• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

32

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan di Instalasi Gawat Darurat Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman Yogyakarta sebanyak 4 puskesmas yang terdiri atas Puskesmas Mlati II, Puskesmas Ngemplak 1, Puskesmas Kalasan dan Puskesmas Minggir. Berdasarkan data yang ditemukan oleh peneliti,terdapat jumlah VeR perlukaan selama periode 01 Januari 2009- 31 Desember 2014 sebanyak 42 VeR. Dari 42 VeR tersebut terdapat 12 VeR tidak memenuhi kriteria sehingga menjadi kriteria ekslusi dan 30 VeR memenuhi Kriteria. Tiga puluh VeR yang memenuhi kriteria terdiri dari Puskesmas Mlati II sebanyak 15 VeR, Puskesmas Minggir sebanyak 3 VeR, Puskesmas Kalasan sebanyak 2 VeR dan Puskesmas Ngemplak II sebanyak 10 VeR. Puskesmas Sleman tidak membuat VeR perlukaan dan Puskesmas Turi baru ditetapkan menjadi Puskesmas Rawat Inap sehinga masuk dalam kriteria ekslusi.

Tiga puluh (30) VeR yang sudah masuk dalam kriteria telah memiliki format dan ketentuan yang sudah ditetapkan yaitu Pro Justicia, bagian pendahuluan, bagian pemberitaan (hasil pemeriksaan), bagian kesimpulan, dan penutup. Data VeR di Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman selama periode waktu tersebut tidak begitu banyak dikarenakan yang meminta VeR ke Puskesmas lebih sedikit. Dari data tersebut terlihat bahwa data VeR perlukaan di Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman dari tahun ke tahun tidak begitu mengalami peningkatan karena lebih banyak penyidik meminta visum ke RSUD dan rumah sakit swasta di daerah Yogyakarta. Untuk karakteristik lebih lengkapnya, dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :

(2)

4.1.1 Karakteristik Visum et Repertum korban perlukaan

Tabel 3. Gambaran karakteristik Visum et Repertum korban perlukaan di

Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman periode 01 Januari 2009-31 Desember 2014. No Karakteristik Jumlah % 1 Puskesmas Mlati II 15 50% Minggir 3 10% Kalasan 2 6,66% Ngemplak I 10 33,3% 2 Jenis kelamin Laki-laki 23 76,66% Perempuan 7 23,33% 3 Umur <18 5 16,66% 18-21 1 3,33% 22-40 21 70% 41-60 3 10% >60 0 0 4 Jenis kekerasan Tumpul 25 83,33% Tajam 5 16,66% 5 Derajat luka Penganiayaan ringan 1 3,33% Penganiayaan berat 5 16,66% Tanpa keterangan 24 80% 6 Polsek peminta Mlati II 15 50% Minggir 3 10% Kalasan 2 6,66% Ngemplak I 10 33,33% 7 Tahun 2009 1 3,33% 2010 3 10% 2011 8 26,66% 2012 5 16,66% 2013 6 20% 2014 7 23,33% Total 30 100%

(3)

Dari tabel 4.1 dapat diamati bahwa dari data 30 VeR korban hidup kasus perlukaan yang dimintakan, jenis kelamin laki-laki lebih dominan dibandingkan dengan perempuan. Laki-laki sebanyak 23 VeR (76,66%) dan perempuan sebanyak 7 VeR (23,33%). Dilihat dari seluruh jenis kekerasan, kelompok usia terbanyak adalah usia 22-40 tahun sebanyak 21 korban (70%).

Berdasarkan jenis kekerasan yang terbanyak adalah jenis kekerasan tumpul yaitu berjumlah 25 VeR (83,33%). Dan dari 30 VeR hanya 6 VeR (20%) yang mencantumkan derajat luka. Sebanyak 1 (3,33%) VeR dengan luka akibat penganiayaan ringan yang tidak menyebabkan gangguan dalam pekerjaan sehari-hari, 5 (16,66%) VeR dengan luka akibat penganiayaan berat yang menyebabkan penyakit halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan/pencaharian untuk sementara waktu, sedangkan 24 (80%) VeR lainnya tidak mencantumkan derajat luka.

Berdasarkan polsek peminta yang terbanyak meminta VeR adalah polsek Mlati sebanyak 15 VeR (50%), polsek Minggir sebanyak 3 VeR (10%), polsek Kalasan sebanyak 2 VeR (6,66%) dan polsek Ngemplak sebanyak 10 VeR (33,33%). Sedangkan berdasarkan tahun selama periode 01 Januari 2009-31 Desember 2014 yang terbanyak membuat VeR adalah tahun 2011 sebanyak 8 VeR (38,09%).

(4)

Grafik 1 : Jumlah permintaan VeR korban hidup kasus perlukaan di Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman Yogyakarta Periode periode 01 Januari 2009- 31 Desember 2014.

Dari grafik 1 di atas terlihat bahwa jumlah VeR korban hidup kasus perlukaan selama periode 01 januari 2009-31 Desember 2014 mengalami penurunan, tertinggi adalah tahun 2011 sebanyak 8 VeR dan terendah adalah tahun 2009 sebanyak 1 VeR.

2009 2010 2011 2012 2013 2014 mlati II 0 3 8 2 1 1 minggir 0 0 0 0 2 1 kalasan 0 0 0 0 0 2 ngemplak I 1 0 0 3 3 3 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jum la h V eR

(5)

4.1.2 Kualitas VeR perlukaan

4.1.2.1 Kualitas VeR perlukaan di Puskesmas Mlati II

Berikut merupakan tabel hasil penelitian kualitas VeR perlukaan yang dilakukan di Puskesmas Mlati II Yogyakarta.

Tabel 4. Rata-rata kualitas bagian pendahuluan, pemberitaan dan kesimpulan VeR di Puskesmas Mlati II

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan kualitas VeR perlukaan bagian pendahuluan, pemberitaan dan kesimpulan di Puskesmas Mlati II periode 01 Januari 2009-31 Desember 2014 adalah baik, sedang dan buruk. Hasil tersebut diperoleh dari perhitungan antara rerata skor total dengan rumus yang telah ditentukan. Rata-rata dokter umum tidak menuliskan secara lengkap unsur-unsur yang terdapat disetiap bagian, sehingga skor yang dicapai tidak maksimal.

Tabel 5. Rata-rata kualitas VeR perlukaan di Puskesmas Mlati II periode 01 Januari 2009-31 Desember 2014

Struktur VeR

Unsur yang dinilai Rerata

skor

Skor max Nilai kualitas (%)

Pendahuluan Tempat pemeriksaan 0.00 2

(1,6x1/2)x100% = 80% Baik Waktu pemeriksaan 2.00 2 Data subyek 2.00 2 Data peminta 2.00 2 Data pemeriksa 2.00 2

Rerata skor total 1,6

Pemberitaan Anamnesis 0.00 2 (1,04x5/10)x100% = 52% Sedang Tanda vital 1.2 2 Lokasi luka 1.86 2 Karateristik luka 1.73 2 Ukuran luka 1.46 2 Terapi 0.00 2

Rerata skor total 1.04

Kesimpulan Jenis luka & kekerasan 1.86 2 (0.93x8/16)x100% = 46,5%

Buruk Kualifikasi luka 0.00 2

Rerata skor total 0.93

Struktur VeR Rerata skor Bobot Nilai Nilai kualitas (%)

Pendahuluan 1.6 1 1.6 (14.24/28)x100% =50.85% Sedang Pemberitaan 1.04 5 5.2 Kesimpulan 0.93 8 7.44 Total 14.24

(6)

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan kualitas VeR perlukaan di Puskesmas Mlati II periode 01 Januari 2009-31 Desember 2014 bernilai 50,85% dan dikategorikan sedang. Hasil tersebut didapat dari hasil perkalian antara total nilai dengan rumus yang telah ditentukan.

4.1.2.2 Kualitas VeR perlukaan di Puskesmas Minggir

Berikut merupakan tabel hasil penelitian kualitas VeR perlukaan yang dilakukan di Puskesmas Minggir Yogyakarta.

Tabel 6. Rata-rata kualitas bagian pendahuluan, pemberitaan dan kesimpulan VeR di Puskemas Minggir

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan kualitas VeR perlukaan bagian pendahuluan, pemberitaan dan kesimpulan di Puskesmas Minggir periode 01 Januari 2009-31 Desember 2014 adalah sedang, sedang dan buruk. Hasil tersebut diperoleh dari perhitungan antara rerata skor total dengan rumus yang telah

Struktur VeR

Unsur yang dinilai Rerata

skor

Skor max Nilai kualitas (%)

Pendahuluan Tempat pemeriksaan 0.00 2

(1,4x1/2)x100% = 70% Sedang Waktu pemeriksaan 2.00 2 Data subyek 2.00 2 Data peminta 1.00 2 Data pemeriksa 2.00 2

Rerata skor total 1,4

Pemberitaan Anamnesis 0.00 2 (1x5/10)x100% = 50% Sedang Tanda vital 0.00 2 Lokasi luka 2.00 2 Karateristik luka 2.00 2 Ukuran luka 2.00 2 Terapi 0.00 2

Rerata skor total 1

Kesimpulan Jenis luka & kekerasan 1.3 2 (0.65x8/16)x100% = 32.5%

Buruk Kualifikasi luka 0.00 2

(7)

ditentukan. Rata-rata dokter umum tidak menuliskan secara lengkap unsur-unsur yang terdapat disetiap bagian, sehingga skor yang dicapai tidak maksimal.

Tabel 7. Rata-rata kualitas VeR perlukaan di Puskesmas Minggir periode 01 Januari 2009-31 Desember 2014.

Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan kualitas VeR perlukaan di Puskesmas Minggir periode 01 Januari 2009-31 Desember 2014 bernilai 41,42% dan dikategorikan buruk. Hasil tersebut didapat dari hasil perkalian antara total nilai dengan rumus yang telah ditentukan.

4.1.2.3 Kualitas VeR perlukaan di Kalasan

Berikut merupakan tabel hasil penelitian kualitas VeR perlukaan yang dilakukan di Puskesmas Kalasan Yogyakarta.

Tabel 8. Rata-rata kualitas bagian pendahuluan, pemberitaan dan kesimpulan VeR di Puskemas Kalasan

Struktur VeR Rerata

skor

Bobot Nilai Nilai kualitas

(%) Pendahuluan 1.4 1 1.4 (11,6/28)x100% =41,42% Buruk Pemberitaan 1 5 5 Kesimpulan 0.65 8 5,2 Total 11,6 Struktur VeR

Unsur yang dinilai Rerata

skor

Skor max Nilai kualitas (%)

Pendahuluan Tempat pemeriksaan 0.00 2

(1,4x1/2)x100% = 70% Sedang Waktu pemeriksaan 1.00 2 Data subyek 2.00 2 Data peminta 2.00 2 Data pemeriksa 2.00 2

Rerata skor total 1,4

Pemberitaan Anamnesis 1.00 2 (1,6x5/10)x100% = 80% Baik Tanda vital 2.00 2 Lokasi luka 2.00 2 Karateristik luka 2.00 2 Ukuran luka 2.00 2 Terapi 1.00 2

Rerata skor total 1,6

Kesimpulan Jenis luka & kekerasan 2.00 2 (1,5x8/16)x100% = 75% Sedang Kualifikasi luka 1.00 2

(8)

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan kualitas VeR perlukaan bagian pendahuluan, pemberitaan dan kesimpulan di Puskesmas Kalasan periode 01 Januari 2009-31 Desember 2014 adalah sedang, baik dan sedang. Hasil tersebut diperoleh dari perhitungan antara rerata skor total dengan rumus yang telah ditentukan. Rata-rata dokter umum tidak menuliskan secara lengkap unsur-unsur yang terdapat disetiap bagian sehingga skor yang dicapai tidak maksimal.

Tabel 9. Rata-rata kualitas VeR perlukaan di Puskesmas Kalasan periode 01 Januari 2009-31 Desember 2014

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan kualitas VeR perlukaan di Puskesmas Kalasan periode 01 Januari 2009-31 Desember 2014 bernilai 76,42% dan diketegorikan baik. Hasil tersebut didapat dari hasil perkalian antara total nilai dengan rumus yang telah ditentukan.

Struktur VeR Rerata

skor

Bobot Nilai Nilai kualitas

(%) Pendahuluan 1.4 1 1.4 (21,4/28)x100% =76,42% Baik Pemberitaan 1.6 5 8 Kesimpulan 1.5 8 12 Total 21,4

(9)

4.1.2.4 Kualitas VeR perlukaan di Ngemplak I

Berikut merupakan tabel hasil penelitian kualitas VeR perlukaan yang dilakukan di Puskesmas Ngemplak I Yogyakarta.

Tabel 10. Rata-rata kualitas bagian pendahuluan, pemberitaan dan kesimpulan VeR di Puskemas Ngemplak I

Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan kualitas VeR perlukaan bagian pendahuluan, pemberitaan dan kesimpulan di Puskesmas Ngemplak I periode 01 Januari 2009-31 Desember 2014 adalah baik, sedang dan sedang. Hasil tersebut diperoleh dari perhitungan antara rerata skor total dengan rumus yang telah ditentukan. Rata-rata dokter umum tidak menuliskan secara lengkap unsur-unsur yang terdapat disetiap bagian sehingga skor yang dicapai tidak maksimal.

Struktur VeR

Unsur yang dinilai Rerata

Skor

Skor max Nilai kualitas (%)

Pendahuluan Tempat pemeriksaan 1.00 2

(1,8x1/2)x100% = 90% Baik Waktu pemeriksaan 2.00 2 Data subyek 2.00 2 Data peminta 2.00 2 Data pemeriksa 2.00 2

Rerata skor total 1,8

Pemberitaan Anamnesis 0.00 2 (1,16x5/10)x100% = 58,33% Sedang Tanda vital 2.00 2 Lokasi luka 2.00 2 Karateristik luka 2.00 2 Ukuran luka 1.00 2 Terapi 0.00 2

Rerata skor total 1,16

Kesimpulan Jenis luka & kekerasan 2.00 2 (1x8/16)x100% = 50% Sedang Kualifikasi luka 0.00 2

(10)

Tabel 11. Rata-rata kualitas VeR perlukaan di Puskesmas Ngemplak I periode 01 Januari 2009-31 Desember 2014

Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan kualitas VeR perlukaan di Puskesmas Ngemplak I periode 01 Januari 2009-31 Desember 2014 bernilai 55,82% dan diketegorikan sedang. Hasil tersebut didapat dari hasil perkalian antara total nilai dengan rumus yang telah ditentukan.

4.1.2.5 Kualitas VeR perlukaan di Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman Yogyakarta

Grafik 2 Rata-rata kualitas bagian pendahuluan, pemberitaan dan kesimpulan VeR di Puskemas Rawat Inap Wilayah Sleman Yogyakarta Periode 01 Januari 2009-31 Desember 2014

Pendahuluan Pemberitaan Kesimpulan

Mlati II 80% 52% 46% Minggir 70% 50% 32% Kalasan 70% 80% 75% Ngemplak 1 90% 58% 50% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Baik: Sedang: Buruk

Struktur VeR Rerata skor Bobot Nilai Nilai kualitas (%)

Pendahuluan 1.8 1 1.8 (15,63/28)x100% =55,82% Sedang Pemberitaan 1.16 5 5,83 Kesimpulan 1 8 8 Total 15,63

(11)

Dari grafik 2 didapatkan bahwa pada bagian pendahuluan dan pemberitaan seluruh Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman sudah membuat dengan baik walaupun masih ada beberapa unsur yang tidak dilengkapi. Namun pada bagian kesimpulan dapat dilihat bahwa hampir seluruh Puskesmas masih belum membuat sesuai dengan ketentuan.

(12)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Karakteristik korban perlukaan

Berdasarkan data yang berjumlah 30 VeR korban hidup kasus perlukaan di Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman Yogyakarta periode 01 Januari 2009-31 Desember 2014, jika dilihat dari jenis kelamin yang tertinggi berjenis kelamin laki-laki berjumlah 23 kasus (76,66%). Hasil yang sama didapatkan dari penelitian oleh Maulana et al (2014) di RSUD Dumai dengan jumlah sebanyak 131 korban (78,9) dan Kiswara (2014) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dengan jumlah 120 kasus (80%). Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa korban berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan, ini dapat terjadi karena faktor psikologis laki-laki itu lebih cenderung untuk bersaing dan berbuat kekerasan. Tujuh puluh tujuh persen korban pembunuhan dari 215.273 kasus adalah berjenis kelamin laki-laki dan kemungkinan laki-laki dibunuh oleh orang asing lebih sering daripada perempuan. Hal ini juga dapat disebabkan oleh faktor psikologis dan emosional yang berbeda antara laki-laki dan perempuan (Kellermann et al, 1992).

Kelompok usia dari korban hidup kasus perlukaan yang paling banyak dimintakan VeR di Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman Yogyakarta periode 01 Januari 2009-31 Desember 2014 adalah kelompok usia 22-40 tahun yaitu sebanyak 21 korban (70%), sedangkan yang terendah adalah usia >60 dan tidak ditemukan adanya VeR. Hasil penelitian ini relatif sama dengan hasil penelitian Ramadhan et al (2014) di RSUD RM Pratomo Bagan Siapi-api yang menunjukkan bahwa korban hidup kasus perlukaan tertinggi pada usia 22-40 tahun dengan jumlah 24 korban (50%). Hal ini sesuai dengan teori perkembangan psikiatrik yang menyatakan bahwa kelompok usia dewasa awal mulai dibebani dengan tanggung jawab serta rasa ingin diperhatikan di masyarakat. Tahap ini juga membuat seseorang akan semakin ingin bekerja sama dan menjalin hubungan yang baik dengan sesama. Hal ini akan berbeda ketika seseorang tersebut tidak

(13)

mempunyai kemampuan untuk menjalin hubungan yang baik dengan sekitarnya sehingga seseorang tersebut akan terisolasi dan berbuat sesuka hati tanpa memikirkan dan memperdulikan masyarakat serta lingkungan sekitar dan menyebabkan pada usia dewasa awal ini lebih rentan untuk melakukan kasus kejahatan (Wade et al, 2007; Santrock, 2002).

Jenis kekerasan terbanyak yang diperoleh dari penelitian terhadap VeR perlukaan di Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman Yogyakarta periode 01 Januari 2009-31 Desember 2014 adalah kekerasan tumpul yang berjumlah 25 VeR (83,33%) dan kekerasan tajam sebanyak 5 VeR (16,66%). Trauma tumpul adalah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh oleh benda-benda yang mempunyai permukaan tumpul. Luka akibat benda tumpul dapat diakibatkan oleh benda-benda yang memiliki permukaan tumpul (Budiyanto et al, 1997). Alat-alat dan benda tersebut sering dijumpai di kehidupan sehari-hari, selain itu kekerasan tumpul juga dapat diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas dimana benda-benda di jalan, seperti aspal, trotoar, tiang listrik dan lainnya, sebagian besar memiliki permukaan yang tumpul (Maulana et al 2014). Trauma tumpul dapat menyebabkan tiga macam luka yaitu luka memar (contusio), luka lecet (abrasio), dan luka robek (vulnus laceratum) (Satyo, 2006). Sedangkan benda-benda yang dapat mengakibatkan luka tajam adalah benda yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing yang bervariasi dari suatu alat (Afandi, 2011).

Derajat luka dari 30 VeR perlukaan yang diteliti, hanya 6 VeR (28,57%) yang mencantumkan derajat luka. Hal ini dapat disebabkan oleh dokter yang membuat VeR tersebut tidak mengetahui bahwa derajat luka termasuk salah satu hal yang dinilai dari sebuah VeR perlukaan. Dengan mencantumkan derajat luka, hakim akan mempertimbangkan dalam menentukan sanksi pidana terhadap pelaku sesuai keadilan (Afandi, 2011).

Jumlah permintaan VeR korban hidup kasus perlukaan di Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman Yogyakarta periode 01 Januari 2009-31 Desember 2014 tertinggi adalah tahun 2011 dan terdapat di Puskesmas Mlati II yaitu sebanyak 8 VeR dengan keseluruhan kasus kekerasan kriminalitas. Faktor yang

(14)

mempengaruhi dari banyaknya kasus kriminal yang terjadi menurut pendapat dari dokter dan kepala puskesmas dikarenakan lokasi dari Puskesmas Mlati II yang dekat dengan tempat hiburan malam, sehingga kemungkinan terjadinya kasus kriminal juga tinggi.

4.2.2 Kualitas VeR bagian pendahuluan

Kualitas VeR perlukaan bagian pendahuluan sebesar 100% yang berkualitas baik atau mempunyai nilai skor maksimal 2 (Herkutanto, 2005). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulana et al (2014) di RSUD Daerah Dumai dan Sofistiawan et al (2015) di RSUD Seasih Kabupaten Pelalawan dengan nilai berturut-turut 90% dan 76% dan hasil tersebut relatif lebih tinggi kemungkinan karena dokter yang bekerja di RSUD Daerah Dumai dan Derah Pelalawan tersebut lebih memperhatikan kualitas dan tata cara penulisan pada bagian pendahuluan. Begitu juga pada Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman pada bagian pendahuluan secara umum sudah memenuhi kaidah penulisan dan sudah terdapat seluruh aspek ada pada bagian pendahuluan.

4.2.3 Kualitas VeR bagian pemberitaan

Kualitas VeR bagian pemberitaan sebesar 50%-75% yang berkualitas sedang (Herkutanto, 2005). Dari hasil penelitian didapatkan Puskesmas Mlati II, Puskesmas Minggir dan Puskesmas Ngemplak I berkualitas sedang, hal ini sesuai dengan penelitian Sofistiawan et al (2015) di RSUD Seasih Kabupaten Pelalawan dan Satriawan et al (2015) di RSUD Rokan Hulu dengan nilai 69,54% dan 64% yang berkualitas sedang, dan pada penelitian tersebut hasilnya relatif sedang karena RSUD daerah tersebut merupakan fasilitas kesehatan tipe B yang dimana merupakan rumah sakit rujukan. Bagian pemberitaan memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai dengan apa yang diamati, terutama dilihat dan ditemukan pada korban yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan secara sistematis dari atas ke bawah. Pada bagian ini memuat 6 unsur yaitu anamnesis, tanda vital, lokasi luka pada tubuh, karakteristik luka, ukuran luka dan tindakan pengobatan atau perawatan yang diberikan (Herkutanto, 2005 ; Amir, 2005). Namun pada penulisan VeR dokter pemeriksa tidak menuliskan secara terperinci dan lengkap

(15)

unsur tersebut. Di Puskesmas Rawat Inap Sleman juga tidak secara lengkap menuliskan unsur tersebut. Menurut Afandi (2010), Seharusnya keluhan dan riwayat penyakit korban sebagai hasil tindak pidana diduga kekerasan dicantumkan dalam anamnesis dan uraian mengenai tindakan perawatan, indikasi dan kontraindikasi perawatan beserta temuan dicantumkan ke dalam terapi dan perawatan agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai ketepatan dokter dalam menangani korban dan mengambil keputusan.

4.2.4 Kualitas bagian kesimpulan

Kualitas VeR perlukaan bagian kesimpulan sebesar <50% yang berkualitas buruk. Dari semua Puskesmas yang diteliti rata-rata masih dalam kualitas buruk karena pada bagian kesimpulan tidak dituliskan kualifikasi luka. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di RSUD Seasih Kabupaten Pelalawan Periode 01 Januari 2009- 31 Desember 2013 didapatkan hasil 64% yaitu berkualitas baik karena pada bagian kualifikasi luka dokter di RSUD tersebut mencantumkan sesuai dengan pasal 351, 352 dan 90 KUHP (Sofistiawan et al, 2015). Kesimpulan memiliki 2 unsur yaitu kesimpulan jenis luka dan kekerasan serta kuakifikasi luka (Herkutanto, 2005). Kebanyakan dari VeR yang sudah diteliti tidak mencantumkan kualifikasi luka. Kualifikasi luka ini penting untuk membantu hakim dalam memutuskan perkara sesuai dengan KUHP (Gizela, 2004). Kualifikasi luka tercantum dalam pasal 351, 352 dan 90 KUHP, rumusan ketiga pasal tersebut secara implisit membedakan derajat luka yang dialami korban menjadi luka ringan, luka sedang dan luka berat. Secara hukum ketiga keadaan luka tersebut menimbulkan konsekuensi pidana yang berbeda bagi pelakunya. Perumusan kualifikasi luka merupakan pendapat subyektif dokter tentang derajat kecederaan korban yang menggambarkan intensitas kerugian fisik yang dideritanya. Dengan demikian kekeliruan dokter dalam penyimpulan kualifikasi luka secara benar dapat menimbulkan ketidakadilan bagi korban maupun pelaku tindak pidana (Herkutanto, 2005 ; Afandi, 2010).

(16)

4.2.5 Kualitas Visum et Repertum korban perlukaan secara keseluruhan

Kualitas VeR di Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman Yogyakarta secara keseluruhan selama periode 6 tahun dapat dikagetorikan sedang. Kualitas ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah terkait dengan ketersediaan dokter di Puskesmas. Ketersediaan dokter 6 tahun per puskesmas (selama periode pengambilan data) sudah mencukupi yaitu sekitar 3-6 dokter di setiap Puskesmas dan kunjungan pasien yang lumayan banyak tiap Puskesmasnya, tetapi dari keterangan dokter yang bertugas di Puskesmas didapatkan bahwa tidak cukup baiknya kualitas VeR karena dari 2 dari 5 dokter yang bekerja banyak yang melanjutkan sekolah sehingga dokter yang tersisa di puskesmas tersebut tidak hanya fokus dalam membuat VeR tetapi juga harus menangani penyakit lain. Selain ketersediaan dokter, kurangnya kompetensi, pengetahuan dan pelatihan terhadap dokter umum dalam membuat VeR juga menjadi faktor yang mendasari kurangnya kualitas dari VeR tersebut. Seperti diketahui, kompetensi seorang profesional meliputi pengetahuan (kompetensi intelektual, kemampuan memecahkan masalah, dan penerapan yang sesuai), keterampilan (psikomotor dan kualitas kinerja sebenarnya), serta sikap dan kepedulian terhadap kenyamanan klien) (Herkutanto, 2005).

Grafik 3 Ketersediaan dokter di Puskemas Rawat Inap Wilayah Sleman Yogyakarta Periode 01 Januari 2009-31 Desember 2014

2009 2010 2011 2012 2013 2014 Mlati II 4 4 4 4 4 5 Minggir 4 3 3 4 4 6 Kalasan 3 5 5 3 3 3 Ngemplak I 5 3 4 4 5 5 0 1 2 3 4 5 6 7 Ju m la h Do k te r

(17)

Dari grafik 3 didapatkan bahwa ketersediaan dokter selama 6 tahun tersebut di setiap Puskesmas sudah mencukupi. Pada Puskesmas Minggir tahun 2014 sudah ada dokter internship sehingga bertambah jumlah dokter di Puskesmas tersebut, sedangkan untuk puskesmas lainnyadokter internship baru mulai tahun 2015.

Grafik 4 Jumlah kunjungan pasien di Puskemas Rawat Inap Wilayah Sleman Yogyakarta Periode 01 Januari 2009-31 Desember 2014

Dari grafik 4 didapatkan bahwa jumlah kunjungan pasien rata-rata sama setiap tahunnya tidak begitu mengalami kenaikan yang signifikan.

4.3 Keterbatasan penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah kurang baiknya sistem pengarsipan VeR di setiap Puskesmas sehingga menyebabkan peneliti kesulitan dalam mengumpulkan data. Bahkan kebanyakan VeR tidak diketahui keberadaannya oleh karena pergantian petugas pengarsipan. Menurut Afandi (2011) Idealnya VeR harus disimpan selama 20 tahun untuk kepentingan peradilan. 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Mlati II 61,998 50,226 59,088 49,758 60,573 56,185 Minggir 35,119 34,119 34,898 39,585 34,414 34,881 Kalasan 28,658 34,911 32,112 34,111 34,908 28,658 Ngemplak I 36,75 33,266 29,796 27,649 26,205 25,662 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 Jum la h Kun jun ga n

Referensi

Dokumen terkait

Dosen pembimbing berhak menentukan layak tidaknya tugas akhir

(2) Seksi Pemerintahan mempunyai tugas membantu camat dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan urusan Tata Pemerintahan, pembinaan

adalah pengembangan dari model waterfall, namun ada inovasi dalam penerapannya sehingga agak berbeda sedikit dari metode dasarnya. Pengembangan sistem informasi

Berdasarkan hasil dan penilaian dari Program Latihan dan Tes Jarak Jauh (LTJJ), yang telah kami selenggarakan pada bulan Desember 2013 hingga Maret 2014, telah

Karena dalam penyampain nlai sosial selalu di dampingi dengan visual komedi, (c) Persepsi mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam terhadap nilai budaya yang

Abstrak-Skala prioritas pembangunan berkelanjutan dalam hal pengelolaan wilayah laut dan pulau di indonesia khususnya di daerah sulawesi utara teridentifikasi masalah

Hasil identifikasi spora MVA yang dilakukan menyatakan bahwa, genus MVA Glomus memiliki jumlah yang lebih dominan dijumpai pada kedua simbion tanaman karena 6 dari 16 spesies

diberikan. 2) Akomodasi : Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Pasien yang mandiri harus dilibatkan