KOORDINASI DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PELAYANAN
PUBLIK DI KECAMATAN MANGUHARJO KOTA MADIUN
Bambang Sulistiono
Staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Merdeka Madiun
Abstract
Target of this research is (1) To know the execution co-ordinate in Manguharjo, Madiun;
(2) To know the public efektivitassi service in Manguharjo, Madiun; and (3) To know the
execution co-ordinate in improving public service effectiveness in Manguharjo of Madiun.
Research Finding: (1) That from 23 research responder, there are 14 people (60,87%)
including good category, there are 5 people (21,74%) including category and 4 people or
(17,39%) including category less. There by can be said that by a execution co-ordinate in
environment of Office of District of Manguharjo of Town Madiun can be told good enough or
have been executed better; (2) That from 23 research responder, there are 17 people (73,92%)
including good category, there are 3 people (13,04%) including category and 3 people or
(13,04%) including category less. Thereby can be said that by a public service of office of
District of Manguharjo Kabupatan Madiun can be told by a goodness; and (3) That
coordination show the value of equal to 60,87% at good category, while public service show
73,92% at good category. Inferential thereby that coordination execution can improve the
public service effectiveness in office of District of Manguharjo of Town Madiun.
Keywoeds: the public, coordinate, responder
PENDAHULUAN
Dalam suatu organisasi sumber daya
manusia merupakan aset yang paling penting
dalam keberhasilan suatu usaha. Oleh karena
itu sumber daya manusia adalah merupakan
penentu berhasil tidaknya suatu tujuan
organisasi yang akan dicapai.
Menurut pendapat Kadarman (1992),
bahwa: “Suatu organisasi merupakan suatu
sistem yang terdiri dari unsur yang berkaitan
dengan dan tergantung dari sumber daya
manusia”. Berdasarkan pendapat di atas jelas
bahwa manusialah yang mempunyai peranan
penting dalam suatu pencapaian tujuan.
Masalah-masalah yang ada pada suatu
organisasi akan dapat terselesaikan dengan
baik jika ditunjang dengan kualitas sumber
daya manusia yang baik. Sumber daya
manusia dalam hal ini adalah pegawai negeri
sebagai unsur aparatur negara dan abdi negara
tentu saja selalu dan sangat dituntut untuk
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya
kepada masyarakat.
Krisis kepercayaan masyarakat kepada
birokrasi pemerintahan pada akhir-akhir ini,
bahkan terhadap aparatur keamanan dan
penegak hukum, pada dasarnya dipicu oleh
kegagalan
aparatur
birokrasi
dalam
menampilkan
kualitas
layanan
kepada
masyarakat sesuai bidangnya masing-masing.
Dengan
demikian,
sudah
selayaknya
pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah
daerah
yang
merupakan
perangkat
pemerintahan tingkat terbawah daripada
pelaksanaan asas dekonsentrasi, merupakan
ujung
tombak
daripada
pelaksanaan
pembangunan
di
daerah,
maka
dalam
memberikan ruang gerak yang relevan dan
dinamis
serta
mensinkronkan
kemajuan
masyarakat dalam mendukung kemajuan
kerangka landasan yang kokoh bagi seluruh
bangsa.
Oleh karena itu untuk menghapus citra
birokrasi yang demikian itu sudah barang
tentu tidak mudah seperti membalik telapak
tangan, akan tetapi diperlukan adanya
perubahan-perubahan
dalam
memberikan
layanan kepada masyarakat. Dengan harapan
pemberian layanan kepada masyarakat di
masa yang akan datang akan menjadi lebih
baik
sesuai
dengan
harapan-harapan
masyarakat secara luas.
Mengingat faktor manusia (PNS) sangat
penting,
maka
PNS
perlu
senantiasa
dibimbing dan diarahkan dalam pelaksanaan
tugasnya. Hal ini mengingat bahwa pegawai
negeri sipil sebagai manusia biasa yang tidak
luput dari kesalahan–kesalahan. Oleh karena
itu perlu adanya pengkoordinasian selain
pengawasan yang baik untuk mencegah
terjadinya kesalahan yang berakibat serius
bagi organisasi.
Pengkoordinasian sebagai bagian dari
tugas dan fungsi manajerial pimpinan,
dimaksudkan agar dalam suatu organisasi
tercipta keselarasan aktivitas diantara satu
organisasi atau keselarasan tugas diantara
pejabat, sehingga akan dapat mewujudkan dan
meningkatkan efektivitas, rasionalitas dan
ketertiban dalam pencapaian tujuan dan
pelaksanaan
tugas-tugas
organisasi.
Pencapaian efektivitassi pelayanan publik
tidak akan terwujud begitu saja, selain adanya
koordinasi yang baik antara pimpinan dan
aparat dalam organisasi yang bersangkutan,
harus didukung juga oleh faktor–faktor yang
lain.
Faktor tersebut antara lain pengawasan,
kondisi lingkungan kerja fisik maupun
nonfisik, motivasi, kepemimpinan, teknologi
serta disiplin kerja. Mengingat luasnya faktor
yang mendukung efektivitassi pelayanan
publik tersebut, maka dalam penelitian ini
dibatasi hanya pada faktor koordinasi yang
dilakukan oleh pimpinan dalam meningkatkan
efektivitassi kerja pegawai dalam memberikan
pelayanan
kepada
masyarakat
(publik).
Dengan adanya koordinasi dapat dihindarkan
kemungkinan timbulnya pertentangan antar
bagian, antar organisasi atau antar pejabat.
Koordinasi dapat juga dimaksudkan
untuk mengindari timbulnya rebutan fasilitas,
waktu menunggu diantara unit kerja atau
aparat pelaksana yang memakan waktu lama
dan dapat menghindari pula kekembaran
pekerjaan. Disamping itu dengan koordinasi
dapat dijamin adanya kesatuan kebijakan
antar para pejabat.
Berdasarkan
hal
tersebut,
penulis
memandang
penting
dilaksanakannya
kooordinasi dalam upaya
meningkatkan
efektivitas kerja Pegawai Negeri Sipil Kota
Madiun dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat (publik) di Kota Madiun. Oleh
karena itu, koordinasi dengan pejabat dan
terhadap
Pegawai
Negeri
Sipil
sangat
diperlukan, dengan harapan pelaksanaan
tugas-tugas Pegawai Negeri Sipil bisa lebih
terarah, terkendali dan sesuai dengan rencana
kerja yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dengan kata lain melalui koordinasi yang
dilaksanakan dengan baik maka diharapkan
akan menghasilkan efektivitas kerja Pegawai
Negeri Sipil dalam memberikan pelayanan
publik secara optimal.
Berdasarkan pengamatan penulis di
lokasi penelitian dapat diketahui bahwa belum
adanya keterpaduan dan kesamaan sikap
diantara para pejabat dan pegawai di
lingkungan Kantor Kecamatan Manguharjo
Kota
Madiun
dalam
menyikapi
dan
melaksanakan setiap pekerjaan yang diberikan
oleh pimpinan. Hal ini nampak dari beberapa
indikator sebagai berikut:
1. Adanya perasaan atau suatu pendapat
bahwa satuan unit/bidang kerja atau
jabatannya
merupakan
yang
paling
penting.
2. Adanya perasaan lepas satu sama lain
antara satuan unit/bidang kerja atau antara
pejabat yang ada.
3.Kurang maksimalnya koordinasi diantara
bagian atau unit kerja di lingkungan
pemerintah Kota Madiun.
Keadaan
kurang
baik
ini
harus
mendapatkan perhatian yang serius dari
pimpinan agar di kemudian hari tidak tidak
berdampak negatif pada upaya peningkatan
efektivitas kerja pegawai dalam rangka
meningkatkan pelayanan publik.
Berdasarkan
Adapun
sebagai
masalahnya
dapat
dirumuskan
sebagai
berikut:
“Bagaimanakah
pelaksanaan
koordinasi dalam menunjang efektivitassi
pelayanan publik di Kecamatan Manguharjo
Kota Madiun ?”
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan
pokok
permasalahan
sebagaimana
dikemukakan,
maka
yang
menjadi tujuan penelitan adalah :
1.
Untuk mengetahui pelaksanaan koordinasi
di Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.
2.
Untuk mengetahui efektivitassi pelayanan
publik di Kecamatan Manguharjo Kota
Madiun.
3.
Untuk mengetahui pelaksanaan koordinasi
dalam meningkatkan efektivitas pelayanan
publik di Kecamatan Manguharjo Kota
Madiun.
MANFAAT PENELITIAN
1.
Bagi Penulis
Sebagai wahana aplikasi teori yang telah
diperoleh di perkuliahan. Disamping itu
agar dapat lebih meningkatkan cakrawala
berfikir
ilmiah
serta
menambah
pengetahuan yang berkaitan dengan
koordinasi dalam menunjang efektivitas
pelayanan publik.
2.
Bagi Universitas Merdeka Madiun
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
referensi dalam rangka pengembangan
ilmu
pengetahuan
sebagai
wujud
pelaksanaan
Tri
Dharma
Perguruan
Tinggi.
3.
Bagi Pemerintah Kecamatan Manguharjo
Kiranya dapat menjadi bahan masukan
atau sumbangan pemikiran baik langsung
maupun
tidak
langsung
tentang
pelaksanaan koordinasi guna menunjang
efektivitassi
pelayanan
publik
di
Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.
LANDASAN TEORI
A. Koordinasi
1. Pengertian Koordinasi
Prinsip organisasi dalam suatu
organisasi merupakan hal yang mutlak
harus dilakukan. Hal ini disebabkan
karena dengan adanya pembagian kerja
atau bagian unit yang terkecil di dalam
suatu
organisasi
terdapat
kecenderungan
timbulnya
kekuatan
yang memisahkan diri dari tujuan
organisasi secara keseluruhan. Hal yang
demikian akan menyebabkan pada tiap
unit yang ada dalam organisasi itu
hanya memberikan perhatian tugas
unitnya saja tanpa melaksanakan atau
memperhatikan tujuan organisasi secara
keseluruhan.
Karena
itu,
untuk
menghindarinya
diperlukan
pengkoordinasian.
Koordinasi
menurut
Sutarto
(1998:30) adalah “suatu azas yang
menyatakan
bahwa
dalam
suatu
organisasi
harus
ada
keselarasan
aktivitas diantara satu organisasi atau
keselarasan tugas diantara pejabat”.
Sedangkan
The
Liang
Gie
(1998:216)
memberikan
pengertian
koordinasi sebagai berikut:
Pada
pokoknya
pengkoordinasian
merupakan rangkaian kegiatan yang
menghubungkan, menyatupadukan dan
menyelaraskan
orang-orang
dan
pekerjaannya
sehingga
semuanya
berlangsung secara tertib dan seirama
menuju ke arah tercapainya tujuan
tanpa
kekacauan,
percekcokan,
kekembaran kerja atau kekosongan
kerja.
Sedangkan Handoko (1998:191)
mengatakan
bahwa
:
“Koordinasi
(coordination)
adalah
proses
pengintegrasian tujuan dan
kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan terpilih
(departemen
atau
bidang-bidang
fungsional) suatu organisasi untuk
mencapati tujuan organisasi secara
efektivitas.
Berdasarkan pendapat kedua ahli
di atas, dapat dipahami bahwa pada
hakekatnya koordinasi itu menekankan
adanya keselarasan tindakan diantara
satuan-satuan
organisasi,
sehingga
tujuan organisasi dapat tercapai secara
menyeluruh, berhasil guna dan berdaya
guna.
2. Cara Melakukan Koordinasi
Untuk
melakukan
koordinasi
yang baik perlu adanya sarana-sarana
yang mendukung. Menurut Manullang
(1991:79),
koordinasi
itu
dapat
dilakukan dengan cara:
1. Tindakan pertemuan resmi antara
unsur-unsur/unit yang harus
dikoor-dinasikan, dalam pertemuan seperti
ini, dibahas dan diadakan pertukaran
pikiran
dari
pihak
yang
bersangkutan dengan tujuan mereka
akan
berjalan
seiring
dan
bergandengan
dalam
mencapai
tujuan.
2. Mengangkat seseorang, suatu team
atau panitia koordinasi yang khusus
bertugas
melakukan
kegiatan
koordinasi
seperti
memberikan
penjelasan atau bimbingan kepada
unit yang dikoordinasikan.
3. Membuat buku pedoman dalam mana
dijelaskan tugas dari masing-masing
satu sama lain. Buku pedoman
seperti ini diberikan kepada setiap
unit
untuk
dipedomi
dalam
pelaksanaan tugas masing-masing.
4. Pimpinan mengadakan pertemuan
informal dengan bawahannya dalam
rangka
memberikan
bimbingan,
konsultasi dan pengarahan.
Berdasarkan pendapat tersebut
dapat
diketahui
bahwa
untuk
mewujudkan suatu koordinasi adalah
dengan mengadakan pertemuan resmi
antar unit, mengangkat seseorang
menjadi koordinator, membuat buku
pedoman dan mengadakan pertemuan
informal.
Senada
dengan
pendapat
Manullang tersebut di atas, The Liang
Gie (1992:79) mengemukakan bahwa
cara untuk mewujudkan koordinasi
adalah dengan:
a.Konferensi lengkap;
b.
Pertemuan berkala untuk pejabat
tertentu;
c.Pembentukan panitia gabungan;
d.
Pembentukan badan koordinasi staff
(badan untuk mengkoordinir);
e.Wawancara bawahan;
f.
Memorandum bawahan;
g.
Buku pedoman organisasi dan tata
kerja.
Lebih lanjut, Sondang P. Siagian
(1990:111) mengemukakan
langkah-langkah dalam menjamin suatu rencana
dan
tindakan
terorganisasi
perlu
ditempuh:
a.
Melakukan briefing staff untuk
memberitahu
kebijaksanaan
pimpinan kepada staff yang dalam
waktu sesingkat mungkin harus
diketahui dan dirumuskan;
b.
Rapat staff mengadakan pengecekan
terhadap kegiatan yang telah dan
sedang
dilaksanakan
staf
serta
mengadakan integrasi dari pada
pokok-pokok hasil pekerjaan staf;
c.
Mengumpulkan laporan mengenai
pelaksanaan
kepada
pimpinan
organisasi;
d.
Mengadakan
kunjungan
serta
inspeksi
mengenai
pelaksanaan
kepada pimpinan organisasi serta
memberikan petunjuk sesuai dengan
pedoman atau ketentuan yang telah
ditentukan
oleh
pimpinan
organisasi.
e.
Pemeliharaan
hubungan
dari
berbagai bentuk demi meningkatnya
keserasian kerja.
Dari pendapat tersebut di atas,
dipertegas lagi oleh Sutarto (1998:140)
mengenai langkah-langkah yang dapat
dilakukan dalam melakukan koordinasi,
yaitu:
1.
Mengadakan pertemuan informal
antara pejabat;
2.
Mengadakan
pertemuan
formal
antara para pejabat yang biasanya
dinamakan rapat;
3.
Membuat penyebaran kartu kepada
para pejabat yang diperlukan;
4.
Membuat edaran berantai;
5.
Mengangkat koordinator, membuat
buku pedoman organisasi;
6.
Membuat tanda, simbol, kode,
menyanyi bersama.
Berdasarkan uraian tersebut di
atas,
maka
dalam
penelitian
ini
koordinasi
dilaksanakan
melalui
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Mengadakan rapat koordinasi;
b. Mengadakan briefing;
c. Mengadakan pertemuan informal;
d. Mengadakan buku pedoman kerja;
e. Mengadakan kunjungan kerja;
f. Mengumpulkan laporan dalam rangka
koordinasi.
B. Pelayanan Publik
1. Pengertian Pelayanan
Berdasarkan Buku Manajemen
Pelayanan Prima, yang diterbitkan oleh
Diklat Propinsi Jawa Timur (1999),
pelayanan adalah “suatu kegiatan atau
suatu urutan kegiatan yang terjadi
dalam interaksi langsung dengan orang
lain atau mesin secara fisik dan
menyediakan kepuasan konsumen”.
Sedangkan menurut Fred Luthans
yang
dikutip
Moenir
(2002:12)
memberikan definisi pelayanan sebagai
berikut: “proses pemenuhan kebutuhan
melalui aktivitas orang lain yang
langsung. Arti proses di sini terbatas
dalam kegiatan manajemen dalam
rangka pencapaian tujuan organisasi.
Meskipun demikian dalam arti luas
proses menyangkut segala usaha yang
dilakukan seseorang dalam rangka
mencapai tujuan.”
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa secara kodrati
manusia
dalam
rangka
mempertahankan
hidupnya
sangat
memerlukan pelayanan baik dari diri
sendiri maupun melalui karya orang
lain. Layanan yang diperlukan manusia
pada dasarnya ada dua jenis, yaitu:
a.
Layanan fisik, yang sifatnya
pribadi sebagai manusia, dan
b.
Layanan
administratif,
yang
diberikan
orang
lain
selaku
anggota organisasi (organisasi
swasta
maupun
organisasi
pemerintah).
2. Timbulnya Pelayanan
Timbulnya pelayanan dari orang
lain kepada seseorang, yang orang lain
itu tidak ada kepentingan langsung atas
sesuatu yang dilakukannya, merupakan
suatu hal yang perlu dikaji tersendiri dari
segi kemanusiaan. Jika direnungkan
lebih dalam akan terlihat bahwa timbul
karena ada faktor penyebab, yaitu
sebagai berikut:
Faktor yang bersifat ideal mendasar,
yaitu :
a. Adanya rasa cinta dan kasih sayang.
b. Adanya keyakinan untuk saling tolong
menolong sesamanya.
c. Adanya keyakinan bahwa berbuat
baik kepada orang lain adalah salah
satu bentuk amal saleh."
Selanjutnya menurut Moenir (2002)
"faktor yang bersifat materiil adalah
organisasi, yang menimbulkan hak dan
kewajiban, baik ke dalam
maupun-keluar".
Hak ke dalam, misalnya :
a Hak mendapatkan perlakuan yang
sama atas dasar aturan yang adil dan
iujur.
b Hak menjalankan ibadah dl tempat
kerja.
Kewajiban kedalam, misalnya :
a. Menyelesaikan tugas/pekerlaan yang
dibebankan kepadanya dalam waktu
yang telah ditetapkan.
b. Melayani kperluan orang yang
berkepentingan, baik orang dalam
(sesama pegawai/karyawan) maupun
oran.g lain bukan pegawai/karyawan,
dengan cara dan sikap yang sama
(sesuai dengan norma umum dan
upaya organisasi). Sedangkan hak
dan kewajiban ke luar ditujukan
kepada orang luar/masyarakat yang
berkepentingan.
Hak keluar, misalnya :
Bertahan terhadap paksaan yang bersifat
penyimpangan dari aturan organisasi
Kewajiban keluar, misalnya :
Melayani
keperluan
orang
atau
masyarakat
yang
mempunyai
kepentingan pada organisasi itu sesuai
dengan aturan pokok dan tata cara yang
telah ditetapkan.
3. Faktor Pendukung Pelayanan
Dalam pelayanan umum terdapat
beberapa
faktor
pendukung
yang
penting, diantaranya :
- faktor kesadaran para pejabat
- faktor
petugas/p:egawai
yang
berkeeimpung di dalam p.elayanan
- faktor aturan yang menjadi landasan
kerja pelayanan
- faktor organisasi yang merupakan alat
serta sistem yang memungkinkan
berjalannya
mekanisme
kegiatan
pelayanan
- faktor
pendapatan
yang
dapat
memenuhi
kebutuhan
hidup
minimum
- faktor
ketrampilan
petugas
- faktor sarana dalam pelaksanaan
tugas pelayanan.
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam
penelitian
ini
penulis
menggunakan penelitian yang bersifat
deskriptif
atau
bertujuan
untuk
menggambarkan secara cepat sifat-sifat
suatu individu, keadaan gejala atau
kelompok tertentu atau untuk menentukan
frekuensi adanya hubungan tertentu antara
satu gejala dengan gejala lain dalam
masyarakat. Dalam hal ini mungkin belum
tergantung
dari
sedikit
banyaknya
pengetahuan
tentang
masalah
yang
bersangkutan.
B. Variabel dan Indikator
1. Variabel bebas (Variabel Independent)
adalah variabel yang sering disebut
sebagai variabel stimulus, prediktor,
antecedent. Dalam bahasa Indonesia
sering disebut sebagai variabel bebas.
Variabel bebas adalah merupakan
variabel
yang
menjadi
sebab
perubahaannya
atau
timbulnya
dependen (terikat). Sedangkan variabel
bebasnya adalah Koordinasi, sedangkan
indikatornya :
1)
Mengadakan rapat koordinasi;
2)
Mengadakan briefing;
3)
Mengadakan pertemuan informal;
4)
Mengadakan buku pedoman kerja;
5)
Mengadakan kunjungan kerja;
6)
Mengumpulkan
laporan
dalam
rangka koordinasi.
2. Variabel tergantung (dependen) sering
disebut
variabel
output,
kriteria,
konsekuen. Dalam bahasa Indonesia
sering disebut sebagai variabel terikat.
Variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat,
karena
variabel
bebas.”
Sedangkan yang menjadi variabel
terikat adalah Efektifitas Pelayanan
Publik, sedangkan indikatornya:
a.
Faktor Kesadaran
b.
Faktor Aturan
c.
Faktor Organisasi
d.
Faktor Pendapatan
e.
Faktor Kemampuan-Ketrampilan
f.
Faktor Sarana Pelayanan
C. Populasi
Populasi
dalam
penelitian
ini
meliputi semua karyawan yang ada di
Kecamatan Manguharjo Kota Madiun yang
berjumlah 23 orang terdiri dari Camat,
Sekretaris Camat, Kasi dan Staf. Dengan
mempertimbangkan jumlah populasi 23
orang maka peneliti tidak menggunakan
penelitian sampel melainkan penelitian
populasi. Sebagaimana pendapat Suharsimi
Arikunto adalah : “Untuk sekedar
ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari
100, maka lebih baik diambil semua
sehingga penelitian populasi.”
D. Sumber Data
Dalam pengertian ini yang menjadi
data primer adalah data yang diperoleh dari
responden melalui daftar pertanyaan.
Sedangkan data skunder adalah data yang
berupa dokumen-dokumen yang ada di
Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.
E. Tehnik Pengumpulan Data
Didalam
setiap
penelitian
memerlukan adanya data. Sedangkan
pengumpulan data itu sendiri merupakan
teknik. Teknik pengumpulan dimaksud
antar lain :
1. Teknik Dokumentasi
Menurut Hadari Nawawi adalah “cara
mengumpulkan data katagorisasi dan
klasifikasi bahan-bahan tertulis yang
berhubungan
dengan
masalah
penelitian, baik dari sumber dokumen
maupun buku-buku, koran, majalah dan
lain-lain.”
Teknik
ini
digunakan
untuk
mempertajam hasil analisa pada hasil
penelitian dengan cara mengumpulkan
data-data
melalui
buku-buku,
dokumentasi ditempat penelitian.
3. Teknik Kueisioner
Menurut Hadari Nawawi (1991)
kueisioner
adalah
suatu
usaha
mengumpulkan
informasi
dengan
menyampaikan sejumlah pertanyaan
tertulis, untuk dijawab secara tertulis
pula oleh responden.”
Dalam kuesioner
ini ada beberapa bentuk pertanyaan
yaitu :
1.
Pertanyaan tertutup, suatu jenis
pertanyaan dimana jawaban sudah
ditentukan
lebih
dahulu
dan
responden tidak diberi kesempatan
memberikan jawaban yang lain.
2.
Pertanyaan terbuka, suatu jenis
pertanyaan dimana tidak ditentukan
terlebih dahulu, responden bebas
memberikan pertanyaan.
3.
Pertanyaan kombinasi tertutup dan
terbuka, suatu jenis pertanyaan
dimana jawaban sudah ditentukan
tetapi kemudian disusul dengan
pertanyaan terbuka.”
6. Metode Analisa Data
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan
analis
deskriptif
yaitu
memberikan gambaran mengenai sesuatu
dengan cara yang jelas atau tepat
berdasarkan data yang diperoleh. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang dikemukakan
Hadari Nawawi (1991) : “Prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan
/melukiskan
subyek/obyek
penelitian
(seseorang,
lembaga, masyarakat dan lain-lain) saat
sekarang
berdasarkan
faktar
yang
nampak.”
HASIL PENELITIAN
1.
Rekapitulasi Variabel Bebas: Koordinasi
Untuk mengetahui interpretasi data
variabel
koordinasi
di
Kecamatan
Manguharjo Kota Madiun dapat dilihat
pada tabel rekapitulasi data di bawah ini.
Tabel 1
REKAPITULASI DATA VARIABEL BEBAS
KOORDINASI DI KECAMATAN MANGUHARJO
KOTA MADIUN
No. Resp
Jawaban Pertanyaan No. 1 – 12 Jumlah Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 35 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 35 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 31 4 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 32 5 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 35 6 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 35 7 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 33 8 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 32 9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 35 10 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 35 11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 12 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 34 13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 14 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 34 15 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 34 16 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 35 17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 18 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 35 19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 20 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 32 21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 22 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 34 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 35 66 65 66 64 66 67 65 67 68 65 67 65 791
Sumber data : Jawaban Pertanyaan No. 1-12
Dari tabel rekapitulasi data variabel bebas tersebut di atas dapat diketahui bahwa
klasifikasi pengukuran skor distribusi variabel bebas menunjukkan skor angka tertinggi
dan terendah adalah sebagai berikut:
-
skor tertinggi variabel bebas = 36
-
skor terendah variabel bebas = 31
36 – 31 5
=
= 1,6 dibulatkan menjadi 2
3 3
Dari skor angka 2 tersebut di atas, maka dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis
pengukuran adalah sebagai berikut:
31 – 32 = kategori kurang
33 – 34 = kategori sedang
35 – 36 = kategori baik
Dengan demikian dapat disusun dalam bentuk tabel pengukuran sebagai berikut:
Tabel 2
KLASIFIKASI VARIABEL BEBAS
KOORDINASI DI KECAMATAN MANGUHARJO KOTA MADIUN
Kategori Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Baik
14
60.87
b. Sedang
5
21.74
c. Kurang
4
17.39
Jumlah :
23
100
Sumber : Data primer diolah dari tabel 1
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa dari 23 responden
penelitian, terdapat 14 orang (60,87%)
termasuk kategori baik, terdapat 5
orang (21,74%) termasuk kategori
sedang dan 4 orang atau (17,39%)
termasuk kategori kurang. Dengan
demikian
dapat
dikatakan
bahwa
koordinasi di Kecamatan Manguharjo
Kota Madiun dapat dikatakan cukup
baik.
2.
Rekapitulasi
Variabel
Terikat:
Pelayanan Publik
Untuk mengetahui interpretasi
variabel pelayanan publik dapat dilihat
pada rekapitulasi variabel pada tabel
dibawah ini.
Tabel 3
REKAPITULASI DATA VARIABEL TERIKAT PELAYANAN PUBLIK
No. Respd.
Jawaban Pertanyaan No. 13 - 22 Jumlah Skor 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 29 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 25 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 29 5 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 29 6 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 29 7 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 25 8 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 29 9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 10 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 28 11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 12 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 27 13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 14 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 26 15 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 29 16 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 29
17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 18 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29 19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 20 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 29 21 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 28 22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 23 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 29 Jumlah 65 67 66 66 65 66 67 66 65 66 659
Sumber data : Jawaban Pertanyaan No. 13-22