• Tidak ada hasil yang ditemukan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUTUSAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 27/MEN/2012

TENTANG

PEDOMAN UMUM KREDIT USAHA RAKYAT SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka perluasan dan peningkatan efektifitas pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat Sektor Kelautan dan Perikanan, perlu menetapkan Pedoman Umum Kredit Usaha Rakyat Sektor Kelautan dan Perikanan;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri tentang Pedoman Umum Kredit Usaha Rakyat Sektor Kelautan dan Perikanan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502);

3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);

(2)

4. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866);

6. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

7. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011;

8. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011;

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 Tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan PMK Nomor 189/PMK.05/2010;

10.Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan;

11.Keputusan Menteri Koodinator Sektor Perekonomian No. KEP-22/M.EKON/10/2009 tentang Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi;

12.Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi Nomor: KEP-15/D.I.M.EKON/10/2011 tentang Standar Operasional dan Prosedur Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PEDOMAN UMUM KREDIT USAHA RAKYAT SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN.

(3)

KESATU : Menetapkan Pedoman Umum Kredit Usaha Rakyat Sektor Kelautan dan Perikanan sebagaimana tersebut dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.

KEDUA : Pedoman Umum Kredit Usaha Rakyat Sektor Kelautan dan Perikanan sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU merupakan acuan dalam pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat Sektor Kelautan dan Perikanan.

KETIGA : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 30 Mei 2012 MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu penyebab kurang berkembangnya usaha sektor kelautan dan perikanan selama ini, terutama untuk skala mikro adalah terbatasnya akses terhadap sumber-sumber permodalan, khususnya sumber permodalan dari perbankan karena sulitnya memenuhi persyaratan diantaranya ketersediaan agunan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka Pemerintah telah mencanangkan upaya peningkatan akses Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKM-K) pada sumber pembiayaan.

Sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, pembiayaan bagi UMKM-K termasuk sektor kelautan dan perikanan telah ditetapkan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Sebagai tindak lanjut dari Instruksi Presiden tersebut, Kementerian Keuangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 189/PMK.05/2010.

Dalam rangka perluasan dan peningkatan efektivitas pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah menetapkan Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Selaku

LAMPIRAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR KEP.27/MEN/2012

TENTANG PEDOMAN UMUM KREDIT USAHA RAKYAT SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN.

(5)

Ketua Tim Pelaksana Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi Nomor KEP-15/D.I.M.EKON/10/2011 tentang Standar Operasional dan Prosedur Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.

Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, dalam rangka mempermudah pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sektor kelautan dan perikanan perlu diatur Pedoman Umum Kredit Usaha Rakyat Sektor Kelautan dan Perikanan.

B. Tujuan KUR

Tujuan KUR sektor kelautan dan perikanan adalah:

1. Meningkatkan akses pembiayaan bagi masyarakat di sektor kelautan dan perikanan;

2. Meningkatkan pengembangan usaha sektor kelautan dan perikanan; dan

3. Meningkatkan pendapatan, kesempatan kerja dan penanggulangan kemiskinan bagi masyarakat di sektor kelautan dan perikanan.

C. Sasaran KUR

Sasaran KUR sektor kelautan dan perikanan adalah pelaku UMKM-K yang bergerak di sektor kelautan dan perikanan untuk membiayai usaha di bidang:

1. Penangkapan ikan; 2. Pembudidayaan ikan;

3. Pengolahan dan pemasaran hasil perikanan; dan 4. Usaha garam.

D. Pengertian

1. Kredit Usaha Rakyat yang selanjutnya disingkat KUR adalah kredit/pembiayaan kepada UMKM-K dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif.

(6)

2. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang selanjutnya disingkat UMKM, adalah sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

3. Calon Debitur KUR Sektor Kelautan dan Perikanan adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, Koperasi, di Sektor Kelautan dan Perikanan dan lembaga linkage yang meliputi kelompok usaha, koperasi dan BPR/BPRS.

4. Usaha layak adalah usaha calon debitur yang

menguntungkan/memberikan laba sehingga mampu membayar

bunga/marjin dan mengembalikan seluruh hutang/kewajiban pokok kredit/pembiayaan dalam jangka waktu yang disepakati antara bank pelaksana dengan Debitur KUR dan memberikan sisa keuntungan untuk mengembangkan usahanya.

5. Belum Bankable adalah UMKM-K yang belum dapat memenuhi persyaratan perkreditan/pembiayaan dari bank pelaksana antara lain dalam hal penyediaan agunan dan pemenuhan persyaratan perkreditan/pembiayaan yang sesuai dengan ketentuan bank pelaksana.

6. Kelompok Usaha adalah kumpulan orang perorang atau badan usaha (UMKM) yang melakukan kegiatan usaha produktif dan dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan atau kesamaan kondisi lingkungan untuk meningkatkan usaha anggotanya.

7. Kelompok Pembudidaya Ikan yang selanjutnya disingkat Pokdakan adalah kumpulan orang perorang yang melakukan kegiatan usaha produktif dan dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan atau kesamaan kondisi lingkungan untuk meningkatkan usaha anggotanya pada kegiatan pembudidayaan.

8. Kelompok Usaha Bersama yang selanjutnya disingkat KUB adalah kumpulan orang perorang yang melakukan kegiatan usaha produktif dan dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan atau kesamaan kondisi

(7)

lingkungan untuk meningkatkan usaha anggotanya pada kegiatan penangkapan.

9. Kelompok Pengolah dan Pemasar yang selanjutnya disingkat Poklahsar adalah kumpulan orang perorang yang melakukan kegiatan usaha produktif dan dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan atau kesamaan kondisi lingkungan untuk meningkatkan usaha anggotanya pada kegiatan pengolahan dan pemasaran.

10. Kelompok Usaha Garam yang selanjutnya disingkat KUGAR adalah kumpulan orang perorang yang melakukan kegiatan usaha produktif dan dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan atau kesamaan kondisi lingkungan untuk meningkatkan usaha anggotanya pada kegiatan usaha garam.

11. Lembaga linkage adalah lembaga yang meneruspinjamkan KUR dari bank pelaksana kepada UMKM-K, yaitu Koperasi Sekunder, Koperasi Primer (Koperasi Simpan Pinjam, Unit Simpan Pinjam Koperasi), Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/BPRS), Lembaga Keuangan Non Bank, Kelompok Usaha, Lembaga Keuangan Mikro pola konvensional atau syariah.

12. Koperasi adalah Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

13. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).

14.Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

(8)

langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).

15.Usaha Menengah adalah usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah). 16.Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut bank, mencakup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksankan kegiatan usahanya.

17.Perusahaan penjamin adalah perusahaan yang melakukan kegiatan dalam bentuk pemberian penjaminan kredit/pembiayaan untuk membantu UMKM-K guna memperoleh kredit/pembiayaan dari bank, yang menjadi pihak dalam nota kesepahaman bersama (MoU) dengan Pemerintah.

18.Bank pelaksana adalah Bank Umum yang telah menandatangani nota kesepahaman bersama (MoU) dengan pemerintah dan perusahaan penjamin dalam rangka penjaminan kredit/pembiayaan KUR.

(9)

19.Komite Kebijakan adalah komite yang dibentuk oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil Kementerian Keuangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perdagangan, Kementerian Negara PPN/Bappenas, dan BPKP.

20.Pemasaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh pelaku usaha mikro dan/atau kecil dalam usaha memasarkan hasil perikanan.

21.Dinas adalah dinas provinsi atau kabupaten/kota yang membidangi kelautan dan perikanan.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Keputusan Menteri ini meliputi Pelaksanaan KUR, Bidang Usaha yang Dibiayai KUR, Pembinaan, serta Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan.

(10)

BAB II

PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT

A. Persyaratan dan mekanisme penyaluran KUR untuk UMKM-K atau kelompok usaha

KUR sektor kelautan dan perikanan dapat diberikan kepada UMKM-K yang memiliki bidang usaha produktif dan layak namun belum bankable dengan plafon kredit sampai dengan Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) yang dijamin oleh perusahaan penjamin. Sumber dana KUR sebesar 100% (seratus persen) berasal dari dana bank pelaksana, sedangkan persentase jumlah KUR yang dijaminkan kepada perusahaan penjamin untuk sektor kelautan dan perikanan sebesar 80% (delapan puluh persen) dari kredit/pembiayaan.

1. Persyaratan

a.Persyaratan umum bagi UMKM-K atau kelompok usaha sektor kelautan dan perikanan, yaitu:

1) tidak sedang menerima kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi dari perbankan dan/atau yang tidak sedang menerima kredit program dari Pemerintah, yang dibuktikan dengan hasil

(11)

Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia pada saat permohonan kredit/pembiayaan diajukan;

2) dapat sedang menerima kredit konsumtif (kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, kartu kredit dan kredit konsumtif lainnya);

3) dalam hal UMKM-K atau kelompok usaha masih memiliki baki debet yang tercatat dalam Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia, tetapi yang bersangkutan sudah melunasi pinjaman, maka diperlukan surat keterangan lunas/roya dengan lampiran cetakan rekening dari bank pelaksana/pembiayaan sebelumnya; dan

4) untuk UMKM-K atau kelompok usaha yang akan meminjam KUR Mikro, baik yang disalurkan secara langsung maupun tidak langsung, tidak diwajibkan untuk dilakukan pengecekan Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia.

b.Persyaratan khusus bagi UMKM-K sektor kelautan dan perikanan, yaitu:

1) Debitur Perorangan:

a) memiliki surat keterangan usaha di sektor kelautan dan perikanan dari Lurah/Kepala Desa setempat;

b) memiliki identitas diri berupa fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP); dan

c) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pemohon kredit untuk kredit di atas Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

2) Debitur Kelompok:

a) Pokdakan, KUB, Poklahsar, KUGAR yang telah terdaftar pada dinas kabupaten/kota;

b) mempunyai kegiatan usaha produktif;

c) mempunyai pengurus yang aktif minimal terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara;

(12)

d) mempunyai aturan kelompok yang disepakati oleh seluruh anggota; dan

e) mempunyai pembukuan keuangan.

3) Koperasi perikanan/koperasi pesisir/BPR pesisir:

a) mempunyai akte pendirian koperasi perikanan/koperasi pesisir/BPR pesisir;

b) kegiatan usaha masih aktif minimal 2 (dua) tahun; c) mempunyai laba bersih; dan

d) melakukan rapat anggota tahunan (RAT) atau rapat umum pemegang saham (RUPS).

2. Mekanisme penyaluran KUR sektor kelautan dan perikanan

Calon debitur KUR sektor kelautan dan perikanan mengajukan permohonan kredit kepada bank pelaksana dengan prosedur sebagai berikut:

a. calon debitur (end user) perorangan atau kelompok mengajukan permohonan kepada dinas kabupaten/kota dengan melampirkan proposal usaha disertai dengan kebutuhan kredit sebesar maksimal Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah);

b. selain proposal usaha harus dilengkapi dengan persyaratan umum dan persyaratan khusus sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a dan huruf b;

c. dinas kabupaten/kota melakukan verifikasi terhadap proposal usaha, persyaratan umum dan persyaratan khusus;

d. apabila usaha dianggap layak dan telah memenuhi persyaratan, maka dinas kabupaten/kota memberikan surat rekomendasi yang ditandatangani oleh kepala dinas kabupaten/kota untuk disampaikan kepada bank pelaksana;

e. apabila usaha dianggap tidak layak dan/atau tidak memenuhi persyaratan, maka dinas kabupaten/kota memberikan surat penolakan;

(13)

f. dinas kabupaten/kota memfasilitasi debitur yang bersangkutan untuk menghubungi bank pelaksana;

g. Bank pelaksana melakukan penilaian secara individu terhadap calon Debitur KUR, apabila dinilai layak dan disetujui oleh bank pelaksana, maka Debitur KUR menandatangani perjanjian kredit. h. apabila usaha dianggap tidak layak dan/atau tidak memenuhi

persyaratan, maka bank pelaksana memberikan surat penolakan. i. Bank pelaksana mengajukan permohonan penjaminan kepada

perusahaan penjamin dengan penjaminan sebesar 80% (delapan puluh persen) untuk sektor kelautan dan perikanan dari plafon kredit yang diberikan, dan selanjutnya perusahaan penjamin menerbitkan sertifikat penjaminan.

B. Persyaratan dan mekanisme penyaluran KUR melalui lembaga linkage

KUR sektor kelautan dan perikanan dapat diberikan kepada lembaga

linkage dengan plafon kredit sampai dengan Rp. 2.000.000.000,- (dua

milyar rupiah) yang dijamin oleh perusahaan penjamin. Sumber dana KUR sebesar 100% (seratus persen) berasal dari dana bank pelaksana, sedangkan persentase jumlah KUR yang dijaminkan kepada perusahaan penjamin untuk sektor kelautan dan perikanan sebesar 80% (delapan puluh persen) dari kredit/pembiayaan.

1. Persyaratan

a. Pola Executing:

1) Lembaga linkage diperbolehkan sedang memperoleh

kredit/pembiayaan dari perbankan;

2) Lembaga linkage tersebut tidak sedang memperoleh kredit program pemerintah;

3) Kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan lembaga linkage dikecualikan dari kriteria dari UMKM-K penerima KUR; dan

(14)

4) Plafon KUR yang dapat diberikan oleh bank pelaksana kepada lembaga linkage maksimal sebesar Rp. 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah) yang wajib meneruspinjamkan kepada UMKM-K. b. Pola Channeling:

1) Lembaga linkage diperbolehkan sedang memperoleh

kredit/pembiayaan dari perbankan maupun kredit program pemerintah;

2) Jumlah KUR yang disalurkan oleh bank pelaksana adalah sesuai dengan daftar nominatif calon debitur yang diajukan oleh lembaga

linkage; dan

3) Plafon KUR yang dapat diberikan oleh bank pelaksana kepada lembaga linkage maksimal sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) yang wajib meneruspinjamkan kepada UMKM-K.

2. Mekanisme penyaluran KUR Sektor Kelautan dan Perikanan

Lembaga linkage mengajukan permohonan kredit kepada bank pelaksana dengan prosedur sebagai berikut:

a. Pola Executing:

1) calon debitur kelompok usaha/koperasi perikanan/koperasi pesisir/BPR Pesisir mengajukan permohonan kepada dinas kabupaten/kota dengan melampirkan proposal usaha disertai dengan kebutuhan kredit sebesar maksimal Rp 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah);

2) proposal usaha memuat antara lain: nama, alamat, jenis usaha, jumlah kebutuhan dan peruntukkan kredit;

3) dinas kabupaten/kota melakukan verifikasi terhadap proposal, persyaratan umum dan persyaratan khusus;

4) apabila usaha dianggap layak dan telah memenuhi persyaratan, maka dinas kabupaten/kota memberikan surat rekomendasi yang ditandatangani oleh kepala dinas kabupaten/kota untuk disampaikan kepada bank pelaksana;

(15)

5) apabila usaha dianggap tidak layak dan/atau tidak memenuhi persyaratan, maka dinas kabupaten/kota memberikan surat penolakan;

6) dinas kabupaten/kota memfasilitasi calon debitur yang bersangkutan untuk menghubungi bank pelaksana atau lembaga

linkage mengajukan permohonan kredit/pembiayaan kepada bank

pelaksana berdasarkan rekomendasi dari dinas kabupaten/kota; 7) bank pelaksana melakukan pengecekan sistem informasi debitur

dan melakukan analisis kelayakan. Dalam hal dinyatakan layak,

maka bank pelaksana memberikan persetujuan

kredit/pembiayaan dengan menandatangani perjanjian kredit/pembiayaan dengan lembaga linkage;

8) apabila usaha dianggap tidak layak dan/atau tidak memenuhi persyaratan, maka bank pelaksana memberikan surat penolakan; 9) bank pelaksana mengajukan permohonan penjaminan kepada

perusahaan penjamin, selanjutnya perusahaan penjamin menerbitkan sertifikat penjaminan atas nama lembaga linkage; 10) lembaga linkage menyalurkan kredit/pembiayaan yang diterima

dari bank pelaksana kepada debitur UMKM-K dari lembaga

linkage;

11) Debitur UMKM-K melakukan pembayaran kewajiban

kredit/pembiayaan kepada lembaga linkage. b. Pola Channeling:

1) calon debitur kelompok usaha/koperasi perikanan/koperasi pesisir/BPR Pesisir mengajukan permohonan kepada dinas kabupaten/kota dengan melampirkan:

a. proposal usaha disertai dengan kebutuhan kredit sebesar maksimal Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah); a.proposal …

(16)

b. surat kuasa dari UMKM-K kepada pengurus lembaga linkage untuk mengajukan kredit kepada bank pelaksana dan menjaminkan agunan kepada bank pelaksana.

2) proposal usaha memuat antara lain: nama, alamat, jenis usaha, jumlah kebutuhan dan peruntukan kredit;

3) dinas kabupaten/kota melakukan verifikasi terhadap proposal, persyaratan umum dan persyaratan khusus;

4) apabila usaha dianggap layak dan telah memenuhi persyaratan, maka dinas kabupaten/kota memberikan surat rekomendasi yang ditandatangani oleh kepala dinas kabupaten/kota untuk disampaikan kepada bank pelaksana;

5) apabila usaha dianggap tidak layak dan/atau tidak memenuhi persyaratan, maka dinas kabupaten/kota memberikan surat penolakan;

6) dinas kabupaten/kota memfasilitasi calon debitur yang bersangkutan untuk menghubungi bank pelaksana atau lembaga

linkage mengajukan permohonan kredit/pembiayaan kepada bank

pelaksana berdasarkan rekomendasi dari dinas kabupaten/kota atau lembaga linkage mewakili UMKM-K mengajukan permohonan kredit kepada bank pelaksana dan rekomendasi dari dinas kabupaten/kota;

7) bank pelaksana melakukan pengecekan sistem informasi debitur dan melakukan analisa kelayakan. Dalam hal dinyatakan layak,

maka bank pelaksana memberikan persetujuan

kredit/pembiayaan tersebut dengan mekanisme sebagai berikut: a) berdasarkan kuasa dari bank pelaksana, maka lembaga linkage

menandatangani perjanjian kredit/pembiayaan dengan UMKM-K; atau

(17)

b) berdasarkan kuasa dari UMKM-K, maka lembaga linkage menandatangani perjanjian kredit/pembiayaan dengan bank pelaksana.

8) apabila usaha dianggap tidak layak dan/atau tidak memenuhi persyaratan, maka bank pelaksana memberikan surat penolakan; 9) bank pelaksana mengajukan permohonan penjaminan kepada

perusahaan penjamin, selanjutnya perusahaan penjamin menerbitkan sertifikat penjaminan atas nama masing-masing UMKM-K;

10) Lembaga linkage meneruspinjamkan kredit/pembiayaan yang diterima dari bank pelaksana kepada debitur UMKM-K. Debitur UMKM-K melakukan pembayaran kewajiban kredit/ pembiayaan kepada bank pelaksana melalui lembaga linkage.

C. Jangka Waktu

Jangka waktu pengembalian KUR sektor kelautan dan perikanan yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

1. jangka waktu pengembalian KUR sektor kelautan dan perikanan tidak melebihi 3 (tiga) tahun untuk modal kerja dan 5 (lima) tahun untuk kredit/pembiayaan investasi;

2. dalam hal diperlukan perpanjangan, suplesi, dan restrukturisasi, maka jangka waktu sebagaimana diatur pada angka 1 dapat diperpanjang menjadi maksimal 6 (enam) tahun untuk kredit/pembiayaan modal kerja dan 10 (sepuluh) tahun untuk kredit/pembiayaan investasi terhitung sejak tanggal perjanjian kredit awal;

3. kepada debitur KUR yang usahanya meningkat, dan memerlukan tambahan kredit maka dapat diberikan perpanjangan berupa tambahan pinjaman maupun jangka waktu terhadap debitur KUR tersebut tanpa menunggu pinjaman yang bersangkutan dilunasi, dengan ketentuan: a. debitur yang bersangkutan masih belum dapat dikategorikan

bankable;

(18)

b. total pinjaman setelah penambahan tidak melebihi Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) untuk KUR mikro atau tidak melebihi sebesar Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) untuk KUR ritel atau tidak melebihi Rp 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah) untuk KUR yang diberikan kepada lembaga linkage dengan pola executing. 4. debitur KUR yang bermasalah dimungkinkan untuk direstrukturisasi

sesuai ketentuan yang berlaku di bank pelaksana dengan ketentuan: a. tidak diperbolehkan penambahan plafon pinjaman KUR;

b. ketentuan lainnya sesuai dengan ketentuan KUR mikro dan KUR ritel;

c. terhadap KUR yang direstrukturisasi tidak menggugurkan hak klaim dari bank pelaksana kepada perusahaan penjamin.

D. Pelaksana KUR Sektor Kelautan dan Perikanan

Pelaksana KUR bertugas menyusun kebijakan, pedoman, norma dan standar pelaksanaan KUR sektor kelautan dan perikanan serta mengoordinasikan dengan instansi terkait untuk kelancaran pelaksanaan KUR sektor kelautan dan perikanan. Pelaksana KUR terdiri dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, dinas provinsi dan dinas kabupaten/kota. Adapun kewajiban Pelaksana KUR, yaitu:

1. Kewajiban Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai berikut:

a) mempersiapkan UMKM-K di sektor kelautan dan perikanan yang melakukan usaha produktif yang bersifat individu, kelompok, kemitraan dan/atau cluster yang dapat dibiayai dengan KUR sektor kelautan dan perikanan.

Dalam mempersiapkan UMKM-K di sektor kelautan dan perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan berkoordinasi dengan dinas kabupaten/kota dan dinas provinsi;

b) melakukan koordinasi dengan bank pelaksana di pusat;

c) memfasilitasi hubungan antara UMKM-K dengan pihak lainnya seperti Perusahaan Inti/offtaker yang memberikan kontribusi dan

(19)

dukungan untuk kelancaran usaha di bidang kelautan dan perikanan;

d) membentuk Tim Pelaksana KUR sektor kelautan dan perikanan untuk melakukan sosialisasi, penyusunan data dan informasi, monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan KUR sektor kelautan dan perikanan;

e) menyiapkan anggaran pendukung pelaksanaan KUR dalam DIPA Kementerian Kelautan dan Perikanan.

2. Kewajiban Dinas Provinsi:

a) mengoordinasikan pelaksanaan KUR sektor kelautan dan perikanan di wilayah sesuai kewenangannya;

b) mengusulkan anggaran pendukung KUR sektor kelautan dan perikanan dalam APBD Provinsi.

3. Kewajiban Dinas Kabupaten/Kota:

a) menyiapkan UMKM-K (individu, kelompok, kemitraan, cluster) yang produktif sebagai calon debitur KUR sektor kelautan dan perikanan; b) mengusulkan anggaran pendukung KUR sektor kelautan dan

perikanan dalam APBD Kabupaten/Kota;

c) dapat menyediakan pendampingan bagi calon debitur yang membutuhkannya.

E. Bank Pelaksana

Bank pelaksana KUR Sektor Kelautan dan Perikanan terdiri dari: BRI, Bank Mandiri, BNI, BTN, Bank Bukopin, Bank Syariah Mandiri, Bank DKI, Bank Nagari, Bank Jabar-Banten, Bank Jateng, BPD DIY, Bank Jatim, Bank NTB, Bank Kalbar, BPD Kalsel, Bank Kalteng, Bank Sulut, Bank Maluku, dan Bank Papua, serta Bank lainnya yang secara suka rela mengikatkan diri dan tunduk kepada Nota Kesepahaman Bersama tentang Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada UMKM-K.

(20)
(21)

BAB III

BIDANG USAHA YANG DIBIAYAI KUR SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN Pelaksanaan KUR sektor kelautan dan perikanan diarahkan untuk mendukung program-program Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam rangka meningkatkan akses permodalan bagi masyarakat kelautan dan perikanan berupa modal kerja dan investasi di bidang:

1. Penangkapan Ikan

Modal kerja dan investasi untuk jenis usaha penangkapan ikan yang dibiayai melalui KUR sektor kelautan dan perikanan, yang menggunakan alat penangkapan ikan berupa jaring lingkar, pukat tarik, pukat hela, penggaruk, jaring angkat, jaring insang, perangkap, dan pancing beserta turunannya sebagaimana tersebut pada tabel 1:

Tabel 1

Kelompok dan Jenis/Turunan Alat Penangkapan Ikan

No Kelompok Alat

Penangkapan Ikan

Jenis/Turunan Alat Penangkapan Ikan 1 Jaring Lingkar Pukat Cincin Pelagis Kecil 1 Kapal , Jaring Lingkar

Tanpa Tali Kerut, Pukat Cincin Pelagis Besar 1 Kapal , Pukat Cincin Pelagis Kecil 2 Kapal, Pukat Cincin Grup Pelagis Besar, Pukat Cincin Grup Pelagis Kecil.

2 Alat Pukat Tarik Pukat Tarik Pantai , Cantrang, Lampara Dasar, Dogol , dan Payang.

3 Alat Pukat Hela Pukat Hela Dasar Berpalang, Pukat Hela Dasar

Berpapan, Pukat Udang dan Pukat Ikan.

4 Alat Penggaruk Penggaruk Berkapal

5 Alat Jaring Angkat Bagan Berperahu, Bouke Ami

6 Alat Jaring Insang Jaring Insang Tetap, Jaring Insang Hanyut , Jaring Insang Berpancang, Jaring Klitik,Combined Gill Net,

Trammel Net, Jaring Insang Lingkar,Jaring Insang

Berpancang, Jaring Gillnet Oseanik dan Liong Bun.

7 Alat Perangkap Bubu Pots

8 Alat Pancing Rawai Dasar, Pancing Berjoran, Pancing Ulur,

Tonda,Pancing Layang-layang, Huhate, Squid Angling, Rawai Cucut,Squid Jigging dan Rawai Tuna.

(22)

Sedangkan kebutuhan pembiayaan dan analisa usaha bidang penangkapan ikan sebagaimana tersebut pada tabel 2:

Tabel 2

Kebutuhan Pembiayaan dan Analisa Usaha Bidang Penangkapan Ikan

No

Kelompok Alat Penangkapan

Ikan

Kebutuhan Pembiayaan Analisis Usaha

Modal Kerja (Rp) Modal Investasi (Rp) NPV (Rp) IRR % B/C Ratio 1 Jaring Lingkar < 5 GT 13.500.000 78.500.000 24.824.318 30 1,32 5 – 10 GT 39.600.000 242.000.000 73.611.981 30 1,30 10 – 30 GT 90.950.000 454.750.000 60.906.016 20 1,10 30 – 60 GT 369.000.000 1.973.333.350 599.745.682 30 1,30 2 Pukat Tarik < 5 GT 28.260.000 58.666.667 205.718.639 182 4,51 5 – 10 GT 21.410.000 226.000.000 97.396.845 38 1,43 10 – 30 GT 52.300.000 497.000.000 76.363.065 23 1,15 30 – 60 GT 78.000.000 1.080.000.000 41.133.996 16 1,04 3 Pukat Hela < 5 GT 12.900.000 94.000.000 62.107.654 50 1,66 5 – 10 GT 20.530.000 222.000.000 115.604.625 43 1,52 10 – 30 GT 52.225.000 465.000.000 76.053.202 33 1,34 30 – 60 GT 97.625.000 1.335.000.000 261.754.962 24 1,20 4 Penggaruk < 5 GT 30.100.000 43.000.000 57.717.297 21 1,13 5 Jaring Angkat < 5 GT 4.750.000 120.000.000 18.177.898 22 1,15 5 – 10 GT 13.000.000 251.000.000 138.971.915 43 1,55 10 – 30 GT 26.450.000 495.000.000 26.450.000 31 1,32 30 – 60 GT 112.750.000 1.530.000.000 1.927.489.638 76 2,26 6 Jaring Insang < 5 GT 10.300.000 68.500.000 46.298.303 51 1,68 5 – 10 GT 14.650.000 197.000.000 102.303.674 43 1,52 sedangkan …

(23)

10 – 30 GT 29.900.000 400.333.000 91.849.496 27 1,23 30 – 60 GT 94.050.000 1.446.666.667 250.250.229 23 1,17 7 Perangkap < 5 GT 7.575.000 68.500.000 58.323.717 59 1,85 5 – 10 GT 13.200.000 212.000.000 63.633.183 30 1,30 10 – 30 GT 30.100.000 430.000.000 57.717.297 21 1,13 8 Pancing < 5 GT 12.816.000 70.000.000 181.537.378 142 3,59 5 – 10 GT 24.333.000 200.333.000 170.925.085 60 1,85 10 – 30 GT 63.150.000 383.333.350 45.634.489 21 1,12 30 – 60 GT 195.833.000 1.389.166.667 331.687.886 26 1,24 2. Pembudidayaan Ikan

Modal kerja dan investasi untuk jenis usaha pembudidayaan ikan yang dibiayai melalui KUR sektor kelautan dan perikanan berupa usaha pembenihan dan pembesaran ikan, antara lain: nila, ikan mas, gurame, patin, lele, sidat, udang, bandeng, kerapu, kakap, bawal, ikan hias, dan rumput laut serta usaha budidaya lainnya. Adapun kebutuhan pembiayaan dan analisa usaha bidang pembudidayaan ikan sebagaimana tersebut dalam tabel 3:

Tabel 3

Kebutuhan Pembiayaan dan Analisa Usaha Bidang Pembudidayaan Ikan

No Jenis

Usaha Bidang

Kebutuhan Pembiayaan Analisis Usaha

Modal Kerja (Rp) Modal Investasi (Rp) NPV (Rp) IRR % B/C Ratio 1 Ikan Nila Pembenihan 4.927.760 5.100.000 5.292.243 83,40 1,53 Pendederan 9.800.000 1.000.000 6.193.200 88,89 1,57 Pembesaran 52.837.600 38.350.000 52.625.243 54,63 1,58 2 Ikan Mas Pembenihan 5.574.945 2.650.000 5.316.486 97,65 1,65 Pendederan 10.150.000 1.000.000 5.593.300 80,27 1,50 Pembesaran 37.994.800 14.350.000 33.593.900 58,31 1,64 3 Ikan Pembenihan 4.613.400 4.350.000 14.165.153 139,53 2,58 8. Pancing…

(24)

Gurame Pendederan 27.695.000 800.000 16.091.325 87,84 1,56 Pembesaran 62.020.000 2.300.000 19.414.560 38,60 1,30 4 Ikan Patin Pembenihan 6.984.400 7.650.000 31.318.527 179,27 3,14 Pendederan 10.747.800 1.500.000 6.295.613 81,76 1,51 Pembesaran 28.350.000 4.000.000 30.198.200 74,54 1,93 5 Ikan Lele Pembenihan 4.232.225 2.620.000 3.876.107 87,96 1,57 Pembesaran: Lele di Kolam Tanah 24.862.500 2.600.000 11.893.375 46,33 1,43 Lele di Kolam Terpal 15.470.000 2.350.000 18.655.920 80,73 2,05 6 Ikan Sidat Pendederan 67.060.000 4.500.000 16.638.040 47,96 1,23 Pendederan II 110.560.000 7.500.000 35.128.640 43,99 1,30 Pembesaran 347.200.000 15.550.000 120.787.600 40,45 1,33 7 Udang Vaname Pembenihan 63.150.000 15.000.000 71.586.600 73,58 1,92 Pembesaran: Teknologi Intensif 369.558.000 160.000.000 247.507.868 57,22 1,47 Teknologi semi intensif 244.870.000 121.000.000 175.217.560 48,99 1,48 8 Udang Windu Pembenihan 21.900.000 6.600.000 11.983.800 70,53 1,42 Pembesaran: Udang windu polikultur 14.350.000 5.000.000 16.718.900 123,77 1,86 Windu sederhana 11.175.000 3.500.000 12.522.450 122,49 1,85 Windu semi intensif 57.425.000 15.000.000 60.979.950 121,13 1,84 9 Ikan Bandeng Pembenihan 3.775.000 1.900.000 15.441.550 346,70 3,72 10 Ikan Kerapu Bebek Pembenihan 22.150.000 6.600.000 16.001.200 104,86 1,71 Pendederan 45.570.000 6.000.000 66.482.760 174,81 2,29 Pembesaran 92.630.000 41.240.000 45.353.990 47,23 1,34 11 Ikan Kerapu Macan Pembenihan 21.350.000 6.600.000 26.861.400 135,42 1,96 Pendederan 54.720.000 6.000.000 25.645.440 70,75 1,42 Pembesaran 218.510.000 71.240.000 58.771.940 32,64 1,20 12 Ikan Kakap Putih Pembenihan 16.850.000 6.100.000 36.776.100 212,42 2,60 Pendederan 39.400.000 6.000.000 26.970.800 90,43 1,59 Pembesaran 169.000.000 124.000.000 78.919.600 36,65 1,27 13 Ikan Bawal Bintang Pembenihan 19.960.000 14.600.000 26.882.080 113,43 1,78 Pembesaran 113.320.000 34.000.000 31461.160 37,34 1,21 6 Ikan Sidat …

(25)

14 Kuda Laut 14.758.125 35.600.000 15.621.723 57,29 1,31 15 Rumput Laut Pembenihan 5.000.000 6.150.000 8.842.000 115,25 1,79 Pembesaran Metode lepas dasar 850.000 2.830.000 3.712.875 141,17 2,01 Metode rakit apung 485.000 3.050.000 7.200.288 264,57 3,04 Metode long line 1.250.000 8.120.000 9.112.188 136,79 1,97

3. Pengolahan dan Pemasaran Ikan

Modal kerja dan investasi untuk jenis usaha pengolahan dan pemasaran ikan yang dibiayai melalui KUR sektor kelautan dan perikanan berupa: a. usaha pengolahan;

b. usaha pemasaran dalam negeri; dan c. usaha non konsumsi.

Adapun kebutuhan pembiayaan dan analisa usaha bidang pengolahan dan pemasaran sebagaimana tersebut dalam tabel 4:

Tabel 4

Kebutuhan Pembiayaan dan Analisa Usaha Bidang Pengolahan dan Pemasaran Ikan No Jenis Usaha

Kebutuhan Pembiayaan Analisis Usaha

Modal Kerja (Rp) Modal Investasi (Rp) NPV (Rp) IRR % B/C Ratio Pengolahan 1 Dendeng Nila 13.000.000 29.430.000 32.213.588 34,80 1,77 2 Ebi Kering 7.913.000 30.935.000 77.803.000 32,40 3,52 3 Kerupuk Udang 16.806.000 57.860.000 19.168.000 26,45 1,26 4 Pengolahan Tuna Loin 149.852.600 44.790.000 140.422.993 49,89 1,72 5 Pengolahan Abon Ikan 117.233.800 26.100.000 66.497.200 33,35 1,46 6 Pengolahan Ikan Pari Asap 21.636.700 107.135.000 65.273.250 40,00 1,51 7 Bandeng Tampa Duri 25.754.600 105.800.000 119.920.250 66,96 1,98 8 Pengolahan Agar manisan Rumput Laut 61.769.200 29.275.500 109.658.500 72,47 2,20 b. usaha…

(26)

9 Pengolahan Dendeng Nila 7.675.100 37.374.500 15.725.320 35,77 1,42 10 Berbasis Fish Jeli Produk (Bakso Ikan, otak-otak dan kaki naga) 15.000.000 100.000.000 54.146.200 32,24 1,47 11 Pengolahan Fillet Ikan 311.480.000 203.706.000 290.342.000 40,86 1,56 12 Pemindangan Ikan 30.875.000 335.802.000 75.046.000 29,01 1,21 13 Pengasapan Ikan Tradisional 19.757.000 10.000.000 23.690.700 17,50 1,80 14 Pengasapan Ikan Manyung 333.200.000 140.000.000 63.350.000 24,74 3,31 15 Pengasapan Ikan Tongkol 256.800.000 140.000.000 54.310.000 23,33 3,35 16 Pengasapan Ikan Pari 240.800.000 140.000.000 45.070.000 21,50 3,46 17 Kecap Ikan 50.087.800 119.270.000 75.478.206 45,34 1,63 18 Pengasapan Bandeng 198.225.000 10.000.000 23.690.800 49,13 1,80 19 Krupuk Udang 16.806.000 57.860.000 19.167.531 26,45 1,26 20 Pengolahan Ikan Lele Asap 21.756.000 12.000.000 26.680.600 17,34 1,68 21 Pengolahan Krupuk Ikan Patin 39.060.000 13.459.568 84.615.947 94,00 2,61 22 Pengolahan ATC Rumput Laut 2.583.843.841 4.396.483.841 27.864.744.756 140,60 4,87 23 Pengolahan Krupuk Kulit Ikan 16.209.000 57.763.000 19.267.000 26,33 1,23 24 Pengolahan Fillet Ikan Patin Beku 450.113.138 1.092.243.638 219.008.660 27,02 1,24 25 Pengasinan Teri Nasi 202.543.000 397.222.575 544.565.880 51,49 1,91 26 Krupuk Siap saji Ikan/Udang 763.200.000 151.030.507 960.192.278 52,59 2,05 Pemasaran Dalam Negeri 27 Pengecer Ikan 19.757.000 13.045.000 22.680.600 15,34 1,45 20 Pengolahan…

(27)

28 Pengumpul Ikan 23.757.000 31.045.000 54.680.600 16,34 1,49 Non Konsumsi 29 Pemasaran Tanaman Air Hias 141.000.000 48.000.000 231.000.000 149,00 4,60 30 Pemasaran Ikan Hias 31.875.050 323.806.060 72.046.400 23,01 1,27 31 Kerajinan Kerang-kerangan 100.000.000 100.000.000 278.000.000 24,50 2,20 32 Pengolahan Minyak Ikan 30.491.000 355.602.000 77.046.000 27,01 1,21 33 Pengolahan Tepung Ikan 18.045.000 100.678.000 55.145.600 31,20 1,55 34 Pengolahan Silase 24.754.600 108.500.000 139.920.250 64,96 1,83 4. Usaha Garam

Modal kerja dan investasi untuk jenis usaha garam yang dibiayai melalui KUR sektor kelautan dan perikanan berupa pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana produksi dan pengolahan garam.

Adapun kebutuhan pembiayaan dan analisa usaha bidang usaha garam sebagaimana tersebut dalam tabel 5:

Tabel 5

Kebutuhan Pembiayaan dan Analisa Usaha Bidang Usaha Garam

No Jenis Usaha

Kebutuhan Pembiayaan Analisis Usaha

Modal Kerja (Rp) Modal Investasi (Rp) NPV (Rp) IRR % B/C Ratio 1 Tambak 13.575.000 6.300.000 131.830.813 171,33 9,75 2 Perebusan 500.000 12.000.000 10.758.786 132,84 1,52 Tabel 5 …

(28)

BAB IV PEMBINAAN

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan KUR sektor kelautan dan perikanan, maka perlu dilakukan pembinaan oleh Menteri, gubernur, dan bupati/walikota dalam bentuk:

A. Sosialisasi

(29)

Sosialisasi KUR sektor kelautan dan perikanan dilakukan dalam rangka memberikan pemahaman mengenai pelaksanaan KUR sektor kelautan dan perikanan kepada masyarakat kelautan dan perikanan.

B. Pelatihan

Pelatihan diberikan kepada masyarakat kelautan dan perikanan yang mempunyai usaha produktif dan membutuhkan pembiayaan. Pelatihan ini dilakukan dalam rangka penguatan kapasitas kelembagaan dan masyarakat dalam mengakses KUR sektor kelautan dan perikanan.

C. Pendampingan

Pendampingan dalam Pelaksanaan KUR sektor kelautan dan perikanan dilakukan oleh dinas kabupaten/kota atau Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) dalam hal pengajuan, pencairan, pengembalian KUR.

BAB V

MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

(30)

Dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan KUR sektor kelautan dan perikanan, maka diperlukan adanya monitoring, evaluasi dan pelaporan secara rutin dan berjenjang dari tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota. A. Monitoring dan Evaluasi

1. monitoring dan evaluasi terhadap penyaluran, pemanfaatan dan pengembalian KUR sektor kelautan dan perikanan dilakukan secara periodik setiap 6 (enam) bulan sekali dan berjenjang dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan pusat.

2. monitoring dan evaluasi secara periodik di tingkat pusat dilakukan oleh tim Pelaksana KUR sektor kelautan dan perikanan pusat yang dibentuk oleh Menteri, dan di tingkat provinsi dilakukan oleh tim teknis provinsi yang dibentuk oleh kepala daerah setempat, dan berkoordinasi dengan bank pelaksana di daerah setempat.

B. Pelaporan

1. Bank pelaksana melaporkan pelaksanaan KUR sektor kelautan dan perikanan setiap bulan kepada Komite Kebijakan melalui Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Kebijakan dengan tembusan kepada perusahaan penjamin serta Kementerian Kelautan dan Perikanan.

2. dinas kabupaten/kota menyampaikan laporan penyaluran dan pengembalian KUR sektor kelautan dan perikanan kepada dinas provinsi selambat lambatnya tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya, dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

3. dinas provinsi menyampaikan laporan penyaluran dan pengembalian KUR sektor kelautan dan perikanan kepada Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil selambat lambatnya tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya.

(31)

BAB VI PENUTUP

Pedoman Umum Kredit Usaha Rakyat Sektor Kelautan dan Perikanan ditetapkan sebagai acuan bagi seluruh pihak terkait dalam melaksanakan Program KUR sektor kelautan dan perikanan.

Dengan ditetapkannya Pedoman Umum Kredit Usaha Rakyat Sektor Kelautan dan Perikanan diharapkan terjadi persamaan persepsi dalam pelaksanaan KUR sektor kelautan dan perikanan.

Guna kelancaran pelaksanaan KUR sektor kelautan dan perikanan di daerah, maka Dinas dapat membuat Petunjuk Teknis Kegiatan KUR Sektor Kelautan dan Perikanan yang berisi tentang aturan, persyaratan dan mekanisme pelaksanaan KUR sektor kelautan dan perikanan.

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

Referensi

Dokumen terkait

Manik, Drs., MKom., selaku Sekretaris Jurusan Matematika dan Statistika serta dosen pembimbing yang selalu memberikan dukungan moral dan telah banyak membantu memberikan

Hermawan dkk, 2013, “ Analisa Pengaruh Variasi Temperatur Tuang Pada Pengecoran Squeeze Terhadap Struktur Mikro Dan Kekerasan Produk Sepatu Kampas Rem Dengan

Adapun deskripsi konseli dalam proses konseling didasari pada surah Asy Syams terbagi ke dalam tiga bagian: (1) konseli belum memahami hambatan dirinya secara utuh (surah Asy

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair urin sapi dengan dosis 120 ml/tanaman memberikan pertumbuhan tertinggi pada tinggi tanaman, jumlah

Nilai t hitung yang dihasilkan pada pengujian pengaruh Sales Promotion terhadap Keputusan Pembelian adalah sebesar 2.323 dengan nilai signifikansi sebesar 0.025

Pantulan air untuk sinar matahari tidak langsung menuju jendela kaca yang berada disetiap sisi bangunan Hasil rancangan ini menggunakan prinsip Keterbukaan, yang memberikan

Hasil kajian menunjukkan bahwa: (i) Ada hubungan positif antara tingkat pendapatan per kapita dan konsumsi daging sapi per kapita dan jumlah konsumsi; (ii)

Kesulitan yang disebabkan oleh guru, misalnya: guru tidak mampu memilih atau menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan pokok bahasan dan kedalaman materinya;