• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU DALAM PERSPEKIF Q.S. AN-NAHL AYAT 43-44 (Studi Kasus Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung Tahun 2018) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN GURU DALAM PERSPEKIF Q.S. AN-NAHL AYAT 43-44 (Studi Kasus Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung Tahun 2018) - Test Repository"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN GURU DALAM PERSPEKIF

Q.S. AN-NAHL AYAT 43-44

(Studi Kasus Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung

Tahun 2018)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh:

NURUL FADILLAH

NIM : 111-14-330

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN SALATIGA)

(2)
(3)

iii

PERAN GURU DALAM PERSPEKIF

Q.S. AN-NAHL AYAT 43-44

(Studi Kasus Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung

Tahun 2018)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh:

NURUL FADILLAH

NIM : 111-14-330

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN SALATIGA)

(4)

iv Dra. Ulfah Susilawati, M.SI.

Dosen IAIN Salatiga Persetujuan Pembimbing

Lamp : 4 eksemplar Hal : Naskah Skripsi Saudara : Nurul Fadillah

Kepada:

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah saudara :

Nama : Nurul Fadillah NIM : 111-14-330

Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/ Pendidikan Agama Islam Judul : IMPLEMENTASI PERAN PENDIDIK MENURUT

Q.S. AN-NAHL AYAT 43-44 (Studi Kasus Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung Tahun Ajaran 2017/2018)

Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut diatas supaya segera dimunaqosyahkan.

Demikian agar menjadi perhatian.

(5)

v

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jalan Lingkar Selatan Km 02, Kel.Pulutan, Sidorejo, Salatiga 50716

Website: http://www.tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

PERAN GURU DALAM PERSPEKTIF Q.S. AN-NAHL AYAT 43-44

(Studi Kasus Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung Tahun 2018) Disusun oleh:

NURUL FADILLAH NIM : 111-14-330

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN

KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurul Fadillah

NIM : 111-14-330

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

(7)

vii MOTTO

َمُهْ نَع ُللها َيِضَر َرَمُع ِنْب ِللهاِدْبَع ْنَع

َمَّلَسَو ِهْيَلَع للها ىَّلَص ِّيِبَّنلا نَعا

ِنْي َدِلاوْلا ُطَخَس ىِف للها ُطَخَسَو ِنْي َدِلاَوْلا ىَضِر ىِف ُللها ىَضِر

“Keridhoan Allah itu terletak pada keridhaan orang tua. Dan murka Allah itu,

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayah dan ibundaku tersayang, Seno dan Siti Chofifah yang selalu membimbingku, memberi dukungan moril dan material, memberikan doa, kasih sayang, dan motivasi dalam kehidupanku.

2. Adik kandungku, Ainum Sefi Kurnia dan seluruh keluargaku yang aku sayangi.

3. Teman-teman, saudara dan adik-adikku yang selalu memberikan motivasi kepadaku dan membantu menyeleseikan skripsi ini.

4. Seluruh keluarga besar MTs Negeri 2 Temanggung

5. Sahabat-sahabat seperjuanganku angkatan 2014 khususnya jurusan PAI.

6. Keluargaku di Salatiga, FORMATAS (Forum Mahasiswa Temanggung di Salatiga)

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Puji syukur kehadirat alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah Swt yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyeleseikan tugas skripsi ini dengan judul PERAN GURU Dalam Perspektif Q.S. An-Nahl Ayat 43-44 (Studi Kasus Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung Tahun 2018), sebagai salah satu syarat kelulusan mendapat gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam. Tidak lupa shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya. Semoga sebagai orang

Islam, kita semua mendapatkan syafa’atnya di yaumul qiyamah nanti.

Amin.

Penulisan Skripsi ini tidak akan terseleseikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyeleseikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Rektor IAIN Salatiga, Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

2. Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga, Ibu Siti Rukhayati, M.Ag.

(10)

x

4. Bapak Rasimin, M.Pd. selaku pembimbing akademik yang telah membimbing selama proses perkuliahan.

5. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.

6. Teman-teman dan adik-adikku semua, Astri, Istirokhah, Atik, Nonik,Fadil, Eka Lisa Septiyana, Desti Dwi Cahyani, Wibi, Della, Izza, Isti, Magdalena dan lainnya yang selalu memberikan motivasi dan membantu saya.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR...i

HALAMAN BERLOGO...ii

HALAMAN SAMPUL DALAM...iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING...iv

PENGESAHAN KELULUSAN...v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...vi

MOTTO...vii

PERSEMBAHAN...viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI...xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

PEDOMAN TRANSLITERASI...xvi

ABSTRAKSI...xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Fokus Penelitian...4

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Manfaat Penelitian...5

E. Bangunan Teori...6

F. Penegasan Istilah...7

G. Sistematika Penulisan...8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pendidik...10

2. Peran Pendidik a. Pengertian Peran...26

(12)

xii

3. Guru PAI...33

B. Kajian Pustaka (Kajian Penelitian Terdahulu)...34

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan...39

B. Kehadiran Penelitian...39

C. Lokasi dan Waktu Penelitian...40

D. Teknik Pengambilan Subjek Penelitian...40

E. Sumber Data...41

F. Teknik Pengumpulan Data...41

G. Teknik Analisis Data...43

H. Teknik Keabsahan Data...44

I. Tahap-tahap Penelitian...45

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. PAPARAN DATA 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian...46

2. Pembahasan Q.S. An-Nahl Ayat 43-44 a. Redaksi Ayat dan Terjemahan...68

b. Makna Mufrodat...69

c. Munasabah...69

d. Asbab Al-Nuzul...71

e. Penjelasan Q.S. An-Nahl Ayat 43-44 1. Tafsir Al-Azhar...71

2. Tafsir Jalalain...74

(13)

xiii

3. Penyajian Data Berdasarkan Hasil Penelitian...85 B. ANALISIS DATA

1. Analisis Peran Guru Menurut Q.S. An-Nahl Ayat 43-44...94 2. Analisis Implementasi Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung

dalam Mendidik Menurut Q.S. An-Nahl Ayat 43-44...97

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...100 B. Saran...101

(14)

xiv

DAFTAR TABEL 1. Tabel 4.1 Identitas MTs Negeri 2 Temanggung

2. Tabel 4.2 Struktur Organisasi MTs Negeri 2 Temanggung 3. Tabel 4.3 Jenjang Staf dan Guru MTs Negeri 2 Temanggung 4. Tabel 4.4 Daftar Kelulusan MTs Negeri 2 Temanggung 5. Tabel 4.5 Poin Pelanggaran Tata Tertib Klasifikasi A 6. Tabel 4.6 Poin Pelanggaran Tata Tertib Klasifikasi B 7. Tabel 4.7 Poin Pelanggaran Tata Tertib Klasifikasi C 8. Tabel 4.8 Poin Penghargaan Siswa Klasifikasi A 9. Tabel 4.9 Poin Penghargaan Siswa Klasifikasi B

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN 1. Pedoman Wawancara

2. Lembar Observasi 3. Kode Penelitian 4. Transkip Wawancara 5. Hasil Observasi 6. Dokumentasi

7. Surat Penunjukan Pembimbing 8. Surat Permohonan Izin Penelitian 9. Surat Keterangan Bukti Penelitian 10.Lembar Konsultasi Skripsi

(16)

xvi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN Berdasarkam Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.

Huruf Arab

Nama Huruf Latin Keterangan

ا

alif Tidak dilambangkan Tidak di lambangkan

ب

Ba’ b be

ت

Ta’ t te

ث

Sa’ ś Es (dengan titik di atas)

ج

jim j Je

ح

Ha’ ḥ Ha(dengan titik di bawah)

خ

Kha’ kh Ka dan ha

د

dal d de

ذ

żal ż Zet (dengan titik di atas)

ر

Ra’ r er

ز

zal z zet

س

sin s Es

ش

syin sy Es dan ye

ص

şād ş Es (dengan titik di bawah)

ض

ḍaḍ ḍ De (dengan titik di bawah)

ط

Ța’ ṭ Te (dengan titik di bawah)

ظ

ż ẓ Zet (dengan titik di

bawah)

ع

‘ain ‘ Koma terbalik di atas

غ

gain g ge

ف

Fa’ f ef

ق

qāf q qi

ك

kāf k ka

(17)

xvii

م

mim m em

ن

Nun n en

و

wawu w we

Ha’ h ha

ء

hamzah , apostrof

ي

Ya’ y ye

Konsonan angkap karena syaddah di tulis rangkap

ةّدع

Di tulis ‘iddah

Ta’ Marbuttah

1. Bila di matikan di tulis h

ةبه Di tulis hibah

ةي زج Di tulis jizyah

(ketentuan ini tidak di berlakukan terhadap kata – kata arab yang sudah teresap kedalam bahas indonesia, seperti shalat, zakat dan sebagainya,kecuali di kendaki lafal aslinya).

Bila di mikuti dengan kata “al” serta bacaan kedua itu terpisah,maka di tuli dengan h.

(18)

xviii Vokal Pendek

kasrah ditulis a

fathah ditulis i

dammah ditulis u

Vokal Panjang

fatḥah+alif ditulis ā

ةيلﻫاج

ditulis jāhiliyyah

fatḥah+ya’ mati ditulis ā

ىعسي

ditulis yas` ā

Kasrah+ ya’ mati ditulis ī

يمرك

ditulis karīm

ḍammah+wawu mati ditulis ū

ضورف

ditulis furūḍ

Vokal Rangkap

fatḥah+ya’ mati ditulis Ai

مكنيب

ditulis bainakum

fatḥah+wawu mati ditulis Au

(19)

xix

ABSTRAK

Fadillah, Nurul. 2018. Peran Guru dalam Perspekif Q.S. An-Nahl Ayat 43-44 (Studi Kasus Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung Tahun

2018). Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Ulfah Susilawati, M.SI.

Kata Kunci: Peran Guru, Q.S. An-Nahl ayat 43-44, Guru PAI

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Guru menurut Q.S. An-Nahl ayat 43-44 dan mengetahui implementasi Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung dalam mendidik

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggabungkan

library research dan field research. Untuk menjawab rumusan masalah

pertama menggunakan kaidah tafsir ijmalli dan untuk menjawab rumusan masalah kedua dengan analisis kualitatif.

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam lingkup pendidikan ada beberapa komponen yang sangat penting, salah satunya adalah pendidik. Pendidik merupakan orang yang melakukan peran mendidik. Pendidik secara formal merupakan mata rantai yang tidak bisa dipisahkan dalam rentetan proses pendikan, yang dimulai dari orang tua, sekolah, dan masyarakat. Pendidik mempunyai peran yang sangat vital dalam mengarahkan perkembangan anak. Sesuai dengan teori tabularasa yang dikemukakan oleh John. Locke. bahwa anak lahir diumpamakan sebagai kertas yang putih bersih, mau jadi apa kertas itu tergantung kepada yang menulisi. Jadi, akan dijadikan apa anak itu tergantung dari pendidiknya (Barnadib, 1976: 65).

(21)

2

Madrasah Tsanawiyah (MTs) menjadi alternatif bagi orang tua dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dan pembinaan akhlak anak. Sebagai contohnya adalah MTs Negeri 2 Temanggung. Madrasah ini, walaupun terletak di desa dan diapit oleh dua sekolah negeri terdekat yaitu SMP Negeri 1 Kedu dan SMP Negeri 3 Kedu, tetapi tetap memiliki daya tarik tersendiri di kalangan masyarakat. Terbukti dengan banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya di MTs Negeri 2 Temanggung ini. Selain itu, karena MTs Negeri 2 Temanggung telah banyak mengukir jiwa raga peneliti, dan banyak ilmu yang peneliti dapat disana, maka sebagai rasa kepemilikan peneliti, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di Sekolah ini.

Di lingkungan madrasah, yang menjadi sorotan paling utama adalah Guru PAI. Guru PAI tidak hanya berkewajiban menyampaikan ajaran yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadis, tetapi juga berperan penting dalam membimbing anak agar mempunyai sifat dan perilaku yang Islami. Tanggung jawabnya tidak hanya kepada sesama manusia, tetapi juga di hadapan Allah SWT. Sehingga harus benar-benar memahami peran yang harus dilakukannya.

(22)

3

kisah. Surah ini dinamakan An-Nahl yang berarti lebah, karena di dalamnya terdapat firman Allah yaitu pada ayat 68 yang artinya: “Dan

Tuhanmu mewahyukan kepada lebah”. Lebah adalah makhluk Allah yang

banyak memberi manfaat dan kenikmatan kepada manusia. Ada persamaan antara madu yang dihasilkan oleh lebah dengan al-Qur’an al

-Karīm. Madu berasal dari bermacam-macam sari bunga dan bisa menjadi

(23)

4

Pada kenyataan yang peneliti lihat, ada sebagian guru yang dalam melaksanakan tugas, lebih fokus pada tugas mengajar saja. Mereka kurang memantau perkembangan anak didik. Padahal tanggung jawab seorang guru tidak hanya tanggung jawab pengetahuan, tetapi yang lebih penting adalah tanggung jawab moral, etika, akhlak dan kepribadian anak didik. Terkait dengan keempat hal tersebut, tidak akan terbentuk dengan baik jika seorang guru hanya mentransfer nilai-nilainya saja tanpa ada usaha mendidik, membina, dan membimbing anak.

Untuk dapat menjalankan perannya dengan baik, seorang guru harus mampu memahami fungsi/peran guru serta kesesuaian berupa tindakan yang harus dilakukannya. Sehingga dalam hal ini, peneliti ingin mengkaji tentang peran pendidik (guru) diambil dari analisis tafsir ayat

Al-Qur’an. Sebagai implementasi dari peran pendidik, maka peneliti juga

melakukan studi kasus pada Guru PAI di suatu instansi. Penelitian ini dilaporkan dengan mengangkat judul “PERAN GURU DALAM PERSPEKTIF Q.S. AN-NAHL AYAT 43-44 (Studi Kasus Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung Tahun 2018)”.

B. Fokus Penelitian

Dari latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran guru dalam perspektif Q.S.An-Nahl ayat 43-44? 2. Bagaimana implementasi Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung dalam

(24)

5 C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran guru berdasarkan Q.S. An-Nahl ayat 43-44. 2. Untuk mengetahui implementasi Guru PAI MTs Negeri 2

Temanggung dalam mendidik menurut Q.S. An-Nahl ayat 43-44 D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuwan tentang tafsir ayat pendidikan mengenai peran pendidik (guru). b. Memberikan kontribusi ilmiah bagi kalangan akademis yang akan

mengadakan penelian berikutnya maupun mengadakan riset baru tentang tugas/peran pendidik menurut al-Qur’an berdasarkan kajian tafsir.

2. Secara Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang implementasi peran pendidik menurut al-Qur’an, yang dapat diaplikasikan oleh guru.

(25)

6 E. Bangunan Teori

Dalam mengupas materi penelitian, peneliti menggunakan teori yang dikemukakan oleh Zakiyah Daradjat. Zakiyah Daradjat mengistilahkan bahwa didalam fungsi/peranan seorang pendidik terkandung tugas-tugas seorang guru. Antara fungsi dan tugas sama-sama mengandung sebuah kewajiban atau tanggung jawab. Sehingga teori mengenai fungsi atau tugas pendidik itulah yang dimaksud dengan peran pendidik. Menurut Zakiyah Daradjat (2014: 232) fungsi atau tugas guru meliputi:

1. Tugas pengajaran atau guru sebagai pengajar

Sebagai pengajar, guru bertugas membina perkembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan.

2. Tugas bimbingan atau guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan.

(26)

7 3. Tugas administrasi

Guru bertugas pula sebagai tugas administrasi, bukan berarti sebagai pegawai kantor. Melainkan sebagai pengelola kelas atau pengelola (manajer) interaksi belajar mengajar.

F. Penegasan Istilah 1. Peran Pendidik

Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya (Soekanto, 2002: 243). Sedangkan pendidik adalah orang yang bertanggung jawab memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai kedewasaannya, maupun melaksanakan tugasnya sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk Allah, sebagai khalifah di bumi, dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri (Uhbayati, 1997: 7). Di rumah yang berperan sebagai pendidik adalah orang tua, di sekolah adalah guru, dan di lingkungan masyarakat adalah organisasi masyarakat (ormas) dan para tokoh masyarakat (Izzan dan Saehuddin, 2012: 133).

(27)

8 2. Guru PAI

Menurut Ahmad D. Marimba (1998: 98) pendidik islam atau guru agama adalah orang yang bertanggung jawab mengarahkan dan membimbing anak didik berdasarkan hukum-hukum agama islam. Sedangkan Guru PAI adalah guru yang mengajar mata pelajaran Akidah Akhlak, Al-Qur’an Hadis, Fiqih atau Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah (Wahab, 2011: 63).

G. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan

Dalam Bab ini penulis mengemukakan tentang Latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.

Bab II : Kajian Pustaka

Dalam penelitian ini dikemukakan kajian teori yang meliputi: pengertian pendidik, sifat pendidik, syarat pendidik, kompetensi pendidik, kode etik pendidik, peran pendidik, serta pengertian Guru PAI.. Selain itu, juga akan dikemukakan kajian pustaka terkait dengan kajian penelitian terdahulu.

Bab III : Metode Penelitian

(28)

9

pengambilan subjek penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian. Bab IV: Paparan dan Analisis Data

Hal-hal yang akan dibahas dalam bab ini adalah paparan data dan analisis data. Peneliti akan memaparkan data tentang gambaran umum tempat penelitian (MTs Negeri 2 Temanggung), pembahasan Q.S. An-Nahl ayat 43-44 dan penyajian berdasarkan hasil penelitian. Adapun dalam analisis data, peneliti akan memaparkan tentang analisis peran pendidik menurut Q.S. An-Nahl ayat 43-44 serta analisis hasil penelitian.

Bab VI : Penutup

(29)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Pendidik

a. Pengertian Pendidik

Munculnya kata pendidik tidak terlepas dari kata

“pendidikan”. Umumnya, kata pendidikan dibedakan dari kata

pengajaran, sehingga muncul kata “pendidik” dan “pengajar”.

Muh. Said sebagaimana dikutip dalam bukunya Musbikin (2010: 56) pandangan semacam itu dipengaruhi oleh kebiasaan berpikir orang barat, khususnya orang Belanda, yang membedakan kata onderwijs (pengajaran) dengan kata

opveoding (pendidikan).

Hakikat pendidik dalam islam adalah orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi anak didik, baik efektif, kognitif, maupun psikomotorik. Menurut Ahmad Tafsir (2004: 74) definisi pendidik dalam pandangan islam adalah orang yang mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik psikomotor, kognitif, maupun potensi afektif.

(30)

11

perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai kedewasaannya, maupun melaksanakan tugasnya sebagai makhluk sosial, dan sebagai makhluk Allah sebagai khalifah dibumi, dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.

Pendidik menurut Arifin (2000: 143) adalah manusia hamba Allah yang bercita-cita islami yang telah matang secara rohani dan jasmani, dan memahami perkembangan dan pertumbuhan manusia didik bagi kehidupan masa depan. Ia tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan yang diperlukan manusia didik, melainkan juga mentransformasikan tata nilai islam ke dalam pribadi mereka sehingga mapan dan menyatu, serta sebagai pelajar mampu mewarnai perilaku mereka sebagai pribadi yang bernafaskan islam. Dirumah yang berperan sebagai pendidik adalah orang tua, di sekolah adalah guru, dan di lingkungan masyarakat adalah organisasi masyarakat (ormas) dan para tokoh masyarakat (Izzan dan Saehudin, 2012: 133).

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab XI pasal 39 poin 3 dijelaskan:

(31)

12

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Bab I pasal 1 pengertian guru adalah sebagai berikut:

“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah” (Departemen Agama RI, 2006: 2).

Secara legal formal, yang dimaksud dengan guru adalah seseorang yang memperoleh Surat Keputusan (SK), baik dari pemerintah atau swasta, untuk melaksanakan tugasnya, dan karena itu memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di lembaga pendidikan sekolah (Suparlan, 2006 : 11).

Sedangkan guru dalam konteks Islam disebut dengan

”murabbi”, “mu’alim” dan “mu’addib” (Ramayulis, 2002: 56).

Uraian istilah tersebut menurut Marno (2010: 15) yaitu:

1) Murabbi

Murabbi lebih menekankan pengembangan dan

pemeliharaan baik dalam aspek jasmaniyah maupun ruhaniyah

2) Mu’alim

Mu’allim lebih menekankan guru sebagai pengajar dan

(32)

13

3) Mu’addib

Mu’addib lebih menekankan pendidik sebagai pembina

moralitas dan akhlak peserta didik dengan keteladanan. Peran sebagai Mu’addib menjadi tanggung jawab yang besar, karena apa yang harus dilakukan guru tidak hanya sebatas memahamkan mengenai pendidikan akhlak, namun juga mendidik peserta didik agar mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (Kuswanto, 2014: 198).

Jadi yang bisa dikatakan pendidik tidak hanya guru. Namun pendidik yang lebih bertanggungjawab terhadap perkembangan kognitif, afektif, psikomotorik anak di lingkup sekolah adalah guru. Dalam Islam sebutan guru sering disebut dengan istilah murabbi, mu’alim, muadib, uztad/uztadzah, dsb. b. Syarat Pendidik

Dalam pendidikan islam, syarat secara umum untuk menjadi guru yang baik dan dapat bertanggung jawab terhadap apa yang dibebankan kepadanya adalah sebagai berikut :

1) Takwa kepada Allah sebagai syarat menjadi guru

(33)

14

guru mampu member teladan baik kepada murid-muridnya, sejauh itu pulalah diperkirakan ia akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang berakhlak baik dan mulia.

2) Berilmu sebagai syarat untuk menjadi guru

Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan. Guru pun harus mempunyai ijazah supaya ia dibolehkan mengajar, kecuali dalam keadaan terpaksa dan sementara.

3) Sehat jasmani sebagai syarat menjadi guru

Kita menganal ucapan “mens sana in corpora

sano”, yang artinya: dalam tubuh yang sehat terkandung

jiwa yang sehat. Walaupun pepatah itu tidak benar secara menyeluruh, akan tetapi bahwa kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat bekerja.

4) Berkelakuan baik sebagai syarat menjadi guru

(34)

15

dimaksud dengan akhlak baik dlam pendidikan islam ialah akhlak yang sesuai dengan ajaran islam, seperti yang dicontohkan oleh pendidik utama kita, Muhammad

shallallahu ‘alaihi wassalam. Diantara akhlak guru tersebut

ialah:

a) Mencintai jabatannya sebagai guru

Tidak semua orang menjadi guru karena “panggilan

jiwa”. Diantara mereka ada yang menjadi guru karena

keadaan ekonomi, dorongan teman atau orang tua, dan sebagainya. Dalam keadaan bagaimanapun seorang guru harus berusaha mencintai pekerjaannya. Dan pada umumnya kecintaan terhadap pekerjaan guru akan bertambah besar apabila dihayati benar-benar keindahan dan kemuliaan tugas itu. Yang paling baik ialah apabila seseorang menjadi guru karena didorong oleh panggilan jiwanya.

b) Bersikap adil

c) Berlaku sabar dan tenang d) Guru harus berwibawa e) Guru harus gembira

(35)

16

h) Bekerja sama dengan masyarakat (Sudiyono, 2006: 126-128).

Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2001: 118) guru professional harus memiliki persyaratan, yang meliputi:

1) Memiliki bakat sebagai guru 2) Memiliki keahlian sebagai guru

3) Memilki keahlian yang baik dan terintegrasi 4) Memilki mental yang sehat

5) Memilki pengalaman dan pengetahuan yang luas 6) Guru adalah manusia berjiwa pancasila

7) Guru adalah seorang warga Negara yang baik. c. Sifat Pendidik

Atiyyah Al-Abrasyi (1970: 139-140) mengemukakan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai berikut:

1) Zuhud

Seorang guru haruslah seorang yang zuhud. Ia mengajar haruslah semata-mata mencari keridlaan Allah, bukan karena mencari upah, gaji atau balas jasa, namun bukan berarti guru tidak boleh menerima upah atau gaji.

2) Bersih lahir dan batin

(36)

17

dengki, permusuhan, perselisihan. Guru juga harus terhindar dari dosa besar.

3) Ikhlas dalam pekerjaan

Keikhasan dan kejujuran seorang guru adaah jalan terbaik ke arah suksesnya tugas guru dan suksesnya anak didik. Saah satu tanda keikhlasan guru adaah tidak mau mengaku tidak tahu apabila memang dia tidak tahu terhadap suatu ilmu. Dia akan senantiasa belajar meski itu dari muridnya sendiri. 4) Pemaaf

Seorang guru yang baik harus bersifat pemaaf sebagaimana diperintahkan oleh Allah kepada rasul yang merupakan guru bagi manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Ali Imran/3: 159.

lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nya” (Departemen Agama RI, 2006:

(37)

18

5) Harus merupakan seorang bapak dari anak didiknya

Seorang guru harus mencintai anak didiknya seperti mencintai anak kandungnya sendiri. Dengan cinta kasihnya seorang guru akan senantiasa ada di hati anak didiknya, sehingga mereka akan senang bila belajar bersamanya. 6) Harus mengetahui tabiat anak didiknya

Seorang guru harus mengetahui tabiat, pembawaan, adat kebiasaan anak didiknya agar dia tepat daam menggunakan startegi dan pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran. 7) Harus menguasai mata pelajaran.

Penguasaan terhadap mata pelajaran merupakan sebuah keniscayaan terlebih dengan ditetapkann kompetensi professional bagi seorang guru.

d. Kode Etik Profesi

(38)

19

Kode Etik Guru Indonesia dirumuskan oleh Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sebagai berikut:

KODE ETIK GURU INDONESIA

Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan Negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada UUD 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu guru Indonesia terpanggil untuk menuaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai berikut:

1) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

2) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional. 3) Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik

sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

4) Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.

5) Guru memlihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.

(39)

20

7) Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.

8) Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI, sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.

9) Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan (Suparlan, 2006: 62-63).

e. Kompetensi Pendidik

Seorang pendidik yang bertanggung jawab, tentunya harus memiliki kompetensi-kompetensi tertentu, yang memungkinkan kewajibannya terlaksana secara baik. Kompetensi secara sederhana berarti kemampuan atau kecakapan (Mahmud, 2011: 132). Mengutip dari pendapat Barlow, Muhibbin Syah (1995: 230) memberikan pengertian kompetensi guru sebagai kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.

(40)

21

1) Kompetensi personal religius

Aspek personal menyangkut pribadi dari guru itu sendiri. Kompetensi personal religius merupakan kemampuan dasar menyangkut kepribadian agamis, artinya pada dirinya melekat nilai-nilai yang hendak ditransferkan kepada anak didiknya. Misalnya nilai kejujuran, keadilan, kebersihan, dan sebagainya. Nilai tersebut harus dimiliki oleh seorang pendidik untuk memudahkan mentransinternalisasi (pemindahan dan penghayatan nilai-nilai) terhadap anak didik. Aspek personal ini diharapkan dapat memancar dalam dimensi sosialnya, dalam hubungan guru dengan peserta didiknya, teman sejawat dan lingkungan masyarakatnya karena tugas mengajar dan mendidik adalah tugas kemanusiaan.

Menurut Imam Al-Ghazali sebagaimana dikutip oleh Majid (2012: 100), kompetensi personal religius

mencakup :

a) Kasih sayang terhadap peserta didik dan memperlakukannya seperti anak sendiri

b) Peneladanan pribadi Rasulullah c) Bersikap objektif

(41)

22

e) Bersedia mengamalkan ilmunya 2) Kompetensi profesional religius

Aspek profesional menyangkut peran profesi dari guru, dalam arti ia memiliki kualifikasi profesional sebagai seorang guru (GPAI). Profesional religius dalah kemampuan dasar menyangkut kemampuan untuk menjalankan tugasnya secara profesional, dalam arti mampu membuat keputusan keahlian atas beragamnya kasus serta mampu mempertanggungjawabkan berdasarkan teori dan wawasan keahliannya dalam perspektif islam.

Kompetensi profesional religius menurut Brikan Barky Al-Quraisy yang dikutip oleh Majid (2012: 101) mencakup:

a) Penguasaan dan pendalaman atas bidang ilmunya b) Mempunyai kemampuan mengajar

c) Pemahaman terhadap tabiat, kemampuan dan kesiapan peserta didik

Asumsi yang melandasi keberhasilan GPAI dapat

diformulasikan sebagai berikut: “guru pendidikan agama

(42)

23

menunjukkan adanya komitmen GPAI bahwa ajaran Islam sebagai kriteria utama sehingga segala masalah perilakunya dihadapi, dipertimbangkan, dipecahkan dan didudukkan dalam perspektif Islam (Majid, 2002: 100). Dalam Undang-undang tentang guru dan dosen pasal 8 disebutkan bahwa guru wajib memiliki kompetensi serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Undang-undang No.14 tahun 2005 bab IV pasal 10 ayat 1 dijelaskan:

“Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8

meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi” (Departemen Agama RI, 2006 : 6).

Standar kompetensi guru termasuk guru PAI menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 terdiri dari empat kompetensi utama, yaitu:

1) Kompetensi pedagogik

Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, meliputi:

(43)

24

b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

c) Mengembangkan kurikulum terkait dengan mata pelajaran yang diampu

d) Menyelenggarakan pembelajaran yang menarik e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

untuk kepentingan pembelajaran

f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki

g) Komunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik

h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran

2) Kompetensi kepribadian

Yang dimaksud kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi kepribadian meliputi:

a) Bertindak sesuai norma agama, hukum sosial, dan kebudayaan

(44)

25

c) Menunujukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri

d) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru 3) Kompetensi profesional

Yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi profesional meliputi: a) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir

keilmuwan yang mendukung mata pelajaran yang diampu

b) Menguasai standar komptensi dasar mata pelajaran c) Mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutajn dengan melakukan tindakan reflektif d) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

untuk mengembangkan diri 4) Kompetensi sosial

(45)

26 2. Peran Pendidik

a. Pengertian Peran

Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto (2002: 243), yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila sesorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu perananan. Sedangkan konsep peran menurut Komaruddin (1994: 768) adalah:

1) Bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan seseorang dalam manajemen.

2) Pola penilaian yang dihadapkan dapat menyertai suatu status. 3) Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata. 4) Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi

karakterisktik yang ada padanya.

5) Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat. b. Peran Guru

(46)

27

dalam setiap tingkah polanya dalam berhadapan dengan murid (interaksi edukatif) senantiasa terkandung fungsi mendidik. Selain itu guru guru harus mencatat dan melaporkan pekerjaannya kepada pihak yang berkepentingan atau sebagai bahan yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas pekerjaannya, yang dikenal sebagai tugas administrasi (fungsi managerial) (Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Islam, 1985: 208).

Fungsi atau peran guru meliputi: 1) Guru sebagai pengajar

Sepanjang sejarah keguruan, tugas guru yang sudah

tradisional adalah “mengajar”. Karenanya sering orang salah

duga, bahwa tugas guru hanyalah semata-mata mengajar. Bahkan masih banyak diantara para guru sendiri yang beranggapan demikian atau tampak masih dominan dalam karier sebagian besar guru, sehingga dua tugas lainnya menjadi tersisihkan atau terabaikan. Sebagai pengajar guru bertugas membina perkembangan pengetahuan sikap dan keterampilan. Isi tugas di bidang pengajaran (mengajar) diantaranya adalah sebagai berikut:

(47)

28

b) Mengumpulkan dan menyusun materi pelajaran dan berbagai sumber yang tersedia, baik buku pokok atau buku penunjang.

c) Merencanakan dan atau mengadakan, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama dengan guru lain, semua alat bantu pengajaran (media pendidikan), sehingga pada waktunya nanti dapat dipergunakan secara efektif. d) Membuat persiapan mengajar menurut Prosedur

Pengembangan Sistem Intruksional, dalam berbagai “satuan

waktu” yang direncanakan, sehingga singkron dengan

bidang-bidang studi lainnya.

e) Melaksanakan program atau menyajikan bahan pelajaran sesuai dengan jadwal mengajar yang telah ditentukan.

f) Melakukan evaluasi terhadap semua pekerjaan kurikuler yang telah dilaksanakan, baik dengan maksud menilai hasil belajar murid maupun sebagai umpan balik untuk menyempurnakan pelaksanaan pengajaran berikutnya. g) Mengembangkan kerjasama dengan guru-guru bidang studi

lainnya, terutama dalam rangka pengintegrasian pengajaran agama dengan berbagai bidang studi yang diajarkan.

(48)

29

aktual dan fungsional serta terintegrasi dalam kehidupan yang sebanarnya di masyarakat.

2) Guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan

Guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan adalah dua macam peranan yang mengandung banyak perbedaan dan persamaannya. Sebagai pembimbing, guru lebih suka kalau mendapat kesempatan menghadapi sekumpulan murid-murid didalam interaksi belajar mengajar. Ia memberi dorongan menyalurkan semangat menggiring mereka, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungannya kepada orang lain dengan tenaganya sendiri. Sebagai pemberi bimbingan, guru sering berhadapan dengan kelompok-kelompok kecil dari murid-murid atau bahkan hanya seorang murid saja. Semua murid memerlukan bimbingan. Untuk murid atau murid yang memerlukan bantuan khusus diberikannya bimbingan khusus pula. Bimbingan khusus secara individual yang dilakukan pada tempat yang disediakan untuk itu, dinamakan penyuluhan. Penyuluhan ialah bimbingan yang intensif sekali.

(49)

30

yang sebenarnya dalam kapasitas belajar dan bersikap. Jangan sampai murid-murid menganggap rendah atau meremehkan kemampuannya sendiri dalam potensinya untuk belajar dan bersikap sesuai dengan ajaran agama islam.

Setiap pendidikan antara lain memerlukan layanan bimbingan pendidikan. Tak ada murid yang tidak memerlukan bimbingan. Bimbingan umum yang pertama-tama diperlukan murid ialah bimbingan dalam proses belajar. Untuk selanjutnya jika diperlukan harus dilakukan bimbingan khusus atau penyuluhan. Tugas guru pembimbing berisikan hal-hal sebagai berikut:

a) Menentukan murid-murid yang akan diberi bimbingan Setelah bimbingan secara umum diberikan, selanjutnya guru menentukan terhadap siapa sajakah pemberian bimbingan harus dilakukan, sehingga terarah dan efektif.

b) Melakukan pemilihan teknik-teknik bimbingan dan penyuluhan.

c) Penyuluhan

(50)

31

(pembetukan ulang) sikap keagamaan murid. Pada umumnya penyuluhan digunakan dalam menangani dan mengatasi masalah-masalah sosial dan masalah-masalah yang bersifat pribadi, seperti:

1. Murid yang terisolir atau mengisolir diri. 2. Murid yang mempunyai harga diri rendah.

3. Murid yang mengalami kesukaran dalam bergaul. 4. Murid yang tidak mempunyai motivasi belajar. 5. Murid yang tidak memiliki kosentrasi dalam belajar. 6. Murid yang tidak berminat dalam pengajaran agama. 7. Murid yang mengidap berbagai masalah sikap

keagamaan.

3) Guru sebagai pemimpin (manager kelas)

(51)

32

Terdapat dua aspek dari maslah pengelolaan yang perlu mendapat perhatian, yaitu:

a) Membantu perkembangan murid sebagai individu dan kelompok

b) Memelihara kondisi kerja dan kondisi belajar yang sebaik-baiknya di dalam maupun di luar kelas.

Sekurang-kurangnya yang harus dipelihara oleh guru secara terus menerus, ialah: suasana keagamaan, kerja sama, rasa persatuan. Dan perasaan puas pada murid terhadap pekjerjaan dan kelasnya. Dengan terjadi pengelolaan yang baik, maka guru akan lebih mudah mempengaruhi murid di kelasnya dalam rangka pendidikan dan pengajaran agama Islam khususnya. Sebagai pemimpin dalam kelas atau manager dalam pengelolaan proses belajar mengajar ia harus menjalankan fungsi dan peranan kepemimpinan. Sebagai pemimpin guru bukan hanya pendorong inisiatif, penyalur aspirasi, pencipta susana kekeluargaan, melainkan juga merupakan tokoh sumber identifikasi murid, sebagai tokoh teladan nyata dari segala nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya. Sebagai pengelola atau pemimpin proses interaksi belajar mengajar, dilakukan melalui kegiatan perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), pengarahan (directing), pengkoordinasian

(52)

33

kaitannya dengan tugas administrasi/ketata usahaan adalah terkait dengan catatan-catatan dan administrasi-administrasi yang diperlukan (Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Islam, 1985: 210).

3. Guru PAI

Menurut Zakiyah Daradjat (1992: 39) guru adalah tenaga profesional yang membantu orang tua untuk mendidik anak pada jenjang pendidikan sekolah. Sedangkan pendidikan agama islam menurut para ahli adalah sebagai berikut:

a. M. Tafsir (1990: 32) memberikan pengertian bahwa Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Singkatnya, pendidikan agama Islam adalah bimbingan terhadap seseorang agar menjadi muslim semaksimal mungkin.

(53)

34

c. Menurut Muhaimin (2012: 163), PAI dibakukan sebagai proses mendidik agama Islam. PAI sebagai mata pelajaran seharusnya

dinamakan “Agama Islam”, karena yang diajarkan adalah agama

Islam bukan pendidikan agama Islam. Nama kegiatannya atau usaha-usaha dalam mendidikkan agama islam disebut sebagai

pendidikan agama Islam. Kata “pendidikan” ini ada pada dan

mengikuti setiap mata pelajaran. Pendidikan agama Islam merupakan salah satu bagian dari pendidikan Islam.

Sedangkan guru PAI adalah guru yang mengajar mata pelajaran Akidah Akhlak, Al-Qur’an Hadis, Fiqih atau Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah (Wahab, 2011: 63). Jadi yang dimaksud dengan Guru PAI adalah guru yang mengampu mata pelajaran PAI, yang tidak hanya bertugas mengajarkan atau membekali pengetahuan agama, tetapi juga membimbing anak didik menjadi pribadi muslim yang mampu mengamalkan ajaran Islam. B. Kajian Pustaka (Kajian Penelitian Terdahulu)

Penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan judul penelitian ini antara lain:

(54)

35

mengajari umat manusia yaitu amanah dan ikhlas, dengan tugas utama selalu membacakan atau mengajar Al-Qur’an untuk melembutkan jiwa dan mempersiapkannya untuk menerima ilmu pengetahuan, membersihkan jiwa dari kotoran akidah yang batal dan akhlak tercela sekaligus mengembangkannya menuju keluhuran budi, mengajarkan kandungan al-qur’an dan hikmah secara terpadu.

2. Tesis oleh Hifza (UIN Sunan Kalijaga: 2010) tentang “Pendidik Dan Kepribadiannya Dalam Al-Qur’an”. Peneliti menyimpulkan tiga hal diantaranya: pertama, Setidaknya ada tiga istilah dalam Al-Qur’an yang berbicara tentang tema pendidik dan kepribadiannya, yaitu

al-murabbi, al-mu’alim, dan ahl az-zikr. Dalam konsep al-murabbi

pendidik adalah pemelihara, pendidik, pemberi petunjuk (penuntun),dan pelindung, terutama bagi anak didiknya. Dari konsep

al-mu’alim, pendidik adalah pengajar, sedangkan dari kata ahl az-zikr,

pendidik adalah ahli ilmu. Kedua, Diantara sifat-sifat atau kepribadian yang harus dimiliki oleh pendidik berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an, baik melalui konsep al-murabbi, al-mu’alim maupun ahl az-zikr

adalahg memiliki hikmah, yakni hikmah yang mencakup sifat jujur

(sidiq), istiqomah, cerdas (fatanah), amanah (dapat dipercaya) dan

tablig (menyampaikan), ikhlas, rendah hati, pembelajar, toleran dan

(55)

36

kepribadiannya dalam Al-Qur’an memiliki relevansi yang sangat erat dengan kebutuhan pendidik saat ini. Dunia pendidikan yang sampai saat ini tengah berhadapan dengan kemajuan peradaban globalisasi, perlu melakukan pembenahan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang siap menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupannya .

3. Skripsi oleh Lastri (UIN Sultan Syarif: 2010) yang berjudul

“Pemikiran Al-Ghazali Tentang Guru”. Berdasarkan hasil

penelitiannya menyimpulkan bahwa menurut Al-Ghazali tugas dan tanggung jawab guru yaitu : pertama, Memperlakukan mereka seperti memperlakukan anak-anaknya. Kedua, Ia mengikuti teladan dan contoh Rasulullah. Ketiga, Mencegah murid dari akhlak yang buruk dengan jalan sindiran, sedapat mungkin tidak dengan terang-terangan.

Keempat, Tidak boleh merendahkan ilmu lain dihadapan

murid-muridnya. Kelima, Mengajar murid-muridnya hingga batas kemampuan pemahaman mereka. Keenam, Mengajarkjan kepada murid yang terbelakang hanya sesuatu yang jelas dan sesuai dengan tingkat pemahamannya. Selain itu, Al-Ghazali juga menganjurkan agar seorang pendidik mampu menjalankan tindakan, perbuatan dan kepribadiannya sesuai dengan ajaran dan pengetahuan yang diberikan kepada anak didiknya.

4. Skripsi oleh Badruttamam (UIN Sunan Ampel: 2015) yang berjudul

(56)

37

Implikasinya Terhadap Tujuan Pendidikan Islam”. Dalam

penelitiannya menyimpulkan bahwa Surat An-Nahl mempunyai tiga nilai pendidikan untuk mencapai pada tujuan pendidikan islam.

Pertama, nilai pendidikan keimanan. Kedua, nilai pendidikan syari’ah.

Ketiga, nilai pendidikan tentang kisah.

5. Skripsi oleh Zulis Murthasi’ah (IAIN Walisongo: 2005) dalam

penelitian yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Surat

An-Nahl Ayat 43-44 Dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam”. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwasanya nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S. An-Nahl ayat 43-44 adalah bahwa dalam surat An-Nahl ayat 43-44 terdapat komponen-komponen dalam pendidikan yaitu yang pertama bahwa Allah mengutus utusan seorang Rasul, kedua Ahl Az-Zikr disini dikatakan orang yang berilmu atau disebut dengan guru, dan nilai yang ketiga adalah Az-zikr disebut dengan materi pelajaran atau kurikulum.

Dari penelitian-penelitian terdahulu tersebut, peneliti ingin

mengkaji tentang “Implementasi Peran Pendidik Menurut Q.S. An-Nahl

(57)

43-38

(58)

39

BAB III Metode Penelitian A. Jenis Penelitian dan pendekatan

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggabungkan library research dan field research. Karena penelitian ini bersifat menggambarkan, menguraikan suatu hal dengan apa adanya, dan data yang dikumpulkan berupa kata-kata maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif naratif. Penelitian deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk menganalisa data dengan mendeskripsikan data melalui bentuk kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2000: 3).

Untuk menjawab rumusan masalah pertama, peneliti menggunakan model library research. Library research merupakan suatu riset kepustakaan atau penelitian kepustakaan murni (Arikunto, 2002: 126). Dalam metode ini, peneliti menggunakan pendekatan ilmu tafsir. Sedangkan untuk menjawab rumusan masalah kedua, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif field research dengan model studi kasus, yaitu penyelidikan yang mendalam dari suatu individu, kelompok, atau institusi (Suminto, 1995: 89).

B. Kehadiran Penelitian

(59)

40

menempatkan diri sebagai pengamat dalam penelitian, sehingga kehadiran peneliti bersifat non-partisipan (Djamal, 2015: 15).

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah MTs Negeri 2 Temanggung yang berada di Dusun Kerokan RT.03 RW.01 Desa Kutoanyar Kec.Kedu Temanggung. Adapun alasan memilih MTsN Kedu Temanggung sebagai tempat penelitian adalah karena sekolah tersebut mempunyai kesan tersendiri bagi peneliti dan lokasi sekolah mempermudah peneliti untuk melakukan penelitian, dikarenakan jarak yang dekat dengan rumah peneliti. Sedangkan waktu penelitian adalah bulan Maret sampai bulan April.

D. Teknik Pengambilan Subjek Penelitian

(60)

41 E. Sumber Data

1. Primer

Yang menjadi sumber data primer yaitu: Al-Qur’an dan terjemahnya, Tafsir Al-Azhar, Tafsir Jalalain asli dan terjemahan, dn wawancara Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung.

2. Sekunder

Diantara sumber sekunder adalah sebagai berikut: Al-Qur’an dan Tafsirnya Departemen Agama RI, buku Ilmu Pendidikan Islam dan buku lain yang mendukung, dokumen-dokumen terkait sejarah dan profil MTs Negeri 2 Temanggung, visi dan misi, tata tertib sekolah, identitas guru, dan lain sebagainya. Ringkasan Ibnu Katsir, Syāmil Qur’an Terjemah Tafsir per Kata, Tafsir Al-Lubab, Tafsir Al-Misbah, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur, Tafsir Pendidikan, Terjemah Tafsir Al-Maragi, Terjemah Tafsir Muyassar, Terjemah Tafsir Nurul Qur’an, serta Wawancara Kepala Sekolah MTs Negeri 2 Temanggung.

F. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

(61)

42

dengan hasil analisis dari Q.S. An-Nahl ayat 43-44. Sedangkan wawancara dengan pihak lain (kepala sekolah) adalah untuk mengetahui tentang kebijakan-kebijakan yang beliau terapkan di MTs Negeri 2 Temanggung ini.

b. Observasi

Diantara proses observasi yang terpenting adalah pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2014: 145). Dalam hal ini peneliti akan melakukan observasi non-partisipan, karena peneliti hanya sebagai pengamat.

c. Dokumentasi

Peneliti akan menggunakan metode dokumentasi dengan cara mencari data-data yang sekiranya dibutuhkan dalam penelitian. Kegunaan dari metode dokumentasi ini adalah untuk melengkapi hal-hal yang sekiranya dibutuhkan dalam penilitian.

G. Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Deduktif

(62)

43

dikategorikan sesuai dengan peran pendidik yang ada dalam bangunan teori.

2. Induktif

Metode induktif adalah metode berfikir yang berangkat dari fakta-fakta peristiwa khusus dan kongkret, kemudian ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum (Hadi, 1987: 42). Setelah mendapat poin-poin khusus, kemudian dijabarkan kembali sebagai indikator untuk mengetahui implementasi dari peran pendidik menurut Q.S. An-Nahl ayat 43-44 oleh Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung.

Sedangkan teknik yang digunakan ada 2 cara, yaitu:

1. Untuk menganalisis rumusan masalah pertama peneliti menggunakan pendekatan ilmu tafsir sehingga analisis yang dipakai sesuai dengan kaidah tafsir. Menurut Husaini dan Al-Baghdadi (2007: 45) tafsir secara etimologis dapat diartikan keterangan atau penjelasan yang menerangkan maksud dari suatu lafazh. Sedangkan menurut Al-Farmawi sebagimana dikutip oleh Quraish Shihab metode tafsir dibagi menjadi empat metode, yaitu

tahlily, ijmaliy, muqaran, dan maudhu’iy. Peneliti menggunakan

metode penafsiran tahliliy atau taqzi’iy yaitu metode tafsir yang berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-qur’an dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtutan ayat-ayat

(63)

44

Langkah-langkah yang ditempuh dalam tafsir tahliliy adalah dengan mengikuti runtutan ayat, mengemukakan munasabah,

asbab al-Nuzul, serta membahas makna setiap kosa kata yang

relevan dengan apa yang akan dikaji (al-Farmawi, 2000: 12). 2. Untuk menganilis rumusan masalah kedua peneliti menggunakan

teknik analasis sebagai berikut: a. Reduksi data

Dengan cara merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

b. Klasifikasi Data

Peneliti mengklasifikasikan data hasil penelitian sesuai dengan klasifikasi yang ada dalam bangunan teori. Sehingga data yang akan dipaparkan dalam analisis penelitian sudah dalam bentuk klasifikasi-klasifikasi yang jelas.

c. Penyajian Data dan Penarikan kesimpulan

(64)

45 H. Teknik keabsahan data

Peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Dan triangulasi teknik dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2007: 373).

I. Tahap-Tahap Penelitian a. Tahap Pra-Lapangan

Dalam tahap ini yang dilakukan oleh peneliti diantaranya menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, serta menyiapkan perlengkapan penelitian.

b. Tahap pekerjaan Lapangan

Peneliti memasuki lapangan dan melakukan pengamatan sambil mengumpulkan data dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. c. Tahap Analisis Data

Peneliti melakukan analisis dari data-data yang diperolehnya dan melakukan verifikasi. Analisis terkait dengan kandungan ayat

al-Qur’an menggunakan metode penafsiran sesuai kaidah tafsir. Dari

(65)

46 BAB IV

PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. PAPARAN DATA

1. Gambaran Tempat Penelitian

a. Sejarah MTs Negeri 2 Temanggung

Sebelum akhirnya menjadi MTs Negeri 2 Temanggung, sekolah ini sempat mengalami beberapa perubahan dan perkembangan. Awal mulanya mempunyai nama MTs Al-Huda, berdiri pada tanggal 1 januari 1970, yang didirikan oleh tokoh dan

pemuka Masyarakat Desa Kutoanyar, dibawah Yayasan Ma’arif,

(66)

47

terakreditasi oleh Departemen Agama Republik Indonesia dengan

jenjang akreditasi “Terdaftar”, Hal ini daidasrkan pada keputusan

Kepala Kantor wilayah Departemen Agama republik Indonesia Propinsi Jawa Tengah nomor: WK/5.C/PP.003.1/3420/1994. Setelah 27 tahun lamanya madrasah yang berstatus swasta ini, pada tanggal 17 Maret 1997 MTsN Filial Kedu berubah nama menjadi MTs Negeri Kedu Temanggung. Secara resmi relokasi madrasah ini dilaksanakan pada tanggal 13 Januari 2003, yaitu dimana proses belajar mengajar dari madrasah yang terletak di tengah perkampungan di pindah ke tempat baru yang berada di sebelah utara pinggir kampung. Berdasarkan surat keputusan kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah Nomor : Kw.11.4/4/PP/03.2/877/2006, pada tahun 2006 MTs Negeri Kedu Temanggung Terakreditasi dengan peringkat “A” (451).

(67)

48

madrasah yang semula bernama MTs Negeri Kedu, berubah menjadi MTs Negeri 2 Temanggung.

b. Stuktur Organisasi MTs Negeri 2 Temanggung Tabel 4.2

Stuktur Organisasi MTs Negeri 2 Temanggung

Jabatan Nama

Komite Madrasah H. Sahid, BA

Kepala Madrasah Drs. Khaerun, M. Ag.

Wakil Kepala bid. Kesiswaan Sapri Sahyudi, S.Pd. Wakil Kepala bid. Sar / pras H. Asrofi, S.Ag. Wakil Kepala bid. Humas Nur Aminudin, S.Ag. Wakil Kepala bid. kurikulum Joko Prasetyo, S.Pd.

Kepala Perpustakaan Rif’ah, S.PdI.

Koordinator BP / BK Sri Romyati S.Pd.

Kepala Laboratorium A. Yaenu Najib, S.Ag.

c. Profil MTs Negeri 2 Temanggung 1) Identitas Sekolah

Tabel 4.1

Identitas MTs Negeri 2 Temanggung

Identitas Sekolah

Nama Sekolah MTs Negeri 2 Temanggung

NPSN 20364474

Alamat Kerokan 03/01 Kutoanyar

Kedu Temanggung

Status Sekolah NEGERI

Jenjang Pendidikan MTs

Naungan Kementrian Agama

SK. Pendirian dan

Operasional Nomor 107 Tahun 1997

Luas Tanah 64002 m2

(68)

49 2) Data Guru dan Staf

Jumlah keseluruhan tenaga pengajar dan staf lainnya adalah 46 orang. 35 diantaranya adalah tenaga pengajar, dan 11 tenaga staf TU. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Jenjang guru dan staf MTs Negeri 2 Temanggung

Jenjang Jumlah

S2 4

S1 32

D4 2

SMA Sederajat 6

< SMP 2

Jumlah 46

3) Data Siswa dan Kelulusan

Jumlah siswa MTs Negeri 2 Temanggung saat ini sekitar 769 siswa.

Berikut data kelulusan MTs Negeri 2 Temanggung selama 4 tahun terakhir:

Tabel 4.4

Daftar kelulusan MTs Negeri 2 Temanggung Tahun Ajaran Jumlah Siswa Lulus Tidak Lulus

Prosentase Kelulusan

2013/2014 173 173 - 100%

2014/2015 173 173 - 100%

2015/2016 255 255 - 100%

(69)

50

d. Visi, Misi, dan Tujuan MTs Negeri 2 Temanggung’

1) Visi

Terwujud peserta didik yang Islami, cerdas, disiplin, dan berwawasan lingkungan

2) Misi

a) Menumbuhkan penghayatan siswa terhadap ajaran agama Islam dan budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam berikir dan bertindak

b) Menumbuhkembangkan budaya akhlaqul karimah pada seluruh warga madrasah

c) Melaksankan pembelajaran profesional dan bermakna yang menumbuhkan dan mengembangkan prestasi akademik d) Melaksanakan program bimbingan dan kegiatan

ekstrakurikuler secara efektif sesuai dengan bakat dan minat, sehingga setiap siswa memiliki keunggulan

e) Menumbuhkan dan mengembangkan pembiasaan peduli lingkungan dan sosial di lingkungan madrasah

f) Melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mengendalikan terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan

3) Motto

(70)

51 4) Tujuan

a) Terwujud peserta didik naik kelas 100% secara normatif b) Terwujud peserta didik lulus UM 100%

c) Terwujud peserta didik lulus UN 100% dengan rata-rata d) Terwujud peserta didik dapat meraih event/ lomba mapel

tingkat kabupaten, karisidenan, dan propinsi

e) Terwujud peserta didik dapat melanjutkan pendidikan di sekolah favorit di Temanggung dan sekitarnya

f) Terwujud peserta didik hafal asma’ul husna dan juz’amma g) Terwujud peserta didik dapat membaca al-Qur’an

denganbaik dan benar

h) Terwujud peserta didik sadar untuk menjalankan sholat lima waktu

i) Terwujud peserta didik termotivasi untuk bersodaqoh j) Terwujud peserta didik memperoleh kemenangan dalam

setiap event/lomba di tingkat kecamatan/ kabupaten/ proinsi k) Terwujud peserta didik dapat menampilkan dalam acara HUT RI, hari jadi Madrasah, perpisahan kelas IX dan atau jambore pramuka

(71)

52

o) Terwujud prestasi/ kemenangan dalam lomba-lomba di bidang kepramukaan di tingkat kecamatan atau ranting, kabupaten dan propinsi

p) Tertanam pembiasaan akhlaqul karimah pada peserta didik q) Terbiasa menghargai dan menghormati kepada sesama

warga Madrasah

r) Tertanam pembiasaan hidup bersih dan sehat

s) Terlaksananya pengendalian terjadinya pencemaran, kerusakan lingkungan hidup, dan melakukan pelestarian lingkungan hidup

e. Tata Tertib MTs Negeri 2 Temanggung

(72)

53

ketertiban, kepedulian, kebersihan, kerapian, keindahan dan keamanan serta nilai-nilai yang mendukung kegiatan belajar yang efektif, sehingga setiap siswa wajib melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam tata tertib ini secara konsekuen, bertanggung jawab dan penuh kesadaran.

BAB I

KEWAJIBAN SISWA

Pasal 1 : Beriman dan bertakwa kepada Allah SWT sesuai dengan ketetapan Pancasila dan UUD 1945 yang diaktualisasikan dalam kegiatan-kegiatan di madrasah, yaitu:

a. Sebelum masuk kelas pada jam pertama, siswa berbaris didampingi guru;

b. Berdoa dan tadarus al-Qur’an (juz ‘amma) serta membaca asma’ul husna (pada hari Jum’at) dua puluh menit sebelum pelajaran pertama dimulai dan berdoa sebelum pelajaran akhir ditutup; c. Mengikuti shalat jama’ah Dzuhur setiap hari di

madrasah (kecuali hari Jum’at);

d. Melaksanakan shalat sunnah Dhuha pada waktu istirahat pertama;

e. Mengikuti kegiatan khatmilQur’an;

(73)

54

g. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) bagi siswa yang belum bisa membaca al-Qur’an;

h. Mengamalkan pelajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari;

i. Mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh madrasah;

j. Mendukung setiap kegiatan dan program madrasah antara lain: PHBI dan PHBN.

Pasal 2 : Siswa masuk dan pulang bersama-sama sesuai dengan ketentuan;

Pasal 3 : Siswa harus berada di ruang belajar sebelum pelajaran dimulai;

Pasal 4 : Selama jam pelajaran siswa harus berada di ruang belajar, kecuali ada izin dari guru yang mengajar atau guru piket;

Pasal 5 : Selama jam istirahat siswa harus berada di lingkungan madrasah;

Pasal 6 : Siswa harus menjaga keamanan, ketertiban dan kebersihan lingkungan madrasah;

Pasal 7 : Siswa masuk pada hari-hari efektif belajar dengan ketentuan :

(74)

55

dan IX hari Senin s/d Kamis : 07.00 – 13.30 WIB,

Jum’at: 07.00 – 11.05 WIB dan hari sabtu: 07.00

– 11.40 WIB. Khusus kelas 7 hari Senin : 07.00 –

14.10 WIB, hari Selasa s/d Kamis : 07.00 – 13.30 WIB, hari Jum’at : 07.00 – 11.05 WIB dan hari Sabtu : 07.00 – 13.30 WIB;

b. Izin selain sakit paling lama tiga hari, selebihnya membuat surat izin lagi;

c. Izin sakit lebih dari tiga hari harus ada surat keterangan dokter atau orang tua datang ke madrasah;

d. Izin melalui telepon (tidak boleh sms) antara jam 07.00 – 07.30 WIB.

Pasal 8 : Taat kepada Orang Tua, Kepala Madrasah, Guru dan Karyawan;

Pasal 9 : Menjaga nama baik madrasah;

Pasal 10 : Berbicara, bersikap dan berperilaku sesuai dengan pribadi muslim dan muslimah;

Pasal 11 : Membayar infak hari Jum’at dan infak insidental sesuai dengan kesanggupan atau kesepakatan;

Pasal 12 : Mengikuti upacara bendera;

(75)

56

a. Senin – Selasa : seragam OSIS, dasi (khusus hari senin), sepatu hitam, tali sepatu hitam, kaos kaki putih dan ikat pinggang beridentitas MTs Negeri 2 Temanggung serta baju dimasukkan;

b. Rabu – Kamis : seragam Pramuka, sepatu hitam, tali sepatu hitam, kaos kaki hitam dan ikat pinggang beridentitas MTs Negeri 2 Temanggung serta baju dimasukkan;

c. Jum’at – Sabtu : seragam identitas MTs Negeri 2 Temanggung, sepatu warna bebas, tali sepatu dan kaos kaki menyesuaikan (tidak beda warna antara kanan dan kiri) dan ikat pinggang beridentitas MTs Negeri 2 Temanggung serta baju dikeluarkan;

d. Seragam olah raga hanya dipakai pada waktu jam pelajaran Penjasorkes dan kecuali ada kegiatan – kegiatan tertentu;

e. Setiap mengikuti upacara bendera, setiap siswa (putra) wajib memakai topi dan dasi beridentitas MTs Negeri 2 Temanggung (putri pakai dasi). Pasal 14 : Menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh

(76)

57

Pasal 15 : Menjadi anggota OSIS dan Pramuka MTs Negeri 2 Temanggung dan bersedia menyumbangkan tenaga, pikiran untuk kemajuan OSIS dan Pramuka serta mengikuti segala kegiatan yang diselenggarakan oleh OSIS dan Pramuka;

Pasal 16 : Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh MTs Negeri 2 Temanggung; Pasal 17 : Mematuhi Tata Tertib yang diberlakukan khusus

di masjid/mushola, perpustakaan, UKS, ruang ketrampilan, laboratorium, koperasi/kantin dan tempat penunjang pendidikan lainnya;

Pasal 18 : Membawa buku karakter siswa serta peralatan shalat setiap hari;

Pasal 19 : Menghilangkan buku karakter siswa mengganti sesuai dengan ketentuan.

Pasal 20 : Tidak boleh mengendarai sepeda motor ke madrasah

BAB II HAK-HAK SISWA

Pasal 1 : Mengikuti pelajaran selama yang bersangkutan tidak sedang dalam menjalani sanksi;

(77)

58

Pasal 3 : Menggunakan fasilitas yang ada di madrasah seperti masjid/mushola, perpustakaan, UKS, ruang ketrampilan, laboratorium, lapangan, alat olah raga dan fasilitas yang lain harus seizin guru pembimbing;

Pasal 4 : Mendapatkan layanan khusus dari wali kelas, guru Bimbingan Konseling (BK) dan guru mata pelajaran dalam menyelesaikan masalah-masalah kesulitan belajar dan atau masalah-masalah pribadi;

Pasal 5 : Mendapat perlakuan yang sama dengan siswa-siswa lain sepanjang tidak melanggar peraturan atau Tata Tertib Madrasah;

Pasal 6 : Siswa yang berprestasi pada masing-masing kelas akan mendapat penghargaan dari madrasah tiap semester;

Pasal 7 : Siswa yang berprestasi dalam kelas pararel akan mendapat penghargaan dari madrasah tiap semester, khusus kelas 9 di semester 2 didasarkan pada nilai UM dan UN murni;

Gambar

Tabel 4.2 Stuktur Organisasi MTs Negeri 2 Temanggung
Tabel 4.4
gambar/tulisan yang tidak sopan;
gambar/dicoret-coret,
+6

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH PEMBERIAN KONSELING GIZI DAN PROGRAM LATIHAN TERHADAP KOMPOSISI TUBUH PADA MEMBER. EVONUTRITION DI JAKARTA PUSAT TAHUN

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan (ijin usaha perdagangan umum, klasifikasi barang Meubelair dan kualifikasi kecil yang

Pasar murah Ramadhan 1438 hijriah dan Bhakti Kesehatan yang digelar Polda Lampung ini merupakan wujud kedekatan Polda Lampung dengan masyarakat. Kegiatan ini juga dalam menyambut

Kinerja guru kelas I dan IV pasca sertifikasi dalam meningkatkan kedisiplinan di Madrasah Ibtidaiyah Darul Hikam ini pada umumnya mengalami peningkatan yang cukup baik.Hingga

Setelah diperoleh ekstrak kental daun lidah mertua dilakukan hasil analisis mutu ekstrak yang meliputi penentuan kadar abu yang tidak larut dalam asam, kadar abu

Penerapan Sistem Self Assessment pada Pajak Restoran untuk oleh Dinas Pendapatan Kabupaten Jember meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Sektor Restoran ; Angga Firman

Jadi yang dimaksud penulis dalam penelitian ini adalah suatu bentu, rupa, atau wujud interaksi verbal/lisan yang digunakan dalam suatu proses pemberian bantuan

a) Makna denotatifnya foto ini mejelaskan terjadinya ledakan bom Sarinah kamis, 14 januari 2016 pada waktu 10:53:01. Pada foto ini fotografer Aditia Noviansyah