• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Belakang

Krisis nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar yang berkembang menjadi krisis multidimensi, melanda negeri kita tercinta. Lima tahun adalah suatu periode waktu yang singkat apabila dilihat dari kacamata ekonomi, yang biasanya melihat sesuatu dari perspektif jangka panjang, namun tentu terasa sangat lama bagi sebagian besar rakyat Indonesia yang sudah lelah menjalani hari-hari yang penuh masalah dan musibah yang datang silih berganti1. Krisis ekonomi yang pada awalnya dipandang sebagai krisis moneter, banyak menyebabkan perubahan pada kondisi perbankan di Indonesia sehingga kondisi perbankan di Indonesia mengalami penurunan tingkat kepercayaan masyarakat baik dalam maupun masyarakat luar negeri. Sehubungan dengan hal ini, munculnya Bank Syariah merupakan salah satu sistem perbankan alternatif.

Penulis tidak tahu pasti kapan menjumpai dan menyadari tentang wacana riba dalam pandangan Islam (Ekonomi Syariah) khususnya yang berkembang di Desa Manjung.. Penulis melihat secara khusus permasalahan riba dalam Syariah Islam. Bagi seorang muslim satu-satunya nilai adalah Al-Quran dan Sunnah Nabi. Apapun nilai yang diperlukan dalam analisis dan perilaku ekonomi bertumpu pada sumber nilai di atas. Ini juga terlihat dalam pendangan Islam mengenai Riba. Tetapi tidak setiap kegiatan ekonomi dibenarkan oleh Al-Quran. Apabila kegiatan itu punya watak yang merugikan banyak orang dan menguntungkan sebagian kecil orang, seperti monopoli dagang, calo, perjudian, dan riba pasti akan ditolak.

Persoalan baru dalam Fiqh muamalat muncul ketika pengertian riba sebagaimana diterangkan di muka dihadapkan kepada persoalan bank. Di satu pihak, bank terperangkap teori riba tetapi di sisi lain, bank mempunyai fungsi sosial yang besar. Masalah pokok di sekitar praktek perbankan bagi mobilitas dana dan terutama dalam pemberian kredit dengan memungut bunga. Menjadi masalah bagi umat muslim yang menganggap bahwa dalam transaksi keuangan harus bebas dari unsur riba.

1

(2)

A. Hasan pendiri pesantren PERSIS Bangil mengatakan bunga bank “halal”. Beliau mengemukakan alasan ”bahwa bunga bank yang ada di negara kita ini, tidak begitu besar atau tidak berlipat ganda, sedang yang dilarang agama Islam adalah riba yang berlipat ganda.

Dengan menginterpresikan bunga sebagai riba, para teoritis Perbankan Islam mengikuti pemahaman klasik yang mengatakan bahwa setiap keuntungan yang diperoleh para pemberi pinjaman atas pinjamannya adalah riba. Munculnya upaya peninjauan ulang tentang riba dalam Al Quran disebabkan oleh kontak orang Islam dengan kegiatan perbankan. Karenanya, kontroversi tentang hukum bunga bank muncul sesudah kurun waktu ini, tidak sebelumnya.

Kelompok pertama adalah neo-revivalis, yang pahamnya secara tekstualis dan lebih mengedepankan aspek legal-formal dari ayat riba yang ada dalam Al Quran. Pendapat ini diantaranya menurut pendapat Muhammad Mutawilli yang dikutib oleh Yusuf al-Qa’adawi yang menyatakan bagaimanapun bunga bank itu adalah sesuatu yang haram, karena memang ia adalah riba2.

Kelompok kedua adalah kaum modernis, yang pemahamannya secara kontekstualis dan lebih mengedepankan aspek moralitas dalam memahami riba, sesuai dengan makna riba di sini dibedakan dengan bunga. Dalam perekonomian modern, pada dasarnya bank adalah lembaga perantara dan penyalur dana antara pihak yang berkelebihan dengan pihak yang kekurangan dana3.

Muhammad Hatta yang pendapatnya diperlihatkan oleh Dawan Raharjo, dengan jelas membedakan antara riba dan rente. Dalam karangannya itu ia memberi penjelasan, mengapa riba itu dilarang, yaitu karena perbuatan itu telah menyebabkan kesengsaraan orang yang mengalami kesulitan. Riba adalah tambahan atas hutang yang dipakai untuk konsumsi. Sedangkan rente atau bunga adalah jelas merupakan balas jasa atas pinjaman yang telah digunakan untuk kepentingan produksi4.

Ekonomi Syariah berusaha menegakkan sistem keuangan yang bebas dari riba. Salah satu bentuk dari akad bersyariah adalah mudharabah. Mudharabah adalah akad bersama untuk

2

Yusuf al-Qaradawi, Haruskah Hidup dengan Riba, Jakarta, Gema Isani Press, 1994, hal 61.

3

Muh Zuhri, Riba dalam Al’Quran, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 1996, hal 144.

4

(3)

melaksanakan suatu usaha antara dua pihak yaitu pihak penyedia modal/dana (shahibul maal) dan pihak yang mengelola usaha (mudharib)5.

Beberapa ulama muslim di Desa Manjung memahami bahwa bunga atas modal yang telah ditentukan dahulu termasuk riba. Bunga yang diambil oleh pemberi modal adalah riba yang diharamkan, karena riba adalah semua tambahan yang disyaratkan atas pokok harta. Artinya, apa yang diambil seseorang melalui usaha perdagangan dan tanpa berpayah-payah sebagai tambahan atas pokok hartanya adalah riba. Transaksi yang berdasarkan bunga tetap atau berubah tetap haram. Islam tidak memperbolehkan menaruh pokok hartanya dengan hanya mengambil keuntungan. Para ulama percaya dengan menginterprestasikan kembali pemahaman riba sebagaimana yang telah termuat dalam hukum Islam akan keluar dari persoalan riba6. Kegiatan usaha murabahah, salam, musyarakah bisa dibenarkan dalam mengambil keuntungan walaupun unsur bunga tidak terlalu nampak dan digunakan dengan alasan jasa/komisi.

Ketika ajaran Islam mulai didalami oleh masyarakat muslim di sekitar penulis khususnya kebijaksanaan ekonomi syariah di Desa Manjung. Oleh karena Itu muncullah suatu lembaga keuangan mikro Simpan Pinjam BMT (Baitul Maal wa Tamwil) Baitur Rahman yang diyakini dapat menyelesaikan masalah kemanusiaan seperti ketidakadilan dan penderitaan, karena lembaga dalam menghimpun dana yang disalurkan masyarakat bebas dari riba. Jika kemudian produk bank dan penyedia modal perorangan tidak sesuai dengan syariah, maka suka atau tidak suka harus ditinggalkan, walaupun bunga yang digunakan sangat rendah. Dengan pemahaman bunga bank haram maka ulama di Desa Manjung memunculkan suatu wadah sebagai tempat untuk menghimpun dan menyalurkan dana yang dibutuhkan masyarakat yang memerlukan dana untuk usaha mereka dan bebas dari unsur bunga bank dan riba.

Desa Manjung merupakan daerah yang penduduknya sebagian besar penganut agama Islam. Desa Manjung merupakan sentral bermacam-macam industri rumah tangga kecil, misal industri soun, genting, emping melijo ternak ayam dan babi. Kesemuanya itu memerlukan

5

Zainal Arifin, Memahami Bank Syariah, Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek, CV. Alphabet, Jakarta, 1999, hal.117.

6

(4)

modal dari pihak luar untuk pengembangan usaha. Sementara permasalahan bunga bank masih menjadi perdebatan di kalangan umat muslim.

Terlepas dari pandangan pro-kontra tentang riba penulis ingin mendiskripkan secara analitis terhadap pemikiran seorang tokoh ekonomi sekaligus cendikiawan muslim yang berpikiran liberal yaitu Prof. DR. Dawam Raharjo.SE

.

Pendapat Dawam Raharjo berbeda dari sebagian ulama yang masih memperdebatkan haram halalnya bunga bank. Malah Beliau berkomentar bahwa justru bank itu dianggap sebagai jalan keluar dari permasalaham riba yang diharamkan sebagian umat muslim, sedangkan riba yang diharamkan terjadi di dalam masyarakat dengan pembungaan tinggi dan secara liar seperti mendring, ijo, bank pelecit.

1.2. Permasalahan

Dengan berdirinya BMT Baitur Rahman yang mempunyai konsep bebas dari unsur riba dan pengharaman bunga bank menjadikan kebinguaan masyarakat Desa Manjung baik umat Islam atau yang lain. Kecurigaan akan terjadinya Islamisasi ekonomi dan terganggunya kerukunan umat beragama. Semetara permasalahan Riba dalam kalangan umat muslim sendiri masih menjadi perdebatan yang hangat seperti apa yang diungkapkan oleh seorang tokoh muslim yaitu DR Dawam Raharjo. Suatu hal yang menarik dijadikan kajian dalam penelitian ini adalah melihat secara kritis terhadap riba dalam ruang lingkup Islam, dijadikannya alasan utama berdirinya lembaga keungan yang bebas dari unsur riba.

1.2.1. Pokok Permasalahan

Pokok Permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendiskusikan pandangan DR. Dawam Raharjo tentang larangan riba dalam Al-Quran.

2. Melihat permasalahan riba dengan mengkaitkan aturan-aturan sosial, ekonomi dalam realitas kehidupan dunia modern.

(5)

1.2.2 Batasan Masalah

Bahasan ekonomi Islam sangatlah kompleks, maka peneliti hanya melihat pada pandangan DR. Dawam Raharjo dan sikap Islam terhadap ekonomi syariah dimana riba diharamkan. Dikhususkan pada aktivitas dan manfaat Simpan Pinjam BMT Baitur Rahman yang mempraktekkan ekonomi syariah yang bebas dari riba.

1. 3. Tujuan Penulisan

1. Menyoroti beberapa masalah dalam praktek ekonomi syariah yang kelihatan ada ketidaksesuaian dengan pengertian riba atau bunga yang ada saat ini.

2. Berusaha mengidentisifikasikan lembaga keuangan mikro Simpan Pinjam BMT Baitur Rahman, terutama dalam praktek yang diperoleh dari petunjuk nara sumber.

3. Untuk menambah wawasan penulis tentang agama Islam khususnya tentang ekonomi syariah.

1. 4. Rumusan Judul

Karena dewasa ini perbincangan mengenai riba dikalangan umat Islam mencuat kembali, sehingga upaya melakukan usaha yang bertujuan menghindari riba mulai dilaksanakan. Saat ini dalam dunia terjadi perkembangan pemikiran yang semakin maju. Hal ini mendorong antusias dari berbagai kalangan, tidak lepas juga orang-orang dalam gereja yang membicarakan bagaimana meningkatkan ekonomi jemaat. Permasalahan ekonomi menjadi masalah aktual untuk masa sekarang.

Berdasarkan latar belakang, pokok permasalahan dan batasan masalah, maka penelitian ini diberi judul “Memahami Pandangan Riba dalam Ekonomi Syariah Islam menurut DR. Dawam Raharjo , Dalam Praktek Simpan Pinjam BMT Baitur Rahman di Desa Manjung”.

1. 5. Metode Penelitian

Metode penilitian yang digunakan adalah penelitian pustaka di mana pendapat DR. Dawam Raharjo diteliti berdasarkan literatur yang ada dan penelitian lapangan pada BMT Baitur Rahman dengan wawancara.

(6)

1. 6. Sistem Penulisan

BAB I Dalam bab ini dibahas tentang latar belakang, pokok permasalahan, batasan masalah, tujuan penulisan, rumusan judul, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Dalam bab ini akan dibahas tentang pandangan DR. Dawam Raharjo terhadap praktek larangan riba dalam Al-Quran.

BAB III Dalam bab ini akan dibahas bagaimana profil dan praktek Simpan Pinjam BMT Baitur Rahman di Desa Manjung pada saat pengamatan dilakukan.

BAB IV Bagian ini akan berisi analisis dan sikap Islam terhadap larangan riba. BAB V Kesimpulan dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

3 (B3) mampu menghambat penyakit layu bakteri pada tanaman cabai dengan penurunan insiden infeksi sebesar ± 100% (100% survive), relatif terhadap kontrol (pot

Berdasarkan hasil dan pembahasan disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia dan masa kerja dan tidak terdapat hubungan signifikan antara

Kebutuhan dana investasi untuk membangun kebun kelapa sawit seluas 5.500 Ha dan pabrik pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas 30 Ton TBS/jam sangat besar, oleh sebab itu perlu

Melihat dari kegiatan juga kebiasaan yang ada di pondok pesantren, yang mana di sana bisa dibilang sangat memperhatikan segala tindakan yang dilakukan dengan diterapkannya

Tutupan karang hidup di Perairan Raja Ampat tergolong rendah terutama pada lokasi penangkapan yang tidak ramah lingkungan dan lokasi yang jauh dari pulau

Berdasarkan hasil di lapangan untuk pengalaman kerja petani responden di Kecamatan Aluh - Aluh bahwa lebih 32,53% petani responden tergolong pada pengalaman

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara

Liukang Tuppabiring dan Kecamatan Liukang Tuppabiring, kondisi bentuk tutupan karakteristik habitat di dua kepulauan perairan Kabupaten Pangkep menunjukkan bahwa