• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF FAZLUR RAHMAN SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF FAZLUR RAHMAN SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF FAZLUR RAHMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

FARHANI HANIFAH NIM: 111-13-018

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

ْمِهِسُفْنَأِب اَم اوُرِّيَغُي ٰىَّتَح ٍمْىَقِب اَم ُرِّيَغُي َلَ َ َّاللَّ َّنِإ

“Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum hingga mereka

merubah

(6)

PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Untuk Bapak saya (Bp. Saryoto) yang selama ini selalu memotivasi saya agar tetap semangat dalam segala hal dan berkat perjuangan beliaulah saya bisa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.

2. Untuk Alm. Ibu saya (Ibu Mudrikah (almh), skrispsi ini saya persembahkan untuk beliau. Semoga beliau senang serta bangga dengan saya.

3. Untuk adik saya (Fata Hidayat) yang turut memberikan motivasi kepada saya.

4. Selanjutnya skripsi ini saya persembahkan untuk kakek dan nenek saya (Fajari dan Miharti), yang selalu memberikan arahan kepada saya agar saya selalu lebih baik dan baik lagi. Dan beliau juga yang selalu ada disaat saya suka maupun duka.

5. Untuk mas Arif Nugroho yang selalu menyemangati saya

6. Tidak lupa kepada keluarga saya yang berada di Dsn. Ngaglik, Ds. Kalipucang, Kec. Grabag, Kab. Magelang yang tidak bisa saya sebut satu per satu.

7. Untuk keluarga besar Sian Hostel (mbak Vivi, Kuni, Reni, Heni, Tesa, Rani, Helmi, Anggun, Dian, dan Rumi) yang menyemangati saya dan berjuang bersama untuk meraih gelar S.Pd.

8. Untuk keluarga besar SD Negeri Kalipucang yang juga ikut serta dalam memotivasi saya.

9. Untuk keluarga besar mahasiswa jurusan PAI angkatan 2013 yang selalu memberi motivasi.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum wr.wb

Alhamdulillahirobbil „alamin puji syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT berkat taufiq serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Sholawat dan salam penulis haturkan untuk Rasulullah Muhammad SAW, yang telah diutus oleh Allah untuk menyampaikan

syari‟at-Nya untuk kelangsungan hidup yang mendapat ridho dari Allah SWT. Dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF FAZLUR RAHMAN”. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Dalam menyusun skripsi ini penulis telah menerima bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bpk. Dr. Rahmat Hariyadi, M, Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga yang telah memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan strata 1.

2. Bpk. Suwardi, M. Ag. Selaku Kepala Jurusan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. Selaku Kepala Program Studi Pendidikan

Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

4. Bpk. Achmad Maimun, M. Ag. Selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penulisan skripsi.

5. Segenap dosen dan pengajar Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga yang telah memberikan ilmu pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

6. Keluarga besar penulis yang selalu memotivasi serta mendo‟akan sehingga skripsi dapat diselesaikan.

(8)
(9)

ABSTRAK

Hanifah, Farhani 2017. Modernisasi Pendidikan Islam Perspektif Fazlur Rahman. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, Pembimbing: Achmad Maimun, M. Ag.

Kata Kunci: Modernisasi Pendidikan Islam dan Fazlur Rahman

Penelitian ini membahas tentang Modernisasi Pendidikan Islam Perspektif Fazlur Rahman. Fokus penelitian yang akan dikasi adalah: 1. Bagaimana modernisasi pendidikan Islam menurut Fazlur Rahman. 2. Bagaimana relevansi modernisasi pendidikan islam Fazlur Rahman terhadap masa kini.

Penelitian ini menggunakan Library Research yaitu suatu penelitian kepustakaan murni. Dengan demikian pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode dokumentasi yang mencari data mengenai hal-hal atau variable-variabel yang berupa catatan seperti buku-buku, majalah, dokumen, artikel, jurnal, perkataan-perkataan, notulen harian, catatan rapat dan lain sebagainya.

Hasil penelitian bahwa ada beberapa gagasan yang dikemukakan oleh Fazlur Rahman atas Modernisasi Pendidikan Islam yaitu: 1. Tujuan Pendidikan, Rahman mengemukakan bahwa Tujuan pendidikan Islam harus diorientasikan pada kehidupan dunia dan akhirat sekaligus bersumber pada Al-Qur‟an, beban psikologi umat Islam dalam menghadapi Barat harus segera dihilangkan untuk menghilangkan beban psikologis tersebut Rahman menganjurkan supaya dilakukan kajian Islam yang menyeluruh secara historis dan sistematis mengenai perkembangan disiplin-disiplin ilmu Islam seperti teologi, hukum, etika, Hadits, ilmu-ilmu social, dan filsafat, dengan berpegang pada Al-Qur‟an sebagai penilai, dan sikap negatif umat Islam terhadap ilmu pengetahuan juga harus diubah 2. Sistem Pendidikan, menurut Rahman bahwasannya untuk menghilangkan dikotomi dengan cara mengintegrasikan antara ilmu umum dan agama 3. Peserta Didik, Rahman mengemukakan bahwa peserta didik harus diberikan pelajaran

Al-Qur‟an, dan peserta didik diberikan materi disiplin ilmu-ilmu Islam 4. Pendidik, Rahman menawarkan beberapa gagasannya yaitu, merekrut peserta didik yang memiliki bakat terbaik terhadap agama Islam, pendidik harus dilatih di pusat studi keislaman di luar negeri, dan menggiatkan pendidik untuk menghasilkan karya-karya keislaman secara kreatif 5. Sarana Pendidikan, Rahman mengusulkan setiap perpustakaan di lembaga pendidikan dilengkapi dengan buku-buku berbahasa Arab dan berbahasa Inggris. Menurut Fazlur Rahman, pada pokoknya seluruh

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Metode Penelitian ... 8

F. Penegasan Istilah ... 11

G. Sisitematika Penulisan ... 14

BAB II : BIOGRAFI FAZLUR RAHMAN ... 16

A. Nama dan Kelahiran Fazlur Rahman ... 16

B. Pendidikan Fazlur Rahman ... 23

(11)

BAB III : MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM ... 27

A. Pengertian Modernisasi ... 27

B. Pengertian Modernisasi Pendidikan ... 32

BAB IV : PEMIKIRAN FAZLUR RAHMAN TENTANG MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM ... 45

A. Modernisasi Pendidikan Islam Menurut Fazlur Rahman ... 45

B. Gagasan Modernisasi Pendidikan Islam Fazlur Rahman ... 48

C. Relevansi Pemikiran Fazlur Rahman tentang Modernisasi Pendidikan Islam dengan Pendidikan Masa Kini ... 59

BAB V : PENUTUP ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran-Saran ... 67

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Samsul Nizar (2002:25) istilah pendidikan dalam konteks

Islampada umunya mengacu kepada term al-tarbiyah, al-ta‟dib, dan

al-ta‟lim.Dari ketiga istilah tersebut term yang popular digunakan dalam

praktik pendidikan Islam ialah term al-tarbiyah.

Pendidikan Islam menurut Fazlur Rahman bukan sekedar perlengkapan dan peralatan fisik atau kuasi fisik pengajaran seperti buku-buku yang diajarkan ataupun struktur eksternal pendidikan, melainkan

sebagai intelektualisme Islam karena baginya hal inilah yang dimaksud dengan esensi pendidikan tinggi Islam (Sutrisno, 2006:170).Menurut

Fazlur Rahman pendidikan Islam juga dapat dipahami sebagai proses menghasilkan manusia (ilmuwan) integratif, yang padanya terkumpul

sifat-sifat seperti kritis, kreatif, dinamis, inovatif, progresif, adil, jujur, dan sebagainya. Ilmuwan yang demikian itu diharapkan dapat memberikan alternatif solusi atas problem-problem yang dihadapi oleh umat manusia di

muka bumi (Sutrisno, 2006:170).

Dalam Q.S An-Nahl ayat 125 dijelaskan mengenai Pendidikan

ىوُه ىكَّبىر َّنِإ ُنىسْحىأ ىيِه ِتَِّلاِب ْمُْلِْداىجىو ِةىنىسىْلْا ِةىظِعْوىمْلاىو ِةىمْكِْلْاِب ىكِّبىر ِليِبىس ىلَِإ ُعْدا

ىَْعىأ

ُم

(13)

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik serta bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Al-Qur‟an dan Terjemah).

Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan zaman dapat mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia

pada umumnya, khususnya pendidikan Islam. Meskipun demikian, masyarakat muslim tidak bisa menghindari diri dari arus globalisasi

tersebut, apalagi jika survive dan berjaya di tengah perkembangan dunia yang kian kompetitif.

Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman, pendidikan Islam telah menampilkan dirinya sebagai pendidikan yang fleksibel, responsif, sesuai dengan perkembangan zaman, berorientasi ke masa

depan, seimbang, berorientasi pada mutu yang unggul, egaliter, adil, demokratis, dinamis dan seterusnya. Sesuai dengan sifat dan karakternya

yang demikian itu, pendidikan Islam senantiasa mengalami inovasi dari waktu ke waktu, yaitu mulai dari sistem dan lembaganya yang paling sederhana (Abuddin Nata, 2013:9-10).

Pendidikan Islam sesungguhnya telah tumbuh dan berkembang sejalan dengan adanya dakwah Islam yang telah dilakukan Nabi

Muhammad SAW. Berkaitan dengan itu pula pendidikan Islam memiliki corak dan karakteristik yang berbeda sejalan dengan upaya pembaharuan yang dilakukan secara terus menerus pasca generasi Nabi, sehingga dalam

(14)

dari muatan atau isi (mata pelajaran), metode pendidikan, maupun dari segi manajemen lembaga pendidikan Islam.

Perkembangan pendidikan semakin pesat mengikuti perkembangan zaman yang juga semakin berkembang dengan perkembangan zaman yang

ada menyisihkan sebuah pertanyaan tentang perubahan yang baru mengikuti perkembangan zaman merujuk pada konsep Islam ideal, Islam ideal adalah Islam yang mencapai cita-cita ajarannya, nilai-nilai-Nya, dan

Hadis atau Sunnah Nabi Muhammad SAW.

Selain itu, upaya pengembangan pendidikan Islam dilakukan

karena prihatin dengan kondisi terpuruknya pendidikan Islam saat ini. Kondisi tersebut tidak hanya pada bidang pendidikan semata, melainkan pada berbagai bidang seperti ekonomi, budaya dan sebagainya.Ulama

yang menyuarakan semangat perbaikan kondisi umat keseluruh dunia seperti yang dilakukan salah satu tokoh pembaharu pendidikan Islam yaitu

Fazlur Rahman.

Munculnya gagasan dan program modernisasi Pendidikan Islam

dilatarbelakangi oleh gagasan tentang “modernisasi” pemikiran dan

institusi Islam secara keseluruhan.Modernisasi Pendidikan Islam sangat erat kaitannya dengan kebangkitan gagasan program modernisasi

Islam.Kerangka dasar yang berada di balik “modernisasi” pemikiran dan

kelembagaan Islam merupakan prasyarat bagi kebangkitan kaum muslimin di masa modern (Azyumardi Azra, 2000:85). Karena itu, pemikiran dan

(15)

dimodernisasi,sederhananya harus disesuaikan dengan kerangka

“modernitas”, mempertahankan kelembagaan Islam “tradisional” baik

akan tetapi lebih baik mengikuti perubahan yang lebih baik lagi sesuai dengan perkembangan zaman(Abudin Nata, 2012:185).

Dapat dipahami pula bahwa modernisasi tidak dapat terlepas dari adanya perubahan kearah yang lebih baik. Modernisasi, yang dalam hal ini dapat dipahami sebagai perubahan menuju yang lebih baik diisyaratkan

dalam Al-Qur‟an surat Ar Ra‟du ayat 11

ْمِهِسُفْنَأِب اَم اوُرِّيَغُي ٰىَّتَح ٍمْىَقِب اَم ُرِّيَغُي َلَ َ َّاللَّ َّنِإ

Artinya: “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum hingga mereka

merubah nasib mereka sendiri”(Al-Qur‟an dan Terjemah). Rahman menginginkan kontribusi kaum Muslim dalam

mengembangkan perdamaian dunia.Ia menginginkan agar umat Muslim tidak bersifat defensif (bersikap bertahan) yang berlebihan karena takut

terhadap gagasan Barat tentang perkembangan pengetahuan yang akan mengancam standar moral tradisonal Islam. Ia ingin menggabungkan

antara mata pelajaran “baru” dengan mata pelajaran “lama” supaya ramuan

yang dihasilkan dari campuran ini akan sehat dan bermanfaat, yakni bersifat kondusif terhadap manfaat teknologi peradaban modern, sekaligus

dapat membuang racun yang telah terbukti merusak jaringan moral masyarakat Barat (S. Lestari, 2010:120).

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern memasuki

(16)

ini dipandang sebagai permulaan modernisasi.Terjadinya kontak dan persentuhan dengan dunia Barat membawa ide-ide baru ke dalam dunia

Islam, seperti rasionalisme, nasionalisme, sekularisme, demokrasi, dan sebagainya.Semua itu, ternyata menimbulkan persoalan-persoalan

baru.Para pemikir dan pembaharu mulai memikirkan solusi dan metode untuk mengatasi persoalan baru tersebut (Hamdani, 2012:18).

Fazlur Rahman berhasil bersikap kritis baik terhadap warisan Islam

sendiri maupun terhadap tradisi Barat.Ia berhasil mengembangkan metode yang dapat memberikan alternatif solusi atas problem-problem umat Islam

kontemporer. Semula ia mengembangkan metode kritik sejarah, kemudian dikembangkan lebih lanjut menjadi metode penafsiran sistematis (the systematic interpretation method, yang akhirnya disempurnakan menjadi

metode gerakan ganda (a double movement).(Sutrisno, 2006:1-2).

Krisis metodologi tampaknya sangat disadari oleh Fazlur Rahman

sebagai penyebab kemunduran pemikiran Islam, karena alternatif metodologi dipandangnya sebagai titik pusat penyelesaian krisis intelektualisme Islam.Implikasi dari alternatif metodologis ini, menurutnya

merupakan proyek besar umat Islam yang mengarah pada pembaharuan pemikiran Islam. Proyek besar tersebut memerlukan waktu yang panjang

juga memerlukan sarana penunjang, tiada lain adalah sistem pendidikan Islam. Menurutnya Sistem pendidikan harus terlebih dahulu dimodernisasi, membuatnya mampu menyokong produktivitas

(17)

Rahman mengkritik penyimpangan-penyimpangan pendidikan tradisional di Pakistan karena mereka mengabaikan ilmu pengetahuan

modern, sehingga tidak leluasa berdialog dengan orang-orang yang telah menerima pendidikan modern.Alumni pendidikan klasik memang berhasil

melestarikan ilmu pengetahuan teologi klasik dan mencetak imam-imam masjid, tetapi mereka kurang memperoleh informasi, sehingga kualitas pendidikan mereka kurang baik. Oleh karenanya, pendidikan semacam ini

tidak akan mampu membantu mengembangkan pertumbuhan kesadaran beragama (Sutrisno, 2006:126).

Dalam buku Pendidikan Islam Kontekstual karya S. Lestari dan Ngatini (2010), Fazlur Rahman menginginkan pendidikan hendaknya mengembangkan sifat kreatif, sehingga diharapkan kaum muslim tidah

hanya terpesona pada kemajuan materiil karena teknologi tidak akan bisa memperbaiki masyarakat bila pikiran masyarakat itu tidak diubah.Ini bisa

dilakukan jika masyarakat dapat mengaitkan teknologi konkrit, sehingga Islam bisa menjadi katalisator dengan tujuan menghilangkan kesengsaraan dan melenyapkan kemiskinan.

Pendidikan Islam yang lebih baik pada akhirnya akan mendapatkan pembaharuan yang sesuai dengan kemajuan zaman penggabungan antara

pendidikan Islam dan pendidikan umum yang modern, berangkat dari berbagai realita seperti yang telah dijabarkan diatas penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pendidikan Islam yang

(18)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan

masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana Modernisasi Pendidikan Islam menurut Fazlur Rahman?

2. Bagaimana relevansi pemikiran Fazlur Rahman tentang Modernisasi Pendidikan Islam dengan Pendidikan Islam di masa kini?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui:

1. Konsep Modernisasi Pendidikan Islam menurut Fazlur Rahman

2. Relevansi pemikiran Fazlur Rahman tentang Modernisasi Pendidikan Islam dengan Pendidikan Islam dimasa kini.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah khazanah keilmuan di bidang pendidikan Islam.Bagi kalangan akademik yang ingin meneliti

masalah pendidikan Islam, penelitian ini dapat menjadi referensi dan pedoman berupa sumbangan teoritis.

2. Praktis

(19)

alternatif dalam melakukan pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia di tengah persaingan global yang sangat kompetitif.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan atau pedoman dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang lebih

berkualitas. E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang memfokuskan pembahasan

pada literature-literatur baik berupa buku, jurnal, makalah, maupun tulisan-tulisan lainnya.Penelusuran pustaka lebih dari pada sekedar melayani fungsi-fungsi yang disebutkan untuk memperoleh data

penelitiannya. Tegasnya riset pustaka membatasi kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset

lapangan (Zed, 2008:1-2) 2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan

(20)

3. Sumber data

Sumber data dalam penulisan ini terdiri dari sumber primer dan

sekunder. a. Data primer

Sumber data primer seperti:

1) Islam dan Modernitas (Tentang Transformasi Intelektual Fazlur Rahman), karangan Fazlur Rahman yang diterjemaahkan oleh

Ahsin Mohammad

2) Gelombang Perubahan Dalam Islam (Studi Tentang

Fundamentalisme Islam), karya Fazlur Rahman b. Data sekunder

Sumber data dari buku-buku yang terkait, seperti:

1) Pendidikan Islam Kontekstual, karya S. Lestari dan Ngatini 2) Islam dan Tantangan Modernitas (Studi atas Pemikiran Hukum

Fazlur Rahman), karya Taufik Ahmad Amal

3) Fazlur Rahman (Kajian terhadap Metode, Epistemologi dan Sistem Pendidikan), karya Sutrisno

4) Kontroversi Pemikiran Fazlur Rahman (Studi Kritis Pembaharuan Pendidikan Islam), karya Muhaimin. Dll.

(21)

4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah:

a. Metode analisis isi (Content Analysis)

Analisis isi (Content Analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan shahih data dengan memperlihatkan konteksnya.Tujuan

akhirnya adalah untuk mendapatkan pemahaman terhadap berbagai isi pesan yang disampaikan tersebut, secara obyektif, sistematis,

dan relevan secara sosiologis. Metode ini dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi seperti surat kabar, buku, puisi, lirik lagu, film, cerita rakyat, peraturan perundang-undangan,

atau kitab suci. Dengan metode ini, penulis akan mengkaji pokok-pokok pikiran yang ada di buku, teks atau naskah yang

berhubungan dengan Modernisasi Pendidikan Islam menurut Fazlur Rahman.

b. Analisis Historis

Yaitu metode yang digunakan untuk mengetahui perkembangan pemikiran tokoh yang bersangkutan baik yang

(22)

c. Interpretasi

Interpretasi merupakan tafsiran, pemberian kesan,

pendapat, atau pandangan teoritis terhadap sesuatu (KBBI).Yang dilakukan dengan cara isi buku diselami untuk dapat setepat

mungkin menangkap arti dari uraian yang disajikan (Soemargono, 1983:21). Karena dalam penelitian ini objeknya pemikiran Fazlur Rahman tentang Modernisasi Pendidikan Islam, maka penulis akan

menyelami dan memahami pemikiran Fazlur Rahman dalam buku yang menjadi rujukan, disamping itu penulis memilih

sumber-sumber lain yang mendukung. F. Penegasan Istilah

Penegasan dimaksudkan untuk menghindari kurang jelasnya atau

pemahaman yang berbeda antara pembaca dengan peneliti mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian.Beberapa istilah yang

perlu ditegaskan adalah sebagai berikut: 1. Modernisasi

Secara bahasa “modernisasi” berasal dari kata modern yang

berarti;a) Terbaru, mutakhir, b) Sikap dan cara berfikir sesuai dengan perkembangan zaman.Kemudian mendapat imbuhan “isasi” yang mengandung pengertian proses. Modernisasi mempunyai pengertian suatu proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan perkembangan zaman (KBBI,

(23)

Modernisasi sering dikaitkan dengan istilah

pembaruan.Istilah “pembaruan” sebagaimana digunakan dalam

wacana Islam di Indonesia, mengandung pengertian yang sangat

luas. “Modernisme” dalam masyarakat barat mengandung arti

pikiran, aliran, gerakan dan usaha mengubah paham-paham, adat istiadat, institute lama dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi modern. Jika “modernisme”

dipahami sebagai pembaruan dalam Islam, maka modernisme

tidak selalu berarti „pembaruan yang mengarah kepada reaffirmasi Islam dalam berbagai aspek kehidupan kaum

muslim‟.

Azyumardi Azra cenderung menggunakan istilah

“modernisasi” dengan segala konotasinya. Dan tentu saja “modernisasi” itu mempunyai berbagai macam, sejak dari

modernism klasik sampai kepada neomodernisme, yang dalam perkembangan terakhir bahkan memunculkan postmodernisme. Begitu juga dalam konteks evolusinya vis-à-vis doktrin Islam. Sejak dari modernisme yang berproses kearah westernisasi dan sekulerisasi sampai kepada neo-modernisme yang lebih menekankan pentingnya warisan pemikiran Islam itu sendiri ketimbang modernism itu sendiri (Azyumardi, 1996:xi).

Dalam bahasa Indonesia telah dipakai kata modern, modernisasi

dan modernism, seperti yang terdapat umpamanya dalam “aliran-aliran

modern dalam Islam” dan “Islam dan Modernisasi”. Modernisme dalam masyarakat Barat mengandung arti fikiran, aliran, gerakan dan usaha

(24)

oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Harun Nasution, 1996:11).

2. Pendidikan Islam

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:263).

Pendidikan Islam dapat mencakup dua pengertian besar. Pertama, pendidikan Islam dalam pengertian praktis, yaitu pendidikan

yang dilaksanakan di dunia Islam seperti yang diselenggarakan di Pakistan, Mesir, Sudan, Saudi, Iran, Turki, Maroko, dan sebagainya, mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Untuk konteks

di Indonesia, meliputi pendidikan di pesantren, di madrasah (mulai dari Ibtidaiyah sampai Aliyah), dan di perguruan tinggi Islam, bahkan

bias juga pendidikan agama islam di sekolah (sejak dari dasar sampai lanjutan atas) dan pendidikan agama Islam di perguruan tinggi umum. Kedua,pendidikan Islammenurut Rahman dapat juga dipahami sebagai

proses untuk menghasilkan manusia (ilmuwan) integratif, yang padanya terkumpul sifat-sifat seperti kritis, kreatif, dinamis, inovatif,

progresif, adil, jujur, dan sebagainya (Sutrisno, 2006:170).

Pengertian Pendidikan Islam menurut Ditbinpaisun, pendidikan Islam adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik

(25)

yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat

mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat

mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat kelak (Zakiah Daradjat, 2011:88).

3. Fazlur Rahman

Fazlur Rahman lahir pada 21 September 1919 di distrik Hazara.Beliau berasal dari keluarga ulama bermazhab Hanafi.Ayahnya

bernama maulana Sahab al-Din, beliau seorang alim terkenal lulusan Doeband. Fazlur Rahman seorang pembaharu yang memiliki pengaruh besar pada abad ke-20, terutama di wilayah Pakistan, Malaysia,

Indonesia, dan Negara-negara lain (di dunia Islam), serta di Chicago Amerika (di dunia barat).Dan beliau wafat pada 26 Juli tahun 1988.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika di sini yang penulis maksud adalah sistematika penyusunan karya ilmiah dari bab ke bab. Sehingga karya ilmiah ini

menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat di pisah-pisahkan.Hal ini bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud

penulis terhadap skripsi ini. Adapun sistematika penulisan karya ilmiah ini sebagai berikut:

Bab I, Pendahuluan. Bab ini memuat: Latar belakang masalah,

(26)

penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II, Biografi Fazlur Rahman, Bab ini memuat: Nama dan kelahiran Fazlur Rahman, Karir dan Jabatan Fazlur

Rahman, Pendidikan Fazlur Rahman, Karya-karya Fazlur Rahman.

Bab III, Modernisasi Pendidikan Islam. Bab ini memuat:

Pengertian Modernisasi, Pengertian Modernisasi Pendidikan Islam.

Bab IV, Pemikiran Fazlur Rahman tentang Modernisasi Pendidikan Islam. Bab ini memuat: Modernisasi Pendidikan Islam menurut Fazlur Rahman,Gagasan Modernisasi Pendidikan

Islam Fazlur Rahman, Relevansi Pemikiran Fazlur Rahman tentang Modernisasi Pendidikan Islam dengan Pendidikan

Islam masa kini

(27)

BAB II

BIOGRAFI FAZLUR RAHMAN A. Biografi Fazlur Rahman

1. Nama dan Kelahiran Fazlur Rahman

Fazlur Rahman dilahirkan pada tanggal 21 September tahun 1919 di distrik Hazara, Punjab, suatu daerah di anak benua India yang

sekarang terletak di sebelah barat laut Pakistan. Ia menikah dengan seorang perempuan yang bernama Ny. Bilqis Rahman (Sutrisno,

2006:60). Ayahnya bernama Maulana Sahab al-Din, beliau merupakan seorang yang religius dan juga seorang ulama terkenal lulusan Darul Ulum Deoband. Meskipun Ayah Fazlur Rahman berpendidikan agama

dengan sistem tradisional, akan tetapi beliau sangat menghargai pendidikan dengan sistem modern (Hasbi, 2000:9).

Semasa kecil, Fazlur Rahman sangat diperhatikan oleh

ayahnya Sahab al-Din dalam hal pendidikan. Ayahnya memperhatikan dalam hal mengaji dan menghafal al-Qur‟an. Sehingga pada usia sepuluh tahun, Fazlur Rahman telah menghafal al-Qur‟an seluruhnya. Tidak hanya itu, di dalam keluarganya setiap hari diterapkan ibadah seperti shalat wajib, shalat sunnah, puasa sunnah, mengeluarkan zakat,

infaq, shadaqah dan ibadah lainnya, secara tepat waktu danteratur. Ia wafat pada tanggal 26 Juli 1988, di Chicago, Illinois(Sutrisno,

(28)

2. Karir dan Jabatan Fazlur Rahman

Semasa hidupnya karir Fazlur Rahman terbilang cemerlang.

Setelah mempelajari ilmu-ilmu dasar bersama ayahnya, kemudian melanjutkan pendidikannya ke Punjab Universitas di Lahore pada

tahun 1933. Pada tahun 1940, ia menyelesaikan B. A.-nya dalam bidang bahasa Arab pada Universitas Punjab. Kemudian dua tahun kemudian tepatnya tahun 1942, Rahman berhasil menyelesaikan

Masternya dalam bidang yang sama dan Universitas yang sama pula. Selang empat tahun, Fazlur Rahman berangkat ke Inggris

untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Oxford dibawah bimbingan Profesor Simon Van Den Bergh dan H. A. R. Gibb,dan ia mampu menyelesaikan program Ph. D.-nya pada tahun 1949, dengan

disertasi tentang Ibnu Sina. Disertasi tersebut diterbitkan oleh Oxford University Press dengan judul Avecinna‟s Psychology.

Ketika kuliah di Universitas Oxford, Fazlur Rahman mempunyai kesempatan untuk belajar beberapa bahasa barat seperti, bahasa Latin, Yunani, Inggris, Jerman, Turki, Arab, dan Urdu.Dengan

penguasaan bahasa tersebut, mampu membantu Rahman dalam memperdalam serta memperluas keilmuannya, terutama dalam

(29)

Menurut Hasbi (2000:11-12), setelah meraih gelar Doktor of Philosophy dari Oxford University, Fazlur Rahman tidak langsung

kembali ke Pakistan. Nampaknya masih ada rasa cemas akan fenomena negerinya ketika itu yang agak sulit menerima seorang

sarjana keislaman yang terdidik di Barat. Untuk beberapa tahun, ia memilih untuk mengajar di Universitas Durham, Inggris, dan kemudian pindah ke Universitas McGill, Montreal, Kanada, dimana

didirikan Institute of Islamic Studies oleh Wilfred Cantwell Smith, sebuah Institut pengkajian Islam yang popular di Barat sampai

sekarang.

Diawal tahun 1960-an, Fazlur Rahman dipanggil kembali ke Pakistan untuk memegang sebuah lembaga penelitian yaitu Institute of

Islamic Research di Kirachi. Melalui lembaga ini, ia mampu memprakarsai penerbitan Journal Islamic Studies yang hingga

sekarang masih terbit secara berkala dan merupakan jurnal bertaraf Internasional. Ketika mengelola lembaga ini, Rahman telah berusaha sungguh-sungguh untuk memajukannya. Strategi yang digunakan

untuk memajukan lembaga ini yaitu sebagai berikut.

“Selama jabatan saya selaku Direktur Lembaga tersebut,

(30)

serta disiplin-disiplin Islam klasik yang utama seperti hadits dan Ushul Fikih. Saya juga mengirim beberapa orang ke luar negeri untuk mendapatkan training dan jika memungkinkan gelar-gelar dalam kajian keislaman baik di Universitas Barat maupun Timur. Usaha saya untuk mengundang seorang sarjana Barat pascadoktor yang masih muda sebagai guru tamu untuk bekerja sama dan mengawasi kerja riset para staf, terutama dari segi-segi teknik riset ilmiah dan standar-standar kesarjanaan modern yang bermutu gagal, sebab tidak ada sarjana seperti itu yang berhasil didapatkan, meskipun saya telah memberanikan diri menghadapi tantangan kuat terhadap gagasan tersebut

yang dating dari harian Karachi berpengaruh” (Sutrisno,

2006:63-64).

Selain menjabat menjadi Direktur Lembaga Riset Islam, Rahman juga ditunjuk sebagai anggota Dewan Penasehat Ideologi Islam pemerintah Pakistan pada tahun 1964. Dengan kedua jabatan

tersebut, ia terdorong untuk menafsirkan kembali Islam dalam istilah-istilah yang rasional dan ilmiah untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat. Akan tetapi, pada tahun 1969, Rahman melepas kedua jabatannya.

Setelah melepas jabatannya di Pakistan, Rahman hijrah ke

Barat. Hijrahnya kali ini ia diterima sebagai tenaga pengajar di Universitas California, Los Angeles, Amerika. Kemudian, pada tahun

(31)

lebih 18 tahun, sampai akhirnya Tuhan memanggilnya pulang pada tanggal 26 Juli 1988.

Di Universitas Chicago, Fazlur Rahman menjadi salah satu Guru Besar yang dihormati. Mata kuliah yang diberikan meliputi

pemahaman al-Qur‟an, Filsafat Islam, Kajian tentang al-Ghazali, Ibn Taimiyah, Syeikh Waliyullah, Muhammad Iqbal, dan lain sebagainya.

Selain menjadi Guru di Universitas Chicago, Rahman aktif

memimpin berbagai program penelitian di Universitas tersebut. Salah satunya dipimpin bersama Prof. Leonard Binder. Dan juga penelitian

tentang Islam dan Perubahan Sosial yang melibatkan banyak sarjana yunior (Sutrisno, 2006:64).

3. Kehidupan Sosial Fazlur Rahman

Fazlur Rahman terlahir ditengah-tengah keluarga yang religius. Akar religiusitas keluarganya bisa ditelusuri pada pengajaran di

Deoband Seminary (Sekolah Menengah Deoband). Karena ayahnya, Maulana Sahab al-Din adalah alumni dari Sekolah Menengah terkemuka di India, Darul Ulum Deoband.Beliau belajar dengan

beberapa tokoh, di antarannya Maulana Mahmud Hasan (w. 1920), dan seorang Fakih Maulana Rasyid Ahmad Gangohi (w. 1905).

Meskipun Fazlur Rahman tidak belajar di Darul Ulum Deoband seperti ayahnya, akan tetapi ia menguasai kurikulum yang terdapat di Sekolah tersebut, dengan mengikuti kajian privat bersama

(32)

dengan lebih mengkhususkan pada Ilmu Fikih, Ilmu Kalam, Hadits, Tafsir, Mantiq, dan Filsafat (Fazlur, 2001:2).

Menurut Fazlur Rahman dalam bukunya Hasbi Amiruddin (2000:10), ada beberapa faktor yang telah membentuk karakter dan

kedalamannya dalam beragama. Salah satunya adalah pengajaran dari ibunya tentang kejujuran, kasih sayang, serta kecintaan sepenuh hati dari ibunya. Di sisi lain, ayahnya juga tekun mengajarkan tentang

agama kepada Rahman di rumah, dengan kedisiplinan yang tinggi sehingga mampu menghadapi berbagai peradaban tantangan hidup di

zaman modern.

Selain itu, hal penting yang telah mempengaruhi pemikiran keagamaan Fazlur Rahman yaitu, bahwasannya ia dibesarkan dalam

sebuah keluarga yang bermazhab Hanafi, yang di dalam mazhab

tersebut lebih banyak menggunakan rasio (ra‟yu) dan lebih memegang

teguh tradisi. Dan ketika itu, di India telah berkembang pemikiran agak liberal yang dikembangkan oleh Syah Waliullah, Sayid Ahmad Khan, Sir Sayid, Amir Ali, dan Muhammad Iqbal.

4. Kondisi Sosial Fazlur Rahman

Situasi sosial masyarakat ketika Fazlur Rahman dilahirkan

diwarnai dengan terjadinya perdebatan publik antara tiga kelompok yang bersiteru yaitu, modernis, tradisionalis dan fundamentalis yang mengklaim kebenaran terhadap pendapat masing-masing. Perdebatan

(33)

dari India dan menjadi sebuah negara yang berdaulat dan merdeka pada tanggal 14 Agustus 1947.

Salah satu ide gagasan yang diperdebatkan oleh ketiga kelompok tersebut berkisar pada masalah bagaimana membentuk

negara Pakistan pasca merdeka dari India. Kelompok modernis merumuskan konsep kenegaraan Islam dalam bingkai term-term ideologi modern. Kelompok tradisionalis konsep kenegaraannya

didasarkan atas teori-teori politik tradisional Islam. Sedangkan kelompok fundamentalis mengusulkan konsep kenegaraan sebuah

konstitusi.

Di tengah fenomena sosial seperti itu, Rahman mengemukakan gagasan neo-modernisnya.Ia dibesarkan dalam tradisi keluarga yang

shaleh bermazhab Hanafi, sebuah mazhab Sunni yang lebih mengedepankan rasio dibandingkan dengan mazhab Sunni lainnya

(maliki, syafi‟i dan hambali). Semasa kecil diasuh oleh ayahnnya dan

ibunya dengan lingkungan keluarga yang religious. Ayahnya merupakan seorang tradisionalis, meskipun demikian Rahman tidak

seperti kebanyakan ulama dizamannya yang menentang dan menganggap pendidikan modern dapat meracuni keimanan dan moral.

(34)

B. Pendidikan dan Guru-Guru Fazlur Rahman

Pertama-tama Fazlur Rahman dididik dalam sebuah keluarga

Muslim yang taat beragama. Ayahnya, Maulana Sahab al-Din, adalah seorang terkenal lulusan Doeband. Rahman ketika kecil sangat

diperhatikan oleh ayahnya terkait dengan pendidikan.Ayahnya memperhatikannya dalam hal mengaji dan menghafal al-Qur‟an. Sehingga, pada usia sepuluh tahun, Rahman telah menghafal al-Qur‟an seluruhnya.

Kemudian, pada tahun 1933 Fazlur Rahman melanjutkan pendidikannya ke Lahore memasuki sekolah modern. Beberapa tahun

berikutnya, tepatnya pada tahun 1940 ia menyelesaikan B. A.-nya dalam bidang bahasa Arab pada Universitas Punjab. Setelah mendapat gelar B. A., Rahman berhasil menyelesaikan Masternya dalam bidang yang sama

dan Universitas yang sama pula. Tahun 1946, Ia berangkat ke Inggris untuk melanjutkan studinya ke Universitas Oxford. Di Inggris ia

menyelesaikan program Ph. D.-nya di bawah bimbingan Profesor S. Van Den Bergh dan H. A. R. Gibb dengan disertasi tentang Ibnu Sina. Dua tahun berikutnya disertasi Fazlur Rahman diterbitkan oleh University

Press dengan judul Avecinna‟s Psychology.

Ketika di Universitas Oxford, Fazlur Rahman mempunyai

kesempatan untuk mempelajari beberapa bahasa Barat seperti, bahasa Latin, Yunani, Inggris, Jerman, Turki, Arab, dan Urdu. Dengan menguasai beberapa bahasa tersebut, Rahman merasa sangat terbantu dalam

(35)

C. Karya-karya Fazlur Rahman

Karya-karya Fazlur Rahman dapat diklasifikasikan kedalam tiga

periode, yaitu periode pembentukan (formasi), periode perkembangan, dan periode kematangan.Periode pertama disebut periode pembentukan karena

Rahman baru mulai meletakkan dasar-dasar pemikirannya dan mulai berkarya. Pada periode kedua disebut dengan periode perkembangan karena proses berkembang dari pertumbuhan menuju ke proses

kematangan. Dan periode ketiga disebut periode kematangan karena Rahman benar-benar telah mencapai kematangan dalam berfikir dan

berkarya (Sutrisno, 2006:65-66).

Pembahasan mengenai karya-karya Fazlur Rahman dari masing-masing periode sebagai berikut:

1. Periode Pembentukan

Pada periode ini, Rahman berhasil menulis tiga karya intelektualnya,

yaitu:

1) Avecinna‟s psychology, berisi kajian dari pemikiran Ibn Sina yang terdapat pada kitab al-Najat

2) Avecinna‟s De Anima, being the psychology part of kitab al-Shifa‟ 3) Prophecy in Islam:Psiloshophy and Orthodoxy, merupakan karya

orisinil Rahman yang paling penting dalam periode ini. Karya ini dilandasi oleh rasa keprihatinannya atas kenyataan bahwa sarjana-sarjana muslim modern kurang menaruh minat dan perhatian

(36)

2. Periode Perkembangan

Periode kedua ini merupakan periode berkembangnya menuju

kematangan, yang dimulai sejak kepulangan Rahman dari Inggris ke Pakistan sampai dengan menjelang keberangkatannya ke Amerika. Pada

periode ini pula ia disibukkan dengan kedudukannya sebagai direktur lembaga riset Islam dan sebagai anggota dewan penasehat ideology Islam pemerintah Pakistan.

Pada periode ini, Rahman banyak menghasilkan karya-karya terbaiknya, diantaranya:

1) Islamic Methodology in History 2) Islam

3) Some Reflection on the Reconstruction of Muslim Society in Pakistan

4) The Qur‟anic Solution of Pakistan‟s Educational Problems (Sutrisno, 2006:71-72).

3. Periode Kematangan

Dalam periode ketiga ini, Fazlur Rahman mampu

menyelesaikan beberapa buku, yaitu:

Pertama, Philoshophy of Mulla Sadra Shirazi. Dalam buku ini

Rahman mengkaji terhadap pemikiran Shadr al-Din al-Syirazi (Mulla Shadra) (w. 1641).Dalam buku ini dipaparkan Rahman untuk membantak pandangan para sarjana Barat modern. Kesimpulan dari

(37)

upayanya untuk merekonstruksi antara tradisi peripatetic dan tradisi Ibn Arabi.

Buku Kedua, Major Themes of the Qur‟an. Dalam buku ini terdapat delapan pokok al-Qur‟an, yaitu: Tuhan, manusia sebagai individu, manusia sebagai anggota masyarakat, alam semesta, kenabian dan wahyu, eskatologi, setan dan kejahatan, serta lahirnya masyarakat Muslim. Buku ketiga, Islam and Modernity: Transformation of an

Intellectual Tradition. Buku ini awalnya merupakan hasil proyek riset

yang dilakukan di Universitas Chicago dan dibiayai oleh Ford

Foundation dala “Islamic Education”, yang pada mulanya merupakan

bagian dari sebuah proyek lain yang lebih besar yang bernama “Islam and Social Change.”

Buku terakhir yang diciptakan oleh Fazlur Rahman yaitu Health and Medicine in Islamic Tradition.Dalam buku ini Rahman berusaha

mengkaitkan antara Islam sebagai sebuah sistem kepercayaan dan Islam sebagai sebuah tradisi pengobatan manusia. Dengan menjelajahi teks-teks al-Qur‟an dan Hadits Nabi serta sejarah kaum Muslim. Ia mampu memperlihatkan bahwa perkembangan ilmu pengobatan dalam tradisi Islam digerakkan oleh motivasi etika agama dan keyakinan bahwa

(38)

BAB III

MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Modernisasi 1. Definisi Modernisasi

Menurut KBBI (1989:589), secara bahasa “modernisasi” berasal dari kata “modern” yang berarti: a). Terbaru, mutakhir, b). Sikap dan cara berfikir sesuai dengan perkembangan zaman.

Kemudian berimbuhan “sasi”, yakni “modernisasi”, sehingga memiliki makna suatu proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan perkembangan

zaman.

Menurut Sholihin (2008:48), Istilah “modern” berasal dari bahasa Latin “modo”, yang berarti yang kini (just now). Meskipun istilah ini sudah muncul pada akhir abad ke-5, yang digunakan untuk

membedakan keadaan orang Kristen dan orang Romawi dari masa pagan yang telah lewat, namun istilah ini kemudian lebih digunakan untuk menunjuk periode sejarah setelah Abad Pertengahan, yakni dari

tahun 1450 sampai sekarang ini.

Sedangkan menurut Nurcholis Madjid (1993:172) bahwa

modernisasi adalah proses perombakan pola berfikir dan tata kerja lama yang tidak aqliyah(rasional). Dalam hal ini Yusran (1996:1-2) mengungkapkan bahwa modernisasi bisa juga disebut reformasi yaitu

(39)

dapat pula dimaknai sebagai perbaikan. Dalam bahasa Arab sering diartikan dengan tajdid yaitu memperbaharui, dan pelakunya disebut

Mujaddid atau orang yang melakukan pembaharuan.

Sedangkan menurut Fazlur Rahman sebagaimana yang dikutip

oleh Yusril (1999:13), modernisasi adalah “usaha (dari tokoh-tokoh Muslim) untuk melakukan harmonisasi antara agama dan pengaruh modernisasi dan westernisasi yang berlangsung di dunia Islam.

Rahman lebih menonjolkan karakteristik modernisasi pada “keharusan ijtihad”, khususnya ijtihad dalam hal mu‟amalah (kemasyarakatan), dan penolakan terhadap sikap jumud (kebekuan berfikir) dan taqlid (mengikuti sesuatu tanpa pengertian).

Dengan demikian, modernisaasi adalah suatu usaha yang

dilakukan untuk mengubah cara berfikir, gerakan, adat-istiadat, institusi-institusi lama dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan dengan

tujuan agar semua itu menjadi lebih baik dan sesuai dengan tuntutan zaman yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan maupun teknologi modern, yang memiliki karakteristik pada kebebasan berpikir.

2. Ciri-Ciri Modernisasi

Samuel Huntingthon sebagaimana di kutip oleh Wahyu

(2009:52-53) mengungkapkan ada beberapa ciri pokok dari modernisasi, yaitu:

(40)

2. Modernisasi juga dapat dikatakan sebagai proses homogenisasi. Dalam hal ini dikatakan bahwa sesuai dengan perkembangan waktu

setiap manusia akan memiliki kemiripan satu dengan lain.

3. Modernisasi terkadang terwujud dalam bentuk aslinya yaitu

Eropanisasi atau Amerikanisasi. Ini terlihat dari sikap berlebihan yang selalu memuji keberhasilan dan segala sesuatu dari Eropa dan Amerika Serikat, sehingga timbul juga istilah bahwa modernisasi

sama dengan Barat.

4. Modernisasi dilihat sebagai proses yang tidak bergerak mundur.

Ketika sudah terjadi kontak antara negara Barat, negara Dunia Ketiga tidak akan mampu menolak upaya modernisasi.

5. Modernisasi merupakan perubahan progresif. Dalam jangka

panjang modernisasi dilihat sebagai sesuatu yang diperlukan dan diinginkan.

6. Modernisasi memerlukan waktu panjang. Modernisasi dilihat sebagai proses evalusioner dan bukan perubahan revolusioner sehingga diperlukan waktu sangat lama untuk sampai pada tahapan

akhir.

3. Syarat-syarat Modernisasi Secara Umum

Soerjono Soekanto (2008:275), mengemukakan ada beberapa syarat yang harus ada pada suatu modernisasi antara lain:

(41)

2) Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan bureaucracy.

3) Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu. Hal ini

memerlukan penelitian yang kontinu, agar data termaksud tidak tertinggal.

4) Penciptaan iklim yang baik dari masyarakat terhadap modernisasi

dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa. Hal ini harus dilakukan tahap demi tahap, karena banyak sangkut pautnya

dengan sistim kepercayaan masyarakat.

5) Tingkat organisasi yang tinggi, yang di satu fihak berarti disiplin, sedangkan di lain fihak berarti pengurangan kemerdekaan.

6) Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan dari perencanaan sosial(social planning). Apabila hal itu tidak dilakukan, maka

perencanaan akan terpengaruh oleh kekuatan-kekuatan dari kepentingan-kepentingan yang ingin merubah perencanaan tersebut demi kepentingan suatu golongan kecil dalam masyarakat.

4. Disorganisasi dalam Modernisasi

Disorganisasi merupakan proses berpudarnya atau melemahnya

norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat yang disebabkan oleh terjadinya suatu perubahan. Perwujudan dari disorganisasi tersebut adalah timbulnya persoalan-persoalan sosial. Persoalan sosial tersebut

(42)

norma-norma masyarakat. Proses modernisasi juga dapat menimbulkan persoalan-persoalan demikian: misalnya persoalan-persoalan yang

berhubungan erat dengan community organization, pembagian kerja, aktivitas untuk mengisi waktu-waktu senggang dan selanjutnya.

Pada awal modernisasi yang biasanya berupa industrialisasi problema unemployment merupakan persoalan yang harus diperhatian secara mendalam. Di satu lain inovasi di bidang teknologi juga

menimbulkan persoalan pengangguran di Negara-negara yang baru mulai dengan modernisasi, tetapi di lain fihak, di negara-negara yang

relatif telah maju teknologinya, persoalan social menyangkut pengisian waktu senggang. Aktivitas-aktivitas untuk mengisi waktu senggang yang biasanya berhubungan erat dengan upacara dan tradisi, menjadi

pudar dengan perkembangan teknologi tersebut. Sebenarnya masalah tersebut juga menimpa masyarakat-masyarakat yang baru menginjak

tahap pertama dan modernisasi.

Di sisi lain, selain ditemui disorganisasi dalam modernisasi, ada juga perlawanan terhadap transformasi sebagai akibat adanya

modernisasi. Keyakinan yang kuat terhadap kebenaran tradisi, sikap yang tidak toleran tehadap penyimpangan, pendidikan dan

perkembangan ilmiah yang tertinggal, itu merupakan beberapa faktor yang menghambat proses modernisasi. Pendidikan dan perkembangan ilmiah merupakan hal yang penting untuk mengimbangi

(43)

mencegah terjadinya ketertinggalan budaya atau sering disebut dengan

Cultural Lag”. Akan tetapi, suatu modernisasi yang terlalu cepat juga tidak baik, dengan demikian masyarakat tidak akan sempat untuk mengadakan reorganisasi (Soerjono, 1970:273-274).

B. Modernisasi Pendidikan Islam

1. Definisi Modernisasi Pendidikan Islam

Pendidikan Islam pada umumnya dipahami sebagai suatu

ciri khas, yaitu jenis pendidikan Islam yang berlatar belakang keagamaan. Bisa juga dikatakan bahwa pendidikan yang mampu

membentuk manusia yang lebih unggul dalam secara intelektual maupun unggul dalam berperilaku. Dengan demikian, cita-cita

pendidikan Islam itu mencetak “Insan Kamil”, yaitu manusia yang

sempurna dalam segala hal, sekalipun diyakini bahwa hanya Nabi Muhammadlah yang telah mencapai kesempurnaan (Syahminan,

2014:239).

Sedangkan menurut Omar Muhammad Toumy al-Syaibani mendefinisikan pendidikan Islam dengan:

Proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara

pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan sebagai profesi

(44)

Setelah diuraikan di awal tadi mengenai definisi modernisasi, apabila dikaitkan dengan pendidikan Islam dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa modernisasi pendidikan Islam merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memperbarui atau mengubah tingkah

laku,cara berfikir, faham-faham, adat-istiadat, institusi-institusi lama dan lain sebagainya. Proses memperbarui tersebut dilakukan guna membimbing manusia menuju lebih baik yang sesuai dengan ajaran

Islam, agar bisa hidup dalam perkembangan zaman.

Pemikiran Fazlur Rahman baik dibidang pendidikan

maupun dibidang lainnya dibangun atas dasar pemahamannya yang mendalam mengenai khazanah intelektual Islam di zaman klasik untuk ditemukan solusinya guna memecahkan berbagai masalah dalam

kehidupan modern. Hal ini misalnya dapat dilihat dari analisis yang diberikannya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pendidikan

Islam yang dilaksanakan mulai zaman Rasulullah SAW. Sampai dengan zaman Abbasiyah. Rahman mengatakan bahwa pendidikan pada zaman klasik menerapkan metode membaca dan menulis, tetapi

lazimnya adalah menghafal Al-Qur‟an dan Hadits. Namun, pada masa Abbasiyah, khalifah-khalifah tertentu seperti Harun Rasyid dan

Al-Ma‟mun menekankan adu pendapat diantara para pelajar mengenai

permasalahan logika, hukum, dan sebagainya (Abuddin, 2013:319). Melalui kajiannya terhadap berbagai literatur klasik Fazlur

(45)

pembaharuan pendidikan. Menurutnya, bahwa pembaharuan pendidikan Islam dapat dilakukan dengan cara menerima pendidikan

sekuler modern, kemudian berusaha memasukkan dengan konsep-konsep Islam. Upaya pembaharuan pendidikan Islam ini menurutnya

dapat ditempuh dengan cara. Pertama, membangkitkan ideologi umat Islam tentang pentingnya belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Kedua,berusaha mengikis dualisme sistem pendidikan

umat Islam. Pada satu sisi ada pendidikan tradisional (agama), dan pada sisi lain, ada pendidikan modern (sekuler). Karena itu, perlu

adanya upaya mengintegrasikan antara keduanya. Ketiga, menyadari betapa pentingnya bahasa dalam pendidikan dan sebagai alat untuk mengeluarkan pendapat-pendapat yang orisinil (Abuddin, 2013:319).

Fazlur Rahman memiliki pendapat mengenai pendidikan Islam. Menurutnya pendidikan Islam adalah proses untuk menciptakan

manusia integratif, yang dimana pada manusia tersebut terdapat sifat-sifat seperti sifat-sifat kritis, kreatif, dinamis, inovatif, progresif, adil, jujur, dan lain sebagainya. Untuk menghasilkan peserta didik yang dapat

memiliki sifat kritis perlu dikembangkan budaya berfikir kritis dalam proses pembelajaran (Abuddin, 2013:320).

Fazlur Rahman juga mengungkapkan tujuan dari pendidikan itu untuk mengembangkan manusia sedemikian rupa sehingga semua pengetahuan yang diperolehnya akan menjadi organ

(46)

untuk memanfaatkan sumber-sumber alam untuk kebaikan umat manusia dan untuk menciptakan keadilan, kemajuan, dan keteraturan

dunia (Sutrisno, 2006:171). Selain itu, Al-Qur‟an juga menyuruh manusia untuk mempelajari kejadian yang terjadi pada diri sendiri,

alam semesta dan sejarah umat manusia di muka bumi dengan cermat dan mendalam agar mendapat pengetahuannya dengan tepat, serta agar tidak mengikuti orang yang berbuat kerusakan. Dengan

demikian, tujuan utama pendidikan yaitu untuk menyelamatkan manusia dimulai dari diri sendiri oleh diri sendiri dan untuk diri

sendiri (Abuddin, 2013:321).

Fazlur Rahman memperkenalkan gagasan-gagasan atas modernisasi pendidikan Islam yang terbagi menjadi lima bidang yaitu

tujuan pendidikan, sistem pendidikan, anak didik, pendidik, dan sarana pendidikan. Kelima bidang tersebut menjadi titik pembahasan

yang diperhatikan oleh Rahman.

Tujuan pendidikan yang hanya berorientasi kepada kehidupan akhirat dan bersifat defensif. Untuk mengatasi problem ini

Rahman mengemukakan tiga hal yang harus dilakukan: 1) mengorientasikan tujuan pendidikan Islam kepada kehidupan akhirat

(47)

Selanjutnya sistem pendidikan yang mengalami masalah dikotomi telah melanda dunia pendidikan Islam. Menurut Rahman

untuk mengatasi dikotomi sistem pendidikan Islam ini dengan melalui pengintegrasian antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum, dengan

cara memasukkan ilmu-ilmu umum seperti: ilmu-ilmu sosial, ilmu sejarah, ilmu alam, dan ilmu-ilmu agama seperti: teologi, fiqh, tafsir, Hadits, ke dalam kurikulum pendidikan Islam.

Dengan adanya dikotomi pendidikan Islam telah menyebabkan rendahnya kualitas peserta didik. Untuk mengatasi

masalah tersebut Rahman mengemukakan ada empat usaha yang harus dilakukan: 1) memberikan pelajaran Al-Qur‟an, sehingga Al-Qur‟an tidak hanya sebagai sumber inspirasi moral akan tetapi sebagai

rujukan tertinggi dalam menyelesaikan masalah, 2) memberikan materi disiplin ilmu-ilmu Islam secara historis, kritis dan menyeluruh

(Muhaimin, 1999:125-126).

Dalam kaitannya dalam pelajaran Al-Qur‟an yang diberikan, Rahman menawarkan metode sistematisnya dalam

memahami dan menafsirkan Al-Qur‟an. Metode itu disebut dengan metode double movement, yaitu dari situasi sekarang ke masa

Al-Qur‟an diturunkan dan kembali lagi ke masa kini. Dalam metode tersebut peserta didik tidak hanya mendengarkan guru, tetapi juga dapat membaca, memahami, menganalisis, menulis, sampai pada

(48)

mampu menyelesaikan masalah (problem solving), dan diberi kebebasan untuk mengembangkan ilmunya atau bersikap lebih kreatif

(Lestari, 2010:34-35).

Tujuan dikembangkan daya kritis dan kreatif dalam

pendidikan Islam menurut Rahman seperti yang dikutip oleh Sutrisno (2006:185), untuk menghasilkan output yang kritis dan kreatif. Dengan kata lain, pendidikan Islam mampu mengembangkan anak

didik yang mempunyai sifat yang kritis dan kreatif. Anak didik yang memiliki sifat tersebut paling tidak mempunyai tiga ciri-ciri, yaitu:

1) Mempunyai pemikiran yang orisinil atau asli 2) Mempunyai keluwesan

3) Menunjukkan kelancaran proses berfikir.

Dengan ciri-ciri tersebut anak didik mampu menghasilkan sesuatu yang berbeda dengan yang lain.

Di sisi lain, konsep pendidikan Fazlur Rahman dengan metode double movement dijelaskan bahwa metode tersebut dapat:

1) Membawa problem-problem umat untuk mencari solusinya pada

al-Qur‟an

2) Memakai al-Qur‟an dalam konteksnya dan memproyeksikannya dapa situasi sekarang

(49)

ajaran al-Qur‟an. Kedua, prinsip umum ini harus dilakukan kembali kepada yang lebih spesifik dengan memperhitungkan kondisi sosial

yang ada sekarang, dengan demikian al-Qur‟an harus dipahami secara kontektekstual (Lestari, 2010:104).

Proses penafsiran yang ditawarkan Rahman dalam rumusan metodologi sistematisnya, terdiri atas gerakan ganda yaitu: dari situasi sekarang ke masa Al-Qur‟an dan dikembalikan lagi ke situasi masa kini (Taufik, 1990:196).

Contoh penerapan metode double movement Fazlur rahman

dalam masalahan pendidikan seperti yang dikutip oleh Sutrisno (2006:151-152):

Rahman dalam menetapkan metode double movement

melalui empat langkah, yaitu: langkah pertama adalah identifikasi terhadap pendidikan umat Islam ketika itu, langkah kedua adalah

menemukan problem pendidikan di Pakistan, langkah ketiga adalah mencari rujukan pada Al-Qur‟an dan Al-Hadits. Dan langkah terakhir adalah berusaha memberikan alternatif solusi atas permasalahan

tersebut berdasarkan rujukan Al-Qur‟an dan Al-Hadits.

Berdasarkan identifikasi terhadap pendidikan umat islam di

Pakistan yang dilakukan oleh Rahman ketika itu, ditemukan suatu problem yaitu masalah ideologis. Menurut Rahman, umat Islam ketika itu gagal mengaitkan pentingnya ilmu pengetahuan dan pendidikan

(50)

belajar, apalagi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Akibat lebih lanjut maka umat Islam tertinggal dalam hal ilmu pengetahuan,

bahkan tidak sedikit ditemukan umat Islam yang buta huruf. Setelah ditemukan permasalahannya, lalu dicarikan rujukannya pada

al-Qur‟an dan al-Hadits.

Rahman menyebutkan beberapa ayat dari awal surah

al-„Alaq yang memerintahkan umat Islam untuk membaca. Lalu, surah

Thaha ayat 114 yaitu ketika Allah memerintahkan Rasulullah untuk memohon tambahan ilmu pengetahuan, dan surah al-isra‟ ayat 36 Allah melarang umat Islam untuk mengikuti sesuatu yang tidak diketahui ilmunya. Rahman juga menyebutkan suatu Hadits yang menyuruh umat Islam untuk menuntut ilmu sampai ke negeri China.

Dengan ayat-ayat al-Qur‟an dan al-Hadits tersebut digunakan sebagai rujukan untuk mengingatkan umat Islam tentang pentingnya belajar

dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dengan cara demikian diharapkan problem umat Islam dapat teratasi.

Selain tujuan pendidikan, sistem pendidikan dan anak

didik, pendidik juga menjadi hal yang harus diperhatikan. Seorang pendidik seharusnya memiliki kualitas, kreatifitas, pemikiran yang

(51)

Sarana pendidikan juga hal penting dalam meningkatkan mutu sekolah. Seperti perpustakan, Rahman merekomendasikan

jumlah buku-buku yang ada di perpustakaan harus ditambah lagi, terutama buku yang berbahasa Arab dan buku berbahasa Inggris

(Muhaimin, 1999:127).

2. Faktor-Faktor yang Mendorong Adanya Modernisasi Pendidikan Islam Secara garis besar ada beberapa faktor yang mendorong

adanya Modernisasi Pendidikan Islam seperti yang diungkapkan oleh Suwito (2005:165), yaitu:

1) Faktor Internal, yaitu faktor kebutuhan pragmatis umat Islam yang sangat memerlukan satu sistem pendidikan Islam yang benar-benar bisa dijadikan rujukan dalam rangka mencetak manusia-manusia

muslim yang berkualitas, bertaqwa, dan beriman kepada Allah SWT.

2) Agama Islam sendiri melalui ayat suci Al-Qur‟an banyak menyuruh dan menganjurkan umat Islam untuk selalu berfikir dan bermetaforma: membaca dan menganalisis suatu hal yang baru dari

apa yang kita lihat.

3) Adanya kontak Islam dengan barat juga merupakan faktor

terpenting yang bisa kita lihat. Adanya kontak ini paling tidak telah menggugah dan membawa perubahan pragmatik umat Islam untuk belajar secara terus menerus kepada barat, sehingga ketertinggalan

(52)

Sedangkan faktor yang mendorong Fazlur Rahman melakukan modernisasi pendidikan Islam yaitu karena krisis

metodologi tampaknya sangat disadari oleh Rahman sebagai penyebab kemunduran pemikiran Islam, karena alternatif metodologi

dipandangnya sebagai titik pusat penyelesaian krisis intelektualisme Islam. Implikasi dari alternatif metodologis ini, menurutnya merupakan proyek besar umat Islam yang mengarah pada

pembaharuan pemikiran Islam. Proyek besar tersebut memerlukan waktu yang panjang juga memerlukan sarana penunjang, tiada lain

adalah sistem pendidikan Islam. Menurutnya sistem pendidikan harus terlebih dahulu dimodernisasi, membuatnya mampu menyokong produktivitas intelektual Islam dengan menaikkan standar-standar

intelektualnya. Kesadaran Rahman terhadap pendidikan mendorongnya terjun dalam kritisme sistem pendidikan.

Rahman juga mengkritik penyimpangan-penyimpangan pendidikan tradisional di Pakistan karena mereka mengabaikan ilmu pengetahuan modern, sehingga tidak leluasa berdialog dengan

orang-orang yang telah menerima pendidikan modern. Alumni pendidikan klasik memang berhasil melestarikan ilmu pengetahuan teologi klasik

dan mencetak imam-imam masjid, tetapi mereka kurang memperoleh informasi, sehingga kualitas pendidikan mereka kurang baik. Oleh karenanya, pendidikan semacam ini tidak akan mampu membantu

(53)

2006:126). Selain itu, upaya pembaharuan pendidikan Islam dilakukan oleh Fazlur Rahman karena berusaha untuk mengintegrasikan antara

pendidikan tradisional dan pendidikan modern, dengan demikian umat Islam senantiasa berijtihad dalam memecahkan suatu permasalah. Dan

tidak lagi menganggap bahwa pemahaman para ulama terdahulu merupakan hasil final yang mampu memecahkan masalah di masa sekarang bahkan masa yang akan datang (Abuddin, 2013:323).

3. Aspek yang diperbarui Menurut Fazlur Rahman

Krisis metodologi merupakan salah satu faktor penyebab

kemunduran pemikiran Islam. Pandangan Rahman mengenai alternatif metodologi sebagai titik penyelesaian problem intelektual Islam.Implikasi dari alternatif metodologis ini merupakan proyek

umat Islam mengarah pada pembaharuan pemikiran Islam.Rahman menyadari bahwa proyek tersebut selain memerlukan waktu yang

panjang juga memerlukan sarana penunjang. Sarana penunjang yang dimaksudkan Rahman adalah sistem pendidikan Islam. Aspek ini, menurut Rahman harus terlebih dahulu dimodernisasi, yakni

membuatnya mampu menyokong produktivitas intelektual Islam dengan cara menaikkan standar-standar intelektualnya (Rahman,

1982:134)

Modernisasi al-Azhar, sebagai sampel lembaga pendidikan ilmu-ilmu keislaman, sekalipun telah diupayakan semenjak abad

(54)

dirasakan dalam lapangan reorganisasi, sistem ujian dan pengenalan pokok-pokok kajian baru, dan tidak dalam kandungan ilmu-ilmu Islam

seperti teologi dan filsafat. Rahman menilai bahwa pendidikan yang diberikan di al-Azhar tidak bisa melahirkan mujtahid-mujtahid besar,

yakni orang-orang yang mempunyai kemampuan dan kehendak melakukan pemikiran baru dalam berbagai aspek pemikiran sebagai

“truisme” (Muhaimin, 1999:23).

Fazlur Rahman memberikan beberapa gagasan atas modernisasi pendidikan Islam yaitu:

Pertama, Tujuan pendidikan, tujuan pendidikan yang

dikemukakan oleh Rahman yaitu yang berorientasi pada kehidupan dunia dan akhirat serta bersumber pada Al-Qur‟an. Dengan demikian manusia mampu mengembangkan kemampuannya sedemikian rupa sehingga ilmu pengetahuan yang diperoleh akan menyatu pada

kemampuan kreatifitasnya.

Kedua, sistem pendidikan, Rahman mengemukakan bahwa

solusi dikotomi sistem pendidikan Islam dilakukan dengan cara

mengintegrasikan antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum. Dengan begitu, manusia tidak hanya pandai dalam ilmu agama namun

(55)

Ketiga, anak didik, menurut Rahman anak didik harus

diberikan pelajaran Al-Qur‟an melalui metode-metode yang memungkinkan. Sebab kitab suci Al-Qur‟an tidak hanya sebagai sumber inspirasi moral tetapi digunakan sebagai rujukan tertinggi

dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Keempat, pendidik, di era modern ini diperlukan pendidik yang

berkualitas dan professional serta memiliki pemikiran yang kreatif dan

terpadu yang mampu menafsirkan hal-hal yang lama dalam bahasa yang baru sesuai dengan perkembangan zaman.

Kelima, sarana pendidikan, menurut Rahman sarana

pendidikan yang lebih diperhatikan yaitu mengenai perpustakaan. Rahman mengusulkan agar perpustakaan dilengkapi dengan

(56)

BAB IV

PEMIKIRAN FAZLUR RAHMAN TENTANG MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM

A. Definisi Modernisasi Pendidikan Islam Menurut Fazlur Rahman 1. Modernisasi Pendidikan Islam Menurut Fazlur Rahman

Menurut Fazlur Rahman, modernisasi adalah “usaha (dari

tokoh-tokoh Muslim) untuk melakukan harmonisasi antara agama dan

pengaruh modernisasi dan westernisasi yang berlangsung di dunia Islam. Rahman lebih menonjolkan karakteristik modernisasi pada

“keharusan ijtihad”, khususnya ijtihad dalam hal mu‟amalah (kemasyarakatan), dan penolakan terhadap sikap jumud (kebekuan berfikir) dan taqlid (mengikuti sesuatu tanpa pengertian) (Yusril,

1999:13).

Sedangkan pendidikan Islam seperti dikemukakan oleh Fazlur

Rahman dalam bukunya Sutrisno (2006:170), bukan sekedar peralatan serta perlengkapan fisik pengajaran seperti buku-buku atau struktur eksternal pendidikan,, melainkan sebagai intelektualisme Islam,

karena menurut Rahman hal tersebut merupakan esensi pendidikan tinggi Islam. Dan juga merupakan pertumbuhan pemikiran Islam yang

(57)

Pendidikan Islam mencakup dua pengertian, yaitu: 1) Pengertian Pendidikan Islam dalam Pengertian Praktis

Pendidikan Islam adalah Pendidikan yang dilaksanakan di Negara Islam seperti di Pakistan, Mesir, Sudan, Saudi, Iran, Turki,

Maroko, dan lain sebagainya, dimulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Sedangkan untuk konteks Negara Indonesia, Pendidikan Islam meliputi di pesantren, di madrasah (mulai dari

Ibtidaiyah sampai dengan Aliyah), dan perguruan tinggi Islam. Tidak hanya itu, di sekolah umum juga terdapat Pendidikan Islam,

seperti di sekolah dasar hingga sekolah menengah atas dan perguruan tinggi umum.

2) Pendidikan Tinggi Islam (Intelektualisme Islam)

Rahman mengemukakan Pendidikan Islam dipahami sebagai proses untuk menghasilkan ilmuwan integratif yang

didalamnya terdapat sifat-sifat kreatif, dinamis, inovatif, progresif, adil, jujur, dan sebagainya. Dengan terciptanya ilmuwan yang mempunyai sifat-sifat tersebut, diharapkan mampu memberikan

alternatif solusi terhadap problem-problem yang dihadapi oleh umat manusia di dunia.

2. Dasar Pemikiran Pendidikan menurut Fazlur Rahman

Semua pemikiran Fazlur Rahman baik dalam bidang pendidikan maupunyang lainnya dibangun atas dasar pemahamannya

(58)

guna memecahkan berbagai masalah kehidupan modern. Hal ini misalnya dapat dilihat dari analisis yang diberikannya terhadap

pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam yang dilaksanakan mulai Rasulullah Saw sampai zaman Abbasiyah (Abuddin, 2013:319).

Upaya pembaharuan pendidikan Islam menurut Fazlur Rahman sebagaimana dikutip oleh Abudin Nata (2013:320), dapat ditempuh dengan cara:

a. Membangkitkan ideologi umat Islam tentang pentingnya belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

b. Berusaha mengikis dualism sistem pendidikan umat Islam. Pada satu sisi terdapat pendidikan tradisional (agama) dan sisi lain pendidikan modern (sekuler). Karena itu perlu ada upaya

mengintegrasikan antara keduanya.

c. Menyadari betapa pentingnya bahasa dalam pendidikan dan sebagai

alat untuk mengeluarkan pendapat-pendapat yang orisinil.

d. Pembaruan di bidang metode pendidikan Islam, yaitu beralih dari metode mengulang-ulang dan menghafal pelajaran ke metode

memahami dan menganalisis.

3. Tujuan Pendidikan menurut Fazlur Rahman

Dengan berdasarkan pada Al-Qur‟an, Fazlur Rahman mengatakan sebagaimana dikutip oleh Sutrisno (2006:171), bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan manusia menjadi

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis statistik inferensial menggunakan analisis regresi berganda, maka hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara variabel

Kebudayaan Kota Batam melakukan upaya massif dan berkesinambungan dalam kegiatan sosialisasi dan promosi destinasi wisata pada masyarakat agar terciptanya

Hal ini dibuktikan dari tingkat depresi pada subjek 1 dan 2 pada saat baseline kedua lebih rendah daripada tingkat depresi pada saat baseline awal, sehingga membuktikan bahwa

pembagian harta warisan baik anak laki-laki ataupun perempuan memiliki porsi yang sama.. Pembagian yang sama tersebut terjadi karena dengan alasan menghindari adanya

3.3 Menganalisis posisi dan peran Indonesia dalam kerja sama di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi, dan pendidikan dalam lingkup ASEAN. 4.3 Menyajikan hasil

Saya telah membaca surat permohonan dan mendapatkan penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan oleh Saudara Thoyibah Nur Khayati Mahasiswa SI

Adapun tujuan dari dilakukannya pengembangan metode work sampling ini adalah agar dihasilkan suatu metode baru yang lebih baik dan dapat diterapkan secara luas sebagai sebuah

Dalam penelitian ini menggunakan metode Forward Selection untuk menentukan model hubungan kepadatan penduduk Kota Blitar dan faktornya.Data sekunder yang digunakan adalah