• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN

4.1. ANALISIS SOSIAL

Dasar peraturan perundang sosial sebagai berikut:

1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

 Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyaraka

dan wilayah bencana.

 Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.

2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No Pembangunan untuk Kepentingan Umum:

Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak. 3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Tahun 2010-2014:

 Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan untuk penan

termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.

 Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.

4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

 Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat unt

ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN

LINGKUNGAN

Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.

Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.

UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:

Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa,

dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.

Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi dalam pembangunan harus dilanjutkan.

Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat unt

BAB IV

ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN

LINGKUNGAN

nya memperhatikan aspek

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, t yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal,

Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.

. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi

Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa,

dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program ggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan

Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi

Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

(2)

kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

 Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.

Pembangunan kewilayahan di Kabupaten Semarang dilakukan dengan mengakomodasi permasalahan dan kebutuhan pembangunan dalam hal ini pembangunan bidang Cipta Karya dengan partisipasi seluruh masyarakat Semarang dengan menerapkan visi pembangunan yang tertuang di dalam RPJMD

Peneguhan Kabupaten Semarang Yang Maju, Mandiri, Tertib, Dan Sejahtera ( Matra II )

RPJMD Kabupaten Semarang tahun 2016-2021 merupakan bagian tahap ketiga (2015-2019) dan tahap keempat (2020-2024) dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD) Kabupaten Semarang tahun 2005-2025. Tahap ketiga RPJPD diarahkan untuk mengembangkan pembangunan secara menyeluruh di segala bidang dengan menekankan upaya pencapaian daya saing kompetitif daerah yang berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat. Dalam kaitannya dengan pembangunan bidang Cipta Karya, masyarakat ikut serta dalam proses perencanaan, pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya.

4.1.1. Pengarusutamaan Gender

Beberapa kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya yang sudah berjalan di Kabupaten Semarang meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS). Selama kurun waktu 5 (lima) tahun, pengarusutamaan gender dilakukan Kabupaten Semarang dalam keterlibatannya pada setiap proses perencanaan pembangunan bidang cipta karya.

Program pengarusutamaan gender yang mendukung pelibatan perempuan dalam setiap proses perencanaan pembangunan bidang cipta karya yang ada di Kabupaten Semarang dilakukan melalui beberapa program sebagai berikut :

1) Program penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak

Peningkatan kapasitas dan jaringan kelembagaan pemberdayaan perempuan dan anak  Pengembangan sistem informasi gender dan anak

2) Program Keserasian KebijakanPeningkatan Kualitas Anak dan Perempuan

 Kegiatan perumusan kebijakanpeningkatan peran dan posisi perempuan di bidang politik dan jabatan public

3) Program peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan  Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga PKK

(3)

Masyarakat Dan Desa yang diharapkan dapat mewujudkan kesetaraan gender dalam pembangunan di Kabupaten Semarang serta meningkatkan kualitas, kelembagaan serta pemberdayaan perempuan sehingga perempuan dapat ikut aktif dalam proses perencanaan pembangunan bidang cipta karya yang ada di Kabupaten Semarang. Bentuk partisipasi gender dalam pelaksanaan kegiatan bidang cipta karya di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL IV. 1 PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG CIPTA KARYA BAGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KABUPATEN SEMARANG

No Program Kegiatan Tahun Keterlibatan Bentuk Partisipasi Tingkat Perempuan

Perempuan turut serta dalam proses

Perempuan turut serta dalam proses

Sumber : LKPJ Kabupaten Semarang 2015-2011, Diolah 2016

4.1.2. Identifikasi Kebutuhan Penanganan Sosial pada Pasca Pelaksanaan

Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

(4)

TABEL IV. 2 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN ASPEK SOSIAL PASCA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

No Sektor/Program Tahun Identifikasi Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan pembangunan

- Sosialisasi terkait program

pengembangan permukiman

- Pendampingan pelaksanaan

kegiatan

- Pemeliharaan program

pembangunan permukiman

- Peningkatan kapasitas

kelembagaan dalam

pengelolaan kawasan

- Monitoring dan evaluasi

secara berkala terhadap hasil pelaksanaan program

2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

- Program Pengelolaan Ruang

Terbuka Hijau (RTH)

- Program Pengembangan

Destinasi Pariwisata

- Program Pengembangan Nilai

Budaya

- Program Pengelolaan

Kekayaan Budaya

- Program Peningkatan Kesiap

Siagaan dan pencegahan Bahaya kebakaran

2011, 2012,

2013, 2014,

2015

- Sosialisasi peran aktif

masyarakt dalam

pemeliharaan program

pembangunan

- Monitoring dan evaluasi

secara berkala terhadap hasil pelaksanaan program

- peningkatan Pengetahuan

dan pemahaman

masayarakat tentang Cagar Budaya

- Terawat terlindungi dan

lestarinya Cagar Budaya

3. Pengembangan Air minum

- Prog. Pembangunan

Infrastruktur Perdesaan

- Prog. Lingkungan Sehat

Perumahan

- Prog. Pemberdayaan

Komunitas Perumahan

-2011, 2012,

2013, 2014,

2015

- Pendampingan pelaksanaan

kegiatan

- kelembagaan dalam

pengelolaan pengembangan air minum

- Monitoring dan evaluasi

secara berkala terhadap hasil pelaksanaan program

Masyarakat di

lingkungan permukiman

4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

- Program Upaya Kesehatan

Masyarakat

- Program Promosi Kesehatan

dan Pemberdayaan Masyarakat

- Program Pengembangan

Lingkungan Sehat

- Program Pengembangan

Wilayah Strategis dan cepat tumbuh

- Prog. Lingkungan Sehat

Perumahan

- Program Pemberdayaan

Komunitas Perumahan

- Program Perencanaan

Prasarana Wilayah

- Prog. Pengembangan Kinerja

Pengelolaan Persampahan

- Program Pengendalian

Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

- Program Perlindungan dan

Konservasi Sumber Daya Alam

2010, 2011,

2012, 2013,

2014, 2015

- Pendampingan pelaksanaan

kegiatan

- Kelembagaan dalam

pengelolaan pengembangan sanitasi lingkungan

- Monitoring dan evaluasi

secara berkala terhadap hasil pelaksanaan program

Masyarakat di

lingkungan permukiman

(5)

4.2. ANALISIS EKONOMI

Analisis ekonomi dilakukan untuk melihat dampak pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, mulai pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan yang dilakukan di Kabupaten Semarang. Beberapa hal yang dibahas dalam analisis ekonomi ini adalah kemiskinan dan dampak pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya terhadap ekonomi lokal masyarakat.

4.2.1. Kemiskinan

a) Indeks Gini

Angka Indeks Gini di Kabupaten Semarang selamaperiode 2005-2013 menunjukkan tingkat ketidakmerataan pendapatanyang mengalami perkembangan fluktuatif. Pada tahun 2005 tercatat sebesar 0,25 dan meningkat menjadi 0,28 di tahun 2006. Tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 0,19 dan naik menjadi 0,27 di tahun 2008. Tahun 2009 kembali mengalami penurunan menjadi 0,26 dan tahun 2010 sampai tahun 2012 cenderung naik menjadi 0,36 di tahun 2012, sedangkan tahu 2013 kembali menurun mejadi 0,31.

TABEL IV. 3 INDEKS GINI KABUPATEN SEMARANG DAN JAWA TENGAH TAHUN 2009-2014

No Uraian 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

1 Provinsi Jawa Tengah 0,28 0,27 0,25 0,30 0,32 0,34 0,38 0,38 0,39

2 Kabupaten Semarang 0,24 0,28 0,19 0,27 0,26 0,28 0,33 0,36 0,31

Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, 2014

Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, 2014, Diolah, 2016

Gambar 4. 1 Grafik Indek Gini Kabupaten Semarang Terhadap Jawa Tengah

(6)

b) Kemiskinan

Tingkat kemiskinan adalah salah satu indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kondisi kemiskinan suatu wilayah selain dapat dilihat dari jumlah penduduk miskin juga dapat dilihat dari indeks kedalaman kemiskinan (P1) yang menggambarkan rata-rata selisih pendapatan rumah tangga miskin dari garis kemiskinan di wilayah tersebut. Disamping itu juga dilihat dari indeks keparahan kemiskinan (P2) yang menggambarkan rata-rata ketimpangan pendapatan antar rumah tangga miskin. Semakin kecil nilai P1 dan P2 memberikan gambaran keadaan yang lebih baik.

Dari tahun 2010 hingga tahun 2014 angka kemiskinan Kabupaten Semarang cenderung menurun, baik secara prosentase maupun nominalnya. Untuk kondisi jumlah penduduk miskin di Kabupaten Semarang dalam kurun waktu 2010-2014 sebagai berikut :

TABEL IV. 4KONDISI KEMISKINAN DI KABUPATEN SEMARANG DALAM KURUN WAKTU TAHUN 2010 – 2014

Tahun

Penduduk Miskin Garis Kemiskinan

(Rp/Kapita/Bulan)

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Jumlah

(Ribu Jiwa) Persentase (%)

2010 206.308 1,45 0,31 97,90 10,50

2011 227.471 1,60 0,44 95,99 10,30

2012 244.762 1,57 0,38 90,60 9,40

2013 263.352 0,92 0,17 83,20 8,51

2014 275.612 0,81*) 0,15*) 79,76 8,05

Sumber: Rancangan RPJMD Kabupaten Semarang tahun 2016-2021

Sumber: Rancangan RPJMD Kabupaten Semarang tahun 2016-2021, Diolah, 2016

Gambar 4. 2Grafik Perkembangan Prosentase Penduduk Miskin Di Kabupaten Semarang

4.2.2. Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Terhadap Ekonomi

Lokal Masyarakat

Program investasi jangka menengah bidang cipta karya ini dilakukan dengan tujuan untuk perencanaan, pembangunan infrastruktur di Kabupaten Semarang. Beberapa dampak pembangunan infrastruktur bidang cipta karya terhadap ekonomi masyarakat lokal adalah :

a. Pengembangan Kawasan Permukiman

(7)

ekonomi lokal, yaitu kelancaran arus barang dan jasa sehingga ikut meningkatkan perekonomian warga masyarakat

 Pengembangan program Rusunawa memberikan dampak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat, sehingga dapat mempengaruhi kinerja masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidupnya melalui usaha-usaha untuk meningkatkan pendapatan.

b. Penataan Bangunan Dan Lingkungan

Peningkatan kualitas dan kuantitas ruang terbuka hijau berdampak pada peningkatan kualitas lingkungan. Kualitas lingkungan yang meningkat berakibat pada peningkatan derajad kesehatan masyarakat sehingga kompetensi masyarakat untuk memperbaiki taraf kehidupan juga ikut mengalami peningkatan.

Penataan kawasan bersejarah sekaligus dapat dimanfaatkan masyarakat untuk pengembangan pariwisata sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. c. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

 Program pengembangan air minum yang layak dan berkelanjutan berpengaruh dapat meningkatkan perekonomian masyarakat yaitu mendukung usaha-usaha yang dilakukan masyarakat dalam menjalankan usahanya, misalnya industri rumah tangga yang membutuhkan air yang layak.

d. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

 Pengembangan program pengelolaan air limbah berdampak pada peningkatan kualitas lingkungan yang berpengaruh pada penigkatan derajad kesehatan masyarakat sehingga kinerja masyarakat dalam pengusahakan kesejahteraannya juga ikut meningkat.

Pembangunan IPLT berdampak pada peningkatan pengelolaan air limbah di Kabupaten Semarang sehingga berpengaruh pada derajad kesehatan masyarakat dan peningkatan kualitas lingkungan

 Pengembangan program perbaikan dan pembangunan drainase berdampak pada terbebasnya kawasan dari genangan air atau banjir, sehingga aktivitas ekonomi dapat berjalan lancar.

 Pengembangan program TPST 3R dapat berpengaruh pada peningkatan perekonomian masyarakat melalui pengolahan sampah menjadi barang yang memiliki manfaat dan dapat dijual sehingga pendapatan masyarakat meningkat dan juga berpengaruh pada pengurangan volume sampah yang masuk ke TPA sehingga memperpanjang umur TPA  Pengembangan pengelolaan TPA menjadi sanitary landfill dapat meningkatkan kualitas

lingkungan dan meminimalisir tingkat pencemaran lingkungan.

4.3. ANALISIS LINGKUNGAN

Acuan peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai berikut :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

KLHS tercantum dalam UU RI No 32 Tahun 2009, sebagai berikut: 1). Pasal 14

Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan terdiri atas:

(8)

b. Tata Ruang;

c. Baku Mutu Lingkungan Hidup;

d. Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup; e. AMDAL;

f. UKL-UPL; g. Perizinan;

h. Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup;

i. Peraturan Perundang-undangan Berbasis Lingkungan Hidup; j. Anggaran Berbasis Lingkungan Hidup;

k. Analisis Risiko Lingkungan Hidup; l. Audit Lingkungan Hidup; dan

m. Instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan. 2). Pasal 15

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

(2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melaksanakan KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ke dalam penyusunan atau evaluasi:

a. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya, Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota; dan

b. Kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup.

(3) KLHS dilaksanakan dengan mekanisme:

a. Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah;

b. Perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program; dan c. Rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana,

dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan. 3). Pasal 17

(1) Hasil KLHS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) menjadi dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan dalam suatu wilayah.

(2) Apabila hasil KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa daya dukung dan daya tampung sudah terlampaui.

a. Kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan tersebut wajib diperbaiki sesuai dengan rekomendasi KLHS; dan

b. Segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup tidak diperbolehkan lagi.

4). Pasal 18

(1) KLHS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan.

(9)

5). Pasal 19 ayat 1

(1) Untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan keselamatan masyarakat, setiap perencanaan tata ruang wilayah wajib didasarkan pada KLHS.

6). Pasal 63 Ayat 1 huruf d

(1) Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Pemerintah bertugas dan berwenang:

d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS. Ayat 2 huruf b

(2) Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah provinsi bertugas dan berwenang:

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi. Ayat 3 huruf b

(3)Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah kabupaten/kota bertugas dan berwenang:

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

Sedangkan dalam Pedoman Penyusunan RPIJM Bidang Ciptakarya dalam UU No 32 Tahun 2009 mengamanatkan bahwa “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”

2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Strategis

KLHS dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 9 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Strategis sebagai berikut:

1). Pasal 1

Pedoman umum kajian lingkungan hidup strategis dimaksudkan sebagai acuan dalam pelaksanaan kajian lingkungan hidup strategis bagi para pembuat kebijakan, rencana dan/atau program baik sektoral maupun kewilayahan.

2). Pasal 2

Pedoman umum kajian lingkungan hidup strategis sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. 3). Pasal 4

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Negaran Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(10)

3. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen AMDAL, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan AMDAL atau UKL dan UPL.

A. Tahap I : Penapisan (Screening)

Secara singkat tabulasi identifikasi uji penapisan KLHS bagi suatu kebijakan, rencana, dan/atau program RPIJM sebagai berikut :

TABEL IV. 5KRITERIA PENAPISAN USULAN PROGRAM/ KEGIATAN BIDANG CIPTA KARYA

No Kriteria Penapisan Uraian Pertimbangan Penilaian Kesimpulan (Signifikan/Tidak)

1. Perubahan Iklim -

-2. Kerusakan, kemerosotan,

dan/atau kepunahan

keanekaragaman hayati

Program Sarana dan Prasarana pada Permukiman Tradisional dan Bersejarah, meliputi kawasan cagar budaya yang tersebar di Kabupaten Semarang berupa bangunan Cagar Budaya.

Secara identifikasi awal signifikan

memberikan pengaruh terhadap

kemerosotan kawasan tradisional dan bersejarah jika pembangunan yang dilakukan mengabaikan ketentuan zona perlindungan cagar budaya tersebut.

Program Sarana dan Prasarana pada

kawasan Cagar Budaya di

Kabupaten Semarang berpengaruh signifikan terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

3. Peningkatan intensitas dan

cakupan wilayah bencana

banjir, longsor,

kelimpahan sumber daya alam

- -

5. Peningkatan alih fungsi

kawasan hutan dan/atau lahan

Secara identifikasi awal, program

pembangunan Rusunawa di Kabupaten Semarang akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan alih fungsi lahan dari lahan non terbangun menjadi terbangun sebagai Rusunawa.

Program pembangunan Rusunawa di Kabupaten Semarang signifikan berpengaruh terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

6. Peningkatan jumlah

penduduk miskin atau terancamnya

keberlanjutan

penghidupan sekelompok masyarakat

-

-7. Peningkatan risiko

terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

Pengembangan TPA Pringapus dan TPA Suruh, secara langsung akan memberikan dampak terhadap timbulnya polusi udara, polusi air, polusi tanah pada lokasi TPA dan kawasan disekitar lokasi TPA.

Program pengembangan TPA Pringapus dan TPA Suruh, signifikan berpengaruh terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Sumber : Hasil Analisis, 2016

B. Tahap II : Pengkajian Pengaruh Kebijakan, Rencana, Dan/Atau Program Terhadap

Kondisi Lingkungan Hidup

1). Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:

(11)

b. Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

c. Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;

d. Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.

Identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya dalam penyusunan dan implementasi KLHS RPIJM dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL IV. 6IDENTIFIKASI MASYARAKAT DAN PEMANGKU KEPENTINGAN

No Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Instansi/Lembaga

1 Pembuat keputusan  Bupati; dan

 DPRD.

2 Penyusun KRP  Dinas Kesehatan;

 Dinas Pekerjaan Umum;

 Badan Lingkungan Hidup;

 Badan Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Perempuan;

 Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa;

 PDAM.

3 Instansi terkait  Kantor Kecamatan, dan

 Kantor Kelurahan.

4 Masyarakat yang memiliki informasi  Perguruan tinggi atau lembaga penelitian lainnya;

 Asosiasi profesi;

 LSM bidang lingkungan hidup;

 Tokoh masyarakat; dan

 Kelompok masyarakat lokal/ pemerhati lingkungan hidup.

5 Masyarakat yang terkena dampak  Tokoh masyarakat di kelurahan dan kecamatan;

 Kelompok/organisasi masyarakat; dan

 Asosiasi Pengusaha.

Sumber: Hasil Analisis, 2016

2). Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan

Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:

a. Penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut;

b. Pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan

c. Membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Identifikasi isu pembangunan berkelanjutan bidang Cipta Karya Kabupaten Semarangsecara rinci diuraikan sebagai berikut :

TABEL IV. 7PROSES IDENTIFIKASI ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN BIDANG CIPTA KARYA

No Pengelompokan Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Penjelasan Singkat 1. Lingkungan Hidup Permukiman

Dampak kawasan kumuh terhadap kualitas

lingkungan Adanya beberapa kawasan kumuh yang terdapat di Kabupaten Semarang, memberikan pengaruh atau dampak

terhadap kualitas lingkungan yang permukiman yang menurun.

2. Ekonomi

Kondisi kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan

lingkungan Minimnya prasarana dan sarana utilitas lingkungan permukiman memberikan pengaruh terhadap berkurangnya

tingkat kesejahteraan masyarakat, khususnya di kawasan kumuh.

(12)

No Pengelompokan Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Penjelasan Singkat Adanya pencemaran lingkungan menyebabkan

berkembangnya wabah penyakit Potensi timbulnya pencemarankarena adanya polusi udara, air, dan tanah dari lokasi lingkungan yang diakibatkan TPA Pringapus dan TPA Suruh, dapat menyebabkan berkembangnya penyakit dilingkungan sekitar lokasi TPA. Sumber : Hasil Analisis, 2016

3). Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

Secara rinci identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP) bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang diuraikan sebagai berikut.

TABEL IV. 8IDENTIFIKASI KEBIJAKAN/RENCANA/PROGRAM (KRP)

No Komponen Kebijakan /Rencana / Program Kegiatan Lokasi

1. Pengembangan Permukiman

Program Pembangunan

Rusunawa di Kabupaten Semarang

- Master Plan dan FS Proposal Rusunawa

- Penyiapan lahan

- Perencanaan/DED

- Pembangunan

Ambarawa, Ungaran Timur, Pringapus, Bawen, Bergas

2. Penataan Bangunan dan Lingkungan Program Pengelolaan Ruang

Terbuka Hijau (RTH) -- Pembangunan RTH sebagai buffer DAS Pembangunan talud sungai dan sempadan sungai untuk jalur RTH dan jalan inspeksi

DAS Pentung

- Pengembangan Ruang Terbuka Hijau

(RTH) Sepanjang sempadan sungai Panjang

3. Pengembangan Air Minum Program Pembuatan Sumur

Dalam -- Pembuatan Sumur Baru 15 l/dt Pemasangan JDU

- Pemasangan Jaringan Pipa Distribusi

Ungaran

4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Pembangunan TPA Pringsurat

dan TPA Suruh - Pembangunan prasarana dasar atau fasilitas umum TPA

- Pembangunan fasilitas perlindungan TPA

- Pembangunan fasilitas penunjang TPA

- Peningkatan fasilitas TPA

- Peningkatan dan pengelolaan TPA

- Operasi dan pemeliharaan TPA

Kec. Pringsurat dan Kec. Suruh

Sistem Pengolahan Air Limbah

Setempat - FS dan Perencanaan Detail (DED) Pembangunan IPLT

- Pembebasan Lahan/Tanah

- Pembangunan IPLT

- Supervisi Pembangunan IPLT

- Operasi dan Pemeliharaan IPLT

- Pengadaan Truk Tinja

- Operasi dan Pemeliharaan Truck Tinja

- Pengadaan PS IPLT

Kab. Semarang

Sumber : Hasil Analisis, 2016

4). Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah

(13)

TABEL IV. 9KAJIAN PENGARUH KRP TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN HIDUP

N

o Komponen Kebijakan, Rencana dan/atau Program

Pengaruh pada Isu-isu Strategis Berdasarkan Aspek Pembangunan Berkelanjutan

Total

Bob

ot

Bobot Lingkungan

Hidup Permukiman Bobot Sosial Ekonomi Bobot

Terbata

A PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

1 Program Pembangunan Rusunawa -3 -2 +3 -1 +2 -1

B PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 1 Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

sebagai buffer DAS 0 -3 +1 0 +1 -1

C PENGEMBANGAN AIR MINUM

1 Program Pembuatan Sumur Dalam 3 -3 +1 0 +1 +2

D PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

1 Pembangunan TPA Pringsurat dan TPA Suruh -3 -3 +3 +2 -1 -2

2 Pembangunan IPLT -3 -3 +3 +2 -1 -2

Sumber : Hasil Analisis, 2016

C. Tahap III : Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan KRP dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah rancangan KRP mempertimbangkan antara lain:

a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.

b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau program. c. Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan kebijakan, rencana,

dan/atau program.

d. Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.

Berdasarkan nilai bobot kajian pengaruh dan beberapa dasar pertimbangan diatas, maka dapat dirumuskan alternatif penyempurnaan KRP sebagai berikut :

TABEL IV. 10PERUMUSAN ALTERNATIF PENYEMPURNAAN KRP

No Komponen Kebijakan /Rencana / Program Alternatif Penyempurnaan KRP 1. Pengembangan Permukiman

Program Pembangunan Rusunawa - Pembangunan Rusunawa sebaiknya didahului dengan

Penyusunan DED Rusunawa

- Pelaksanaan pembangunan Rusunawa ditunda, hingga

syarat dokumen dampak lingkungan lengkap, masyarakat calon penghuni Rusunawa terdata dengan jelas dan terbentuk kesepakatan Pemda dalam penandatanganan MoA 2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

Pengembangan RTH sebagai Buffer DAS - Pembangunan sarana dan prasarana pada RTHterlebih

(14)

No Komponen Kebijakan /Rencana / Program Alternatif Penyempurnaan KRP study kajian kebutuhan dan penyusunan DED.

- Mempertahankan kualitas lingkungan kawasan lindung

3. Pengembangan Air Minum

Program Pembuatan Sumur Dalam Dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sumur

dalam 4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Pembangunan TPA Pringsurat dan TPA Suruh Pembangunan TPA Pringsurat dan TPA Suruh diupayakan untuk selalu diikuti dengan kegiatan monitoring dan evaluasi kinerja kelembagaan pengelola

Pembangunan IPLT Pembangunan IPLT diupayakan untuk selalu diikuti dengan kegiatan monitoring dan evaluasi kinerja kelembagaan pengelola

Sumber : Hasil Analisis, 2016

D. Tahap IV : Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

Rekomendasi perbaikan KRP dan pengintegrasian hasil KLHS bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang sebagai berikut :

TABEL IV. 11REKOMENDASI PERBAIKAN KRP DAN PENGINTEGRASIAN HASIL KLHS

No Komponen Kebijakan /Rencana / Program Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KRP 1. Pengembangan Permukiman

Program Pembangunan Rusunawa - Penyusunan studi kelayakan/ feasibility study Rusunawa

- Penyusunan AMDAL

- Penyiapan Lahan

- Penyusunan DED Rusunawa penyusunan dan penyiapan kelengkapan

syarat-syarat dokumen dampak lingkungan, data calon penghuni Rusunawa dan kesepakatan Pemda dalam penandatanganan MoA sebagai syarat kesiapan kriteria

- Pembangunan fisik Rusunawa

- Pemasangan jaringan prasarana Rusunawa (air bersih dan listrik)

2. Penataan Bangunan dan Lingkungan Pengembangan RTH sebagai

Buffer DAS - Pengembangan sarana prasarana RTHdengan bangunan yang tidak mengganggu peresapan air dan fungsi DAS

3. Pengembangan Air Minum

Program Pembuatan Sumur

Dalam -- Penyusunan studi kelayakan, UKL, UPL Pembangunan prasarana dasar

- Operasi dan pemeliharaan

- Monitoring dan evaluasi kinerja

4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Pembangunan TPA Pringsurat dan

TPA Suruh -- Penyusunan studi kelayakan lokasi, DED TPA Pembangunan prasarana dasar atau fasilitas umum TPA - Pembangunan fasilitas perlindungan TPA

- Pembangunan fasilitas penunjang TPA - Peningkatan dan pengelolaan TPA - Operasi dan pemeliharaan TPA

- Monitoring dan evaluasi kinerja kelembagaan pengelola TPA Pembangunan IPLT - Penyusunan studi kelayakan, DED IPLT

- Pembangunan prasarana dasar atau fasilitas umum IPLT - Pembangunan fasilitas perlindungan IPLT

- Pembangunan fasilitas penunjang IPLT - Pengelolaan IPLT

- Operasi dan pemeliharaan IPLT

- Monitoring dan evaluasi kinerja kelembagaan pengelola IPLT

Gambar

TABEL IV. 1 PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG CIPTA KARYA BAGI PENGARUSUTAMAAN
TABEL IV. 2 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN ASPEK SOSIAL PASCA PELAKSANAAN
TABEL IV. 3 INDEKS GINI KABUPATEN SEMARANG DAN JAWA TENGAH TAHUN 2009-2014
TABEL IV. 4KONDISI KEMISKINAN DI KABUPATEN SEMARANG DALAM KURUN WAKTU TAHUN 2010 – 2014
+6

Referensi

Dokumen terkait

tingkat kemampuan kelompok tani yang bersangkutan, Hubungan yang bersifat melembaga itu mencerminkan perilaku pelayanan KUD oleh kelompok tani, Dalam pada itu Satuan Pengendali Bi-

Pola pangan rumah tangga akan mempengaruhi status gizi balita karena setiap makanan yang dikonsumsi keluarga berpengaruh terhadap pola konsumsi balita. Pola pangan balita dapat

Sales promotion kartu kredit yang memiliki cara pandang optimistis akan memandang suatu penolakkan yang diterima dari calon nasabahnya adalah karena calon nasabahnya

a. pimpinan auditi atas rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya; b. memberitahukan langkah-langkah yang harus dilakukan auditi agar tindak lanjut hasil audit bisa

Pada penelitian ini, peneliti membahas tentang bagaimana penerimaan remaja mengenai program Genre (Generasi Berencana) melalui iklan layanan masyarakat “Generasi

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan yang berpengaruh secara signifikan antara pembiayaan dan simpanan yaitu simpanan yang berpengaruh positif

Hasil penelitian ini semakin diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2014) dengan judul penelitian “ Self efficacy dan prokrastinasi pada mahasiswa

Rasil analisis mendapatkan koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,004 dengan p = 0,969 (p > 0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara Persepsi pasien terhadap Pelayanan