PENGEMBANGAN MODUL INTERNALISASI
NILAI-
NILAI “BERJIWA BESAR” ST. FRANSISKUS ASISI
DI SD FRANSISKUS 2 BANDAR LAMPUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Agusta Mistiyah
101134018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENGEMBANGAN MODUL INTERNALISASI
NILAI-
NILAI “BERJIWA BESAR” ST. FRANSISKUS ASISI
DI SD FRANSISKUS 2 BANDAR LAMPUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Agusta Mistiyah
101134018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
MOTTO
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”.
(Lukas 11:9)
“Dalam segala perbuatan-Nya, Tuhan selalu berkehendak baik”
(Mdr.M. Anselma Bopp)
“Catumkanlah dalam hati anak-anak, bahwa tidak ada surga tersendiri bagi orang miskin atau kaya; melainkan baik orang miskin maupun kaya akan masuk ke
dalam surga yang sama”.
(Mdr.M. Anselma Bopp)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
1. TuhanYesus Kristus sebagai Sang Sumber Hidupku.
2. Mdr. Julia Juliarti pemimpin Propinsi beserta staf dewan Propinsi St. Yusuf
Pringsewu-Lampung.
3. Para suster sekomunitas dan para suster Propinsi St. Yusuf Indonesia.
4. Teman-teman PGSD angkatan 2010 yang kucintai.
vii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN MODUL INTERNALISASI NILAI-NILAI
“BERJIWA BESAR” St. FRANSISKUS ASISI
DI SEKOLAH DASAR FRANSISKUS 2 BANDAR LAMPUNG
Oleh: Agusta Mistiyah NIM: 101134018
Hasil wawancara dan lembar koesioner dari para guru SD Fransiskus 2 Bandar Lampung menunjukkan bahwa pengetahuan mereka tentang nilai-nilai
“Berjiwa Besar” St. Fransiskus Asisi termasuk dalam kategori rendah. Hal tersebut dapat mempengaruhi totalitas pelayanan mereka dalam mendidik anak-anak di SD Fransiskus 2 Bandar Lampung yang menghidupi nilai-nilai “Berjiwa Besar” St. Fransiskus Asisi. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan Modul Internalisasi Menjadi “Guru Berjiwa Besar” Berlandaskan Semangat St. Fransiskus Asisi.
Peneliti menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Metode ini digunakan untuk mengetahui prosedur pengembangan dan kualitas produk yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa modul pembinaan yang berisi nilai-nilai “Berjiwa Besar” St. Fransiskus Asisi. Nilai-nilai tersebut adalah beriman, ugahari dan sederhana, murah hati dan aktif dalam hidup menggereja.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, kualitas produk ini mendapat kriteria baik dengan skor 4. Skor tersebut diperoleh dari hasil validasi empat orang yang memahami spiritualitas Fransiskan dan dari dua orang guru SD yang berkarya di SD 2 Fransiskus Bandar Lampung.
viii
ABSTRACT
DEVELOPMENT MODULE INTERNALIZATION "THE BIG THOUGHT" ST. FRANCIS OF ASSISI
IN PRIMARY SCHOOL FRANCIS 2 Thought” spirit of St. Francis of Asisi was relatively low. It can affect the totality of their service in educating children in St. Francis Elementary School 2 in Bandar Lampung who live out the values of “The Big Thought” spirit of St. Francis of Asisi. Based on the background, the research is intended to Develop Module for the Internalization of a “The Big Thought” spirit of St. Francis of Asisi.
The method used in is the research was the research and development (R & D). This method was implemented to identify the procedures of development and the product quality. Products that are produced in this research in the form of coaching module which contains the values “The Big Thought” spirit of St. Francis of Asisi. These values are faithful, frugal and modest, generous and being active at church activities.
The result of research indicated that the score of the quality of this product was a good criteria, that was 4. This score was based on the opinion of four who understand spirituality Franciscan and two teachers at Franciscan Elementary School 2 Bandar Lampung.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Penelitian skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Proses penelitian skripsi ini, telah melibatkan banyak pihak mulai dari
awal hingga akhir penyusunannya. Oleh sebab itu, dengan hati yang penuh syukur
dan terima kasih saya selaku peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bpk. R. Rohadi, M.Ed, Ph.D Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., MA., Kepala Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Dra. Ignatia Esti S., M. Hum., dosen pembimbing yang telah memberikan
sumbangan pemikiran, saran dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Eny Winarti, S. Pd., M. Hum., Ph. D., dosen pembimbing, yang dengan
sabar, penuh cinta dan tanggung jawab mendampingi, membimbing dan
mengarahkan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Th. Yunia S, S.Pd., M. Hum pembimbing akademik.
6. Sr. M. Constantin FSGM, yang telah banyak memberikan masukan dan
perubahan yang sangat berarti dalam pembuatan modul yang telah disusun
x
7. Sr. M. Albertha FSGM, kepala sekolah SD Fransiskus 2 Bandar Lampung
yang telah memberi izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian.
8. Sr. M. Avelin FSGM, kepala sekolah SD Fransiskus Kampung Ambon Jakarta
yang telah membantu peneliti dalam mencarikan data.
9. Para dewan guru SD Fransiskus 2 Bandar Lampung dan SD Fransiskus
Kampung Ambon yang telah berpartisipasi dalam penelitian.
10. Mdr. M. Julia Juliarti FSGM, pemimpin Kongregasi FSGM dan para dewan
yang telah mendukung, mendoakan dan membimbing peneliti.
11. Sr. M. Anita dan para suster Komunitas Santa Maria yang telah memberikan
semangat, cinta dan juga kritikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya
tulis ini.
12. Teman-teman PGSD angkatan 2010, yang telah memberikan dukungan,
perhatian dan semangat kepada peneliti.
13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan atas terselesainya skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangannya.
Namun demikian, peneliti berharap semoga karya tulis ini tetap bermanfaat bagi
banyak orang terutama Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma ini.
Yogyakarta, 16 Juni 2014
Peneliti,
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR BAGAN ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian... 4
1.4 Manfaat Penelitian... 4
1.5 Spesifikasi Produk yang Diharapkan ... 5
xii
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
2.1 St. Fransiskus Asisi dan Nilai yang diteladankannya... 6
2.1.1 Sejarah St. Fransiskus Asisi ... 6
2.1.2 Nilai-Nilai“Berjiwa Besar”St. Fransiskus Asisi ... 10
2.1.3 Karya Pendidikan Para Suster FSGM: Yayasan Dwi Bhakti... 21
2.2 Internalisasi dan Proses Internalisasi... 24
2.3 Modul ... 26
2.4 Metode Penelitian dan pengembangan ... 27
2.3.1 Pengertian Penelitian dan pengembangan... 27
2.3.2 Model ADDIE ... 29
2.4 Hasil Penelitian yang Relevan... 30
2.5 Kerangka Berpikir ... 33
BAB III METODE PENELITIAN... 35
3.1 Jenis Penelitian ... 35
3.2 Setting Penelitian... 36
3.2.1 Subyek Penelitian... 36
3.2.2 Lokasi Penelitian... 36
3.2.3 Waktu Penelitian ... 36
xiii
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 42
3.4.1 Wawancara ... 42
3.4.2 Kuisioner ... 42
3.5 Instrument Pengumpulan Data ... 43
3.6 Teknik Pengujian Instrumen... 46
3.7 Teknik Analisis Data ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ... 51
4.1 Analisis Kebutuhan ... 51
4.2 Deskripsi Produk Awal ... 52
4.3 Validasi Produk ... 54
4.3.1 Data validasi pakar Fransiskan ... 55
4.3.2 Data validasi Guru SD Fransiskus 2 Bandar Lampung ... 68
4.4 Revisi Produk dan Penilaian Para Ahli ... 74
4.4.1 Revisi Produk ... 75
4.4.2 Penilaian dari Ahli ... 78
4.4.2 Kajian Produk Akhir ... 97
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN... 100
5.1 Kesimpulan... 100
5.2 Keterbatasan Produk... 101
5.3 Saran ... 102
Daftar Referensi ... 103
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai-nilai Beriman ... 13
Tabel 2.2 Nilai-nilai Ugahari dan Sederhana ... 16
Tabel 2.3 Nilai-nilai Murah Hati... 18
Tabel 2.4 Nilai-nilai Aktif dalam Hidup Menggereja ... 21
Tabel 3.2 Lembar wawancara ... 43
Tabel 3.3 Lembar Deskriptor Nilai-nilai“Berjiwa Besar” St. Fransiskus ... 45
Tabel 3.4 Hasil Expert Jugment ... 47
Tabel 3.5 Kriteria Penskoran ... 48
Tabel 3.6 Lembar Kuisioner ... 48
Tabel 3.9 Tabel Skala Lima ... 50
Tabel 4.1 Tabel Konversi data kuantitatif ke data kualitatif ... 55
Tabel 4.2 Tabel Aspek Tampilan ... 56
Tabel 4.3 Tabel Aspek Perintah Penggunaan Produk ... 57
Tabel 4.4 Tabel Penilaian Aspek Urutan/Sistematis ... 57
Tabel 4.5 Tabel Penilaian Aspek Isi ... 58
Tabel 4.6 Tabel Aspek Tampilan ... 59
Tabel 4.7 Tabel Aspek Perintah Penggunaan Produk ... 60
Tabel 4.8 Tabel Penilaian Aspek Urutan/Sistematis ... 60
xv
Tabel 4.10 Tabel Aspek Tampilan ... 62
Tabel 4.11 Tabel Aspek Perintah Penggunaan Produk ... 63
Tabel 4.12 Tabel Penilaian Aspek Urutan/Sistematis ... 63
Tabel 4.13 Tabel Penilaian Aspek Isi ... 64
Tabel 4.14 Tabel Aspek Tampilan ... 65
Tabel 4.15 Tabel Aspek Perintah Penggunaan Produk ... 66
Tabel 4.16 Tabel Penilaian Aspek Urutan/Sistematis ... 66
Tabel 4.17 Tabel Penilaian Aspek Isi ... 67
Tabel 4.18 Tabel Aspek Tampilan ... 68
Tabel 4.19 Tabel Aspek Perintah Penggunaan Produk... 69
Tabel 4.20 Tabel Penilaian Aspek Urutan/Sistematis ... 69
Tabel 4.21 Tabel Penilaian Aspek Isi ... 70
Tabel 4.22 Tabel Aspek Tampilan ... 71
Tabel 4.23 Tabel Aspek Perintah Penggunaan Produk ... 72
Tabel 4.24 Tabel Penilaian Aspek Urutan/Sistematis ... 72
Tabel 4.25 Tabel Penilaian Aspek Isi ... 73
Tabel 4.26 Tabel Revisi Produk... 74
Tabel 4.27 Tabel Aspek Tampilan ... 79
Tabel 4.28 Tabel Aspek Perintah Penggunaan Produk ... 80
Tabel 4.29 Tabel Penilaian Aspek Urutan/Sistematis ... 80
xvi
Tabel 4.31 Tabel Aspek Tampilan ... 82
Tabel 4.32 Tabel Aspek Perintah Penggunaan Produk ... 83
Tabel 4.33 Tabel Penilaian Aspek Urutan/Sistematis ... 83
Tabel 4.34 Tabel Penilaian Aspek Isi ... 84
Tabel 4.35 Tabel Aspek Tampilan ... 85
Tabel 4.36 Tabel Aspek Perintah Penggunaan Produk ... 86
Tabel 4.37 Tabel Penilaian Aspek Urutan/Sistematis ... 86
Tabel 4.38 Tabel Penilaian Aspek Isi ... 87
Tabel 4.39 Tabel Aspek Tampilan ... 88
Tabel 4.40 Tabel Aspek Perintah Penggunaan Produk ... 89
Tabel 4.41 Tabel Penilaian Aspek Urutan/Sistematis ... 89
Tabel 4.42 Tabel Penilaian Aspek Isi ... 90
Tabel 4.43 Tabel Aspek Tampilan ... 91
Tabel 4.44 Tabel Aspek Perintah Penggunaan Produk ... 92
Tabel 4.45 Tabel Penilaian Aspek Urutan/Sistematis ... 92
Tabel 4.46 Tabel Penilaian Aspek Isi ... 93
Tabel 4.47 Tabel Aspek Tampilan ... 94
Tabel 4.48 Tabel Aspek Perintah Penggunaan Produk ... 95
Tabel 4.49 Tabel Penilaian Aspek Urutan/Sistematis ... 95
Tabel 4.50 Tabel Penilaian Aspek Isi ... 96
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Skema Penelitian... 33
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Surat Ijin Penelitian ... 105
LAMPIRAN 1.1 Surat Ijin Penelitian dari Prodi PGSD ... 106
LAMPIRAN 1.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 107
LAMPIRAN 2 Data Awal ... 108
LAMPIRAN 2.1 Hasil Wawancara... 109
LAMPIRAN 2.2 Lembar Kuisioner... 112
1
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang dikembangkan dan
definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
SD Fransiskus 2 Bandar Lampung, merupakan salah satu SD yang dikelola
oleh Suster-Suster Fransiskan dari Santo Gregorius Martir (FSGM). Kongregasi
FSGM adalah salah satu kongregasi yang menghidupi nilai-nilai “Berjiwa Besar”
St. Fransiskus Asisi (Fransiskus Magnanimus). Maksud dari “Berjiwa Besar”
ialah sikap seseorang yang mau menerima keadaan diri sendiri, bersikap optimis
dan selalu memperjuangkan nilai-nilai yang luhur.
Nilai-nilai luhur yang diperjuangkan oleh Fransiskus Asisi adalah beriman,
ugahari dan sederhana, murah hati dan aktif dalam hidup menggereja. Beriman
adalah sikap percaya kepada Tuhan dan berani menyerahkan secara total segala
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini kedalam tangan-Nya. Ugahari dan
sederhana adalah sikap hidup seseorang yang dalam kepemilikan dan penggunaan
harta benda tidak berlebih-lebihan (=hidup secukupnya) serta hidup bersahaja.
Murah hati adalah sikap mudah memberikan bantuan kepada orang lain terutama
kepada orang yang sangat memerlukan. Aktif dalam hidup menggereja merupakan
sikap perwujudan iman melalui karya karitatif yang dilakukan dalam hidup
Nilai-nilai “Berjiwa Besar” St. Fransisikus Asisi menjiwai pelayanan
kongregasi para suster FSGM dalam bidang pendidikan, kesehatan, pastoral,
sosial, dan rumah tangga. Orang-orang yang terlibat dalam membantu karya
pelayanan para suster FSGM diharapkan untuk menghidupi nilai-nilai “Berjiwa Besar” St. Fransiskus Asisi, supaya mereka dapat bekerja dengan total. Nilai-nilai tersebut diharapkan dapat dihidupi juga oleh para guru SD Fransiskus 2 Bandar
Lampung, sebagai bekal dalam mendidik anak-anak di SD tersebut.
Pada tanggal 29 Juli 2013 peneliti melakukan wawancara terhadap 12 orang
dari 30 jumlah guru yang ada di SD Fransiskus 2 Bandar Lampung. Hasil
wawancara menyatakan bahwa tingkat pemahaman para guru tentang nilai-nilai
“Berjiwa Besar”St. Fransiskus Asisi masih tergolong rendah. Pernyataan tersebut, diperkuat dengan hasil analisis lembar kuesioner yang menunjukkan bahwa 13
dari 30 guru (43,33%) masih kurang dalam memahami nilai-nilai “Berjiwa Besar”
St. Fransiskus Asisi, 11 dari 30 guru (36,66%) cukup memahami dan 6 dari 30
guru (20%) sangat memahami nilai-nilai “Berjiwa Besar” St. Fransiskus Asisi.
Bertolak dari pengetahuan para guru yang masih rendah, maka perlu adanya
upaya untuk meningkatkan pemahaman terhadap nilai-nilai “Berjiwa Besar” St.
Fransiskus Asisi.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengadakan penelitian R&D(Research and Development). R&D adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut
(Sugiyono, 2008:297). Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini
memahami nilai-nilai “Berjiwa Besar” St. Fransiskus ini, akan dirancang
menggunakan model ADDIE. Model ini memiliki lima tahapan yaitu Analysis, Design, Development or Production, Implementation or Delivery and Evaluations
(Gafur, 2012). Oleh karena itu, penelitian ini berjudul Pengembangan Modul Internalisasi Nilai-Nilai “Berjiwa Besar” St. Fransiskus Asisi di Sekolah Dasar Fransiskus 2 Bandar Lampung.
Modul sebagai hasil produk dalam penelitian ini, akan divalidasi oleh empat
orang yang memahami spiritualitas Fransiskan dan dua orang guru dari SD
Fransiskus 2 Bandar Lampung. Hasil dari validasi tersebut, akan peneliti gunakan
sebagai acuan untuk memperbaiki produk yang telah dihasilkan, sehingga menjadi
produk yang lebih baik dan dapat digunakan di SD Fransiskus 2 Bandar
Lampung.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur pengembangan produk untuk menginternalisasi
nilai-nilai “Berjiwa Besar” St. Fransiskus Asisi yang dapat digunakan oleh para guru di SD 2 Fransiskus Bandar Lampung?
2. Bagaimana bentuk produk yang dikembangkan untuk menginternalisasi
nilai-nilai “Berjiwa Besar” St. Fransiskus Asisi di SD 2 Fransiskus Bandar Lampung?
3. Bagaimana kualitas produk yang dikembangkan untuk para guru dalam
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan sebuah produk berupa
modul yang dapat digunakan oleh para guru SD Fransiskus 2 Bandar Lampung
dalam mengenal nilai-nilai “Berjiwa Besar” St. Fransiskus Asisi yang menyangkut empat nilai yaitu beriman, ugahari dan sederhana, murah hati dan
aktif dalam hidup menggereja.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan manfaat :
1.4.1 Bagi peneliti
Peneliti semakin terampil dalam mengembangkan modul yang
berlandaskan nilai-nilai “Berjiwa Besar” St. Fransiskus Asisi dalam dunia pendidikan.
1.4.2 Bagi Guru
Guru memiliki wawasan yang lebih luas dan lebih mudah dalam
mengenal nilai-nilai “Berjiwa Besar” St.Fransiskus Asisi sebagai pelindung di sekolah tersebut dan bekal untuk mendidik dan membina anak-anak SD
Fransiskus 2 Bandar Lampung.
1.4.3 Bagi sekolah
Sekolah semakin diperkaya dan dipermudah dalam mengenal nilai-nilai
1.5 Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Spesifikasi produk yang diharapkan berupa modul yang terinternalisasi
dengan nilai-nilai “Berjiwa Besar” St. Fransiskus Asisi. Modul ini berisi tentang materi pokok St. Fransiskus yang“Berjiwa Besar”yang meliputi beriman, ugahari dan sederhana, murah hati dan aktif dalam hidup menggereja.
1.6 Definisi Operasional
Di bawah ini adalah beberapa istilah dan penjelasannya. Istilah-istilah
tersebut adalah pengembangan, modul, nilai-nilai “Berjiwa Besar” St. Fransiskus Asisi yang yang bertujuan untuk memperjelas pemahaman tentang dasar
pengembangan.
1.6.1 Pengembangan adalah suatu cara atau proses tertentu dalam membuat
sesuatu.
1.6.2 Modul adalah suatu program kegiatan terkecil yang memiliki komponen
yang sistematis dan dapat dipelajari sendiri.
1.6.3 Nilai-nilai“Berjiwa Besar”St. Fransiskus Asisi meliputi beriman, ugahari dan sederhana, murah hati dan aktif dalam hidup menggereja.
1.6.4 Internalisasi ialah proses penghayatan suatu nilai tertentu yang dianggap
sebagai kebenaran ke dalam pribadi seseorang yang dapat terwujud dalam
sikap dan perilaku.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini membahas kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan dan
kerangka berpikir yang akan dilakukan oleh peneliti. Kajian pustaka memuat
tentang tokoh St. Fransiskus Asisi dan kelima nilai “Berjiwa Besar” yang diteladankanya, sejarah SD Fransiskus 2 Bandar Lampung beserta visi dan
misinya, model pengembangan dan penelitian ADDIE, serta teori tentang modul.
Kerangka berpikir berisi tentang kerangka konsep berpikir untuk menyelesaikan
masalah.
2.1 Fransiskus Asisi dan Nilai yang Diteladankannya
Pembahasan dalam bagian ini berkaitan tentang sejarah Fransiskus Asisi,
Nilai-nilai hidup Fransiskus Asisi, upaya SD Fransiskus 2 Bandar Lampung
dalam mengenal semangat hidup Fransikus Asisi dan nilai-nilai yang diharapkan
tumbuh di SD Fransiskus 2 Bandar Lampung sebagai sekolah yang berlindung
pada Fransiskus Asisi.
2.1.1 Sejarah Fransiskus Asisi
Sejarah Fransiskus Asisi menurut “Riwayat Hidup St. Fransiskus Asisi”
(Wahyosudibyo 1984) ia lahir pada tahun 1182 di kota Asisi Italia dan berasal
keluarga bangsawan. Ibunya, Donna Pica berasal dari keluarga Perancis.
Sedangkan ayahnya bekerja sebagai pedagang kain yang sukses di kota Asisi,
minggu yang diadakan di gereja. Jadi sejak kecil, Fransiskus sudah mengenal
Yesus.
Saat Fransiskus memasuki masa remaja, ia cenderung mengikuti arus
kehidupan dengan berpesta pora bersama teman-temannya (Rosali, 2010:4). Pada
saat ia berusia 16 tahun, ia berhasrat menjadi seorang ksatria dengan menjadi
ksatria. Sang ayah merestui keinginannya dengan mengizinkannya mengikuti
peperangan saat kota Asisi diserang oleh tentara Perugia pada tahun 1202. Tentara
Asisi mengalami kekalahan yang cukup besar dalam pertempuran tersebut,
banyak tentara yang gugur dan menjadi tahanan tentara Perugia. Salah satu dari
tentara yang menjadi tahanan adalah Fransiskus. Selama satu tahun Fransiskus
ditahan dalam penjara. Akhirnya, ia dapat dibebaskan setelah ayahnya membayar
uang tebusan baginya.
Selang beberapa tahun kemudian tepatnya pada akhir tahun 1204 pecah
perang kembali antara Asisi dan Perugia. Panggilan Fransiskus untuk menjadi
ksatria untuk membela negaranya tetap berkobar. Ia bergabung kembali bersama
para tentara Asisi untuk berperang melawan Perugia. Rasa bangga pun ia rasakan
saat tinggal bersama para tentara Asisi untuk melawan Perugia. Pada malam
sebelum peperangan, Fransiskus mengalami suatu kejadian yang akhirnya
merubah seluruh orientasi hidupnya. Kejadiannya: ia bermimpi bertemu dengan
Yesus yang bertanya kepadanya “Fransiskus....Fransiskus, kembalilah ke rumahmu. Mengapa engkau mengabdi kepada hamba, bukan kepada Tuan?. Siapa
permenungan atas mimpinya itu membuatnya menjadi ragu-ragu untuk menjadi
tentara. Akhirnya Fransiskus memutuskan meninggalkan medan pertempuran.
Setelah meninggalkan medan pertempuran, Fransiskus tidak ingin lagi
mengabdi kepada raja dengan menjadi hamba atau tentara, melainkan ia
memutuskan untuk menolong para penderita kusta yang waktu itu disingkirkan.
Selain itu, ia pun menjadi seorang pendoa. Suatu hari, ketika ia sedang berdoa di
sebuah kapel di San Damiano, dari sebuah salib yang tergantung di altar ia
mendengar suara “Fransiskus pergilah dan perbaikilah Gereja-Ku yang nyaris
roboh ini”. Fransiskus terkesima dan juga bahagia mendengar suara tersebut, ia
merasa yakin bahwa inilah jawaban dari mimpi yang selama ini dipikirkannya. Ia
yakin bahwa Tuhan Yesus memintanya untuk mengabdi-Nya dengan cara
membangun gereja-Nya yang hampir roboh.
Terinspirasi dari suara itu, Fransiskus mengambil kain dagangan milik
orangtuanya kemudian menjualnya dan memberikannya kepada pastor paroki
untuk membangun gedung gereja. Pemberian Fransiskus tersebut di tolak oleh
pastor paroki. Kendati ditolak, Fransiskus tidak putus asa. Ia tetap bertekat
mewujudkan perintah Tuhan membangun Gereja-Nya yang roboh. Yaitu dengan
tetap mengunjungi gereja-gereja yang hampir roboh dan mulai membangunnya
sendiri.
Perbuatan baik yang dilakukan Fransiskus seperti membangun gedung
gereja dan menolong orang sakit terutama penderita kusta, tidak berjalan lancar.
Hal ini terjadi karena ayahnya menentang aktivitas pelayanan itu, tetapi
dan ia juga diminta untuk melepaskan seluruh harta benda yang melekat pada
tubuhnya. Fransiskus dengan tekad bulat karena kecintaannya kepada Tuhan,
tanpa ragu melepaskan seluruh harta benda yang ada padanya bahkan pakaian
yang melekat pada tubuhnya. Demikianlah Fransiskus dengan telanjang
meninggalkan keluarga dan seluruh kekayaan yang ada di dalamnya. Seorang
uskup yang terharu melihat sikapnya, segera menghampirinya dan menyematkan
mantol untuk menutupi tubuh Fransiskus.
Fransiskus, hidup miskin, ia bekerja keras dengan tangannya, membantu
orang lain yang berkesusahan dan bersahabat dengan para penderita kusta. Selain
itu, Fransiskus banyak berdoa dan mewartakan injil disekitar Asisi. Cara hidup
Fransiskus menarik simpati dari banyak orang. Banyak golongan terpelajar dan
kaya raya yang mengikuti jejak Fransiskus hingga akhirnya, Fransiskus membuat
peraturan hidup bagi para pengikutnya.
Para pengikut Fransiskus diantaranya adalah ordo pertama, ordo kedua, ordo
ketiga regular dan ordo ketiga sekular. Ordo pertama terdiri dari para imam OFM,
OFM Capusin, dan OFM Conventual. Ordo kedua diikuti oleh para suster Claris
OSC hidup mereka dipingit dalam suatu komunitas tertentu (pertapaan), ordo
ketiga regular diikuti oleh para suster dan para bruder dan salah satunya adalah
FSGM. Ordo ketiga sekular adalah para kaum awam yang sudah hidup
berkeluarga dan menghayati semangat hidup Fransiskus Asisi.
FSGM, sebagai salah ordo ketiga regular Fransiskus Asisi ini, didirikan Sr.
M. Anselma Bopp. Kongregasi ini lahir di Thuine Jerman pada tanggal 25
saat itu sangat miskin. Inilah alasan kuat bagi Sr. M. Anselma yang telah
mengambil semangat hidup Fransiskus Asisi menjadi landasan dalam karya
pelayanannya karena beliau merasa bahwa cara hidup yang beliau tempuh selaras
dengan cara hidup yang telah ditempuh oleh Fransiskus Asisi (Konstitusi FSGM
1987: 102). Cara hidup itu yaitu hidup dalam semangat kemiskinan dan berusaha
untuk mampu memberikan daya yang menghidupakan bagi semua orang yang
membutuhkan, menderita dan miskin.
2.1.2 Nilai-Nilai“Berjiwa Besar” St.Fransiskus Asisi
Pengalaman hidup dan perjuangan Fransiskus yang berani meninggalkan
keluarganya untuk melayani orang kecil menunjukkan jika ia memiliki sikap
“Berjiwa Besar”. Berjiwa besar ialah sikap seseorang yang mau menerima
keadaan diri sendiri, bersikap optimis dan selalu memperjuangkan nilai-nilai yang
luhur. Nilai-nilai luhur yang diperjuangkan oleh Fransiskus adalah beriman,
ugahari dan sederhana, murah hati dan aktif dalam hidup menggereja.
Adapun nilai-nilai “Berjiwa Besar” St. Fransiskus Asisi tersebut, diuraikan sebagai berikut:
a. Beriman
Secara sederhana sikap percaya kepada Allah disebut beriman. Menurut
Fransiskus beriman adalah sikap mencintai Allah dengan segenap hati, segenap
jiwa dan akal budi, segenap kekuatan serta mencintai sesamanya seperti dirinya
sendiri (Ladjar, 1988:181). Maksudnya, menjadi seorang yang beriman berarti
percaya sungguh-sungguh pada Allah, mengarahkan seluruh diri pada Allah dan
Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar semakin mengenal Allah, yaitu
dengan berdoa. Hal serupa pun dilakukan oleh Fransiskus. Baginya, dengan
berdoa ia mampu menyampaikan segala keinginannya kepada Allah. Doa berikut
misalnya menggambarkan itu, “Allah yang Maha Tinggi dan penuh kemuliaan,
terangilah kegelapan hatiku, berilah aku iman yang benar, harapan yang teguh dan kasih yang sempurna. Berilah aku ya Allah perasaan yang peka dan budi yang cerah agar aku mampu melaksanakan perintah-Mu yang kudus dan tak menyesatkan”(Doa Salib).
Fransiskus seorang pendoa yang sejati. Walaupun demikian, sebagai
seorang manusia ia tetap saja mengalami banyak tantangan dan kesulitan. Banyak
pengalaman yang tidak menyenangkan yang ia alami. Misalnya, ia diusir dari
keluarganya karena rajin berdoa dan menolong orang miskin sebab, perilaku
tersebut bertentangan dengan kehendak ayah yang tidak beriman dan kikir. Ia juga
pernah sakit parah dan hampir buta namun, hal itu tidak menghalanginya untuk
tetap berdoa dan pasrah kepada kehendak Tuhan. Berkat ketulusan doa dan
penyerahan diri yang total kepada Tuhan, ia mendapatkan penyembuhan dari
sakitnya, melalui seorang dokter yang mengobatinya.
Selain menjalin relasi yang baik dengan Allah, iman juga harus terwujud
dalam tindakan konkret sehari-hari. Tentang ini, Fransiskus sendiri telah
memberikan teladan. Ia merawat dan melayani orang sakit, terutama penderita
kusta. Dalam wasiatnya, ia menulis demikian, “ketika aku dalam dosa, aku amat
193). Pengalaman melayani orang sakit kusta, merupakan contoh konkret paktek
hidup beriman yang dilakukan Fransiskus yang sudah terarah pada Allah dan
sesama.
Kisah berikut ini, menunjukkan penghayatan iman St. Fransiskus Asisi:
Seperti hujan dan salju yang turun dari langit dan tidak kembali lagi kesana, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan….., demikianlah firman yang keluar dari mulut-Ku, Ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil apa yang Kusuruhkan kepadanya” (Yes 55:10 -11). Kiranya firman inilah, yang telah tumbuh dan berkembang dalam diri Fransiskus. Sejak kecil, ibunya telah memperkenalkan sosok Yesus kepadanya. Dan disini pula ia belajar untuk mengimani Yesus.
Setelah Fransiskus beranjak dewasa, ia banyak mengalami perubahan. Kemewahan keluarganya, telah membawanya jauh dari Yesus dan ia lebih senang untuk hidup berfoya-foya bersama dengan teman-temannya. Sebagai anak seorang bangsawan yang kaya raya, ia mempunyai banyak teman, di hormati dan ia juga memiliki cita-cita yang besar yaitu sebagai ksatria bagi negaranya. Fransiskus berusaha keras, untuk menggapai cita-citanya tersebut. Ia bergabung bersama para ksatria negaranya untuk ikut berperang melawan penjajah namun, ia mengalami kekalahan, ditangkap musuh dan dipenjarakan. Satu tahun Fransiskus berada dalam penjara. Ia dapat terbebas dari penjara setelah ayahnya membayar uang tebusan bagi dirinya.
Kegagalannya dalam mengikuti perang yang pertama ternyata tidak menyurutkan hati Fransiskus untuk terus menggapai cita-citanya menjadi seorang ksatria bagi negaranya. Hal itu terjadi karena dua tahun kemudian, pecah perang kembali terjadi dan ia bergabung kembali dalam laskar pertempuran untuk melawan Perugia. Ia merasa bangga tinggal bersama dengan para ksatria yang lain untuk melawan musuh. Pada malam hari saat ia sedang tidur, ia bermimpi bertemu dengan Yesus. Yesus dalam mimpinya berkata “Fransiskus....Fransiskus, kembalilah ke rumahmu. Mengapa engkau mengabdi kepada hamba, bukan kepada Tuan?.Siapa yang lebih besar Tuan atau hamba?”. Fransiskus terbangun dari tidurnya. Ia terus-menerus memikirkan arti mimpinya itu akibatnya, ia mengalami keraguan yang besar untuk melanjutkan pertempurannya melawan Perugia. Keraguan dan keingintahuannya akan makna mimpinya, membuatnya berani untuk memutuskan meninggalkan laskar pertempuran dan kembali ke Asisi.
yakin bahwa inilah jawaban dari mimpi yang selama ini dipikirkannya. Ia yakin bahwa Tuhan Yesus memintanya untuk mengabdi-Nya dengan cara membangun gereja-Nya yang hampir roboh. Akhirnya tanpa ragu, Fransiskus melaksanakan perintah tersebut dengan mulai membangun gereja secara fisik.
Perubahan yang terjadi dalam diri Fransiskus sangat ditentang oleh ayahnya. Ayahnya, berusaha keras agar ia meninggalkan perbuatannya yang baik itu. Beberapa kali ayahnya memberikan hukuman kepada Fransiskus yaitu dengan hukuman cambuk dan dikurung dalam rumah. Harapannya, agar Fransiskus jera dan kembali kepada ayahnya. Kendati demikian, Fransiskus tidak pernah berkeinginan untuk meninggalkan perbuatan baik yang telah dilakukannya. Justru sebaliknya, ia semakin bersemangat mengerjakannya. Sikap Fransiskus yang tetap bersikeras melakukan perbuatannya yang baik itu, membuat ayahnya geram. Hingga akhirnya, ayah Fransiskus memberikan pilihan kepadanya siapa yang akan dipilihnya dirinya (ayahnya) atau perbuatan baik yang menurut Fransiskus sebagai kehendak Tuhan.
Kecintaan Fransiskus kepada Yesus membuat Fransiskus berani memberikan keputusan bahwa dirinya lebih memilih Tuhan dengan melakukan karya baik yang selama ini telah ia lakukan dan memutuskan meninggalkan ayah dan keluarganya. Keputusan Fransiskus ini semakin membuat ayahnya semakin marah dan akhirnya ayahnya memintanya untuk melepaskan seluruh harta benda yang ada pada dirinya. Permintaan sang ayah pun tidak berat bagi Fransiskus, maka dengan segera ia mengembalikan semua harta benda yang ada pada dirinya bahkan pakainan yang melekat pada tubuhnya (Mat 19:21). Demikianlah Fransiskus telanjang pergi meninggalkan ayah, keluarga dan seluruh kekayaan yang ada. Ia dengan tulus iklas meninggalkannya dan memilih Tuhan sebagai satu-satunya harapan hidupnya. Ia akhirnya, mendapatkan mantol untuk menutupi tubuhnya yang telanjang dari seorang uskup yang terharu melihat sikap dan segala keputusan yang telah diambilnya.
Tindakan radikal yang telah dilakukan oleh Fransiskus untuk berani meninggalkan segala-galanya dan memilih menjadi pelayan Allah hal ini terjadi karena ia telah bersatu dengan Allah dan menjadikan Allah sebagai tujuan dan arah hidupnya. Ia tidak lagi bimbang atau ragu akan pekerjaan yang dilakukannya dalam bekerja membangun gereja dan menolong sesamanya yang miskin, sakit dan menderita. Dan ia pun telah mencintai Allah dengan segenap jiwa, kekuatan, akal budi dan seluruh keberadaan hidupnya (Mat 22:37).
Jadi, nilai-nilai beriman yang perlu diketahui oleh para guru antara lain:
Tabel 2.1 nilai-nilai “Beriman”
Nilai Deskriptor
“Beriman”
Mengerti iman sebagai penyerahan diri secara total kepada Allah
Meluangkan waktu untuk beribadat dan berdoa
Merasa ada campur tangan Allah dalam seluruh perjalanan hidup
Oleh karena mengalami dicintai oleh Allah, maka membalas cinta-Nya itu dengan mencintai sesama.
Yakin setiap kebaikan yang diterima berasal dari Tuhan
Bersyukur kepada Tuhan untuk semua anugerah yang telah diterima dalam hidup ini.
b. Ugahari dan Sederhana
Kehidupan orang pada zaman ini, diwarnai dengan semangat untuk mencari
kenikmatan diri (hedonisme), menikmati segalanya tanpa memikirkan penting atau tidaknya (konsumerisme), semangat mencari segala yang segera dapat dirasakan hasilnya berupa benda-benda (materialisme) dan semangat untuk mencari yang serba cepat atau gampang. Kecenderungan ini, membuat manusia
hanya mengandalkan pada sesuatu yang tampak. Segala sesuatunya juga dinilai
dari banyaknya harta benda yang dimiliki. Selain itu, manusia kurang mampu
mengendalikan diri. Mereka menjadi rakus, kejam, dan jarang yang mengenal
saudara, orang lain menjadi ancaman.
Hidup ugahari adalah sikap hidup seseorang yang dalam kepemilikan dan
penggunaan harta benda tidak berlebih-lebihan namun berani berkata cukup.
Sedangkan sederhana menunjukkan sikap bersahaja dan tidak berlebih-lebihan.
Memang benar bahwa hidup manusia memerlukan harta benda sebagai penunjang
hidup. Namun keliru, bila dalam penggunaannya berlebih-lebihan. Fransiskus
Asisi memandang bahwa harta benda bukan sesuatu hal yang paling penting
dalam hidup, tetapi ia menggunakan harta benda tersebut sesuai dengan nilai
fungsionalnya. Tujuan penggunaan harta benda, bukan untuk bermegah-megah
Praktek hidup Fransiskus menunjukkan hal itu. Ia mengenakan pakaian (jubah)
petani miskin. Tempat tinggalnya sangat sederhana. Ia bersama para pengikutnya
hidup dari bekerja keras setiap hari untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari.
Kisah berikut sikap hidup ugahari dan sederhana yang dijalankan oleh
Santo Fransiskus Asisi:
Fransiskus sebagai seorang anak pedagang kain yang sukses, seringkali mengenakan pakaian yang maha indah. Selain itu, ia juga senang mengadakan pesta bersama teman-temannya. Makanan dan minuman yang istimewa selalu ia hidangkan untuk teman-temannya. Sikapnya yang murah hati dan kedudukannya sebagai seorang anak bangsawan, membuat ia disenangi, disanjung dan dihormati oleh teman-temannya.
Kebiasaan Fransiskus dalam mengenakan pakaian yang indah-indah dan berpesta pora kini telah berakhir setalah ia memutuskan untuk memilih menjadi pelayan Tuhan. Pilihan hidup yang telah ditentukannya, telah memberikan konsekuensi yang berat juga bagi hidupnya. Misalnya, dahulu ia banyak memiliki teman namun setelah ia hidup miskin dan sendiri teman-teman itu pun tak ada yang peduli lagi. Pernah suatu hari ketika ia bertemu dengan salah seorang temannya, Fransiskus menyapanya namun teman itu justru menghinanya sebagai seorang seorang yang bodoh. Dahulu juga Fransiskus tinggal di rumah yang hangat, aman dan nyamannamun kini ia tinggal di sebuah kapel di San Damiano yang berantakan dan hampir roboh.
Setiap hari Fransiskus harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bila dahulu Fransiskus menghabiskan uang hanya untuk kesenangannya bersama dengan teman-temannya, kini ia membagikan hasil kerjanya dengan para penderita kusta dan sebagian lagi ia kumpulkan untuk pembangunan gereja. Fransiskus tidak lagi memikirkan kesenangan dirinya namun ia memikirkan para penderita kusta dan pembangunan gereja sesuai dengan arti mimpi yang telah ia yakini sebagai kehendak Tuhan.
mewujudkan mimpinya menjadi pelayan Tuhan. Hal itu ia wujudkan dengan tetap bekerja keras, merawat orang sakit kusta dan mencari dana untuk pembangunan gereja.
Berikut ini adalah nilai-nilai ugahari dan sederhana yang harus dipahami
oleh para guru.
Tabel 2.2 nilai-nilai “Ugahari dan Sederhana”
Nilai Deskriptor
“Ugahari dan Sederhana”
Membeli barang-barang sesuai kebutuhan
Membeli barang sesuai kemampuan
Mensyukuri penghasilan yang diterima setiap bulan
Mengelola keuangan dengan cermat supaya tidak melebihi pengeluaran
Menggunakan barang-barang secara tidak berlebihan.
Sadar harta benda yang dimiliki adalah anugrah Tuhan yang harus di gunakan dengan tepat guna
c. Murah Hati
Murah hati adalah sikap mudah memberi kepada orang lain. Seorang yang
murah hati, tidak akan berdiam diri ketika melihat sesamanya sakit dan menderita.
Hatinya akan cepat tergerak untuk memberikan bantuan seberapun itu besarnya.
Sikap spontan yang dimiliki oleh seorang yang murah hati senantiasa dilandasi
oleh hati yang tulus, jujur dan tanpa mengharapkan imbalan. Selain itu, seorang
yang murah hati tidak akan membeda-bedakan orang yang ditolongnya. Baginya,
siapa pun itu orangnya dan ia mengalami kesulitan dan penderitaan dialah sesama
yang membutuhkan pertolongan.
Fransiskus dalam hal ini menegaskan bahwa hendaknya kita bersedia
membagikan apa yang kita punyai kepada orang lain (Iriarte, 1995). Sikap mau
sikap yang murah hati. Sikap ini sehakekat dengan sikap Tuhan yang murah hati
memberikan kepada umat manusia. Tuhan memberikan segalanya untuk umat
manusia. Murah hati secara sederhana dimengerti sebagai perbuatan baik yang
riil, kelembutan dalam bertutur dan berlaku terhadap sesama. Dalam tradisi Biblis
(Kitab Suci), kemurahan hati selalu merujuk pada sikap Tuhan pada manusia
sekaligus ajakan agar manusia berbuat demikian juga. Hendaklah kamu murah
hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati (Luk 6:36).
Adapun sikap murah hati St. Fransiskus Asisi kepada sesamanya dapat
disimak dari kisah berikut ini:
Bagi kebanyakan orang, penderita kusta adalah orang yang dikutuk oleh Allah. Oleh karena itu, mereka harus diusir dari lingkungan masyarakat. Penderitaan para penderita kusta memang sangat berat. Selain harus menderita secara fisik, mereka juga harus menderita secara batin. Mereka harus tinggal terasing di tengah hutan dan apabila kedapatan dari antara mereka yang masuk ke pemukiman penduduk, mereka langsung dibunuh. Tinggal di tengah hutan, membuat mereka semakin parah sakitnya. Hal itu terjadi karena tidak ada yang memberikan perawatan, perlindungan atau pun pemberian bahan makanan bagi mereka.
Keadaan demikianlah yang membuat Fransiskus tergerak hatinya untuk membantu mereka. Baginya, para penderita kusta adalah saudara dan saudarinya yang harus tetap ditolong dan diperhatikan. Oleh karena itu, Fransiskus berupaya keras untuk membantu kehidupan mereka. Ia bekerja keras untuk mendapatkan uang guna membeli keperluan hidup mereka dan tanpa malu-malu, ia sering meminta-minta kepada orang kaya agar mereka berkenan membagi rejekinya untuk menolong para penderita kusta. Demikianlah Fransiskus, dengan kerja keras, penuh perhatian dan cinta yang besar telah menolong sesamanya yang menderita. Dasar kecintaannya sebagai saudara sesama ciptaan Allah itulah yang memberikan semangat dan energi yang besar bagi Fransiskus untuk dengan rela hati menolong mereka.
kota Asisi yang bergabung bersama Fransiskus dalam merawat dan membantu para penderita kusta ini.
Nilai-nilai murah hati yang harus dipahami oleh para guru adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3 nilai-nilai “Murah Hati”
Nilai Deskriptor
“Murah Hati”
Memahami makna murah hati sebagai tanda kepedulian terhadap sesama
Bersedia memaafkan orang yang menyakiti hati
Meluangkan waktu untuk menolong anak didik yang kesulitan belajar
Bersedia memberikan sumbangan sesuai kemampuan kepada siapa pun yang membutuhkan.
Bersikap tulus iklas dalam memberikan bentuk bantuan kepada orang lain
Memberikan bantuan tanpa mengharapkan imbalan
Menyumbangkan gagasan atau pemikiran saat diperlukan
Bersikap terbuka terhadap kritik dan saran dari rekan kerja
d. Aktif dalam Hidup Menggereja
Pada umumnya, pengertian Gereja ada 2 yaitu gereja dalam arti fisik dan
gereja dalam arti rohani. Gereja dalam arti fisik berarti tempat ibadah bagi
orang-orang yang beriman akan Yesus Kristus. Sedangkan Gereja dalam arti rohani
sebagai sekumpulan orang (=komunitas) yang mengimani Yesus. Ciri komunitas
(=Gereja) itu adalah menjalankan hidup dengan semangat cinta kasih dan
pelayanan.
Setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan, dipanggil
untuk ikut berperan aktif dalam hidup menggereja. Keterlibatan ini penting karena
ini sebagai perwujudan dari iman akan Yesus tersebut. Keterlibatan aktif seorang
bergelut pada urusan gereja dalam arti fisik saja, namun orang mampu
memberikan kesaksian secara rohani kepada orang banyak sebagai seorang
pribadi yang percaya kepada Yesus Kristus.
Teladan yang jelas, yang dapat kita ikuti adalah St. Fransiskus Asisi.
Fransiskus mula-mula membangun Gereja dalam arti fisik, sebagai gedung.
Seiring perjalanan waktu, ia merasa bahwa apa yang telah dikerjakannya terasa
masih kurang. Berkat relasinya dengan Tuhan yang sangat baik, Fransiskus
mampu menangkap kehendak Allah. Ternyata, Allah menghendakinya untuk
membangun Gereja dalam arti rohani yaitu dengan memberikan teladan hidup
yang baik dan benar kepada masyrakat Asisi dan berkotbah mewartakan injil
kerajaan Allah.
St. Fransiskus Asisi telah menghayati imannya sebagai seorang katolik
sejati dan melakukan imannya itu pembaharuan dalam hidupnya seturut.
Pembaharuan iman yang ia wujudkannya dalam praktek hidup yang nyata, telah
memikat banyak orang. Banyak golongan kaya miskin, terpelajar maupun yang
tidak terpelajar tertarik untuk bergabung dalam pembaharuan iman yang telah
dilakukannya. Berikut ini adalah beberapa orang yang telah menjadi pengikutnya,
karena tertarik atas cara hidup St. Fransiskus Asisi.
St. Clara dari Asisi
Suatu hari di sebuah kapel, ia melihat Fransisikus dan beberapa pengikutnya, sedang berkotbah. Hatinya sangat gembira melihat Fransiskus, kemudian dengan seksama ia mendengarkan kotbah tersebut. Setelah selesai berkotbah, ia mendekati Fransiskus dan menanyakan perihal cara hidup yang telah ditempuhnya. Fransiskus pun menjelaskan cara hidup yang ditempuhnya semata-mata karena kecintaannya kepada Yesus dan saudara-saudaranya yang menderita. Mendengar penjelasan tersebut, hati Clara semakin berkobar-kobar untuk mengikuti jejak Fransiskus.
Clara mewujudkan impiannya itu tepat ketika ia berusia 18 tahun. Waktu itu, ia dengan diam-diam pergi meninggalkan rumahnya dan bergabung bersama Fransiskus. Di gereja Portiuncula, Clara menyerahkan diri kepada Tuhan dan berjanji untuk hidup perawan seumur hidupnya dan hal ini disaksikan oleh Fransiskus dan para pengikutnya. Sejak peristiwa itu, Clara tinggal di kompleks kecil gereja San Damiano disana ia mengabdikan diri kepada Tuhan dengan hidup doa, tapa dan puasa.
St. Antonius dari Padua
Antonius lahir pada tahun 1195 di Lisabon, Portugal. Ia bergabung menjadi pengikut Fransiskus karena tertarik dengan teladan hidup para martir pengikut Fransiskus. Antonius adalah seorang imam yang sangat tekun dalam berdoa, studi dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rohani yaitu memperhatikan jiwa-jiwa. Suatu hari, ketika ia diminta untuk berkotbah, semua orang tertarik untuk mendengarkannya karena ia sangat pandai menjelaskan arti kitab suci sehingga setiap orang yang mendengarnya dapat memahami arti kitab suci.
Kotbah-kotbah Antonius sangat mendalam. Banyak orang yang berbondong-bondong untuk pergi mendengarkannya. Hingga akhirnya, Paus Gregorius pun ikut pergi mendengarkannya dan beliau sanagat mengagumi kotbah-kotbah yang telah disampaikannya dan Antonius mendapat julukan “ahli kitab suci”. Antonius dikagumi oleh banyak orang karena bakat dan kepandaiannya memahami kitab suci. Walaupun demikian, ia tetap menjadi seorang yang rendah hati dan memperhatikan orang-orang miskin. Ia sangat ingin meneladani cara hidup St. Fransisksus Asisi yang telah lebih dahulu mencintai kesederhanaan dan penuh perhatian bagi orang-orang miskin.
St. Yohanes Yosef dari Salib
Yohanes Yosef, lahir di pulau Ischia, Italia Selatan. Ia adalah seorang bangsawan. Ketika ia berusia ke-16 tahun, ia bergabung dalam persaudaraan bersama St. Fransiskus Asisi. Ia memilih untuk menjadi pengikut St. Fransiskus Asisi, karena tertarik dengan kesederhanaan hidup yang telah dihayati oleh St. Fransiskus Asisi. Keteladanan sikap hidup yang telah diwariskan St. Fransiskus Asisi, telah berani membuat dirinya untuk menjual semua harta bendanya dan memberikannya kepada orang miskin.
Yohanes Yosef secara radikal pula telah meninggalkan kebangsawanannya seperti yang telah dilakukan oleh St. Fransiskus Asisi dan kini ia telah merelakan diri menjadi alat Allah dalam menolong sesamanya yang menderita.berkat karya baik yang dilakukannya ini, banyak orang yang berbalik kepada Allah dan mereka kembali hidup baik dan benar.
Nilai-nilai aktif dalam hidup menggereja yang harus dipahami oleh para
guru adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4 nilai-nilai “Aktif dalam Hidup Menggereja”
Nilai Deskriptor
“Aktif dalam Hidup Menggereja”
Aktif mengikuti kegiatan di lingkungan tempat tinggal
Berupaya menciptakan persaudaraan dan kerukunan di lingkungan tempat tinggal
Berupaya menjadi saksi kebenaran di lingkungan tempat tinggal
Sebagai salah satu anggota Gereja, terpanggil untuk menjalankan semua tugas yang diberikan secara bertanggung jawab
Menjadi seorang pendidik yang sungguh-sungguh sebagai sikap kepedulian terhadap hidup menggereja.
Memberikan teladan yang baik kepada peserta didik
Menerima rekan kerja tanpa membeda-bedakan status maupun golongan
2.1.3 Karya Pendidikan Para Suster FSGM: Yayasan Dwi Bhakti
Suster FSGM merupakan salah satu konggregasi yang menghidupi
nilai-nilai “Berjiwa Besar”St. Fransiskus Asisi. Salah satu karya mereka adalah bidang pendidikan. Yayasan Dwi Bhakti merupakan yayasan pendidikan yang dikelola
oleh para suster FSGM yang berdomisili di Bandar Lampung. Yayasan tersebut,
mengelola 8 SD. Salah satu SD yang menjadi tempat penelitian adalah SD
Fransiskus 2 Bandar Lampung. Jumlah keseluruhan guru ada 30 orang, yang
terdiri dari 19 guru putri dan 11 orang guru putra. Latar belakang pendidikan
golongan menengah keatas. Berikut ini adalah sejarah singkat SD Fransiskus 2
Bandar Lampung.
SD Fransiskus 2 Bandar Lampung, dirintis pada tanggal 1 Agustus 1963.
Tujuan didirikannya sekolah tersebut adalah untuk melayani dan memberikan
pendidikan yang cukup bagi masyarakat disekitar Bandar Lampung. Pengelolaan
sekolah sampai dengan tahun 1996/1997 dibawah naungan Yayasan Xaverius
Tanjungkarang. Pada usia 45 tahun, SD Fransiskus telah mengalami beberapa
pergantian nama sekolah. Pergantian nama-nama tersebut menyesuaikan
perkembangan sekolah Xaverius di Lampung saat itu, untuk nama-nama yang
pernah dipakai adalah: SD Xaverius Bandar Lampung, SD Xaverius 24 Bandar
Lampung, SD Xaverius 3 Rawalaut, dan akhirnya sejak 1 Juli 1997 menjadi SD
Fransiskus 2 Bandar Lampung, yang langsung dikelola oleh Yayasan Dwi Bhakti
Bandar Lampung. Sebuah yayasan karya para Suster-Suster dari Santo Georgius
Martir (FSGM).
Para suster FSGM sebagai perintis sekolah tersebut, mampu melihat
kebutuhan bangsa Indonesia akan pendidikan. SD Fransiskus 2 dirintis menjelang
masa-masa sulit dan krisis terberat bangsa ini. Krisis tersebut mencangkup krisis
pangan, sosial dan politik pada masa itu. Sebagaimana sekolah-sekolah Fransiskus
yang dikelola para suster FSGM di seluruh dunia, yang juga didirikan
ditengah-tengah krisis masyarakat yang membutuhkan pendampingan dan perhatian SD
Fransiskus 2 pun hadir untuk mesnjawab kebutuhan masyarakat. Turut ambil
SD Fransiskus 2 adalah sekolah berciri khas agama Katolik, yang
menjunjung nilai-nilai universal dalam pelayanan pendidikan. Pendidikan untuk
semua golongan tanpa membeda-bedakan keragaman yang ada. Berbagai
perbedaan suku, agama, sosial dan ekonomi bertemu di sini. Hal ini merupakan
atmosfir pendukung pengembangan pribadi anak-anak, menerima keragaman
dengan cinta, mengembangkan dan memiliki kepekaan sosial dan lingkungan
dalam dirinya.
Masyarakat yang telah ambil bagian dalam karya ini, menjadi pilar utama
pembangunnya. Hal itu terjadi karena masyarakat mulai terbuka akan pentingnya
nilai-nilai pendidikan sehingga mereka mulai terlepas dari kebodohan yang
selama ini memanjarakan mereka. Kesaksian hidup yang mereka wartakan
ditengah-tengah masyarakat menjadi sesuatu yang penting yaitu perkembangan
tersendiri bagi SD Fransiskus 2 ini.
SD Fransiskus 2 Bandar Lampung ini, memiliki visi dan misi yang jelas
dalam upaya mendidik para siswa yang mengenyam pendidikan di tempat ini.
Adapun visinya adalah Sekolah Fransiskus merupakan komunitas pendidikan
yang dijiwai oleh cinta kasih Allah yang penuh kerahiman, menumbuh
kembangkan iman yang mendalam, terwujud dalam persaudaraan sejati, unggul
dalam kepribadian, moral, etika, estetika, cerdas dan terampil dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi. Visi ini, seturut dengan nilai “Berjiwa Besar” St.
Fransiskus berkaitan dengan hidup beriman.
Selain itu, misi yang hendak dicapai oleh SD tersebut diantaranya (1)
membina hati nurani agar selalu hidup sederhana, jujur, disiplin, bertanggung
jawab, peka terhadap seni dan karya seni, peduli terhadap lingkungan dan
membela kehidupan. Misi sejalan dengan nilai “Berjiwa Besar” St. Fransiskus berkaitan dengan nilai ugahari dan sederhana serta murah hati. (2) Mengupayakan
pengamalan iman yang mendalam melalui kegiatan spiritual yang terintegrasi
dalam hidup sehari-hari. Misi ini seirama dengan nilai “Berjiwa Besar” St.
Fransiskus berkaitan dengan aktif dalam hidup menggereja.
Visi dan misi SD Fransiskus 2 Bandar Lampung, ternyata sejalan dengan
niali-nilai “Berjiwa Besar” St. Fransiskus Asisi. Oleh karena itu, Yayasan Dwi
Bhakti menghendaki agar para guru mampu meneladani nilai-nilai “Berjiwa
Besar” St. Fransiskus Asisi, sebagai landasan untuk mendidik setiap pribadi yang menimba ilmu sekolah ini. Harapan yang ingin digapai ialah agar mereka mampu
tumbuh menjadi pribadi yang beriman dan seimbang antara perkembangan
kognitif, afektif dan psikomotorik.
2.2 Internalisasi dan Proses Internalisasi 2.2.1 Pengertian Internalisasi
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 439) internalisasi berarti
penghayatan terhadap suatu ajaran nilai tertentu sebagai suatu kebenaran yang
dapat diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Sedangkan menurut Kartono
(2000:236) Internalisasi adalah pengaturan kedalam pikiran atau kepribadian,
suatu nilai tertentu dari praktek hidup orang lain menjadi bagian dari diri sendiri.
penyatuan sikap, standar tingkah laku, pendapat dan seterusnya didalam
kepribadian seseorang.
Berdasarkan pengertian tersebut, internalisasi dapat diartikan sebagai proses
penghayatan suatu nilai tertentu yang dianggap sebagai kebenaran ke dalam
pribadi seseorang yang dapat terwujud dalam sikap dan perilaku. Proses
penghayatan nilai yang dilakukan secara teratur, akan membentuk karakter pribadi
seseorang menjadi lebih baik dan menjadi pembeda antara seorang yang satu
dengan yang lainnya (Wibowo, 2013:11). Karakter yang terbentuk tersebut dapat
mencangkup watak, tabiat maupun aklhak pribadi seseorang. Karakter sebagai
nilai kebaikan dari pribadi seseorang akan memberikan dampak yang baik pula
bagi diri sendiri maupun lingkungannya.
2.2.2 Proses Internalisasi
Proses internalisasi untuk membentuk karakter yang baik bagi seseorang
(good chacater)memiliki tiga proses (Wibowo 2013:12) yaitu: a. Menanamkan pengetahuan tentang nilai kebaikan(moral knowing)
b. Menumbuhkan niat atau komitmen tentang nilai kebaikan(moral feeling)
c. Melakukan kebaikan(moral behavior)
Berdasarkan urutan ketiga proses internalisasi diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa internalisasi suatu nilai, diawali dengan memberikan
pengetahuan atau pemahaman kepada seseorang tentang suatu nilai yang baik
untuk dapat dihidupi atau dimiliki. Proses selanjutnya setelah seseorang
memahami dari maksud atau tujuan dari suatu nilai yang telah ditawarkan
selaras dengan tujuan dari nilai yang telah ditawarkan. Pada proses terakhir,
setelah seseorang memahami, membuat komitmen diharapkan seseorang tersebut
mampu mewujudkan nilai kebaikan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Tiga proses internalisasi menjadi urutan proses yang saling terkait dan tidak
terpisahkan antara proses yang satu dengan proses selanjutnya. Sebagai bagian
yang tak terpisahkan, diperlukan suatu ketekunan yang teratur sehingga niliai
yang tawarkan dapat dengan sungguh-sungguh menjadi milik atau pembentuk dari
pribadi seseorang. Namun demikian dalam penelitian ini, peneliti baru mampu
melakukan pada tahap pertama yaitu tahap penanaman pengetahuan tentang nilai
kebaikan yang hendak ditawarkan oleh peneliti kepada para guru SD Fransiskus 2
Bandar Lampung yang meliputi hidup beriman, ugahari, sederhana, murah hati
dan aktif dalam Gereja.
2.3 Modul
2.3.1 Pengertian Modul
Menurut Winkel (2009) adalah satuan program kegiatan pembelajaran yang
terkecil dan dapat dipelajari sendiri(self instructional). Senada dengan pernyataan tersebut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) modul didefinisikan
sebagai komponen dari suatu sistem yang berdiri sendiri, tetapi menunjang dari
sistem itu. Menurut Siahaan (dalam Bintarto 2004: 69) menyatakan bahwa modul
adalah suatu satuan pelajaran terkecil yang telah direncanakan dan ditulis secara
operasional sistematis. Berdasarkan dari pengertian tersebut, dapat diambil
kesimpulan modul adalah suatu program kegiatan terkecil yang memiliki
2.3.2 Karakteristik Modul
Berikut ini adalah beberapa karakteristik modul menurut Anwar (2010):
a. Self instructional yaitu mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain
b. Self contained yaitu seluruh materi dari satu unit yang dipelajari terdapat di dalam satu modul utuh.
c. Stand alone yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media yang lain
d. User friendly yaitu modul yang dikembangkan hendaknya akrab atau bersahabat dengan pemakainya.
e. Konsistensiyaitu konsisten dalam penggunaan font, spasi dan tata letak.
2.4 Metode Penelitian dan pengembangan 2.4.1 Pengertian Penelitian dan pengembangan
Pengertian penelitian dan pengembangan menurut Sujadi (2003:164) adalah
suatu proses untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan
produk yang telah ada. Secara lebih jelas Sugiyono (2008) menjelaskan bahwa
penelitian dan pengembangan adalah suatu model penelitian untuk menghasilkan
produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Dengan penjelasan yang
sedikit berbeda, Creswell (2003) menjelaskan lagi bila dalam penelitian
pengembangan, peneliti dapat dengan tepat mengkaji suatu obyek yang sedang
aktual, dan hasil penelitian mampu menjawab prediksi atau persoalan, maka
penelitian yang dihasilkan dari penelitian, akan dianalisis untuk dilihat
keefetifannya sehingga dapat berfungsi bagi banyak orang.
2.4.2 Model ADDIE
Model ADDIE merupakan singkatan dariAnalysis, Design, Development or Production, Implementation or Delivery and Evaluations (Gafur, 2012). Model ini, memiliki lima komponen atau lima tahapan yaitu sebagai berikut:
a. Analisis(Analysis)
Analisis dilakukan untuk menentukan kebutuhan pembelajar, apa yang akan
diberikan, dan kompetensi apa yang akan diharapkan atau dikuasai oleh
pembelajar.
b. Desain(Desaign)
Setelah kebutuhan pembelajar teridentifikasi, langkah selanjutnya ialah
mendesain kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan produk yang diinginkan.
Pada tahap ini desain kegiatan meliputi: merumuskan tujuan, urutan kegiatan,
sumber belajar dan evaluasi
c. Pengembangan(Develop)
Pada tahap ini yang dilakukan adalah memproduksi atau mewujudkan
spesifikasi desain produk sesuai dengan yang telah ditentukan. Secara khusus,
spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian ini berbentuk modul. Pada
pengembangan ini, peneliti mengadopsi materi dari buku Developing Language Course Materials, (Richards C. Jack, 2004). Tindakan yang dilakukan oleh peneliti; (1) menentukan subyek yang akan menggunakan produk pengembangan,
yang akan dilakukan, (4) penentuan sifat dari kerangka kegiatan yang dilakukan.
Menentukan subyek yang akan menggunakan produk pengembangan, hal ini
menyangkut tentang siapa (orang) yang akan mendapat perlakuan, usia, pekerjaan,
dan keadaan lingkungan. Penentuan subyek ini menjadi bagian yang penting,
karena hal ini akan menentukan arah tujuan dan kegiatan yang akan dilakukan.
Segala kegiatan yang akan dilakukan, akan menyesuiakan dengan subyek yang
akan melakukannya.
Menentukan tujuan yang ingin dicapai adalah suatu tindakan yang harus
dilakukan bagi setiap orang yang hendak melakukan rencana suatu kegiatan.
Tujuan menjadi arah dasar dari suatu kegiatan. Tujuan yang jelas akan menjadi
indikasi dari suatu kegiatan yang baik. Dan akhirnya, keseluruhan kegiatan akan
mengarah kepada tujuan yang hendak dicapai.
Prosedur atau urutan kegiatan yang akan dilakukan. Prosedur kegiatan
merupakan tindakan konkrit yang hendak dilakukan yang telah disesuaikan
dengan pokok bahasan, subyek yang hendak belajar dan tujuan yang hendak
dicapai. Prosedur kegiatan yang tersusun dengan baik, akan mampu menghantar
subyek pembelajar untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.
Penentuan sifat dari kerangka kegiatan yang dilakukan maksudnya, ialah
peneliti menentukan apakah rancangan kegiatan yang hendak dilakukan dalam
produk pengembangan bersifat tetap harus berurutan atau dapat berubah setiap
saat tanpa urutan. Hal ini dipandang perlu karena berkaitan erat dengan tujuan
d. Implementasi (Implement)
Setelah produk dikembangkan pada tahap ketiga, selanjutnya memanfaatkan
atau menggunakan hasil produk tersebut kepada pembelajar yang sudah
ditentukan.
e. Evaluasi(Evaluate)
Evaluasi merupakan proses terakhir dari model desain ADDIE. Evaluasi
merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap produk
tertentu yang telah dihasilkan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan
produk bila digunakan di lapangan.
Pada pembuatan produk pengembangan ini, peneliti menggunakan model
ADDIE. Model tersebut, memiliki lima tahapan yaitu: analisis, desain,
pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Namun, dalam pengembangan
produk ini, peneliti hanya akan sampai pada tahap ketiga yaitu tahap
pengembangan. Alasan peneliti hanya sampai pada tahap ini karena pertama
subyek yang diteliti sudah mengadakan retret pada bulan Desember 2013, kedua
keterbatasan tempat dan keterbatasan waktu antara peneliti dan subyek yang
diteliti untuk mengujikan produk tersebut.
2.5 Hasil Penelitian yang Relevan
Ada 4 penelitian yang penulis anggap relevan dengan penelitian yang saat
ini sedang dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang dilakukan oleh Smith (2007)
mengungkapkan pentingnya perpaduan nilai-nilai iman katolik dalam setiap mata
pelajaran yang hendak disampaikan kepada siswa. Hal ini sangat penting,
masih memberikan pembedaan antara iman dan materi pelajaran. Padahal
seharusnya, iman berpadu dengan ilmu pengetahuan yang hendak diterima oleh
siswa. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya dibeberapa sekolah,
perpaduan yang benar antara pemahaman iman dan perkembangan ilmu
pengetahuan yang telah diterima siswa, menghasilkan pribadi yang mudah
bersyukur, berkembang sikap mencintai dan peduli, tidak mudah putus asa dan
lebih bertanggung jawab.
Selanjutnya, Darmaatmadja (2013) dalam dalam tulisannya yang berkaitan
dengan hidup ugahari dan sederhana, ia menyampaikan betapa pentingnya di
zaman sekarang ini orang mampu untuk melatih hidup ugahari sehingga akan
menjadi pribadi yang sederhana. Pernyataan ini penting karena di zaman ini
banyak orang yang hidupnya menuruti kesenangannya sendiri. Mudah tergoda
oleh barang-barang mewah dan segala kenikmatannya. Jika seseorang tidak
mampu mengendalikan diri, maka ia bisa menjadi budak atas kesenangannya
sendiri dan atas barang-barang duniawi. Sedangkan seseorang yang mampu
menghayati hidup ugahari akan menjadi orang yang bijaksana dalam segala
tingkah laku maupun dalam menentukan barang-barang yang diperlukan dalam
hidup.
Coughlin (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Serving Generously and Loving Rightly: Insights for a Value-Centered Life from the Franciscan Tradition” telah memberikan sumbangan pemikiran bagi Gereja terutama yang
menghidupi semangat hidup St. Fransiskus Asisi. Tulisannya ini berangkat dari
dilakukan oleh St. Fransiskus Asisi dan para saudaranya terhadap orang-orang
kusta. St. Fransiskus Asisi dengan sikap kesiapsediaannya dan rasa cinta yang
mendalam telah rela memberikan perhatian dan hartanya kepada sesamanya yang
menderita. Hasil dari penelitiannya telah menunjukkan peningkatan pada
mahasiswa dalam salah satu universitas di Amerika yang semakin rela untuk
mewujudkan sikap berbagi bagi sesamanya.
Perry (2007) ia melakukan penelitian yang berjudul “Promoting Global
Solidarity, One Student at a Time: Franciscans International at the Service of Franciscan Colleges and Universities”. Gerakan ini dipelopori oleh Fransiskan Internasional dan mengajak mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di Amerika
Serikat untuk terlibat aktif dalam menangani masalah yang terjadi di dunia ini
berkaitan dengan tindak kekerasan terhadap kaum miskin. Hal ini dilakukan
sebagai salah satu gerakan perwujudan iman sebagai anggota Gereja, terutama
sebagai pengikut Fransiskus Asisi. Penelitian ini diadakan di Darfur (Sudan),
utara Uganda, Kolombia. Pencapaian dari penelitian ini adalah menanamkan sikap
kepedulian terhadap sesama yang miskin dengan penanaman sikap tidak
merendahkan dan tidak merusak martabat manusia. Bentuk perwujudan yang lain
yaitu dengan memberikan jaringan kerja untuk menciptakan ikatan solidaritas
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah ada, maka skema penelitian ini
sebagai berikut:
Bagan 2.1 Skema Penelitian
2.6 Kerangka Berpikir
SD Fransiskus 2 Bandar Lampung merupakan lembaga pendidikan yang
diinspirasikan oleh nilai-nilai “Berjiwa Besar” St. Fransiskus Asisi. Para guru sebagai pendidik diharapkan mampu memahami nilai-nilai tersebut. Berdasarkan
hasil wawancara dan kuesioner yang telah dilakukan oleh peneliti, menyatakan
bahwa pengetahuan para guru tentang nilai-nilai “Berjiwa Besar” St. Fransiskus
Asisi masih dalam kategori rendah. Rendahnya tingkat pengetahuan para guru Smith (2007)
“Beriman”
Darmaatmadja (2013)
“Ugahari dan Sederhana
Modul Meneladan Fransiskus yang
“Berjiwa Besar”
Coughlin (2010)
“Murah Hati”
Perry (2007)