55
di Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso
Ridwan Bempah
adibento34@yahoo.co.id
(Mahasiswa Program Studi Magister Pembangunan Wilayah Pedesaan Pascasarjana Universitas Tadulako)
Abstract
Village Fund Allocation (ADD) not yet optimal push the make-up of earnings of impecunious resident, so that affect progress of rural economics in Village of Lanto Jaya, Village of Bega, and Village of Toini, Sub-District of Poso Pesisir, Sub-Province of Poso. This Research aim to to analisys the condition of Inhabitant Poor Income Village of Lanto Jaya, Village of Bega, and Village of Toini, Sub-District of Poso Pesisir, Sub-Province of Poso with existence of Village Fund Allocation program in the form of Minimal Village Fund Allocation program (ADDM) and Proportional Village Fund Allocation (ADDP). Analysing the condition of economic in Village of Lanto Jaya, Village of Bega, and Village of Toini Sub-District of Poso Pesisir, Sub-Province of Poso with existence of Village Fund Allocation program in the form of Minimal Village Fund Allocation program and Proportional Village Fund Allocation. By using descriptive statistical analysis, and method of likert, obtained by result of research indicating that inhabitant of poor comments in three village is agreing to Village Fund Allocation program in the form Minimal Village Fund Allocation program and Proportional Village Fund Allocation in pushing the make-up of its income. This comments agree with score mean is overall of comments equal to 3,68 in Village of Lanto Jaya; in Village of Bega equal to 3,55; and Village of Toini equal to 3,18. impecunious resident comments in three village to progress of rural economics with existence of Village Fund Allocation program in the form of; Minimal Village Fund Allocation program and Proportional Village Fund Allocation obtained by comments agree posed at by score mean is overall of comments in Village of Lanto Jaya equal to 3,89; in Village of Bega equal to 5,00. Inhabitant of poor comments in Village of Toini equal to 1,69 which burden disagree with statement related to progress of economics of village with existence of Village Fund Allocation program.
Keywords: Village Fund Allocation, Inhabitant Poor Income.
Pembangunan di daerah pedesaan saat ini telah menjadi prioritas sebagai upaya
dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan yang mengarah pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat,
dibutuhkan sejumlah anggaran yang berasal dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Penekanan pembangunan di daerah pedesaan dimaksudkan untuk mempercepat pencapaian tujuan pembangunan (Kuncoro, 2006: 523).
Pembangunan di daerah pedesaan
memiliki perbedaan antara satu daerah dengan daerah lainnya. Bagi daerah yang memiliki
sumberdaya yang melimpah, maka
pembangunanannya cenderung baik
dibandingkan dengan daerah yang memiliki
sumberdaya terbatas. Disamping itu,
perbedaan peraturan yang diterbitkan oleh masing-masing daerah yang menjadi dasar
pelaksanaan pembangunan juga dapat
menyebabkan perbedaan dalam pelaksanaan pembangunan. Pelaksanaan pembangunan di
daerah pedesaan secara teknis sangat
tergantung pada peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah masing-masing daerah untuk kepentingannya sendiri, sehingga menjadi dasar dalam proses penyusunan sampai pada pelaksanaan pembangunan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional (Kuncoro, 2006: 530).
Dalam rangka menunjang kegiatan
pembangunan daerah, khususnya di
Kabupaten Poso, telah dilakukan berbagai
bentuk penganggaran berupa Bantuan
Anggaran Desa (BANGDES), dan dalam bentuk dana ganjaran yang diperuntukan bagi desa yang pengelolaannya diserahkan kepada kepala desa. Sejak Tahun 2012, pemerintah Kabupaten Poso menganggarkan total Alokasi
Dana Kabupaten sejumlah Rp.
15.599.990.000,00. Dari sejumlah dana
tersebut, sekitar 60% dilakokasikan sebagai Alokasi Dana Desa Minimal (ADDM) dan sebesar 40% sebagai Alokasi Dana Desa Proporsional (ADDP).
Penetapan pembagian Alokasi Dana Desa di Kabupaten Poso untuk 133 desa didasarkan pada bobot indikator, yaitu kemiskinan 0,40; keterjangkauan 0,10; luas wilayah 0,20; serta jumlah penduduk 0,30; yang selanjutnya bobot untuk setiap indikator dijumlah sehingga mencapai angka bobot 100 (Lampiran Keputusan Bupati Poso, 2012).
Peraturan Daerah Nomor 27 tahun 2008 tentang Alokasi Dana Desa diharapkan dapat
mempercepat pencapaian tujuan
pembangunan pada setiap desa di Kabupaten Poso. Penggunaan dana yang dialokasikan untuk setiap desa di Kabupaten Poso
ditujukan untuk pembangunan segala
infrastruktur yang dianggap dapat mendorong perekonomian pedesaan.
Kondisi kemiskinan, keterjangkauan, luas wilayah, dan jumlah penduduk menjadi dasar pelaksanaan program Alokasi Dana Desa yang disalurkan dalam bentuk Alokasi Dana Desa Minimal dan Alokasi Dana Desa Proporsional. Program Alokasi Dana Desa telah dilaksanakan sejak Tahun 2007, dan di Tahun 2012 masih dilanjutkan. Alokasi Dana Desa Minimal sama jumlahnya untuk setiap desa. Perbedaannya hanyalah pada besarnya jumlah Alokasi Dana Desa Proporsional, sehingga menyebabkan jumlah Alokasi Dana
Desa untuk setiap desa berbeda-beda
(Lampiran Keputusan Bupati Poso, 2012).
Tabel 1. Jumlah Alokasi Dana Desa di Desa Lanto Jaya, Desa Bega, dan Desa Toini, Tahun 2012
No. Desa ADDM ADDP
1. Lanto Jaya 70.375.895 43.716.083
2. Bega 70.375.895 31.202.696
3. Toini 70.375.895 50.854.623
Sumber: Keputusan Bupati Poso Nomor 188/0652/2012
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penelitian ini difokuskan pada respon masyarakat, khususnya penduduk miskin terhadap program Alokasi Dana Desa.
Permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi pendapatan penduduk miskin di Desa Lantojaya, Desa Bega, dan Desa Toini, Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso dengan adanya program Alokasi Dana Desa dalam bentuk Alokasi Dana Desa Minimal dan Alokasi Dana Desa Proporsional.
2. Bagaimana kondisi perekonomian di Desa Lanto Jaya, Desa Bega, dan Desa Toini, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso dengan adanya Program Alokasi Dana Desa dalam bentuk Alokasi Dana Desa
Minimal dan Alokasi Dana Desa
Proporsional. METODE
Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif. Sugiyono (2009: 11) menyebutkan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel minimal, baik satu
variabel atau lebih tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.
Populasi pada penelitian ini adalah jumlah keluarga miskin yang terdapat pada Desa Lanto Jaya, Desa Bega, dan Desa Toini sebanyak 269 Kepala Keluarga (KK).
Keluarga miskin di Desa Lanto Jaya sebanyak 123 kepala keluarga. Di Desa Bega sebanyak 21 kepala keluarga. Di Desa Toini sebanyak 125 kepala keluarga. Jumlah sampel yang dianggap dapat mewakili populasi penelitian, didasarkan atas pendapat Slovin, sehingga diperoleh ukuran sampel pada setiap desa yaitu:
Tabel 2. Perhitungan Jumlah Sampel Penelitian
Responden Jumlah Keluarga Miskin Perhitungan Sampel Jumlah Sampel
Desa Lanto Jaya 123 (73 / 269) x 123 33
Desa Bega 21 (73 / 269) x 21 6
Desa Toini 125 (73 / 269) x 125 34
Total 73
Sumber: Lampiran Keputusan Bupati Poso, Nomor 188.45/0652/2012 (data diolah kembali).
Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini dengan menggunakan teknik sampel insidental, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti
dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2009: 122).
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari analisis deskriptif
dan Metode Likert. Sesuai dengan
permasalahan yang telah dikemukakan
sebelumnya bahwa penulis menggunakan analisis statistik deskriptif untuk memberikan gambaran tanggapan responden mengenai
pengelolaan dan pemanfaatan program
Alokasi Dana Desa Minimal, serta Alokasi Dana Desa Proporsional di Desa Lanto Jaya, Desa Bega, dan Desa Toini Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso.
Analisis terhadap tanggapan responden berdasarkan pertanyaan penelitian, didukung oleh metode likert. Pembagian bagaimana tanggapan responden penelitian terhadap
sejumlah pernyataan dalam kuisioner
penelitian sebagai berikut: 1. Tanggapan sangat setuju (SS) 2. Tanggapan setuju (S)
3. Tanggapan ragu-ragu (RR) 4. Tanggapan tidak setuju (TS)
5. Tanggapan sangat tidak setuju (STS) Sugiyono (2009: 107), menyebutkan
bahwa alasan menggunakan skala likert
karena skala tersebut dapat membedakan subjek yang diamati berdasarkan perbedaan derajat ciri ordinal yang mereka miliki secara khas terwujud dalam gejala kesikapan. Pada skala likert, penilaian tentang intensitas tanggapan responden terhadap variabel-variabel penelitian berdasarkan deviasi normal, yaitu cara memberi bobot tertinggi bagi jawaban yang favorable dan memberikan bobot terendah bagi jawaban yang tidak favorable. Selanjutnya dikatakan bahwa
data-data yang diperoleh dari pengukuran
instrumen sikap dengan skala likert adalah data interval.
Likert (Azwar, 1997: 139),
menyebutkan bahwa penentuan skala model likert dilakukan dengan menggunakan deviasi normal yang bergerak dari angka 1 (satu) sampai 5 (lima). Berdasarkan skala likert,
maka dilakukan pembagian bagaimana
tanggapan responden penelitian terhadap sejumlah pernyataan yang termuat dalam
kuisioner penelitian. Adapun pilihan
tanggapan yang disediakan diberi pilihan dengan bobot sebagai berikut:
1. Tanggapan sangat setuju diberi bobot 5 2. Tanggapan setuju diberi bobot 4
4. Tanggapan tidak setuju diberi bobot 2 5. Tanggapan sangat tidak setuju diberi bobot
1
Metode analisis likert menggunakan prosedur penskalaan terhadap perbedaan
tanggapan responden penelitian, dan
selanjutnya akan dilakukan tabulasi, serta selanjutnya dilakukan perhitungan untuk nilai rata-rata skor pernyataan berdasarkan kategori responden dengan menggunakan formulasi:
Y = n fy
Keterangan: Y = Rata-rata skor pernyataan f = Frekuensi pemilihsetiap kategori responden
n = Banyaknya subyek
dalam suatu kelompok
Sugiyono (2009: 135), menyebutkan bahwa perhitungan skor rata-rata pernyataan
selanjutnya disusun secara kontinum.
Berdasarkan pendapat ini, maka skor rata-rata tanggapan terhadap pernyataan pada masing-masing daerah penelitian disusun secara kontinum dalam bentuk sebagai berikut.
STS TS RG ST SS
LT 33 66 99 115,5 132 165
BG 6 12 18 21 24 30
TN 34 68 102 119 136 170
Grafik 1. Skor Rata-Rata Pernyataan Secara Kontinum Keterangan:
LT : Desa Lanto Jaya BG : Desa Bega TN : Desa Toini
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item terhadap tanggapan responden atas pernyataan pada kuisioner penelitian untuk responden di Desa Lano Jaya (5 x 33 = 165) jika seandainya semua menjawab SS dan sebesar 33 jika semua menjawab STS, demikian pula untuk desa-desa yang lain. Jumlah skor yang diperoleh untuk Desa Lanto
Jaya sebesar 115,5 (diperoleh dari
penjumlahan angka 99 dan 33/2), yang berada pada daerah setuju. Jumlah skor untuk Desa Bega sebesar 21 (diperoleh dari penjumlahan angka 18 dan 6/2). Jumlah skor untuk Desa
Toini sebesar 119 (diperoleh dari
penjumlahan angka 34 dan 102/2), Dengan demikian, skor sebesar 115,5; 21; dan 119
memberikan sebuah kesimpulan bahwa
tanggapan responden setuju terhadap
pernyataan yang dimaksudkan dalam
kuisioner. Agar tanggapan pada
masing-masing desa penelitian dapat ditarik
kesimpulan secara terpisah, maka dilakukan
penentuan berdasarkan jumlah responden penelitian pada masing-masing desa dengan menggunakan cara yang sama.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tingkatan Umur dan Tingkat Pendidikan Responden Penelitian
Responden penelitian yang terdapat pada tiga desa didominasi oleh penduduk miskin yang berusia di atas 50 tahun. Tingkat pendidikan responden penelitian di tiga desa bervariasi. Di Desa Lanto Jaya tingkat pendidikan penduduk miskin lebih banyak berada pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD). Di Desa Bega juga didominasi oleh pendidikan lebih banyak berada pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar. Berbeda dengan tingkat pendidikan penduduk di Desa Toini yang lebih banyak memiliki pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama/Sederajat dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas/Sederajat.
Alokasi Dana Desa Minimal dan Alokasi Dana Desa Proporsional di Desa Lanto Jaya, Desa Bega, dan Desa Toini
Alokasi Dana Desa Minimal yang dibagikan kepada Desa Lanto Jaya, Desa Bega, dan Desa Toini besarannya adalah sama, yaitu Rp. 70.375.895,00. Jumlah Alokasi Dana Desa Minimal yang besarannya sama disebabkan oleh bobot indikator untuk masing-masing desa sama yaitu; kemiskinan 0,40; keterjangkauan 0,10; luas wilayah 0,20; serta jumlah penduduk 0,30; yang selanjutnya bobot untuk setiap indikator dijumlah
sehingga mencapai angka bobot 100
(Lampiran Keputusan Bupati Poso, 2012). Besarnya Alokasi Dana Desa Minimal yang diperuntukan bagi ketiga desa masing-masing sebesar Rp. 70.375.895 (Keputusan Bupati Poso Nomor 188.45/0652/2012). Perbedaan pembagian Alokasi Dana Desa Proporsional untuk setiap desa disebabkan oleh perbedaan jumlah keluarga miskin, keterjangkauan, luas wilayah, serta jumlah penduduk. Perbedaan jumlah dari setiap indikator inilah yang dijadikan dasar dalam melakukan perhitungan berapa besar jumlah Alokasi Dana Desa Proporsional yang dapat diterima untuk
masing-masing desa berdasarkan asas
keadilan. Besarnya Alokasi Dana Desa Proporsional untuk Desa Lanto Jaya Rp.
43.716.083. Desa Bega sebesar Rp.
16.471.902. Desa Toini sebesar Rp. 50.854.623 (Keputusan Bupati Poso
Nomor 188.45/0652/2012).
Pendapatan Responden Penelitian di Desa Lanto Jaya, Desa Bega, dan Desa Toini (Y)
Rata-rata pendapatan rumah tangga miskin di Desa Lanto Jaya Rp. 386.364,00. Pendapatan rumah tangga miskin tertinggi sebesar Rp. 600.000,00. Pendapatan rumah
tangga miskin terendah sebesar Rp.
200.000,00. Pendapatan rumah tangga miskin di Desa Lanto Jaya yang diperoleh perbulan tidak menentu, sebagai akibat dari pekerjaan yang mereka lakukan terkadang belum tentu memberikan hasil yang dapat memenuhi kebutuhan apalagi untuk ditabung.
Rata-rata pendapatan rumah tangga miskin di Desa Bega Rp. 925.000,00. Pendapatan rumah tangga miskin tertinggi sebesar Rp. 1.700.000,00. Pendapatan rumah tangga miskin terendah Rp. 400.000,00. Masyarakat di Desa Bega yang tergolong sebagai rumah tangga miskin terkadang dapat
memperoleh penghasilan tertinggi Rp.
1.700.000,00. Hanya saja tingginya
pendapatan yang terkadang diperoleh tidak
dapat dipertahankan, sebab besarnya
pendapatan yang diperoleh tergantung dari jenis dan harga dari komoditas yang dapat dihasilkan.
Tanggapan Masyarakat di Desa Lanto Jaya terhadap Program Alokasi Dana Desa
Tanggapan masyarakat di Desa Lanto Jaya terhadap program Alokasi Dana Desa pada keseluruhan item pernyataan pada kuisioner penelitian, dijabarkan berdasarkan persentase dan skor untuk setiap tanggapan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Tanggapan Masyarakat di Desa Lanto Jaya terhadap Program Alokasi Dana Desa yang diberikan dalam bentuk Alokasi Dana Desa Minimal dan Alokasi Dana Desa
Proporsional
No.
Skor Tanggapan Terhadap Setiap Pertanyaan
Σ Skor
Ø Skor *****
Skor **** Skor *** Skor ** Skor * Skor 5 % 4 % 3 % 2 % 1 % 1. 31 93.94 155 2 6.06 8 0 0.00 0 0 0.00 0 0 0.00 0 163 4.94 2. 26 78.79 130 7 21.21 28 0 0.00 0 0 0.00 0 0 0.00 0 158 4.79 3. 25 75.76 125 8 24.24 32 0 0.00 0 0 0.00 0 0 0.00 0 157 4.76 4. 0 0.00 0 0 0.00 0 0 0.00 0 33 100.00 66 0 0.00 0 66 2.00 5. 0 0.00 0 33 100.00 132 0 0.00 0 0 0.00 0 0 0.00 0 132 4.00 6. 0 0.00 0 33 100.00 132 0 0.00 0 0 0.00 0 0 0.00 0 132 4.00 7. 5 15.15 25 28 84.85 112 0 0.00 0 0 0.00 0 0 0.00 0 137 4.15 8. 6 18.18 30 27 81.82 108 0 0.00 0 0 0.00 0 0 0.00 0 138 4.18 9. 0 0.00 0 0 0.00 0 0 0.00 0 33 100.00 66 0 0.00 0 66 2.00 10. 0 0.00 0 0 0.00 0 1 3.03 3 32 96.97 64 0 0.00 0 67 2.03
Sumber: Kuesioner Penelitian (Data Diolah Kembali), 2012 Keterangan:
***** = Sangat Setuju (5)
**** = Setuju (4)
*** = Ragu-Ragu (3)
** = Tidak Setuju (2)
* = Sangat Tidak Setuju (1)
Σ = Jumlah
Ø : Rata-Rata
Seluruh tanggapan yang diberikan oleh responden penelitian yang ada di Desa Lanto Jaya terhadap program Alokasi Dana Desa adalah besarnya rata-rata skor seluruh
pernyataan sebesar 3,68 yang berarti
tanggapan responden berada pada posisi setuju.
Tanggapan Masyarakat di Desa Bega terhadap Program Alokasi Dana Desa
Tanggapan masyarakat di Desa Bega terhadap program Alokasi Dana Desa pada keseluruhan item pernyataan pada kuisioner penelitian, dijabarkan berdasarkan persentase dan skor untuk setiap tanggapan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Tanggapan Tanggapan Masyarakat di Desa Bega terhadap Program Alokasi Dana Desa yang diberikan dalam bentuk Alokasi Dana Desa Minimal dan Alokasi Dana Desa
Proporsional
No.
Skor Tanggapan Terhadap Setiap Pertanyaan
Σ Skor Ø Skor ***** Skor **** Skor *** Skor ** Skor * Skor 5 % 4 % 3 % 2 % 1 % 1. 0 0.00 0 6 100.00 24 0 0.00 0 0 0.00 0 0 0.00 0 24 4.00 2. 0 0.00 0 3 50.00 12 3 50.00 9 0 0.00 0 0 0.00 0 21 3.50 3. 1 16.67 5 5 83.33 20 0 0.00 0 0 0.00 0 0 0.00 0 25 4.17 4. 0 0.00 0 3 50.00 12 3 50.00 9 0 0.00 0 0 0.00 0 21 3.50 5. 0 0.00 0 3 50.00 12 3 50.00 9 0 0.00 0 0 0.00 0 21 3.50 6. 0 0.00 0 2 33.33 8 4 66.67 12 0 0.00 0 0 0.00 0 20 3.33 7. 1 16.67 5 2 33.33 8 3 50.00 9 0 0.00 0 0 0.00 0 22 3.67 8. 1 16.67 5 4 66.67 16 0 0.00 0 1 16.67 2 0 0.00 0 23 3.83 9. 0 0.00 0 1 16.67 4 1 16.67 3 4 66.67 8 0 0.00 0 15 2.50 10. 0 0.00 0 4 66.67 16 1 16.67 3 1 16.67 2 0 0.00 0 21 3.50
Sumber: Kuesioner Penelitian (Data Diolah Kembali), 2012 Keterangan:
***** = Sangat Setuju (5)
**** = Setuju (4)
*** = Ragu-Ragu (3)
** = Tidak Setuju (2)
* = Sangat Tidak Setuju (1)
Σ = Jumlah
Kesimpulan yang diperoleh bahwa tanggapan responden penelitian di Desa Bega terhadap program Alokasi Dana Desa dengan rata-rata skor seluruh tanggapan sebesar 3,55, yang memberikan arti bahwa posisi tanggapan berada pada tanggapan setuju.
Tanggapan Masyarakat di Desa Toini terhadap Program Alokasi Dana Desa
Tanggapan masyarakat di Desa Toini terhadap program Alokasi Dana Desa pada keseluruhan item pernyataan pada kuisioner penelitian, dijabarkan berdasarkan persentase dan skor untuk setiap tanggapan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Tanggapan Tanggapan Masyarakat di Desa Toini terhadap Program Alokasi Dana Desa yang diberikan dalam bentuk Alokasi Dana Desa Minimal dan Alokasi Dana Desa
Proporsional
No.
Skor Tanggapan Terhadap Setiap Pertanyaan
Σ Skor Ø Skor ***** Skor **** Skor *** Skor ** Skor * Skor 5 % 4 % 3 % 2 % 1 % 1. 2 5.88 10 22 64.71 88 7 20.59 21 2 5.88 4 1 2.94 1 124 3.65 2. 4 11.76 20 15 44.12 60 12 35.29 36 3 8.82 6 0 0.00 0 122 3.59 3. 9 26.47 45 12 35.29 48 10 29.41 30 3 8.82 6 0 0.00 0 129 3.79 4. 0 0.00 0 11 32.35 44 13 38.24 39 10 29.41 20 0 0.00 0 103 3.03 5. 0 0.00 0 9 26.47 36 12 35.29 36 13 38.24 26 0 0.00 0 98 2.88 6. 0 0.00 0 10 29.41 40 15 44.12 45 9 26.47 18 0 0.00 0 103 3.03 7. 4 11.76 20 18 52.94 72 5 14.71 15 7 20.59 14 0 0.00 0 121 3.56 8. 0 0.00 0 20 58.82 80 5 14.71 15 9 26.47 18 0 0.00 0 113 3.32 9. 1 2.94 5 6 17.65 24 4 11.76 12 7 20.59 14 16 47.06 16 71 2.09 10. 1 2.94 5 6 17.65 24 15 44.12 45 12 35.29 24 0 0.00 0 98 2.88
Sumber: Kuesioner Penelitian (Data Diolah Kembali), 2012 Keterangan:
***** = Sangat Setuju (5)
**** = Setuju (4)
*** = Ragu-Ragu (3)
** = Tidak Setuju (2)
* = Sangat Tidak Setuju (1)
Σ = Jumlah
Ø : Rata-Rata
Tanggapan yang diberikan oleh 34 orang penduduk miskin di Desa Toini sebagai
responden penelitian terhadap program
Alokasi Dana Desa dengan rata-rata skor
seluruh pernyataan sebesar 3,18 yang
memberikan arti bahwa tanggapan responden berada pada posisi tanggapan setuju.
Tangapan Masyarakat di Desa Lanto Jaya, Desa Bega, dan Desa Toini terhadap Kemajuan Perekonomian Pedesaan
dengan adanya Program Percepatan
Pembangunan melalui Program Alokasi Dana Desa
Kemajuan perekonomian pedesaan
menunjukkan adanya peningkatan kondisi
ekonominya yang berhubungan dengan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Tanggapan masyarakat di tiga desa terhadap kemajuan
perekonomian dengan adanya program
percepatan pembangunan melalui Program Alokasi Dana Desa dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Tangapan Penduduk Miskin di Desa Lanto Jaya, Desa Bega, dan Desa Toini terhadap Kemajuan Perekonomian melalui Program Alokasi Dana Desa dalam Bentuk
Alokasi Dana Desa Minimal dan Alokasi Dana Desa Proporsional
No.
Skor Tanggapan Terhadap Setiap Pertanyaan di Desa Lanto Jaya
Σ Skor
Ø Skor *****
Skor **** Skor *** Skor ** Skor * Skor 5 % 4 % 3 % 2 % 1 % 1. 33 100.00 165 - - - - - - - - - - - - 165 5.00 2. 17 51.52 85 16 48.48 64 - - - - - - - - - 149 4.52 3. - - - 33 100.00 132 - - - - - - - - - 132 4.00 4. - - - 1 3.03 4 - - - 32 96.97 64 - - - 68 2.06 No.
Skor Tanggapan Terhadap Setiap Pertanyaan di Desa Bega
Σ Skor
Ø Skor *****
Skor **** Skor *** Skor ** Skor * Skor 5 % 4 % 3 % 2 % 1 % 1. - - - 3 50.00 12 2 33.33 6 1 16.67 2 - - - 20 3.33 2. 3 50.00 15 3 50.00 12 2 33.33 6 - - - - - - 33 5.50 3. 3 50.00 15 3 50.00 12 2 33.33 6 - - - - - - 33 5.50 4. 4 66.67 20 2 33.33 8 2 33.33 6 - - - - - - 34 5.67 No.
Skor Tanggapan Terhadap Setiap Pertanyaan di Desa Toini
Σ Skor
Ø Skor *****
Skor **** Skor *** Skor ** Skor * Skor 5 % 4 % 3 % 2 % 1 %
1. - - - 1 2.94 4 9 26.47 27 1 2.94 2 - - - 33 0.97 2. 2 5.88 10 - - - 7 20.59 21 - - - 31 0.91 3. 2 5.88 10 6 17.65 24 10 29.41 30 6 17.65 12 - - - 76 2.24 4. 15 44.12 75 1 2.94 4 3 8.82 9 1 2.94 2 - - - 90 2.65
Sumber: Kuesioner Penelitian (Data Diolah Kembali), 2012 Keterangan:
***** = Sangat Setuju (5)
**** = Setuju (4)
*** = Ragu-Ragu (3)
** = Tidak Setuju (2)
* = Sangat Tidak Setuju (1)
Σ = Jumlah
Ø : Rata-Rata
Skor rata-rata keseluruhan tanggapan
atas pernyataan mengenai kemajuan
perekonomian pedesaan di tiga desa
penelitian, menunjukkan bahwa di Desa Lanto Jaya sebesar 3,89, artinya tanggapan penduduk miskin di Desa Lanto Jaya berada pada tanggapan setuju. Pada Desa Bega
sebesar 5,00, artinya tanggapan yang
diberikan penduduk miskin di Desa Bega berada pada tanggapan sangat setuju terhadap
seluruh pernyataan mengenai kemajuan
perekonomian pedesaan. Kondisi yang
berbeda ditemukan pada tanggapan yang diberikan oleh penduduk miskin di Desa Toini yang berada pada tanggapan tidak
setuju dengan skor rata-rata seluruh
pernyataan sebesar 1,69.
Analisis Tanggapan Penduduk Miskin di Desa Lanto Jaya, Desa Bega, dan Desa Toini terhadap Program Alokasi Dana Desa dalam Meningkatkan Pendapatannya
Alokasi Dana Desa adalah dana yang diberikan kepada desa yang berasal dari dana perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota. Pemberian Alokasi Dana Desa dalam bentuk Alokasi Dana Desa Minimal yang diartikan sebagai dana minimal yang diterima oleh masing-masing desa dan dibagikan dengan jumlah yang sama menurut asas merata. Program Alokasi Dana Desa Minimal merupakan sebuah kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah Kabupaten Poso untuk
mendorong percepatan kemajuan
perekonomian pedesaan. Kebijakan Alokasi Dana Desa dalam bentuk Alokasi Dana Desa Minimal merupakan bagian dari kebijakan
anggaran yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah.
Tanggapan responden terhadap
pengaruh program Alokasi Dana Desa dalam bentuk Alokasi dana Desa Minimal terhadap perekonomian pedesaan, menunjukkan bahwa
tanggapan penduduk miskin setuju dengan pernyataan pada kuesioner penelitian yang menyatakan bahwa program Alokasi Dana Desa dalam bentuk Alokasi dana Desa Minimal dan Alokasi dana Desa Proporsional dalam rangka meningkatkan pendapatannya pada Desa Lantojaya, Desa Bega, dan Desa Toini di Kecematan Poso Pesisir, Kabupaten Poso.
Penelitian ini memberikan hasil bahwa tanggapan responden mengenai program
Alokasi dana Desa Minimal dapat
meningkatkan perekonomian pedesaan yang
diukur melalui peningkatan pendapatan
masyarakat miskin yang ada di Desa Lanto
Jaya, Desa Bega, dan Desa Toini.
Peningkatan pendapatan masyarakat miskin juga sangat tergantung pada fungsi yang membentuk pendapatan masyarakat miskin,
dan bukan hanya bersumber dari
pembangunan fasilitas yang dibiayai oleh program Alokasi Dana Desa Minimal, tetapi lebih dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain; jenis komoditas yang dihasilkan oleh masyarakat di Desa Lanto Jaya, Desa Bega, dan Desa Toini, harga komoditas yang dihasilkan, jumlah lapangan pekerjaan yang menjanjikan kesejahteraan, serta pola pikir masyarakat. Untuk percepatan kemajuan perekonomian pedesaan maka pemerintah Kabupaten Poso mengeluarkan program Alokasi Dana Desa yang di bagi menjadi Alokasi Dana Desa Minimal dan Alokasi Dana Desa Proporsional.
Alokasi Dana Desa Proporsional yang diterima suatu desa ditentukan berdasarkan
perkalian antara dana variabel yang
ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dengan porsi desa yang bersangkutan menurut asas keadilan. Adapun jumlah dari Alokasi. Program Alokasi Dana Desa Proporsional yang didasarkan pada kondisi setiap desa, diharapkan mampu memberikan perubahan yang positif terhadap pembangunan desa pada berbagai aspek, khususnya pada bidang ekonomi. Seperti halnya program Alokasi Dana Desa Minimal,
Program Alokasi Dana Desa Proporsional juga merupakan bagian dari kebijakan fiskal yang bersumber dari Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) yang selanjutnya diturunkan pada msing-masing daerah yang dirumuskan dalam Rencana
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(RAPBD).
Tanggapan responden penelitian
mengenai pengaruh program Alokasi Dana Desa Proporsional terhadap perekonomian pedesaan berada pada tanggapan setuju. Tanggapan setuju ini memberikan arti bahwa program Alokasi Dana Desa Proporsional menurut tanggapan responden memberikan pengaruh terhadap perekonomian pedesaan di tiga desa penelitian, walaupun Program Alokasi Dana Desa Proporsional tidak
langsung berpengaruh tetapi dapat
memberikan manfaat yang dapat dirasakan oleh penduduk miskin di tiga desa penelitian.
Kemajuan perekonomian pedesaan
sangat membutuhkan peranan pemerintah, sehingga secara khusus dengan adanya program Alokasi Dana Desa dalam bentuk Alokasi Dana Desa Proporsional dapat memacu kreativitas masyarakat yang terdapat ditiga desa sebagai lokasi penelitian untuk melakukan aktivitas ekonomi yang dapat menghasilkan komoditas yang mampu diserap
oleh pasar, sehingga akan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat. Jika program Alokasi dana Desa dalam bentuk Alokasi Dana Desa Proporsional tidak
langsung meningkatkan pendapatan
masyarakat miskin lebih disebabkan oleh
faktor seperti; jenis komoditas yang
dihasilkan oleh masyarakat di Desa Lanto Jaya, Desa Bega, dan Desa Toini, harga komoditas, jumlah lapangan pekerjaan, serta pola pikir masyarakat. Faktor-faktor penyebab inilah yang jarang dikaji dan dipertimbangkan ketika menentukan kebijakan bagi percepatan kamajuan perekonomian pedesaan, padahal di
daerah pedesaan informasi mengenai
perubahan harga komoditas sangat sulit diperoleh petani, sehingga menjadikan posisi
petani hanya sebagai penerima harga tanpa dapat melakukan berbagai pilihan dalam menentukan tujuan penjualan komoditasnya yang dapat memberikan keuntungan demi peningkatan pendapatan mereka.
Jika di daerah pedesaan program Alokasi dana Desa belum dapat meningkatkan pendapatan masyarakat miskin, sebagaimana yang ditemukan oleh Arifin (2006), yang
menyatakan bahwa upaya-upaya yang
dilakukan pemerintah daerah dalam
meningkatkan pendapatan masyarakat belum memberikan hasil yang optimal. Harianto dan Adi (2007), juga memberikan pernyataan dari hasil penelitiannya yaitu kontribusi dari Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal masih kurang efektif akibatnya pembangunan yang terjadi di daerah kurang merata. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wirasakti (2008), yang menunjukkan bahwa pencapaian tujuan Alokasi Dana Desa belum optimal. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi Alokasi Dana Desa, yaitu; komunikasi, kemampuan sumberdaya, sikap pelaksana, struktur birokasi, lingkungan, serta ukuran dan tujuan kebijakan.
Analisis Tanggapan Penduduk Miskin di Desa Lanto Jaya, Desa Bega, dan Desa Toini terhadap Kemajuan Perekonomian melalui Program Alokasi Dana Desa dalam Bentuk Alokasi Dana Desa Minimal dan Alokasi Dana Desa Proporsional
Perekonomian pedesaan semakin
membaik sebagai akibat dari adanya program
Alokasi Dana Desa. Pencapaian
perekonomian yang semakin membaik di tiga desa penelitian diharapkan oleh masyarakat, yang sejalan dengan keberadaan program Alokasi Dana Desa, yaitu; memberikan keleluasaan bagi desa dalam mengelola persoalan pemerintahan, pembangunan serta sosial kemasyarakatan desa; mendorong terciptanya demokrasi desa.
Kemajuan perekonomian pedesaan
harus dikembangkan agar dapat
meningkatkan kesejahteraan ekonomi
masyarakat secara merata. Dengan adanya tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara merata, secara khusus sesuai dengan keberadaan program
Alokasi Dana Desa yang menyatakan
keberadaan program Alokasi Dana Desa dalam bentuk Alokasi Dana Desa Minimal dan Alokasi Dana Desa Proporsional untuk meningkatkan pendapatan dan pemerataannya
dalam rangka mencapai kesejahteraan
masyarakat desa.
Kemajuan perekonomian pedesaan yang satu dengan perekonomian pedesaan yang lain sangat berhubungan, sehingga diperlukan upaya nyata dalam rangka memajukan perekonomian pedesaan. Upaya nyata perlu dengan cepat dan tepat dilakukan sehingga
dapat menciptakan akselerasi kemajuan
perekonomian di tiga desa penelitian. salah satu bentuk upaya yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan program Alokasi Dana Desa dalam bentuk Alokasi Dana Desa
Minimal dan Alokasi Dana Desa
Proporsional. Upaya ini sejalan dengan maksud dari program Alokasi Dana Desa, yaitu memperkuat kemampuan keuangan desa
(APBDesa). Dengan demikian sumber
APBDesa terdiri dari PADesa ditambah Alokasi Dana Desa, dan meningkatkan pendapatan dan pemerataannya dalam rangka mencapai kesejahteraan masyarakat desa.
Program Alokasi Dana Desa akan memberikan manfaat, sehingga desa dapat menangani permasalahan desa secara cepat tanpa harus lama menunggu datangnya
program dari Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota. Desa juga tidak lagi hanya tergantung pada swadaya masyarakat dalam
mengelola persoalan pemerintahan,
pembangunan serta sosial kemasyarakatan desa. Dapat mendorong terciptanya demokrasi di desa. Alokasi Dana Desa dapat melatih masyarakat dan pemerintah desa untuk
bekerjasama, memunculkan kepercayaan
antar pemerintah desa dengan masyarakat desa untuk membangun dan memelihara desanya. Belum optimalnya tujuan Alokasi
Dana Desa terhadap kemajuan perekonomian pedesaan menjadi perhatian penting dalam merancang kebijakan yang ditujukan untuk
mempercepat kemajuan perekonomian
pedesaan.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan
1. Tanggapan penduduk miskin di Desa
Lanto Jaya, Desa Bega, dan Desa Toini setuju terhadap program Aloksi Dana Desa dalam bentuk Alokasi Dana Desa
Minimal dan Alokasi Dana Desa
Proporsional dalam rangka meningkatkan pendapatannya, sebab program Alokasi dana Desa sangat membantu kondisi
penduduk, khususnya mereka yang
tergolong penduduk miskin.
2. Tanggapan penduduk miskin di Desa
Lanto Jaya dan Desa Bega, di Kecematan Poso Pesisir, Kabupaten Poso setuju
terhadap kemajuan perekonomian
pedesaan melalui Program Alokasi Dana Desa dalam bentuk Alokasi Dana Desa
Minimal dan Alokasi Dana Desa
Proporsional. Berbeda dengan tanggapan penduduk miskin di Desa Toini yang
tidak setuju dengan kemajuan
perekonomian pedesaan melalui program Alokasi Dana Desa.
Rekomendasi
1. Pemerintah perlu menentukan sasaran
program penyaluran Alokasi Dana Desa yang dibagi menjadi Alokasi Dana Desa
Minimal dan Alokasi Dana Desa
Proporsional yang mengarah bukan hanya pada penambahan jumlah fasilitas penunjang perekonomian, tetapi juga diarahkan pada pemberdayaan ekonomi masyarakat yang langsung memberikan
efek pada peningkatan pendapatan
melalui kegiatan kewirausahaan yang berbasis pada keunggulan sumberdaya lokal pada setiap desa.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh Alokasi Dana Desa terhadap kemajuan
perekonomian desa, perlu
mempertimbangkan keterkaitan faktor berupa; jenis komoditas yang dihasilkan, harga komoditas yang dihasilkan, jumlah lapangan pekerjaan yang menjanjikan kesejahteraan, serta pola pikir masyarakat yang ada di daerah pedesaan, khususnya di Desa Lanto Jaya, Desa Bega, dan Desa Toini.
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan Maha
Pengasih, karena atas pertolongan-Nya
sehingga karya ilmiah yang berjudul “Analisis Alokasi Dana Desa Dalam Meningkatkan Pendapatan Penduduk Miksin di Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso” dapat terselesaikan. Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Dr. Mauled Moelyono, S.E., M.A., Selaku ketua tim pembimbing dan Bapak Dr. Eko Jokolelono, S.E., M.Si., selaku anggota tim
pembimbing, responden penelitian, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten Poso. Penulis berdoa semoga semua amal, kebaikan dan
pengorbanan mendapat imbalan yang
melimpah dari Tuhan Yang Maha Pengasih. Amin.
DAFTAR RUJUKAN
Azwar, Saifuddin. 1997. Sikap Manusia
Terhadap Teori dan Perilakunya. Jakarta: Sinar Grafika.
Arifin. 2006. Upaya Meningkatkan
Pendapatan Masyarakat Desa Tertinggal (Studi Kasus: Pada Desa Sotok, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Propinsi Kalimantan Barat).
Kuncoro, Mudrajad. 2006. Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah, dan Kebijakan. Edisi Keempat, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) STIM YKPN d/h
AMP YKPN.
Keputusan Bupati Poso, Nomor
188.45/0652/2012 Tentang Penetapan Pembagian, Sasaran dan Presentase Penggunaan Alokasi Dana Desa Tahun 2012, Kabupaten Poso.
Lampiran Keputusan Bupati Poso, Nomor: 188.45/0652/2012 Tentang Penetapan Pembagian, Sasaran dan Presentase Penggunaan Alokasi Dana Desa Tahun 2012,Kabupaten Poso.
Peraturan Daerah No. 27 Tahun 2008 Tentang
Sumber Pendapatan Desa,
Kabupaten Poso.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Administrasi. Bandung: Alfabeta. Harianto, David., Adi, Priyo Hadi. 2007.
Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Per Kapita. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Simposium
Nasional Akuntansi X, Unhas
Makassar, 26-28 Juli 2007.
Wirasakti, Daru. 2008. “Implementasi
Kebijakan Alokasi Dana Desa di Wilayah Kecamatan Geyer Kabupaten Grobongan”.
http://eprints.undip.ac.id/16932/1/DAR U_WISAKTI.pdf.