan tantangan. Istiqa>mah dalam kebaikan ditampilkan

dalam keteguhan, kesabaran serta keuletan sehingga menghasilkan sesuatu

yang optimal.

Pelaku usaha/pihak perusahaan harus memiliki ama>nah dengan

menampilkan sikap keterbukaan, kejujuran, pelayanan yang optimal dan ih}sa>n

(berbuat yang baik) dalam segala hal, apalagi berhubungan dengan pelayanan

masyarakat. Dengan sifat ama>nah, pelaku usaha memiliki tanggung jawab

untuk mengamalkan kewajiban-kewajibannya. Sifat tabli>gh dapat

disampaikan pelaku usaha dengan bijak (hikmah), sabar, argumentatif dan

persuasif akan menumbuhkan hubungan kemanusiaan yang solid dan kuat.

Para pelaku usaha dituntut untuk mempunyai kesadaran mengenai

(37)

Pelaku usaha atau perusahaan yang ceroboh dan tidak menjaga etika, tidak

akan berbisnis secara baik sehingga dapat mengancam hubungan sosial dan

merugikan konsumen, bahkan dirinya sendiri. Etika dijadikan pedoman dalam

kegiatan ekonomi dan bisnis, maka etika bisnis menurut ajaran Islam juga

dapat digali langsung dari al-Qur’an dan hadis Nabi. Misalnya karena adanya

larangan riba, maka pemilik modal selalu terlibat langsung dan bertanggung

jawab terhadap jalannya perusahaan miliknya, bahkan terhadap buruh yang

dipekerjakannya. Perusahaan dalam sistem ekonomi Islam dalah perusahaan

keluarga bukan Perseroan Terbatas yang pemegang sahamnya dapat

menyerahkan pengelolaan perusahaan begitu saja pada direktur atau manajer

yang digaji. Memang dalam sistem yang demikian tidak ada perusahaan yang

menjadi sangat besar, seperti di dunia kapitalis Barat, tetapi juga tidak ada

perusahaan yang tiba-tiba bangkrut atau dibangkrutkan.

Etika bisnis Islam menjunjung tinggi semangat saling percaya,

kejujuran dan keadilan, sedangkan antara pemilik perusahaan dan karyawan

berkembang semangat kekeluargaan (brotherhood). Misalnya dalam

perusahaan Islami gaji karyawan dapat diturunkan jika perusahaan benr-benar

merugi dan karyawan juga mendapat bonus jika keuntungan perusahaan

meningkat. Buruh muda yang masih tinggal bersama orang tua dapat dibayar

lebih rendah, sedangkan yang sudah berkeluarga dan punya anak dapat

dibayar lebih tinggi dibanding rekan-rekannya yang muda.58

58Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economics: Ekonomi Syariah Bukan OPSI,

(38)

Selain itu, etika bisnis Islami harus berdasarkan pada prinsip-prinsip

dasar yang berlandaskan al-Qur’an dan al-Hadis. Adapun prinsip atau aksioma

yang perlu diterapkan dalam bisnis Islam adalah sebagai berikut:

1. Kesatuan (Unity)

Prinsip ini dimaksudkan bahwa sumber utama etika Islam adalah

kepercayaan total dan murni terhadap kesatuan (keesaan) Tuhan.

Kenyataan ini secara khusus menunjukkan dimensi vertikal Islam yang

menghubungkan institusi-institusi sosial yang terbatas dan tidak sempurna

dengan Dzat yang sempurna dan tidak terbatas. Hubungan vertikal ini

merupakan wujud penyerahan diri manusia secara penuh tanpa syarat di

hadapan Tuhan, dengan menjadikan keinginan, ambisi serta perbuatannya

tunduk pada titah-Nya:59

























٦٠

“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”61

Ketundukan manusia pada Tuhan telah membantu mereka

merealisasikan potensi teomorfiknya, sekaligus membebaskannya dari

perbudakan manusia. Dengan mengintegrasikan aspek religius dengan

aspek kehidupan yang lain, seperti ekonomi, mendorong manusia ke

dalam suatu keutuhan yang selaras, konsisten dalam dirinya dan selalu

merasa diawasi oleh Tuhan. Peran integrasi dalam konsep kesatuan

59Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam terj. M. Saiful Anam dan Muhammad Ufuqul Mubin (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 37.

60Al-Qur’an, 6: 162.

(39)

menimbulkan perasaan dalam diri manusia bahwa dia selalu merasa

direkam oleh Yang Maha Melihat segala aktivitas kehidupannya, termasuk

dalam aktivitas berekonomi. Bukankah Tuhan mempunyai sifat Raqi>b

(Maha Mengawasi) atas seluruh gerak langkah aktivitas kehidupan

makhluk ciptaan-Nya.62

Berdasarkan aksioma ini maka pengusaha Muslim dalam

melakukan aktivitas maupun entitas bisnisnya tidak melakukan, paling

tidak tiga hal: pertama, diskriminasi diantara pekerja, penjual, pembeli,

mitra kerja atas pertimbangan ras, warna kulit, jenis kelamin atau agama.

Kedua, terpaksa atau dipaksa melakukan praktek-praktek mal bisnis

karena hanya Allah-lah yang semestinya ditakuti dan dicintai. Oleh karena

itu, sikap ini terefleksikan dalam seluruh sikap hidup dalam berbagai

dimensinya. Ketiga, menimbun kekayaan atau serakah, karena hakikatnya

kekayaan merupakan amanah Allah.63

2. Kesetimbangan (Equilibrium)

Dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan

untuk berbuat adil. Pengertian adil dalam Islam diarahkan agar hak orang

lain, hak lingkungan sosial, hak alam semesta dan hak Allah dan Rasulnya

berlaku sebagai stakeholder dari perilaku adil seseorang. Semua hak-hak

tersebut harus ditempatkan sebagaimana mestinya (sesuai aturan syariah).

Tidak mengakomodir salah satu hak di atas, dapat menempatkan seseorang

62 Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islami: Tataran Teoritis dan Praksis (Malang:

UIN-Malang Press, 2008), 62-63.

(40)

tersebut pada kezhaliman. Karenanya orang yang adil lebih dekat kepada

ketakwaan.64 Allah berfirman:



























































٦٥

“Hai orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

apa yang kamu kerjakan.”66

Konsep kesetimbangan juga dapat dipahami bahwa kesetimbangan

hidup di dunia dan di akhirat harus diusung oleh seorang pebisnis Muslim.

Oleh karena itu, konsep kesetimbangan berarti menyerukan kepada para

pengusaha Muslim untuk bisa merealisasikan tindakan-tindakan (dalam

bisnis) yang dapat menempatkan dirinya dan orang lain dalam

kesejahteraan duniawi dan keselamatan di akhirat.67

Pada struktur ekonomi dan bisnis, agar kualitas kesetimbangan

dapat mengendalikan semua tindakan manusia, maka harus memenuhi

beberapa persyaratan. Pertama, hubungan-hubungan dasar antara

konsumsi, distribusi dan produksi harus berhenti pada suatu

kesetimbangan tertentu demi menghindari pemusatan kekuasaan ekonomi

64 Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2006), 91. 65 Al-Qur’an, 5: 8.

(41)

dan bisnis dalam genggaman segelintir orang. Kedua, keadaan

perekonomian yang tidak konsisten dalam distribusi pendapatan dan

kekayaan harus ditolak karena Islam menolak daur tertutup pendapatan

dan kekayaan yang menjadi semakin menyempit. Ketiga, sebagai akibat

dari pengaruh sikap egalitarian yang kuat demikian, maka dalam ekonomi

dan bisnis Islam tidak mengakui adanya, baik hak milik yang tidak

terbatas maupun sistem pasar bebas yang tidak terkendali. Hal ini

disebabkan bahwa ekonomi dan bisnis dalam pandangan Islam bertujuan

bagi penciptaan keadilan sosial. Dengan demikian jelas bahwa

kesetimbangan merupakan landasan pikir dan kesadaran dalam

pendayagunaan dan pengembangan harta benda agar harta benda tidak

menyebabkan kebinasaan bagi manusia melainkan menjadi media menuju

kesempurnaan jiwa manusia sebagai khalifatullah.68

3. Kehendak bebas (Free Will)

Kehendak bebas merupakan kontribusi Islam yang paling orisinal

dalam filsafat sosial tentang konsep manusia “bebas”. Memang hanya

Tuhan yang bebas, namun dalam batas-batas skema penciptaan-Nya

manusia secara relatif mempunyai kebebasan. Manusia sebagai khalifah di

muka bumi (sampai batas-batas tertentu) mempunyai kehendak bebas

untuk mengarahkan kehidupannya pada tujuan pencapaian kesucian diri.

Manusia dianugerahi kehendak bebas (free will) untuk membimbing

kehidupannya sebagai khalifah. Berdasarkan aksioma kehendak bebas ini,

(42)

dalam bisnis, manusia mempunyai kebebasan untuk membuat suatu

perjanjian, termasuk menepati janji atau mengingkarinya. Seorang Muslim

yang percaya pada kehendak Allah, akan memuliakan semua janji yang

telah dibuatnya. Ia merupakan bagian kolektif dari masyarakat dan

mengakui bahwa Allah meliputi kehidupan individual dan sosial. Dengan

demikian, kebebasan kehendak berhubungan dengan kesatuan dan

kesetimbangan.69 Allah befirman:

























































٧٠



“Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.”71

Dalam masalah perjanjian, baik perjanjian kesetiaan kepada Allah

maupun perjanjian yang dibuatnya dalam pergaulan sesama (kehidupan),

manusia harus dapat memenuhi semua janji-janji tersebut.72 Allah

berfirman:

69Fauroni, Etika Bisnis………., 151-152. 70Al-Qur’an, 18: 29.

(43)



















٧٣

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu….”74

Menurut Yusuf Ali, seperti dikutip Rafik, terma ‘uqu>d merupakan konsep yang multidimensional. Konsep ini meliputi (a) kewajiban ilahi,

yang mengarahkan dari spriritual dan hubungan sesama kepada Allah; (b)

kewajiban sosial; (c) kewajiban politik seperti perjanjian; (d) kewajiban

bisnis seperti kontrak-kontrak kerja sama atau kontrak kepegawaian.75

4. Tanggung Jawab (Resposibility)

Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan

oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan

akuntabilitas. Untuk memenuhi tuntutan keadilan dan kesatuan, manusia

perlu mempertanggungjawabkan tindakannya. Secara logis aksioma ini

berhubungan erat dengan aksioma kehendak bebas. Ia menetapkan batasan

mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan bertanggung

jawab atas semua yang dilakukannya.76 Allah berfirman:























































٧٧

“Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. dan

73Al-Qur’an, 5: 1.

74Departemen Agama RI, al-Qur’andan ..., 107.

75Fauroni, Etika Bisnis………, 152-153.

76Muhammad dan Fauroni, Visi al-Qur’an……., 16.

(44)

Barangsiapa memberi syafa'at yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”78

Dalam bidang ekonomi dan bisnis, aksioma ini dijabarkan menjadi

suatu pola perilaku tertentu. Karena manusia telah menyerahkan suatu

tanggung jawab yang tegas untuk memperbaiki kualitas lingkungan

ekonomi dan sosial. Konsep tanggung jawab dalam Islam mempunyai sifat

berlapis ganda dan terfokus baik pada tingkat mikro (individual) maupun

tingkat makro (organisasi dan sosial), yang kedua-duanya harus dilakukan

secara bersama-sama. Menurut Sayyid Qutub Islam mempunyai prinsip

pertanggungjawaban yang seimbang dalam segala bentuk dan ruang

lingkupnya. Antara jiwa dan raga, antara person dan keluarga, individu

dan sosial antara suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Aksioma

pertanggungjawaban ini secara mendasar mengubah perhitungan ekonomi

dan bisnis karena segala sesuatunya harus mengacu pada keadilan.79

5. Kebenaran (Benevolence)

Kebenaran dalam konteks ini mengandung dua unsur, yaitu

kebajikan dan kejujuran. Kebenaran adalah nilai kebenaran yang

dianjurkan dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam konteks

bisnis kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap dan perilaku yang benar,

yang meliputi proses akad (transaksi), proses mencari dan memperoleh

(45)

komiditas, proses pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau

menetapkan margin keuntungan (laba).80

Kebijakan adalah sikap ihsan, benevolence yang merupakan

tindakan yang memberi keuntungan bagi orang lain. Dalam pandangan

Islam sikap ini sangat dianjurkan. Aplikasinya, menurut al-Ghaza>li>

terdapat tiga prinsip pengejawentahan kebijakan: pertama, memberi

kelonggaran waktu kepada pihak terhutang untuk membayar hutangnya.

Jika perlu mengurangi beban hutangnya. Kedua, menerima pengembalian

barang yang telah dibeli. Ketiga, membayar hutang sebelum waktu

penagihan tiba. Sedangkan kejujuran adalah sikap jujur dalam semua

proses bisnis yang dilakukan tanpa adanya penipuan sedikitpun. Sikap ini

dalam khazanah Islam dapat dimaknai dengan amanah.81

Dari sikap-sikap dan kesadaran tentang kesatuan, kesetimbangan,

tanggung jawab di atas dengan otomatis melahirkan kebaikan-kebaikan

kepada orang lain yang memberikan manfaat saling keuntungan yang

bukan semata-mata keuntungan material tetapi juga keuntungan dan

kepuasan spiritual. Selain itu melahirkan pula sikap saling pengertian,

kesukarelaan dan persaudaraan secara otomatis. Persaudaraan, kemitraan

antara pihak-pihak yang berkepentingan dalam bisnis yang saling

menguntungkan, tanpa adanya kerugian dan penyesalan. Di sinilah tiga

landasan malbisnis yaitu kebatilan, kerusakan dan kezaliman mempunyai

relevansinya yaitu untuk dijadikan sebagai tolok ukur terhadap suatu

80 Aziz, Etika Bisnis……, 46.

(46)

sistem atau transaksi yang dilakukan, apakah bertentangan atau

mendukung. Jika praktek yang dilakukan mendukung terhadap salah satu

dari ketiga landasan tersebut, maka secara otomatis memasukkan bisnis

tersebut ke dalam praktek mal bisnis.82

Dari sudut pandang manajemen, nilai-nilai sebagai prinsip dasar

dalam bisnis adalah pertimbangan yang sungguh-sungguh terhadap

kepentingan dan perasaan orang lain. Pertimbangan dan kepedulian

tersebut ditunjukkan melalui: integritas dengan bertindak benar dan jujur,

sikap yang tidak egois, tidak kasar dan disiplin, kepribadian dengan

menampilkan nilai sikap yang mandiri, penampilan, pertimbangan dengan

memahami sudut pandang orang lain dan bersikap taktis yakni berfikir

sebelum berbicara dan bertindak. Pengejawantahan aksioma kebenaran

dengan dua makna kebajikan dan kejujuran secara jelas telah diteladankan

oleh Nabi Muhammad SAW yang merupakan pelaku bisnis yang sukses.

Dalam menjalankan bisnisnya, Nabi tidak pernah melakukan kebohongan,

kecurangan dan penipuan atau menyembunyikan kecacatan suatu barang.

Nabi meneladani, bahwa bisnis dilakukan dengan kesatuan,

kesetimbangan, kebebasan, tanggung jawab, kebenaran, kebajikan dan

kejujuran.83

Paparan aksioma-aksioma di atas memperlihatkan adanya suatu

bangunan bisnis yang ideal bila ditopang oleh kelima aksioma tersebut.

Dengan demikian kelima aksioma telah menjadi suatu paradigma bisnis untuk

82 Muhammad dan Alimin, Etika & Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam

(Yogyakarta: BPFE, 2004), 299.

(47)

membangun bisnis sekaligus menjadi tolok ukur kedua setelah tolok ukur tiga

landasan praktek mal bisnis; kebatilan, kerusakan dan kezaliman di atas, maka

kedua hal ini merupakan fundamen bagi terwujudnya suatu bisnis yang

bernuansa lain. Dengan demikian, etika bisnis al-Qur’an dengan dua sisi di

atas merupakan prasyarat bagi pembangunan bisnis yang Islami.84

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Etika

Dalam dunia pendidikan dikenal beberapa teori berkenaan dengan

faktor pembentukan perilaku, pertama, dikemukakan oleh John Locke yang

diberi nama “teori tabularasa” yang mengatakan bahwa: “Child born like a

sheet of white paper a wid of all characters.” Ketika anak lahir ia

diumpamakan sebagai kertas yang putih, tidak ada tulisan, goresan, atau bakat

apapun. Jiwa anak masih bersih dari pengaruh keturunan sehingga pendidikan

dan pengalaman dapat dibentuk sesuai kehendaknya. Menurut Locke, orang

tua mempunyai peranan penting dalam mengisi “lembaran kertas” yang bersih

tersebut.85

Sedangkan teori lain yang bertolak belakang dengan pandangan John

Locke di atas dikemukakan oleh seorang filsuf asal Perancis bernama Jean

Jacque Rousseau (1722-1778), bahwa semua orang ketika dilahirkan

mempunyai dasar-dasar moral yang baik. Teori ini dikenal dengan istilah

“noble savage” yang menerangkan segi moral (hal-hal yang berkenaan dengan

baik dan buruk) dengan menitikberatkan pada faktor keturunan sebagai faktor

(48)

yang penting terhadap isi kejiwaan dan gambaran kepribadian seseorang. Dari

kedua teori tersebut dapat ditarik benang merahnya, bahwa pada dasarnya

Referensi

Dokumen terkait