• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DALAM PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (STUDI KASUS: PERAN PENGAWAS GPAI DI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2017) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DALAM PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (STUDI KASUS: PERAN PENGAWAS GPAI DI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2017) - Test Repository"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

DALAM PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK

UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(STUDI KASUS: PERAN PENGAWAS GPAI DI

KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2017)

Oleh:

MUGIYO

NIM.12010150060

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

untuk gelar Magister Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

“Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagaian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijazah pada Institut Agama Islam Negeri atau Perguruan Tinggi lainnya.”

Salatiga, September 2017 Yang membuat pernyataan

(4)

MOTTO

سانلل مهعفنأ سانلا ريخ

Khoirunnas anfa'uhum linnas

(5)

PERSEMBAHAN

Dengan ungkapan Syukur Alhamdulillah dan Ketulusan Hati Penulis persembahkan karya tulis ini kepada :

1. Kedua Orang tua penulisyang telah mendidik dan membesarkan penulis dari

kecil hingga dewasa dengan penuh kasih sayang dan penuh perhatian. Tiada

yang dapat kulakukan untuk membalas jasa beliau selain dengan membuat

mereka bangga dengan apa yang saya lakukan dan dengan untaian do’a yang selalu terucap “Ya...Allah ampunilah dosa-dosa mereka, berikanlah mereka kesehatan, lindungilah mereka dari mara bahaya dan mudahkanlah segala

urusannya dan jadikanlah mereka sebagai hambamu yang taat. Amin..

2. Spesial untuk Istri dan Anak-anak tercinta “Nunung Sri Fadilah, A.Md, Najwa

Rubiyatun Najah dan Muhammad Tsaqif Mushodiq” mereka adalah bagian dari

hidupku yang selalu memberikan kekuatan disaat aku sedang lemah,

memberikan kesejukkan disaat saya sedang marah, memberikan ketenangan

disaat aku sedang resah. Terima kasih Ya..Allah engkau telah menciptakan

mereka untuk menemaniku dalam mengarungi kehidupan ini agar kami bisa

selamat fiddunnya wal akhiroh. Amin..

3. Semua dosen IAIN Salatiga yang telah dengan ikhlas membimbing saya dalam

menyelesaikan tesis ini dan kuliah Pascasarjana.

4. Adik-adik saya, teruslah berjuang dalam menuntut ilmu dan meraih masa

(6)

ABSTRAK

PERAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS TERHADAP KINERJA GURU

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktik kepemimpinan transformasional dan supervisi akademik pengawas di kabupaten Wonogiri, mengetahui peran kepemimpinan transformasional seorang pengawas dan pelaksanaan Supervisi Akademik pengawas dalam rangka peningkatan kinerja Guru PAI. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik Pengambilan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa; Pertama, praktik kepemimpinan transformasional dan pelaksanaan supervisi akademik pengawas berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. Kedua, tipe kepemimpinan transformasional seorang pengawas dalam melakukan kegiatan supervisi memiliki dampak yang positif dalam meningkatkan kinerja guru PAI di Kabupaten Wonogiri. Ketiga, pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan pengawas terhadap guru PAI di kabupaten wonogiri memiliki dampak yang positif juga, karena bagi guru yang disupervisi dan pengawas yang mensupervisi akan mengetahui kelemahan atau hambatan-hambatan yang dialami seorang guru dalam proses pembelajaran dan akan mudah dalam memberikan solusi dari permasalahan atau hambatan yang dialaminya.

(7)

ABSTRACT

THE ROLE OF TRANSFORMATONAL LEADERSHIP AND THE IMPLEMENTATION OF ACADEMIC SUPERVISION ON THE PERFORMANCE OF ISLAMIC TEACHERS IN THE DISTRICT OF

WONOGIRI YEAR 2017

This research aimed to determinates the practice of transformational leadership and academic supervision in district of Wonogiri. Knowing the role of transformational leadership of supervision and the implementation of academic supervision in order to improve the performance of Islamic teachers. This research descriptive qualitative approach. In addition, the data collection techniques through obsevation, interview and documentation.

The result of this research concluded; first, the practice of transformational leadership and the implementation of academic supervision went according to the plan. Second, the transformational leadership type of supervision in supervising activites has a positive impact in improving the performance of Islamic teachers in District of Wonogiri. Third, the implementation of academic supervision of Islamic teachers in District of Wonogiri had positive impact as well, because for supervised teachers and supervisor will know the lack or obstacles experienced by a teacher in learning and will be easy in providing solution of problems or obstacles which the reasercher went through.

(8)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Peran Kepemimpinan Transformasional dan Supervisi Akademik Pengawas dalam Meningkatkan Kinerja Guru PAI di Kabupaten Wonogiri Tahun 2017”

Penulis menyadari tanpa bantuan dan motivasi dari semua pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan tesis ini.Maka, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag selaku direktur Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, sekaligus pembimbing tesis yang telah membimbing dengan ikhlas sampai tesis ini selesai.

3. Bapak Dr. Winarno, M.Pd selaku dosen yang pertama kali memotivasi saya untuk ikut seleksi program beasiswa S2 Supervisi.

4. Semua Dosen program beasiswa pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga yang telah membimbing dan memberi kemudahan selama penulis mengikuti kuliah.

5. Teman-teman program Beasiswa Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

6. Kepada Pengawas GPAI SD dan rekan-rekan GPAI di Kab. Wonogiri.

7. Kepada keluarga tercinta yang telah memotivasi dan memberikan segala fasilitas selama ini.

Semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat untuk penulis dan juga semua pihak. Akhirnya penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis megharap saran dan masukan yang membangun.

Penulis

(9)

DAFTAR ISI 1.Pengertian Kepemimpinan Transformasional ... 20

2.Ciri-ciriKepemimpinan Transformasional ... 23

3.Indikator Kepemimpinan Transformasional ... 25

B. SUPERVISI AKADEMIK 1.Pengertian Supervisi Akademik ... 26

2.Tujuan Supervisi Akademik ... 27

3.Prinsip Supervisi Akademik ... 29

4.Teknik Supervisi Akademik ... 30

C. KINERJA GURU 1.Pengertian Kinerja Guru ... 31

2.Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru ... 33

(10)

BAB III: PRAKTIK KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN

SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS

A. Pelaksanaan Kepemimpinan Transformasional Pengawas dalam proses

kegiatan Supervisi (Kepengawasan) terhadap Guru PAI SD ... 37

B. Pelaksanaan Supervisi Akademik dalam proses kegiatan Supervisi (Kepengawasan) terhadap Guru PAI SD ... 45

BAB IV : PERAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU A. Peran Kepemimpinan Transformasional Pengawas dalam Meningkatkan Kinerja Guru PAI SD ... 53

B. Peran Supervisi Akademik Pengawas dalam meningkatan Kinerja Guru PAI SD ... 55

BAB V : PENUTUP A. Simpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Ijin Penelitian

Lampiran 2 Panduan Wawancara untuk Pengawas PAI

Lampiran 3 Panduan wawancara untuk GPAI Lampiran 4 Hasil Interview (wawancara)

Lampiran 5 Lampiran 6

(12)

1 A. Latar Belakang

Pendidikan sangat penting dan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena berorientasi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas baik pada jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.1

Menurut Djamarah guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal di sekolah maupun di luar sekolah.2Oleh karena itu, guru harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.

Guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai dan

1

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004, 4.

2

(13)

pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Hal ini diamanatkan dalam UU No 14 tahun 2005, tentang Guru dan Dosen:

“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.3

Kinerja guru merupakan proses pembelajaran sebagai upaya mengembangkan kegiatan yang ada menjadi kegiatan yang lebih baik, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dicapai dengan baik melalui suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sesuai dengan target dan tujuan.

Menurut A. Tabrani Rusyan dkk, Kinerja guru adalah melaksanakan proses pembelajaran baik dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas di samping mengerjakan kegiatan-kegiatan lainnya, seperti mengerjakan administrasi sekolah dan administrasi pembelajaran, melaksanakan bimbingan dan layanan pada para siswa, serta melaksanakan penilaian.4

Komponen-komponen dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan di antaranya adalah guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah. Guru dan kepala sekolah bersentuhan langsung dengan kegiatan pembelajaran dan bertanggungjawab menjamin layanan belajar bagi peserta didik sesuai standar

3

Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. 4

(14)

yang ditetapkan oleh pemerintah. Pengawas adalah orang yang diberi tugas dan tanggungjawab memberi bantuan kepada guru untuk mengatasi kesulitan mengajar dan membantu kepala sekolah mengatasi kesulitan manajerial sekolah untuk menjamin kegiatan akademik sesuai standar yang dipersyaratkan. Salah satu jabatan resmi bidang pendidikan yang ada di Indonesia untuk melakukan pemantauan atas pelaksanaan manajemen sekolah dan pelaksanaan belajar mengajar di kelas dikenal dengan pengawas sekolah atau penilik sekolah. Jabatan pengawas sekolah adalah jabatan fungsional sebagai perpanjangan tangan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Keterampilan yang dimiliki oleh pengawas sekolah meliputi; (1) keterampilan manajerial, karena bagian dari fungsi manajemen; dan (2) keterampilan akademik, penerapannya adalah pengawasan dan pembinaan dalam pelaksanaan pembelajaran.5

Pentingnya supervisi akademik adalah untuk meningkatkan kompetensi guru dan kualitas pembelajaran melalui proses pembelajaran yang baik serta membantu guru menciptakan lulusan yang baik dari segi kualitas maupun kuantitas.6

Banyak hal yang turut mempengaruhi kinerja guru, di luar dari kompentensi guru itu sendiri. Hal-hal tersebut antara lain: kepemimpinan kepala sekolah dan pelaksanaan fungsi pengawasan pendidikan/supervisi, baik yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai pengawasan interen maupun yang

5

Syaiful Sagala, Supervisi Pengajaran (dalam profesi pendidikan), Bandung: Alvabeta, 2010, 138.

6

(15)

dilakukan oleh pengawas sekolah sebagai supervisor. Untuk mengatasi masalah belum optimalnya kinerja guru, maka penerapan kepemimpinan transformasional dan pelaksanaan supervisi merupakan solusi untuk meningkatkan kinerja guru.

Kepemimpinan transformasional merupakan faktor yang paling penting dalammenunjang tercapainya tujuan organisasi termasuk sekolah.7 Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemimpin dalam bekerja bersama atau melalui orang lain (pengikut) untuk mentransformasikan (mengubah) sumber daya organisasi secara optimal dalam rangka pencapaian tujuan yang telah dirumuskan bersama. Tipe kepemimpinan transformasional merupakan tipe kepemimpinan yang memadu atau memotivasi pengikut mereka ke arah tujuan yang ditegakkan dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas. Pemimpin ini mencurahkan perhatian pada keprihatinan dan kebutuhan pengembangan dari pengikut individual, dengan mengubah kesadaran para pengikut akan persoalan-persoalan dengan cara-cara baru dan mampu membangkitkan semangat untuk mencapai tujuan.8

Pelaksanaan pengawasan pendidikan merupakan realisasi dari fungsi manajemen pendidikan. Pengawasan dapat diarahkan pada kegiatan akademik dan administratife (manajerial). Pelaksanaan pengawasan kegiatan akademik terhadap kegiatan pembelajaran meliputi pengawasan kegiatan guru Pendidikan Agama

7 Nur Efendi, Islamic Educational Leadership.,…..194.

8 Abdul Cholid, “Pemahaman Nilai Dasar Kepemimpinan dalam Meningkatkan Keberhasilan

(16)

Islam dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran agama Islam.

Berdasarkan pengamatan penulis dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa sebagian guru yang telah lama melaksanakan tugas sebagai pengajar, menganggap pekerjaan mengajar sebagai rutinitas. Metode pembelajaran yang digunakan miskin variasi yang dapat mendorong peserta didiknya belajar lebih bergairah. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan situasi belajar di kelas gersang dan membosankan, layanan belajar yang diterima peserta didik menjadi tidak bermutu. Proses pembelajaran seperti ini akan menghasilkan lulusan dan sumberdaya manusia yang tidak bermutu, maka dampaknya adalah daya saing bangsa menjadi rendah dan kualitas kesejahteraan bangsa ini menjadi rendah pula. 9 Disamping itu, kurang efisienya pengawas Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar di Kabupaten Wonogiri dalam melaksanakan tugasnya sebagai supervisor akademis pada guru Pendidikan Agam Islam Sekolah Dasar (GPAI-SD). Hal itu dikarenakan keadaan geografis di Kabupaten Wonogiri yang cukup luas, kabupaten Wonogiri sebagai kabupaten dengan wilayah daratan terluas kedua setelah Kabupaten Cilacap tentunya bisa menjadi barometer pendidikan di Jawa Tengah. Dalam Peraturan Menteri Agama PMA No. 2 tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas Agama Pada Sekolah, Pasal 3 Ayat 2 menyebutkan bahwa :

9 Muhammad Fazis, “

(17)

Pengawas PAI pada Sekolah mempunyai tugas melaksanakan pengawasan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah. Pada pasal 4 ayat 2 disebutkan bahwa Pengawas PAI pada Sekolah mempunyai fungsi melakukan (a) penyusunan program pengawasan PAI, (b) pembinaan, pembimbingan, dan pengembangan profesi guru PAI, (c) pemantauan penerapan standar nasional PAI, (d) penilaian hasil pelaksaan program pengawasan, dan (e) pelaporan pelaksanaan tugas pengawasan.

Dengan demikian, diperlukan seorang pemimpin yang dapat mengatasi hal tersebut, yaitu pengawas atau supervisor. Pengawas memiliki peran yang sangat signifikan dan strategis dalam membantu guru untuk menjadi profesional. Pengawas atau supervisor perlu mengetahui makna kepemimpinan pengawas dalam pendidikan sehingga seorang supervisor bisa menjadi pemimpin yang ideal dan tauladan bagi guru-guru yang dibinanya.

B. Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

(18)

penurunan kinerja guru Pendidikan Agama Islam? Apakah intensitas pengawas dalam melaksanakan supervisi akademik terhadap guru pendidikan agama Islam dapat meningkatkan kinerja guru? Apakah pelaksanaan supervisi akademik pengawas terhadap guru Pendidikan Agama Islam dapat meningkatkan kinerja? Apakah ada pengaruh kepemimpinan transformasional dan pelaksanaan supervisi akademik pengawas terhadap kinerja guru pendidikan agama Islam?

2. Rumusan Masalah

a) Bagaimana praktik kepemimpinan transformasional dan supervisi akdemik pengawas PAI di Kabupaten Wonogiri ?

b) Bagaimana peran kepemimpinan transformasional pengawas terhadap kinerja guru PAI di Kabupaten Wonogiri ?

c) Bagaimana peran supervisi akademik pengawas terhadap kinerja guru PAI di Kabupaten Wonogiri ?

C. Signifikansi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh kepemimpinan transformasional pengawas dalam pelaksanaan supervisi akademik guru Pendidikan Agama Islam SD di Kabupaten Wonogiri. Secara khusus penelitian ini untuk mengetahui gambaran :

(19)

b) Peran Kepemimpinan Transformasional Pengawas dalam Meningkatkan Kinerja Guru PAI di Kabupaten Wonogiri.

c) Peran Supervisi Akademik Pengawas terhadap Kinerja Guru PAI di Kabupaten Wonogiri.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan ilmu kepemimpinan dan supervisi pendidikan, terutama mengenai efektivitas kepemimpinan tranformasional dan pelaksanaan supervisi akademik pengawas terhadap kinerja guru pendidikan agama Islam. Hal lain yang dapat digali dari penelitian ini adalah kemungkinan munculnya pengembangan konsep-konsep kontekstual yang berkenaan dengan interdependensi antara transformasional pengawas dengan pelaksanaan supervisi akademik terhadap kinerja guru pendidikan agama Islam, akhirnya mengarah kepada tercapainya kualitas pendidikan.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat :

(20)

b) Sebagai bahan rujukan dalam merumuskan materi kepemimpinan dan supervisi pendidikan dalam mengembangkan kepemimpinan transformasioal dan supervisi akademik serta pengaruhnya terhadap kinerja guru pendidikan agam Islam.

c) Sebagai masukan bagi instansi yang berwenang dalam pengembangan kepemimpinan transformasional dan supervisi akademik pengawas dalam peningkatan kinerja guru pendidikan agama Islam.

D. Kajian Pustaka

Dalam menyusun tesis ini dibutuhkan adanya berbagai dukungan teori dari berbagai sumber atau rujukan yang mempunyai relevansi dengan rencana penelitian ini. Maka dalam hal ini, ada beberapa sumber literasi yang merupakan hasil penelitian terdahulu menurut penulis ada relavansi dengan penelitian ini.

(21)

baik bagi pengawas sekolah dalam jabatan terlebih lagi bagi para calon pengawas sekolah.10

Sri Wulandari11 dalam karya “Pengaruh tentang Kepemimpinan Kepala Madrasah dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru di Madrasah Ibtidaiyah

Kecamatan Gebog tahun 2012”, menyimpulkan bahwa ada hubungan positif

antara persepsi tentang kepemimpinan kepala madrasah dengan kinerja guru. Apabila persepsi tentang kepela madrasah baik, maka kinerja guru akan baik pula dan juga semakin tinggi motivasi kerja guru maka semakin tinggi pula kinerja guru.

Sri Amperawati12 dalam karya “Efektifitas Kepemimpinan Kepala Madrasah dan Kinerja Guru terhadap Peningkatan Mutu Madrasah pada MI

Muhammadaiyah Kradenan dan MI Ma’arif Ngablak I Kec. Srumbung

Kabupaten Magelang tahun 2015”, menyimpulkan bahwa efektifitas

kepemimpinan kepala madrasah terhadap kinerja guru pada ketiga madrasah terjalin sangat baik. Dan adanya peningkatan kinerja guru dan mutu madrasah baik di MI Muhammadiyah Kradenan maupun di MI Ma’arif Ngablak 1.

10

Surya Dharma, Problem Kompetensi Penelitian, Jakarta. Direktur Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK, 2008.

11

Wulandari, “Pengaruh tentang Kepemimpinan Kepala Madrasah dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru di Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Gebog tahun 2012”eprints.walisongo.ac.id, diakses 6 Maret 2017.

12 Sri Amperawati, Efektifitas Kepemimpinan Kepala Madrasah dan Kinerja Guru Terhadap

(22)

Imafaza13 dalam karya “Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme, Disiplin, dan Kinerja Guru PAI di SD

Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga Tahun 2012-2015”, menyimpulkan bahwa Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kinerja guru di SD Muhammadiyah (plus) bisa berhasil.

Budi Arif Muzayyin14 dalam karya “Peranan Supervisi Akademik Pengawas dan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Kompetensi Pedagogik

Guru PAI SD (Kajian terhadap GPAI SD Se Kec. Bumijawa Kab. Tegal”,

menyimpulkan bahwa implementasi supervisi akademik yang dilakukan pengawas belum maksimal karena pengawas yang hanya satu harus menghadapi realita lapangan yang demikian luas baik wilayah bimbingan maupun jumlah guru yang harus di bimbing.

Retoliah15dalam karya “Kinerja Pengawas dalam Meningkatkan Kinerja

Guru PAI di Kota Palu Tahun 2014”, menyimpulkan bahwa kinerja pengawas PAI dalam pelaksanaan program kepengawasan hasilnya bervariasi, ada beberapa pengawas PAI yang berhasil dengan baik, mereka bekerja keras sesuai dengan fungsi dan wewenangnya. Selain itu beberapa pengawas bekerja tidak maksimal karena adanya hambatan di lapangan yaitu dualisme pengawasan.

13 Imafaza, “

Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme, Disiplin, dan Kinerja Guru PAI di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga Tahun 2012-2015” Tesis, IAIN Salatiga, 2016.

14 Budi Arif Muzayyin, “

Peranan Supervisi Akademik Pengawas dan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Kompetensi Pedagogik Guru PAI SD (Kajian terhadap GPAI SD Se Kec. Bumijawa

Kab. Tegal”, Tesis, IAIN Salatiga, 2016.

15Retoliah, “

(23)

Karya M. Syafii, dengan judul “Kontribusi Supervisi Pengawas PAI

dalam meningkatkan Kompetensi Profesional Guru PAI SMK Kota Salatiga”, hasil penelitian bahwa kontribusi supervisi pengawas PAI dalam meningkatkan kompetensi profesionalisme guru PAI pada SMK di Salatiga kurang maksimal. Terbukti bahwa tingkat kehadiran pengawas dalam melakukan supervisi rata-rata hanya sekali dalam satu semester. Dan agenda pembinaanya hanya pada pemeriksaan administrasi pembelajaran. Sehingga tidak berdampak pada peningkatan kompetensi guru.16Hal ini disebabkan antara lain: (1) Beban kerja pengawas PAI cukup besar, yaitu satu pengawas harus membina guru kurang lebih 50 guru, mulai dari guru PAI SMP, SMA, dan SMK, dan (2) masih banyak ditemukan Guru PAI yang belum, dan tidak membuat perangkat pembelajaran.

Ali Supangat17 dalam karya “Implementasi Supervisi Akademik sebagai upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru PAI Sekolah Dasar di Kec.

Simpang Raya dan Kec. Bunta Kabupaten Bangai Tahun 2015/2016”,

menyimpulkan bahwa implementasi supervisi akademik dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru PAI.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutermeister, menyimpulkan bahwa ada beberapa faktor determinan terhadap produktivitas kerja antara lain iklim kepemimpinan (leadership climate), tipe kepemimpinan (type of leadership), dan

16

M. Syafii, Kontribusi Supervisi Pengawas PAI dalam meningkatkan Kompetensi Profesional Guru PAI SMK Kota Salatiga, Tesis,IAIN Salatiga, 2015.

17 Ali Supangat, “

(24)

pemimpin (leaders). menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja demi mencapai tujuan.

Kaitan penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada aspek kepemimpinan, supervisi akademik pengawas pendidikan agama Islam serta pengaruhnya terhadap kinerja guru. Penulis yakin bahwa masih banyak karya tulis lainnya yang ada kaitanya dengan penelitian ini, dan sumber-sumber lainya yang tidak sempat disebutkan satu persatu, mengingat keterbatasan yang ada, dan semua menjadi bahan masukan dan informasi bagi penulis dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.

Adapun posisi penelitian yang dilakukan penulis dibandingkan dengan penelitian – penelitian di atas adalah penelitian ini lebih difokuskan pada “seberapa efektif peran kepemimpinan transformasional seorang pengawas dalam

melaksanakan proses supervisi akademik terhadap kinerja guru PAI SD di Kabupaten Wonogiri tahun 2017.

E. Metode Penelitian

Menurut pendapat Winarno Surakmad, bahwa ”metode” merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan.18 Sedangkan menurut Bokor Sukarto, mengemukakan bahwa metode adalah cara kerja untuk memahami suatu

18

(25)

objek.19 Dari definisi metode tersebut, maka pengertian metode penelitian ini mengarah kepada cara kerja yang ilmiah untuk memahami suatu objek penelitian. 1. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenis penelitiannya, maka penelitian ini termasuk katagori penelitian studi kasus (case study), yang berarti penelitian yang dilakukan dengan maksud untuk yang pertama kali dan terakhir kali meneliti tentang suatu kasus yang khusus.20 Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak bisa dipakai dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara kuantifikasi.21 Secara umum penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui pengamatan (observasi), wawancara, atau penelaahan dokumen atau pustaka.22

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi tetapi situasi sosial yang terdiri dari tempat, pelaku dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergi. Pada situasi sosial atau objek penelitian ini, peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang

19

Bokor Sukarto, Menyiapkan Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1989, 146.

20

Azwar Saifudin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, 21.

21 Muhammad Shodiq dan Imam Muttaqin,

Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, 4.

22

(26)

ada pada tempat tertentu (place).23 Peneliti menggunakan sampel sebagai objek yang dipelajari atau sebagai sumber data.24

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kec. Slogohimo Kabupaten Wonogiri dengan objek penelitian terdiri dari 38 Sekolah dengan 37 Guru PAI dan 1 Pengawas GPAI SD. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan Agustus 2017. Tidak semua dari 38 sekolah 37 guru PAI dan 1 pengawas dijadikan subjek penelitian. Untuk sekolah peneliti menggunakan model sample yang mewakili kriteria sekolah dengan muti tinggi, sedang dan rendah, sedangkan untuk guru dengan kriteria PNS non PNS.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan baik data primer maupun data sekunder. Data primer berasal dari kegiatan di lapangan yaitu proses supervisi akademik pengawas terhadap guru PAI SD di Kab. Wonogiri, sedangkan data sekunder berupa hasil wawancara dengan pengawasdan guru PAI SD serta data angket.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penulisan, karena tujuan utama dari penulisan adalah mendapatkan

23

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2012, 215.

(27)

data.25 Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :

a. Interview

Interview dilakukan oleh penulis dengan para guru pendidikan agama islam (GPAI) SD di Kec. Slogohimo Kabupaten Wonogiri. Interview dalam penelitian ini digunakan sebagai metode untuk mencari data yang argumentasi tentang respon para guru terhadap kepemimpinan transformasional pengawas dalam meningkatkan kinerja guru PAI SD di Kabupaten Wonogiri tahun 2017.

b. Observasi

Observasi yang dilakukan adalah pengamatan secara terlibat (participant observation). Teknik observasi yang dilakukan untuk mendapatkan catatan lapangan tentang fenomena-fenomena yang terjadi secara nyata di lapangan. Peneliti menerima pernyataan seobyektif mungkin namun sekaligus melibatkan diri dalam konsepsi-konsepsi dan pandangan hidup yang diselidiki melalui pengalaman dan pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.

25 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D”, Bandung: Alfabeta, 2006,

(28)

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan alat pengumpulan data dengan sumber data berupa adminisrasi pembelajaran guru PAI SD di Kabupaten Wonogiri tahun 2017.

d. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.26 Triangulasi data berarti menggunakan bermacam-macam data, menggunakan lebih dari sat teori, berbagai teknik analisa dan melibatkan beberapa peneliti.27

Triangulasi data ini diterapkan oleh peneliti saat mendapatan data yang berbeda, yaitu dengan cara mengkroscek dokumentasi yang ada sehingga dari dokumen tersebut peneliti bisa mengetahui manakah data yang lebih falid.

Dengan demikian triangulasi data bisa dipahami sebagai pengecekan data di lapangan yang diperoleh dari wawancara kemudian di cross-check dengan observasi dan dibuktikan lagi dengan data dokumen. Oleh karena itu peneliti menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang sama atau bisa mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

26 Sugiyono, Metode Penelitian, …, 241. 27

(29)

5. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif, yaitu pengumpulan dan penyusunan data, kemudian berusaha menganalisis dan menafsirkan data-data terebut.28 Adapun langkah-langkah dari penelitian deskriptif antara lain:

a. Deskriptif, yaitu dengan cara memaparkan konsep dan pemikiran kemudian dilakukan penafsiran dan penentuan data yang telah ada.29 b. Interpretasi, yaitu mendalami buku-buku, untuk secepat mungkin mampu

mengungkapkan arti dan makna uraian yang disajikan. Langkah ini digunakan untuk menelaah dan menafsirkan, kemudian menganalisis keseluruhan isi buku sehingga dapat dikelompokkan menjadi bab dan sub babnya.

c. Content Analysis, yaitu cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan melakukan berbagai analisis terhadap buku-buku yang kemudian ditarik kesimpulan sehingga dapat digeneralisasikan menjadi sebuah teori, ide atau gagasan baru.30

Setelah data terkumpul, penulis selanjutnya menelaah dan menganlisanya kemudian mengambil kesimpulan dengan metode deduktif.

28

Saeful Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999, 6.

29

Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996, 154.

30

(30)

metode deduktif, yaitu proses berfikir yang diawali dengan pengamatan yang umum untuk kemudian diambil kesimpulan yang bersifat khusus.31

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam menarik suatu kesimpulan, maka penulis menyusun Tesis ini kedalam 5 bab, diantaranya;

Bab I merupakan bab pendahuluan yang menjadi dasar akan penulisan ini. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, signifikansi penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian kajian pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan.

Bab II mengulas tentang kajian teori; transformasional leadership, supervisi akademik, dan kinerja guru.

Bab III berisi deskripsi data penelitian, menyajikan praktik pelaksanaan kepemimpinan transformasional dan supervisi akademik pengawas Guru PAI SD di Kabupaten Wonogiri.

Bab IV berisi tentang analisis data dan hasil penelitian, pada bab ini peneliti menganalisis peran kepemimpinan transformasional pengawas dan supervisi akademik pengawas terhadap kinerja guru PAI SD di Kab. Wonogiri.

Bab V merupakan bab penutup. Bab ini berisi tentang; kesimpulan dan saran.

31

(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kepemimpinan Transformasional

Konsepsi kepemimpinan transformasional pertama kali dikemukakan oleh James McGregor Burns. Dalam kaitannya dengan kepemimpinan transformasional, Bernard Bass,32 mengatakan sebagai berikut:

Transformational leaders transform the personal values of followers to support the vision and goals of the organization by fostering an environment where relationships can be formed and by establishing a climate of trust in which visions can be shared”.

Kepemimpinan transformasional adalah sebuah proses di mana pimpinan dan para bawahannya untuk mencapai tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Para pemimpin transformasional mencoba menimbulkan kesadaran dari para pengikut dengan menentukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nlai moral seperti kemerdekaan, keadilan, dan bukan didasarkan atas emosi kemanusiaan, keserakahan,kecemburuan, atau kebencian.

a. Pengertian Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional (transformational leadership) istilah transformasional berinduk dari kata to transform, yang bermakna mentransformasilkan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda. Seorang pemimpin transformasional harus mampu

32

Stone. G.A, et al.,“Transformasional Versus Servant Leadership: A Difference in Leader

(32)

mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target yang telah ditentukan.

Definisi kepemimpinan, menurut Terry dalam bukunya Kartono, Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok.33 Menurut Ordway Teod dalam bukunya ”The Art Of Leadership”, Kepemimpinan merupakan kegiatan mempengaruhi orang-orang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Kepemimpinan dapat terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang lain ke arah tercapainya suatu tujuan tertentu.

Selanjutnya, secara operasional Bernard Bass,34 memaknai kepemimpinan transformasional sebagai berikut: “Leadership and performance beyond expectations”. Sedangkan Tracy and Hinkin dkk, memaknai kepemimpinan transformasional sebagai berikut:

The process of influencing major changes in the attitudes and assumptions of organizationmembers and building commitment for

the organization’s mission or objectives”.

Kepemimpinan transformatif memiliki pengertian kepemimpinan yang bertujuan untuk perubahan.35 Kepemimpinan transformatif itu merupakan proses dimana orang terlibat dengan orang lain, dan

33

Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Perkasa, 2010, 38. 34

Gill, A, et al., “The Relationship Between Transformasional Leadership and Employee Desire for Empowerment,International Journal of Contemporary Hospitality Management, Vol. 22 No. 2 (2003),263-273.

35

(33)

meningkatkan hubungan motivasi, dan moralitas dalam diri pemimpin dan pengikut. 36

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa esensi kepemimpinan adalah upaya seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar berperilaku sesuai dengan yang diinginkan olehnya. Dalam rangka mempengaruhi orang lain, seorang pemimpin mempunyai banyak pilihan gaya kepemimpinan yang akan digunakannya. Salah satu gaya kepemimpinan yang relatif populer adalah kepemimpinan transformasional.

Seorang pemimpin dikatakan bergaya transformasional apabila dapat mengubah situasi, mengubah apa yang biasa dilakukan, bicara tentang tujuan yang luhur, memiliki acuan nilai kebebasan, keadilan dan kesamaan. Pemimpin yang transformasional akan membuat bawahan melihat bahwa tujuan yang mau dicapai lebih dari sekedar kepentingan pribadinya.

b. Ciri-ciri Kepemimpinan Transformasional

Menurut Bass ciri-ciriatau karakteristik kepemimpinanTransformatif (transformasional) ada4 yaitu:37

1. Idealized influence (or charismatic influence)

Idealized influence mempunyai makna bahwa seorang pemimpin

transformasional harus kharismatik yang mampu “menyihir” bawahan

36TiknoLensufie, Leadership untukProfesionaldanMahasiswa, Jakarta: Erlangga, 2010, 81. 37

(34)

untuk bereaksi mengikuti pimpinan.38Dalam bentuk konkrit, kharisma ini ditunjukan melalui perilaku pemahaman terhadap visi dan misi organisasi, mempunyai pendirian yang kukuh, komitmen dan konsisten terhadap setiap keputusan yang telah diambil, dan menghargai bawahan. Dengan kata lain, pemimpin transformasional menjadi role model yang dikagumi, dihargai, dan diikuti oleh bawahannya.39

2. Inspirational motivation

Inspirational motivation berarti karakter seorang pemimpin yang

mampu menerapkan standar yang tinngi akan tetapi sekaligus mampu mendorong bawahan untuk mencapai standar tersebut. Karakter seperti ini mampu membangkitkan optimisme dan antusiasme yang tinggi dari pawa bawahan. Dengan kata lain, pemimpin transformasional senantiasa memberikan inspirasi dan memotivasi bawahannya.40

3. Intellectual stimulation

Intellectual stimulation karakter seorang pemimpin transformasional yang mampu mendorong bawahannya untuk menyelesaikan permasalahan dengan cermat dan rasional. Selain itu, karakter ini mendorong para bawahan untuk menemukan cara baru yang lbih efektif dalam menyelesaikan masalah. Dengan kata lain, pemimpin transformasional mampu mendorong (menstimulasi) bawahan untuk selalu kreatif dan inovatif.

38

Mulyono, Educational Leadership :MewujudkanEfektivitasKepemimpinanPendidikan, Malang. UIN Malang, 2009, 31.

39

Stone. G.A, et al. “Transformasional Versus Servant Leadership: A Difference in Leader Focus. The Leadership & Organization”,Development Journal, Vol. 25 No. 4(2004), 349.

40

(35)

4. Individualized consideration

Individualized consideration berarti karakter seorang pemimpin

yang mampu memahami perbedaan individual para bawahannya. Dalam hal ini, pemimpin transformasional mau dan mampu untuk mendengar aspirasi, mendidik, dan melatih bawahan. Selain itu, seorang pemimpin transformasional mampu melihat potensi prestasi dan kebutuhan berkembang para bawahan serta memfasilitasinya. Dengan kata lain, pemimpin transformasional mampu memahami dan menghargai bawahan berdasarkan kebutuhan bawahan dan memperhatikan keinginan berprestasi dan berkembang para bawahan.

c. Indikator pemimpin yang menerapkan kepemimpinan transformatif

MenurutTichydanDewantara41seorangpemimpin yang sudahmenerapkankepemimpinantransformatif, yaitu :

a. Pemimpinmenempatkandirisebagaiagent of change (agenperubahan) b. Merekaberanibertindakuntukmelakukanperubahan,

pemimpinberanimenghadapiresistensi, menanggungrisiko, danberanimenghadapikenyataan.

c. Pemimpinpercayakepadapengikutdengancaramengembangkankepercayaa nmelaluimotivasi, kejujurandanpemberdayaan, peduliterhadapaspek-aspek humanistic

41

AraHidayatdan Imam Machali, PengelolaanPendidikan, Konsep,

(36)

d.

Pemimpintransformatifmenjunjungtingginilai-nilaikemanusiaansepertimengembangkan rasa empati, simpati, salingmenghargai, memperhatikanharkatdanmartabat sesame, salingmemperdulikan, ramah, bertindaksecarasantun, perduliterhadapaspek-aspekpribadidansosio-emosional

e. Pemimpinselalubelajarsepanjanghayat

f. Pemimpinmampumengatasipermasalahan yang kompleks, tidakmenentu, danmembingungkan

g. Pemimpinmemilikipandanganjauhkedepan.

Gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja demi tercapainya tujuan. Peran gaya kepemimpinan dalam meningkatkan kinerja pegawai perlu dipahami bahwa pemimpin bertanggung jawab mengarahkan apa yang baik bagi pegawainya, dan dia sendiri harus berbuat baik.42

B. Supervisi Akademik

1. Pengertian Supervisi Akademik

Menurut M. Ngalim Purwanto, supervisi adalah segala bantuan dari pemimpin sekolah, yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personal sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.43 Supervisi juga diartikan sebagai usaha dari pengawas sekolah

42

E. Mulyasa, ManajemenBerbasisSekolah: Konsep, StrategidanImplementasi, Bandung: RemajaRosdakarya, 2004, 118.

43

(37)

dalam membimbing guru-guru dan petugas lainnya dan pengajaran.44 Supervisi juga diartikan sebagai layanan yang bersifat membimbing, memfasilitasi memotivasi, serta menilai guru dalam pelaksanaan pembelajaran dan pengembangan profesi secara efektif.45 Jadi inti dari supervisi pendidikan adalah bagaimana guru dapat melakukan proses pembelajaran yang sebaik-baiknya sehingga para peserta didik dengan mudah melakukan proses pembelajaran.

Menurut Muslim, supervisi akademik adalah serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor (kepala sekolah, penilik sekolah dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar.

Supervisi akademik menurut Glikman yang dikutip oleh Prasojo, supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran utuk mencapai tujuan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akaademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan.46

Dari beberapa definisi diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan supervisi akademik adalah suatu kegiatan yang berisi

44

AA. KetutJelantik, MenjadiKepalaSekolah yang ProfesionalPanduanMenuju PKKS, Yogyakarta: Deepublish, 2012, 88.

45Abd.KadimMasaong,

SupervisiPengembangandanPengembanganKapasitas Guru: MemperdayakanPengawassebagaiGurunya Guru, Bandung: Alfabeta, 2013, 3.

46

(38)

pembinaan, bimbingan dan pemberian motovasi yang direncanakan dengan tujuan untuk membatu guru atau pegawai sekolah lainnya dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.

2. Tujuan Supervisi Akademik

Menurut Glickman dalam Metode dan Teknik Supervisi yang dikeluarkan Dep.Diknas, bahwa Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi murid-muridnya. Pengembangan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas pembelajaran akan meningkat.47

Beberapatujuan yang

didapatdengandiadakannyakegiatansupervisiakademikolehpara supervisor menurutparaahliantara lain:48

a. Agar tercapainyatujuanpembelajaran yang direncanakanbagimurid-muridnya.

b. Diharapkandapatmeningkatkankualitasakademik guru.

47

Dirjen PMPTK, PedomanPelaksanaanTugas Guru danPengawas, Jakarta: DepDikNas, 2008, 11.

48

JasmaniAsf. Dan SyaifulMustofa, SupervisiPendidikan;

(39)

MenurutSergiovanni,dalamDep.Diknas,adatigatujuansupervisiakadem ik:49

a. Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam memahami akademik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu.

b. Supervisiakademikdiselenggarakandenganmaksuduntukmemonitorkegiata nbelajarmengajar di sekolah. Kegiatan monitor bias dilakukandenganmelakukankunjungankepalasekolahkekelas-kelas di saat guru sedangmengajar, percakapanpribadidengan guru, temansejawatnyamaupundenganmurid-muridnya.

c. Supervisiakademikdiselenggarakanuntukmendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melasanakan tugas-tugas mengajarnya, mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggung jawabnya.

Dari beberapa tujuan di atas, dapat disimpulkan bahwa supervisiakademik yang baikadalahsupervisi yang mampuberfungsimencapai

multi tujuantersebut di atas.

(40)

ajar guru. Padagilirannyanantiperubahanperilaku guru kearah yang lebihberkualitasakanmenimbulkanperilakubelajar yang lebihbaik.

3. Prinsip Supervisi Akademik

Menurut

Wijonosecaraumumprinsipsupervisipendidikanadalahdasaratauazas yang seharusnyamenjadipegangandalammelaksanakansupervisi.

Supervisipendidikandilaksanakanberdasarkanprinsip:50

a. Prinsipilmiah (scientific),

dimaksudkanbahwasupervisihendaknyadilaksanakansecarailmiah.

Ciriilmiahtersebutadalah: 1) sistematis, teratur, terprogram, dankontinyu; 2) obyektif, berdasarkanpada data informasi; 3) menggunakaninstrumen (alat) yang dapatmemberikan data/informasi yang akurat, dapatdianalisis, dandapatmengukurataupunmenilaiterhadappelaksanaan proses belajarmengajar.

b. Prinsipdemokratis,

dimaksudkanbahwadalammelaksanakansupervisihendaknyadapatmenjunj ungtinggiazasmusyawarah, memilikijiwakekeluargaan yang kuatsertamenghargaidansanggupmenerimapendapat orang lain.

c. Prinsipkooperatif,

dimaksudkanbahwadalammelaksanakansupervisihendaknyadapatmengem

50

(41)

bangkanusahabersamauntukmenciptakansituasibelajarmengajar yang pengembanganbagi yang disupervisi, di sampingitu, supervisi pun membentukdanmenggerakkanlingkungan.

4. Teknik Supervisi Akademik

(42)

C. Kinerja Guru PAI

1. Pengertian Kinerja Guru

Kinerja artinya sama dengan prestasi kerja atau dalam bahasa Inggrisnya disebut performance. Secara etimologis kinerja (performance) berarti unjuk kerja. Kinerja adalah suatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja.Berkaitan dengan hal tersebut terdapat beberapa definisi mengenai kinerja. Smith dalam bukunya Mulyasa menyatakan bahwa kinerja adalah “…output drive from processes, human or

otherwise”. Kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses.

Hadari Nawawi, mengungkapkan bahwa istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya oleh seseorang. Artinya kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.52Sedangkan menurut Cushway, kineja adalah menilai bagaimana seseorang lebih bekerja dibandingkan dengan target yang telah ditentukan.53

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja berkaitan dengan hasil kerja, prestasi kerja, atau pencapaian target yang telah ditentukan secara kuantitatif maupun kualitatif baik yang dilakukan secara individual maupun secara kelompok atau organisasi.

UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 39 ayat (2), menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang

52

HadariNawawi, AdministrasiPendidikan, Jakarta: PT GunungAgung, 1999, Cet. 13, 34.

53

(43)

bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Pendapat lain diutarakan Soedijarto, menyatakan ada empat tugas gugusan kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru. Kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru, yaitu: (1) merencanakan program belajar mengajar; (2) melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar; (3) menilai kemajuan proses belajar mengajar; (4) membina hubungan dengan peserta didik. Sedangkan berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Menengah dijabarkan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok: (1) merencanakan pembelajaran; (2) melaksanakan pembelajaran; (3) menilai hasil pembelajaran; (4) membimbing dan melatih peserta didik; (5) melaksanakan tugas tambahan.

(44)

2. Faktor yang mempengarui Kinerja Guru

Kinerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Malthis dan Jackson, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja.Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu:54

a. Kemampuan mereka. b. Motivasi.

c. Dukungan yang diterima.

d. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan. e. Hubungan mereka dengan organisasi”.

Sedangkan menurut Menurut Gibson masih dalam Wikipedia menjelaskan ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja. Tiga faktor tersebut adalah:

a) Faktor individu (kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang).

b) Faktor psikologis (persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja).

c) Faktor organisasi (struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan atau reward system)”.

Penjelasan lain mengenai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja dijelaskan oleh Mulyasa. Menurut Mulyasa55 sedikitnya terdapat sepuluh faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru, baik faktor internal maupun eksternal. Kesepuluh faktor tersebut adalah: (1) dorongan untuk bekerja, (2)

54 Mathis. L. Robert dan Jackson. H. John,

ManajemenSumberDayaManusia, Jakarta: BukuKedua, 2001, 82.

55

(45)

tanggung jawab terhadap tugas, (3) minat terhadap tugas, (4) penghargaan terhadap tugas, (5) peluang untuk berkembang, (6) perhatian dari kepala sekolah, (7) hubungan interpersonal dengan sesama guru, (8) MGMP dan KKG, (9) kelompok diskusi terbimbing serta (10) layanan perpustakaan”.

3. Indikator Kinerja Guru

Jabatan sebagai seorang guru bukan hanya sebagai jabatan fungsional tetapi lebih bersifat profesional, artinya jabatan yang lebih erat kaitannya dengan keahlian dan keterampilan yang telah dipersiapkan melalui proses pendidikan dan pelatihan secara khusus dalam bidangnya. Karena guru telah dipersiapkan secara khusus untuk berkiprah dalam bidang pendidikan, maka jabatan fungsional guru bersifat profesional yang selalu dituntut untuk terus mengembangkan profesinya. A. Tabrani Rusyan dkk, (2000:11) menyarankan bahwa dalam rangka mengatasi permasalahan-permasalahan global sekolah perlu menerapkan budaya Kinerja dalam proses pembelajaran dengan cara sebagai berikut:

a. Meningkatkan mutu pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan para siswa.

b. Menggalakkan penggunaan alat dan media pendidikan dalam proses pembelajaran.

(46)

d. Menata pendayagunaan proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran berdaya guna dan berhasil guna.

e. Membina peserta didik yang menghargai nilai-nilai unggul dalam proses pembelajaran.

f. Memotivasi peserta didik, menghargai, dan mengejar kualitas yang tinggi melalui proses pembelajaran.

g. Meningkatkan proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan globalisasi. h. Memberi perhatian kepada peserta didik yang berbakat.

i. Mengubah peserta didik untuk berorientasi kepada kekaryaan bukan kepada ijazah.

j. Membudayakan sikap kritis dan terbuka sebagai syarat tumbuhnya pola pikir siswa yang lebih demokratis.

k. Membudayakan nilai-nilai yang mencintai kualitas kepada peserta didik. l. Membudayakan sikapn kerja keras, produktif, dan disiplin.

Indikator Kinerja Guru dapat mengacu pada pendapat Nana Sudjana56 dkk, tentang kompetensi Kinerja guru, yaitu:

a. Menguasai bahan yang akan diajarkan. b. Mengelola program belajar mengajar.

(47)

g. Menilai prestasi siswa.

h. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan. i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.

j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian.

(48)

BAB III

PRAKTIK KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN

SUPERVISI AKADEMIK

G. Pelaksanaan Praktik Kepemimpinan Transformasional Pengawas dalam

proses kegiatan Supervisi (Kepengawasan) terhadap Guru PAI.

Pada bagian ini permasalahan yang ingin diberikan jawaban sebagaimana tercantum dalam rumusan masalah paling mendasar adalah bagaimana kepemimpinan transformasional pengawas PAI dalam proses kegiatan supervisidalam meningkatkan kinerja Guru PAI di Kabupaten Wonogiri.

Dari tiga kali kegiatan observasi yang penulis lakukan terhadap praktik kepemimpinan pengawas yang dilakukan pada hari kamis, 8 Juni 2017, 20 Juli 2017, dan 10 Agustus 2017, ada beberapa hal yang dapat penulis catat selama observasi :

(49)

Kedua, Bapak H. Abdul Latiefselalu update dalam memberikan

informasi-informasi penting baik yang datang dari kantor Kementerian Agama maupun dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Wonogiri. Beliau juga dengan sabar dalam memberikan bimbingan terhadap guru PAI yang mengalami kendala maupun permasalahan baik dalam hal peningkatan karir, kegiatan supervisi maupun dalam kegiatan belajar mengajar.

Ketiga, Bapak H. Abdul Latief, pandai dalam membangun komunikasi dan jaringan baik terhadap guru, kepala sekolah maupun dinas terkait, sehingga beliau cukup disegani ketika melakukan kegiatan supervisi maupun berkunjung ke sekolah – sekolah.

Gambar 3.1

(50)

Dari beberapa catatan observasi penulis di atas, beliau Bapak H. Abdul Latief memiliki kriteria sebagai pengawas maupun pemimpin yang transformasional. Menurut Bass57ciri-ciriatau karakteristik kepemimpinanTransformatif (transformasional) ada4 yaitu:

1) Idealized influence (or charismatic influence)

Idealized influence mempunyai makna bahwa seorang pemimpin

transformasional harus kharismatik yang mampu “menyihir” bawahan untuk

bereaksi mengikuti pimpinan.58Dalam bentuk konkrit, kharisma ini ditunjukan melalui perilaku pemahaman terhadap visi dan misi organisasi, mempunyai pendirian yang kukuh, komitmen dan konsisten terhadap setiap keputusan yang telah diambil, dan menghargai bawahan. Dengan kata lain, pemimpin transformasional menjadi role model yang dikagumi, dihargai, dan diikuti oleh bawahannya.59

2) Inspirational motivation

Inspirational motivation berarti karakter seorang pemimpin yang

mampu menerapkan standar yang tinngi akan tetapi sekaligus mampu mendorong bawahan untuk mencapai standar tersebut. Karakter seperti ini mampu membangkitkan optimisme dan antusiasme yang tinggi dari para

57

Peter G. Norhhouse, Kepemimpinan: TeoridanPraktikedisikeenam, penerjemah: AtiCahyani, Jakarta: Indeks, 2013, 176.

58

Mulyono, Educational Leadership :MewujudkanEfektivitasKepemimpinanPendidikan, Malang. UIN Malang, 2009, 31.

59

(51)

bawahan. Dengan kata lain, pemimpin transformasional senantiasa memberikan inspirasi dan memotivasi bawahannya.60

3) Intellectual stimulation

Intellectual stimulation karakter seorang pemimpin transformasional

yang mampu mendorong bawahannya untuk menyelesaikan permasalahan dengan cermat dan rasional. Selain itu, karakter ini mendorong para bawahan untuk menemukan cara baru yang lbih efektif dalam menyelesaikan masalah. Dengan kata lain, pemimpin transformasional mampu mendorong (menstimulasi) bawahan untuk selalu kreatif dan inovatif.

4) Individualized consideration

Individualized consideration berarti karakter seorang pemimpin yang

mampu memahami perbedaan individual para bawahannya. Dalam hal ini, pemimpin transformasional mau dan mampu untuk mendengar aspirasi, mendidik, dan melatih bawahan. Selain itu, seorang pemimpin transformasional mampu melihat potensi prestasi dan kebutuhan berkembang para bawahan serta memfasilitasinya. Dengan kata lain, pemimpin transformasional mampu memahami dan menghargai bawahan berdasarkan kebutuhan bawahan dan memperhatikan keinginan berprestasi dan berkembang para bawahan.

Berdasarkan data yang penulis peroleh selama melakukan observasi dan pendapat para ahli tetang kriteria pemimpin yang transformasional, dapat penulis

60

(52)

simpulkan bahwa Bapak H. Abdul Latief memiliki kriteria sebagai seorang pemimpin yang transformasional. Beliau dapat memberikan pengaruh positif terhadap guru PAI. Sebagaimana yang ungkapkan Sarros and Butchatsky61 menyebut pemimpin transformasional sebagai pemimpin penerobos (breakthrough leadership). Disebut sebagai pemimpin penerobos karena pemimpin dengan karakter ini mempunyai kemampuan untuk membawa perubahan-perubahan yang sangat besar terhadap individu-individu maupun organisasi dengan jalan: memperbaiki kembali (reinvent) karakter diri individu dalam organisasi ataupun perbaikan organisasi, memulai proses penciptaan inovasi, meninjau kembali struktur, proses dan nilai-nilai organisasi agar lebih baik dan lebih relevan dengan cara menarik dan menantang bagi semua pihak yang terlibat dan mencoba untuk merealisasikan tujuan-tujuan organisasi yang selama ini dianggap tidak mungkin dilaksanakan.

Kepemimpinan beliau sebagai seorang supervisor yang transformasional dapat dilihat dari bagaimana beliau melaksanakan tugas kepengawasan terhadap bawahannya. Beliau mampu membangun konsensus di tengah-tengah bawahannya sehingga tidak terjadi miss communication antara guru dengan pengawas maupun guru dengan guru. Beliau juga dapat menentramkan dan menghibur serta membangkitkan motivasi guru untuk meningkatkan kinerja, sehingga guru merasa nyaman, diperhatikan, dan merasa dihargai. Hal itu sesuai

61Daryanto,“

(53)

dengan pendapat Hartanto62yang berpendapat bahwa konsep perilaku kepemimpinan transformasional adalah sebagai berikut:

1) Inisiasi struktur yang menjelaskan dan situasional, yakni merupakan perilaku atasan yang memberikan penjelasan kepada bawahan mengenai tugas, wewenang dan tanggung jawabnya. Inisiasi seperti ini akan mengurangi rasa takut, malu dan sungkan bawahan yang timbul akibat kecenderungan orang untuk menghindari ketidakpastian. Dengan berkurangnya rasa takut/ malu, diharapkan bawahan akan lebih banyak berpartisipasi.

2) Konsiderasi yang memantapkan kelompok, yakni perilaku atasan yang memberikan perhatian dan timbang rasa yang tulus sehingga akan memberikan keterikatan psikologis dan saling percaya antara pemimpin dan bawahan serta menciptakan hubungan yang akrab, harmonis dan penuh keterbukaan.

3) Kompetensi yang berwawasan luas, yakni perilaku atasan yang mencerminkan sikap kompeten dan berwawasan luas sehingga akan memberikan keyakinan bahwa misi perusahaan dapat dicapai. Selain itu akan menimbulkan inspirasi, menumbuhkan rasa hormat, menjadi tempat bertanya serta membangkitkan kebanggaan pada organisasi.

4) Pertanggungjawaban ke bawah, yakni bahwa pemimpin akan menunjukkan perhatian pada kepentingan bawahan dan membangkitkan rasa kebersamaan melalui pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan bawahan,

62

A. Hunen, “Pengembangan Model PengaruhKepemimpinanTransformasional,

(54)

menumbuhkan kesetiakawanan dan mencegah kesewenang-wenangan sehingga memungkinkan tumbuhnya kepemimpinan yang berakar pada kelompok.

Adapun hasil wawancara63 penulis dengan Bapak H. Abdul Latief yang dilaksanakan pada hari selasa, 1 Agustus 2017. Beliau mengatakan dalam melaksanakan kegiatan supervisi yang dilakukan terhadap guru PAI yang ada dalam binaannya, beliau lebih suka menggunakan pendekatan personal tanpa mengurangi unsur-unsur yang ada dalam pelaksanaan supervisi.

Berdasarkan pengalaman beliau sejak menjadi pengawas, beliau sudah menyadari bahwa dari semua guru PAI yang ada dalam binaannya memiliki karakter yang berbeda-beda, untuk itu diperlukan pendekatan yang fleksibel sesuai dengan karakteristik guru yang dihadapinya. Untuk itu beliau mencoba dengan gaya kepemimpinan transformasional dalam melaksanakan tugas supervisi. Hal itu sesuai dengan pendapat Menurut Robbins,64 pola hubungan pemimpin dan bawahan dalam kepemimpinan transaksional dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pemimpin mengetahui keinginan bawahan dan berusaha menjelaskan bahwa bawahan akan memperoleh apa yang diinginkan apabila kinerja mereka memenuhi harapan.

b. Pemimpin memberikan atau menukar usaha-usaha yang dilakukan bawahan dengan imbalan atau janji untuk mendapat imbalan.

63

Hasil wawancara dengan Bapak H. Abdul Latief pada hari Selasa, 1 Agustus 2017 di SDN 3 Slogohimo.

64

(55)

c. Pemimpin responsif terhadap kepentingan pribadi bawahan selama kepentingan pribadi tersebut sepadan dengan nilai pekerjaan yang telah dilakukan oleh bawahan.

Gambar 3.2

Kegiatan Wawancara dengan Bpk. H. Abdul Latief

(56)

H. Pelaksanaan Praktik Supervisi Akademik Pengawas dalam Meningkatkan

Kinerja Guru PAI.

1. Penyusunan Program Kepengawasan

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai Pengawas Bapak H. Abdul Latief, telah menyusun persiapan persiapan yang diperlukan agar tercapai tujuan supervisi yang akan dilakukan. Kegiatan persiapan yang dilakukan adalah menyusun program tahunan yang terdiri dari 2 program semester.

Hal tersebut sesuai yang disampaikan Bapak H. Abdul Latief65 selaku pengawas guru PAI SD di Kabuaten Wonogiri :

“Hal yang saya lakukan sebelum melaksanakan tugas pengawasan yaitu biasanya saya mempersiapkan program tahunan dan program semester, program semester itu sendiri terdiri 2 program.”

Dalam mempersiapkan penyusunan program, pengawas melakukannya secara bersama-sama dilakukan dengan rekan seprofesi yaitu dalam forum Kelompok Kerja Pengawas (POKJAWAS). Forum ini digunakan pengawas sebagai wadah komunikasi pengawas untuk melakukan kegiatan dan melakukan pemecahan masalah bersama dan diskusi bagi pengawas.

2. Pelaksanaan Program Pengawasan

Supervisi akademik yang dilakukan pengawas dalam perencanaan pembelajaran meliputi 20 administrasi yang harus dimiliki oleh guru PAI sebagai persiapan mengajar, pelaksanaan dalam pembelajaran dan penilaian. 20 Administrasi guru tersebut adalah; Silabus, Kalender Pendidikan, Program

65

(57)

Tahunan, Program semester, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Jurnal Pelaksanaan Harian, Buku Pelaksanaan harian PAI, Daftar Hadir, Analisis KKM, Kisi-kisi Soal, Buku Soal Ulangan, Buku Analisis, Buku Program Perbaikan, Buku ulangan bergilir, Daftar Nilai, Buku tugas terstruktur, Buku tugas mandiri, SK pembagian Tugas, Jadwal Pelajaran, dan Pemetaan SK/ KD.Berdasarkan wawancara dengan Ibu Suwarni, S.Pd.I guru PAI SDN 2 Klunggen66:

Penulis : Apa yang anda ketahui kegiatan yang dilakukan pengawas di awal tahun pelajaran baru !

Ibu Suwarni : Pada awal tahun yang dilakukan pengawas adalah mengumpulkan Guru PAI Kecamatan Slogohimo untuk menerima sosialisasi melalui forum KKG PAI tentang 20 administrasi guru yang harus dimiliki oleh setiap guru.

Gambar 3.3

KegiatanwawancaradenganIbuSuwarni, S.Pd.I

66

(58)

Dalam melakukan kegiatan supervisi terhadap pembuatan administrasi guru, pengawas tidak hanya menuntut guru untuk memiliki administrasi namun pengawas juga memberikan bimbingan kepada guru. Dalam melaksanakan tugasnya pengawas telah faham dengan prinsip-prinsip supervisi akademis. Prinsip-prinsip tersebut adalah:

(1) Pengawas mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal.

(2) Supervisi dilaksanakan secara berkesinambungan, supervisi akademik oleh pengawas tidak hanya dilaksanakan jika ada waktu atau kesempatan saja, melainakan tetap dibina secara berkesinambungan, mengingat problem problem proses pembelajaran selalu muncul dan bekembang.

(59)

direncanakan, dikembangkan dan dilaksanakan bersama secara kooperatif dengan guru, kepala sekolah, dan pihak lain yang terkait di bawah koordinasi supervisor.

(4) Program supervisi akademik dilaksanakan integral dengan program pendidikan secara keseluruhan. Dalam upaya perwujudan prinsip ini diperlukan hubungan yang baik dan harmonis antara supervisor dengan semua pihak pelaksana program pendidikan.

(5) Supervisi akademik dilakasanakan secara komprehensif. Program supervisi akademik dilakukan mencakup keseluruhan aspek pengembangan akademik, walaupun ada penekanan pada aspek-aspek tertentu berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengembangan akademik sebelumnya.

(6) Supervisi akademik dilaksanakan secara konstruktif. Supervisi akademik dilakukan bukan untuk mencari kesalahan-kesalahan guru, melainkan untuk mengembangkan pertumbuhan dan kreativitas guru dalam memahami dan memecahkan problem-problem akademik yang dihadapi melalui berbagaimacam acara pertemuan melalui forum KKG PAI Kecamatan Slogohimo.

(7) Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan program supervisi akademik dilakukan secara obyektif berdasarkan kebutuhan nyata pengembangan profesional guru.

Sebagaimana yang diungkapan Pengawas PAI Bapak H. Abdul Latief67:

67

Gambar

Gambar 3.1
Gambar 3.2 Kegiatan Wawancara dengan Bpk. H. Abdul Latief
Gambar 3.4 Pelaksanaan Supervisi Akademik
Gambar 4.2

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian atau penilaian dilakukan secara bertahap sesuai dengan prosedur penelitian pengembangan yang dilakukan dan mengacu pada kriteria mutu (standar) buku non teks

bahwa Indonesia merupakan negara dengan prevalensi perokok pasif di rumah.. tertinggi (78 %) dan prevalensi perokok pasif di tempat umum tertinggi

Confirmation and classification of carbapenemases according to Ambler can be done with combination of phenotypic methods, i.e., Modified Hodge Test (MHT), Sodium

Penentuan kasus studi berdasarkan referensi teori dan sejarah masuknya budaya pendatang, dimana berdasarkan kajian ini kasus studi dipilih berdasarkan pengaruh

Sum ber: Kem enterian Penerangan, Propinsi Sumatra.. Setiap rakyat terjajah pasti akan menentang penjajahan- nya. Hadirnya kekuasaan penjajah. sudah tentu tidak diingini

Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan 4 (empat) metode penelitian yaitu metode analisa yang membahas 3 (tiga) tahap awal dari 7 (tujuh) tahap Internet marketing, metode

2 The draft financial statements of Choctaw, a limited liability company, for the year ended 31 December 2004 showed a profit of $86,400. The trial balance did not balance, and

Untuk memperoleh data tentang penguasaan standar kompetensi/kompetensi inti dan kompetensi dasar dengan mata pelajaran yang di ampu bagi guru geografi Sekolah