• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Muhamad Agus Miftah Misbahul Munir BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Muhamad Agus Miftah Misbahul Munir BAB II"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Obat Tradisional

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Depkes, 1999).

Obat tradisional yang ada di Indonesia saat dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.

1. Jamu

Jamu adalah obat tradisional Indonesia. 2. Obat Herbal Terstandar

Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi.

3. Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi (www.pom.go.id).

B. Suku Acanthaceae, Asteraceae dan Lamiaceae 1. Suku Acantaceae

(2)

sari 4, kadang-kadang Cuma 2 atau malahan 5, melekat pada mahkota. dalam bunga biasanya terdapat cakram. Bakal buah menumpang, beruang 2 atau 1, tiap ruang berisi 2→8 bakal biji, jarang kurang atau lebih, bakal biji tersusun dalam 1 atau 2 baris pada tembuninya. Tangkai putik 2. Buahnya buah kendaga yang pecah dengan membelah ruang, jarang berupa batu. Biji tanpa endosperm, sering menempel pada tembuni dengan perantaraan bahan-bahan berbentuk kait, lembaga besar.

Suku ini membawahi lebih dari 200 marga dan seluruhnya meliputi sekitar 2.000 jenis, terutama terdapat didaerah tropika (Tjitrosoepomo, 1988:371-372).

Beberapa jenis tumbuhan suku Acanthaceae antara lain: a. Acanthus ilicifolius L.

(3)

b. Ruellia tuberosa L.

Herba tegak atau pangkalnya berbaring, dengan berkas akar bentuk umbi memanjang, 0,4-0,9 m tingginya. Batang segi empat tumpul. Tangkai daun 0,5-1,5 cm; helaian daun bentuk memanjang hingga bulat telur terbalik, dengan pangkal berangsur runcingdan ujung tumpul, dengan tepi bergigi, gundul,6-18 kali 3-9 cm. Tangkai bunga 0,5-2,5 cm. Kelopak 2-3 cm tingginya. Mahkota 5-6 cm tingginya, kebanyakan ungu cerah, kadang-kadang ungu pucat hingga merah muda pucat atau hampir putih, sebelah luar berambut; tabung sempit pada pangkalnya, diatasnya melebar dan berusuk. Pinggiran 3,5-5 cm garis tengahnya, taju sama, oval hingga bulat telur terbalik, bergigi menggelombang tidak teratur. Benang sari tertancap pada puncak dari tabung. Tangkai sari berlekatan berpasangan pada pangkalnya. Kepala sari putih. Tonjolan dasar bunga berbentuk bantal. Taju kepala putik 2, yang terdepan lebar, yang paling belakang sangat kecil. Buah gundul, 2-3 cm panjangnya, membuka dengan 2 katup. Biji tiap ruang 2-20 (Steenis, 1988:392).

c. Thunbergia grandiflora Roxb.

(4)

dasar bunga bentuk cincin, kuning keputihan. Kepala putik bentuk corong, berbibir dua. Buah bentuk bola, dengan paruh yang kuat. Biji 4 atau kurang. Tanaman hias dari Asia Tenggara, sering menjadi liar, sukar diberantas (Steenis, 1988:390).

d. Justicia gandarusa Burm. F.

Setengah perdu tegak, sering bercabang banyak, 0,7-1,8 m tingginya. Batang segi empat tumpul atau cukup bulat, yang muda ungu, yang tua coklat muda. Tangkai daun 5-8 mm, helaian daun bentuk lanset, beringgit lebar dan tidak dalam, seperti kulit tipis, 6-20 kali 1,5-3,5 cm. Bunga terkumpul dalam malai sangat sempit, 3-12 cm panjangnya, yang tersusun dari anak payung menggarpu yang rapat. Daun pelindung kecil, sempit, runcing dan boleh dikatakan sama. Mahkota gundul, tabung pucat, berbintik ungu. Pinggiran mahkota berbibir 2; bibir bawah bentuk baji hingga bulat telur terbalik, dengan 3 taju membulat pendek, putih, pada pangkal ungu, berbintik dan dengan lipatan miring; bibir atas segi tiga, runcing, putih, berbintik ungu. tangkai putik gundul, 6-10 mm. Buah bentuk gada, gundul berbiji 4 (Steenis, 1988:393).

e. Barleria cristata L.

(5)

staminodia 3, yang paling belakang yang terkecil. Tonjolan dasar bunga bentuk piala. Bakal buah bentuk telur, gundul. Tangkai putik dan benang sari ungu. Buah bentuk ellips, 1,5 cm panjangnya, berbibir 3-4 (Steenis, 1988:393-394).

2. Suku Asteraceae

Daun tunggal, kadang-kadang berbagi sangat dalam hingga menyerupai daun majemuk, duduknya berhadapan, jarang tersebar, kebanyakan tanpa daun penumpu. bunga merupakan bunga cawan atau bongkol, atau seperti bulir pendek, dengan daun-daun pembalut bersama untuk seluruh rangkaian bunga. Pembalut masing-masing bunga biasanya tereduksi berupa sisik-sisik. Bunga berkelamin tunggal atau banci, aktinomorf atau zigomorf, berbilangan 5, biasanya kelopak tidak jelas dan sebagai pengganti terdapat rambut-rambut atau sisik-sisik. Daun-daun mahkota berlekatan, sering seperti lidah. Sering kali tertanam pada buluh mahkota, tangkai sari bebas, kepala sari berlekatan, berseling dengan taju-taju mahkota. Bakal buah tenggelam, beruang 1, dengan 1 bakal biji. Tangkai putik 1, kepala putik 2. Buahnya buah kurung atau buah batu, biji berlekatan dengan dinding buah, tanpa endosperm.

Suku ini merupakan suku yang warganya sangat banyak, ditaksir sampai sekitar 14.000 jenis dengan kurang lebih 1.000 marga, tersebar di seluruh dunia. Banyak diantara anggota-anggotanya mempunyai buluh-buluh getah yang beruas atau kelenjar-kelenjar minyak. Banyak bermanfaat sebagai penghasil bahan obat, sebagai tanaman hias, penghasil bunga polong dan lain sebagainya (Tjitrosoepomo, 1988:333-334). Beberapa tanaman suku Asteraceae antara lain:

a. Blumea balsamifera D.C.

(6)

meruncing, bergerigi bergigi-berenggit berlekuk, juga ada yang bertepi rata, yang rendah pada pangkalnya dengan beberapa taju kecil, 10-14 kali 2,5-20 cm, berambut. Bongkol duduk atau bertangkai, terkumpul sebagai karangan bunga bentuk malai yang agak berdaun, berkelamin macam-macam; sumbu dan tangkainya berambut rapat. Pembalut waktu bunga mekar bentuk lonceng. Dasar bunga bersama dari bongkolyang tak terlalu tua, sering berambut. Bunga tepi banyak, berkelamin betina, bentuk benang dengan ujung yang sering berambut, berlekuk pendek; tangkai putik bercabang 2. Bunga cakram sedikit panjang dan sedikit lebar dari yang disebut terdahulu, berkelamin 2; tabung kepala sari kuning. Buah keras berusuk 8-10, panjangnya sekitar 1 mm, berambut. Satu lingkaran rambut sikat pada buah, mula-mula putih, kemudian coklat atau kemerahan, sekitar 0,5 cm panjangnya (Steenis, 1988:419-420).

b. Pluchea indica Less.

(7)

c. Cosmos caudatus H.B.K.

Herba 1 tahun, kokoh kuat, tegak, sering bercabang banyak, jika diremas aromatis; 1-2,5 m tingginya. Batang segi empat, belarur membujur, barambut jarang. Daun berhadapan, tangkai panjang, bentuk talang; helaian dari yang rendah menyirip rangkap 3-4 atau berbagi menyirip, 15-25 cm panjang dan lebarnya; daun yang atas berturut-turut bertangkai makin pendek, lebih kecil, kurang berbagi.bongkol terminal atau diketiak daun, bertangkai panjang; tangkai berusuk. Daun pembalut 8 yang terluar hijau, kemudian berujung melengkung kembali, 8 yang terdalam dari warna yang sama dengan bunga tepinya, tegak; daun bunga majemuk dengan sisik-sisik jerami. Bunga tepi 8, banci, pinggiran memanjang hingga bulat telur terbalik, dengan ujung bergigi 3, merah atau kuning kepucatan. Bunga cakram banyak, berkelamin 2; mahkota tinggi 1 cm, bertaju 5, pucat dengan ujung kuning. tabung kepala sari coklat kehitaman. Cabang tangkai putik 2, runcing, bagian luar berambut panjang. Buah keras bentuk spul sempit, beralur, coklat kehitaman, berparuh; paruh 1-1,5 cm panjangnya, menjadi lebih pendek jika berasal dari bunga yang makin keluar letaknya, pada ujung dengan tombol pucat, yang berambut sikat langsing2-3 (Steenis, 1988:425).

d. Ageratum conyzoides L.

(8)

pembalut. Mahkota dengan tabung sempit dan pinggiran sempit bentuk lonceng, berlekuk 5, panjang 1-1,5 mm. Buah keras bersegi 5 runcing, 2 panjangnya. Rambut sisik pada buah 5, putih, 2-3,5 mm panjangnya (Steenis, 1988:423).

3. Suku Lamiaceae

Suku Lamiaceae umumnya berupa terna, jarang berupa tumbuhan berkayu dengan batang yang jelas berbentuk segi empat (pada penampang lintangnya). Daun tunggal, jarang majemuk, duduk berhadapan atau berkarang, tanpa daun penumpu. Biasanya mempunyai kelenjar-kelenjar minyak atsiri, yang memberikan bau yang sedap. Bunga dalam rangkaian yang berkhasiat simos, sering berupa tukal-tukal yang rapat dalam ketiak-ketiak daun. Kelopak tidak gugur, berbilangan 4-5, tidak jarang berbibir 2. Mahkota berlekatan berbentuk buluh, berbilangan 5 atau 6, jelas berbibir 2 atau bertaju yang tidak sama besar, zigomorf atau kadang-kadang hampir aktinomorf. Benang sari tertanam pada buluh mahkota, biasanya ada 4, 2→2 tidak sama panjang, kadang-kadang 2+2 yang mandul atau sama sekali tidak ada, jarang lebih dari 4. Bakal buah penumpang, tersusun dari 2 daun buah yang membentuk 4 ruang yang hampir sempurna, pada tepi tiap daun buah terdapat 2 tembuni. Sekat antara ruang-ruang bakal buah kadang-kadang rusak, sehingga tembuni kelihatan seakan-akan terletak di pusat. Tangkai putik dari pangkal dalam daun buah (ginobasis), jarang terminal pada ujung bakal buah. Buah berbagi dalam 4 bagian, yang masing-masing menyerupai buah kurung atau buah keras, jarang menyerupai buah batu. Biji dengan atau tanpa endosperm, lembaga lurus.

(9)

Beberapa jenis tanaman suku Lamiaceae antara lain: a. Leucas javanica Bth.

Herba berbau keras, menahun, tinggi 0,2-0,6 cm. Batang lemah, berbaring atau tumbuh keatas. Tangkai daun 3-10 mm; helaian daun bentuk telur memanjang, dengan pangkal membulat atau tumpul dan ujung tumpul, bergigi-bergigi atau beringgit, 1,5-6 kali 0,5-4 cm. Karangan semu banyak, letak berjauhan. Kelopak lurus, tabung kelopak sempit, bentuk kerucut terbalik, berusuk 10, berambut, panjang 6-10 mm. Mahkota berbibir 2, dengan tabung membengkok kembali lemah; bibir atas tegak, melengkung, berambut tebal, panjang 6-9 mm; bibir bawah terbentang, bercangap 3. Benang sari dibawah bibir atas. Tangkai putik bercabang 2, yang terdepan panjang, yang paling belakang pendek (Steenis, 1988:366).

b. Salvia splendens Sello.

Herba tegak, tinggi o,5-2 m. Tidak harum. Tangkai daun 1-6 cm; helaian daun bulat telur, dengan ujung runcing dan pangkal yang bentuk jantung terpancang atau tumpul, tidak berambut atau sedikit, beringgit-bergerigi, 3-10 kali 2-6,5 cm. Karangan semu berbunga 2-6; letak menjauh, dalam tandan yang panjangnya 10-30 cm. Daun pelindung rontok awal. Kelopak berambut pada rusuk, panjang1,5-2,5 cm, melebar keatas, berbibir 2 pendek; bibir bawah lebih pendek, berbelah 3, dengan taju tengah yang besar. Kelopak buah terbuka lebar (Steenis, 1988:365-366).

c. Leonotis nepetifolia R. Br.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang akan diteliti adalah apakah pergantian manajemen, pertumbuhan perusahaan, reputasi auditor, kesulitan keuangan,

Salah satu upaya pengembangan pariwisata Kabupaten Cilacap yang dilakukan oleh bidang pengembangan objek wisata adalah program destinasi pengembangan sebagai kebijakan

Sehingga menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan prokrastinasi muroja’ah

Untuk pengawasan dilakukan melalui pemantauan kegiatan yang dilakukan para santri dari bangun tidur sampai akan tidur lagi, hal ini dilakukan dengan pengabsenan yang rutin

Latar belakang yang diuraikan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) sudah Latar belakang yang diuraikan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) sudah dapat menjawab, kenapa akhirnya

Ragi 15gr Dari gambar tersebut (a) pada kombinasi 25% kulit singkong dan 75% kulit nanas dengan penambahan massa ragi sebanyak 11 gram, terlihat jamur yang tumbuh

Beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa dan Beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati,

Sistem disimulasikan pada kondisi setelah adanya filter aktif seri untuk mengurangi harmonisa, dengan pemodelan sistem dalam tugas akhir dapat diamati pada