• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI INDONESIA: DARI ZAMAN KE ZAMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI INDONESIA: DARI ZAMAN KE ZAMAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Harsono

Kolegium Neurologi Indonesia

KOMPETENSI

DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI INDONESIA:

DARI ZAMAN KE ZAMAN

PERSPEKTIF

PERUBAHAN & PERKEMBANGAN KOMPETENSI

Kurikulum: content, pendekatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, assessment & learning outcomes (kompetensi) perlu dievaluasi &

dikembangkan Ilmu & Teknologi

Informasi & komunikasi

Perubahan di komunitas dalam hal persepsi dan

pengetahuan tentang layanan publik

& global issues

Globalisasi

Tingkat kompetisi tinggi

Profil lulusan: ilmuwan, profesional,

sensitif, kreatif, independen, inovatif, berpikir kritis,

entrepreneur,

(2)

Kompetensi

v Kompetensi adalah seperangkat tindakan (perbuatan) cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (SK. Mendiknas No.045/U/2002 ).

v Kompetensi diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat

diobservasi, mencakup:

—  Pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja

—  dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan

standar performa yang ditetapkan.

Elemen kompetensi (Std. Kompetensi 2006)

1. 

Landasan kepribadian

2. 

Penguasaan ilmu dan ketrampilan

3. 

Kemampuan berkarya

4. 

Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat

keahlian berdasarkan ilmu dan ketrampilan yang

dikuasai

5. 

Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat

(3)

Area kompetensi (Std. Kompetensi 2006)

1. 

Pengetahuan kedokteran

2. 

Ketrampilan klinik

3. 

Kecakapan untuk mengambil keputusan klinik

4. 

Ketrampilan interpersonal

5. 

Sikap dan perilaku profesional

6. 

Ketrampilan manajerial

7. 

Advokasi dan edukasi kesehatan

8. 

Penghayatan praktik kedokteran

9. 

Wawasan yang luas

KOGNITIF

(Pengetahuan)

PSIKOMOTOR

(Ketrampilan)

AFEKTIF

(Sikap,nilai,minat

)

Taxonomi Bloom

PERSPEKTIF KOMPETENSI

KEM

AM

PUA

N

(4)

Written Communications Skill Ability to Work Independently Ability to Work in Team Settings Analytical Skills Logical Skills Knowledge of Technology Knowledge of Field

Oral Communications Skill

Kompetensi Lulusan

Hard Skill Soft/Life Skill

Kompetensi inti

Dokter Indonesia (SKDI 2012)

1.

Profesionalitas yang Luhur

2.

Mawas Diri dan Pengembangan Diri

3.

Komunikasi Efektif

4.

Pengelolaan Informasi

5.

Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran

6.

Keterampilan Klinis

(5)

Hirarki Area Kompetensi

Kompetensi

sebagai sarjana yang sujana:

CENDEKIAWAN

1. 

Penguasaan disiplin yang kuat

2. 

Penalaran dan argumen yang memadai (kemampuan

artikulasi)

3. 

Tutur bahasa yang baik (baku), terutama tertulis

4. 

Berakhlak mulia: sikap santun

5. 

Wisdom

a.

Learned

– terpelajar

b.

Smartness

– kecerdikan

c.

Common sense

– penalarannya hidup

d.

Insight

– tilikan

e.

Prudent

– sikap hati-hati

f.

Ethical

– penalaran terhadap norma kebenaran

(6)

KOMPETENSI DOKTER YANG DIHARAPKAN MASYARAKAT

DALAM KESEHARIAN

—  Kognitif: — Pinter — Cerdas — Maju —  Psikomotor — Cekatan — Trampil — Hati-hati

—  Afektif: akhlak yang baik

— Santun — Cepat tanggap

— Ramah – grapyak – sumanak

— Senyum – sumeh – empati — Rendah hati

— Tarif murah – terjangkau

APA SAJA YANG MEMPENGARUHI KOMPETENSI?

—  Kemajuan IPTEKDOK

—  Perubahan paradigma pendidikan

—  Keputusan politik

—  Persaingan global

—  Tuntutan masyarakat pengguna jasa pelayanan kedokteran / kesehatan

—  Kesadaran dokter dan masyarakat akan hukum kesehatan dan

kedokteran

—  Faktor lingkungan / sosial / asuransi

—  Strata pendidikan

— Spesialis

— Subspesialis

— Magister

— Doktor

—  Semangat untuk belajar sepanjang hayat (life-long learning)

(7)

KEMAJUAN & PERKEMBANGAN

IPTEKDOK

— 

Ilmu Kedokteran Dasar / Biomedik

— 

Ilmu Kedokteran Paraklinik

— 

Ilmu Kedokteran Klinik

— 

Ilmu Kesehatan Masyarakat

— 

Perkembangan / perubahan epidemiologi

— 

Teknologi / alat-alat diagnostik

— 

Teknologi / alat-alat terapetik

— 

Farmakologi

Era 1950 – 1980-an

—  Era Neurologi – Psikiatri – Neurochirurgi (PNPNCh)

—  Pendidikan spesialis: Neuro-psikiatri

—  Jumlah Doktor: masih sedikit

—  Jumlah Guru Besar: masih sedikit —  Radiologi — Foto polos — Mielografi — Ventrikulografi — Angiografi karotis —  Elektrofisiologi — EEG — ENMG — Doppler — Echo-encephalography

(8)

Era 1980 – 2000-an

—  Era pengembangan SDM dan kemajuan teknologi /alat diagnostik

— SDM

— Jumlah doktor makin bertambah

— Jumlah Guru Besar makin bertambah

— Teknologi / alat diagnostik & laboratorium makin canggih

— EEG monitoring & brain mapping

— ENMG yang lebih canggih

— CT Scan

— MRI

— MRA

— PET — SPECT

— Laboratorium Patologi Klinik — Laboratorium Patologi Anatomik — Laboratorium Mikrobiologi — Laboratorium Biomedik

Era 2000 - sekarang

—  SDM

— Jumlah spesialis neurologi bertambah secara pesat (13 IPDSN + 1

kandidat IPDSN)

— Jumlah Guru Besar bertambah (kemudian menyusut karena pensiun dan wafat)

— Jumlah doktor bertambah secara pesat

—  10 IPDSN (+) —  2 IPDSN (+/-) —  1 IPDSN (-)

—  1 Kandidat IPDSN (+)

— Jumlah subspesialis bertambah secara pesat

—  Perkembangan lanjut teknologi / alat diagnostik (sleep lab, TCD dsb)

—  Perkembangan lanjut laboratorium biomedik

—  Neuro-intervensi

—  Perundang-undangan dan peraturan pemerintah

(9)

Pengaruhnya?

—  Sains neurologi makin maju

—  Pengetahuan tentang alat-alat baru serta manfaatnya untuk

pelayanan pasien dan penelitian

—  Ketrampilan penggunaan alat-alat baru secara efisien

—  Diagnosis dapat lebih dipastikan dan terapi lebih terarah

—  Penelitian kedokteran dasar dan klinik lebih maju

—  Investasi oleh pihak RS berpengaruh terhadap tingkat penggunaan alat (kembali modal?)

—  Dapat terjadi overused dan melunturkan kaidah dan ketrampilan

pemeriksaan klinik (Listen, the patients is telling you about his / her diagnosis)

—  Kebijakan Pemerintah tentang masuknya dokter asing ke Indonesia (ditangani oleh KKI dan IDI)

—  Kebijakan Pemerintah tentang penempatan dokter spesialis

Era kompetensi (1)

— 

Peraturan Mendiknas nomor 045/U/2002

— 

UU nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS

— 

Undang-Undang RI tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran

— 

Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 – tentang

Standar Nasional Pendidikan

— 

Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia

— 

Konsil Kedokteran Indonesia

— 

Pengesahan Standar Pendidikan Dokter Spesialis

— 

Pengesahan Standar Kompetensi Dokter Spesialis

— 

Surat tanda registrasi (STR)

(10)

Era kompetensi (2)

—  Kolegium Neurologi Indonesia

— Kurikulum (2003) – sedang dalam proses revisi

— Standar Kompetensi Dokter Spesialis Saraf (2006) – sedang dalam proses revisi

— Standar Pendidikan Dokter Spesialis Saraf (2007) – sedang dalam proses revisi

— Modul-modul – akan direvisi — Uji Kompetensi – OSCE & MCQ — Sertifikat kompetensi

— P2KB – resertifikasi

— Akan diterbitkan sertifikat kompetensi tambahan

—  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 755/

MENKES/PER/IV/2011 tentang penyelenggaraan komite medik di rumah sakit

— Clinical Privilege & Clinical appointment

Penajaman kompetensi

1.  Penajaman profisiensi yang sesuai dengan standar kompetensi spesialis neurologi

Ø  Berpengalaman menangani berbagai macam kasus dalam jumlah yang cukup banyak

2.  Subspesialis

3.  Doktor

4.  Kegiatan:

a.  Aktivitas di Kelompok Studi - PERDOSSI

b.  Berpartisipasi dalam kegiatan P2KB

c.  Pendidikan terstruktur, program pascasarjana

d.  Kursus / pelatihan / lokakarya dalam bidang neurologi dan

disiplin lain yang terkait dengan neurologi

e.  Diskusi via dunia maya

f.  Rajin membaca dan menulis artikel ilmiah

(11)

Pengembangan kompetensi

1. 

Penggunaan / pemanfaatan teknologi kedokteran

mutakhir melalui pendidikan terstruktur /

pelatihan / lokakarya

2. 

Bersinggungan / tumpang-tindih dengan

kompetensi di luar bidang neurologi

a. 

Perhimpunan dokter seminat (

+

)

b. 

Ekses: ribut tentang

hak kompetensi

(

-

)

3. 

Penelitian biomedik dan kedokteran klinik

4. 

Program Subspesialis

5. 

Program master

6. 

Propgram doktor

Afeksi spesifik (1)

— 

Memahami dan menunjukkan sikap yang sesuai dengan

Kode Etik Kedokteran Indonesia

— 

Memahami aspek medikolegal dalam praktik

kedokteran di dalam masyarakat Indonesia dengan

budaya yang aneka ragam.

— 

Menyadari kemampuan dan keterbatasan diri berkaitan

dengan praktik kedokterannya dan mempraktikkan

belajar sepanjang hayat dengan selalu mengikuti

perkembangan ilmu dan praktik kedokteran mutakhir.

(12)

Afeksi spesifik (2)

— 

Berperilaku profesional dalam praktik

kedokteran serta mendukung kebijakan

kesehatan, baik sebagai pribadi maupun dalam

suatu tim pelayanan kesehatan (Asuransi, BPJS)

— 

Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas

dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku,

ras dan kondisi fisik tertentu atau latar

belakang keluarga dan status sosial ekonomi.

IowasTargeting Life Skills Wheel

(13)

PERATURAN PRESIDEN

NOMOR 8 TAHUN 2012

TENTANG

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA

GARIS BESAR HALUAN KOMPETENSI ?

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL

INDONESIA

— 

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang

selanjutnya disingkat KKNI, adalah kerangka

penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat

m e n y a n d i n g k a n , m e n y e t a r a k a n , d a n

mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan

bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja

dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi

kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai

sektor.

(14)

Elemen KKNI

1.

Isi dan cakupan

: ilmu, pengetahuan,

know how

dan ketrampilan yang diperlukan individu pada

setiap tingkat

2.

Kapasitas dan tanggung jawab

: dalam hal

penggunaan / pemanfaat isi dan cakupan serta

akuntabilitas dalam melaksanakan pekerjaan /

tugas

3.

Pengakuan dan autonomi

dalam hal metode

implementasi isi dan cakupan sebagaimana

tercantum di diktum 1.

1

2

3

4

5

7

8

9

6

PROGRAM AKADEMIK PROGRAM

VOKASI PROGRAM PROFESI

AHLI TEKNISI/ ANALIS OPERATOR AHLI TEKNISI/ ANALIS OPERATOR

S2

S1

S3

SMU PROFESI SUB SPESIALIS DIII DII DI SMK DIV/ S1T S3T S2T SPESIALIS PENGEMBANGAN KARIR BERBASIS PELATIHAN KERJA PENGEMBANGAN KARIR BERBASIS PENGALAMAN

(15)

Deskriptor kualifikasi SDM level 8 pada KKNI yang dihasilkan

oleh program spesialis kedokteran (1)

—  Deskripsi generik level 8 (paragraf pertama)

ž Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan atau seni di dalam bidang keilmuannya atau praktik profesionalnya melalui riset, hingga menghasilkan karya inovatif dan teruji.

—  Deskripsi spesifik

1.  Mampu mencermati dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini dalam meningkatkan keterampilan klinis praktis dalam bidang spesialisasinya.

2.  Mampu mengembangkan profesi melalui kegiatan riset dan pengetahuan terkini dalam bidang spesialisasinya.

Deskriptor kualifikasi SDM level 8 pada KKNI yang dihasilkan

oleh program spesialis kedokteran (2)

ž Deskripsi generik level 8 (paragraf kedua)

ž 

Mampu memecahkan permasalahan sains, teknologi, dan

atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan

inter- atau multidisiplin

ž Deskripsi spesifik

 

1. 

Mampu merangkum inter pretasi anamnesis,

pemeriksaan fisik, uji laboratorium, dan prosedur yang

sesuai spesialisasinya, untuk menegakkan diagnosis dan

tata laksana, dengan mengacu pada

evidence-based

(16)

Deskriptor kualifikasi SDM level 8 pada KKNI yang

dihasilkan oleh program spesialis kedokteran (3)

ž 

Deskripsi spesifik

2.  Mampu melakukan prosedur klinis dalam bidang spesialisasinya sesuai masalah, kebutuhan pasien dan kewenangannya, berdasarkan kelompok/nama penyakit serta masalah/tanda atau gejala klinik termasuk kedaruratan klinis

3.  Mengembangkan konsep dan prinsip ilmu biomedik, klinik, ilmu perilaku, ilmu komunikasi serta ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan bidang spesialisasinya.

4.  Mampu berkontribusi dalam tim untuk menangani masalah kesehatan pada individu, keluarga

Deskriptor kualifikasi SDM level 8 pada KKNI yang

dihasilkan oleh program spesialis kedokteran (4)

ž 

Deskripsi spesifik

5.  Mampu berkontribusi dalam tim untuk menangani masalah kesehatan pada individu, keluarga, ataupun masyarakat secara komprehensif dalam konteks pelayanan kesehatan sekunder.

6.  Mampu mengidentifikasi, menjelaskan dan merancang penyelesaian masalah kesehatan secara ilmiah menurut ilmu kedokteran mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum

7.  Mampu mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di tingkat sekunder, dengan menggunakan teknologi informasi mutakhir.

(17)

Deskriptor kualifikasi SDM level 8 pada KKNI yang

dihasilkan oleh program spesialis kedokteran (5)

ž Deskripsi spesifik

8.  Mampu mengelola sumber daya manusia dan sarana – prasarana secara efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan sekunder.

9.  Mampu melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan dan pencegahan penyakit serta menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan.

10.  Mampu membimbing mahasiswa tingkat vokasi bidang kesehatan, profesi dokter dan dokter spesialis

Deskriptor kualifikasi SDM level 8 pada KKNI yang

dihasilkan oleh program spesialis kedokteran (6)

ž Deskripsigenerik level 8 (paragraf ketiga))

ž Mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi masyarakat dan keilmuan, serta mampu mendapat pengakuan nasional atau internasional.

 

ž Deskripsi spesifik

1. Mampu merencanakan dan berkontribusi dalam sebuah riset multidisiplin terkait bidang spesialisasinya.

2. Mampu mengelola riset melalui pengkajian dan pengembangan di bidang spesialisasinya yang hasilnya dapat diaplikasikan dan layak dipublikasikan di tingkat nasional dan internasional.

(18)

Deskriptor kualifikasi SDM level 9 pada KKNI yang dihasilkan

oleh program subspesialis kedokteran (1)

—  Deskripsi generik level 9 (paragraf pertama)

ž Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan atau seni baru di dalam bidang keilmuannya atau praktik profesionalnya melalui riset, hingga menghasilkan karya kreatif, original, dan teruji.

—  Deskripsi spesifik:  

1. Mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran

terkini guna meningkatkan ketrampilan klinik praktis dalam bidang subspesialisasinya.

2. Mampu mengembangkan ilmu pengetahuan baru melalui kegiatan riset

dalam bidang subspesialisasinya.

3. Mampu mengembangkan teknologi kedokteran baru yang inovatif,

kreatif dan teruji dalam bidang subspesialisasinya melalui kegiatan riset dalam bidang subspesialisasinya

Deskriptor kualifikasi SDM level 9 pada KKNI yang

dihasilkan oleh program subspesialis kedokteran (2)

ž Deskripsi generik level 9 (paragraf kedua)

ž Mampu memecahkan permasalahan sains, teknologi, dan atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter-, multi-, atau transdisiplin.

ž Deskripsi spesifik

1.  Mampu melakukan prosedur klinis dalam bidang subspesialisasinya sesuai masalah, kebutuhan pasien dan kewenangannya, berdasarkan kelompok/nama penyakit serta masalah/tanda atau gejala klinik termasuk kedaruratan klinis

2.  Mampu merangkum interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji laboratorium, dan prosedur yang sesuai subspesialisasinya, untuk menegakkan diagnosis, dengan mengacu pada evidence-based medicine.

(19)

Deskriptor kualifikasi SDM level 9 pada KKNI yang

dihasilkan oleh program subspesialis kedokteran (3)

—  Deskripsi spesifik

3.  Mengembangkan konsep atau prinsip baru dalam bidang ilmu biomedik, klinik, ilmu perilaku, dan ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan bidang subspesialisasinya.Mampu memimpin tim untuk menyelasaikan masalah kesehatan pada individu, keluarga, ataupun masyarakat secara komprehensif dalam konteks pelayanan kesehatan tersier.

4.  Mampu mengidentifikasi, menjelaskan dan merancang penyelesaian masalah kesehatan secara ilmiah menurut ilmu kedokteran mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum.

Deskriptor kualifikasi SDM level 9 pada KKNI yang

dihasilkan oleh program subspesialis kedokteran (4)

—  Deskripsi spesifik

5. Mampu mengelola sumber daya manusia dan sarana – prasarana pelayanan kesehatan dalam bidang subspesialisanya secara efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan sekunder dan tersier

6. Mampu dan berwenang mendidik peserta program pendidikan dokter, dokter spesialis dan dokter spesialis konsultan.

(20)

Deskriptor kualifikasi SDM level 9 pada KKNI yang

dihasilkan oleh program subspesialis kedokteran (5)

—  Deskripsi generik level 9 (paragraf ketiga)

ž Mampu mengelola, memimpin, dan mengembangkan riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan kemaslahatan umat manusia, serta mampu mendapat pengakuan nasional atau internasional.

—  Deskripsi spesifik  

1. Mampu merencanakan dan berkontribusi dalam sebuah riset

multidisiplin terkait bidang spesialisasinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran bidang supspesialiasinya yang bermanfaat bagi masyarakat dan ilmu kesehatan serta mampu mendapat pengakuan nasional maupun internasional

Deskriptor kualifikasi SDM level 9 pada KKNI yang

dihasilkan oleh program subspesialis kedokteran (6)

—  Deskripsi spesifik

2.  Mampu mengelola riset melalui pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan tekologi kedokteran di bidang subspesialisasinya yang hasilnya dapat diaplikasikan pada tahap internasional dan layak dipublikasikan di tingkat nasional dan internasional.

3.  Mampu mengelola riset untuk menapis ilmu pengetahuan d a n t e k o l o g i k e d o k t e r a n t e r k i n i d i b i d a n g subspesialisasinya yang aplikasinya sesuai dan bermanfaat bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan ditingkat nasional dan intrenasional.

(21)

LEVEL 8 (MAGISTER)

Mampu

mengembangkan

pengetahuan, teknologi, dan atau seni di dalam

bidang keilmuannya atau praktik profesionalnya melalui riset, hingga

menghasilkan karya

inovatif dan teruji.

Mampu memecahkan permasalahan sains, teknologi, dan atau seni di dalam

bidang keilmuannya melalui

pendekatan inter atau multidisipliner .

Mampu

mengelola riset

dan pengembangan yang bermanfaat bagi

masyarakat dan keilmuan, serta mampu mendapat pengakuan nasional

maupun internasional.

LEVEL 9 (DOKTOR)

Mampu

mengembangkan

pengetahuan, teknologi, dan atau seni

baru

di

dalam bidang keilmuannya atau praktik profesionalnya melalui riset, hingga

menghasilkan karya

kreatif, original, dan teruji.

Mampu memecahkan permasalahan sains, teknologi, dan atau seni di dalam

bidang keilmuannya melalui

pendekatan inter, multi atau

transdisipliner.

Mampu

mengelola, memimpin, dan mengembangkan riset

dan

pengembangan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan kemaslahatan

umat manusia, serta mampu mendapat

pengakuan nasional maupun

(22)

Ringkasan

— 

Kompetensi dokter, khususnya spesialis neurologi,

dipengaruhi oleh perkembangan dan kemajuan zaman

yang terkait dengan iptekdok, keputusan politik, dan

perubahan sosial

— 

Aspek yang terpengaruh mencakup profesionalitas

sebagai dokter dan karakter sebagai pribadi manusia

— 

Sumpah dokter, kode etik kedokteran, aspek

mediko-legal dan standar kompetensi diharapkan menjadi

penjaga

professional behavior

dokter, khususnya spesialis

neurologi

KOMPETENSI

merupakan

bahasa dunia

yang dapat

diterima oleh

siapa saja – maka

jangan sampai

menyia-nyiakan

dan /atau

menggunakan

kompetensi

secara salah

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah kejadian rupture perineum pada ibu bersalin normal di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta 2015 dalam penelitian ini sebanyak 95 orang sebagian besar terjadi pada rupture

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh independensi, skeptisisme profesional, etika profesi, dan latar belakang pribadi terhadap kualitas audit di Inspektorat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan nilai pelanggan yang terdiri dari nilai fungsional (X1) , nilai biaya/ value for money (X2) , nilai sosial(X3) dan

Karena sekulerisasi telah berdampak kepada pemahaman masyarakat terhadap tawasuf sebagai disiplin ilmu olah ruhani saja atau kesalehan individu saja, maka

Proses eksekusi terhadap pidana tambahan berupa uang pengganti pada tindak pidana korupsi oleh Kejaksaan Negeri Padang dilakukan melalui pelaksanaan putusan pengadilan yang

Pembentukan dentin reparatif, sebagai salah satu bentuk dentin tersier, disusun tepat di permukaan pulpa dibawah dentin primer dan sekunder serta hanya dibentuk

1) tindakan rasional-instrumental; yakni tindakan yang dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara dan tujuan; dalam hal ini aktor memperhitungkan

Kesimpulan: Pemberian dosis dekokta angkak peroral tidak dapat meningkatkan kadar trombosit secara bermakna pada tikus putih jantan galur Wistar trombositopenia