• Tidak ada hasil yang ditemukan

OLEH: DRS. I K ETUT SUWIJA,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OLEH: DRS. I K ETUT SUWIJA,"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL PENELITIAN

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MENGHITUNG LUAS BANGUN DATAR

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS

VA SEKOLAH DASAR NEGERI 10 KESIMAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

OLEH:

DRS. I K ETUT SUWIJA, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2013

(2)

1

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MENGHITUNG LUAS BANGUN DATAR

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS

VA SEKOLAH DASAR NEGERI 10 KESIMAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

I Ketut Suwija

Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar

ABSTRACT

The low of students’ learning achievement and the lack active of students’ learning are caused on the process of learning Math, teacher still apply the traditional method (teacher-centered) where the teacher act as the source of knowledge and lack of interaction among the students so the students have lack of activeness on learning process. The aim of this study is: (1) to increase the learning activity of students grade VA SD Negeri 10 Kesiman in Academic Year 2012/2013 after applied Cooperatif Learning type of Jigsaw in calculating the wide of square, (2) to increase the learning achievement of students grade VA SD Negeri 10 Kesiman in Academic Year 2012/2013 after applied Cooperative Learning type of Jigsaw in calculating wide of square. This research used the qualitative approach and it is a Classroom Action Research (CAR) using Kurt Lewin model which held until 2 cycles. This research was held in SD Negeri 10 Kesiman subdistrict of Denpasar Timur with the subjects were the students grade VA SD Negeri 10 Kesiman to the number of 24 students.

The data required on this research is the data of students’ activity and the data of students’ learning achievement. From the result of data analysis can be concluded: (1) an increase of students’ learning activity using Cooperative Learning type of Jigsaw in calculating the wide of square on the students of SD Negeri 10 Kesiman grade VA in academic year 2012/2013, (2) an increase of students’ learning achievement using Cooperative Learning type of Jigsaw in calculating the wide of square on the students of SD Negeri 10 Kesiman grade VA in academic year 2012/2013. From the conclusion above, it can be delivered the suggestions as follows: it is suggested for the reader especially for the teacher training who interest in increasing the activity and the achievement of students in order to do the further research about the application of various types of Cooperative Learning.

Keywords: Learning Activity, Learning Achievement, Cooperative Learning type of Jigsaw

(3)

2 PENDAHULUAN

Di era globalisasi saat ini, pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena peranan pendidikan disini adalah menangkal berbagai pengaruh negatif yang mengalir bersama derasnya arus globalisasi, serta membekali lulusan dalam menghadapi era globalisasi yang sarat akan tantangan, disamping itu fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan. Karena itu dapat diasumsikan bahwa orang yang berpendidikan akan terhindar dari kebodohan dan juga kemiskinan, karena dengan demikian melalui modal ilmu pengetahuan dan kertampilan yang diperoleh siswa melalui proses pendidikan, siswa mampu akan mengatasi problema kehidupan yang dihadapinya. Dengan pendidikan yang diberikan pada siswa diharapkan dapat menghadapi berbagai perubahan yang selalu berkembang melalui pemikiran yang logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan bekerja sama yang efektif dalam mengkomunikasikan gagasan atau menyelesaikan suatu masalah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas VA SD Negeri 10 Kesiman senin tanggal 13 Februari 2012 diperoleh informasi bahwa siswa dalam mengikuti pelajaran matematika masih sulit memamahi materi atau konsep yang diberikan oleh guru, ada beberapa siswa yang belum siap mengikuti pelajaran sehingga mengganggu teman-temannya yang lain, keadaan siswa yang berbeda-beda dalam menerima pelajaran khususnya pelajaran matematika sehingga guru harus lebih pelan dalam mengajar agar siswa mampu memahami materi atau konsep. Rendahnya prestasi belajar siswa dan kurang aktifnya belajar siswa diduga disebabkan oleh kenyataan-kenyataan yang peneliti temukan dalam observasi sebagai berikut : (1) ada beberapa siswa yang belum siap mengikuti pelajaran, (2) siswa cenderung pasif dan kurang aktif dalam kegiatan belajar, (3) kemampuan siswa berbeda dalam menerima pelajaran sehingga terlihat siswa yang pintar lebih dominasi dalam proses belajar mengajar, (4) tidak ada kerja kelompok, (5) ada beberapa siswa yang asik ngobrol dengan temannya dan kurang memperhatikan penjelasan guru sehingga pembelajarannya menjadi kurang efektif, (6) terlihat bahwa metode yang digunakan berupa metode ceramah, dan (7) pembelajaran yang dilaksanakan jarang membantu siswa untuk dapat membentuk hubungan

(4)

3

antara pengetahuan yang telah dimiliki dengan materi yang dipelajari, sehingga siswa cenderung menghafal rumus atau konsep yang didapatkan dalam pembelajaran dikelas dan siswa hanya menyalin apa yang dikerjakan oleh guru.

Seiring dengan maksud di atas penulis ingin menerapkan salah satu pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki tujuan bahwa siswa tidak hanya memperoleh kemampuan kognitif, teknik ini juga memberikan nilai plus kepada siswa terutama dari segi pencapaian tujuan afektif yaitu sikap sosial. Selain itu pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memberikan rasa percaya diri yang lebih dan bebas untuk melakukan diskusi pada masing-masing kelompok. Situasi ini juga dapat meningkatkan tanggung jawab siswa untuk memberikan informasi kepada teman-teman tentang materi yang mereka kuasai.

RUMUSAN MASALAH

Bertolak dari latar belakang dan fokus penelitian, maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 10 Kesiman Tahun Pelajaran 2012/2013 setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam menghitung luas bangun datar. 2. Seberapa besar peningkatan prestasi belajar siswa kelas VA SD Negeri 10

Kesiman Tahun Pelajaran 2012/2013 setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam menghitung luas bangun datar.

TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut.

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 10 Kesiman Tahun Pelajaran 2012/2013 setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam menghitung luas bangun datar. 2. Untuk meningkatan prestasi belajar siswa kelas VA SD Negeri 10 Kesiman

Tahun Pelajaran 2012/ 2013 setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam menghitung luas bangun datar.

(5)

4

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi Siswa

Dengan menerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam pelajaran matematika karena pembelajaran ini memiliki unsur kolaborasi dan saling ketergantungan positif antar sesama anggota kelompok serta tercipta interaksi antara siswa sehingga proses pembelajaran akan lebih aktif dan menyenangkan. 2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam memilih strategi pembelajaran dalam upaya meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa serta menambah pengalaman dan wawasan dalam penelitian.

3. Bagi Sekolah

Dapat digunakan sebagai sumbangan informasi dalam pengembangan pembelajaran agar kualitas dan mutu sekolah meningkat serta aktivitas dan prestasi belajar siswa semakin baik lagi.

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, disini dituntut kerja sama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur, tujuan dan hadiah. Slavin (1995:2) mengidentifikasikan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai metode belajar dimana siswa bekerja dalam suatu kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dan saling berinteraksi dalam anggota kelompok. Berarti dengan berkelompok, siswa diberikan kebebasan yang luas dalam menentukan bagaimana mengatur tim mereka dalam proses pembelajaran dan mengemukakan ide–ide mereka dikelas. Didalam belajar kooperatif semua siswa dalam satu kelompok bertanggung jawab terhadap perkembangan pemahaman dan pengetahuan kelompok mengenai apa yang telah dikerjakan. Kelompok tersebut sebagai salah satu unit sosial membuat suatu kesepakatan untuk semua anggota kelompoknya.

Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri–ciri sebagai berikut: (1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya, (2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, (3) bilamana mungkin, anggota

(6)

5

kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda– beda, (4) penghargaan berorientasi kelompok daripada individu (Ibrahim, 2000:6).

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

Jigsaw merupakan salah satu diantara 4 tipe dari model pembelajaran kooperatif. Jigsaw telah dikembangkan dan di uji coba oleh Elliot Arson dan teman–teman di Universitas Texas dan kemudian di adopsi oleh Salvin dan teman–teman di Universitas John Hopkins (Slavin dalam Asriani, 2007:21).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menurut Arends (dalam Sadia, 2007:26) adalah model pembelajaran kooperatif atau pembelajaran kelompok siswa bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas bagian dari materi yang telah ditugaskan kepadanya, dan menjelaskan bagian tersebut kepada anggota yang lain dalam kelompoknya.

Jadi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan suatu cara belajar kelompok yang beranggotakan empat sampai enam orang yang heterogen untuk mempelajari suatu materi yang telah dipecah menjadi bagian–bagian yang berbeda dari bagian yang lainnya, sehingga akan terjadi interaksi yang saling ketergantungan antara anggota kelompok yang lain untuk menangkap atau memperoleh informasi secara utuh. Model pembelajaran ini menggunakan kelompok asal dan kelompok ahli.

Di kelompok ahli siswa mendiskusikan bagian materi akademik, dimana nantinya anggota dari kelompok ahli ini akan mengajarkan bagian materi yang telah dipelajari kepada kelompok asalnya. Setiap siswa mendapat tugas sebagai tutor karena setiap siswa akan menjadi anggota kelompok ahli dan anggota kelompok asal. Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini siswa belajar dalam kelompok–kelompok kecil secara kolaboratif dengan struktur kelompoknya yang heterogen.

Menurut pandangan Etin (dalam Sadia, 2007: 18) pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan penilaian menyeluruh menyangkut aspek kognitif, efektif, dan psikomotor dengan alat penilain tes dan non tes. Dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memungkinkan siswa untuk belajar mandiri serta saling berbagi pengalaman dengan teman–temannya. Agar dapat saling membantu

(7)

6

antara yang pintar dan yang kurang pintar sehingga pada akhirnya semua anggota kelompok dapat menyelesaikan tugas atau soal-soal matematika dengan benar.

Gambar dibawah ini menentukan hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli

Gambar 01. : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

LUAS BANGUN DATAR

Menurut S. T. Negoro ( dalam Ngenteg, 2009:8) bangun datar adalah bangun yang dibuat (lukis) pada permukaan datar. Jadi yang dimaksud dengan bangun datar adalah bangun yang dibuat(lukis) pada permukaan datar.

1. Cara Menghitung Luas Bangun Datar

Berikut ini adalah cara menghitung luas bangun datar . a. Luas Daerah Belah Ketupat

Belah ketupat merupakan bangun datar segi empat yang keempat sisinya sama, belah ketupat adalah bangun datar yang dibentuk oleh dua segitiga sama kaki. A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 C4 D1 D2 D3 D4 A1 B1 C1 D1 A2 B2 C2 D2 A3 B3 C3 D3 A4 B4 C4 D4 KELOMPOK ASAL KELOMPOK AHLI

(8)

7

Perhatikan alat peraga belah ketupat yang kalian bawa!

A B C D III IV I II I III II IV ½ d1 ½ d1 ½ d2 ½ d2 ½ d1 ½ d2 ½ d2 ½ d1

Gambar 02. Gambar Belah Ketupat dan Persegi Panjang

Untuk menemukan luas belah ketupat maka siswa melakukan langkah-langkah : Jiplaklah belah ketupat diatas kemudian gambarlah kembali pada kertas warna berpetak yang kalian bawah dengan ukuran luas yang sama. Kemudian potonglah belah ketupat sehingga daerah I dan II terlepas, kemudian susun seperti gambar disampingnya. Sehingga membentuk bangun persegi panjang dengan

panjang d2 lebar

2 1

d1, d1 adalah panjang salah satu diagonal belah ketupat dan

merupakan panjang dari persegi panjang 2 1

d1, adalah setengah panjang

diagonal belah ketupat yang merupakan lebar dari persegi panjang. Jadi luas belah ketupat yang panjang diagonalnya d1 dan d2 yang sama dengan luas

daerah persegi panjang, dengan panjang d2 dan lebar

2 1

d1.

Maka luas daerah belah ketupat = 2 1 d1 x d2 L = ( ) 2 1 2 1 d d ×

b. Luas Daerah Trapesium

Trapesium adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh empat buah rusuk yang dua diantaranya saling sejajar namun tidak sama panjang. Perhatikan gambar dibawah ini.

(9)

8 I II D A B C t I II ½ t ½ t

Gambar 03. Trapesium dan Persegi Panjang

Untuk menemukan rumus luas tapesium maka siswa melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

Jiplaklah bangun datar trapesium di atas kemudian buatlah pada kertas karton, potonglah setengah dari tinggi trapesium sehingga membentuk dua bangun, dan tempelkan bangun datar trapesium yang sudah di potong hingga membentuk suatu persegi panjang, dengan panjang = jumlah sisi sejajar dari trapesium dan lebar = setengah tinggi dari trapesium. Jika untuk menentukan rumus luas trapesium kita dapat memanfaatkan rumus persegi panjang.

Luas trapesium = luas persegi panjang yang terbentuk = jumlah sisi sejajar x ½ tinggi

= jumlahsisisejajar xtinggi

2 c. Luas Daerah Jajar Genjang

Jajar genjang adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh dua pasang rusuk yang masing-masing sama panjang dan sejajar dengan

pasangannya, dan memiliki dua pasang sudut bukan siku-siku yang masing-masing sama besar dengan sudut di hadapannya.

Perhatikan gambar dibawah ini.

I II C D I II A B E

Gambar 04. Jajar Genjang dan Persegi Panjang

Untuk menemukan rumus luas jajar genjang ikutilah langkah-langkah berikut : Jiplaklah bangun datar jajar genjang di atas, kemudian buatlah pada kertas karton, potonglah menurut garis tinggi gambar 01 dari jajar genjang tersebut sehingga membentuk 2 bangun, lalu tempelkan sehingga membentuk persegi panjang seperti gambar 02. Sehingga panjang persegi panjang = alas

(10)

9

dari jajar genjeng (CD) dan lebar persegi panjang = tinggi dari jajar genjang (AE). Jadi untuk menentukan rumus luas jajar genjang kita dapat memanfaatkan rumus luas persegi panjang.

Luas jajar genjang = luas persegi panjang yang dibentuk = Panjang × lebar

= CD × AE Jadi luas jajar genjang = alas × tinggi d. Luas Daerah Layang-layang

Layang-layang adalah segiempat yang sepasang-sepasang sisi berdekatan sama panjang.

Perhatikan alat peraga layang-layang yang kalian bawa

½ d2 ½ d2 IV II I III d1 d1 I III IV II ½ d2 ½ d2 A B C D d2

Gambar 05. Layang-layang dan Persegi Panjang

Untuk menemukan rumus luas layang-layang, siswa melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

Jiplak layang-layang diatas kertas manila atau kertas karton, kemudian potonglah bangun tersebut melalui diagonal-diagonalnya sehingga membentuk 4 bangun kemudian tempelkan 4 bangun tersebut sehingga membentuk persegi panjang dengan panjang = d1 dan lebarnya = ½ d2. Untuk menemukan rumus

luas layang-layang kita dapat memanfaatkan rumus luas persegi panjang yaitu Luas persegi panjang = p × l

Keterangan : P = d1

L = ½ d2

Dengan melihat rumus luas persegi panjang maka kita dapat menentukan rumus luas layang-layang sebagai berikut :

Luas layang-layang = d1 × ½ d2

(11)

10 METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah peneliti dalam melakukan penelitian berusaha untuk tetap menjaga konteks dan kebutuhan kelas serta meminimalkan pengaruh terhadap kelas. Hal ini sama dengan pernyataan berikut :

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara holistik kontekstual memulai pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci, bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif (Suandhi, 2006:6).

Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK juga sering disebut dengan Classroom Action Research.PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan mutu-mutu praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional (Suandhi, 2006:13). Menurut Grundy dan Kemmis (dalam Sanjaya, 2009:32) salah satu tujuan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sarana yang dapat mengembangkan sikap profesional guru dalam upaya meningkatkan kemampuannya dalam proses pembelajaran di kelas.

Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK model Kurt Lewin. Model ini terdiri dari 4 (empat) komponen : (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (action), (3) observasi (observing),dan (4) refleksi (reflecting) .Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus, yang dapat digambarkan sebagai berikut.

Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa

Menurut Nurkancana dan Sunartana (1992:100) hasil observasi aktivitas siswa dianalisis dengan statistik deskriptif. Kriteria penggolongan keaktifan siswa didasarkan pada rata-rata skor keaktifan siswa ( A ), skor maksimum ideal, mean ideal (MI), dan standar deviasi ideal (SDI) yaitu:

MI = 2 1

(12)

11 SDI = 3 1 × MI Dengan kriteria: MI + 1,5 SDI < A SangatAktif MI + 0,5 SDI < A < MI + 1,5 SDI Aktif

MI - 0,5 SDI < A < MI + 0,5 SDI Cukup Aktif MI - 1,5 SDI < A < MI - 0,5 SDI Kurang aktif

A < MI -1,5 SDI Sangat Kurang Aktif Adapun cara pemberian skor tentang aktivitas siswa adalah sebagai berikut. Dalam lembar observasi memuat 6 buah indikator dan setiap indikator memuat 4 buah deskriptor dan setiap deskriptor dari masing-masing indikator aktivitas belajar siswa yang tampak selama observasi dicatat pada lembar observasi. Jika sebuah deskriptor tampak maka diberi skor 1 dan jika tidak tampak diberi skor 0, Sehingga aktivitas belajar siswa skor tertinggi ideal adalah 24 dan skor terendah ideal adalah 0. Dengan demikian dapat dihitung Mean Ideal (MI) dan Standar Deviasi Ideal (SDI) yaitu

MI = 2 1 × 24 =12 dan SDI = 3 1 × 12 = 4

Sehingga kriteria penggolongan aktivitas belajar siswa diatas menjadi:

18 < A SangatAktif 14 < A < 18 Aktif

10 < A < 14 Cukup Aktif 6 < A < 10 Kurang aktif

A < 6 Sangat Kurang Aktif

Analisis Data Prestasi Belajar Siswa

Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, hasil tes belajar siswa dianalisis secara statistik deskriptif komparatif yaitu dengan menentukan rata-rata skor prestasi belajar siswa ( X ), ketuntasan belajar (KB), dan daya serap (DS) masing – masing dengan rumus:

N i X X = ∑

(13)

12

Keterangan : X = rata - rata skor prestasi belajar siswa i

X

Σ = jumlah skor prestasi belajar siswa N = banyak peserta tes

% 100 × = N Ni KB Keterangan: KB = ketuntasan belajar

Ni = banyaknya siswa yang memperoleh nilai

6,5 N = banyaknya peserta tes

% 100 × = STI X DS Keterangan: DS = Daya serap

X = rata – rata skor prestasi belajar siswa STI = nilai tertinggi ideal

Menurut Depdikbud dalam (Asriani 2007:32)

Proses pembelajaran telah optimal apabila rata–rata skor prestasi belajar siswa (X)≥6,5, ketuntasan belajar (KB) ≥85% dan daya serap (DS)

% 65 ≥ .

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dari tanggal 22 Oktober 2012 sampai dengan tanggal 07 November 2012 di kelas VA SD Negeri 10 Kesiman Tahun Pelajaran 2012/2013.

Penelitian ini melibatkan 24 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Penelitian ini dilakukan sampai dua siklus dengan enam pertemuan, setiap siklus diberikan dua kali pertemuan untuk membahas materi, mengerjakan LKS secara berkelompok dan diakhiri dengan kuis yang dikerjakan secara individu serta satu pertemuan untuk memberikan tes akhir siklus.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data mengenai aktivitas dan data prestasi belajar siswa kelas VA SD Negeri 10 Kesiman selama proses

(14)

13

pembelajaran berlangsung. Data aktivitas belajar siswa diperoleh dengan menggunakan lembar observasi.

HASIL ANALISIS DATA AKTIVITAS BELAJAR SISWA

Hasil analisis data aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 11,21 dengan kategori “cukup aktif”, dan pada siklus II sebesar 15,97 dengan kategori “aktif”.

HASIL ANALISIS DATA PRESTASI BELAJAR SISWA

Data prestasi belajar siswa diperoleh dari hasil tes akhir siklus pada akhir setiap siklus. Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata skor prestasi belajar siswa (X ), ketuntasan belajar (KB), dan daya serap (DS) pada prasiklus sebesar 62,29; 41,67%, dan 62,29%, siklus I sebesar 67,29; 70,83%, dan 67,29%, dan siklus II sebesar 78,75; 87,5% dan 78,75%. Dari data yang diperoleh di atas diketahui bahwa terjadi peningkatan rata-rata skor prestasi belajar siswa (X), ketuntasan belajar (KB) dan daya serap (DS) dari prasiklus ke siklus I turut sebesar 8,03%; 69,99%; dan 8,03% dan dari sikulus I ke siklus II berturut- berturut-turut sebesar 17,03%; 23,54% dan 17,03%.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data pada prasiklus, prestasi belajar siswa belum tergolong optimal. Hal ini dapat dilihat pada hasil analisis nilai prestasi belajar siswa pada tahap prasiklus memiliki rata-rata skor prestasi belajar siswa (X ), ketuntasan belajar (KB) dan daya serap (DS) secara berturut-turut

62,29; 41,67%; dan 62,29%.

Berdasarkan hasil analisis data aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 10 Kesiman pada siklus I diketahui rata-rata skor aktivitas (A) mencapai 11,21 dengan kategori cukup aktif. Hasil analisis data prestasi pada siklus I di peroleh rata-rata skor prestasi belajar siswa (X ), ketuntasan belajar (KB), dan daya serap (DS) secara berturut-turut adalah 67,29; 70,83%; dan 62,29%.

Hasil analisis data prestasi belajar siswa pada siklus I belum mencapai kriteria minimal yaitu minimal masing-masing adalah X = 65, KB = 85%, dan DS = 65%. Karena hasil aktivitas dan prestasi belajar siswa pada siklus I belum

(15)

14

memenuhi kriteria minimal, maka peneliti bersama teman sejawat dan guru melakukan refleksi untuk mendiskusikan kendala-kendala penyebab kurang berhasilnya pembelajaran yang dilakukan. Tahapan pada siklus II sama dengan tahapan pada siklus I namun pada siklus II dilakukan upaya-upaya perbaikan terhadap kendala-kendala yang ditemukan pada siklus I. Hasil analisis aktivitas belajar siswa pada siklus II didapatkan rata-rata skor prestasi belajar siswa (X ), ketuntasan belajar (KB), dan daya serap (DS) secara berturut-turut adalah 78,75; 87,5%; dan 78,75%.

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I meningkat dibandingkan dengan prasiklus dengan persentase peningkatan rata-rata skor prestasi belajar siswa (X ), ketuntasan belajar (KB), dan daya serap (DS) secara berturut-turut adalah 8,03%, 69,99%; dan 8,03%, demikian juga terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu rata-rata skor prestasi belajar siswa (X), ketuntasan belajar (KB), dan daya serap (DS) berturut-turut sebesar 17,03%; 23,54%, dan 17,03%.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam menghitung luas bangun datar pada siswa kelas VA SD Negeri 10 Kesiman tahun pelajaran 2012/2013 dari cukup aktif pada siklus I menjadi aktif pada siklus II.

2. Terjadi peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam menghitung luas bangun datar pada siswa kelas VA SD Negeri 10 Kesiman tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukkan dengan persentase peningkatan rata-rata skor prestasi belajar siswa (X ), ketuntasan belajar (KB), dan daya serap (DS) dari prasiklus ke siklus I secara berturut-turut sebesar 8,03%; 69,99%; dan 8,03%, sedangkan dari siklus I ke siklus II secara berturut-turut sebesar 17,03%; 23,54%; dan 17,03%.

SARAN

Adapun saran-saran yang diberikan sehubungan dengan simpulan di atas adalah sebagai berikut.

(16)

15

1. Bagi guru – guru matematika SD Negeri 10 Kesiman disarankan untuk menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai salah satu alternatif dalam model pembelajaran matematika di SD Negeri 10 Kesiman. 2. Disarankan untuk peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran matematika maupun mata pelajaran lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, Muslimin, dkk 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press

Nurkancana , Wayan dan Sunartana.1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Sadia, I Wayan. 2007. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dikelas XI IPA 2 SMU Negeri 1 Susut Tahun Pelajaran 2007/2008. Skripsi (tidak diterbitkan). Denpasar. FKIP Universitas Mahasaraswati

Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :Kencana Predana Media Grup.

Suandhi, I Wayan. 2006a. Penelitian Tindakan Kelas. Diktat (tidak diterbitkan).Denpasar: Universitas Mahasaraswati Denpasar.

. 2006b. Penulisan Karya Ilmiah. Diktat( tidak diterbitkan). Denpasar : Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Slavin, Robert. 1995. Cooperative Learning Theory, Research and Practice Second Edition. Boston. Ally and Balon

Gambar

Gambar dibawah ini menentukan hubungan antara kelompok asal dan  kelompok ahli
Gambar 02. Gambar Belah Ketupat  dan Persegi Panjang
Gambar 03. Trapesium dan Persegi  Panjang
Gambar 05. Layang-layang dan Persegi Panjang

Referensi

Dokumen terkait

maka Pokja Pengadaan Barang/Jasa pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun Anggaran 2015 mengumumkan Pemenang Paket tersebut di atas dengan rincian

Bentuk Hak-Hak Anak yang Diperoleh Selama Berada di

c) SPPB yang terbit satu hari sebelum hari libur nasional, setelah hari ke-3 (ke- tiga) sejak tanggal penerbitan SPPB, dikenakan tambahan sebesar 200% (dua ratus persen) dari

Saudara diharapkan membawa Dokumen Asli Perusahaan dan menyerahkan Fotocopynya antara lain : Dokumen Penawaran, Jaminan Penawaran, Surat Dukungan Keuangan Dari Bank, Ijin Usaha

P4 Seperti para Majusi datang membawa persembahan syukur di hadapan bayi Yesus yang lahir, di hari Natal ini kita juga dipanggil untuk membawa persembahan kita bagi

Dalam penulisan ini telah didapatkan data dari hasil ATP di Sekolah Dasar wilayah Kebumen yang mengacu pada aspek-aspek salah satunya adalah kematangan berfikir

Dalam skripsi ini akan dibangun Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (SPPK) Untuk Menentukan Penjurusan Siswa SMA yang bertujuan untuk membantu kesulitan dari

Kita sebagai manusia yang memiliki akal dan berpegang teguh dalam ajaran islam, kita. harus meluruskan niat kita dalm mencari ilmu dan mengamalkannya nanti agar