BAB II LANDASAN TEORI
2.1 St. Fransiskus Asisi dan Nilai yang diteladankannya
2.1.2 Nilai-Nilai “Berjiwa Besar” St. Fransiskus Asisi
Pengalaman hidup dan perjuangan Fransiskus yang berani meninggalkan
keluarganya untuk melayani orang kecil menunjukkan jika ia memiliki sikap
“Berjiwa Besar”. Berjiwa besar ialah sikap seseorang yang mau menerima
keadaan diri sendiri, bersikap optimis dan selalu memperjuangkan nilai-nilai yang
luhur. Nilai-nilai luhur yang diperjuangkan oleh Fransiskus adalah beriman,
ugahari dan sederhana, murah hati dan aktif dalam hidup menggereja.
Adapun nilai-nilai “Berjiwa Besar” St. Fransiskus Asisi tersebut, diuraikan sebagai berikut:
a. Beriman
Secara sederhana sikap percaya kepada Allah disebut beriman. Menurut
Fransiskus beriman adalah sikap mencintai Allah dengan segenap hati, segenap
jiwa dan akal budi, segenap kekuatan serta mencintai sesamanya seperti dirinya
sendiri (Ladjar, 1988:181). Maksudnya, menjadi seorang yang beriman berarti
percaya sungguh-sungguh pada Allah, mengarahkan seluruh diri pada Allah dan
Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar semakin mengenal Allah, yaitu
dengan berdoa. Hal serupa pun dilakukan oleh Fransiskus. Baginya, dengan
berdoa ia mampu menyampaikan segala keinginannya kepada Allah. Doa berikut
misalnya menggambarkan itu, “Allah yang Maha Tinggi dan penuh kemuliaan,
terangilah kegelapan hatiku, berilah aku iman yang benar, harapan yang teguh dan kasih yang sempurna. Berilah aku ya Allah perasaan yang peka dan budi yang cerah agar aku mampu melaksanakan perintah-Mu yang kudus dan tak menyesatkan”(Doa Salib).
Fransiskus seorang pendoa yang sejati. Walaupun demikian, sebagai
seorang manusia ia tetap saja mengalami banyak tantangan dan kesulitan. Banyak
pengalaman yang tidak menyenangkan yang ia alami. Misalnya, ia diusir dari
keluarganya karena rajin berdoa dan menolong orang miskin sebab, perilaku
tersebut bertentangan dengan kehendak ayah yang tidak beriman dan kikir. Ia juga
pernah sakit parah dan hampir buta namun, hal itu tidak menghalanginya untuk
tetap berdoa dan pasrah kepada kehendak Tuhan. Berkat ketulusan doa dan
penyerahan diri yang total kepada Tuhan, ia mendapatkan penyembuhan dari
sakitnya, melalui seorang dokter yang mengobatinya.
Selain menjalin relasi yang baik dengan Allah, iman juga harus terwujud
dalam tindakan konkret sehari-hari. Tentang ini, Fransiskus sendiri telah
memberikan teladan. Ia merawat dan melayani orang sakit, terutama penderita
kusta. Dalam wasiatnya, ia menulis demikian, “ketika aku dalam dosa, aku amat
muak melihat orang kusta. Akan tetapi, Allah sendiri menghantar aku ke tengah orang kusta dan aku merawat mereka dengan penuh kasihan”. (Ladjar: 2008,
193). Pengalaman melayani orang sakit kusta, merupakan contoh konkret paktek
hidup beriman yang dilakukan Fransiskus yang sudah terarah pada Allah dan
sesama.
Kisah berikut ini, menunjukkan penghayatan iman St. Fransiskus Asisi:
Seperti hujan dan salju yang turun dari langit dan tidak kembali lagi kesana, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan….., demikianlah firman yang keluar dari mulut-Ku, Ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil apa yang Kusuruhkan kepadanya” (Yes 55:10 -11). Kiranya firman inilah, yang telah tumbuh dan berkembang dalam diri Fransiskus. Sejak kecil, ibunya telah memperkenalkan sosok Yesus kepadanya. Dan disini pula ia belajar untuk mengimani Yesus.
Setelah Fransiskus beranjak dewasa, ia banyak mengalami perubahan. Kemewahan keluarganya, telah membawanya jauh dari Yesus dan ia lebih senang untuk hidup berfoya-foya bersama dengan teman-temannya. Sebagai anak seorang bangsawan yang kaya raya, ia mempunyai banyak teman, di hormati dan ia juga memiliki cita-cita yang besar yaitu sebagai ksatria bagi negaranya. Fransiskus berusaha keras, untuk menggapai cita-citanya tersebut. Ia bergabung bersama para ksatria negaranya untuk ikut berperang melawan penjajah namun, ia mengalami kekalahan, ditangkap musuh dan dipenjarakan. Satu tahun Fransiskus berada dalam penjara. Ia dapat terbebas dari penjara setelah ayahnya membayar uang tebusan bagi dirinya.
Kegagalannya dalam mengikuti perang yang pertama ternyata tidak menyurutkan hati Fransiskus untuk terus menggapai cita-citanya menjadi seorang ksatria bagi negaranya. Hal itu terjadi karena dua tahun kemudian, pecah perang kembali terjadi dan ia bergabung kembali dalam laskar pertempuran untuk melawan Perugia. Ia merasa bangga tinggal bersama dengan para ksatria yang lain untuk melawan musuh. Pada malam hari saat ia sedang tidur, ia bermimpi bertemu dengan Yesus. Yesus dalam mimpinya berkata “Fransiskus....Fransiskus, kembalilah ke rumahmu. Mengapa engkau mengabdi kepada hamba, bukan kepada Tuan?.Siapa yang lebih besar Tuan atau hamba?”. Fransiskus terbangun dari tidurnya. Ia terus-menerus memikirkan arti mimpinya itu akibatnya, ia mengalami keraguan yang besar untuk melanjutkan pertempurannya melawan Perugia. Keraguan dan keingintahuannya akan makna mimpinya, membuatnya berani untuk memutuskan meninggalkan laskar pertempuran dan kembali ke Asisi.
Setelah peristiwa mimpi itu, Fransiskus mengalami banyak perubahan. Ia semakin rajin berdoa dan banyak berbuat kebaikan diantaranya ialah menolong orang sakit kusta. Suatu hari, ketika ia sedang berdoa di sebuah kapel di San Damiano, dari sebuah salib yang tergantung di altar ia mendengar suara “Fransiskus pergilah dan perbaikilah Gereja-Ku yang nyaris roboh ini”. Fransiskus terkesima dan juga bahagia mendengar suara tersebut, ia merasa
yakin bahwa inilah jawaban dari mimpi yang selama ini dipikirkannya. Ia yakin bahwa Tuhan Yesus memintanya untuk mengabdi-Nya dengan cara membangun gereja-Nya yang hampir roboh. Akhirnya tanpa ragu, Fransiskus melaksanakan perintah tersebut dengan mulai membangun gereja secara fisik.
Perubahan yang terjadi dalam diri Fransiskus sangat ditentang oleh ayahnya. Ayahnya, berusaha keras agar ia meninggalkan perbuatannya yang baik itu. Beberapa kali ayahnya memberikan hukuman kepada Fransiskus yaitu dengan hukuman cambuk dan dikurung dalam rumah. Harapannya, agar Fransiskus jera dan kembali kepada ayahnya. Kendati demikian, Fransiskus tidak pernah berkeinginan untuk meninggalkan perbuatan baik yang telah dilakukannya. Justru sebaliknya, ia semakin bersemangat mengerjakannya. Sikap Fransiskus yang tetap bersikeras melakukan perbuatannya yang baik itu, membuat ayahnya geram. Hingga akhirnya, ayah Fransiskus memberikan pilihan kepadanya siapa yang akan dipilihnya dirinya (ayahnya) atau perbuatan baik yang menurut Fransiskus sebagai kehendak Tuhan.
Kecintaan Fransiskus kepada Yesus membuat Fransiskus berani memberikan keputusan bahwa dirinya lebih memilih Tuhan dengan melakukan karya baik yang selama ini telah ia lakukan dan memutuskan meninggalkan ayah dan keluarganya. Keputusan Fransiskus ini semakin membuat ayahnya semakin marah dan akhirnya ayahnya memintanya untuk melepaskan seluruh harta benda yang ada pada dirinya. Permintaan sang ayah pun tidak berat bagi Fransiskus, maka dengan segera ia mengembalikan semua harta benda yang ada pada dirinya bahkan pakainan yang melekat pada tubuhnya (Mat 19:21). Demikianlah Fransiskus telanjang pergi meninggalkan ayah, keluarga dan seluruh kekayaan yang ada. Ia dengan tulus iklas meninggalkannya dan memilih Tuhan sebagai satu-satunya harapan hidupnya. Ia akhirnya, mendapatkan mantol untuk menutupi tubuhnya yang telanjang dari seorang uskup yang terharu melihat sikap dan segala keputusan yang telah diambilnya.
Tindakan radikal yang telah dilakukan oleh Fransiskus untuk berani meninggalkan segala-galanya dan memilih menjadi pelayan Allah hal ini terjadi karena ia telah bersatu dengan Allah dan menjadikan Allah sebagai tujuan dan arah hidupnya. Ia tidak lagi bimbang atau ragu akan pekerjaan yang dilakukannya dalam bekerja membangun gereja dan menolong sesamanya yang miskin, sakit dan menderita. Dan ia pun telah mencintai Allah dengan segenap jiwa, kekuatan, akal budi dan seluruh keberadaan hidupnya (Mat 22:37).
Jadi, nilai-nilai beriman yang perlu diketahui oleh para guru antara lain: Tabel 2.1 nilai-nilai “Beriman”
Nilai Deskriptor
“Beriman”
Mengerti iman sebagai penyerahan diri secara total kepada Allah Meluangkan waktu untuk beribadat dan berdoa
Merasa ada campur tangan Allah dalam seluruh perjalanan hidup Pada waktu mengalami kesulitan, bersandar pada kekuatan Allah
Oleh karena mengalami dicintai oleh Allah, maka membalas cinta-Nya itu dengan mencintai sesama.
Yakin setiap kebaikan yang diterima berasal dari Tuhan
Bersyukur kepada Tuhan untuk semua anugerah yang telah diterima dalam hidup ini.
b. Ugahari dan Sederhana
Kehidupan orang pada zaman ini, diwarnai dengan semangat untuk mencari
kenikmatan diri (hedonisme), menikmati segalanya tanpa memikirkan penting atau tidaknya (konsumerisme), semangat mencari segala yang segera dapat dirasakan hasilnya berupa benda-benda (materialisme) dan semangat untuk mencari yang serba cepat atau gampang. Kecenderungan ini, membuat manusia
hanya mengandalkan pada sesuatu yang tampak. Segala sesuatunya juga dinilai
dari banyaknya harta benda yang dimiliki. Selain itu, manusia kurang mampu
mengendalikan diri. Mereka menjadi rakus, kejam, dan jarang yang mengenal
saudara, orang lain menjadi ancaman.
Hidup ugahari adalah sikap hidup seseorang yang dalam kepemilikan dan
penggunaan harta benda tidak berlebih-lebihan namun berani berkata cukup.
Sedangkan sederhana menunjukkan sikap bersahaja dan tidak berlebih-lebihan.
Memang benar bahwa hidup manusia memerlukan harta benda sebagai penunjang
hidup. Namun keliru, bila dalam penggunaannya berlebih-lebihan. Fransiskus
Asisi memandang bahwa harta benda bukan sesuatu hal yang paling penting
dalam hidup, tetapi ia menggunakan harta benda tersebut sesuai dengan nilai
fungsionalnya. Tujuan penggunaan harta benda, bukan untuk bermegah-megah
Praktek hidup Fransiskus menunjukkan hal itu. Ia mengenakan pakaian (jubah)
petani miskin. Tempat tinggalnya sangat sederhana. Ia bersama para pengikutnya
hidup dari bekerja keras setiap hari untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari.
Kisah berikut sikap hidup ugahari dan sederhana yang dijalankan oleh
Santo Fransiskus Asisi:
Fransiskus sebagai seorang anak pedagang kain yang sukses, seringkali mengenakan pakaian yang maha indah. Selain itu, ia juga senang mengadakan pesta bersama teman-temannya. Makanan dan minuman yang istimewa selalu ia hidangkan untuk teman-temannya. Sikapnya yang murah hati dan kedudukannya sebagai seorang anak bangsawan, membuat ia disenangi, disanjung dan dihormati oleh teman-temannya.
Kebiasaan Fransiskus dalam mengenakan pakaian yang indah-indah dan berpesta pora kini telah berakhir setalah ia memutuskan untuk memilih menjadi pelayan Tuhan. Pilihan hidup yang telah ditentukannya, telah memberikan konsekuensi yang berat juga bagi hidupnya. Misalnya, dahulu ia banyak memiliki teman namun setelah ia hidup miskin dan sendiri teman-teman itu pun tak ada yang peduli lagi. Pernah suatu hari ketika ia bertemu dengan salah seorang temannya, Fransiskus menyapanya namun teman itu justru menghinanya sebagai seorang seorang yang bodoh. Dahulu juga Fransiskus tinggal di rumah yang hangat, aman dan nyamannamun kini ia tinggal di sebuah kapel di San Damiano yang berantakan dan hampir roboh.
Setiap hari Fransiskus harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bila dahulu Fransiskus menghabiskan uang hanya untuk kesenangannya bersama dengan teman-temannya, kini ia membagikan hasil kerjanya dengan para penderita kusta dan sebagian lagi ia kumpulkan untuk pembangunan gereja. Fransiskus tidak lagi memikirkan kesenangan dirinya namun ia memikirkan para penderita kusta dan pembangunan gereja sesuai dengan arti mimpi yang telah ia yakini sebagai kehendak Tuhan.
Keinginana Fransiskus sangat kuat untuk mewujudkan apa yang dikehendaki Tuhan walaupun demikian, banyak orang yang tidak perduli akan apa yang dikerjakannya. Justru sebaliknya, banyak orang yang menganggapnya sudah gila dan tidak manusiawi lagi. Apa yang telah dilakukan oleh Fransiskus sangat bertentanagan dengan pola pikir masyarakat pada waktu itu. Misalnya, banyak orang yang menjahui para penderita kusta, namun Fransiskus justru merawat dan berteman dengan mereka. Banyak orang mengejar kekayaan, kenyamanaan, hidup enak namun Fransiskus justru meninggalkan itu semua dan memilih hidup miskin. Pilihan hidup Fransiskus itulah yang membuat orang mengganggapnya sudah gila dan tidak wajar lagi. Oleh sebab itu, ia seringkali mendapat penghinaan, menjadi bahan tertawaan, seringkali juga diusir dan ditolak oleh penduduk Asisi. Fransiskus tidak pernah putus asa, menghadapi perlakuan kasar orang lain terhadapnya. Ia tetap berjuang terus untuk
mewujudkan mimpinya menjadi pelayan Tuhan. Hal itu ia wujudkan dengan tetap bekerja keras, merawat orang sakit kusta dan mencari dana untuk pembangunan gereja.
Berikut ini adalah nilai-nilai ugahari dan sederhana yang harus dipahami
oleh para guru.
Tabel 2.2 nilai-nilai “Ugahari dan Sederhana”
Nilai Deskriptor
“Ugahari dan Sederhana”
Membeli barang-barang sesuai kebutuhan Membeli barang sesuai kemampuan
Mensyukuri penghasilan yang diterima setiap bulan
Mengelola keuangan dengan cermat supaya tidak melebihi pengeluaran
Menggunakan barang-barang secara tidak berlebihan.
Sadar harta benda yang dimiliki adalah anugrah Tuhan yang harus di gunakan dengan tepat guna
c. Murah Hati
Murah hati adalah sikap mudah memberi kepada orang lain. Seorang yang
murah hati, tidak akan berdiam diri ketika melihat sesamanya sakit dan menderita.
Hatinya akan cepat tergerak untuk memberikan bantuan seberapun itu besarnya.
Sikap spontan yang dimiliki oleh seorang yang murah hati senantiasa dilandasi
oleh hati yang tulus, jujur dan tanpa mengharapkan imbalan. Selain itu, seorang
yang murah hati tidak akan membeda-bedakan orang yang ditolongnya. Baginya,
siapa pun itu orangnya dan ia mengalami kesulitan dan penderitaan dialah sesama
yang membutuhkan pertolongan.
Fransiskus dalam hal ini menegaskan bahwa hendaknya kita bersedia
membagikan apa yang kita punyai kepada orang lain (Iriarte, 1995). Sikap mau
sikap yang murah hati. Sikap ini sehakekat dengan sikap Tuhan yang murah hati
memberikan kepada umat manusia. Tuhan memberikan segalanya untuk umat
manusia. Murah hati secara sederhana dimengerti sebagai perbuatan baik yang
riil, kelembutan dalam bertutur dan berlaku terhadap sesama. Dalam tradisi Biblis
(Kitab Suci), kemurahan hati selalu merujuk pada sikap Tuhan pada manusia
sekaligus ajakan agar manusia berbuat demikian juga. Hendaklah kamu murah
hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati (Luk 6:36).
Adapun sikap murah hati St. Fransiskus Asisi kepada sesamanya dapat
disimak dari kisah berikut ini:
Bagi kebanyakan orang, penderita kusta adalah orang yang dikutuk oleh Allah. Oleh karena itu, mereka harus diusir dari lingkungan masyarakat. Penderitaan para penderita kusta memang sangat berat. Selain harus menderita secara fisik, mereka juga harus menderita secara batin. Mereka harus tinggal terasing di tengah hutan dan apabila kedapatan dari antara mereka yang masuk ke pemukiman penduduk, mereka langsung dibunuh. Tinggal di tengah hutan, membuat mereka semakin parah sakitnya. Hal itu terjadi karena tidak ada yang memberikan perawatan, perlindungan atau pun pemberian bahan makanan bagi mereka.
Keadaan demikianlah yang membuat Fransiskus tergerak hatinya untuk membantu mereka. Baginya, para penderita kusta adalah saudara dan saudarinya yang harus tetap ditolong dan diperhatikan. Oleh karena itu, Fransiskus berupaya keras untuk membantu kehidupan mereka. Ia bekerja keras untuk mendapatkan uang guna membeli keperluan hidup mereka dan tanpa malu-malu, ia sering meminta-minta kepada orang kaya agar mereka berkenan membagi rejekinya untuk menolong para penderita kusta. Demikianlah Fransiskus, dengan kerja keras, penuh perhatian dan cinta yang besar telah menolong sesamanya yang menderita. Dasar kecintaannya sebagai saudara sesama ciptaan Allah itulah yang memberikan semangat dan energi yang besar bagi Fransiskus untuk dengan rela hati menolong mereka.
Sikapnya yang penuh perhatian terhadap yang menderita dan kerelaannya untuk untuk berbagi kepada sesamanya yang membutuhkan bantuannya telah membuatnya menjadi bahagia. Ia bersyukur karena ia telah dipakai Allah untuk memberikan sesuatau yang kecil bagi para penderita kusta. Ia sangat mencintai pekerjaannya ini dan dengan tulus hati ia melakukannya. Kerelaan yang ditampakkan oleh Fransiskus dalam melayani orang sakit kusta ini, telah membuka mata orang banyak dan sedikit demi sedikit mereka pun tergerak pula untuk membantu dan memperhatikan mereka. Hingga akhirnya, banyak orang di
kota Asisi yang bergabung bersama Fransiskus dalam merawat dan membantu para penderita kusta ini.
Nilai-nilai murah hati yang harus dipahami oleh para guru adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3 nilai-nilai “Murah Hati”
Nilai Deskriptor
“Murah Hati”
Memahami makna murah hati sebagai tanda kepedulian terhadap sesama Bersedia memaafkan orang yang menyakiti hati
Meluangkan waktu untuk menolong anak didik yang kesulitan belajar Bersedia memberikan sumbangan sesuai kemampuan kepada siapa pun yang membutuhkan.
Bersikap tulus iklas dalam memberikan bentuk bantuan kepada orang lain
Memberikan bantuan tanpa mengharapkan imbalan
Menyumbangkan gagasan atau pemikiran saat diperlukan
Bersikap terbuka terhadap kritik dan saran dari rekan kerja
d. Aktif dalam Hidup Menggereja
Pada umumnya, pengertian Gereja ada 2 yaitu gereja dalam arti fisik dan
gereja dalam arti rohani. Gereja dalam arti fisik berarti tempat ibadah bagi
orang-orang yang beriman akan Yesus Kristus. Sedangkan Gereja dalam arti rohani
sebagai sekumpulan orang (=komunitas) yang mengimani Yesus. Ciri komunitas
(=Gereja) itu adalah menjalankan hidup dengan semangat cinta kasih dan
pelayanan.
Setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan, dipanggil
untuk ikut berperan aktif dalam hidup menggereja. Keterlibatan ini penting karena
ini sebagai perwujudan dari iman akan Yesus tersebut. Keterlibatan aktif seorang
bergelut pada urusan gereja dalam arti fisik saja, namun orang mampu
memberikan kesaksian secara rohani kepada orang banyak sebagai seorang
pribadi yang percaya kepada Yesus Kristus.
Teladan yang jelas, yang dapat kita ikuti adalah St. Fransiskus Asisi.
Fransiskus mula-mula membangun Gereja dalam arti fisik, sebagai gedung.
Seiring perjalanan waktu, ia merasa bahwa apa yang telah dikerjakannya terasa
masih kurang. Berkat relasinya dengan Tuhan yang sangat baik, Fransiskus
mampu menangkap kehendak Allah. Ternyata, Allah menghendakinya untuk
membangun Gereja dalam arti rohani yaitu dengan memberikan teladan hidup
yang baik dan benar kepada masyrakat Asisi dan berkotbah mewartakan injil
kerajaan Allah.
St. Fransiskus Asisi telah menghayati imannya sebagai seorang katolik
sejati dan melakukan imannya itu pembaharuan dalam hidupnya seturut.
Pembaharuan iman yang ia wujudkannya dalam praktek hidup yang nyata, telah
memikat banyak orang. Banyak golongan kaya miskin, terpelajar maupun yang
tidak terpelajar tertarik untuk bergabung dalam pembaharuan iman yang telah
dilakukannya. Berikut ini adalah beberapa orang yang telah menjadi pengikutnya,
karena tertarik atas cara hidup St. Fransiskus Asisi.
St. Clara dari Asisi
St. Clara adalah seorang putri bangsawan dari kota Asisi yang lahir pada tahun 1193. Sebagai seorang putri bangsawan, ia mendapatkan pendidikan yang cukup tinggi. Diantaranya pendidikan agama, pendidikan membaca dan menulis, pendidikan Bahasa Latin dan berbagai macam ketrampilan. Bekal pendidikan yang diterimanya, menjadikannya seorang wanita yang pandai dan dapat mengerjakan tugas dan tanggung jawab dengan baik. Keberadaan Clara yang demikian, telah memikat banyak hati para putra bangsawan. Kendati demikian, Clara tidak pernah menaruh simpati kepada setiap putra bangsawan yang datang mendekatinya. Justru sebaliknya, ia telah terpikat dengan cara hidup Fransiskus.
Suatu hari di sebuah kapel, ia melihat Fransisikus dan beberapa pengikutnya, sedang berkotbah. Hatinya sangat gembira melihat Fransiskus, kemudian dengan seksama ia mendengarkan kotbah tersebut. Setelah selesai berkotbah, ia mendekati Fransiskus dan menanyakan perihal cara hidup yang telah ditempuhnya. Fransiskus pun menjelaskan cara hidup yang ditempuhnya semata-mata karena kecintaannya kepada Yesus dan saudara-saudaranya yang menderita. Mendengar penjelasan tersebut, hati Clara semakin berkobar-kobar untuk mengikuti jejak Fransiskus.
Clara mewujudkan impiannya itu tepat ketika ia berusia 18 tahun. Waktu itu, ia dengan diam-diam pergi meninggalkan rumahnya dan bergabung bersama Fransiskus. Di gereja Portiuncula, Clara menyerahkan diri kepada Tuhan dan berjanji untuk hidup perawan seumur hidupnya dan hal ini disaksikan oleh Fransiskus dan para pengikutnya. Sejak peristiwa itu, Clara tinggal di kompleks kecil gereja San Damiano disana ia mengabdikan diri kepada Tuhan dengan hidup doa, tapa dan puasa.
St. Antonius dari Padua
Antonius lahir pada tahun 1195 di Lisabon, Portugal. Ia bergabung menjadi pengikut Fransiskus karena tertarik dengan teladan hidup para martir pengikut Fransiskus. Antonius adalah seorang imam yang sangat tekun dalam berdoa, studi dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rohani yaitu memperhatikan jiwa-jiwa. Suatu hari, ketika ia diminta untuk berkotbah, semua orang tertarik untuk mendengarkannya karena ia sangat pandai menjelaskan arti kitab suci sehingga setiap orang yang mendengarnya dapat memahami arti kitab suci.
Kotbah-kotbah Antonius sangat mendalam. Banyak orang yang berbondong-bondong untuk pergi mendengarkannya. Hingga akhirnya, Paus Gregorius pun ikut pergi mendengarkannya dan beliau sanagat mengagumi