• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Sinyal Akustik untuk Mendeteksi Sumber Noise Menggunakan Metode Beamforming

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengukuran Sinyal Akustik untuk Mendeteksi Sumber Noise Menggunakan Metode Beamforming"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak - Dalam tugas akhir ini, dilakukan sebuah penelitian untuk mendeteksi sumber suara yang diletakkan pada jarak tertentu dari posisi microphone array menggunakan metode beamforming.

Tujuan dari tugas akhir ini adalah mendeteksi lokasi sumber suara di bawah air pada kondisi near-field. Sinyal input yang digunakan merupakan sinyal suara dalam bentuk gelombang spherical yang dipancarkan oleh speaker dan diterima oleh microphone array. Karena letak masing – masing mikrofon berbeda, sehingga tekanan suara yang diterima juga berbeda. Nilai tekanan yang diterima oleh microphone array inilah yang diproses menggunakan metode beamforming untuk menentukan besarnya daya beam dan lokasi sumber suara.

Hasil akhir penelitian ini berupa kontur lokasi sumber suara terhadap microphone array. Dari hasil ini diharapkan mampu dibuat sebuah analisa dalam aplikasi tertentu yang mengimplementasikan deteksi lokasi sumber suara di bawah air.

Kata Kunci : akustik awah air, array mikrofon, beamforming

I PENDAHULUAN

NDONESIA merupakan negara maritim, dengan luas perairan 5.193.000 km2 dan memiliki banyak potensi seperti kekayaan alam bawah air seperti minyak, keanekaragaman hayati dan ikan. Untuk mengetahui keadaan bawah air indonesia diperlukan deteksi kondisi bawah air. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi akustik bawah air. Banyak aspek yang dapat memanfaatkan teknologi bawah air ini, termasuk militer, penelitian oseanografi dan lain - lain. Namun karena penelitian dalam kondisi riil memerlukan biaya cukup besar, sehingga penelitian dilakukan dengan menggunakan simulasi di laboratorium hidrodinamika.

Penelitian ini merupakan salah satu teknologi akustik bawah air dan membahas tentang deteksi lokasi sumber suara berupa speaker di bawah air dalam keadaan near-field dan

far-field menggunakan empat buah sensor hidrofon. Speaker

akan mengeluarkan suara dan suara tersebut diterima oleh

microphone array, sinyal yang diterima oleh array direkam dan diproses menggunakan metode beamforming. Hasil perhitungan menggunakan metode beamforming berupa besar daya beam dan selanjutnya diproses menggunakan matlab untuk menentukan lokasi sumber suara.

II URAIAN PENELITIAN

A. Akustik Bawah Air

Akustik bawah air merupakan teknologi akustik bawah air, dikenal juga sebagai hidro akustik, merupakan suatu teknologi pendeteksian bawah air yang menggunakan suara atau bunyi untuk melakukan pendeteksian. Penelitian tentang akustik bawah laut berawal dari percobaan yang dilakukan oleh Leonardo Da Vinci, percobaan yang dilakukan oleh Da Vinci adalah memasukkan salah satu ujung pipa kedalam air dan ujung lainnya ditempelkan ke telinga, hasilnya dia dapat mendengarkan suara kapal dari jarak yang jauh [1]. Pada perang dunia kedua perkembangan teknologi akustik ini lebih banyak digunakan di bidang maritim. Setelah perang dunia berakhir, teknologi akustik telah berkembang pesat dalam berbagai bidang seperti komunikasi dan perikanan. Karena teknologi ini mampu digunakan untuk mengukur dan menganalisis hampir semua kolom dasar laut. Aplikasi dari deteksi menggunakan teknologi akustik bawah laut antara lain adalah : ekplorasi tambang minyak, deteksi lokasi bangkai kapal, estimasi biota laut, mengukur kontur dasar laut dan lain sebagainya.

Proses untuk mendeteksi keadaan bawah air secara umum adalah speaker memancarkan sinyal suara. Sinyal suara mengenai obyek yang diteliti dan dipantulkan oleh obyek tersebut, sinyal pantulan akan diterima oleh hidrofon. Hasil rekam sinyal yang diterima oleh hidrofon ini digunakan untuk menganalisis hasil pendeteksian. Ilustrasi dari penjelasan ini digambarkan pada Gambar 1.

Gambar. 1. Proses deteksi obyek bawah air.

Pengukuran Sinyal Akustik untuk

Mendeteksi Sumber

Noise

Menggunakan

Metode

Beamforming

Myta Pristanty, Wirawan, Endang Widjiati Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia

Jurusan Teknik Elektro – FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Surabaya – 60111

(2)

B. Kecepatan Suara pada Media Air

Pengukuran kecepatan suara sebenarnya bisa dilakukan menggunakan “velocimeters” dengan tingkat kesalahan hingga 0,1 m/s [4], namun kecepatan suara dapat pula dihitung dengan menggunakan persamaan. Kecepatan suara di media air berkisar antara 1450 sampai 1540 m/s dan dipengaruhi oleh temperatur, salinitas (jumlah garam yang terlarut dalam air), dan kedalaman. Tahun 1975 Medwin menyatakan kecepatan suara yang merambat pada media air sebagai fungsi dalam persamaan berikut :

0,016z 35) -0,01T)(S -(1,34 0,000029T 0,055T -4,6T 1449,36 c 2 3      (1) Dimana :

T = Temperatur dalam derajat celcius [0C]

S = Salinitas [ppt atau part per thousand] Z = kedalaman air [m]

C. Bidang Pengukuran dan Muka Gelombang (wave front)

Penelitian dalam bidang akustik bawah air dilakukan pada empat kondisi, berdasarkan jarak antara sumber suara dengan penerima saat pengukuran sinyal yaitu near-field dan far-field.

Sedangkan kondisi lingkungan pengukuran yaitu free-field

dan reverberant field. Pada kondisi near-field, jarak antara pemancar sinyal dan penerima sinyal dekat, sinyal yang dipancarkan berupa gelombang spherical. Semakin jauh jarak penerima dengan lokasi sumber, maka muka gelombang yang diterima akan semakin planar (Gambar. 2).

D. Microphone Array

Microphone array merupakan rangkaian dari satu set mikrofon yang diposisikan secara spasial. Proses penyaluran suara dengan menggunakan banyak mikrofon yang letaknya berbeda – beda menghasilkan perbedaan tekanan sinyal yang diterima pada setiap mikrofon [5]. Lokasi sumber suara utama dapat ditentukan secara dinamis dengan menganalisis puncak antara saluran mikrofon yang berbeda [6]. Dari proses ini akan didapatkan suara yang nyaring dan jernih bebas dari gangguan. Proses ini menguntungkan pengguna karena mikrofon tidak perlu dibawa kemana-mana (hands-free). Aplikasi microphone array antara lain :

 Sistem untuk pengolahan suara dari ambient noise

 Penentuan lokasi objek dengan suara : acoustic source localization (contoh: dalam militer, robot)

 Ketepatan proses rekaman dari suara yang asli Voice Activity Detector (VAD).

Gambar. 3. Proses sinyal suara pada microphone array

Gambar 3 merupakan ilustrasi rancangan microphone array. Masing – masing sensor mikrofon diletakkan dengan jarak yang berbeda terhadap sumber suara dan menerima suara dari sumber suara yang telah ditentukan, setelah itu sinyal yang diterima akan diproses secara bersamaan. Sinyal hasil rekaman masing – masing mikrofon merupakan sinyal dari sumber yang diteliti ditambah dengan noise, interferensi, gema dan gangguan lainnya. Hasil rekaman ini selanjutnya diproses menggunakan metode beamforming.

E. Beamforming

Beamforming adalah metode umum pengolahan array

untuk mentransmisikan atau menerima sinyal dari suatu arah tertentu. Beberapa aplikasi yang memanfaatkan teknik

beamforming, antara lain radar, sonar, wireless communication, radio astronomy, speech, acoustics, dan

biomedicine

Beamforming beroperasi pada output microphone array

untuk memperkuat sinyal yang datang dari suatu arah tertentu dengan meredam sinyal baik sinyal suara, noise atau

interference dari arah lain. Beamforming bertujuan untuk memperbaiki arah sinyal tanpa harus merubah fisik dari array.

Metode ini mendefinisikan daya beam sebagai berikut,

Power = WHE[PPH]W (2)

W adalah weighting vector, sedangkan P adalah matrix tekanan yang diterima oleh microphone array (pers. 3), E adalah nilai ekspektasi dan H menunjukkan Hermitian.

(3)

i sm jkx i i sm jkr m Be r e A x p sin 1 ) (     (3) Dari pers. 3 dapat dinyatakan bahwa tekanan yang diterima oleh masing – masing mikrofon merupakan hasil jumlah antara sinyal suara langsung dari sumber dengan sinyal yang terpantul atau gema (reverberant sound). A menyatakan amplitudo sinyal langsung (direct sound) dalam domain frekuensi dengan satuan desibel (dB). rsm merupakan jarak

antara sumber dengan masing – masing mikrofon dihitung

dengan cara 2 2

) ( )

(xsxmysym dalam satuan meter, (xs,ys)

merupakan letak sumber suara sebenarnya dalam satuan meter, (xm,ym) adalah letak masing – masing mikrofon juga dalam satuan meter. Bi menyatakan amplitudo sinyal terpantul dengan satuan desibel (dB), i merupakan sudut antara sinyal terpantul yang diterima oleh mikrofon dengan sinyal yang berasal langsung dari sumber. k merupakan jumlah gelombang dengan rumus k/c dalam satuan radian per meter, x merupakan letak masing – masing mikrofon dalam sumbu x. Sedangkan weighting vector dinyatakan dengan rumus sebagai berikut,

( , ), ( , ),..., ( , ),

1 2 1 x y w x y w x y w M mW (4) wm(x,y) adalah c r j sm

e

 / . Ilustrasi dari sumber suara,

microphone array dan sinyal terpantul dapat dilihat pada Gambar 4.

III. SIMULASI DAN PEREKAMAN DATA

Proses penelitian pada tugas akhir ini digambarkan pada Gambar 5. Terdapat tiga data yang dibandingkan pada tahap analisis, yaitu data simulasi, data hasil perekaman data di ruangan B303 dan data hasil perekaman data di Laboratorium Hidrodinamika Indonesia (LHI). Pada saat perekaman data beberapa perangkat keras digunakan dan diatur dengan konfigurasi tertentu. Perangkat keras yang digunakan adalah dua buah notebook, empat buah hidrofon atau mikrofon, speaker dan soundcard external. Konfigurasi microphone array dan speaker saat perekaman suara digambarkan pada Gambar 6.

Gambar. 5. Diagram alir proses penelitian.

Gambar. 5. Diagram alir proses penelitian.

(a) (b)

Gambar. 6. Konfigurasi speaker dan microphonearray pada media udara (a) Konfigurasi 1 (b) Konfigurasi 2

(4)

Gambar. 8. Profil Towing Tank Laboratorium Hidrodinamika Indonesia (LHI)

(a)

(b)

Gambar. 9.Konfigurasi perekaman data pada media air (a) Konfigurasi

hidrophone array (b) Konfigurasi array dan speaker

I. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Simulasi

Simulasi menggunakan parameter – parameter berikut :

Tabel 1. Parametersimulasi

Parameter Simbol Nilai

Jumlah mikrofon m 5

Kecepatan suara c Udara 340 m/s

Air = 1450 m/s Lokasi mikrofon xm,ym

0cm<xm< 10 cm 0cm<xm< 10 cm

Jarak antar mikrofon d 5 cm

Jarak dari sumber ke array rsm 14 cm Lokasi sumber sebenarnya xs,ys (0cm,14cm)

Frekuensi sampling Fs 44.100 Hz

Sudut terpantul i -60

,-30○,0○,30○,60○

Sinyal yang digunakan pada simulasi adalah sinyal shrimp.wav

Gambar 10. Sinyal shrimp.wav

Sedangkan konfigurasi speaker dan microphone array pada simulasi ini adalah.

Gambar.11. Konfigurasi simulasi. Lokasi sumber suara, 0m dan 0,14 m. Jarak antar mikrofon 0,05 m.

Hasil pengolahan sinyal pada simulasi ini berupa kontur distribusi daya beam sebagai berikut

Gambar 12. Kontur Hasil Simulasi Media Udara

Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa sumber suara terdeteksi berada pada koordinat (0,42, 5,0176) atau sumber terletak pada jarak 5,0176 m dari mikrofon 1 yang terletak pada sumbu x = 0,42. Sedangkan lokasi sumber suara sebenarnya terletak pada koordinat (0, 5) atau sumber berjarak

(5)

5 meter dari mikrofon 4. Error yang terjadi sebesar (0,42m, 0,0176m). Error ini terjadi karena amplitudo yang dijadikan masukan rumus memiliki nilai yang sama, dan mikrofon 1 diasumsikan berada dekat dengan dinding sehingga nilai sinyal terpantul atau gema lebih besar dibandingkan sinyal terpantul atau gema pada mikrofon 4. Sedangkan hasil simulasi media air digambarkan pada Gambar 13. Dengan konfigurasi yang sama dengan simulasi media udara, Hasil deteksi lokasi sumber suaranya adalah sebagai berikut,

Gambar 13. Kontur Hasil Simulasi Media Air

Pada Gambar 13 Sumber suara terdeteksi pada koordinat (0,14m, 5,002m) atau sumber suara berjarak 5,002 meter terhadap hidrofon 3 yang terletak pada sumbu x = 0,14. Sedangkan lokasi sumber sebenarnya berjarak 5 meter dari hidrofon 4. Dari hasil simulasi ini terdapat error sebesar (0,14m, 0,002m).

Tabel 2. Daya beam hasilsimulasi Mikrofon Amplitudo

(dB)

Power media udara (dB)

Power media air (dB)

1 28,7950 76,3954 77,1402

2 28,7950 76,4669 77,2687

3 28,7950 76,3932 77,3157

4 28,7950 76,4851 77,3208

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa meskipun dengan konfigurasi yang sama, namun daya yang diterima oleh mikrofon berbeda, daya yang diterima oleh masing – masing mikrofon pada media air lebih besar dibandingkan pada media udara. Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik air seperti salinitas, absorbsi, atenuasi dan temperatur.

B. Hasil Pengolahan Data pada Media Udara di Ruang B303

Gambar. 13 Sinyal hasil rekaman pada media udara

Hasil pengolahan data konfigurasi 1 dan konfigurasi 2 adalah sebagai berikut,

Gambar. 14 Kontur distribusi daya beam konfigurasi 1, sumber terdeteksi pada koordinat (0,14m,5m). Sumber terletak pada jarak 5 meter dari mikrofon 2 yanag berada pada koordinat (0m, 5m)

Gambar. 15 Kontur distribusi daya beam konfigurasi 2. sumber terdeteksi pada koordinat (0m,5,002m). Sumber terletak pada jarak 5,002 meter dari mikrofon 4 yang berada pada koordinat (0m, 5m). Sedangkan letak sumber suara sebenarnya adalah (0,42m, 5m)

Amplitudo yang diterima masing-masing mikrofon dan rata-rata daya beam masing-masing mikrofon pada konfigurasi 1 dan 2 ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3.

Amplitudo yang diterima masing-masing mikrofon dan rata-rata daya beam

hasilpengolahan data pada media udara

Mikrofon Konfigurasi 1 Konfigurasi 2 Amplitudo (dB) Power (dB) Amplitudo (dB) Power (dB) 1 27.6590 72.7497 26.6383 72.4068 2 25.5565 72.7982 27.5330 72.5974 3 27.8033 72.9039 28.2831 72.4194 4 27.7913 72.8384 28.8371 72.6061

Dari tabel di atas pada konfigurasi 1 mikrofon 3 memiliki nilai amplitudo dan power terbesar, hal ini karena mikrofon 3 terletak tegak lurus dengan sumber suara. Namun pada konfigurasi 2, daya beam terbesar ada pada mikrofon 4. Error terjadi karena pada perekaman, mikrofon 4 terletak dekat

(6)

dengan tembok sehingga nilai sinyal terpantulnya lebih besar daripada pada mikrofon 1.

C. Hasil Pengolahan Data pada Media Air di Laboratorium Hidrodinamika Indonesia (LHI)

Pada perekaman data di LHI, speaker terletak sejauh 1 meter dari hydrophone array pada konfigurasi 1. Sedangkan pada konfigurasi 2 speaker terletak sejauh 5 meter dari

hydrophone array. Hasil pengolahan data rekaman pada media air ditunjukkan pada Gambar 15 dan Gambar 16.

Gambar. 15Kontur distribusi daya beam konfigurasi

Gambar. 16Kontur distribusi daya beam konfigurasi 2

Pada Gambar 15 Letak sumber suara sebenarnya adalah (0,21m, 1m). Gambar 4.12 menyatakan bahwa lokasi sumber suara hasil pengolahan data rekaman berada pada jarak satu meter dari hidrofon 1 yang berada pada sumbu x = 0,21. Dan telah menyatakan lokasi sumber yang sebenarnya. Jarak masing – masing hidrofon dengan sumber suara (rsm) adalah (rs1, rs2, rs3, rs4) = (1m, 1,0432m, 1,0432m, 1,0846m), letak masing – masing hidrofon pada sumbu x adalah (x1, x2, x3, x4) = (0,21, 0, 0,42, 0,21). Pada Gambar 16, titik merah merupakan lokasi dari sumber sebenarnya yang telah dideteksi. Pada konfigurasi 1 lokasi sumber yang terdeteksi berada pada (xs, ys) = (0m, 1m). Sedangkan pada konfigurasi 2 sumber terdeteksi pada (xs,ys)= (0,21m, 5m). Hasil deteksi ini sesuai dengan lokasi sumber sebenarnya yaitu berhadapan tegak lurus dengan hidrofon 1. Amplitudo yang diterima masing-masing hidrofon dan rata-rata daya beam masing -masing hidrofon pada konfigurasi 1 dan 2 ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4.

Amplitudo yang diterima masing-masing hidrofon dan rata-rata daya beam

hasilpengolahan data pada media air

Mikrofon Konfigurasi 1 Konfigurasi 2 Amplitudo (dB) Power (dB) Amplitudo (dB) Power (dB) 1 28,0162 88,7088 26,6289 53,0302 2 26,5727 88,6150 24,6004 52,6422 3 25,6477 88,7477 25,2583 52,2720 4 26,5997 88,7337 25,8884 52,6090

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa semakin jauh jarak sumber terhadap array, maka daya beam pada masing-masing array semakin kecil.

V. KESIMPULAN

Dari hasil dan analisa penelitian dapat disimpulkan, bahwa: 1. Dari hasil simulasi, pada Tabel 4.1, dengan nilai masukan

yang sama, amplitudo sebesar 28,7950 dB dan frekuensi sebesar 1 kHz, pada kedua media air dan udara. Menyatakan bahwa nilai daya beam masing – masing kanal pada media air lebih besar dibanding daya beam masing – masing kanal pada media udara, hal ini dipengaruhi oleh karakteristik air seperti salinitas, atenuasi, absorbsi dan temperatur.

2. Dari hasil pengolahan data perekaman di media udara, didapatkan perbedaan amplitudo sinyal pada masing – masing mikrofon menunjukkan perbedaan tekanan yang diterima oleh array dari sumber suara.

3. Dari hasil pengolahan data perekaman di media air, pada konfigurasi 1, speaker terletak pada jarak 1 meter dari hydrophone array dan pada konfigurasi 2, speaker terletak dengan jarak 5 meter dari hydrophone array. Nilai daya beam pada konfigurasi 1 lebih besar dibandingkan dengan nilai daya beam pada konfigurasi 2. Hal ini menyatakan bahwa daya beam dari suatu sinyal berbanding terbalik dengan jarak pancaran sinyal.

DAFTARPUSTAKA

[1] Lab for Amateur Sonar Technology [http://traktoria.org/files/sonar/ Undewater_Acoustics_shortssummary. pdf] diakses pada 30 Mei 2013 [2] Manik, Henry M dan Ma’mun, Asep, “Rancang Bangun Sistem

Informasi Data Hidroakustik Berbasis Web”, SNATI 2009, Yogyakarta [3] Arnaya, I.N., “Dasar-Dasar Akustik. Diktat Kuliah Studi Ilmu dan

Teknologi Kelautan”. Institut Pertanian Bogor. 1991

[4] Clay, C.S., dan H. Medwin. 1998. Accoustical Oceanoghraphy: Principles and Aplications. A Willey-Interscience Publication. John Wiley and Sons. New York.

[5] Moses L. Randolph and Potter C. Lee. An Acoustic Array for Undergraduate Instruction. Columbus :Department of Electrical Engineering The Ohio State University.

[6] McCowan, Iain, “A Microphone Array Tutorial”, Australia, 2004 [7] J. W. Choi dan Y. H. Kim, “Spherical Beamforming and MUSIC

Method for Estimation of Location and Strength of Spherical Sound Sources”, Mechanical Systems and Signal Processing, 9(5), 569-588 (1995)

Gambar

Gambar  3  merupakan  ilustrasi  rancangan  microphone
Tabel 1.  Parameter simulasi
Gambar 13. Kontur Hasil Simulasi Media Air

Referensi

Dokumen terkait