• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMBANGUN KAMPUNG HIJAU BERSINAR : UPAYA PENDAMPINGAN DALAM MEMBANGUN KESADARAN MASYARAKAT KAMPUNG KUMUH DI BULAK BANTENG LOR I KELURAHAN BULAK BANTENG KECAMATAN KENJERAN SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MEMBANGUN KAMPUNG HIJAU BERSINAR : UPAYA PENDAMPINGAN DALAM MEMBANGUN KESADARAN MASYARAKAT KAMPUNG KUMUH DI BULAK BANTENG LOR I KELURAHAN BULAK BANTENG KECAMATAN KENJERAN SURABAYA."

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)

Oleh :

Aprilia Ainnur Cahya

B02212003

Dosen Pembimbing :

Moh. Anshori, S.Ag., M.Fil.I.

NIP. 197508182000031002

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRAK

Aprilia Ainnur Cahya, NIM B02212003. (2016) : MEMBANGUN KAMPUNG HIJAU BERSINAR (Upaya Pendampingan Dalam Membangun Kesadaran Masyarakat Kampung Kumuh Di Bulak Banteng Lor I Kelurahan Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran Surabaya)

Kata Kunci : Pendampingan, Lingkungan Kumuh, Kelestarian Lingkungan

Skripsi ini membahas tentang upaya pendampingan dalam membangun kesadaran masyarakat kampung kumuh yang tidak peduli pada kelestarian lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan pola perilaku masyarakat kampung kumuh terhadap kelestarian lingkungan. Hal ini diakibatkan karena muncul dampak dari perilaku ketidakpedulian masyarakat kampung kumuh. Belum terbentuknya kegiatan kebersihan lingkungan secara terjadwal, minimnya kepedulian masyarakat akan pentingnya penciptaan lingkungan yang bersih, serta belum ada kerjasama antara Dinas Kebersihan dan Pertamanan dengan masyarakat mengenai penataan rombeng adalah bebetapa faktor yang menyebabkan menurunnya pola perilaku masyarakat terhadap kelestarian lingkungan di Bulak Banteng Lor I, Kelurahan Bulak Banteng, Kecamatan Kenjeran, Surabaya.

(7)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Realitas Problematik ... 1

B. Fokus Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Strategi Mencapai Tujuan dalam Pendampingan ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 12

G. Definisi Konsep ... 20

H. Analisis Stakeholders ... 25

I. Sistematika Pembahasan ... 29

BAB II KONSEP TEORITIS ... 31

A. Teori Partisipasi Masyarakat ... 31

1. Pengertian Partisipasi ... 31

2. Bentuk-bentuk Partisipasi ... 31

(8)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ii

C. Hubungan Kependudukan, Pembangunan, dan

Kerusakan Lingkungan ... 41

1. Tekanan Kependudukan ... 43

2. Tekanan Pembangunan ... 44

3. Tekanan Lingkungan ... 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

A. Pendekatan ... 51

B. Ruang Lingkup ... 52

C. Prosedur Penelitian untuk Pendampingan ... 52

D. Subjek Pendampingan ... 56

E. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data ... 56

F. Teknik Analisa Data ... 59

G. Teknik Validasi Data ... 61

BAB IV MENEROPONG POJOK KAMPUNG BULAK BANTENG... 63

A. Bulak Banteng Secara Geografis ... 63

B. Bulak Banteng Secara Demografis ... 67

C. Pendidikan ... 68

D. Ekonomi ... 70

E. Kesehatan ... 71

F. Sosial ... 73

G. Adat Istiadat Masyarakat Bulak Banteng Lor RT 03 RW 08 ... 75

BAB V POTRET PROBLEM MASYARAKAT KAMPUNG KUMUH ... 78

A. Terbatasnya Lahan Pekarangan ... 78

B. Penataan Rombeng yang Tidak mengindahkan Lingkungan ... 80

(9)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

iii

BAB VI DINAMIKA PROSES PERENCANAAN AKSI

PERUBAHAN ... 95

A. Membangun Gagasan Bersama Masyarakat ... 95

B. Meraih Harapan Menuju Perubahan ... 101

BAB VII SEBUAH CATATAN REFLEKSI ... 109

A. Perubahan Kesadaran Masyarakat ... 109

B. Belajar Bersama Dengan Mewujudkan Lingkungan yang Bersih dan Sehat ... 111

C. Konsep Islam tentang Lingkungan Bersih dan Sehat ... 116

BAB VIII PENUTUP ... 119

A. Kesimpulan ... 119

B. Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 123

(10)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Luas wilayah dan kepadatan penduduk Kota

Surabaya menurut wilayah bagian utara ... 4

Tabel 1.2 Jumlah penduduk Kelurahan Bulak Banteng ... 5

Tabel 1.3 Penelitian terdahulu yang relevan ... 14

Tabel 2.1 3 Model tingkatan partisipasi masyarakat menurut

para ahli ... 32

Tabel 4.1 Pembagian RT di Kelurahan Bulak Banteng ... 64

Tabel 4.2 Jumlah penduduk Kelurahan Bulak Banteng ... 67

Tabel 4.3 Tingkat pendidikan kepala keluarga Bulak Banteng

Lor I RT 03 RW 08 ... 69

Tabel 5.1 Transek wilayah RT 03 RW 08 ... 85

Tabel 5.2 Kecenderungan dan perubahan pada wilayah pemukiman

(11)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

v

DAFTAR BAGAN

Bagan 5.1 Analisis Pohon Masalah

Pola Perilaku Masyarakat Kampung Kumuh terhadap

(12)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Delapan tangga partisipasi masyarakat Amstein ... 36

Gambar 2.2 Tiga Komponen dalam membangun good society ... 40

Gambar 2.3 Relasi pemenuhan lapisan pada tiga komponen dalam membangun good society ... 40

Gambar 2.4 Hubungan kependudukan, pembangunan, dan kerusakan lingkungan ... 42

Gambar 4.1 Peta Kelurahan Bulak Banteng ... 63

Gambar 4.2 Peta wilayah RT 03 RW 08 ... 65

Gambar 4.3 Pemantauan jentik-jentik ... 73

Gambar 5.1 Kondisi jalan dan bangunan di wilayah RT 03 RW 08 ... 78

Gambar 5.2 Maimunah(60) salah satu warga yang suka menanam Toga ... 80

Gambar 5.3 Barang rongsokan di sepanjang jalan Bulak Banteng ... 81

Gambar 5.4 Taman yang berada di depan wilayah RT 03 RW 08 ... 81

Gambar 5.5 Kondisi selokan yang tersumbat ... 83

Gambar 5.6 Tempat penyaringan sampah ... 84

Gambar 5.7 Diskusi bersama masyarakat ... 86

Gambar 5.8 Peta Gang Rawan Banjir ... 88

Gambar 6.1 Koordinasi Kader bersama masyarakat mengenai Kegiatan kampanye pendidikan lingkungan ... 98

Gambar 6.2 Anggota karang taruna membersihkan selokan ... 102

Gambar 6.3 Piloting project kegiatan kerja bakti diawali pada gang Reformasi 3 ... 103

Gambar 6.4 Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pendidikan lingkungan ... 104

Gmabar 6.5 Ari (40) menyampaikan materi tentang tanaman obat keluarga ... 105

Gambar 6.6 Macam-macam tanaman obat keluarga ... 106

(13)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

vii

(14)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN

A. Realitas Problematik

Surabaya merupakan salah satu dari empat kota yang menjadi kutub

pertumbuhan di negara Indonesia. Saat ini Kota Surabaya merupakan salah

satu kota metropolitan di Indonesia yang merasakan dampak negatif dari

tingginya tingkat urbanisasi. Salah satu daerah di Surabaya Utara yang

dipengaruhi oleh urbanisasi adalah Kelurahan Bulak Banteng, Kecamatan

Kenjeran. Dapat dikatakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi di kota

dimungkinkan menjadi daya tarik luar biasa yang bagi penduduk untuk

berpindah dari desa ke kota (urbanisasi). Jo Susanto1 berpendapat bahwa

untuk menampung pertumbuhan penduduk urban yang begitu cepat,

Indonesia dalam waktu 25 tahun yang akan datang membutuhkan sekitar 1

juta hektar tambahan luas lahan pemukiman diperkotaan.

Ini artinya jumlah penduduk semakin membengkak, konsumsi

masyarakat perkotaan melonjak, yang pada akhirnya akan mengakibatkan

jumlah sampah juga meningkat. Dalam jurnalnya, Heni Suhaeni2 mengatakan

bahwa jumlah penduduk yang terus bertambah dan lahan perkotaan yang

dimanfaatkan semakin penuh sesak, sehingga kawasan perumahan dengan

kepadatan tinggi di kawasan perkotaan terbentuk tanpa dapat dihindari.

1

Jo Susanto, Menyiasati Kota Tanpa Warga, (Jakarta: KPG dan Centropolis, 2006), Hal. 48.

2

Heni Suhaeni, “Tipologi Kawasan Perumahan Dengan Kepadatan Penduduk Tinggi dan Penangannya”, Jurnal Pemukiman, Vol.5 No.3 November 2010, Hal. 116-117.

(15)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Ike Andini3 juga mengatakan dalam jurnalnya bahwa letak persebaran

permukiman kumuh ini beredar hampir merata di seluruh kawasan Kota

Surabaya. Apalagi pada kawasan utara kota Surabaya teridentifikasi lebih

banyak titik-titik kawasan kumuhnya dibandingkan dengan kawasan lainnya,

daerah Bulak Banteng salah satu contoh kawasan kumuh. Isu lingkungan

pada kawasan pemukiman di Bulak Banteng umumnya muncul karena dipicu

oleh tingkat urbanisasi yang tinggi, serta dampak pemanfaatan sumber daya

dan teknologi yang kurang terkendali.

Meningkatnya populasi penduduk berarti meningkat pula kebutuhan

hidup. Ketidakseimbangan antara pertambahan penduduk dan peningkatan

produksi pangan akan mempengaruhi kualitas hidup manusia. Jumlah

penduduk yang bertambah dengan luas lahan tetap menyebabkan peningkatan

kepadatan penduduk. Akibatnya, makin besar perbandingan antara jumlah

penduduk dan luas lahan. Pada akhirnya, lahan untuk perumahan makin sulit

didapat. Itulah sebabnya di kota-kota besar yang sangat padat penduduknya,

dapat dilihat dari banyaknya yang mendirikan bangunan tidak resmi atau semi

permanen.4

Konsekuensi ekonomis yang harus disandang adalah harga lahan

semakin meningkat dan rendahnya kemampuan untuk memiliki rumah,

terutama bagi para pendatang dan juga penduduk kota yang status

3 Ike Andini, “

Sikap dan Peran Pemerintah Kota Surabaya dalam Perbaikan Daerah Kumuh di Kelurahan Tanah Kalikedinding Kota Surabaya”, Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, Vol.1 No.1 Januari 2013, Hal. 37.

4

(16)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id ekonominya lemah. Dampak yang terjadi selanjutnya adalah terjadinya

kepadatan bangunan permukiman dan ini berakibat pada menurunnya kualitas

permukiman, baik lahan untuk tempat tinggal, sarana penunjang kehidupan

seperti membuat jemuran pakaian atau membuka usaha dagang di depan

rumah. Selain itu, saluran drainase semakin sempit dan sering meluap ke jalan

pemukiman sehingga menyebabkan bau tidak sedap. Hal ini dapat

mempengaruhi tingkat kesehatan pada lingkungan, seperti penyakit epidemik

yaitu demam berdarah. Sebagaimana yang dikatakan oleh Sandy (30)5 bahwa

di wilayah Bulak Banteng beberapa bulan yang lalu tercatat 2 anak terkena

demam berdarah dan harus dirawat inap di rumah sakit. Ini artinya,

lingkungan sekitar sangat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat

setempat.

Oleh karena itu, dapat dilihat dari kepadatan penduduk Surabaya pada

sensus BPS (Badan Pusat Statistik) Tahun 2016 yakni 2.959.232 jiwa/km².6

Surabaya merupakan wilayah yang memilikipenduduk sangat padat. Menurut

Komaruddin yang dikutip oleh Aryani Kurniati dalam jurnalnya7 berpendapat

bahwa yang disebut lingkungan permukiman kumuh adalah lingkungan

permukiman yang berpenghuni padat melebihi 500 orang perHa. Terutama

Surabaya sering dikatakansebagai kota yang kaya akan kepadatan penduduk.

Kota yang terkenal dengan sebutan kota pahlawan ini terdiri atas 31

kecamatan dan 163 kelurahan.

5

Hasil wawancara dengan Sandy (30) pada tanggal 2 maret 2016 di Puskesmas Bulak Banteng.

6

www.BPS.go.id dilihat pada tahun 2016. 7

Aryani Kurniati, Kajian Persebaran Permukiman Kumuh di Surabaya Pusat,

(17)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Tabel 1.1

Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Surabaya menurut Wilayah Bagian Utara

Kecamatan Luas Wilayah (Km2) 1990 2000 2010

Pabean Cantikan

6,8 20,937 10,698 10,222

Semampir 8,76 19,578 17,632 17,28

Krembangan 8,34 14,296 13,730 12,71

Kenjeran 7,77 5,850 9,144 21,368

Bulak*) 6,72 - 5,584

Jumlah 38,32 60,661 51,204 67,164

Sumber : BPS, Surabaya dalam angka tahun 1990-2000-2010

Dapat dilihat pada tabel 1 tersebut, diketahui bahwa wilayah yang

memiliki kepadatan penduduk terpadat adalah Kecamatan Kenjeran dengan

jumlah penduduk 21,368 jiwa/Km2. Kecamatan Kenjeran merupakan salah

satu Kecamatan di Kota Surabaya yang mengalami proses migrasi yang

cukup tinggi. Secara umum Kecamatan Kenjeran memiliki batas atministratif

4 Kelurahan yaitu Tanah Kali Kedinding, Tambak Wedi, Sidotopo Wetan dan

Bulak Banteng. Menurut sumber laporan kependudukan Kelurahan Bulak

Banteng pada bulan Februari 2016 terdapat 143 orang pendatang yang

dilaporkan menurut jenis kelamin. Berikut ini merupakan data mengenai

jumlah penduduk dan kepadatan penduduk Kelurahan Bulak Banteng pada

(18)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Tabel 1.2

Jumlah Penduduk Kelurahan Bulak Banteng

No. Uraian Penduduk

Awal Bulan ini

Lahir Mati Datang Pindah Penduduk

Akhir Bulan

1. Laki-laki 12937 28 5 67 18 13009

2. Perempuan 12607 26 5 76 22 12682

Jumlah (L+P) 25544 54 10 143 40 25691

Sumber : Laporan Kependudukan Kelurahan Bulak Banteng

Kecamatan Kenjeran bulan Februari 2016

Hal ini jelas menunjukkan bahwa di Kelurahan tersebut jumlah

penduduknya dari tahun ke tahun semakin meningkat dan meningkatnya

jumlah penduduk di kawasan ini salah satunya dikarenakan banyaknya

jumlah penduduk yang datang dan pindah cukup besar. Oleh karena itu,

semakin banyaknya penduduk pendatang di suatu kawasan dan kurang

maksimalnya prasarana permukiman serta fasilitas-fasilitas untuk

permukiman yang layak huni dan sehat, ditambah kemampuan ekonomi serta

keterampilan penduduk pendatang yang sangat terbatas menyebabkan suatu

kawasan menjadi kumuh.

Sebagaimana Syamsul mengutip pernyataan T. Mc.Gee, bahwa kota

yang tumbuh menjadi metropolis ternyata di saat yang sama harus

berhadapan dengan masalah keterbatasan biaya pembangunan dan

kemampuan kota untuk menyediakan lapangan kerja bagi kaum urbanis yang

berbondong-bondong memasuki berbagai kota besar. Di berbagai kota besar,

kesempatan kerja yang tersedia biasanya lebih banyak di sektor formal dan

(19)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id yang melakukan urbanisasi ke kota besar umumnya adalah berpendidikan

rendah, relative tua, dan sudah berkeluarga.8 Seperti pada RT 3 RW 8

rata-rata masyarakatnya berasal dari Sumenep, Bangkalan dan sekitarnya. Kaum

urbanis datang ke Surabaya ingin merantau dengan bekerja sebagai buruh,

pedagang, tukang las, tukang becak dan khusunya pengepul barang bekas

(rongsokan) yang paling dominan.

Banyak alasan mengapa penduduk Madura berbondong-bondong

untuk bermigrasi ke kota Surabaya khusunya di Bulak Banteng. Tidak lain

karena di tempat tersebut banyak pilihan untuk memperoleh berbagai

kesempatan dalam memperbaiki kehidupannya. Seperti yang dikatakan oleh

pendatang dari Bangkalan mempunyai persepsi dan harapan untuk

memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada di daerah asalnya.9

Namun, menurut Sandy (30) selaku ahli Kesehatan Lingkungan bidang

Sanitasi dari Puskesmas Bulak Banteng, banyak diantara mereka yang tidak

memiliki KTP asli Surabaya, hampir rata-rata mereka mengurus KTP

musiman di kelurahan setempat. Sebab, mereka tidak membangun rumah

secara permanen akan tetapi menyewa rumah paling lama 2 tahun atau kos

untuk berdomisili di daerah tersebut.10

Suwandi (37) mengatakan bahwa di RW 08 terdapat 12 RT,

sebagaimana RT 03 merupakan RT yang terbanyak jumlah penduduknya.

Yaitu 200 KK penduduk asli dan 200 KK pendatang. Maka dapat diartikan

8

M. Syamsul Huda, Komunitas Urban Clean, (Surabaya: LSAS, 2006), Hal. 24-25. 9

Hasil wawancara dengan Siti (38) pada tanggal 16 Maret 2016 di rumah Ketua RT 03. 10

(20)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id prosentase antara penduduk asli dan pendatang seimbang. Selain itu dengan

jumlah keseluruhan 400 KK terbagi atas 5 gang.11 Berbicara para pendatang

sesuai wawancara dengan Siti (42) bahwa mayoritas daerah Surabaya Utara

di dominasi oleh penduduk Madura. Maka dari itu, banyak orang di luar sana

yang mengenal daerah Bulak Banteng dengan sebutan “Blok M”.12

Sebagai penduduk desa maupun kota pada umumnya sifat gotong

royong merupakan ciri khas yang ada pada masyarakat kampung kumuh

Bulak Banteng Lor RT 03 RW 08. Hal ini dapat dilihat pada setiap 3 bulan

sekali minggu ke 2, masyarakat saling bekerja sama untuk melaksanakan

kerja bakti sosial seperti membersihkan selokan, membersihkan pekarangan

dan lain sebagainya. Adapun hubungan individu baik penduduk asli maupun

pendatang berjalan sebagaimana layaknya makhluk sosial yang saling

membutuhkan dan tolong menolong.13 Akan tetapi kegiatan kerja bakti

tersebut justru seringkali berdampak pada saluran air yang sering tersumbat

dan air meluap ke jalan.

Sebagaimana dikatakan oleh Nur14 bahwa

“kerja bakti biasae 2-3 bulan sekali mbak, soale nek

diagendakan seminggu pisan wong-wong e podho kerjo. Nek missal e got e mampet utowo amber amargo banyu karo sampah yo diresik.i. kerja bakti nang kene gak tau rutin pokok e. (Dalam kegiatan sosial seperti kerja bakti biasanya dilaksanakan selama 2-3 bulan sekali. Jika kerja bakti diagendakan seminggu sekali orang-orangnya sibuk bekerja. Semisal, jika saluran drainase tersumbat atau air meluap ke

11

Hasil wawancara dengan Suwandi (37) pada tanggal 21 Maret 2016 di rumah Ketua RT 03.

12

Hasil wawancara dengan Siti (42) pada tanggal 16 Maret 2016 di rumah Ketua RT 03. 13

Hasil wawancara dengan Suwandi (37) pada tanggal 21 Maret 2016 di rumah Ketua RT 03.

14

(21)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id jalanan karena sampah barulah dibersihkan. Kegiatan kerja bakti di

sini tidak pernah rutin pelaksanaannya).

Hal ini dapat merusak lingkungan sekitar, karena perilaku mereka

yang mencerminkan ketidakpedulian dalam menjaga lingkungan. Padahal

dalam Firman Allah Swt Surat Ar-Rum ayat 41- 42 dijelaskan bahwa Allah

Swt mengangkat manusia sebagai khalifah di bumi yang diberi tugas untuk

memelihara dan melestarikan alam ini. Sehingga akan tercapai kemakmuran

dan kebahagiaan bagi umat manusia itu sendiri. Manusia dilarang merusak

alam dan lingkungannya karena akan berakibat merugikan bagi umat manusia

serta alam dan lingkungannya.

                                                    

Artinya : 41. telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). 42. Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)." (QS. Ar-Rum[30] : 41-42)

Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas, memanfaatkan, mengelola

dan memelihara. Tetapi seringkali manusia lalai dengan kedudukannya

(22)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id seringkali tidak diiringi dengan usaha pelestarian. Keserakahan dan perlakuan

buruk sebagian manusia terhadap alam justru mengakibatkan kerusakan dan

kesengsaraan kepada manusia itu sendiri. Kerusakan terjadi di darat dan di

laut seperti Banjir, tanah longsor, kekeringan, pencemaran air dan udara, dll.

Maka dapat dilihat di sepanjang jalan Bulak Banteng banyaknya

orang yang bekerja sebagai rombeng atau rongsokan dan meletakkan

barang-barangnya bersebelahan dengan adanya taman. Selain itu adapun fasilitas

umum yang ada terhambat sehingga menambah permasalahan seperti apabila

musim penghujan sistem drainase tidak berjalan lancar sehingga air meluap

ke jalan dan mengakibatkan banjir. Di sisi lain, di RT 03 RW 08 belum

maksimalnya dalam melaksanakan kegiatan terbarukan, seperti masyarakat

peduli lingkungan sehat melalui menanam Toga. Hal ini dikarenakan oleh

kesadaran masyarakat masih minim akan keberagaman Toga. Ari(40)

menyampaikan pendapatnya bahwa banyak manfaat dalam menanam Toga

bagi kesehatan dan lingkungan sekitar.15

Hal ini tentulah sesuai dengan kondisi real yang terjadi di lapangan.

Oleh karena itu, dari hasil observasi kepada masyarakat Bulak Banteng Lor

yang terbanyak penduduknya dan relatif kumuh lingkungan pemukimannya

adalah RT 03 RW 08. Sehingga pendamping tertarik untuk mengetahui lebih

dalam dan lebih luas tentang kehidupan masyarakat Bulak Banteng Lor RT

03 RW 08, dilihat dari sisi pendidikan, sosial, agama, ekonomi serta

budayanya. Selain itu pendamping juga ingin mengetahui potensi Sumber

15

(23)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Bulak

Banteng Lor RT 03 RW 08. Apabila pendamping menemukan potensi yang

ada maka harapannya dapat membangun kesadaran kritis kepada masyarakat

dan lebih menghargai lingkungan sekitar. Berawal dari realitas problematik

diatas, peneliti tergerak untuk melakukan pendampingan pada komunitas

tersebut.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan fokus

pendampingan:

1 Apa dampak yang muncul dari perilaku ketidakpedulian masyarakat

kampung kumuh pada kelestarian lingkungan Bulak Banteng Lor I ?

2 Bagaimana proses pendampingan dalam membangun kesadaran

masyarakat kampung kumuh Bulak Banteng Lor I?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam pendampingan ini adalah :

1. Untuk mengetahui dampak yang muncul dari perilaku ketidakpedulian

masyarakat kampung kumuh pada kelestarian lingkungan Bulak Banteng

Lor I.

2. Untuk mengetahui munculnya kesadaran masyarakat kampung kumuh

Bulak Banteng Lor I dalam menjaga kelestarian lingkungan pemukiman

(24)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

D. Strategi Mencapai Tujuan Dalam Pendampingan

Aspek Karakteristik yang

diinginkan

Strategi yang ditempuh

Sumber Daya Manusia

Kesejahteraan masyarakat merata

Membangun kepedulian

masyarakat dengan aktif

mengikuti kegiatan yang ada pada lingkungan setempat

Sumber Daya Alam

Terwujudnya saluran air lancar, lingkungan sehat dan bersih, penghijauan dimana-mana merata

Melakukan analisis persoalan dan aset SDA, merumuskan dan merancang program aksi bersama melibatkan, ToMas, ToGa, RT-RW

Sosial Politik Masyarakat memiliki

peran dalam tata kelola

lingkungan dan

kebijakan publik lainnya

Membangun kepercayaan diri

masyarakat untuk melakukan

perubahan dan melakukan

analisis perubahan sosial

Budaya Perubahan kesadaran dan

budaya masyarakat yang positif dan mendukung terciptanya lingkungan yang sehat dan bersih dengan memaksimalkan kerja bakti secara rutin dan berkala

Mengembangkan diskusi-diskusi kelompok bersama masyarakat melalui program-program jangka pendek seperti kerja bakti, penghijauan dan lain sebagainya

Daya Dukung Lainnya

Adanya hubungan sosial

yang erat antara

masyarakat dengan aparat Kelurahan

Pendekatan personal terhadap

kelompok masyarakat, tokoh

masyarakat, aparat pemerintah, RT-RW

E. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penulisan di atas maka penelitian ini diharapkan

memiliki manfaat dalam beberapa hal sebagai berikut :

1. Secara teoritis

a. Sebagai tambahan referensi tentang pengetahuan yang berkaitan

(25)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Sebagai tugas akhir perkuliahan di Fakultas Dakwah dan

Komunikasi program studi Pengembangan Masyarakat Islam,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.

2. Secara praktis

a. Diharapkan dari penelitian ini dapat dijadikan awal informasi

penelitian sejenis.

b. Diharapkan dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan

informasi tentang membangun kesadaran dalam menjaga lingkungan

pada kampung kumuh.

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menganggap penting terhadap

penelitian terdahulu yang mempunyai relevansi terhadap tema penelitian ini,

karena dengan adanya hasil penelitian terdahulu akan mempermudah peneliti

dalam melakukan penilaian, minimal menjadi acuan penelitian. Maksud dari

penelitian yang terdahulu adalah memuat tentang hasil penelitian yang pernah

dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian ini berjudul Membangun Kampung

Hijau Bersinar (Upaya Pendampingan Dalam Membangun Kesadaran

Masyarakat Kampung Kumuh Di Bulak Banteng RT 03 RW 08 Kelurahan

Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran Surabaya) berbeda dengan penelitian

yang sudah dilakukan. Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang relevan

(26)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1. Jurnal : Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di

Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat, oleh Niken Fitria dan Rulli Pratiwi

Setiawan.16

2. Skripsi : Proses Perubahan Sosial dalam Pengelolaan Lingkungan yang

Kumuh Menjadi Lingkungan yang Bersih, Rapi dan Sehat di RT VII

RW X Kelurahan Bubutan Surabaya, oleh Fifin Sethiya Ningrum.17

3. Skripsi : Studi Program Pemberdayaan Lingkungan Bersih dan Sehat

Terhadap Kinerja Pemerintah Kelurahan Petemon Kecamatan

Sawahan Surabaya, oleh Aning Kristiowati.18

4. Skripsi : Pendampingan Sadar Sehat : Upaya Membangun Kesadaran

Masyarakat Untuk Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Di Desa

Pliwetan Kecamatan Palang Kabupaten Tuban, oleh Isna Ainnur Fitria

Z.K.19

16

Niken Fitria dan Rulli Pratiwi Setiawan, “Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat”, (Jurnal, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurnal Teknik PomitsVol.3 No.2, 2014).

17

Fifin Sethiya Ningrum, Proses Perubahan Sosial dalam Pengelolaan Lingkungan yang Kumuh Menjadi Lingkungan yang Bersih, Rapi dan Sehat di RT VII RW X Kelurahan Bubutan Surabaya, (Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya,2010).

18

Aning Kristiowati, Studi Program Pemberdayaan LingkunganBersih dan Sehat Terhadap Kinerja Pemerintah Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Surabaya, (Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2010).

19

(27)

Tabel 1.3

Penelitian Terdahulu yang Relevan

No .

Penelitian Terdahulu Fokus Masalah Tujuan Metode

Penelitian

Temuan/Hasil Judul

1. Jurnal : Identifikasi Karakteristik

Lingkungan Permukiman

Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat, oleh Niken Fitria dan Rulli Pratiwi Setiawan

Bagaimana proses identifikasi

karakteristik pemukiman kumuh di wilayah Kelurahan Kapuk

Mengetahui beberapa

kecendurangan yang kemudian

membentuk karakter spesifik di masing-masing permukiman kumuh

Kuantitatif Permukiman kumuh yang terdapat di Kelurahan Kapuk memiliki karakteristiknya masing-masing, seperti pada pemukiman kumuh

ringan (keberadaan kegiatan

ekonomi disekitarnya

mempengarui karakter yang

dimiliki oleh pemukiman

tersebut), pemukiman kumuh

sedang (hampira sama dengan pemukiman kumuh ringan, hanya saja terdapat beberapa aspek yang

memiliki kesamaan dengan

pemukiman kumuh berat), dan

pemukiman kumuh berat

(kecenderungannya semakin berat apalagi dalam hal penyediaan sarana dan prasarana, tingkat pendidikan, dan lain-lain.

2. Skripsi : Proses Perubahan

Sosial dalam Pengelolaan

Bagaimana proses perubahan sosial

Mengetahui proses

perubahan sosial

Kualitatif Keberadaan Local Leader

(28)

Lingkungan yang Kumuh

Menjadi Lingkungan yang

Bersih, Rapi dan Sehat di RT VII RW X Kelurahan Bubutan Surabaya, oleh Fifin Sethiya Ningrum

dalam pengelolaan lingkungan yang

kumuh menjadi

lingkungan yang bersih, rapi dan sehat

dalam pengelolaan

lingkungan dari

lingkungan sosial yang kumuh menjadi

lingkungan yang

bersih, rapi dan sehat

perubahan sosial Kelurahan

Gundih dalam pengelolaan

lingkungan mampu membawa dampak positif bagi warganya.

Selain itu dengan adanya

pengolahan daur ulang sampah juga bisa menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar

sehingga berdampak kepada

menurunnya angka pengangguran.

Hal lain yang juga

menguntungkan dalam

pemanfaatan sampah di Kelurahan

Gundih adalah dikarenakan

adanya tenaga kerja yang banyak sehingga dalam proses pengerjaan sampah menjadi barang kerajinan tidak membutuhkan biaya yang cukup besar untuk menggunakan peralatan yang mahal.

3. Skripsi : Studi Program

Pemberdayaan Lingkungan

Bersih dan Sehat Terhadap Kinerja Pemerintah Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan

Surabaya, oleh Aning

Kristiowati

1. Sejauh mana respon

masyarakat terhadap kinerja pemerintah kelurahan Petemon kecamatan Sawahan 1.Mengetahui tingkat kinerja pemerintah kelurahan dalam program pemberdayaan lingkungan bersih dan sehat di

kelurahan Petemon Sawahan Surabaya,

Kuantitatif 1.Kinerja Pemerintah Kelurahan yang ada di Kelurahan Petemon

dikatakan berhasil dalam

menjalankan program

(29)

Surabaya dalam program

pemberdayaan lingkungan bersih dan sehat.

2.Relevansi kinerja pemerintah

kelurahan dalam program

pemberdayaan lingkungan bersih

dan sehat di

kelurahan Petemon kecamatan Sawahan

Surabaya dengan fakultas dakwah jurusan pengembangan masyarakat Islam. 2.Mengetahui relevansinya dengan fakultas dakwah jurusan pengembangan masyarakat Islam

atau dalam suatu kepemimpinan

haruslah bertanggung jawab

kepada semua elemen sebagai wujud pelaksanaan suatu tugas

yang diberikan kepada

Pemerintahan tersebut.

4. Skripsi : Pendampingan Sadar Sehat : Upaya Membangun Kesadaran Masyarakat Untuk Berperilaku Hidup Bersih dan

Sehat Di Desa Pliwetan

1.Bagaimana proses

pendampingan dalam mencapai masyarakat yang

1.Mengetahui proses pengorganisasian

dalam mencapai

masyarakat yang

sadar bersih dan

PAR

(Participat

ory Action Research)

Dari FGD diketahui bahwa riset pendampingan ini fokus pada

situasi sosial masyarakat

(30)

Kecamatan Palang Kabupaten Tuban, oleh Isna Ainnur Fitria Z.K

sadar bersih dan sehat

2.Bagaimana cara membangun kesadaran

masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat

sehat

2.Mengetahui cara membangun

kesadaran

masyarakat untuk

berperilaku hidup bersih dan sehat

kebiasaan masyarakat dalam

membuang sampah sembarangan

yang mengakibatkan adanya

penumpukan sampah di beberapa tempat. Yang kedua, cara yang dilakukan guna menumbuhkan

kesadaran masyarakat dalam

berperilaku hidup bersih dan sehat yaitu dengan memberikan aksi pendidikan kepada masyarakat untuk peningkatan pengetahuan,

sekaligus memberikan

pengetahuan akan dampak yang terjadi. Aksi ini diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran bagi masyarakat supaya berperilaku hidup bersih dan sehat. Adanya

aksi pendidikan diharapkan

sedikit banyak juga bisa

menumbuhkan rasa peduli

(31)

Dari beberapa judul penelitian di atas telah diuraikan oleh peneliti, bahwa

dari judul penelitian no.1-no.3 merupakan penelitian murni yaitu penelitian

kualitatif dan penelitian kuantitatif. Baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif

memiliki tujuan yang sama yaitu ingin menjelaskan dan memahami kehidupan

sosial (realitas sosial), sama-sama melakukan pengumpulan data dan analisis data

yang dilakukan secara sistematis. Keduanya berangkat dari penentuan dan

perumusan masalah yang berada pada konteks sosial (pengalaman manusia,

masyarakat), menggunakan kerangka teori dan mengoperasikan metodologi.

Bedanya, ada pada data dan prosedur (tatacara) memperlakukan data

tersebut (pengolahan, analisis data) yang meliputi penggunaan teori (peranan

teori), asumsi atau hipotesis dan mengoperasikan metodologi, sehingga karakter

dan kedalaman hasilnya berbeda. Hasil akhir sama-sama menjelaskan realitas

sosial, namun rasa dan kedalaman penjelasannya berbeda. Selanjutnya dalam

judul penelitian no.4 menggunakan metode penelitian PAR (Participatory Action

Research). Fokus pendampingan no.4 ini, dimaksudkan untuk menjaga

lingkungan tambak agar tidak tercemar oleh pembuangan sampah sembarangan

dan tinja manusia. Dengan tujuan masyarakat harus sadar betul bahwa perilaku

membuang sampah dan buang air besar secara sembarangan dapat merugikan

lingkungan sekitarnya. Selain itu proses pendampingan aksi ini dilakukan secara

partisipatif melalui pendidikan lingkungan bersih dan sehat.

Sementara penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian

(32)

perilaku ketidakpedulian masyarakat kampung kumuh pada kelestarian

lingkungan Bulak Banteng Lor I dan bagaimana proses pendampingan dalam

membangun kesadaran masyarakat kampung kumuh Bulak Banteng Lor I.

Dengan tujuan munculnya kesadaran masyarakat mengenai dampak dari perilaku

ketidakpedulian masyarakat kampung kumuh pada kelestarian lingkungan Bulak

Banteng Lor RT 03 RW 08 dan terwujudnya lingkungan yang bersih dengan

partisipasi aktif dari masyarakat.

Pada penelitian ini subyek pendampingannya yaitu masyarakat kampung

kumuh Bulak Banteng Lor I RT 03 RW 08 baik penduduk asli Surabaya maupun

penduduk musiman yang didominasi oleh para pendatang dari pulau Madura

seperti Bangkalan, Sumenep dan lain sebagainya. Kaum urban sendiri termasuk

tipologi masyarakat perkotaan, sebab memiliki tatanan yang lebih cenderung

heterogen. Mereka berasal dari berbagai macam latar belakang budaya, asal dan

kepentingan. Namun tujuan mereka melakukan urbanisasi ke wilayah Kelurahan

Bulak Banteng adalah sama, yakni mencari kehidupan yang lebih layak. Mereka

berusaha keras dengan menekuni berbagai macam bidang pekerjaan di wilayah

Kelurahan Bulak Banteng.

Pendampingan ini menggunakan metode PAR (Participatory Action

Research), dengan tujuan masyarakat kampung kumuh mempunyai keterlibatan

yang utuh sehingga mampu menyadari permasalahannya dan memiliki

(33)

G. Definisi Konsep

1. Pendampingan Masyarakat

Pendampingan adalah interaksi yang intensif antara pendamping

dengan kelompok masyarakat, sehingga terjadi proses perubahan kreatif

yang diprakarsai oleh anggota kelompok. Tujuannya yaitu peningkatan

kualitas hidup dan kemandirian kelompok dampingan.20 Dalam proses

pendampingan masyarakat para pendamping memiliki empat peran utama,

yaitu:21

a. Peran Fasilitatif

b. Peran Edukatif

c. Peran Perwakilan

d. Peran Teknis

Program pendampingan merupakan suatu sistem pembangunan

yang berorientasi pada manusia, dengan mengedepankan asas partisipasi,

musyawarah dan keadilan sebagai akses untuk mencapai kemajuan

dan kemandirian masyarakat. Melalui pendampingan ini masyarakat

diharapkan dapat berdayaguna, dalam artian mampu menolong

dirinya sendiri dan secara bertahap mampu mengurangi

ketergantungannya pada pihak lain.22

20

Yanuarini Astuti Dewi dan Ikrar Dinata, Pedoman Pendampingan Tenaga Kerja Sarjana,

(Jakarta: Kementrian Tenaga kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2013), Hal. 17. 21

Ibid. 22

(34)

2. Membangun Kesadaran

Dalam proses membangun kesadaran masyarakat, secara lebih rinci

Freire23 menjelaskan tentang kesadaran atau pandangan hidup masyarakat

terhadap diri mereka sendiri menjadi 3 golongan yaitu kesadaran magis

(magical consciousness), kesadaran naif (naival consciousness), dan

kesadaran kritis (critical consciousness).

a. Kesadaran magis, yakni suatu kesadaran, suatu teori perubahan sosial

yang tidak mampu mengetahui hubungan atau kaitan antara satu faktor

dengan faktor lainnya. Kesadaran magis lebih mengarahkan penyebab

masalah dan ketakberdayaan masyarakat dengan faktor-faktor di luar

manusia, baik natural maupun super natural.

b. Kesadaran naif, yaitu keadaan yang lebih melihat „aspek manusia’

sebagai akar penyebab masalah masyarakat. Dalam kesadaran ini

„masalah etika, kreativitas, need for achieverment’ dianggap sebagai

penentu dalam perubahan sosial. Jadi, dalam menganalisis mengapa

suatu masyarakat miskin, bagi analisis kesadaran ini adalah disebabkan

oleh kesalahan masyarakat sendiri, yakni mereka malas, tidak memiliki

jiwa kewiraswastaan, atau tidak memiliki budaya „pembangunan’, dan

seterusnya. Paradigma inilah yang dikategorikan sebagai paradigma

23

(35)

perubahan yang bersifat reformatif dan bukanlah paham perubahan

yang bersifat transformatif.

c. Kesadaran kritis, yaitu lebih melihat aspek sistem dan struktur sebagai

sumber masalah. Paradigma kritis dalam teori perubahan sosial

memberikan ruang bagi masyarakat untuk mampu mengiidentifikasi

„ketidakadilan’ dalam sistem dan struktur yang ada, kemudian mampu

melakukan analisis bagaimana sistem dan struktur itu bekerja serta

bagaimana mentransformasikannya.24

3. Kampung Kumuh

Isu besar di hampir seluruh wilayah perkotaan adalah masalah

sampah, sehingga identik dengan sebutan “kampung kumuh atau kawasan

kumuh”. Menurut Aisyah Nur Hadryant25 dalam Jurnal yang berjudul

pemukiman kumuh, sebuah kegagalan pemenuhan aspek pemukiman

islami menyatakan bahwa kawasan kumuh dapat diartikan sebagai kawasan

dimana rumah dan kondisi hunian masyarakat di kawasan tersebut sangat

buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan

standar yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan,

persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun

24

Mansour Fakih, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi,... Hal. 32. 25

(36)

persyaratan kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka, serta kelengkapan

fasilitas sosial lainnya.

Telaah tentang permukiman kumuh (slum area), pada umumnya

mencakup tiga segi, yaitu Pertama, kondisi fisik, Kedua kondisi sosial,

ekonomi,budaya komuniti yang bermukim di sana, dan Ketiga dampak

oleh kedua kondisi tersebut. Kondisi fisik antara lain tampak dari kondisi

bangunannya yang sangat rapat dengan kualitas konstruksi rendah, jaringan

jalan tidak berpola dan tidak diperkeras, sanitasi umum dan drainase tidak

berfungsi, serta sampah belum terkelola dengan baik. Sementara itu,

kondisi sosial ekonomi masyarakat di kawasan permukiman kumuh, antara

lain memiliki tingkat pendapatan rendah, norma sosial yang longgar,

budaya kemiskinan yang mewarnai kehidupan yang tampak dari sikap dan

perilaku yang apatis.26 Disamping itu berkaitan mengenai pemukiman

kumuh tentu tidak terlepas dengan pencemaran lingkungan.

26 Aisyah Nur Hadryant,“

(37)

Masyarakat tentu mempunyai berbagai aktivitas untuk memenuhi

kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi bahan makanan, minuman,

barang, dan lainnya dari sumber daya alam yang tersedia. Di sisi lain,

aktivitas tersebut menghasilkan barang-barang yang akan dikonsumsi,

namun di sisi lain aktivitas tersebut juga menghasilkan bahan buangan

yang tidak diinginkan. Makin hari makin bertambah banyak, hal ini erat

hubungannya dengan makin bertambahnya jumlah penduduk.27

Sedikitnya ada dua faktor penting yang berkaitan dengan kerusakan

lingkungan. Faktor yang pertama adalah pesatnya peningkatan jumlah

penduduk. Hampir di semua belahan bumi ini jumlah penduduk semakin

padat. kepadatan itu menambah beban yang amat berat bagi lingkungan

karena daya dukung sumber alam ternayat semakin tidak seimbang dengan

27

Wahid Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin, Ilmu kesehatan masyarakat: teori dan aplikasi, (Jakarta: Salembada Medika, 2009), Hal. 275.

Sumber daya alam Bahan buangan

Manusia dan aktivitasnya

(38)

lajunya tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup. Faktor lain adalah

perkembangan industri. Perkembangan industri memang telah terbukti

mampu menjawab persoalan kemiskinan dan kesenjangan sosial, tetapi

ternyata harus dibayar amat mahal karena memiliki dampak negatif

terhadap kelestarian lingkungan.28

H. Analisis Stakeholders

Dalam proses penelitian sekaligus pendampingan ini, agar

program-program itu bisa terlaksana sesuai dengan yang direncanakan. Maka peneliti

memerlukan keterlibatan dari berbagai pihak. Keterlibatan dari berbagai pihak

inilah yang nantinya akan terus mendorong program-program pemberdayaan itu

tercapai sesuai rencana. Jika tidak ada pihak yang dilibatkan maka secara tidak

langsung program-program itu hanya omong kosong saja. Sebagaimana yang

selama ini telah terjadi, dimana-mana banyak program bantuan dari pemerintah.

Namun karena tidak ada yang dilibatkan dari konteks masyarakatnya,maka

program-program itu hanya membuang angaran saja, karena program-program

itu tidak sama sekali berjalan di masyarakat.

Stakeholder-stakeholder nantinya yang akan kita jadikan informan saat

kita melakukan pemberdayaan. Informan sendiri adalah pihak yang dapat

memberikan informasi-informasi tentang gejala-gejala yang terlihatdan diartikan

sesuai dengan kebudayaan yang mereka punyai.Informan sendiri dibagi menjadi

28

(39)

dua yaitu informan kunci dan informan biasa. Informan kunci adalah seseorang

pembicara asli yang mempunyai status sebagai orang yang memiliki pengetahuan

luas tentang daerahnya, kebiasaan penduduknya, dan juga dianggap sebagai

tokoh oleh penduduk di daerah tersebut. Sedangkan informan biasa adalah

penduduk setempat sebagai pelaku dari keadaan social di daerah yang

bersangkutan yang biasa di kategorikan berdasarkan status yang diperolehnya

seperti pengkategorian jenis kelamin, usia, pekerjaan dan sebagainya.29

Adapun pihak-pihak yang terlibat atau informannya dan bentuk

keterlibatannya adalah sebagai berikut;

1. Masyarakat Kampung Kumuh RT 03 RW 08

Di mana masyarakat ini adalah pihak yang paling penting dan

yang paling terlibat dalam program pemberdayaan ini. Hal ini karena

masyarakat yang menjadi subjek pemberdayaan dan yang akan menjadi

pelaku perubahan social di masyarakatnya sendiri. Jika masyarakat

kampung kumuh ini tidak ada keterlibatan dalam program pemberdayaan

ini maka sama dengan program pemberdayaan ini hanya sebagai wacana

saja. Belum bisa menyelesaikan problem yang selama ini masyarakat

rasakan. Dalam hal ini masyarakat kampung kumuh sangat diperlukan

partisipasinya karena mereka sendiri yang akan menjadi pelaku

perubahan pada kondisi lingkungan perkampungan kumuh tersebut.

29

(40)

Partisipasinya baik secara materi, ide, tenaga dan lain-lainnya yang

bersangkutan dengan program pemberdayaan ini.

Selama ini peran serta masyarakat hanya dilihat dalam konteks

yang sempit, artinya manusia cukup dipandang sebagai tenaga kasar

untuk mengurangi biaya pembangunan. Dengan kondisi ini, partisipasi

masyarakat “terbatas” pada implementasi atau penerapan program,

masyarakat tidak dikembangkan dayanya menjadi kreatif dari dalam

dirinya dan harus menerima keputusan yang sudah diambil “pihak luar”

akhirnya partisipasi menjadi bentuk yang pasif dan tidak memiliki

kesadaran diri.30

2. Organisasi-organisiasi yang ada RT 03 RW 08

Organisaisi atau biasa disebut dengan perkumpulan yang ada di

desa ini adalah organisasi kemasyarakatan yang keterlibatannya sangat

berpengaruh teradap masyarakat yang tinggal di kampung kumuh

tersebut. Diantara organisasi-organisasi disini adalah karang taruna,

ibu-ibu PKK, kelompok arisan, jamaah yasin dan tahlil baik bapak-bapak

maupun ibu-ibu, dan organisasi lainnya.

3. Perangkat Desa

Perangkat desa adalah mereka yang menjabat pada susunan

kepengurusan desa. Mereka yang memimpin dan mengatur lembaga

30

(41)

pemerintahan desa setempat. Sebagaimana di pimpin oleh kepala desa

dan di bawahi ada beberapa perangkat lainnya. Peran mereka dalam

program pemberdayaan ini adalah keterlibatan mereka dalam mengambil

kebijakan desa yang nantinya menjadi sebuah aturan atau perdes.

Harapannya pengaruh serta dukungan dari perangkat-perangkat desa

inilah yang nantinya bisa menjadi pendukung para masyarakat. Sudah

semestinya perangkat-perangkat desa ini mendukung dan membantu

menyelesaikan problem yang ada di masyarakatnya. Karena kamajuan

dan kesejahteraan desa tergantung pada perangkat yang memimpinnya.

4. Tokoh Masyarakat

Tokoh masyarakat ini adalah mereka yang mempunyai pengaruh

penting dalam masyarakat. Biasanya mereka adalah yang menjadi

panutan atau yang menjadi orang terpercaya. Baik itu sesepuh, ataupun

pemimpin atau ketua masjid dan lain sebagainya. Keterlibatannya adalah

sebagai penggerak utama untuk menjalankan program pemberdayaan ini.

5. Puskesmas Bulak Banteng

Puskesmas ini adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan

masyarakat. Biasanya mereka adalah yang menjadi pusat kesahatan

masyarakat yang dipercaya dapat melayani kesehatan di bidang

lingkungan khususnya pada penelitian ini. Keterlibatannya sebagai

Pembina peran kesehatan lingkungan dalam menjalankan program

(42)

I. Sistematika Pembahasan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab awal yang berkaitan tentang judul proposal

skripsi, mulai dari latar belakang masalah, fokus permasalahan,

tujuan pendampingan, manfaat pendampingan, definisi konsep, dan

sistematika pembahasan yang menjelaskan gambaran dari

masing-masing bab.

BAB II : KONSEP TEORITIS

Bab ini merupakan bab yang akan menjelaskan teori yang berkaitan

dan referensi yang kuat dalam memeparkan data yang sesuai dengan

penelitian pendampingan ini.

BAB III : METODE PENELITIAN

Adapun metode pendampingan yang digunakan adalah metode

penelitian PAR. Didalamnya pendamping akan menyajikan konsep

pengertia PAR, ruang lingkup, prosedur, strategi mencapai tujuan,

subjek pendampingan, teknik pengumpulan data dan sumber data

serta analisis stakeholders yang terkait dalam proses pendampingan.

BAB IV : MENEROPONG POJOK KAMPUNG BULAK BANTENG

Bab ini berisi tentang analisis situasi kehidupan masyarakat kampung

kumuh. Dari aspek geografis, kondisi demografis, ekonomi,

pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya.

(43)

Bab ini merupakan uraian dari temuan masalah di wilayah tersebut.

Di dalamnya juga menjelaskan proses diskusi bersama masyarakat

dengan menganalisis problematik dari beberapa temuan.

BAB VI : DINAMIKA PERENCANAAN AKSI PERUBAHAN

Bab ini berisi perencanaan program yang berkaitan dengan temuan

masalah hingga muncul gerakan aksi perubahan.

BAB VII : SEBUAH CATATAN REFLEKSI

Bab ini berisi perubahan yang muncul setelah proses pendampingan

dilakukan, selain itu juga pencapaian yang ada setelah proses tersebut

dilakukan dan menjelaskan konsep Islam tentang lingkungan sehat.

BAB VII : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran terhadap pihak-pihak terkait

(44)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

KONSEP TEORITIS

A.Teori Partisipasi Masyarakat 1. Pengertian partisipasi

Banyak ahli memberikan pengertian mengenai konsep partisipasi.

Bila dilihat dari asal katanya, kata partisipasi berasal dari kata bahasa

Inggris “participation” yang berarti pengambilan bagian,

pengikutsertaan.1 Slamet mengatakan bahwa partisipasi berarti peran serta

seseorang atau kelompok masyarakat secara aktif dari proses perumusan

kebutuhan, perencanaan, sampai pada tahap pelaksanaan kegiatan baik

melalui pikiran atau langsung dalam bentuk fisik.2

2. Bentuk-bentuk partisipasi

Masyarakat dalam berpartisipasi dapat dibedakan menjadi

beberapa tingkatan. Adapun Robert Chambers menyebutkan ada 3 model

partisipasi yang dikemukakan oleh para ahli.3 Seperti menurut Arnstein

yang mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat terdapat 8 tingkatan,

berbeda dengan Kenji dan Greenwood justru dalam membagi jenjang

partisipasi dipersempit menjadi 5 tingkatan. Sedangkan VeneKlasen

dengan Miller membagi jenjang partisipasi berjumlah 7 tingkatan. Dari

1

Pius A. Partan dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer. (Surabaya: Arkola, 2006), Hal. 655.

2

Y. Slamet, Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi, (Surakarta: Sebelas Maret University Press, 1994), Hal. 7.

3

Robert Chambers, Ideas For Development, (London: Earthscan, 2005), Hal. 105.

(45)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

beberapa pendapat para teoritis, pada intinya goal yang diinginkan dari

partisipasi masyarakat yaitu munculnya kemandirian masyarakat dalam

mengontrol atau memobilisasi diri. Berikut tabel yang menunjukkan

[image:45.595.139.481.243.511.2]

model partisipasi masyarakat menurut para ahli :

Tabel 2.1

3 Model Tingkatan Partisipasi Masyarakat Menurut Para Ahli

Jenjang partisipasi masyarakat dapat direncanakan sesuai dengan

konteks dan kebutuhan tertentu. Dari ketiga model partisipasi masyarakat

tidak ada klaim yang menegaskan sebagai satu-satunya jenjang yang

paling benar dan yang paling otoritatif.4 Definisi dari “partisipasi”

masyarakat adalah sebuah bentuk pemaknaan tentang praktek yang baik.5

Individu atau kelompok dapat diikutsertakan untuk membangun partisipasi

mereka sendiri. Jenjang partisipasi masyarakat menunjukkan bahwa kata

4

Robert Chambers, Ideas For Development, (London: Earthscan, 2005), Hal. 106. 5

(46)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

“partisipasi” dapat digunakan untuk aktivitas dan hubungan yang berbeda.

Jenjang partisipasi masyarakat juga dapat menunjukkan bahwa

masing-masing model partisipasi merupakan semuanya berbicara tentang

kekuasaan. Hal ini dapat mengurangi ketergantungan dan memperbaiki

kebiasaan masyarakat untuk lebih baik.

Menurut pernyataan Sherry R Arnstein yang dikutip oleh Sigit,

bahwa membagi jenjang partisipasi masyarakat terhadap program

pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam 8 tingkat

partisipasi masyarakat dengan berdasarkan kekuasaan yang diberikan

kepada masyrakat.6 Tingkat partisipasi dari tertinggi ke terendah adalah

sebagai berikut:

a. Citizen control, masyarakat dapat berpartisipasi di dalam dan

mengendalikan seluruh proses pengambilan keputusan. Pada tingkatan

ini masyarakt memiliki kekuatan untuk mengatur program atau

kelembagaan yang berkaitan dengan kepentingannya. Masyarakat

mempunyai wewenang dan dapat mengadakan negosiasi dengan

pihakpihak luar yang hendak melakukan perubahan. Usaha bersama

warga ini langsung berhubungan dengan sumber dana untuk

memperoleh bantuan tanpa melalui pihak ketiga.7

b. Delegated power, pada tingkatan ini masyarakat diberi limpahan

kewenangan untuk membuat keputusan pada rencana tertentu. Untuk

6

Sigit Wijaksono, “Pengaruh lama tinggal terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan pemukiman”, Jurnal ComTech Vol.4 No.1 Juni 2013, Hal. 27.

7

(47)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

menyelesaikan permasalahan, pemerintah harus mengadakan negosiasi

dengan masyarakat tidak dengan tekanan dari atas, dimungkinkan

masyarakat mempunyai tingkat kendali atas keputusan pemerintah.

c. Partnership, masyarakat berhak berunding dengan pengambil

keputusan atau pemerintah, atas kesepakatan bersama kekuasaan

dibagi antara masayrakat dengan pemerintah. Untuk itu, diambil

kesepakatan saling membagi tanggung jawab dalam perencanaan,

pengendalian keputusan, penyusunan kebijakan serta pemecahan

masalah yang dihadapi.8

d. Placation, pemegang kekuasaan (pemerintah) perlu menunjuk

sejumlah orang dari bagian masyarakat yang dipengaruhi untuk

menjadi anggota suatu badan publik, di mana mereka mempunyai

akses tertentu pada proses pengambilan keputusan. Walaupun dalam

pelaksanaannya usulan masyarakat tetap diperhatikan, karena

kedudukan relatif rendah dan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan

anggota dari pemerintah maka tidak mampu mengambil keputusan.9

e. Consultation, masyarakat tidak hanya diberitahu tetapi juga diundang

untuk berbagi pendapat, meskipun tidak ada jaminan bahwa pendapat

yang dikemukakan akan menjadi pertimbangan dalam pengambilan

keputusan. Metode yang sering digunakan adalah survei tentang arah

8

Ibid, Hal. 28. 9

(48)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

pikiran masyarakat atau pertemuan lingkungan masyarakat dan public

hearing atau dengar pendapat dengan masyarakat.10

f. Informing, pemegang kekuasaan hanya memberikan informasi kepada

masyarakat terkait proposal kegiatan, masyarakat tidak diberdayakan

untuk mempengaruhi hasil. Informasi dapat berupa hak, tanggung

jawab dan berbagai pilihan, tetapi tidak ada umpan balik atau kekuatan

untuk negosiasi dari masyarakat. Informasi diberikan pada tahapan

akhir perencanaan dan masyarakat hanya memiliki sedikit kesempatan

untuk mempengaruhi rencana yang telah disusun.11

g. Therapy, pemegang kekuasaan memberikan alasan proposal dengan

berpura-pura melibatkan masyarakat. Meskipun terlibat dalam

kegiatan, tujuannya lebih pada mengubah pola pikir masyarakat

daripada mendapatkan masukan dari masyarakat itu sendiri.12

h. Manipulation, merupakan tingkatan partisipasi yang paling rendah, di

mana masyarakat hanya dipakai namanya saja. Kegiatan untuk

melakukan manipulasi informasi untuk memperoleh dukungan publik

dan menjanjikan keadaan yang lebih baik meskipun tidak akan pernah

terjadi.13

Sejalan dengan penjelasan 8 tingkatan partisipasi, Sigit mengutip

pernyataan Arnstein yang berkaitan dengan tipologi di atas di mana terbagi

dalam 3 kelompok besar, yaitu tidak ada partisipasi sama sekali (non

10

Ibid, Hal. 28. 11

Ibid. 12

Ibid. 13

(49)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

participation), yang meliputi: manipulation dan therapy, partisipasi

masyarakat dalam bentuk tinggal menerima beberapa ketentuan (degrees

of tokenism), meliputi informing, consultation, dan placation, partisipasi

masyarakat dalam bentuk mempunyai kekuasaan (degrees of citizen

power), meliputi partnership, delegated power, dan citizen power.14

[image:49.595.139.483.240.526.2]

Gambar 2.1 : Delapan Tangga Partisipasi Masyarakat Arnstein

Dua tangga terbawah dikategorikan sebagai “non partisipasi”

dengan menempatkan bentuk-bentuk partisipasi yang dinamakan terapi

dan manipulasi. Sasaran dari kedua bentuk ini adalah mendidik dan

mengobati masyarakat yang berpartisipasi. Tangga ketiga, keempat dan

kelima sebagai tingkat Tokenism yaitu suatu tingkat partisipasi di mana

masyarakat didengar dan diperkenankan berpendapat, tetapi mereka tidak

14

(50)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

boleh memiliki kemampuan untuk mendapat jaminan bahwa pandangan

mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang keputusan.15

Menurut pernyataan Arnstein yang dinukil oleh Sigit, jika

partisipasi hanya dibatasi pada tingkatan ini, maka kecil kemungkinannya

ada perubahan dalam masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.

Termasuk dalam tingkat Tokenism adalah penyampaian informasi

(informing), konsultasi, dan peredaman kemarahan (placation).

Selanjutnya Arnstein mengkategorikan tiga tangga teratas ke dalam tingkat

kekuasaan masyarakat (citizen power). Masyarakat dalam tingkatan ini

memiliki pengaruh dalam proses pengambilan keputusan dengan

menjalankan kemitraan (partnership) dengan memiliki kemampuan tawar

menawar bersama-sama pengusaha atau pada tingkatan yang lebih tinggi

pendelegasian kekuasaan (delegated power) dan pengawasan masayrakat

(citizen control). Pada tingkat ke 7 dan 8, masyarakat (non elite) memiliki

mayoritas suara dalam proses pengambilan keputusan-keputusan bahkan

sangat mungkin memiliki kewenangan penuh mengelola suatu objek

kebijakan tertentu.16

Delapan tangga partisipasi yang telah dijelaskan ini memberikan

pemahaman bahwa terdapat potensi yang sangat besar untuk manipulasi

program partisipasi masyarakat menjadi suatu cara yang mengelabui

(devious methods) dan mengurangi kemampuan masyarakat untuk

mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Sebagaimana Hessel

15

Ibid, Hal. 29.

16

(51)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

mengutip pernyataan Nelson yang menyebutkan adanya dua macam

bentuk partisipasi17, yaitu :

1. Partisipasi horizontal, yaitu partisipasi diantara sesama warga atau

anggota masyarakat, di mana masyarakat mempunyai kemampuan

berprakarsa dalam menyelesaikan secara bersama suatu kegiatan

pembangunan.

2. Partisipasi vertikal, yaitu partisipasi antara masyarakat sebagai

suatu keseluruhan dengan pemerintah, dalam hubungan di mana

masyarakat berada pada posisi sebagai pengikut atau klien.

Jadi, seseorang dikatakan berpartisipasi dalam suatu kegiatan

pembangunan jika individu itu benar-benar melibatkan diri secara utuh

dengan mental dan emosinya, bukan sekedar hadir dan bersikap pasif

terhadap aktivitas tersebut. Adapun rasa tangung jawab sebagai salah satu

unsur dari partisipasi, sebagaimana merupakan aspek yang menentukan

dalam pengambilan keputusan individu untuk berpartisipasi dalam setiap

kegiatan pembangunan. Pendapat dari Hicks juga dikutip oleh Hessel

terkait merumuskan rasa tanggung jawab sebagai suatu kualitas

masyarakat untuk berkembang secara mandiri, tatkala yang bersangkutan

secara sadar dan bebas memilih dan menyetujui semua hal, menyerap

suatu nilai, atau menerima suatu tugas.18

Rasa tanggung jawab ini memliiki implikasi positif yang luas bagi

proses pembangunan, sebab didalamnya masyarakat berkesempatan

17

Hessel Nogi S Tangkilisan, Manajemen Publik, (Jakarta: PT. Grasindo, 2005), Hal. 323-324.

18

(52)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

belajar dari hal-hal yang kecil untuk kemudian ditingkatkan ke hal-hal

yang lebih besar, memiliki keyakinan akan kemampuan diri sendiri,

mempunyai kesempatan memutuskan sendiri apa yang dikehendakinya,

dan lebih jauh lagi masyarakat merasa memiliki hasil-hasil dari

pembangunan itu.

B.Kesadaran Kolektif Menuju Perubahan Sosial

Dalam membangun kesadaran masyarakat secara umum, maka

seringkali dijumpai suatu kelompok atau komunitas. Di manapun individu itu

tinggal, pasti berinteraksi dengan individu yang lainnya sehingga membentuk

sebuah komunitas. Jim Ife dalam mengartikan sebuah komunitas yaitu

seseorang yang melakukan kegiatan secara bersama-sama dalam beberapa

waktu.19 Dalam membangun good society tentu harus didasari dengan

kesadaran secara kolektif, pemahaman secara kolektif, memiliki pengalaman

atau saling membagi pengalaman secara kolektif dan melakukan sebuah

tindakan juga

Gambar

Tabel 1.1 Luas wilayah dan kepadatan penduduk Kota
Gambar 7.1     Pemantauan Perkembangan Toga  .........................................
Tabel 1.1
Tabel 1.2
+7

Referensi

Dokumen terkait