Dalam penyusunan RPI2JM membutuhkan kajian pendukung dalam hal
sosial, ekonomi dan lingkungan untuk meminimalisir pengaruh negatif
pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman
baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian analisis sosial, ekonomi dan
lingkungan meliputi kondisi pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun
pasca pelaksanaan.
4.1.
Analisis Sosial
Pengarustamaan gender adalah perbedaan-perbedaan sifat, peranan,
fungsi dan status antara laki-laki dan perempuan yang bukan berdasarkan pada
perbedaan biologis, tetapi berdasarkan sosial budaya yang dipengaruhi oleh
struktur masyarakat yang luas. Jadi, gender merupakan konstruksi sosial budaya
dan dapat berubah sesuai perkembangan zaman. Dalam pelaksanaan
pengarusutamaan gender Kementerian Pekerjaan Umum memiliki dua tujuan
yaitu tujuan umum dan tujuan khsusus. Berikut penjelasannya :
1. Tujuan Umum
Tujuan dari pelaksanaan PUG-PU adalah memastikan bahwa
penyelenggaraan pembangunan infrastruktur bidang PU dan permukiman telah
responsive gender, artinya tidak adanya kesenjangan antara laki-laki dan
perempuan dalam mengakses dan mendapatkan manfaat dari hasil-hasil
pembangunan infrastruktur PU dan permukiman serta dalam meningkatkan
partisipasi dan ikut mengontrol proses pembangunan infrastruktur PU dan
permukiman.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khususnya adalah (a) Memastikan bahwa seluruh jajaran
Kementerian PU telah memahami konsep, prinsip dan strategi pelaksanaan PUG
BAB IV
ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN
Memastikan bahwa seluruh penyelenggaraan pembangunan infrastruktur PU dan
Permukiman responsive gender. (c) Memastikan adanya berkelanjutan,
pelestarian dan pengembangan kualitas penyelenggaraan pengarusutamaan
gender dalam pembangunan infrastruktur PU dan Permukiman.
Dalam hal pengarustamaan gender, adapun kondisi, tantangan dan
kebijakan yang ada di Kabupaten Probolinggo adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 1
Kondisi Pengarustamaan Gender Di Kabupaten Probolinggo
No Indikator Acuan Capaian MDG’s Kab. Probolinggo
2015
Target MDG’s
Prov Jatim 2015 Nasional 2015 Target MDG’s
1
Rasio Perempuan Terhadap Laki-laki di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan di semua jenjang
Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada usia 15-24 tahun
95.87 % 100 % 100 %
3 Kontribusi perempuan dalam
pekerjaan di sector non pertanian 27.45 % 44.78 % Meningkat
4 Proporsi perempuan di DPR kursi yang diduduki 22.44 % --- Meningkat Sumber : Monitoring dan Evaluasi MDG’s 2015
Tabel 4. 2
Identifikasi Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan
Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
No Kondisi Saat Ini Hambatan Kebutuhan Penanganan 1 Usaha pencapaian kesetaraan
gender dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, baik laki-laki maupun perempuan.
Kurangnya kesetaraan gender
- Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan;
- Perlindungan perempuan terhadap berbagai tindak kekerasan;
- Peningkatan kapasitas PUG dan pemberdayaan masyarakat. 2 Pencapaian rasio melek huruf
perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15-24 tahun.
Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan nonformal yang responsive gender.
3 Pemberian akses dan partisipasi yang sama, baik bagi perempuan maupun laki-laki di bidang pendidikan.
Kurangnya dukungan masyarakat dalam pengarustamaan gender.
anggota DPRD wanita dalam DPRD. perempuan pada lembaga-lembaga legislatif dan lembaga-lembaga politik.
Sumber : Monitoring dan Evaluasi MDG’s 2015
4.2.
Analisis Ekonomi
Pembangunan merupakan dasar untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Salah satu indikator untuk melihat pembangunan adalah
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang positif menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas perekonomian, sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang
negatif menunjukkan adanya penurunan dalam aktivitas perekonomian.
Salah satu fungsi utama pembangunan yang harus dijalankan oleh
pemerintah adalah sebagai salah satu pengambil kebijakan. Berdasarkan konsep
pembangunan, terkandung makna-makna alokasi sumber-sumber daya, regulasi
dan pemberdayaan masyarakat. Pembangunan sebagai metode alokasi
sumber-sumber daya (resources) yang dimiliki publik, seperti sumber-sumber daya alam sumber-sumber
daya energi, sumber dana dan sumber daya manusia. Dalam perspektif ini,
pembangunan seyogianya dapat memperluas akses publik untuk memperoleh
sumber-sumber daya yang diperlukan guna mencapai kesejahteraan
masyarakat, mempermudah akses publik untuk memperoleh dan menikmati
berbagai fasilitas pelayanan dasar (pendidikan, kesehatan, air bersih, listrik,
keamanan, dan lain-lain), serta menjamin ketersediaan infrastruktur dan
kontinuitas sumber-sumber daya tersebut bagi kelangsungan hidup masyarakat.
Pada dasarnya infrastruktur pembangunan dapat dibedakan menjadi: (1)
infrastruktur ekonomi yaitu infrastruktur fisik baik yang digunakan dalam proses
produksi maupun yang dimanfaatkan oleh masyarakat, meliputi semua prasarana
umum seperti rumah, tenaga listrik, telekomunikasi, perhubungan, irigasi, air
bersih dan sanitari serta pembuangan limbah (2) infrastruktur sosial yaitu
prasarana sosial seperti kesehatan dan pendidikan. Infrastruktur merupakan roda
penggerak pertumbuhan ekonomi. Ketidakcukupan infrastruktur merupakan
salah satu kunci terjadinya hambatan bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih
cepat.
Dilihat dari alolasi pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang
sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi makro,
pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi.
Salah satu hal yang menyebabkan ketertinggalan suatu daerah dalam
membangun ekonominya adalah rendahnya daya tarik suatu daerah dan sumber
daya yang dikarenakan terbatasnya sarana dan prasarana infrastruktur, sehingga
menyebabkan tingkat aktivitas ekonomi yang rendah. Untuk mengejar
ketertinggalan dari daerah lainnya, terdapat beberapa alternatif pengembangan
suatu daerah. Alternatif tersebut dapat berupa investasi langsung yang
diarahkan pada sektor produktif atau investasi pada social-overhead seperti
pada pembangunan jalan, fasilitas kesehatan, pendidikan dan prasarana
infrastruktur lainnya. Pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur harus
diperhatikan, karena infrastruktur merupakan basis pembangunan.
Analisis ekonomi pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya
diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu
aspek yang perlu ditindaklanjuti adalah isu kemiskinan. Dalam Kajian analisis
ekonomi lebih menekankan pada manusianya sehingga yang disasar adalah
kajian mengenai penduduk miskin, mencakup kesanggupan untuk memenuhi
rumah yang layak huni, sehingga dapat diketahui kebutuhan penanganannya.
Adapun kondisi yang ada di Kabupaten Probolinggo adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 3
Identifikasi Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin
Di Kabupaten Probolinggo
No Kondisi Umum Lokasi Permasalahan Kebutuhan Penanganan
1. Permukiman Kumuh Nelayan
a. Desa Panambangan Kepadatan Bangunan sangat rapat, jarak antar rumah saling menempel.
Kondisi jalan lingkungan lebar ± 1 – 1.5 meter, kondisi rusak, perkerasan tanah atau makadam.
Sumber air minum menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
Kondisi pembuangan limbah atau MCK lebih banyak menggunakan air sungai sebagai tempat MCK, hanya KK yang memiliki sepiteng.
sampah lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau dibakar .
Perbaikan sarana dan prasarana seperti perbaikan sanitasi, drainase, dan air bersih.
Pembuatan talud untuk menghindari rob dan mencegah banjir.
Pembuatan bangunan penahan gelombang misalnya break water dan groin
Penanaman mangrove untuk melindungi kawasan pantai dan mencegah terjadinya abrasi.
Pengembangan dana stimulant perbaikan rumah tinggal secara bergulir.
Pembangunan rumah produksi.
b. Desa Kalibuntu Kepadatan Bangunan sangat rapat, dan didominasi bangunan semi permanen.
Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 2 meter. Kondisi jalan lingkungan di sekitar pinggir pantai tergolong rusak, dengan perkerasan tanah/ pasir atau makadam.
Kondisi drainase tergolong bagus dengan perkerasan batu kali. Permasalahan yang ada adalah sebagian lingkungan sering terjadi banjir yang disebabkan pasang surut air laut.
Pembuangan limbah atau MCK sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai atau pinggir laut.
Pembuangan sampah, lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau laut.
seperti halnya tempat pelelangan ikan, tempat menjemur ikan dan tempat menyimpan atau memperbaiki peralatan nelayan.
Pengembangan
alternative kegiatan
usaha serta
pengembnagn lembaga keuangan.
c. Desa Gejugan Kepadatan Bangunan sangat rapat dan di dominasi bangunan semi permanen.
Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 2 meter. Kondisi jalan lingkungan di sekitar pinggir pantai tergolong rusak, dengan perkerasan tanah/pasir atau makadam.
Tidak ada saluran drainase.
Sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai atau pinggir laut.
pembuangan sampah, lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau laut tanpa ada penampungan sampah. d. Desa Randu Tatah Kondisi bangunan di
dominasi bangunan semi permanen.
Tidak terdapat saluran drainase.
Sumber air minum banyak yang membeli di desa sebelah dan sebagian menggunakan sumur, hal ini karena air sumur yang di gali masih terasa asin.
Sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai atau pinggir laut.
Pembuangan sampah, lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau laut tanpa ada penampungan sampah. e. Desa Gili Ketapang Kepadatan Bangunan
sangat rapat, karena jarak antar rumah saling berdekatan dan lebih di dominasi bangunan semi permanen.
Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 2 meter. Kondisi jalan lingkungan yang ada di sekitar pinggir pantai tergolong rusak, dengan perkerasan tanah/ pasir atau makadam.
Tidak ada saluran drainase di Desa Gili Ketapang.
Sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai atau pinggir laut.
Pembuangan sampah, lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau laut tanpa ada penampungan sampah. f. Desa Tamansari Kepadatan Bangunan
tergolong sangat rapat, dan lebih di dominasi bangunan semi permanen.
Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 2 meter. Kondisi jalan lingkungan yang ada di sekitar pinggir pantai tergolong rusak, dengan perkerasan tanah/ pasir atau makadam.
banjir yang disebabkan pasang surut air laut.
Sumber air minum yang ada di Desa Tamansari banyak yang membeli di desa sebelah, hal ini karena tidak adanya bantuan PDAM untuk kebutuhan air minum warga di pinggiran pantai.
Sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai atau pinggir laut.
Pembuangan sampah, lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau laut dan juga dibakar tanpa ada penampungan sampah.
g. Desa Curah Sawo Kepadatan Bangunan tergolong sangat rapat, dan lebih di dominasi bangunan semi permanen.
Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 2 meter. Kondisi jalan lingkungan yang ada di sekitar pinggir pantai tergolong rusak, dengan perkerasan tanah/pasir atau makadam.
Kondisi drainase di Desa Curah Sawo tergolong
bagus dengan
perkerasan semen atau batu kali, namun sebagian lingkungan sering terjadi banjir yang disebabkan pasang surut air laut.
Sumber air minum banyak yang membeli di desa sebelah, hal ini karena tidak adanya bantuan PDAM untuk kebutuhan air minum warga di pinggiran pantai.
Sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai atau pinggir laut.
pembuangan sampah, lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau laut tanpa ada penampungan sampah. h. Desa Randu Putih Kepadatan Bangunan
dan lebih di dominasi bangunan semi permanen.
Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 2 meter. Kondisi jalan lingkungan yang ada di sekitar pinggir pantai tergolong rusak, dengan perkerasan tanah/pasir atau makadam.
Sebagian lingkungan sering terjadi banjir yang disebabkan pasang surut air laut.
Sumber air minum banyak yang membeli di desa sebelah dan sebagian menggunakan sumur, hal ini karena tidak adanya bantuan PDAM untuk kebutuhan air minum warga di pinggiran pantai.
Sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai atau pinggir laut.
pembuangan sampah, lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau laut tanpa ada penampungan sampah. i. Desa Jabung Sisir Kondisi bangunan lebih
di dominasi bangunan semi permanen.
Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 2 meter. Kondisi jalan lingkungan yang ada di sekitar pinggir pantai tergolong rusak, dengan perkerasan tanah/ pasir atau makadam.
Kondisi drainase tergolong buruk dengan perkerasan tanah. Sebagian lingkungan sering terjadi banjir yang disebabkan pasang surut air laut.
Sumber air minum banyak yang membeli di desa sebelah dan sebagian menggunakan sumur, hal ini karena tidak adanya bantuan PDAM untuk kebutuhan air minum warga di pinggiran pantai.
membuang air besar ke sungai atau pinggir laut.
Pembuangan sampah, lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau laut tanpa ada penampungan sampah, j. Desa Pondok Kelor Kepadatan Bangunan
tergolong sangat rapat.
Jalan lingkungan di sekitar rumah 2 meter. Kondisi jalan lingkungan tergolong rusak, karena sebagian jalan menggunakan
perkerasan tanah atau makadam, namun begitu terdapat juga jalan paving maupun aspal disebagian kawasan.
Kondisi drainase tergolong bagus dengan perkerasan dari batu kali. Sebagian lingkungan sering terjadi banjir yang disebabkan buntunya saluran drainase, baik karena sampah maupun karena mendangkalnya saluran drainase.
Sumber air minum masih menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM. Selain itu sebagian masyarakat untuk kebutuhan air minum lebih memilih beli isi ulang air gallon.
Sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai.
sebagian masyarakat lainnya membuang langsung ke sungai atau laut terdekat di kawasan tempat tinggal mereka. k. Desa Sumberanyar Kepadatan Bangunan
tergolong sangat rapat.
jalan lingkungan di sekitar rumah 2 meter dengan Kondisi tergolong rusak, karena sebagian jalan menggunakan
disebagian kawasan.
Kondisi drainase tergolong bagus dengan perkerasan dari batu kali. Namun, Sebagian lingkungan sering terjadi banjir yang disebabkan buntunya saluran drainase, baik karena sampah maupun karena mendangkalnya saluran drainase.
Sumber air minum yang
ada di Desa
Sumberanyar masih menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM. lainnya membuang langsung ke sungai atau laut terdekat di kawasan tempat tinggal mereka. 2 Permukiman Kumuh
Di Pinggiran Kota
a. Desa Dandang Kepadatan Bangunan tergolong sangat rapat.
Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 1 – 1,5 meter. Kondisi jalan lingkungan tergolong rusak, dengan kondisi perkerasan tanah atau makadam, namun begitu terdapat juga jalan paving maupun aspal disebagian kawasan kumuh.
Kondisi drainase tergolong Sedang dengan perkerasan batu kali.
Sumber air minum yang
ada masih
menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
Kondisi pembuangan limbah atau MCK lebih banyak menggunakan air sungai sebagai tempat MCK, hanya sebagian rumah atau KK yang memiliki sepitank untuk menampung pembuangan limbah
Perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana seperti perbaikan sanitasi, drainase, listrik, dan air bersih.
Pengembangan dana stimultant
pembangunan sarana dan prasarana yang menunjang kegian ekonomi komunitas
Pola pendanaan bertumpu pada komunitas untuk meningkatkan
rumah tangga.
Sampah lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau dibakar
tanpa ada
penampungan.
b. Desa Sukodadi Kepadatan Bangunan tergolong sangat rapat.
jalan lingkungan di sekitar rumah 2 meter. Kondisi jalan lingkungan tergolong rusak, karena sebagian jalan menggunakan
perkerasan tanah atau makadam, namun begitu terdapat juga jalan paving maupun aspal disebagian kawasan.
Kondisi drainase tergolong bagus dengan perkerasan dari batu kali, namun sebagian lingkungan sering terjadi banjir yang disebabkan buntunya saluran drainase, baik karena sampah maupun karena mendangkalnya saluran drainase.
Sumber air minum masih menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
Sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai.
Sebagian KK atau rumah sudah terdapat tempat penampungan sampah pribadi dan membuang langsung ke TPS terdekat di kawasan tempat tinggal mereka. Namun begitu masih terdapat warga yang tidak memiliki tempat sampah pribadi sehingga memilih membakar sampah di pekarangan rumah mereka
c. Desa Bulu Kepadatan Bangunan tergolong sangat rapat.
jalan menggunakan perkerasan tanah atau makadam, namun begitu terdapat juga jalan paving maupun aspal disebagian kawasan.
Sumber air minum masih menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
Kondisi pembuangan limbah atau MCK lebih banyak menggunakan sepiteng untuk menampung
pembuangan limbah rumah tangga, hanya sebagian rumah atau KK yang pergi ke sungai tempat MCK tradisional (jemblung).
Sebagian KK atau rumah sudah terdapat tempat penampungan sampah pribadi dan membuang langsung ke TPS terdekat di kawasan tempat tinggal mereka. Namun masih terdapat warga yang tidak memiliki tempat sampah pribadi sehingga memilih membakar sampah di pekarangan rumah mereka.
d. Desa Sumber Secang
Kepadatan Bangunan yang ada tergolong sangat rapat.
Sumber air minum yang ada di Desa Sumber
Secang masih
menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
Kondisi pembuangan limbah atau MCK lebih banyak menggunakan air sungai sebagai tempat MCK, hanya sebagian rumah atau KK yang memiliki sepiteng untuk menampung pembuangan limbah rumah tangga.
Pembuangan sampah lebih banyak dibuang langsung ke sungai
penampungan.
e. Desa Rondo Kuning Kepadatan Bangunan tergolong sangat rapat.
Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 1 – 1,5 meter. Kondisi jalan lingkungan tergolong rusak, sebagian jalan menggunakan
perkerasan tanah atau makadam, namun begitu terdapat juga jalan paving maupun aspal disebagian kawasan.
Sumber air minum yang ada di Desa Rondo
Kuning masih
menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
Sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai.
Sampah lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau dibakar
tanpa ada
penampungan.
f. Desa Ambulu Kepadatan Bangunan tergolong sangat rapat.
Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 1 – 1,5 meter. Kondisi jalan lingkungan tergolong rusak, dengan perkerasan tanah atau makadam, namun begitu terdapat juga jalan paving maupun aspal disebagian kawasan.
Sumber air minum masih menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
Kondisi pembuangan limbah atau MCK lebih banyak menggunakan air sungai sebagai tempat MCK, hanya sebagian rumah atau KK yang memiliki sepitank untuk menampung pembuangan limbah rumah tangga.
tanpa ada penampungan.
g. Desa Mentor Kepadatan Bangunan tergolong sangat rapat.
Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 1 – 1,5 meter. Kondisi jalan lingkungan yang ada tergolong rusak, karena sebagian jalan menggunakan
perkerasan tanah atau makadam, namun terdapat juga jalan paving maupun aspal disebagian kawasan.
Kondisi drainase tergolong sedang dengan perkerasan semen.
Sumber air minum masih menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
Kondisi pembuangan limbah atau MCK lebih banyak menggunakan air sungai sebagai tempat MCK.
Pembuangan sampah lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau dibakar tanpa ada penampungan.
h. Desa Bantaran Kepadatan Bangunan tergolong sangat rapat.
jalan lingkungan di sekitar rumah ± 1 – 1,5 meter. Kondisi jalan lingkungan tergolong rusak, dengan perkerasan tanah atau makadam, namun begitu terdapat juga jalan paving maupun aspal disebagian kawasan.
Kondisi drainase tergolong Buruk dengan perkerasan tanah.
Sumber air minum sebagian menggunakan Sumur dan sebagian lagi menggunakan air PDAM.
Sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai.
sungai atau dibakar
tanpa ada
penampungan. i. Desa Sumber
Kedawung
Kepadatan Bangunan tergolong sangat rapat.
Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 1 – 1,5 meter. Kondisi jalan lingkungan tergolong rusak, sebagian jalan menggunakan
perkerasan tanah atau makadam, namun terdapat juga jalan paving maupun aspal disebagian kawasan.
Sumber air minum masih menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
Kondisi pembuangan limbah atau MCK lebih banyak menggunakan air sungai sebagai tempat MCK, hanya sebagian rumah atau KK yang memiliki sepitank untuk menampung pembuangan limbah rumah tangga.
Sampah lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau dibakar
tanpa ada
penampungan. j. Desa Sepuh
Gembol
Kepadatan Bangunan tergolong sangat rapat.
Kondisi jalan lingkungan tergolong rusak, dengan kondisi perkerasan tanah atau makadam, namun begitu terdapat juga jalan paving
maupun aspal
disebagian kawasan.
Sumber air minum masih menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
Kondisi pembuangan limbah atau MCK lebih banyak menggunakan air sungai sebagai tempat MCK, hanya sebagian rumah yang memiliki septitank untuk menampung
rumah tangga. tergolong sangat rapat, dan lebih di dominasi bangunan semi permanen.
Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 2 meter. Kondisi jalan lingkungan yang ada di sekitar pinggir pantai tergolong rusak, karena sebagian jalan menggunakan perkerasan tanah/ pasir atau makadam.
Sumber air minum banyak yang membeli di desa sebelah dan sebagian lagi menggunakan sumur, hal ini karena tidak sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai atau pinggir laut. Namun ada juga yang memilih membuang air besar di MCK umum.
Pembuangan sampah lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau tergolong sangat rapat.
Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 1 – 1,5 meter. Kondisi jalan lingkungan tergolong rusak, karena sebagian jalan menggunakan perkerasan tanah atau makadam, namun terdapat juga jalan paving maupun aspal disebagian kawasan.
Kondisi drainase tergolong sedang dengan perkerasan semen.
Sumber air minum masih
Perlu Sosialisasi/ memberi pengertian kepada masyarakat dalam mengikuti peraturan tata Perubahan
Penegasan terhadap bangunan liar yang menyalahi tata ruang dan fungsi ruang (masuk program kinerja dan schedulle Satpol PP.
menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
Kondisi pembuangan limbah atau MCK lebih banyak menggunakan air sungai sebagai tempat MCK, hanya sebagian rumah atau KK yang memiliki sepiteng untuk menampung pembuangan limbah rumah tangga.
dilakukan penghijauan guna meredam polusi udara
Perlu adanya Pembangunan MCK Umum dengan Program sanitas Berbasis Masyarakat.
Tangki septic individu dan resapan individu
Pengadaan TPS dnegan jarak minimal depo 15 menit perjalanan gerobag sampah, Setiap gerobag sampah melayani 30 -50 unit rumah
Perlu peningkatan perbaikan jalan lingkungan dan sarana prasarana lainnya. b. Desa Kedung
Dalem
Kepadatan Bangunan tergolong sangat rapat.
jalan lingkungan di sekitar rumah ± 1 – 1,5 meter. Kondisi jalan lingkungan tergolong rusak, karena sebagian jalan menggunakan perkerasan tanah atau makadam, namun terdapat juga jalan paving maupun aspal disebagian kawasan.
Sumber air minum masih menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
Kondisi pembuangan limbah atau MCK lebih banyak menggunakan air sungai sebagai tergolong sangat rapat, dan lebih di dominasi bangunan semi permanen.
perkerasan tanah/pasir atau makadam.
Kondisi drainase tergolong bagus dengan perkerasan batu kali, namun sebagian lingkungan sering terjadi banjir yang disebabkan pasang surut air laut.
Sumber air minum banyak yang membeli di desa sebelah, hal ini karena tidak adanya bantuan PDAM untuk kebutuhan air minum warga di pinggiran pantai.
Sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai atau pinggir laut. Namun ada juga yang memilih membuang air besar di MCK umum.
Lokasi pembuangan sampah lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau laut tanpa ada penampungan sampah.
d. Desa Pesisir Kepadatan Bangunan tergolong sangat rapat, dan lebih di dominasi bangunan semi permanen.
Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 2 meter. Kondisi jalan lingkungan yang ada di sekitar pinggir pantai juga tergolong rusak, karena sebagian jalan menggunakan
perkerasan tanah/pasir atau makadam.
Kondisi drainase tergolong bagus dengan perkerasan semen, namun sebagian lingkungan sering terjadi banjir yang disebabkan pasang surut air laut.
Sumber air minum banyak yang membeli di desa sebelah dan sebagian lagi menggunakan sumur.
sungai atau pinggir laut. Namun ada juga yang memilih membuang air besar di MCK umum.
Pembuangan sampah lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau laut tanpa ada penampungan sampah 4. Rumah Tidak Layak
Huni
a. Kecamatan Bantaran Terdapat RTLH Sebanyak 498 unit.
Rehabilitasi rumah tidak layak huni.
Rehabilitasi sarana prasarana lingkungan b. Kecamatan Kuripan Terdapat RTLH Sebanyak
517 unit.
c. Kecamatan Lumbang Terdapat RTLH Sebanyak 494 unit.
d. Kecamatan Sukapura Terdapat RTLH Sebanyak 58 unit.
e. Kecamatan Sumber Terdapat RTLH Sebanyak 471 unit.
f. Kecamatan Wonomerto
Terdapat RTLH Sebanyak 59 unit.
g. Kecamatan Dringu Terdapat RTLH Sebanyak 135 unit.
h. Kecamatan Banyuanyar
Terdapat RTLH Sebanyak 129 unit.
i. Kecamatan Leces Terdapat RTLH Sebanyak 214 unit.
j. Kecamatan Sumberasih
Terdapat RTLH Sebanyak 382 unit.
k. Kecamatan Tegalsiwalan
Terdapat RTLH Sebanyak 1,007 unit.
l. Kecamatan Tongas Terdapat RTLH Sebanyak 481 unit.
m. Kecamatan Gading Terdapat RTLH Sebanyak 687 unit.
n. Kecamatan Kotaanyar
Terdapat RTLH Sebanyak 610 unit.
o. Kecamatan Paiton Terdapat RTLH Sebanyak 920 unit.
p. Kecamatan Pakuniran Terdapat RTLH Sebanyak 389 unit.
q. Kecamatan Tiris Terdapat RTLH Sebanyak 6,554 unit.
r. Kecamatan Gending Terdapat RTLH Sebanyak 148 unit.
s. Kecamatan Krejengan
Terdapat RTLH Sebanyak 2,614 unit.
t. Kecamatan Maron Terdapat RTLH Sebanyak 4,368 unit.
u. Kecamatan Pajarakan Terdapat RTLH Sebanyak 1,037 unit.
v. Kecamatan Besuk Terdapat RTLH Sebanyak 1,995 unit.
w. Kecamatan Kraksaan Terdapat RTLH Sebanyak 397 unit.
x. Kecamatan Krucil Terdapat RTLH Sebanyak 125 unit.
Kajian analisis lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam
penyusunan RPI2JM oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi
prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat
perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut :
1. UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup: “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan
Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”
2. UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Pa
njang Nasional: “Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan
hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang
berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”
3. Permen LH Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian
Lingkungan Hidup Strategis: Dalam penyusunan kebijakan, rencana
dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif
penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak
dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan
4. Permen LH Nomor 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen
Lingkungan. Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka
perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan
dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL
dan UPL.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya
mengacu pada UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu :
1. Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
UPL.
e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup.
f.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian
dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.
h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
i.
Mengembangkan
dan
melaksanakan
kebijakan
pengaduan
masyarakat.
j.
Menetapkan standar pelayanan minimal.
2. Pemerintah Provinsi
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan
UKL-UPL.
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah
kabupaten/kota.
e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f.
Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada
kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.
g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan
UKL-UPL.
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan
partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan atau
kebijakan, rencana dan program (KRP). Aplikasi kajian cepat KLHS meliputi;
1. Pelingkupan :
Identifikasi issue penting melalui rangkaian proses ilmiah/ metodelogis. Ini
diperoleh melalui kegiatan FGD
2. Kajian dampak:
Melakukan
analisis,
perhitungan,
simulasi
dampak
dan
kecenderungannya untuk melihat pengaruh lingkungan yang akan
ditimbulkan apakah positif dan negative.
Kajian cepat KLHS untuk wilayah Kabupaten Probolinggo yang diperoleh
Tabel 4. 4
Self Assesment KLHS Kabupaten Probolinggo
NO ISU STRATEGI/ RENCANA
PENGEMBANGAN LOKASI
PENGARUH
ALTERNATIF MITIGASI REKOMENDASI
POSITIF NEGATIF
1. Pengembangan dan pemantapan Perkotaan Kraksaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau sebagai ibukota kabupaten;
1. Pembangunan Pusat
pemerintahan kabupaten;
2. Pembangunan Pusat pendidikan skala kabupaten – Perguruan Tinggi;
3. Pembangunan Pusat pelayanan kesehatan skala kabupaten – RSU Kelas B;
4. Pembangunan Perdagangan dan Jasa Regional
5. Pembangunan Islamic Centre 6. Pembangunan Terminal Tipe B 7. Industri Pengolahan Ikan
Kecamatan fasilitas maka akan lahan terbangun dikhawatirkan akan terjadinya konversi lahan pertanian irigasi teknis
Kemacetan dan masalah-masalah
sosial dan
lingkungan hidup (persampahan, banjir, dll)
Berkurangnya lahan resapan air
Delineasi terhadap kawasan pertanian berkelanjutan/yang beririgasi teknis serta penanganan melalui insentif dan disinsentif
Pengoptimalan sarana dan prasarana untuk menjaga kelestarian lingkungan seperti
persampahan dan
sanitasi
Mitigasi bahaya banjir dilakukan dengan penyediaan ruang evakuasi bencana serta pemantapan sitem drainase perkotaan
Menjaga kawasan RTH >30 %
Setiap pembangunan prasarana dengan skala regional diharapakan dilengkapi dengan analisa daya dukung lingkungan dan dokumen amdal.
Pemberian insentif dan disinsentif melalui mekanisme retribusi ataupun pembatasan terhadap sarana prasarana pada kawasan terbangun di areal sawah berkelanjutan
2. Pengembangan pusat kegiatan klaster industri dan kerajinan etnik meliputi wisata industri,
produk haritage dan
pengembangan ekonomi
berbasis kerajinan di Desa Randu Putih, Kecamatan Dringu yang ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
Pengembangan Desa Jorongan, Kecamatan Leces sebagai PPL
Desa Randu baru sehingga diharapkan tingkat
pengangguran menurun
Adanya limbah industri kecil
Penyediaan pengolahan limbah terhadap sentra industri
NO ISU STRATEGI/ RENCANA
PENGEMBANGAN LOKASI
PENGARUH
ALTERNATIF MITIGASI REKOMENDASI
POSITIF NEGATIF
dengan pengembangan utama menjadi klaster industri (IKM) mebel dan konveksi.
3. Pengembangan jaringan Jalan untuk mereduksi polusi
Penyediaan RTH
Pada pengembangan jaringan jalan dilakukan juga pemberian vegetasi pada kiri kanan jalan untuk mengurangi dampak polusi suara dan udara.
Perlu penyediaan jalur hijau dan pulau-pulau jalan untuk menambah kawasan RTH.
Penyediaan studi kelayakan dan AMDAL dalam proses pengembangan
4. Pengembangan Jalan tembus/ Jalan Lingkar Perkotaan Kraksaan
Kecamatan untuk mereduksi polusi
Penyediaan RTH
Pada pengembangan jaringan jalan dilakukan juga pemberian vegetasi pada kiri kanan jalan untuk mengurangi dampak polusi suara dan udara.
Perlu penyediaan jalur hijau dan pulau-pulau jalan untuk menambah kawasan RTH.
Penyediaan studi kelayakan dan AMDAL dalam proses pengembangan
5. Pembangunan Fly Over Kecamatan
Tongas proses pembangunan
Penanaman vegetasi untuk mereduksi polusi
Penyediaan RTH
Pada pengembangan jaringan jalan dilakukan juga pemberian vegetasi pada kiri kanan jalan untuk mengurangi dampak polusi suara dan udara.
NO ISU STRATEGI/ RENCANA
PENGEMBANGAN LOKASI
PENGARUH
ALTERNATIF MITIGASI REKOMENDASI
POSITIF NEGATIF
menambah kawasan RTH.
Penyediaan studi kelayakan dan AMDAL dalam proses pengembangan
6. Pembangunan terminal tipe B Kecamatan Kraksaan dimana selain sebagai penambah estetika kawasan juga untuk menambah kawasan hijau kota dimana selain sebagai penambah estetika kawasan juga untuk menambah kawasan hijau kota
Penyediaan studi kelayakan dan AMDAL dalam proses pengembangan
8. Pembangunan Terminal Barang Kecamatan Sumber
Kecamatan Sukapura
Meningkatkan aksesbilitas barang dari dan ke probolinggo
Berkurangnya lahan resapan air
Penanaman vegetasi dimana selain sebagai penambah estetika kawasan juga untuk
NO ISU STRATEGI/ RENCANA
PENGEMBANGAN LOKASI
PENGARUH
ALTERNATIF MITIGASI REKOMENDASI
POSITIF NEGATIF
Kecamatan Tiris
menambah kawasan hijau kota
9. Pembangunan terminal agropolitan Kecamatan Krucil
Memaksimalka
n potensi
pertanian dan perkebunan di Kabupaten Probolinggo
Berkurangnya lahan resapan air
Penanaman vegetasi dimana selain sebagai penambah estetika kawasan juga untuk menambah kawasan hijau kota
Penyediaan studi kelayakan dan AMDAL dalam proses pengembangan
10. Pengembangan kereta api komuter Kecamatan Leces
Sebagai salah satu alternatif moda angkutan
Penyediaan studi kelayakan dalam proses pengembangan
11. Pengembangan Pelabuhan Kecamatan Kraksaan melalui jalur laut
Rusaknya
ekosistem laut pada sekitar wilayah pelabuhan
Menjaga kelestarian ekosistem laut dengan melakukan delineasi terhadap kawasan pengembangan dan kawasan lindung laut
Penyediaan studi kelayakan dan AMDAL dalam proses pengembangan
12. Pengembangan Pembangkit Alternatif Pyco hydro dan PLTMH
Perdesaan Terlayaninya
Pulau Giliketapang dari sumber mata air Ronggojalu Kecamatan Dringu
Pulau Gili Ketapang
Terlayaninya kebutuhan air bersih di Pulau Gili Ketapang
Dikhawatirkan pipa air bersih merusak ekosistem bawah laut
Menjaga ekosistem laut dengan dilakukan studi terlebih dahulu mengenai
NO ISU STRATEGI/ RENCANA
PENGEMBANGAN LOKASI
PENGARUH
ALTERNATIF MITIGASI REKOMENDASI
POSITIF NEGATIF
Gending
Kecamatan Krejengan
Kecamatan Krucil
sehingga tidak berlebih disesuaikan dengan kriteria TPA
Sistem operasional TPA minimal menggunakan controlled landfill atau sanitary landfill
Penyediaan studi kelayakan dan AMDAL dalam proses pengembangan
16. Pengembangan Pariwisata di Kawasan Taman Nasional
Pengembangan Obyek Wisata Alam Pantai Bentar Indah
Pengembangan Obyek Wisata Alam Pulau Gili Ketapang
Pengembangan Obyek Wisata Alam Air Terjun Kalipedati
Pengembangan Obyek Wisata Alam Air Terjun Madakaripura
Pengembangan Obyek Wisata Alam Danau Taman Hidup
Pengembangan Obyek Wisata Alam Danau Ronggojalu
Pengembangan Obyek Wisata Alam Padang Rumput Sikasur
Pengembangan Obyek Wisata Alam Ranu Agung Arum Jeram
Pengembangan Obyek Wisata sekitar kawasan wisata
Delineasi kawasan antara kawasan lindung dan kawasan wisata sehingga pengembangan kawasan wisata tidak mengganggu fungsi lindung
NO ISU STRATEGI/ RENCANA
PENGEMBANGAN LOKASI
PENGARUH
ALTERNATIF MITIGASI REKOMENDASI
POSITIF NEGATIF
Biru
17. Pengembangan agropolitan
Peningkatan jalan poros: Kecamatan Sumber – Lumajang (Desa Sumber, Pandasari, Ledokombo)
Peningkatan jalan poros: Kecamatan Tiris – Jember (Desa Pesawahan, Ranugedang, Ranuagung, Andungsari, Tlogoargo, Adungbiru)
Pengembangan sentra-sentra pertanian dan pariwisata agribisnis (Kec. Tongas, Lumbang, Sumber, Sukapura, Krucil, Gading, Tiris)
Kecamatan
Memaksimalka
n potensi
pertanian, perkebunan dan hortikultura di Kabupaten pengolahan air limbah dan sistem pengelolaan lingkungan
Penyediaan studi kelayakan dan AMDAL dalam proses pengembangan
18. Pengembangan industri pengolahan Kec. Tongas, Kraksaan,
Memaksimalka n potensi SDM pengolahan air limbah dan sistem pengelolaan lingkungan pengolahan air limbah
NO ISU STRATEGI/ RENCANA
PENGEMBANGAN LOKASI
PENGARUH
ALTERNATIF MITIGASI REKOMENDASI
POSITIF NEGATIF
Pembangunan Prasarana dan Sarana Agribisnis/Agro Industri
Pengembangan Industri Kecil dan Kerajinan
Pengembangan Industri pengolahan ikan Tangkap
Pengembangan Industri pengolahan perikanan budidaya
Pengembangan industri kapal rakyat
Pengembangan dan
Peningkatan Kawasan Estate Paiton dikelola PMA
Pengembangan Kawasan Industri Paiton dan Leces
Lumbang,
Memaksimalka n potensi SDM dan SDA di Kabupaten Probolinggo
dan sistem pengelolaan lingkungan
pengembangan
20. Pengembangan Kawasan
Pertambangan
Studi pengembangan panas bumi di Pegunungan Argopuro
Studi kelayakan pengembangan panas bumi Pegunungan Argopuro
Pegunungan Argopuro
Memaksimalka n potensi panas bumi sebagai salah satu sumber energi alternatif
Dikhawatirkan pengembangan panas bumi akan merusak kawasan lindung yang ada diatasnya
Perlunya delineasi dan pelestarian kawasan lindung di wilayah potensi panas bumi
Penyediaan studi kelayakan dan AMDAL dalam proses pengembangan
diatas, maka dapat dilakukan penapisan usulan/rencana program yang berkaitan
dengan kegiatan Bidang Cipta Karya, dengan mempertimbangkan isu-isu pokok
seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan
keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah
bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4)
penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi
kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau
terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7)
peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.
Tabel 4. 5
Kriteria Penapisan Kegiatan Bidang Cipta Karya
No. Kriteria Penapisan
Penilaian
Pertimbangan
Kesimpulan : (Signifikan/Tidak
Signifikan) 1. Perubahan iklim Rencana pengembangan yang
terkait dengan kegiatan Bidang Permukiman tidak memberikan pengaruh negatif terhadap isu perubahan iklim
Tidak signifikan
2. Kerusakan, kemerosotan, dan/atau
kepunahan
keanekaragaman hayati
Rencana pengembangan Sarana Air Bersih di Pulau Giliketapang dari sumber mata air Ronggojalu Kecamatan Dringu, pengaruh negatifnya adalah dikhawatirkan pipa air bersih merusak ekosistem bawah laut. Alternatif mitigasinya yaitu menjaga ekosistem laut dengan dilakukan studi terlebih dahulu, dengan penyediaan studi kelayakan dan AMDAL
Tidak signifikan
3. Peningkatan intensitas dan cakupan
wilayah bencana banjir, longsor,
kekeringan, dan/atau kebakaran
hutan dan lahan
Rencana pembangunan terminal agropolitan di Kecamatan Krucil, dampak
negatifnya adalah
berkurangnya lahan resapan air. Alternatif
mitigasinya yaitu
penanaman vegetasi dimana selain sebagai
penambah estetika
kawasan juga untuk menambah kawasan hijau kota
Rencana pengadaan TPA regional, sehingga membutuhkan lahan yang cukup luas. Alternatif mitigasinya yaitu pemilihan
No. Kriteria Penapisan
Pertimbangan (Signifikan/Tidak Signifikan) lokasi disesuaikan dengan
kriteria TPA 4. Penurunan mutu dan
kelimpahan sumber daya alam
Rencana pengembangan yang terkait dengan kegiatan Bidang Cipta Karya tidak memberikan pengaruh negatif terhadap isu
penurunan mutu dan
kelimpahan sumber daya alam
Tidak signifikan
5. Peningkatan alih fungsi kawasan
hutan dan/atau lahan
Rencana pengadaan TPA regional, sehingga membutuhkan lahan yang cukup luas. Alternatif mitigasinya yaitu pemilihan lokasi disesuaikan dengan kriteria TPA
Rencana pembangunan terminal agropolitan di Kecamatan Krucil, dampak negatifnya adalah adanya alih fungsi kawasan atau lahan. Alternatif mitigasinya yaitu penanaman vegetasi dimana selain sebagai
penambah estetika
kawasan juga untuk menambah kawasan hijau kota
Tidak signifikan
6. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok masyarakat
Rencana pengembangan yang terkait dengan kegiatan Bidang Cipta Karya tidak memberikan pengaruh negatif terhadap isu peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat
Tidak signifikan
7. Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia
Rencana pengadaan TPA regional, dampak negatifya adalah tercemarnya wilayah sekitar. Alternatif mitigasinya yaitu pemilihan lokasi disesuaikan dengan kriteria TPA
Tidak signifikan