• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERBASIS METODE BERMAIN PERAN TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERBASIS METODE BERMAIN PERAN TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERBASIS METODE

BERMAIN PERAN TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

Ni Wayan Pramiti1, M.G Rini Kristiantari2, D.B.K.N Semara Putra3 1,2,3Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

email: ayoen.caem@yahoo.com1, rini_bali@yahoo.co.id2, ngurahsemara@yahoo.com3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar Bahasa Indonesia antara siswa yang dibelajarkan menggunakan pendekatan kontekstual berbasis metode bermain peran dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian yaitu nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di SD Gugus IV Kecamatan Sukawati. Melalui teknik random sampling didapat sampel siswa yaitu kelas IV SDN 1 Batubulan Kangin yang berjumlah 54 orang sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas IV SDN 2 Batubulan Kangin berjumlah 51 orang sebagai kelompok kontrol. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan tes berupa hasil belajar Bahasa Indonesia. Hasil test selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pengujian statistik yaitu uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Bahasa Indonesia antara siswa yang dibelajarkan menggunakan pendekatan kontekstual berbasis metode bermain peran dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Ini dapat dilihat dari hasil uji-t, yakni thit = 3,66 sedangkan ttab pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 103 sebesar 2,000, sehingga thit > ttab. Rata-rata hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang mengikuti pembelajaran kontekstual berbasis metode bermain peran lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional yaitu 70,89 > 64,31. Hal ini berarti terdapat pengaruh pendekatan kontekstual berbasis metode bermain peran terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Gugus IV Kecamatan Sukawati.

Kata-kata kunci: Pendekatan kontekstual berbasis metode bermain peran, hasil belajar bahasa Indonesia

Abstract

This research aimed to find out the significant differences of learning Indonesian outcome between the students who learned it through contextual approximation based Role Play method, and those who learned Indonesian language with conventional method. This research was quasi-experimental research with nonequivalent control group design. The population of the research were all of the grade fourth students of elementary school of Gugus 4 Sukawati. By mean of random sampling technique it could be determined that the students sampling as experiment group derived from 54 grade fourth students of SD N 1 Batubulan and 51 grade four students of SDN 2 Batubulan Kangin as group control. The data submitted were result of Indonesian assignment and then were analyzed by statistic testing as test-tThe result of the study showed that there were significant differences of the Indonesian learning outcome of the students who learn it through contextual approximation based Role Play method, and those by conventional method. It could be seen that test-t thit = 3.66 While ttab at significance level 5% with dk = 103 by 2,00 , so thit> ttab. The overage of the students score who learned Indonesian language by contextual approximation based Role Play method were higher than them who it through conventional method as 70,89 > 64,31. It mean that there were influences of contextual approximation based Role Play method toward learning outcome of grade fourth students of SD Gugus 4 Sukawati.

(2)

PENDAHULUAN

Bahasa Indonesia merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua peserta didik dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas bahkan di perguruan tinggi. “Salah satu hakikat bahasa Indonesia adalah bahasa merupakan suatu sistem” (Hairuddin,dkk,2007). Hal ini senada dengan pendapat Maksan (1994) yang mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem. Hal tersebut berarti suatu keseluruhan kegiatan yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan untuk mencapai tujuan berbahasa yaitu berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia memegang peranan penting dalam meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik. Kemampuan berbahasa peserta didik ini adalah kemampuan dalam menguasai empat keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa yang dimaksud yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1986:1) bahwa : “Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang disebut Catur Tunggal.”

Berdasarkan kenyataan di atas, maka pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya tidak disajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya disajikan secara terpadu atau terintegratif baik antara unsur fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik ataupun pemaduan antara keterampilan berbahasa. Menguasai keempat keterampilan berbahasa tersebut merupakan salah satu tujuan dari pembelajaran bahasa Indonesia.

Tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan Kurikulum 2004 adalah agar peserta didik dapat menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan baik dan benar. Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran bahasa yang fungsional, yaitu pembelajaran bahasa harus dikaitkan dengan fungsinya, baik dalam berkomunikasi maupun dalam memenuhi keterampilan untuk hidup.

Tercapai tidaknya tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia ditentukan oleh

pribadi pendidik dan peserta didik yang melakukan proses pembelajaran. Menurut Roestiyah.N.K (2008:1) “Di dalam proses belajar-mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan”.

Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dibutuhkan peran aktif siswa dan kemampuan guru dengan didukung perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Dewasa ini telah terjadi perubahan paradigma pembelajaran dari yang awalnya berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa. Dalam hal ini siswa dituntut lebih aktif dalam menggali pengetahuannya sendiri tanpa menunggu disuapi oleh guru. Sedangkan guru harus mampu mengembangkan diri dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa. Guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana-suasana belajar yang kondusif agar siswa tidak merasa bosan dengan proses pembelajaran yang ada dengan memilih metode pembelajaran yang tepat.

Guru berperan dalam memotivasi dan memfasilitasi siswa dalam belajar sehingga tercipta pembelajaran yang aktif, efektif, kondusif dan menyenangkan. Keberhasilan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa tergantung dari kelancaran komunikasi antara komponen yang berkaitan. Tapi kenyataannya masih banyak guru yang tidak mampu melaksanakannya karena metode pembelajaran yang digunakan tidak terorientasi pada aktivitas dan partisipasi aktif semua siswa, proses belajar-mengajar masih dilakukan oleh sebagian besar guru dengan menggunakan pembelajaran tradisional yang pada umumnya menggunakan metode ceramah, namun belum tentu semua guru cocok mengajar dengan metode ceramah saja. “Karena dalam metode ceramah guru dipandang sebagai satu-satunya sumber belajar terpenting” (Wahyudin,dkk.2006:9.22). Hal ini tentunya mengakibatkan sikap pasif dari peserta didik serta mengakibatkan kegagalan pada proses belajar-mengajar.

Melihat hal tersebut, maka sangat diperlukan suatu tindakan perbaikan proses

(3)

pembelajaran sehingga siswa kembali memiliki gairah untuk mengikuti pelajaran karena merasa tertarik dan menimbulkan rasa senang untuk belajar. Salah satu yang dapat ditempuh guru untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang nantinya dapat membuat siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna bagi dirinya dan juga dapat mengaitkan kehidupan nyata sehari-hari siswa yang tentunya dapat mempermudah siswa memahami pembelajaran yang dilaksanakan yaitu dengan pendekatan kontekstual berbasis metode bermain peran.

Suprijono (2012:79) menyatakan bahwa “pembelajaran kontekstual atau

Contextual Teaching and Learning (CTL)

merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka masing-masing sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Hal ini ditegaskan pula oleh Johnson (dalam Nurhadi,2004:12) yang mengungkapkan bahwa sistem kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya dan budayanya. Intinya pembelajaran menurut pendekatan kontekstual adalah pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata yang terjadi di lingkungan peserta didik. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk peserta didik bekerja dan mengalami, bukan berupa pemindahan pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Pada pendekatan kontekstual ini ada beberapa metode yang dapat digunakan, salah satunya adalah metode bermain peran (Role playing).

Metode bermain peran (Role playing)

adalah salah satu bentuk permainan pendidikan (education games) yang dipakai untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai, dengan tujuan untuk

menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berpikir orang lain dengan memerankan peran orang lain. Bermain peran (Role playing) pada prinsipnya merupakan metode untuk menghadirkan peran-peran yang ada di dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta didik dapat menilai hasil bermain peran yang dilakukan. Menurut Arihi dan Iru (2012:87) metode Role playing adalah “Suatu cara

penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa”. Pengembangan dan penghayatan imajinasi itu dilakukan oleh peserta didik dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Metode ini banyak melibatkan peserta didik dan membuat peserta didik senang belajar serta metode ini mempunyai nilai tambah yaitu: a. dapat menjamin partisipasi seluruh peserta didik dan memberi kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuannya dalam bekerja sama hingga berhasil, b. bermain merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi peserta didik (Arihi dan Iru,2012:88)

Metode role playing atau bermain peran merupakan suatu metode pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan kelompok. Artinya melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain (Hamzah,2009:26)

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, peneliti memandang perlu untuk melakukan kajian tentang model pembelajaran yang paling efektif dalam upaya meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa, sehingga peneliti memfokuskan penelitian dengan judul Pengaruh Pendekatan Kontekstual Berbasis Metode Bermain Peran terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Gugus IV kecamatan Sukawati Tahun Ajaran 2013/2014 karena dengan pendekatan pembelajaran tersebut, peneliti dapat membelajarkan siswa dengan cara mengaitkan kegiatan dalam kehidupan

(4)

sehari-harinya dengan pembelajaran di dalam kelas sehingga siswa dapat lebih mudah memahami dan pembelajaran tersebut dapat lebih bermakna.

METODE

Penelitian ini termasuk eksperimen semu (quasy exsperiment). Desain eksperimen semu yang digunakan adalah

non eqivalent control group design”. Dalam

suatu penelitian populasi dan sampel memiliki hubungan saling keterkaitan. Populasi adalah himpunan yang lengkap dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya ingin kita ketahui (Toha.dkk,2008:4.2). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas IV SD Gugus IV kecamatan Sukawati Tahun Ajaran 2013/2014. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas IV SDN 1 Batubulan Kangin sebagai kelompok eksperimen dan Kelas IV SDN 2 Batubulan Kangin sebagai kelompok kontrol. Kelas IV SDN 1 Batubulan kangin sebagai kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan pendekatan kontekstual berbasis metode bermain peran dan kelas IV SDN 2 Batubulan Kangin sebagai kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Pemilihan sampel tersebut dilakukan dengan teknik Random Sampling. Pemilihan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan uji kesetaraan untuk mengetahui tingkat kesetaraan kelas. Setelah dilakukan uji kesetaraan, selanjutnya dilakukan pengundian terhadap kelas yang setara untuk menentukan kelass eksperimen dan kelas kontrol. Dalam uji kesetaraan tersebut menggunakan nilai pre test dengan menggunakan uji-t. Sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitas.

Uji normalitas dilakukan untuk meyakinkan bahwa uji statistik yang digunakan dalam uji hipotesis benar-benar bisa dilakukan. Hal ini penting, karena jika data tidak normal maka uji-t tidak bisa dilakukan. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan chi-kuadrat ( ). Hasil perhitungan uji menunjukan bahwa kurang dari untuk semua kelompok. Maka diterima (gagal ditolak) ini berarti

kedua data berdistribusi normal. Uji homogenitas bertujuan untuk meyakinkan bahwa perbedaan yang diperoleh dari uji-t benar-benar berasal dari perbedaan antar kelompok, bukan disebabkan perbedaan di dalam kelompok. Uji homogenitas varians dalam penelitian ini menggunakan uji Havley (uji-F) dengan kriteria data homogen jika < . Hasil perhitungan uji F menunjukan bahwa kurang dari berarti varians data hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, dengan derajat kebebasan dk = 103 dan taraf signifikan 5% diperoleh ttabel = 2,00 sedangkan thitung = 1,15. Ini berarti thitung lebih kecil dari ttabel (1,15 < 2,00), maka diterima dan ditolak, ini berarti tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara dua kelompok penelitian dengan kata lain kedua kelompok setara.

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan kontekstual berbasis metode bermain peran yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional yang diterapkan pada kelompok kontrol. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV.

Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi data hasil belajar Bahasa Indonesia. Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Gugus IV Kecamatan Sukawati Tahun Ajaran 2013/2014 yang menjadi anggota sampel. Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode tes. Menurut Arikunto (2011:127) tes adalah pengumpulan data dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan dan bakat yang dimikili individu atau sekelompok. Setelah instrument penelitian tersusun kemudian dilakukan uji coba instrument untuk mendapatkan gambaran secara empirik tentang kelayakan intrumen penelitian. Tes hasil belajar yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari 60 butir soal. Uji coba intrumen yang dilakukan adalah uji

(5)

validitas empirik oleh dua pakar yang selanjutnya dianalisis dengan uji : Validitas tes, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan reabilitas tes.

Selanjutnya pelaksanaan penelitian dilakukan dengan perlakuan terhadap masing kelompok sampel yakni menerapkan pendekatan kontekstual berbasis metode bermain peran pada kelompok eksperimen dan menerapkan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Setelah diberikan perlakuan, kedua kelompok sampel tersebut diberikan post

test. Hal tersebut dilakukan untuk

memperoleh data hasil belajar Bahasa Indonesia siswa secara kognitif. Dan untuk memperoleh hasil belajar Bahasa Indonesia siswa secara afektif diperoleh dengan menggunakan lembar observasi. Melalui

post test dan lembar observasi tersebut

data yang diperoleh kemudian diuji dengan uji prasyarat analisis data yang meliputi uji normalitas, dan uji homogenitas varians. Uji normalitas sebaran data dilakukan untuk mengetahui sebaran data skor hasil belajar Bahasa Indonesia siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan rumus chis square.

Sedangkan uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok dengan menggunakan uji F. Setelah uji prasyarat dilakukan kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengujihipotesis dalam penelitian ini adalah uji-t sampel tidak berkolerasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji normalitas dilakukan untuk meyakinkan bahwa uji statistik yang digunakan dalam uji hipotesis benar-benar bisa dilakukan. Hal ini penting, karena jika data tidak normal maka uji-t tidak bisa dilakukan. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan chi-kuadrat ( ) pada kedua data yakni kelompok data hasil belajar bahasa Indonesia yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual berbasis metode bermain peran dan kelompok data hasil belajar Bahasa Indonesia yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan, rangkuman hasil uji normalitas data sebaran hasil tes kemampuan menyelesaikan soal pada kelompok ekperimen dan kelompok kontrol menunjukan bahwa lebih kecil dari pada untuk semua kelompok. Yakni hasil uji normalitas pada kelompok eksperimen, diperoleh harga X2hit sebesar 6,58201. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga X2tab pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 5 sebesar 11,1. Ini menunjukkan bahwa X2hit < X2tab berarti data hasil belajar Bahasa Indonesia kelompok eksperimen berdistribusi normal.

Sementara hasil uji normalitas pada kelompok kontrol, diperoleh harga X2hit sebesar 7,84825. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga X2tab pada taraf siginifikansi 5% dengan dk = 5 sebesar 11,1. Ini menunjukkan bahwa X2hit < X2tab berarti data hasil belajar Bahasa Indonesia kelompok kontrol berdistribusi normal. Ringkasan hasil uji normalitas untuk kedua kelompok di atas disajikan pada tabel di

bawah ini.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data

No Kelompok Sampel Jumlah Sampel X2hitung X2tabel Simpulan

1 Eksperimen 54 6,58201 11,1 Normal

(6)

Selanjutnya dilakukan Uji homogenitas terhadap varians antar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji homogenitas bertujuan untuk meyakinkan bahwa perbedaan yang diperoleh dari uji-t benar-benar berasal dari perbedaan antar kelompok, bukan disebabkan perbedaan di dalam kelompok. Uji homogenitas varians dalam penelitian ini menggunakan uji Havley (uji-F) dengan kriteria data homogen jika < .

Berdasarkan analisis data yang dilakukan, rangkuman hasil uji homogenitas data sebaran hasil tes kemampuan menyelesaikan soal pada kelompok ekperimen dan kelompok kontrol menunjukan bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah 1,31

sedangkan = 1,60 dengan

: 50, : 53, dan taraf signifikansi 5% adalah 1,60. Hal ini berarti varians data hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.

Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis yakni uji normalitas dan uji homogenitas, bahwa data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat analisis data, kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian ( ) dan hipotesis nol ( ). Uji hipotesis tersebut dilakukan melalui uji beda mean (uji t). Dengan kreteria pengujian adalah ditolak jika

t

hitung

t

(1) dan diterima jika

t

hitung

t

(1). Rangkuman hasil perhitungan uji-t antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Tabel Rangkuman Hasil Uji-t

Data (5%)

Hasil Belajar Bahasa Indonesia

kelompok eksperimen dan kontrol 3,66 2,00

Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan uji-t, diperoleh sebesar 3,66. Untuk mengetahui signifikannya, jika perlu dibandingkan dengan nilai

dengan dk = 103 dan signifikansi 5% diperoleh = 2,00. Karena nilai

lebih dari (3,66 2,00) maka ditolak dan diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang belajar menggunakan pendekatan kontekstual berbasis metode bermain peran dan siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

Hal tersebut diperkuat oleh rerata nilai hasil belajar siswa kelompok eksperimen adalah 70,89 yang termasuk ke dalam kategori tinggi sedangkan rerata kelompok kontrol adalah 64,31 yang termasuk ke

dalam kategori sedang. Hal ini berarti pendekatan kontekstual berbasis metode bermain peran lebih baik dalam mengoptimalkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa dibandingkan pembelajaran konvensional.

Berdasarkan seluruh temuan yang diperoleh melalui hasil uji-t serta hasil penelitian yang mendukung, maka dapat dijustifikasi bahwa pendekatan kontekstual berbasis metode bermain peran lebih baik dari pada pembelajaran konvensional dalam mengoptimalkan hasil belajar Bahasa Indonesia. Berapa alasan yang dijadikan sebagai penentu hal tersebut adalah berdasarkan perbedaan hasil belajar pada kedua kelompok yakni pada siswa yang belajar mengunakan pendekatan kontekstual berbasis metode bermain peran

(7)

menunjukan bahwa aktivitas siswa yang lebih baik atau lebih aktif, kemudian kesempatan dalam menyelesaikan masalah lebih banyak. Masalah-masalah yang diberikan kepada siswa untuk dipecahkan juga berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa menjadi sangat tertarik dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran tersebut siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri sehingga pembelajaran yang efektif dapat tercapai.

Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual berbasis metode bermain peran, siswa dipandang sebagai subjek dalam pembelajaran sedangkan guru hanya sebagai fasilitator, mediator dan memberikan petunjuk kepada siswa dalam menyelesaikan masalah. Suprijono (2012:79) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual atau Contextual

Teaching and Learning (CTL) merupakan

konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka masing-masing sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Hal ini ditegaskan pula oleh Johnson (dalam Nurhadi,2004:4) yang mengungkapkan bahwa sistem kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya dan budayanya. Intinya pembelajaran menurut pendekatan kontekstual adalah pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata yang terjadi dilingkungan peserta didik. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk peserta didik bekerja dan mengalami, bukan berupa pemindahan pengetahuan dari guru kepada peserta didik.

Menurut Arihi dan Iru (2012:87) metode role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan

siswa. Pengembangan dan penghayatan imajinasi itu dilakukan oleh siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Metode ini banyak melibatkan siswa dan membuat siswa senang belajar serta metode ini mempunyai nilai tambah yaitu: 1) dapat menjamin partisipasi seluruh siswa dan memberi kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuannya dalam bekerja sama hingga berhasil, 2) bermain merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi siswa. Metode role

playing atau bermain peran merupakan

suatu metode pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan kelompok. Artinya melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain (Hamzah,2009:26). Sementara, Roestiyah N.K (2008:90) menyatakan bahwa metode bermain peran (role playing) adalah mendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan gerak gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia.

Pada hakekatnya

pembelajaran/pembimbingan bermain peran terletak pada keterlibatan emosional pemeran dan pengamat dalam situasi masalah yang secara nyata dihadapi.

Kelebihan dari metode bermain peran adalah : siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan yang diperankan, siswa berlatih untuk berinisiatif dan berkreasi, bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk , kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya, siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesama, bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik, sangat menarik bagi siswa, siswa dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan

dapat menumbuhkan/membuka

kesempatan bagi lapangan kerja.

Dikarenakan dengan pernyataan tersebut, maka pembelajaran kontekstual sangat cocok jika diterapkan dengan metode bermain peran yang dimana metode bermain peran, Pertama dibuat berdasarkan asumsi bahwa sangatlah

(8)

mungkin menciptakan analogi otentik ke dalam suatu situasi permasalahan kehidupan nyata. Kedua, bahwa bermain peran dapat mendorong siswa mengekspresikan perasaannya dan bahkan melepaskan. Ketiga, bahwa proses psikologi melibatkan sikap, nilai, dan keyakinan kita serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis (Hamzah,2009).

Sedangkan pada siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Pada prinsipnya proses pembelajaran masih banyak yang memperlakukan siswa dengan cara mengajar, yang sering dikenal dengan duduk, diam, dengar, catat, dan hafal, serta kurang membiasakan siswa belajar secara aktif. Metode ceramah sebagai cara yang ampuh dalam menyampaikan informasi kepada para siswa sangat umum dan sangat sering dipakai oleh guru tanpa melihat kemungkinan untuk mencoba menggunakan metode lain yang sesuai dengan kompetensi, jenis materi, serta alat atau media yang tersedia. Pada pembelajaran konvensional, pembelajaran lebih sering diarahkan pada aliran informasi atau transfer pengetahuan yang dimiliki oleh guru ke siswa melalui metode ceramah.

Menurut Sanjaya (2006:22) pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar di kelas, kegiatan proses belajar mengajar lebih sering diarahkan pada aliran informasi dari guru ke siswa. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih berpegang pada teori tingkah laku (behavioristik). Teori ini didasari asumsi bahwa peserta didik adalah manusia pasif yang tugasnya hanya mendengarkan, mencatat dan menghafal, serta hanya melakukan respon terhadap stimulus yang datang dari luar (stimulus

-response). Siswa belajar apabila dilakukan

pembelajaran oleh guru secara sengaja, teratur dan berkelanjutan. Tanpa upaya pembelajaran yang disengaja dan berkelanjutan maka siswa tidak mungkin melakukan pembelajaran (Sudjana,2006). Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang muncul sebagai respon individu

terhadap stimulus yang datang dari luar. Semua siswa dianggap individu yang sama, sehingga bila siswa diberikan stimulus maka respon yang diberikan juga sama.

Dampak dari pembelajaran tersebut maka siswa akan terbiasa untuk menerima apa saja yang diberikan oleh guru tanpa mau aktif untuk menemukan konsep-konsep yang sedang dipelajari. Guru akan merasa bangga ketika siswanya mampu menyebutkan kembali materi yang telah dipelajarinya secara lisan dari informasi yang terdapat di dalam buku pelajaran atau yang diberikan oleh guru. Penekanan pembelajaran adalah diperolehnya kemampuan mengingat (memorizing) dan

bukan kemampuan memahami

(understanding). Berdasarkan uraian di

atas, pembelajaran konvensional dalam pembelajaran pada hakekatnya adalah pentransferan ilmu pengetahuan atau “aliran informasi dari pendidik ke siswa yang berorientasi pada produk bukan pada proses sebagaimana pengetahuan itu dibangun”.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan hasil belajar Bahasa Indonesia antara kelompok siswa yang belajar menggunakan pendekatan kontekstual berbasis metode bermain peran dan kelompok siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional kelas IV SD Gugus IV Kecamatan Sukawati tahun ajaran 2013/2014, yang diperoleh dari hasil hipotesis yang telah dilakukan dengan menggunakan uji-t, dengan dk = 103 dan taraf signifikan 5% diketahui bahwa nilai lebih dari (3,66 2,00), sehingga ditolak dan diterima.

Ini berarti penerapan pendekatan kontekstual berbasis metode bermain peran berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Gugus IV Kecamatan Sukawati tahun ajaran 2013/2014.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka beberapa saran yang dapat diajukan adalah 1) kepada para guru agar menggunakan pendekatan kontekstual

(9)

berbasis metode bermain peran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, 2) kepada para peneliti berikutnya diharapkan melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kontekstual berbasis metode bermain peran pada materi Bahasa Indonesia yang lain dan dengan melibatkan sampel yang lebih luas.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam proses pembuatan skripsi ini, banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada 1) Bapak Prof. Dr. I Wayan Sudiana, M.Pd selaku rektor Universitas Pendidikan Ganesha, 2) Bapak Drs. I Ketut Pujawan, M.Pd selaku dekan Fakultas pendidikan, 3) Bapak Drs. Ign. I Wayan Suwatra, M.Pd Selaku ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 4) Ibu Dr. MG. Rini Kristiantari, M.Pd Selaku Ketua UPP PGSD dan PG-Paud Denpasar sekaligus selaku pembimbing I, 5) Bapak Drs. D.B.K.N Semara Putra, S.Pd, M.For selaku dosen pembimbing II, atas bimbingan, bantuan, nasehat, serta petunjuknya yang sangat berarti bagi penulisan skripsi ini, 6) Ibu Luh Ketut Dewi Puspawati,S.Pd selaku kepala SD N 1 Batubulan Kangin, dewan guru dan staff pegawai SD N 1 Batubulan Kangin yang telah memberikan imformasi, bantuan, dan kesempatan untuk mengumpulkan data di sekolah ini, 7) Bapak I Wayan Sukantra selaku kepala sekolah SD N 2 Batubulan Kangin, dewan guru dan staf pegawai SD N 2 Batubulan Kangin yang telah memberikan informasi, bantuan dan kesempatan untuk mengumpulkan data di sekolah ini, 8) Rekan-rekan seangkatan yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu baik secara langsung atau tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

Berkat bantuan dari semua pihak, semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setinggi-tingginya bagi rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk kemajuan pendidikan, disamping itu dimohonkan kritik

yang sifatnya membangun untuk kesempuranaan skripsi ini.

DAFTAR RUJUKAN

`

Abbas,Saleh. 2006.

Pembelajaran Bahasa

Indonesia yang Efektif di Sekolah

Dasar

. Jakarta: Depdikbud

Anggoro,Toha. 2008. Metode Penelitian. Jakarta. Universitas Terbuka

Arihi dan Iru. 2012. Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi dan

Model-Model Pembelajaran.

Yogyakarta: Multi Presindo .

Arikunto,Suharsini.

2011

.

Prosedur

Penelitian,

Suatu

Pendekatan

Praktik..

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Depdiknas.

2003a.

Kurikulum

2004.

Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

Bahasa

Sekolah

Dasar

dan

Madrasah

Ibtidaiyah.

Jakarta:

Depdiknas.

Hairuddin,dkk. 2007.

Bahan Ajar Cetak

Pembelajaran Bahasa Indonesia

.

Jakarta: Depdikbud

Hairuddin,dkk.2007.

Pembelajaran Bahasa

Indonesia.

Jakarta:Departemen

Pendidikan Nasional

Hamzah B.Uno, Mohamad N. 2009.

Model

Pembelajaran

. Jakarta: Bumi Aksara

Hamzah B.Uno, Mohamad N. 2011.

Belajar

Dengan

Pendekatan

PAILKEM

.

Jakarta: Bumi Aksara

Khoirulanwari.

2011.

Model

Bermain

Peran.

Tersedia

dalam

http://

khoirulanwari.blog.friendster.com/a

bout/modelbermainperan/.

Diakses

tanggal 02 Februari 2013

Maksan,Marjusman.

1994.

Ilmu

Bahasa

.

Padang:M.R.C FPTK IKIP Padang

N.K, Roestiyah. 2008. Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Nurhadi,dkk. 2004. Pembelajaran

Kontekstual dan Penerapannya

dalam KBK.---

Sudjana, Nana. 2006

. Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar Cetakan

Kesebelas

. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

(10)

Suprijono,Agus. 2012. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tarigan,H.G. 1986. Pendidikan Bahasa

Indonesia 1. Jakarta: Depdikbud

Tarigan,H.G. 1986.

Menyimak Sebagai

Suatu

Keterampilan

Berbahasa

.

Bandung: Angkasa Bandung

Undiksha.2009. Pedoman Penulisan Skripsi

dan Tugas Akhir. Singaraja:

Undiksha.

Wahyudin,dkk. 2006. Pengantar

Pendidikan. Jakarta: Universitas

Terbuka

Winarsunu.

2009.

Statistik

Dalam

Penelitian

Psikologi

Dan

Pendidikan

. Malang: Universitas

Negeri Malang

Winarsunu. 2010. Statistik Dalam Penelitian

Psikologi Dan Pendidikan. Malang:

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini terlihat pada lebar koridor yang lebih lebar dibandingkan dengan area hunian, cahaya pada bukaan jendela yang lebar lebih banyak masuk ke area podium, ruang

Penambahan berbagai variasi minyak pelumas bekas dengan 0,03% styrofoam pada campuran beton aspal menyebabkan viscositas campuran jauh lebih rendah daripada beton

Nama Peneliti Judul Peneltian Variabel yang Digunakan Hasil Penelitian Helvianti 2009 Kontribusi Penerimaan Pajak Reklame dan Penerangan Jalan terhadap Pendapatan Asli

bekerja di sektor minyak dan gas bumi secara umum memiliki ketentuan yang dengan karyawan yang bekerja di sektor industri lain. Dengan dasar ini, terdapat kewajiban bagi

Menurut Sugiyono (2009 : 207), statistik inferensial merupakan teknik statistik yang digunakan dalam melakukan analisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk

Dari beragam ilustrasi yang kemudian disimpulkan dapat mepreservasi budaya, catatan penting dari hal tersebut adalah berangkat dari realitas masyarakat Bugis yang ada

1) Imitasi, adalah suatu tindakan meniru orang lain yang dilakukan dalam bermacam-macam bentuk, seperti gaya bicara, tingkah laku, adat dan kebiasaan, serta apa saja

Kegiatan membaca yang dapat dilakukan adalah membacakan buku dengan nyaring (read aloud) dan membaca dalam hati (sustained silent reading/SSR). b) Memperkaya koleksi bacaan