IBNU RUSYD
Lebih Dimiliki oleh Eropa-Kristen daripada Asia atau Afrika Muslim ? Spanyol muslim telah melahirkan beberapa pakar intelektual muslim selama
abad-abad pertengahan. Diantara sekian pakar itu adalah Ibnu Rusyd atau yang lebih dikenal dengan sebutan Averroes di negeri barat. Abul Walid Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Rusydi, adalah nama lengkap Ibnu Rusyd atau Averrous,
merupakan seorang ilmuwan muslim yang sangat berpengaruh pada abad ke-12 dan beberapa abad berikutnya. Ia adalah seorang filosof yang telah berjasa
mengintegrasikan Islam dengan tradisi pemikiran Yunani. Menurut George Sarton, :”Dia besar karena pergolakan yang telah diakibatkannya dalam alam pemikiran manusia selama berabad-abad lamanya…”
Ia dilahirkan pada tahun 1126 M di Qurthubah (Cordova) -sebuah kota metropolis Spanyol Muslim- dari sebuah keluarga bangsawan terkemuka. Ayahnya
adalah seorang Qadli Besar yang cukup berpengaruh di Cordova selama dua generasi, dan banyak pula saudaranya yang menduduki posisi penting di pemerintahan. Latar belakang keluarga tersebut sangat mempengaruhi proses pembentukan tingkat
intelektualitasnya di kemudian hari.
Ibnu Rusyd terkenal akan keramahtamahannya serta kerendahan hatinya.
Wataknya suka berfikir, dia membenci pangkat dan harta. Dia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar. Menurut Ibn al-Abar, selama masa hidupnya yang panjang itu, hanya ada dua malam yang tidak digunakannya untuk belajar, yaitu malam
pernikahannya dan malam kematiannya.
Liku-liku perjalanan hidup pemikir besar ini sangatlah menarik. Ibnu Rusydi
filsafat, ia juga dikenal sebagai seorang yang ahli dalam bidang kedokteran, sastra,
logika, ilmu-ilmu pasti, di samping sangat menguasai pula pengetahuan keislaman, khususnya dalam tafsir Al Qur’an dan Hadits ataupun dalam bidang hukum dan fiqh.
Karya terbesarnya dalam bidang kedokteran yang ditulis pada tahun 1126 M.
yaitu Al Kuliyat Fil-Tibb atau yang dikenal dengan Colliget dalam bahasa latin telah menjadi rujukan utama dalam bidang kedokteran adalah salah satu dari 20 risalah
medikalnya. Karya tersebut terdiri dari tujuh jilid yang membahas tentang anatomi, fisiologi, patologi umum, diagnosa, materia medika, higenia, dan ilmu pengobatan umum lainnya. Tetapi karyanya ini kalah bila dibandingkan dengan karya al-Razi
Continents dan karya Ibn Sina Canon karena sebenarnya kemasyhurannya sebagai
seorang dokter terlindung di bawah bayang-bayang ketenarannya sebagai filosof.
Kecerdasan yang luar biasa dan pemahamannya yang mendalam dalam banyak disiplin ilmu, menyebabkan ia diangkat menjadi kepala qadi atau hakim agung Cordoba, jabatan yang pernah dipegang oleh kakeknya pada masa pemerintahan Dinasti al
Murabitun di Afrika Utara. Posisi yang prestisius dan tentunya diimpikan banyak orang. Posisi tersebut ia pegang pada masa pemerintahan Khalihaf Abu Ya’kub Yusuf dan
anaknya Khalifah Abu Yusuf.
Hal terpenting dari kiprah Ibnu Rusydi dalam bidang ilmu pengetahuan adalah usahanya untuk menerjemahkan dan melengkapi karya-karya pemikir Yunani, terutama
karya Aristoteles dan Plato, yang mempunyai pengaruh selama berabad-abad lamanya. Antara tahun 1169-1195 M., Ibnu Rusydi menulis satu segi komentar terhadap
komentarnya tergabung dalam sebuah versi Latin melengkapi karya Aristoteles.
Komentar-komentarnya sangat berpengaruh terhadap pembentukan tradisi intelektual kaum Yahudi dan Nasrani.
Analisanya telah mampu menghadirkan secara lengkap pemikiran Aristoteles. Ia
pun melengkapi telaahnya dengan menggunakan komentar-komentar klasik dari Themisius, Alexander of Aphiordisius, al Farabi dengan Falasifah-nya, dan komentar
Ibnu Sina. Komentarnya terhadap percobaan Aristoteles mengenai ilmu-ilmu alam, memperlihatkan kemampuan luar biasa dalam menghasilkan sebuah observasi.
Dalam bidang filsafat, karyanya yang utama adalah Tahafut al-Tahafut
(Kerancuan yang Rancu) ditulisnya sebagai bantahan atas karya Ghazali Tahafut al-Falasifa (Kerancuan Filsafat) yang berisi bantahan atas Rasionalisme. Karya ini
membangkitkan reaksi dan kritik yang keras di seluruh dunia Islam, khususnya intelektualitas Islam. Akan tetapi, sebaliknya di Eropa-Kristen, ia masih dianggap sebagai Filosof Muslim dan beberapa tulisannya sangat populer di kalangan Barat.
Menurut Phillip K. Hitti, “Ibnu Rusyd adalah seorang rasionalis dan menyatakan berhak menundukkan segala sesuatu berdasarkan pertimbangan akal, kecuali
dogma-dogma keimanan yang diwahyukan. Ia bukanlah seorang Free Thinker atau seorang tak beriman…”. Sebagai seorang rasionalis, Ibnu Rusyd ingin menjelaskan agama dalam cahaya akal. Abul Kabir, orang yang hidup semasa dengannya menggambarkan Ibnu
Rusyd sebagai seorang yang berhasrat menegakkan harmoni antara agama dan filsafat. Renan, dalam bukunya Averroues And Averroism telah menulis, “Tak ada yang bisa
bagaimana sedikit tidak masuk akalnya unsur ghaib dalam dogma-dogma pokok agama
ini, dan bagaimana rapatnya agama ini mendekati Deisme yang paling murni.”
Demikianlah, karya-karya Ibnu Rusyd yang tidak begitu populer di negeri-negeri Islam mempunyai pengaruh yang kuat dalam alam pikiran Barat. “Dia
mempengaruhi secara filosofis melalui banyak karyanya dan murid-muridnya,” tulis George Sarton dalam karya monumentalnya An Introduction to the Study of science.
Sedang menurut Phillip K. Hitti, “Sebagai yang terakhir diantara filosof besar Arab yang banyak menulis, Ibnu Rusyd lebih dimiliki oleh Eropa-Kristen daripada Asia atau Afrika Muslim. Bagi Barat, dia menjadi pengulas, sementara Aristoteles adalah sang
guru. Dari akhir abad ke-12 sampai akhir abad ke-16, Averroisme tetap merupakan arus pemikiran yang berkuasa, sekalipun ia telah membangkitkan reaksi kaum ortodoks,
mula-mula diantara Muslim Spanyol, kemudian diantara kaum Talmudis, dan akhirnya di kalangan kependetaan Kristen…”
Sejumlah biografinya telah banyak diterbitkan dalam berbagai bahasa, tetapi
catatan kehidupan dan karya-karyanya yang paling terinci terdapat dalam buku Averroes et Averroisme, yang ditulis oleh Ernest Renan dan diterbitkan di Paris pada tahun 1852
M. Mengenai pembahasan tentang sistem pemerintahan otokratis, Ibnu Rusyd telah mengatakan, “ Tiran itu adalah orang yang memerintah untuk dirinya sendiri, bukan untuk rakyatnya
Sumber : Seratus Muslim Terkemuka, Jamil Ahmad.
Sumber: