• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru

Rine Pertiwi1, Neni Hermita2, Hamizi3

Abstract

The problem in this experience is decrease success of science lesson in SDN 97 Pekanbaru grade IV. The average value in that school is 68,1. It is happened because teaching system in that school still concentrate with the teacher and the class be storm if the student in aggrement group. The purpose of this experience is for increase success of science lesson in SDN 97 Pekanbaru grade IV with apply model of teaching cooperative learning type jigsaw II. The formulation : with apply model of cooperative learning type jigsaw II increase secces of science lesson. The subject in this experience are student of SDN 97 Pekanbaru grade IV (40 students). File of success lesson after evaluation test and mid test. Base on experience yield use mid test, complete studied is go up. First file, 16 students (40%) is complete with average value is 68,1. In siclus I 26 students (65%) is complete with average value is 75,35. So to be increase 7,25. Siclus II 34 student (85%) with average value 85,5. So from siclus I until siclus II increase 10,15. So the total increase result study of the students from first score to siclus II increase 17,4. The average of teacher ability in teaching process on siclus I is 88,59% (very good) and siclus II 95,45% (excellent). So the increase is 6,86%. The average of student activity on siclus I is 70,88% (good) and on siclus II the activity the students increase 86,09% (excellent). So the activity of the students increase 15,21%. So that application of the model cooperative learning type jigsaw II can be increase success of science lesson

Keyword : Jigsaw II, Succes of Lesson

A. Pendahuluan

Hasil observasi penulis pada guru kelas IV SDN 97 Pekanbaru mengeluhkan adanya permasalahan setiap guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode kelompok. Proses pembelajaran tidak berjalan seimbang. Hanya siswa yang pandai/pintar saja yang dominan dalam proses pembelajaran baik bertanya maupun

1

Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Riau, Nim 0805121096, e-mail rine.pertiwi@yahoo.co.id 2

Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail nenihermita@rocketmail.com

3

(2)

menjawab pertanyaan dari guru, sedangkan siswa yang kurang pandai hanya bisa diam dan sebagian lain asyik bermain dengan teman-teman sekelompoknya sehingga kelas akan menjadi ribut. Hal ini dapat terjadi mungkin dikarenakan pembagian kelompok yang tidak merata atau tingkat kecerdasan dan lain sebagainya. Pada akhirnya proses pembelajaran yang demikian berdampak pada hasil belajar IPA siswa itu sendiri. Sehingga target KKM (Kriteria Ketuntasan Mininal) yang hanya 75 tidak dapat dicapai lebih dari setengah jumlah siswanya.

Tabel 1. Data siswa yang melewati dan tidak melewati KKM Jumlah

Siswa

Tuntas Tidak Tuntas Rata-rata

Siswa % Siswa %

68,1 40

orang

16 orang 40% 24 orang 60%

Melihat kenyataan yang demikian, salah satu upaya yang akan diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif. Slavin (1995 : 5) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk belajar bekerja sama, saling menyumbang pemikiran dan bertanggung jawab terhadap hasil belajar secara individu maupun kelompok. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang ingin diterapkan adalah model pembelajaran tipe Jigsaw yang telah diujicobakan oleh Elliot Aroson dan teman-temannya dari Universitas Texas dan diadopsi oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins yang lebih praktis dan lebih terperinci yaitu Jigsaw II. Jigsaw II ini digunakan apabila materi yang akan dipelajari berbentuk narasi tertulis. Metode ini paling sesuai untuk subjek-subjek seperti ilmu sosial dan sebagian pelajaran ilmu pengetahuan ilmiah dan bidang-bidang lainnya yang tujuan pembelajaran lebih kepada penguasaan konsep daripada penguasaan kemampuan.

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru ?”

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan hasil belajar IPA siswa di kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru melalui Penerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II.

Manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk Siswa

Meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA dalam belajar IPA dan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi IPA yang berupa narasi tertulis.

b. Untuk Guru

(3)

c. Untuk Sekolah

Memberikan sumbangan ide/pikiran serta motivasi untuk meningkatkan hasil belajar peserta didiknya di sekolah tersebut.

d. Untuk Peneliti

Sebagai salah satu acuan untuk meneliti dalam lingkup yang lebih luas.

Hipotesis dari penelitian ini adalah : Jika diterapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II, maka dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 97 Pekanbaru.

Slavin (dalam Nur Asma, 1995:5) menjelaskan dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama , saling menyumbang pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok. Sementara itu Artzt dan Newman (dalam Nur Asma, 1990:448) mendefenisikan pembelajaran kooperatif sebagai suatu pendekatan yang mencangkup kelompok kecil dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan suatu tugas atau menyelesaikan suatu tujuan bersama. Cooper (1999) dan Heinich (2002) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai metode pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas akademik bersama.

Model pembelajaran Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aroson dan para koleganya (1978). Model aslinya yang diuraikan secara singkat dalam bagian ini, mempersyaratkan pengembangkan yang luas terhadap materi-materi khusus. Model pembelajaran Jigsaw yang lebih praktis dan mudah diadaptasi, yakni Jigsaw II (Slavin, 1986a). Model Jigsaw dapat digunakan bilamana materi yang dikaji berbentuk narasi tertulis. Sedangkan untuk Jigsaw II biasanya berupa materi yang berisi cerita, biografi atau narasi yang serupa atau materi deskriptif

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II

FASE TINGKAH LAKU GURU

Fase – 1

Menyampaikan tujuan dan memotifasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase – 2

Menyajikan informasi

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

Fase – 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok

kooperatif

Menjelaskan pada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar atau membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien.

Fase – 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase – 5

Evaluasi

(4)

mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase – 6

Memberikan penghargaan

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu atau kelompok.

Kelebihan pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw II yaitu : 1) Meningkatkan hasil belajar siswa ( Arend, 1997 :118).

2) Menyebabkan unsur-unsur psikologis siswa menjadi terangsang dan menjadi lebih aktif.

3) Meningkatkan kerja keras siswa, lebih giat dan lebih termotivasi (Nur, 1998:9). 4) Siswa dapat menerapkan pembelajaran kooperatif ini dengan menyelesaikan

tugas-tugas yang kompleks.

5) Dapat menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebayanya dan siswa lain yang berprestasi dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw IIternyata lebih mementingkan orang lain, tidak bersifat kompetitif dan tidak memiliki rasa dendam ( Davidson dalam Noornia, 1997:24).

6) Slavin (1995) dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat menimbulkan motivasi sosial siswa karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan tugas.

Kekurangan pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw II:

1) Slavin (1995) menyatakan bahwa kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II adalah kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang dan siswa yang memiliki prestasi tinggi akan mengarah kepada kekecewaan, hal ini disebabkan peran anggota yang pandai lebih dominan.

2) Johnson, dkk (1991) siswa yang berkemampuan tinggi merasakan kekecewaan karena harus membantu temanya yang berkemampuan rendah.

Noornia (1997) untuk menyelesaikan suatu materi pembelajaran akan memakan waktu yang lama karena guru harus mensosialisasikan dulu dan tidak semua siswa akan mengerti tentang model kooperatif tipe jigsaw II ini.

Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang berhubungan dengan belajar dan setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda tentang pengertian belajar ini. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan. Yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Daryanto 2009:1).

Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Hasil belajar seseorang sering tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu untuk memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar.

(5)

Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif dan psikomotor.

Hasil belajar IPA SD adalah segenap perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa dalam bidang IPA/Sains sebagai hasil mengikuti proses pembelajaran IPA/Sains. Hasil belajar biasanya dinyatakan dengan skor yang diperoleh dari satu tes hasil belajar yang diadakan setelah selesai mengikuti suatu program pembelajaran. Sumaji ( dalam Patta Bundu 2006:18) memandang hasil belajar dalam 2 aspek yakni :

1) Aspek kognitif : berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan intelektual lainya.

2) Aspek Nonkognitif : berkaitan dengan sikap, emosi (afektif), serta keterampilan fisik atau kerja otot (psikomotor).

3)

B. Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Suharsimi, dkk (dalam buku E.Mulyasa, 2009) menjelaskan PTK dengan memisahkan kata penelitian, tindakan dan kelas, yaitu:

a. Penelitian merupakan kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara/metodologi tertentu untuk memperoleh data dan informasi.

b. Tindakan merupakan suatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.

c. Kelas adalah sekelompok peserta didik dalam waktu yang sama serta pelajaran yang sama pula.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa PTK adalah suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan.

Dalam melakukan PTK ini guru bertindak sebagai penulis bekerja sama dengan guru lain dan kepala sekolah secara bersama-sama melakukan rancangan dan refleksi hasil tindakannya. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh penulis sendiri, sedangkan guru dan kepala sekolah bertindak sebagai pengamat selama proses pembelajaran berlangsung.

Tempat penelitian ini adalah SD Negeri 97 Pekanbaru. Subjek penelitian adalah Siswa kelas IV, yang berjumlah 40 orang, 24 laki-laki dan 16 perempuan.Tahun Ajaran 2011/2012 di semester II pada bulan Maret sampai bulan Mei 2012.

(6)

Komponen-komponen yang dianalisa adalah : 1. Hasil Belajar Siswa

Persentase hasil belajar siswa secara individu dapat dihitung dengan rumus

S =

x

100

Sumber (Purwanto, 2006:112) Keterangan :

S = Nilai yang diharapkan

R = Jumlah skor yang diperoleh dari item atau soal yang dijawab benar N = Skor maksimal

Seorang siswa dikatakan tuntas dalam pembelajaran apabila telah memperoleh nilai minimal 75.

2. Aktivitas Siswa dalam kelompok

Persentasi hasil belajar siswa dalam kelompok pada proses pembelajaran dapat diperoleh dengan cara mengambil persentase siswa dan indikator yang telah ditetapkan dengan rumus :

P = x 100% Keterangan :

P = angka persentase

F = Frekuensi aktivitas siswa N = banyak individu

Tabel 2. Interval dan kategori aktifitas siswa

% Interval Kategori

85 – 100 71 - 84 65 - 70 < 65

Baik sekali Baik Cukup Kurang

3. Aktivitas Guru

Untuk mengukur persentase keaktifan guru dan kegiatan guru yang sesuai dengan langkah-langkah pada Jigsaw II maka pada tiap-tiap pertemuan dari masing-masing siklus digunakan rumus sebagai berikut:

P = x 100% Keterangan :

P = angka persentase

(7)

4. Ketuntasan Klasikal

PK = x 100%

5. Penghargaan Prestasi Tim a. Skor Individu

Tabel 3. Nilai Perkembangan Individu

Skor Kuis Poin Kemajuan

- Lebih dari 10 poin di bawah skor awal

Tabel 4. Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok

Interval Kategori

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Hasil Belajar

a. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I

Berdasarkan data hasil ulangan harian I (lampiran 12a) hasil belajar siswa dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini :

Tabel 5. Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Materi Pokok Faktor Penyebab Perubahan Lingkungan Fisik dan Proses Perubahannya

Berdasarkan Ulangan Harian I Pada Siklus I

No. % Interval Kategori Hasil BelajarSiswa Siklus I N (%)

(8)

kelompok dan harus presentase kelompok secara pribadi kepada teman-temannya pada kelompok asal.

Pada proses pembelajaran sebelumnya, guru tidak pernah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II ini. Sehingga pada proses pembelajaran jigsaw II ini siswa kebingungan untuk berpindah dari kelompok asal ke kelompok ahli, harus membaca dan memahami materi secara individu dan yang sangat membuat mereka terkejut hal ini dikarenakan mereka merasa malu ktika harus berbicara individu dihadapan teman-teman yang lain, sehingga materi yang telah mereka baca dan pahami ketika di kelompok ahli tadi kelupaan dan sering terjadi kesalahpahaman.

b. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

Berdasarkan data hasil Ulangan Harian II (lampiran 12b), hasil belajar siswa tersebut dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Materi Akibat dari Perubahan Lingkungan Fisik dan Pencegahan Kerusakan Daratan Berdasarkan Ulangan Harian

II Pada Siklus II

No. % Interval Kategori Hasil Belajar Siswa Siklus II N (%)

85-100 71-84 65-70 < 65

Baik Sekali Baik Cukup Kurang

16(40%) 19(47,5%) 3(7,5%) 2(5%) Jumlah Siswa : 40 orang

Nilai rata-rata : 85,5

Kategori : BAIK SEKALI

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa melalui hasil ulangan harian pada siklus II meningkat, siswa yang memperoleh nilai amat baik 16 orang (40%), nilai baik 19 orang (47,5), nilai cukup 3 orang (7,5%) dan nilai kurang ada 2 orang (5%). Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut ini bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa.

c. Peningkatan Hasil Belajar Siswa

(9)

Tabel 7. Hasil Analisis Peningkatan Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Skor Dasar, Ulangan Harian Pada Siklus I dan Siklus II

Siklus

Dari tabel di atas bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa berdasarkan skor dasar sebelum menggunakan model pembelajaran Jigsaw II yang dibandingkan dengan Siklus I dan siklus II setelah menggunakan model pembelajaran Jigsaw II. Pada skor dasar siswa yang tuntas sebanyak 16 orang dengan rata-rata 68,1, setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II terjadi peningkatan yaitu siswa yang tuntas menjadi 26 orang dengan rata-rata 75,35. Jadi terjadi peningkatan sebanyak 10 siswa dan rata-ratanya meningkat sebesar 7,25. Pada siklus II siswa yang tuntas meningkat lagi yaitu menjadi 34 orang dengan rata-rata 85,5. Jadi terjadi peningkatan sebanyak 8 orang siswa dan rata-ratanya meningkat sebesar 10,15. Setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ini berdasarkan rata-rata skor dasar sampai dengan rata-rata hasil belajar siswa sampai siklus II telah terjadi peningkatan sebesar 17,4. Siswa yang tuntas berdasarkan nilai yang melewati KKM 75 yang telah ditentukan oleh sekolah.

Gambar 3. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Secara Klasikal

Grafik di atas menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar individu dimana jumlah siswa yang mengalami peningkatan semakin bertambah sampai pada ulangan harian II pada siklus II. Peningkatan hasil belajar secara individu telah terpenuhi bila setiap siswa benar menjawab 19 soal (76%) dari jumlah soal yang diberikan atau dengan nilai 76 maka siswa secara individu dikatakan telah tuntas dari materi yang diajarkan yang dikuasai oleh masing-masing siswa.

0 10 20 30 40

(10)

2. Aktivitas Guru dan Siswa

Observasi aktivitas guru dilakukan bersama dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh dua orang observer dengan menggunakan lembar observasi yang mengacu pada kegiatan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II, adapun aktifitas guru yang diamati meliputi kegiatan pendahuluan , kegiatan inti dan penutup.

Aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung pada materi perubahan lingkungan fisik dan prosesnya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8. Rata-rata persentase aktivitas guru pada siklus I

Siklus RPP Jumlah (skor) Rata-rata (%) Kategori

I Pertemuan 1 & 2 37 84,01% Baik Sekali

Pertemuan 3 & 4 41 93,18% Baik Sekali

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada siklus I, RPP 3a (pertemuan 1 dan 2) aktivitas guru dengan skor 37 dengan rata-rata (84,01%) kategori baik sekali sedangkan pada RPP 3b (pertemuan 3 dan 4) skornya 41 dengan rata-rata (93,18%) dengan kategori baik sekali. Jadi aktivitas guru pada RPP 3a dan RPP 3b terjadi peningkatan sebesar 9,17%.

Pada pertemuan selanjunya aktivitas guru semakin meningkat, guru terlihat sangat mahir disetiap langkah-langkahnya dan juga perannya sebagai motivator dan nara sumber bagi siswanya. Pada RPP 3c (pertemuan 6 dan 7) aktivitas guru berkategori baik sekali yaitu skor 41 dengan rata-rata (93,18%) dan pada RPP 3d (pertemuan 8 dan 9) skor 43 dengan rata-rata (97,72%) yang berkategori baik sekali juga. Jadi aktivitas guru pada RPP 3a dan RPP 3b terjadi peningkatan sebesar 4,54% Peningkatan aktivitas guru pada siklus II ini dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini.

Tabel 9. Rata-rata Persentase Aktivitas Guru Pada Siklus II

Siklus RPP Jumlah (skor) Rata-rata (%) Kategori

II Pertemuan 1 & 2 41 93,18% Baik Sekali

Pertemuan 3 & 4 43 97,72% Baik Sekali

(11)

Gambar 6. Peningkatan Aktivitas Guru dari Siklus I ke Siklus II

3. Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa yang diperoleh selama proses pembelajaran menggunakan objek langsung di SD Negeri 97 Pekanbaru, data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 10. Rata-rata Persentase Aktivitas Siswa Kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Pada Siklus I

Siklus RPP Jumlah (skor) Rata-rata (%) Kategori

I Pertemuan 1 & 2 664 69,16% Cukup

Pertemuan 3 & 4 697 72,60% Baik

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa aktivitas siswa tiap pertemuan semakin meningkat. Pertemuan pertama dan kedua pada RPP 3a, aktivitas siswa rata-rata (69,16%) berkategori cukup. Hal ini diakibatkan karena pembelajaran dengan langkah jigsaw II ini adalah proses pembelajaran yang belum pernah digunakan sebelumnya sehingga mengakibatkan siswa menjadi bingung. Pada pertemuan ketiga dan keempat pada RPP 3b sudah terlihat peningkatannya yaitu dengan rata-rata (72,60%) yang berkategori baik. Jadi rata-rata aktivitas siswa meningkat sebesar 3,44%. Hal ini terjadi karena guru memotivasi siswa dalam setiap langkah-langkah pembelajaran. Siklus I pertemuan 1 dan 2 skornya 138 dengan persentase 86,25% dan pada pertemuan 3 dan 4 skornya 140 dengan persentase 87.5%. sehingga pada evaluasi siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Pada siklus II aktivitas siswa yang diperoleh selama pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II di SD Negeri 97 Pekanbaru. Dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 11. Rata-rata Persentase Aktivitas Siswa Kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Pada Siklus II

Siklus RPP Jumlah (skor) Rata-rata (%) Kategori

II Pertemuan 1 & 2 804 83,75% Baik

Pertemuan 3 & 4 849 88,43% Baik Sekali

39

42

37 38 39 40 41 42 43

(12)

Berdasarkan tabel diatas terlihat aktivitas siswa selama proses belajar mengajar mengalami peningkatan. Pertemuan 1 dan 2 pada siklus II dengan rata-rata (84,37%) berkategori baik. Mengalami peningkatan pada pertemuan 3 dan 4 pada siklus II yaitu dengan persentase (88,22%) yang berkategori baik sekali. Jadi rata-rata aktivitas siswa meningkat sebesar 4,68%.

Siklus II pada pertemuan 1 dan 2 skornya 149 (93,12%) dan pada pertemuan 3 dan 4 skornya 150 (93,75%). Hal ini menunjukkan perkembangan yang sangat baik. Peningkatan aktivitas siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II ini dapat dilihat pada grafik berikut :

Gambar 7. Peningkatan Aktivitas Siswa

Pada grafik aktivitas siswa di atas dapat dilihat bahwa aktivitas siswa pada siklus I dengan rata-rata 70,88% dan siklus II dengan rata-rata 86,09%, juga mengalami peningkatan sebesar 15,21%. Hal ini terjadi karena siswa semakin termotivasi belajar dalam tatanan kelompok jigsaw II ini, bertanggung jawab dalam memahami materi dan presentasi secara individu demi memberikan skor tertinggi untuk masing-masing kelompoknya.

4. Penghargaan Kelompok

Dalam pembelajaran tipe jigsaw II ini ada yang namanya pemberian penghargaan untuk masing-masing kelompok asal yang mempunyai skor paling tinggi.

Tabel 12. Nilai Perkembangan dan Penghargaan Kelompok Jigsaw II Siklus I Kelompok Rata-rata Kelompok Penghargaan

Kelompok

I 25 SUPER

II 23,75 SUPER

III 8,75 BAIK

IV 18,75 HEBAT

V 21,25 SUPER

VI 21,75 SUPER

VII 12,5 SUPER

VIII 23,75 BAIK

IX 27,5 SUPER

X 25 SUPER

70,88%

86,09%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

(13)

Pada penghargaan kelompok dapat kita lihat ada 7 kelompok yang berkriteria super, 1 kelompok berkriteria hebat dan 2 kelompok berkriteria baik. Hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa menggunakan diskusi model Jigsaw II dan masih malu-malu dalam mempresentasikan materinya kepada teman kelompok sehingga materi tidak tersampaikan dengan baik.

Tabel 13. Nilai Perkembangan dan Penghargaan Kelompok Jigsaw II Siklus II Kelompok Rata-rata Kelompok Penghargaan

Kelompok

I 16,25 HEBAT

II 21,25 SUPER

III 30 SUPER

IV 17,5 HEBAT

V 11,25 BAIK

VI 16,25 HEBAT

VII 27,5 SUPER

VIII 18,75 HEBAT

IX 12,5 SUPER

X 21,25 BAIK

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa ulangan harian siswa semakin meningkat sehingga dapat dilihat pada penghargaan kelompok kooperatif jigsaw II terdapat 4 kelompok berkategori baik, 2 kelompok berkategori hebat dan 4 kelompok berkategori super.

Pembahasan

Berdasarkan teknik analisis pengumpulan data pada Bab III maka diperoleh kesimpulan tentang data hasil belajar melalui ulangan harian, aktivitas guru dan siswa, serta ketercapaian KKM IPA yaitu 75 dan keberhasilan tindakan. Dari analisis data tentang hasil belajar siswa melalui ulangan harian mengalami peningkatan yaitu pada skor awal dengan rata-rata 68,1 sedangkan pada siklus I dengan nilai rata-rata 75,35 dan siklus II dengan nilai rata-rata 85,5. Jadi dari skor awal ke siklus I terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 7,25, sedangkan dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 10,15. Hal ini menunjukkan bahwa pada data awal siswa yang tuntas sebanyak 16 orang (40%) dan yang tidak tuntas sebanyak 24 orang (60%). Maka dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II ini terjadi peningkatan yaitu pada siklus I siswa yang tuntas sebanyak 26 orang (65%) dan pada ulangan kedua siklus II siswa yang tuntas sebanyak 34 orang (85%).

(14)

peningkatan sebesar 4,54. Jadi aktivitas guru dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 13,71%. Pada analisis data tentang aktivitas siswa juga mengalami peningkatan yaitu pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dengan rata-rata 69,16% berkriteria cukup dan pertemuan 3 dan 4 dengan rata-rata 72,60% berkriteria baik, terjadi peningkatan sebesar 3,44%. Sedangkan pada siklus II pada pertemuan 1 dan 2 dengan rata-rata 83,75% berkriteria baik dan pada 3 dan 4 dengan rata-rata 88,43% berkriteria baik sekali, meningkat sebesar 4,68. Jadi peningkatan aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 8,12%.

D. Simpulan dan Saran Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II maka peneliti menyimpulkan :

1. Rata-rata hasil belajar siswa dari nilai ulangan harian mengalami peningkatan. Data awal, siswa yang tuntas sebanyak 16 orang (40%) dengan rata-rata 68,1. Pada siklus I siswa yang tuntas sebanyak 26 orang (65%) dengan rata-rata 75,35 dan siklus II siswa yang tuntas sebanyak 34 orang (85%) dengan rata-rata 85,5. Jadi rata-rata dari skor awal ke siklus I meningkat sebesar 7,25 dan dari siklus I ke siklus II rata hasil belajar siswa meningkat sebesar 10,15. Sehingga rata-rata dari skor awal ke siklus II hasil belajar siswa meningkat sebesar 17,4.

2. Rata-rata kemampuan guru dalam proses belajar mengajar pada siklus I yaitu 88,59% (baik sekali) dan pada siklus II sebesar 95,45 (baik sekali), jadi peningkatannya sebesar 6,86%.

3. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I yaitu 70,88% (baik) dan pada siklus II aktivitas siswa mengalami peningkatan yaitu 86,09% (baik sekali), jadi aktivitas siswa meningkat sebesar 15,21%. Pada penghargaan kelompok jigsaw II juga mengalami peningkatan, pada siklus I penghargaan kelompok didominasi oleh kelompok hebat dan baik sedangkan pada siklus II lebih didominasi oleh kelompok super.

Saran

Melalui penulisan skripsi ini peneliti mengajukan saran yang berhubungan dengan Model Pembelajaran Jigsaw II yaitu :

1. Bagi siswa, dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ini dapat meningkatkan kerjasama kelompok dan memupuk rasa tanggungjawab secara mandiri, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPA. 2. Bagi guru, tipe jigsaw II dalam proses belajar mengajar sebagai salah satu

alternatif model pembelajaran IPA yang berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah.

(15)

E. Daftar Pustaka

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta : Depdiknas

Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta : AV Publisher

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Mulyasa. 2010. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT. remaja Rosda

Karya

Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas

Slavin, Robert. 2009. Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. RemajaRosda Karya

Suharsimi, Arikunto. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Sinar Grafika Offset

Sutikno, Sobry. 2007. Rahasia Sukses Belajar dan Mendidik Anak. Bandung : NTP Press

Syahrilfuddin dkk. 2011. Bahan Ajar Penelitian Tindakan Kelas. Pekanbaru : PGSD Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progresif. Surabaya :

Gambar

Tabel 3. Nilai Perkembangan Individu
Tabel 6. Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Materi Akibat dari Perubahan Lingkungan Fisik dan Pencegahan Kerusakan Daratan Berdasarkan Ulangan Harian II Pada Siklus II
Gambar 3 . Peningkatan Hasil Belajar Siswa Secara Klasikal
Tabel 9. Rata-rata Persentase Aktivitas Guru Pada Siklus II
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan kegiatan E-Lelang Umum dengan Pasca Kualifikasi Pengadaan Jasa Pemborongan Pekerjaan Pengecatan Marka Jalan Tol Pada Ruas Jalan Tol Jakarta -

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara

Dengan demikian pertumbuhan agama pada anak-anak telah mucul sejak pendengaran (dan pengelihatan) mereka mulai berfungsi. Meskipun demikian pertumbuhan agama pada

[r]

Lokasi Tipikal Kerusakan Pile Saat Gempa Besar Terjadi (Antonio

As Skilbeck (1984) defined it, the development of SBC refers to the planning, designing, implementation and.. evaluation of a program of students’ learning by the

ini yaitu penambahan bumbu 4 gram gula, 4 gram garam, 1 gram bawang putih, 0,2 merica dan 0,2 gram pala merupakan formulasi flavored edible film yang paling disukai,

We offer you lots of varieties of link to get guide Battlemage (Age Of Darkness) By Stephen Aryan On is as you require this Battlemage (Age Of Darkness) By Stephen Aryan You can