• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM KB DAN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DI BENGKULU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM KB DAN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DI BENGKULU"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM KB DAN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

DI BENGKULU

1. Berjuang Demi Rakyat

Semasa masa kampanye hampir sebagian besar Calon Anggota Legislatif dalam kampanye baru-baru ini menyampaikan orasi kampanye “akan berjuang bersama rakyat, demi rakyat “ melalui legislatif bersama eksekutif semua program akan berpihak dan menyentuh hajat masyarakat, mereka akan mengentaskan rakyat dari kemiskinan, mengatasi pengangguran, pengobatan dan pendidikan gratis. Janji-janji kampanye dari anggota Legislatif perlu kita dorong untuk direalisasi dengan memberikan wawasan tentang pendekatan pembangunan yang berwawasan kependudukan dimana pembangunan menempatkan penduduk sebagai titik sentral pembangunan atau People Centered Development, yaitu pembangunan diarahkan untuk mencapai tujuan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, sekaligus mengarah pada pengembangan sumber daya manusia potensial. Kebijakan kependudukan merupakan bagian integral dari kebijakan pembangunan secara keseluruhan yang harus diletakkan dalam kerangka kebijakan pembangunan jangka panjang.

Keberhasilan kebijakan kependudukan di Indonesia memberikan landasan bagi pemerintah untuk melaksanakan pembangunan ekonomi yang efektif dengan mengurangi biaya investasi sosial atas pelayanan kebutuhan dasar.

Kebijakan pembangunan kependudukan yang pertama adalah mengendalikan kuantitas penduduk melalui pengaturan kehamilan dan kelahiran (Program Keluarga Berencana) dan penurunan kematian (Program Kesehatan); kedua adalah peningkatan kualitas penduduk melalui Program Kesehatan dan Pendidikan , ketiga mengenai mobilitas penduduk melalui Program Transmigrasi . Ketiga kebijakan tersebut saling terkait dan harus ditangani secara simultan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

Pada Tahun 2000 di deklarasi “Millenium Development Goals (MDGs) sebagai kritik terhadap pembangunan yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi

(2)

2. Membangun Komitmen Terhadap Program KB di Era Otonomi Daerah

Baik Eksekutif (Kepala Pemerintah Daerah) maupun Anggota Legislatif sebagian besar diantaranya masih belum memahami tentang “public policy” terutama berkaitan dengan “welfare” atau kesejahteraan sehingga menganggap program KB sebagai salah satu program pembangunan kependudukan dianggap sebagai alat mengerem pertumbuhan penduduk dan program kesehatan sebagai pengobatan orang sakit, sehingga Kepala Daerah banyak mengeluarkan dana daerah (APBD) untuk memberikan pelayanan kesehatan (berobat) gratis bagi penduduk non-miskin serta dibidang pendidikan memberikan subsidi sekolah gratis .

Eksekutif dan Legislatif memandang KB dan Kesehatan kurang menarik karena kedua program tersebut mempunyai perspektif jangka panjang yang tak terukur dan tidak dapat segera memberikan hasil. Kepala Daerah perlu melihat bahwa Program KB dan kesehatan sebagai upaya sistematis untuk melakukan investasi dibidang sumber daya manusia (human capital investment) atau dampak ekonomi jangka panjang.

3. Manfaat dan Dampak Program KB

Melalui program KB akan memberikan keuntungan berkurangnya belanja konsumsi disebabkan kelahiran dapat dicegah dapat dialihkan dari belanja yang tidak dikonsumsikan ke belanja untuk masyarakat secara luas.

Biaya konsumsi yang dapat dialihkan karena penurunan kehamilan dan kelahiran menyangkut :

 Biaya Antenatal Care ( ANC)

 Biaya persalinan

 Biaya komplikasi kehamilan dan persalinan yang mungkin timbul seperti pendarahan, abortus, gangguan kesehatan bayi

 Biaya perawatan nifas

 Biaya makan dan memelihara bayi dan anak dalam rangka memenuhi gizi anak

(3)

Manfaat lain dari pelaksanaan Program KB, pemerintah mempunyai ”Public Saving” dengan cara mempangkas subsidi biaya pelayanan sosial (Pendidikan, Kesehatan).

Sebagai gambaran terhadap ”Public Saving” untuk Provinsi Bengkulu dalam 3 - 4 tahun kedepan dapat mengalihkan subsidi biaya pendidikan dan kesehatan sebesar Rp. 28.397.611.200, yang mana dana tersebut dapat dialihkan pada sektor pertanian, perkebunan dan industri dalam memberikan kesempatan kerja dan penghasilan keluarga.

Ra ta -2 B/C Ra tio = 4

No Ka b/Kota Bia ya progra m KB Be ne fit(P S )

1 Be ngkulu S e la ta n 1.083.964.800 4.335.859.200 2 Re ja ng Le bong 1.577.224.000 6.308.896.000 3 Be ngkulu Uta ra 1.222.642.000 4.890.568.000 4 Ka ur 469.054.000 1.876.216.000 5 S e lum a 389.819.000 1.559.276.000 6 M ukom uko 271.070.000 1.084.280.000 7 Le bong 861.690.000 3.446.760.000 8 Ke pa hia ng 449.713.000 1.798.852.000 9 Kota Be ngkulu 774.226.000 3.096.904.000 P ropinsi 7.099.402.800 28.397.611.200

Estim a si ka sa r be ne fit inve sta si KB da la m 3 - 4 ta hun

Perhitungan diatas memperlihatkan keuntungan ekonomi untuk pemerintah mendapatkan public saving lebih besar dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan untuk program KB.

Selain pemerintah mempunyai ”Public Saving”, keluarga juga mempunyai tabungan individu (Private Saving) sebagai akibat menurunnya pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan, sandang, pangan, papan. Pengurangan ini keluarga dapat meningkatkan produktivitas salah satunya meningkatkan status gizi.

Bila Pemerintah kurang perhatian terhadap masalah kependudukan dapat memberikan dampak sosial diantaranya tidak tersedianya lapangan kerja menyebabkan banyak pengangguran, akibatnya masyarakat menjadi miskin, kriminalitas meningkat, anak jalanan dan penyakit sosial masyarakat seperti pelacuran, Trafficking.

(4)

dampak perkampungan padat, kumuh, polusi, pemenuhan air bersih kurang, lingkungan sosial kurang sehat.

Pemerintah baik pusat maupun daerah harus meratifikasi delapan (8) isu pokok kesepakatan Millenium Development Goals (MDGs), yaitu a) Menghapuskan kemiskinan dan kelaparan berat; b) Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; c) Mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; d) Menurunkan angka kematian anak; e) Meningkatkan kesehatan maternal; f) Melawan persebaran HIV/AIDS, dan penyakit kronis lainnya (malaria dan turberkulosa); g) Menjamin keberlanjutan lingkungan; h) Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

4. Program KB dan Implikasi Terhadap Kependudukan a. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Indonesia diprediksikan akan menjadi sekitar 263 juta pada tahun 2025 (Bappenas, 2005) Proyeksi tersebut kemungkinan tidak akan banyak berubah jika pengelolaan program KB dilaksanakan seperti saat ini. Namun jumlah tersebut sangat mungkin meningkat, apabila intensitas dan frekuensi pengelolaan program KB menurun.

Jumlah penduduk di Bengkulu pada tahun 2025 diprediksikan sebesar 2.291.600, tabel berikut prediksi jumlah penduduk dari tahun 2008 sampai dengan 2019.

0-4 5-14 15-64 65+ Total Dep.Ratio 2008 166,6 333,2 1.157,8 60,0 1.717,6 48,4% 2009 167,2 334,4 1.185,3 62,9 1.749,8 47,6% 2010 167,8 335,9 1.216,7 64,1 1.784,5 46,7% 2011 169,0 337,9 1.248,0 67,9 1.822,8 46,1% 2012 168,5 335,9 1.278,9 69,0 1.852,3 44,8% 2013 170,2 337,2 1.309,2 70,8 1.887,4 44,2% 2014 171,5 337,5 1.337,7 76,2 1.922,9 43,7% 2015 171,2 337,7 1.367,2 79,3 1.955,4 43,0% 2016 171,3 340,1 1.396,0 84,0 1.991,4 42,7% 2017 171,9 340,4 1.422,4 87,0 2.021,7 42,1% 2018 173,4 342,5 1.449,2 93,0 2.058,1 42,0% 2019 173,0 344,6 1.475,7 99,0 2.092,3 41,8% BONUS DEMOGRAFI

(5)

Jumlah penduduk masing-masing Kabupaten : No Penduduk 2007 Penduduk 2008 LPP DALAM 1 TAHUN 1 Bengkulu Selatan 137.203 140.083 2,08 2 Rejang Lebong 249.714 253.661 1,57 3 Bengkulu Utara 339.873 343.568 1,08 4 Kaur 112.528 115.168 2,32 5 Seluma 162.104 163.859 1,08 6 Mukomuko 138.590 142.047 2,46 7 Lebong 89.690 91.142 1,61 8 Kepahiang 116.882 117.916 0,88 9 Kota Bengkulu 270.079 274.477 1,62 10 Provinsi 1.616.663 1.641.921 1,55

Meskipun selama tiga dasawarsa terakhir tingkat kelahiran menunjukkan kecenderungan menurun, namun jumlah penduduk masih terus bertambah walaupun laju pertumbuhan penduduk (LPP) sebenarnya telah mengalami penurunan.

b. Bonus Demografi

Dinamika penduduk menyebabkan transisi demografi dimana terjadi penurunan fertilitas dalam jangka panjang menyebabkan perubahan struktur penduduk terutama penduduk usia produktif dan non produktif diidentifikasi dengan rasio ketergantungan yaitu rasio antara penduduk non produktif terhadap penduduk usia produktif. Keuntungan ekonomis akibat penurunan Rasio Ketergantungan disebut dengan Bonus Demografi atau dikenal dengan demographic dividend atau demographic giff.

Turunnya rasio ketergantungan pada suatu saat akan mencapai titik terendah dan berbalik meningkat kembali, pada saat menunjukkan angka yang paling terendah yang biasanya berada dibawah 50%, disebut dengan Jendela Kesempatan (The Window of Opportunity) dimana kesempatan tersebut

(6)

mengurangi besarnya investasi untuk pemenuhan kebutuhan mereka, sehingga sumber daya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga.

Keluarga Berencana dengan program pengaturan kelahiran mempunyai pengaruh besar dalam terwujudnya Bonus Demografi. Bila pengaturan kelahiran melalui Keluarga Berencana berhasil maka pemerintah dapat mengalihkan biaya dari sektor makanan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan dari penduduk tercegah pada pengembangan sektor pertanian, Industri dalam penyediaan sektor kesempatan kerja.

b. Fertilitas

Angka Kelahiran atau TFR menunjukkan rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita sampai dengan akhir masa reproduksinya. Secara Nasional TFR hasil SDKI tahun 2007 sebesar 2,6% sedang TFR Provinsi Bengkulu 2,4%. Tingkat Kabupaten/Kota angka kelahiran ditunjukkan dengan Angka Kelahiran Kasar (CBR), yaitu jumlah kelahiran per 1000 penduduk dalam suatu periode tertentu, dari hasil Pendataan Keluarga tahun 2007 dan tahun 2008 diperoleh gambaran CBR sebagai berikut :

No CBR 2007 CBR 2008 Keterangan

1 Bengkulu Selatan 22 20 Turun

2 Rejang Lebong 18 22 Naik

3 Bengkulu Utara 34 24 Turun

4 Kaur 26 21 Turun

5 Seluma 34 34 Tetap

6 Mukomuko 15 22 Naik

7 Lebong 35 25 Turun

8 Kepahiang 29 27 Turun

9 Kota Bengkulu 19 18 Turun

Berdasarkan kuantitasnya, penduduk Indonesia tergolong sangat besar namun dari segi kualitasnya masih memprihatinkan dan tertinggal dibandingkan negara Asean lainnya. Penduduk sebenarnya merupakan fenofena yang netral.

(7)

Penduduk yang besar dengan kualitas yang tinggi sebenarnya adalah aset bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, sedangkan penduduk yang besar tidak disertai dengan kualitas yang memadai nampaknya bukan menjadi aset tetapi justru beban pembangunan, dan menyulitkan Pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

c. Indeks Pembangunan Manusia ( IPM )

Berdasarkan Human Development Report tahun 2007, posisi kualitas penduduk dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indonesia berada pada peringkat 107 dari 177 negara (HDI Report 2007). Untuk Provinsi Bengkulu dan Kabupaten/Kota sebagai berikut :

No IPM 2006 IPM 2007 1 Bengkulu Selatan 70,08 70,43 2 Rejang Lebong 68,75 69,32 3 Bengkulu Utara 69,87 70,09 4 Kaur 67,58 68,23 5 Seluma 64,97 65,93 6 Mukomuko 68,56 69,18 7 Lebong 67,59 68,44 8 Kepahiang 65,32 66,31 9 Kota Bengkulu 76,42 76,69 10 Provinsi 71,28 71,88 d. Pelayanan KB

Kontribusi pelayanan KB terhadap penurunan Fertilitas sangat tinggi dimana hasil SDKI tahun 2007 kesertaan KB di Propinsi Bengkulu sebesar 74

(8)

CPR (SDKI 2007) 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 Mal uku Papu a Pap ua B arat NTT Sulba r NA D Mal ut Sul tra Sul sel Sum ut NTBRia u Ban ten Kep ri Kaltim Sum bar DK I Jak arta Gor onta lo Jaba r Indo nesi a Kalb ar Sul teng Jate ng Kal sel Sum se; Jam bi Jatim Kal teng DIY Bab el Sul ut Bali Lam pung Ben gkul u %

Sedangkan untuk Unmet Need di Provinsi Bengkulu sebesar 6,1

Unmet need KB 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 Bab el Lam pung Kal teng Bali Ben gkul u Sul ut Kalse l Gor onta lo DIY DKI J akar ta Jam bi Sum sel Cen tral J ava Kal bar Kal tim Jatim Sul teng Ban ten Riau Indo nesi a Wes t Jav a Sum bar NAD Sum ut Kep ri NTBSultraMalut Sulse l Pap ua Pap .Bar at NTT Sul bar Mal uku % Spacing T.m. anak 5. Kesimpulan :

a. Keberhasilan pembangunan kependudukan adalah menjadi prasyarat tercapainya tujuan MDGs

b. Program KB menjadi faktor penentu keberhasilan sasaran pembangunan yang saling terkait dengan kuantitas dan kualitas penduduk

c. Jaminan kecukupan pembiayaan global dan nasional serta daerah dalam implementasi program kependudukan diperlunya institusi pelaksana program yang jelas

d. Program pembangunan kependudukan perlu penanganan kebijakan kependudukan secara komprehensif dari semua pihak

Referensi

Dokumen terkait

Pada eksterior bangunan kesehatan dengan penerapan healing environment, dari beberapa jenis taman therapeutic garden dipilih menjadi jenis taman yang akan digunakan

Melihat dari hal tersebut di atas, peneliti berupaya untuk mencari penyelesaian terhadap permasalahan dalam pembelajaran IPS dengan menerapkan Media

Selain itu ada beberapa siswa-siswi yang sudah pernah belajar bahasa Arab yaitu, mereka yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah (MI), akan tetapi kemampuan untuk berbahasa

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai daya dukung wisata Kebun Raya Cibodas, yaitu jumlah maksimum wisatawan yang dapat ditampung oleh Kebun Raya Cibodas

Pada hari ini minggu 20 September dalam kebaktian ke 3 akan diselenggarakan pelantikan Forum Kerja Sama antara Penabur Jakarta dengan Klasis Jakarta Selatan, dimana klasis

LKM yang digunakan adalah LKM Terbimbing dimana LKM Terbimbing ini dapat membantu mahasiswa dalam memahami dan menyelesaikan persoalan yang ada pada perkuliahan Struktur

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang muncul adalah nilai-nilai pendidikan karakter apa saja yang terdapat dalam novel Tantri (Perempuan yang Bercerita) karya Cok Sawitri

sensor-sensor kondisi lingkungan. Sistem berbasis sensor mengandalkan dua proses utama untuk kepetingan prediksi kondisi lingkungan mendatang. Proses pertama adalah