• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPARASI ANTARA FUQOHA' DAN ANGGOTA JAMAAH LDII KABUPATEN GRESIK TENTANG WANITA KARIER.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI KOMPARASI ANTARA FUQOHA' DAN ANGGOTA JAMAAH LDII KABUPATEN GRESIK TENTANG WANITA KARIER."

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Ach. Qomaruz Zaman

NIM. C31212099

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah Dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam Program Studi Hukum Keluarga

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Penelitian ini adalah hasil penelitian lapangan yang berjudul “Komparasi

Pandangan Fuqaha’ dan Anggota Jamaah LDII Kabupaten Gresik Tentang Wanita

Karier”. Skripsi ini bertujuan untuk menjawab dua rumusan masalah, yaitu: (1)

pandangan Fuqaha’ dan jamaah LDII Kabupaten Gresik Tentang Wanita Karier. (2)

Komparasi pendapat fuqaha’ dan jamaah LDII Kabupaten Gresik tentang wanita karier.

Penelitian ini merupakan hasil penelitian yang bersifat lapangan, dengan metode kualitatif yakni dengan data yang berupa kata-kata. Kemudian di analisis dengan teknik depkriptif analisis dengan pola pikir deduktif untuk mendapatkan hasil yang utuh.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa dalam pandangan jama’ah LDII

Kabupaten Gresik dilarang wanita keluar rumah untuk bekerja, sementara itu kaum lelakinya diperbolehkan bekerja namun harus bekerja dengan sesama anggota. Namun, larangan tersebut dibantah pengurus DPD LDII Kabupaten Gresik yang mengatakan bahwa boleh wanita untuk bekerja diluar dan tidak ada larangan.

Hasil analisis komparasi menyimpulkan bahwa larangan yang ada di anggota jama’ah LDII bertolak belakang dengan pendapat fuqaha’. Hal tersebut karena wanita berhak untuk bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Larangan keluar rumah pun tidak sesuai dengan apa yang disampaikan Nabi Muhammad bahwa dilarang untuk mengurung wanita dalam rumah.

Sejalan dengan kesimpulan yang ada di atas, penulis memberikan saran. Pertama untuk anggota jama’ah LDII terutama para ustadz LDII untuk mengaji ulang

larangan tersebut karena kurang sesuai dengan pandangan fuqaha’. Kedua, untuk

(7)

vii

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Kajian Pustaka... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Kegunaan Penelitian ... 9

G. Definisi Operasional... 9

H. Metode Penelitian ... 10

I. Sistematika Pembahasan ... 13

(8)

viii

B. Wanita karier Dalam Pandangan Jamaah LDII Kabupaten Gresik ... 30

BAB III: PROFIL JAMA’AH LDII KABUPATEN GRESIK A. Deskripsi LDII Kabupaten Gresik ... 36

1. Sejarah LDII ... 36

2. Profil LDII Kabupaten Gresik ... 43

B. Pandangan Jama’ah LDII Terhadap Wanita Karier ... 45

1. Pendapat kontra jama’ah LDII kababupaten Gresik tentang wanita karir ... 46

2. Pendapat pro jama’ah LDII kababupaten Gresik tentang wanita karir ... 49

BAB IV: KOMPARASI ANTARA PANDANGAN FUQAHA’ DAN JAMAAH LDII TENTANG WANITA KARIER A. Pandangan Fuqaha’ Tentang Wanita Karier ... 52

B. Pandangan Jamaah LDII Tentang Wanita Karier ... 53

C. Komparasi Antara Pandangan Fuqaha’ dan Jamaah LDII Tentang Wanita Karier ... 55

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wanita dinamakan Al jins Al lat}i>f, satu jenis manusia yang halus:

memiliki kehalusan perasaan, kehalusan cara berfikir, kehalusan susunan

badan, kehalusan gerak gerik, dan keindahan.1 Kehalusan tindakan dengan

beberapa kekurangan yang harus diatasi dan diperbaiki. Kekurangan yang

dimaksud diantaranya adalah mudah terpengaruh. Meskipun terdapat

sifat-sifat positif yang sangat berguna dan diperlukan bagi kesejahteraan

kehidupan manusia.2 Bahkan semua agama mempunyai perhatian yang

spesifik terhadap wanita.Dalam Al-Quran terdapat sebuah surat yang diberi

nama͆surat wanita͇ (An-Nisa>) yang terdiri dari 176 ayat disamping itu

terdapat ayat-ayat dalam surat lain yang membahas tentang wanita dari

onjektif sampai objektif.3

Islam memandang wanita dari sudut pandang keimanan sebagai individu

anggota umat yang dikaitkan dengan individu yang lain dengan ikatan

akidah. Yang dimaksud ikatan akidah ini adalah sebuah ikatan yang

membentuk gerakan politik yang berperan sebagai motor penggerak aktifitas

umat dengan tujuan mewujudkan syariat yang menjadi hukum umat. Allah

1Abdullah A.Djawas, Dilema wanita karir menuju keluarga sakina,(Yogyakarta: Ababil, 1996),

102.

2St. Rogayah Buchorie, Wanita Islam (secara perjuangan kedudukan dan peranannya), (Bandung:

Baitul hikmah, 2006), 4.

3 Abdullah A. Djawas, Dilema wanita karir menuju keluarga sakina, (Yogyakarta: Ababil, 1996),

(10)

memberikan peran kepada suami sebagai pemimpin rumah tangga,

sebagaimana firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat 34 yang berbunyi:

تاحلاّصلاف لاومأنماوقفنأا بو ع ىلع

ع ّللَّ فا بءاسّنلاىلعنوماّوقلاجّ لا

حتاتناق

عجا لايفّنه جهاوّنهوظعفّنه وشننوفاختيتَلاو ّللاظفحا يغللتاظفا

ا ي كايلعناك ّللاّنإَي سّن يلعاوغ تَف كنع أنإفّنهوب ضا

Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi

Maha Besar.4

Disamping itu peran istri adalah sebagai ibu dan pengatur rumah tangga

yang bertanggungjawab di bawah kepemimpinan suami. Namun dengan

bekerjanya wanita di luar rumah berarti wanita telah mencampuri apa yang

melampaui apa yang menjadi kekhususan laki-laki dan menghilangkan

peranan dan kepemimpinan atas wanita. Dan Allah selalu menyerukan agar

wanita tetap dirumah, sebagaimana firman-Nya dalam Quran Surat

Al-Ahzab ayat 33 yang berbunyi:

ق

يف

ّنكتويب

نجّ تا

جّ ت

ةّيلهاجلا

ىل أا

ن قأ

نيتآ َّصلا

نع أ اكّزلا

ا ي طت ك ّ طيوتي لَهأسجّ لا كنع ه يل ّللادي يا ّنإ لوس و ّللا

Artinya: dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan

(11)

Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari

kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.͇

5

Akan tetapi dengan melesatnya arus globalisasi, pendidikan wanita

mulai diperhatikan, tidak jarang kita melihat kecerdasan wanita yang

melebihi laki-laki. Selain ditunjang pendidikan, kini kaum wanita telah

menanamkan kesadaran dan kemandirian. Dari sinilah kaum wanita mulai

bersaing dengan kaum laki-laki. Lapangan kerja yang dimasuki wanita

hampir tidak ada bedanya dengan laki-laki.6 Namun disamping itu ada

sebagian masyarakat yang mempunyai pandangan bahwa seorang wanita

tidak perlu mendapatkan pendidikan yang tinggi karena pada akhirnya tugas

mereka hanya dalam ranah domestik, yakni dalam ranah rumah tangga.7

Sejalan dengan peranan seorang perempuan di dalam rumah tangga

sebagai salah satu orang yang memiliki andil dalam menciptakan generasi

yang berkualitas hingga nantinya akan membawa sebuah kemajuan bagi

negara, terdapat sebuah organisasi politik Islam. Organisasi politik Islam ini

berjuang keras agar Islam menjadi pusat tatanan dalam segala lini kehidupan.

Organisasi ini adalah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Gerakan ini

merupakan fenomena keagamaan yang sempat menjadi bahan pembicaraan

5Departemen Agama RI, Al-Quran Terjemah Al-Hikmah, (Bandung: Diponegoro, 2008), 422.

6 M. Quraish Shihab, Perempuan: Dari Cinta Sampai Seks, Dari Nikah Mutah Sampai Nikah

Sunnah, dari Bias Lama Sampai Bias Baru, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), 108.

7Abdul Mustaqim, Paradigma Tafsir Feminis: Membaca Al-Quran Dengan Optik Perempuan,

(12)

masyarakat pada tahun 1979. Ajaran-ajarannya yang dianggap jauh berbeda

dengan ajaran Islam yang sebenarnya.8

LDII merupakan salah satu organisasi yang terkenal eksklusif. Eksklusif

adalah sikap yang memandang bahwa keyakinan, pandangan, pikiran dan

prinsip diri sendiri yang paling benar, sementara keyakinan, pandangan,

pikiran dan prinsip yang dianut orang lain salah, sesat dan harus

dijauhi.Penyelenggaraan pengajian-pengajiannya dilakukan secara tertutup,

tidak terbuka seperti layaknya pengajian-pengajian biasa yang sering kita

lihat di masjid-masjid. Untuk menjadi anggota ini harus di baiat atau sumpah

janji lebih dahulu. Anggota dari kelompok ini terkenal tidak dapat

bekerjasama dengan kelompok lain yang tidak sealiran, yang akibatnya

mereka kurang bersifat terbuka. Sehingga mereka tidak bisa bersosialisasi

dengan masyarakat selain komunitasnya.

Meskipun organisasi ini berlandaskan Al-Quran dan Al-hadits akan

tetapi banyak yang beranggapan bahwa sikap dari kelompok ini berbeda

dengan kelompok organisasi yang lain. Karena dotrin keagamaan yang

dikembangkan komunitas ini terlalu keras, maka LDII dianggap meresahkan

masyarakat. seperti halnya menganggap golongan mereka saja yang nanti

pasti masuk surga. Bahkan katanya pastimasuk surga. Golongan mereka

sampai menganggap orang selain golongannya najis dan kafir. Keresahan

masyarakat itu timbul dikarenakan anggota LDII tidak mau berhubungan

8 Bambang Irwan Hafiluddin, dkk, Bahaya Islam Jamaah Lemkari-LDII, (Jakarta: LPPI, 1998),

(13)

selain dengan komunitasnya sendiri. Misalnya, apalagi ada muslim lain

selain golongannya sholat di masjid mereka, maka bekasnya langsung

dibersihkan. Dari sini maka timbul dalam pikiran masyarakat bahwa

komunitas LDII adalah organisasi tertutup karena anggotanya tidak mau

melaksanakan kegiatan bersama dengan muslim lain selain komunitasnya.

Di samping permasalahan muamalah, salah satu tema yang menjadi

sorotan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) adalah kedudukan wanita

sebagai pekerja atau wanita karier di hadapan syariah. Dalam pandangan

LDII, Islam tidak sepenuhnya melarang wanita untuk bekerja. Wanita boleh

bekerja di luar rumah ketika tidak ada sama sekali yang menafkahinya,

sehingga bekerja adalah jalan satu-satunya agar bertahan hidup karena

keadaan tersebut termasuk dalam keadaan darurat. Sedangkan di dalam

syariat Islam sendiri mempunyai kaidah Fiqiyah sebagai landasan

peraturanorganisasi LDII. Organisasi tersebut juga memberi batasan untuk

wanita yang berkarir di luar rumah, untuk menghindari fitnah mereka hanya

memperboolehkan wanita berkarir atau bekerja kepada orang-orang yang

mereka yakini tidak akan berbuat dzalim atau zina, dalam hal ini mereka

mempercayai hanya dalam lingkup anggota organisasinya sendiri yakni

LDII, diluar kelompok organisasi tersebut mereka melarang bahkan

mengharamkannya.

Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan diatas, penulis tertarik

untuk meneliti pandangan para aktivis LDII khususnya di Kabupaten Gresik

(14)

publik, khususnya para wanita yang termasuk dalam kelompok mereka

melalui penelitian yang berjudul ͆Studi komparasi antara fuqoha dan

jamaaah LDII kabupaten Gresik tentang wanita karier.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas, maka penulis

dapat mengidentifikasi masalah antara lain, yaitu:

1. Pandangan tentang wanita dari sudut keimanan

2. Peran ganda wanita sebagai istri, ibu, pengatur rumah tangga dan wanita

karir.

3. Pandangan Jamaah LDII Kab. Gresik tentang wanita karir

4. Pandangan Fuqoha’ tentang wanita karier

Berdasarkan indentifikasi permasalahan yang muncul diatas, maka untuk

membatasi permasalahan agar tidak melebar, penulis merumuskan

batasan-batasan sebagai berikut:

1. Pandangan jamaah LDII Kabupaten Gresik tentang wanita karir.

2. Pandangan Fuqoha’ tentang wanita karier.

C. Rumusan Masalah

Dari pemaparan identifikasi dan batasan masalah maka penulis dapat

(15)

1. Bagaimana pandangan Fuqoha’ dan jamaah LDII Kabupaten Gresik

tentang wanita karier?

2. Bagaimana komparasi antara Fuqoha’ dan jamaah LDII Kabupaten Gresik

tentang wanita karier?

D. Kajian Pustaka

Bagi penulis dirasa sangat penting untuk memberikan pemaparan terlebih

dahulu terkait dengan penelitian serupa yang telah ada sebelumnya. Hal

tersebut agar dapat mengetahui dan lebih memperjelas kembali bahwa

penelitian ini memiliki perbedaan. Adapun penelitian terdahulu sebagai

berikut:

Skripsi yang disusun oleh Ziadatun Ni’mah (2009), dengan judul “Wanita

Karir Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Pandangan K>H. Husein

Muhammad)” yang dalam skripsi ini lebih menekanan pada pandangan

Husein Muhammad yang menilai bahwa wanita karir itu aadalah wanit yang

mandiri. Ziadatun Ni’mah menambahkan wanita dan pria yang sudah dewasa

berhak bekerja dimana saja.9

Selanjutnya Rasyidah Fathina (2010), dengan judul “Pandangan Aktivis

Tentang Perempuan Yang Bekerja Disektor Publik” dalam skripsi ini

menekankan pandangan aktifis HTI yang membolehkan wanita bekerja

9Ziadatun Ni’mah , “Wanita Karir Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Pandangan K>H. Husein

(16)

disektor publik dengan syarat-syarat tidak melalaikan tugasnya sebaga ibu

rumah tangga dan mendapat izin dari suami.10

Karya Junaidi (2009), dengan judul “Upaya Mewujudkan Keluarga

Sakinah Dalam Keluarga Karir (Studi Pada Dosen Wanita Fakultas

Humaniora dan Budaya UIN Malik Ibrahim)” dalam skripsi ini penulis

mencoba menjelaskan upaya-upaya dosen wanita fakultas Humaniora dan

Budaya UIN Malik Ibrahim untuk mewujudkan keluarga sakinah dalam

keluarga karir salah satunya dengan cara tetap berkomunikasi.11

Karya Heri Purwanto (2010), dengan judul “Wanita Karir dan Keluarga

(Studi Atas Pandangan Anggota DPR Yogyakarta Tahun 2004-2010)” dalam

skripsi ini penulis menekankan anggota dewan perempuan tentang

membolehkannya seseorang sebgai wanita karir. Keterwakilan perempuan di

parlemen sangat dibutuhkan dengan menyuarakan aspirasi perempuan.12

Penelitian yang membahas tentang wanita karir telah banyak dijumpai

pada karya-karya tulis ilmiyah dalam bentuk skripsi. Namun setelah meneliti

kajian pustaka tersebut maka penelitian ini memiliki sudut bahasan yang

berbeda dari yang lain. Penulis lebih memfokuskan pada jamaah LDII

tentang wanita karir yang akan dikeas melalui penelitian dengan judul “Studi

10Rasyidah Fathina, “Pandangan Aktivis Tentang Perempuan Yang Bekerja Disektor Publik”

(Skripsi-UIN Malik Ibrahim, Malang, 2010).

11Junaidi, “Upaya Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Keluarga Karir (Studi Pada Dosen

Wanita Fakultas Humaniora dan Budaya UIN Malik Ibrahim)” (Skripsi-UIN Malik Ibrahim,

Malang, 2009).

12Heri Purwanto, “Wanita Karir dan Keluarga (Studi Atas Pandangan Anggota DPR Yogyakarta

(17)

komparasi antara fuqoha dan jamaaah LDII kabupaten Gresik tentang

wanita karier”.

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah maka penelitian ini memiliki beberapa

tujuan, antara lain sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pandangan jamaah LDII Kabupaten Gresik tentang

wanita karir.

2. Untuk mengetahui pandangan Fuqoha’ tentang wanita karir

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

bahan untuk menambah wawasan serta sebagai kontribusi dalam

pengembangan keilmuan khususnya dalam bidang hukum Keluarga

Islam yang lebih dispesifikkan tentang pandangan jamaah LDII

Kabupaten Gresik terkait wanita karir yang dikaitkan dengan hukum

Islam.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai solusi terhadap

problematika yang muncul di masyarakat tentang perbedaan pandangan

(18)

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya kerancauan dan perbedaan pemahaman

terhadap pokok bahasan skripsi yang berjudul ͆Studi komparasi antara

fuqoha dan jamaaah LDII kabupaten Gresik tentang wanita karier͇

,terlebih dahulu penulis menjelaskan variabel penelitian untuk

mempermudah pemahaman terhadap isi pembahasan yang dimaksud, di

antaranya:

1. Komparasi : Pebandingan pandangan antara jamaah LDII dan fuqoha’

2. Fuqoha’ : Ulama kontemporer maupun klasik dalam hal ini ulama

kontemporer menggunakan pandangan yusuf qordawi dan quraish sihab

3. Wanita karier : Perempuan dewasa yang berkecimpung dalam kegiatan

profesi (usaha, perkantoran, dsb).

H. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang

langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan

dengan masalah tertentu yang diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan

selanjutnya dicari cara penyelesaiannya.13

1. Data yang dikumpulkan

Sesuai permasalahan di atas, maka beberapa data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari:

(19)

a. Data tentang pandangan jamaah LDII Kab. Gresik terhadap wanita

karir

b. Data tentang pandangan jamaah LDII Kab. Gresik terhadap wanita

karir

2. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan sebagai bahan rujukan

pencarian data, yaitu berupa dua hal antara lain:

a. Sumber Data Primer

Sumber primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat

pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi

yang dicari.14 Dalam penelitian ini data yang diperoleh berdasarkan

pandangan jamaah LDII Kab. Gresik terhadap wanita karir.

b. Sumber Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari sumber yang telah ada atau data

tersebut sudah tersedia yang berfungsi untuk melengkapi data

primer.15

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Interview

Interview atau wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan

oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dengan pelaku dalam

14 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogykarta: Pustaka Pelajar, Cet. IV, 2003), 91.

(20)

tanya jawab.16 Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara dan

tanya jawab dengan pengurus DPD dan jamaah LDII Kab. Gresik.

b. Studi Literatur

Merupakan suatu kegiatan mengumpulkan dan memeriksa

informasi atau keterangan yang berhubungan dengan bahasan

penelitian.17 Penulis menggunakan metode pengumpulan data melalui

telaah buku-buku, karya tulis ilmiah berupa skripsi dan jurnal, serta

naskah dokumen.

4. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data meliputi kegiatan sebagai berikut:18

a. Editing, adalah pengecekan data yang telah dikumpulkan, karena

kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data terkumpul itu

tidak logis dan meragukan. Tujuan editing adalah untuk

menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan di

lapangan dan bersifat koreksi. Pada kesempatan ini, kekurangan data

atau kesalahan data dapat dilengkapi atau diperbaiki baik dengan

pengumpulan data ulang atau pun dengan interpolasi (penyisipan).

b. Organizing, yaitu mengatur dan menyusun data-data yang diperoleh

dalam kerangka paparan yang direncanakan kemudian

dikonfirmasikan dengan rumusan masalah.

16 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT. Adi Mahasatya, 2002), 132.

17 Syamsuddin, Operasional Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 101.

18 M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Gralia

(21)

5. Teknik Analisis Data

Teknik yang dipakai dalam analisis adalah dengan menggunakan

metode deskriptif analitis, yaitu teknik yang diawali dengan menjelaskan

dan menggambarkan data hasil penelitian yang diperoleh penulis dari

lapangan dengan perbandingan data atau bahan pustaka yang berkaitan

dengan masalah yang diangkat.

Teknik pola Deduktif, yaitu pola berfikir yang didasarkan pada

penarikan kesimpulan dari data penelitian yang telah diambil dari

pengertian umum yang bersumber dari Hukum Islam yang berkaittan

dengan masalah wanita karir, selanjutnya dikemukakan kenyataan

yang bersifat khusus mengenai tinjauan hukum Islam terkait

pandangan jamaah LDII Kab. Gresik.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah penulisan dan pemahaman skripsi ini, maka

penulis perlu menyusun sistematika pembahasan agar penulisan skripsi

terarah dan menjadi suatu gambaran umum mengenai isi skripsi. Penulisan

skripsi ini penulis bagi menjadi lima bab, yaitu:

Bab pertama, merupakan bab pendahuluan yang menguraikan

tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, identifikasi masalah,

batasan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

(22)

Bab kedua, merupakan pandangan fuqoha’ tentang wanita karier

serta kedudukannya yang meliputi pengertian wanita , hak dan kewajiban

wanita , pengertian wanita karir.

Bab ketiga, menguraikan data hasil penelitian, meliputi profil

organisasi LDII Kab. Gresik, pandangan jamaah dan pengurus DPD LDII

Kab. Gresik tentang wanita karir.

Bab keempat, pemaparan analisis studi komparasi antara fuqoha’

dan jamaah LDII kabupaten Gresik tentang wanita karir

Bab kelima yakni memuat kesimpulan, yang merupakan rumusan

jawaban yang ringkas atas masalah yang dipertanyakan dalam penelitian,

(23)

BAB II

PANDANGAN FUQOHA>’ TENTANG HAK DAN KEDUDUKAN WANITA

KARIER

A.KEDUDUKAN WANITA DALAM PANDANGAN FUQOHA’

Islam sangat memuliakan wanita, al-qur’an dan hadis memberikan

perhatian yang sangat besar serta kedudukan yang terhormat kepada

wanitaBaik dia sebagai istri, ibu, anak, saudara ataupun peran lainnya, begitu

pentingnya hal ini, Allah mewahyukan sebuah surat dalam al-qur’an kepada

Nabi Muhammad Saw yang di beri nama surat al-Nisa>’, sebagian besar surat

ini membicarakan persoalan yang berhubungan dengan kedudukan, peran dan

hak-hak wanita.1

Abdul Aziz Dahlan mengatakan bahwa wanita dan pria mempunyai tabiat

kemanusiaan yang sama. Mereka dianugrahi potensi kemanusiaan yang sama

oleh Allah SWT, sehingga dapat melakukan kegiatan masing masing dan

memikul tanggung jawab.2

Dalam Islam wanita memilik kedudukan yang sama dengan pria, baik

sebagai hamba allah maupun khalifah di muka bumi.Namun bukan berarti

wanita di berikan kedudukan yang sama persis dengan kaum pria. Islam tetap

(24)

mengatur adanya perbedaan yang bijaksana antara kaum pria dan wanita.

Antara lain dalam hak talak.3

Islam menjunjung tinggi derajat wanita, ia ditempatkan pada posisi yang

sangat terhormat, tidak ada yang boleh menghinanya. Untuk menjaga

kesucian serta ketinggain derajat dan martabat kaum wanita, maka dalam

kehidupan sehari hari Islam memberiakn tuntunan dengan ketentuan hukum

Islam sebagai batasan dan perlindungan.4

Dalam kedudukan wanita ada beberapa orang yang beranggapan

kedudukan wanita berbeda dengan pria. Padahal setelah di telaah di atas dan

buktikan dengan ayat di atas kedudukan wanita dengan pria dalam Islam

adalah sama.

Isu yang sering di bahas adalah tentang hak kerja wanita, hak kerja

menjadi isu yang penting di lihat dalam Islam karena di di ketahui ada

larangan wanita keluar rumah kecuali ada hal yang di perlukan. St. Rogayah

tidak mengerti alasan pelarangan tersebut. Sebenarnya tingkat keterikatan

wanita dengan rumah tangga merupakan masalah sosial yang bentuknya

bervariasi sesuai dengan kondisi wanita dan kondisi masyarakatnya.5

Akan tetapi ada juga dalil lain dan fakta sejarah bahwa wanita di

perbolehkan memiliki karier atau bekerja di luar rumah. Sub bab berikutnya

akan menjelaskan bagaimana fiqih memandang wanita karier

3 St. Rogayah Bucharie, Wanita Islam: Sejarah Perjuangan, Kedudukan dan Peranannya,

(Bandung: Baitul Hikmah, 2006), 81.

(25)

B.WANITA KARIR DALAM PANDANGAN FUQOHA’

Sebelum mengetengahkan ketentuan hukum Islam terhadap wanita karier,

Abdul Halim Abu Syuqqah merasa perlu mengingatkan dua masalah yang

sangat penting. Pertama mengenai pandangan yang salah yang berkembang

pada zaman sekarang. Kedua mengenai penelitian ilmiah yang sangat di

perlukan untuk mengarahkan karir wanita. Mengenai masalah pertama penulis

tekankan bahwa pandangan yang salah tentang karir wanita sebagaimana

mereka yang mengatakan bahwa karir itu sangat penting bagi wanita agar dia

dapat mewujudkan dan mengembangkan kepribadiannya. Meraka salah dalam

masalah ini sebab wanita dapat saja mewujudkan dan mengembangkan

kepribadiannya, walaupun hanya melalui pekerjaan sebagai ibu rumah tangga

dengan sedikit keterlibatan dalam bidang sosial atau politik. Hal ini jelas tidak

akan berbenturan dengan profesi lain yang mungkin dia jalani.6

Pada wanita yang bekerja mereka dihadapkan pada banyak pilihan yang

ditimbulkan oleh perubahan peran dalam masyarakat, di satu sisi mereka harus

berperan sebagai ibu rumah tangga yang tentu saja bisa dikatakan memilki

tugas yang cukup berat dan sisi lain mereka juga harus berperan sebagai

wanita karir. Wanita dan laki-laki kini telah masuk dalam lapangan persaingan

yang sangat ketat. Wanita berlomba lomba menguasai wilayah kerja kaum

laki laki.7

6 Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita, Chairul Halim, Jilid 1, (Jakarta: Gema Insani

Press, 1997), 46.

7 Abdullah A. Djawas, Dilema Wanita Karier (Menuju Keluarga Sakinah), (Yogyakarta: Ababil,

(26)

Sebenarnya, usaha (kiprah) kaum wanita cukup luas meliputi berbagai

bidang, terutama yang berhubungan dengan dirinya sendiri, yang diselaraskan

dengan Islam, dalam segi akidah, akhlak dan masalah yang tidak menyimpang

dari apa yang sudah digariskan atau ditetapkan oleh Islam.8

Harus di akui Allah Ta’ala menciptakan laki-laki dan wanita dengan

karakteristik yang berbeda. Secara alami (sunnatullah), laki-laki memiliki

otot-otot yang kekar, kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang berat,

pantang menyerah, sabar dan lain-lain. Cocok dengan pekerjaan yang

melelahkan dan sesuai dengan tugasnya yaitu menghidupi keluarga secara

layak.9

Sedangkan bentuk kesulitan yang dialami wanita yaitu: Mengandung,

melahirkan, menyusui, mengasuh dan mendidik anak, serta menstruasi yang

mengakibatkan kondisinya labil, selera makan berkurang, pusing-pusing, rasa

sakit di perut serta melemahnya daya pikir.10

Oleh karena itu, agama Islam menghendaki agar wanita melakukan

pekerjaan/karir yang tidak bertentangan dengan kodrat kewanitaannya dan

tidak mengungkung haknya di dalam bekerja, kecuali pada aspek-aspek yang

dapat menjaga kehormatan dirinya, kemuliaannya dan ketenangannya serta

menjaganya dari pelecehan dan pencampakan.11

8 Ibid, 38.

9 Syaikh Mutawalli As-Sya’rawi, Fikih Perempuan (Muslimah): Busana dan Perhiasan,

Perhormatan atas Perempuan, Sampai Wanita Karier, Yessi HM. Basyaruddin, (Jakarta: Amzah, 2005), 59.

(27)

Sebenarnya Agama Islam telah menjamin kehidupan yang bahagia dan

damai bagi wanita dan tidak membuatnya perlu untuk bekerja di luar rumah

dalam kondisi normal. Islam membebankan ke atas pundak laki-laki untuk

bekerja dengan giat dan bersusah payah demi menghidupi keluarganya.12

Sedangkan, ketikasi wanita tidak atau belum bersuami dan tidak di dalam

masa menunggu (‘iddah) karena diceraikan oleh suami atau ditinggal mati,

maka nafkahnya dibebankan ke atas pundak orangtuanya atau anak-anaknya

yang lain.13

Bila si wanita ini menikah, maka sang suamilah yang mengambil alih

beban dan tanggung jawab terhadap semua urusannya. Dan bila dia diceraikan,

maka selama masa ‘iddah (menunggu) sang suami masih berkewajiban

memberikan nafkah, membayar mahar yang tertunda, memberikan nafkah

anak-anaknya serta membayar biaya pengasuhan dan penyusuan mereka,

sedangkan si wanita tadi tidak sedikit pun dituntut dari hal tersebut.Selain itu,

bila si wanita tidak memiliki orang yang bertanggung jawab terhadap

kebutuhannya, maka negara Islam yang berkewajiban atas nafkahnya dari

Baitul Mal kaum Muslimin.14

Yusuf al-Qardhawi dalam tulisannya mengatakan tentang wanita karier,

beliau membagi menjadi dua golongan. Pertama, golongan yang melarang

secara mutlak untuk wanita keluar rumah dengan alasan apapun. Kedua,

golongan yang membolehkan secara bebas wanita untuk keluar rumah. Yusuf

(28)

al-Qardhawi menganggap bahwa alasan yang dipakai oleh kedua golongan

tersebut terkesan menggunakan hadis yang dianggap oleh kritikus hadis

sebagai palsu. Dengan pernyataan diatas, Yusuf al-Qardhawi memposisikan

pendapatnya di antara keduanya dengan tetap membolehkan wanita keluar

rumah tapi dengan adanya persyaratan-perdengan tetap membolehkan wanita

keluar rumah tapi dengan adanya persyaratan-persyaratan.15

Imam Hanafi menegaskan bahwa, manakala istri adalah seorang wanita

pekerja dan tidak menetap di rumah, maka dia tidak berhak atas nafkah

manakala suaminya memintanya tetap tinggal di rumah tetapi si istri tidak

mau. Pendapat ini sejalan dengan pendapat yang ditegaskan oleh

madzhab-madzhab lainnya yang menyatakan ketidak bolehan istri keluar rumah tanpa

izin suami. Bahkan imam Syafi’i dan Hambali lebih menegaskan lagi dengan

mengatakan bahwa, kalau istri keluar rumah dengan izin suami tapi demi

kepentingannya sendiri, maka gugurlah hak nafkah untuknya.16

Imam Hanafi juga membolehkan wanita menduduki jabatan hakim dalam

masalah perdata dan tidak membolehkannya dalam masalah jinayah. Menurut

jumhur ulama’,tidak boleh wanita menduduki jabatan kepemimpinan dan

politik.17 Hal ini disandarkan pada firman Allah :

ُ اَجّ لا

َُ و ماّوَق

ىَ َع

ُ ءاَسّ لا

اَ ب

َُلّ َف

ُ َّ

ُم َ عَب

ىَ َع

ُ ضعَب

اَ بَ

او قَفنَأ

ُن م

ُم لاَومَأ

ُ اَح لاّصلاَف

ُ اَت ناَق

ُ اَظ فاَح

ُ بيَغ ل

اَ ب

َُظ فَح

ُ َّ

ي تالاَ

ُ فاَ َت

َُن

15Yusuf Qardhawi, Fatwa Fatwa Kontemporer,(Jakarta: Gema Insani Press 1995) 654.

16Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Madzhab, Masykur AB, Et.Al., (Jakarta: PT Lentera

Basritama, 2001), 235.

(29)

ُّن هَ و ش ن

ُ

ُّن هو ظ عَف

ُ

ُّن ه جهاَ

ُ

ي ف

ُ

اً ي َكاًي َعَناَ َ ّ لاّن إاي َسّ يَ َعاو غ َتاَف َ عَ َأن إَفّ هو ب ضاَو ع جاَ َ لا

Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.

Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.18

Namun dalam buku “Wawasan Al-Qur’an” Quraish Shihab memahami

ayat tersebut dengan adanya prinsip pembagian pola kerja yang di tetapkan

agama tidak menjadikan salah satu pihak bebas dari tuntutan,minimal dari

segi moral, untuk membantu pasangannya.19

Menurut Quraish Shihab keterlibatan wanita dalam pekerjaan pada awal

Islam juga turut membenarkan bahwa wanita aktif dalam bebagai aktifitas.

Para wanita boleh bekerja dalam berbagai bidang, di dalam atau di luar rumah

baik secara mandiri atau bersama orang lain, dengan lembaga pemerintah

maupun swasta, selama mereka dapat mmemlihara agamanya, serta dapat

menghidari dampak dampak negatif.20

C.HAK WANITA UNTUK BERKARIER MENURUT FUQAHA’

18 Surat Al-Nisa>’ ayat 34.

(30)

Walaupun terdapat perbedaan antara pria dan wanita, baik itu secara fisik

maupun psikis, namun sudah sewajarnya jika wanita mempunyai hak dalam

bekerja atau berkarier disamping itu pemeliharaan dan pembimbingan anak

sangat di butuhkan dari seorang wanita sebagai ibu.21

Di antara hak hak wanita secara umum di tunjukan dalam surat an-Nisa>’

ayat 32:

Artinya: dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.22

Dan, Di antara hak wanita ialah hak keluar rumah atau bekerja. wanita

mempunyai hak untuk bekerja, selama ia membutuhkannya, atau selama

pekerjaan itu membutuhkannya dan selama norma agama tetap terpelihara.23

Tentang kebolehan wanita keluar rumah, Islam telah menjelaskan bahwa

boleh keluar rumah jika dalam hal-hal yang diperbolehkan seperti adanya

hajat. hal tersebut sesuai dengan hadis nabi yang diriwayatkan oleh imam

bukhori yang berbunyi

ُ نبُُي َعُاَ َثّ َحُ ءاَ غَ لاُي بَأُ نبُ َ َفُاَ َثّ َح

ُ

َُ َش ئاَعُنَعُ هي بَأُنَعُ اَش هُنَعُ س م

ُاَمُ َ وَسُاَيُ ََّ ُ كّن إُ َ اَقَفُاَ َفَ َعَفُ َ عُاَهآَ َفُ ًايَلَُ َعمَ ُ ت بُ َ وَسُتَجَ َ تَلاَق

َُفُ َمّ َسَ ُ هيَ َعُ َُّىّ َصُ ّي ّ لاُىَل إُتَعَجَ َفُاَ يَ َعُ َنيَف َت

ُي فُ َو هَ ُ هَلُ َك لَ ُ َ َكَ

21 Ibid.

22 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Departemen Agama, 2010), 208. 23 M. Qurais Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

(31)

َُ َأُ َقُ و قَيُ َو هَ ُ ه َعَُع ف َفُ هيَ َعُ ََُّ َزنَأَفُاًق َعَلُ َيُي فُ ّ إَ ُىّشَعَتَيُي تَ ج ح

ُّن ج ئاَوَح لُ َنج َتُ َأُّن َلُ َّ

Telah menceritakan kepada kami Farwah bin Abu Al Maghra` Telah menceritakan kepada kami Ali bin Mushir dari Hisyam dari bapaknya dari Aisyah ia berkata; Pada suatu malam, Saudah binti Zam'ah keluar, lalu Umar pun melihatnya dan mengenalnya, maka ia pun berkata, "Demi Allah, sesungguhnya kamu wahai Saudah tidak akan samar bagi kami." Maka ia pun kembali kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan menuturkan hal itu pada beliau, dan saat itu beliau berada di rumahku dan sedang makan malam, sementara di tangan beliau terdapat keringat, maka Allah menurunkan wahyu kepadanya, lalu keringat itu hilang. Beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mengizin kalian untuk membuang hajat."24

Agama Islam juga mewajibkan suami untuk menanggung biaya hidup

isteri dan anak anaknya. Dalam konteks pemenuhan kebutuhan isteri, Imam

Taqiyuddin Abu Bakar berpendapat bahwa wanita dasarnya tidak

berkewajiban melayani suaminya dalam hal menyediakan kebutuhan rumah

tangga, justru suamilah berkewajiban menyiapkan kebutuhan rumah tangga.25

Pembagian kerja antara suami dan isteri ini tidak membebaskan masing

masing pasangan, paling tidak dari segi kewajiban moral. Quraish Shihab

mencontohkan Asma’ puteri Abu Bakar, ia dibantu oleh suaminya mengurus

rumah tangga, tetapi Asma’ juga membantu suaminya dengan memelihara

kuda suaminya, menyabit rumput dan lain sebagainya.26

24 Syekh Al Hafied, Terjemahan Bulughul Maram (Surabaya,Al-ikhlas,1993) 325

25 Imam Taqiyuddin Abu Bakar Bin Muhammad Al-Husaini, Kifayatul Akhyar, Syarifuddin

Anwar dan Mishbah Musthafa, Jilid 2, (Surabaya: Bina Iman, 1993), 272.

(32)

Dengan hak pribadi isteri ini bukan berarti isteri terbebaskan dari

kewajibannya, antara lain bertanggung jawab dalam rumah tangga, mengasuh

anak serta memenuhi kebutuhan biologis suaminya.27

Dalam surat Al-Baqarah ayat 228 berbunyi:

Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban menurut cara yang makruf. Akan tetapi, para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan allah mahaperkasa lagi

bijaksana.28

Ayat ini menetepkan bahwa wanita mempunyai hak sebagai mana mereka

mempunyai kewajiban.ini berarti bahwa setiap hak wanita di imbangi dengan

laki laki. Dengan demikian maka hak mereka berimbang.

Hak asasi yang paling pokok adalah Hak ri’ayah (kepemimpinan atau

pemeliharaan), lebih lebih karena cakupan nya terhadap hak yang banyak.

Hak ri’ayah ini mewajibkan masing masing suami istri dua tanggung jawab

yang penting. Laki laki memikul tanggung jawab kepemimpinan dan dan

tanggung jawab memberi nafkah. Sedangkan wanita memikul tanggung jawab

memelihara dan mendidik anak,dan tanggung jawab mengatur urusan rumah

tangga.29

Jika memang ada sesuatu yang sangat mendesak untuk berkariernya

wanita maka hal ini diperbolehkan, namun harus dipahami bahwa sebuah

kebutuhan yang mendesak ini harus ditentukan dengan kadarnya yang sesuai.

27 Ibid.

(33)

Misalnya karena suaminya atau orang tuanya meninggal dunia atau

keluarganya sudah tidak bisa memberi nafkah karena sakit atau lainnya,

sedangkan negara tidak memberikan jaminan pada keluarga semacam

mereka.30 Lihatlah kisah yang difirmankan Allah dalam surat Al-Qas}a>s} ayat

23 dan 24 :

“Dan tatkala Musa sampai di sumber air negeri Madyan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan ternaknya, dan ia menjumpai dibelakang orang yang banyak itu dua orang wanita yang sedang menambat ternaknya.

Musa berkata : “Apa maksud kalian berbuat demikian ?”

Kedua wanita itu menjawab : “Kami tidak dapat meminumkan ternak kami sebelum penggembala-pengembala itu memulangkan ternaknya, sedang bapak kami adalah orang tua yang telah berumur lanjut, Maka Musa memberi minum ternak itu untuk menolong keduanya.

Kemudian ia kembali ketempat yang teduh lalu berdo’a : “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.

Kemudian datang kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu,berjalan dengan penuh rasa malu, ia berkata : “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu untuk memberi balasan terhadap kebaikanmu memberi minum ternak kami.”31

Perhatikanlah perkataan kedua wanita tadi : “Sedang bapak kami adalah

orang tua yang telah berumur lanjut.” Ini menunjukkan bahwa keduanya

melakukan perbuatan tersebut karena terpaksa, disebabkan orang tuanya

sudah lanjut dan tidak bisa melaksanakan tugas tersebut.32

30Ibid, 159

31

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah..., 230.

32 Siti Muslikhati, Feminisme dan Pemberdayaan Perempuan dalam Timbangan Islam, (Jakarta:

(34)

Hal yang menunjukkan hal ini adalah bahwa di zaman Rosulullah ada para

wanita yang bertugas membantu kelahiran, semacam dukun bayi atau bidan

pada saat ini. Juga saat itu ada wanita yang mengkhitan anak-anak wanita.

Dan yang d}ohir bahwa perkerjaan ini mereka lakukan diluar rumah. Pada

zaman ini bisa ditambahkan yaitu dokter wanita spesialis kandungan, perawat

saat bersalin, tenaga pengajar yang khusus mengajar wanita dan yang

sejenisnya.33

Disamping itu sejarah mencatat, beberapa wanita yang menjadi istri

Rasulullah Saw juga menjadi wanita karier, diantaranya:

1. Siti Khadijah

Rasulullah SAW punya seorang isteri yang tidak hanya berdiam diri

serta bersembunyi di dalam kamarnya. Sebaliknya, dia adalah

seorang wanita yang aktif dalam dunia bisnis. Bahkan sebelum beliau

menikahinya, beliau pernah menjalin kerjasama bisnis ke negeri Syam.

Setelah menikahinya, tidak berarti isterinya itu berhenti dari aktifitasnya.

Bahkan harta hasil jerih payah bisnis Khadijah ra itu amat banyak

menunjang dakwah di masa awal. Di masa itu, belum ada sumber-sumber

dana penunjang dakwah yang bisa diandalkan. Satu-satunya adalah dari

kocek seorang donatur setia yaitu isterinya yang pebisnis kondang.

Tentu tidak bisa dibayangkan kalau sebagai pebisnis, sosok Khadijah

adalah tipe wanita rumahan yang tidak tahu dunia luar. Sebab

bilademikian,bagaimana dia bisa menjalankan bisnisnya itu dengan baik,

(35)

sementara dia tidak punya akses informasi sedikit pun di balik tembok

rumahnya.

Di sini kita bisa paham bahwa seorang isteri nabi sekalipun punya

kesempatan untuk keluar rumah mengurus bisnisnya. Bahkan meski telah

memiliki anak sekalipun, sebab sejarah mencatat bahwa Khadijah ra.

dikaruniai beberapa orang anak dari Rasulullah SAW

2. Siti Aisyah

Sepeninggal Khadijah, Rasulullah beristrikan Aisyah radhiyallahu

anha, seorang wanita cerdas, muda dan cantik yang kiprahnya di tengah

masyarakat tidak diragukan lagi. Posisinya sebagai seorang isteri tidak

menghalanginya dari aktif di tengah masyarakat.

Semasa Rasulullah masih hidup, beliau sering kali ikut keluar

Madinah ikut berbagai operasi peperangan. Dan sepeninggal Rasulullah

SAW, Aisyah adalah guru dari para shahabat yang memapu memberikan

penjelasan dan keterangan tentang ajaran Islam.

Bahkan Aisyah ra. pun tidak mau ketinggalan untuk ikut dalam

peperangan. Sehingga perang itu disebut dengan perang unta (jamal),

karena saat itu Aisyah radhiyallahu’anha naik seekor unta.34

Al qur’an menjadikan kurungan rumah untuk perempuan hanya sebagai

hukuman bagi mereka yamg telah melakukan tindakan zina . Allah berfirman ;

ًُ َعَب َأُ ّن يَ َعُ ا شَتساَفُ م ئاَس نُ ن مُ َ َش حاَفلاُ َني تأَيُ ي ت ّالاَ

ُم م

ۖ

ُلاّ هاّفَوَتَيٰىّتَح تو ي لاي فّ هو سمَأَفا َشن إَف

ًُاي َسُّن َلُ ََُّلَعجَيُ َأُ وَ

(36)

Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu (yang menyaksikannya). Kemudian apabila mereka telah memberi persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan lain kepadanya

Permasalahan seorang wanita karier dalam pandangan masyarakat muslim

membawa sebuah gambaran dimana kebenaran dan kesalahan saling tumpang

tindih. Sebagaian kelompok berpendapat untuk mengunci wanita di dalam

rumah dan melarangnya keluar, meskipun untuk melakukan pekerjaan yang

dapat membantu masyarakat. Mereka menilai bahwa kesalehan wanita bisa di

buktikan ketika dia hanya keluar rumah dua kali pertama, keluar dari rumah

ayahnya menuju rumah suaminya. Kedua, dari rumah suaminya menuju

kuburan nya.35

Wanita boleh saja keluar dan berkarier. Apabila ada keperluan bagi

seorang wanita untuk bekerja keluar rumah maka harus memenuhi beberapa

kewajiban syar’i agar kariernya tidak menjadi perkerjaan yang haram. Syarat

-syarat itu adalah :

1. Memenuhi adab keluarnya wanita dari rumahnya baik dalam hal pakaian

ataupun lainnya.

2. Mendapat izin dari suami atau walinya. Wajib hukumnya bagi seorang istri

untuk mentaati suaminya dalam hal kebaikan dan haram baginya

mendurhakai suami, termasuk keluar dari rumah tanpa izinnya.

3. Pekerjaan tersebut tidak ada kholwat dan ikhtilat (Campur baur) antara

laki-laki dan wanita yang bukan mahram.Seorang wanita muslimah agar

35Imam Taqiyuddin Abu Bakar Bin Muhammad Al-Husaini, Kifayatul Akhyar, Syarifuddin

(37)

terlihat istimewa dia harus dapat menjaga kehormatan dalam pergaulannya.

Harus membatasi diri dalam pergaulan. Seorang wanita apalagi yang sudah

mempunyai suami harus hati-hati dengan sesuatu yang dapat

mengakibatkan kemurkaan Allah, salah satunya adalah adanya batasan

pergaulan dengan non-muhrim.

4. Tidak menimbulkan fitnah. Wanita yang berkarier di luar rumah tidak

menimbulkan fitnah. Hal ini dapat dilakukan dengn cara menutupi seluruh

tubuhnya di hadapan laki-laki asing dan menjauhi semua hal yang

berindikasi fitnah, baik di dalam berpakaian, berhias atau pun

berwangi-wangian (menggunakan parfum).

5. Tetap bisa mengerjakan kewajibannya sebagai ibu dan istri bagi

keluarganya,karena itulah kewajibannya yang asasi.

6. Hendaknya pekerjaan tersebut sesuai dengan tabi’at dan kodratnya seperti

dalam bidang pengajaran, kebidanan, menjahit dan lain-lain.36

(38)

BAB III

WANITA KARIER DALAM PANDANGAN JAMA’AH LDII KABUPATEN GRESIK

A.Deskripsi LDII Kabupaten Gresik

1. Sejarah LDII

Lembaga Dakwah Islam Indonesia disingkat LDII, merupakan

organisasi kemasyarakatan yang independen, resmi dan legal yang

mengikuti ketentuan UU No. 8 tahun 1985 tentang Organisasi

Kemasyarakatan, Pasal 9, ayat (2), tanggal 4 April 1986 (Lembaran Negara

RI 1986 nomor 24), serta peraturan pelaksanaannya meliputi PP No. 18

tahun 1986 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 tahun 1986 dan

Aturan hukum lainnya. LDII, memiliki Anggaran Dasar (AD) dan

Anggaran Rumah Tangga (ART), Program Kerja dan Pengurus mulai dari

tingkat Pusat sampai dengan tingkat Desa. LDII sudah tercatat di Badan

Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbang & Linmas)

Departemen Dalam Negeri. LDII merupakan bagian komponen Bangsa

Indonesia yang berada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

Berdasarkan Pancasila dan UUD 45.1

Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) berdiri sesuai dengan cita-cita

para ulama perintisnya yaitu sebagai wadah umat Islam untuk mempelajari,

(39)

mengamalkan dan menyebarkan ajaran Islam secara murni berdasarkan

Alquran dan hadis, dengan latar belakang budaya masyarakat Indonesia,

dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.2

Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) pertama kali berdiri pada 3

Januari 1972 di Surabaya, Jawa Timur dengan nama Yayasan Lembaga

Karyawan Islam (YAKARI). Pada Musyawarah Besar (Mubes) tahun 1981

namanya diganti menjadi Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI), dan pada

Mubes tahun 1990, atas dasar Pidato Pengarahan Bapak Sudarmono, SH.

Selaku Wakil Presiden dan Bapak Jenderal Rudini sebagai Mendagri waktu

itu, serta masukan baik pada sidang-sidang komisi maupun sidang

Paripurna dalam Musyawarah Besar IV LEMKARI tahun 1990, selanjutnya

perubahan nama tersebut ditetapkan dalam keputusan, MUBES IV

LEMKARI No. VI/MUBES-IV/ LEMKARI/1990, Pasal 3, yaitu mengubah

nama organisasi dari Lembaga Karyawan Dakwah Islam yang disingkat

LEMKARI yang sama dengan akronim LEMKARI (Lembaga Karate-Do

Indonesia), diubah menjadi Lembaga Dakwah Islam Indonesia, yang

disingkat LDII.

Ada 3 Motto LDII, ialah : 1. Yang artinya: “Dan hendaklah ada di

antara kamu sekalian segolongan yang mengajak kepada kebajikan dan

menyuruh pada yang ma’ruf (perbuatan baik) dan mencegah dari yang

munkar (perbuatan tercela), mereka itulah orang-orang yang beruntung”.

(40)

(QS. Ali Imron, No. Surat: 3, Ayat: 104). 2. Yang artinya: “Katakanlah

inilah jalan (agama) - Ku, dan orang-orang yang mengikutiku mengajak

(kamu) kepada Allah dengan hujjah (dalil/dasar hukum) yang nyata. Maha

suci Allah dan aku tidak termasuk golongan orang yang musyrik”. (QS.

Yusuf, No.Surat: 12, Ayat: 108). 3. Yang artinya: “Serulah (semua

manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik,

dan bantahlah mereka dengan yang lebih baik”. (QS. An-Nahl, No.Surat:

16, Ayat: 125).3

LDII juga menyelenggarakan pengajian Al Qur'an dan Al Hadits

dengan rutinitas kegiatan yang cukup tinggi. Di tingkat PAC

(Desa/Kelurahan) umumnya pengajian diadakan 2-3 kali seminggu,

sedangkan di tingkat PC (Kecamatan) diadakan pengajian seminggu

sekali.[1] Untuk memahamkan ajarannya, LDII mempunyai program

pembinaan cabe rawit (usia prasekolah sampai SD) yang terkoordinasi

diseluruh masjid LDII. Selain pengajian umum, juga ada pengajian khusus

remaja dan pemuda, pengajian khusus Ibu-ibu, dan bahkan pengajian

khusus Manula/Lanjut usia.Ada juga pengajian UNIK (usia nikah).

Disamping itu ada pula pengajian yang sifatnya tertutup, juga

pengajian terbuka. Pada musim liburan sering diadakan Kegiatan

Pengkhataman Alquran dan hadis selama beberapa hari yang biasa diikuti

anak-anak warga LDII dan non LDII untuk mengisi waktu liburan mereka.

Dalam pengajian ini pula diberi pemahaman kepada peserta didik tentang

(41)

bagaimana pentingnya dan pahalanya orang yang mau belajar dan

mengamalkan Alquran dan hadis dalam keseharian mereka.LDII

mengadakan berbagai forum tipe pengajian berdasarkan kelompok usia dan

gender antara lain

a. Pengajian kelompok tingkat PAC

Pengajian ini diadakan rutin 2 – 3 kali dalam seminggu di

masjid-masjid, mushalla-mushala atau surau-surau yang ada hampir di setiap

desa di Indonesia. Setiap kelompok PAC biasanya terdiri 50 sampai 100

orang jamaah. Materi pengajian di tingkat kelompok ini yaitu Quran

(bacaan, terjemahan dan keterangan), hadis-hadis himpunan dan nasihat

agama. Dalam forum ini pula jamaah LDII diajari hafalan-hafalan doa,

dalil-dalil Quran Hadis dan hafalan surat–surat pendek ALquran. Dalam

forum pengajian kelompok tingkat PAC ini jamaah juga dikoreksi

amalan ibadahnya seperti praktik berwudu dan salat.

b. Pengajian Cabe rawit

Pengembangan mental agama dan akhlakul karimah jamaah dimulai

sejak usia dini. Masa kanak-kanak merupakan pondasi utama dalam

pembentukan keimanan dan akhlak umat, sebab pada usia dini seorang

anak mudah dibentuk dan diarahkan. Pengajian Cabe rawit diadakan

setiap hari di setiap kelompok pengajian LDII dengan materi antara lain

(42)

Alquran. Forum pengajian Caberawit juga diselingi dengan rekreasi dan

bermain.4

c. Pengajian Muda-mudi

Muda-mudi atau usia remaja perlu mendapat perhatian khusus

dalam pembinaan mental agama. Pada usia ini pola pikir anak mulai

berkembang dan pengaruh negatif pergaulan dan lingkungan semakin

kuat. Karena itu pada masa ini perlu menjaga dan membentengi para

remaja dengan kepahaman agama yang memadai agar generasi muda

LDII tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat, dosa-dosa dan

pelanggaran agama yang dapat merugikan masa depan mereka. Sebagai

bentuk kesungguhan dalam membina generasi muda, LDII telah

membentuk Tim Penggerak Pembina Generus (TPPG) yang terdiri dari

pakar pendidikan dan ahli psikologi. Pembinaan generasi muda dalam

LDII setidaknya memiliki 3 sasaran yaitu:

1) Menjadikan generasi muda yang sholeh, alim (banyak ilmunya) dan

fakih dalam beribadah.

2) Menjadikan generasi muda yang berakhlakul karimah (berbudi

pekerti luhur), berwatak jujur, amanah, sopan dan hormat kepada

orang tua dan orang lain

3) Menjadikan generasi muda yang tertib, disiplin, trampil dalam

bekerja dan bisa hidup mandiri

d. Pengajian Wanita/ibu-ibu

(43)

Para wanita, ibu-ibu dan remaja putri perlu diberi wadah khusus

dalam pembinaan keimanan dan peningkatan kepahaman agama,

mengingat kebanyakan penghuni neraka adalah kaum ibu/wanita.

Selain itu banyak persoalan khusus dalam agama Islam menyangkut

peran wanita dan para ibu. Haid, kehamilan, nifas, bersuci (menjaga

najis), mendidik dan membina anak, melayani dan mengelola keluarga

merupakan persoalan khusus wanita dan ibu-ibu. Disamping

memberikan kerampilan beribadah forum pengajian Wanita / ibu-ibu

LDII juga memberikan pengetahuan dan ketrampilan praktis tentang

keputrian yang berguna untuk bekal hidup sehari-hari dan menunjang

penghasilan keluarga.

e. Pengajian Lansia

Para Lansia perlu mendapatkan perhatian khusus mengingat pada

usia senja diharapkan umat muslim lebih mendekatkan diri kepada Allah

sebagai persiapan menghadap kepada Ilahi dalam keadaan khusnul

khotimah.

f. Pengajian Umum

Pengajian umum merupakan forum gabungan antara beberapa

jamaah PAC dan PC LDII. Pengajian ini juga merupakan wadah

silaturahim antar jamaah LDII untuk membina kerukunan dan

kekompakan antar jamaah.Semua pengajian LDII bersifat terbuka untuk

umum, siapapun boleh datang mengikuti setiap pengajian sesuai dengan

(44)

Sumber hukum LDII adalah Alquran dan Hadis. Dalam memahami

Alquran dan Hadis, ulama LDII juga menggunakan ilmu alat seperti ilmu

nahwu, shorof, badi’, ma’ani, bayan, mantek, balaghoh, usul fiqih,

mustholahul-hadits dan sebagainya[1]. Ibarat orang akan mencari ikan perlu

sekali menggunakan alat untuk mempermudah menangkap ikan, seperti jala

ikan. Perumpamaannya adalah seperti orang yang akan mencari jarum di

dalam sumur perlu menggunakan besi semberani. Untuk memahami arti

dan maksud ayat-ayat Alquran tidak cukup hanya dengan penguasaan

dalam bahasa ataupun ilmu shorof. Alquran memang berbahasa Arab tapi

tidak berarti orang yang mampu berbahasa Arab akan mampu pula

memahami arti dan maksud dari ayat-ayat Al-Qur’an dengan benar.

Penguasaan di bidang bahasa Arab hanyalah salah satu kemampuan yang

patut dimiliki oleh seorang da’i atau muballigh, begitupun ilmu alat

(nahwu shorof).5

Di LDII untuk memahami arti dan maksud dari ayat-ayat Alquran

maka para da’i ataupun para muballigh/ghoh telah memiliki

kemampuan-kemampuan sebagaimana berikut

a. Ilmu Balaghoh, yaitu ilmu yang dapat membantu untuk memahami dan

menentukan mana ayat-ayat yang mansukh (diganti/ralat) dan mana

ayat-ayat yang nasikh (gantinya), dan mana ayat-ayat yang merupakan

petunjuk larangan (pencegahan).

(45)

b. Ilmu Asbabun Nuzul, yaitu ilmu yang membahas sebab-musabab

turunnya ayat-ayat Alquran. Dengan ilmu tersebut dapat diketahui

situasi dan kondisi bagaimana dan kapan serta di mana ayat suci

Alquran diturunkan.

c. Ilmu Kalam, yaitu ilmu tauhid yang membicarakan tentang keesaan

Allah, sekaligus membicarakan sifat-sifat-Nya.

d. Ilmu Qiro’at, yaitu ilmu yang membahas macam-macam bacaan yang

telah diterima dari Nabi Muhammad (Qiro’atus Sab’ah).

e. Ilmu Tajwid, yaitu ilmu yang membahas cara-cara yang benar dalam

membaca Alquran.

f. Ilmu Wujuh Wan-Nadzair, yaitu ilmu yang menerangkan kata-kata

dalam Alquran yang mempunyai arti banyak.

g. Ilmu Ghoribil Quran, yaitu ilmu yang menerangkan makna kata-kata

yang ganjil yang tidak terdapat dalam kitab-kitab biasa atau tidak juga

terdapat dalam percakapan sehari-hari.

h. Ilmu Ma’rifatul Muhkam Wal Mutasyabih, yaitu ilmu yang

menerangkan ayat-ayat hukum dan ayat-ayat yang mutasyabihah.

i. Ilmu Tanasubi Ayatil Quran, yaitu ilmu yang membahas

persesuaian/kaitan antara satu ayat dalam Alquran dengan ayat yang

sebelum dan sesudahnya.

j. Ilmu Amtsalil Quran, yaitu ilmu yang membahas segala perumpamaan

(46)

2. Profil LDII Kabupaten Gresik

Dalam bidang Pendidikan Keterampilan, Kepemudaan dan Olahraga,

LDII menyelenggarakan kursus keorganisasian, keterampilan, perkemahan

pemuda, dan kegiatan Pramuka. Dalam bidang olahraga, di antaranya

menyelenggarakan Pencak Silat Persinas ASAD (Ampuh Sehat Aman

Damai) yang sudah menjadi anggota IPSI, sudah mengikuti turnamen

Pencak Silat tingkat Nasional, turnamen sepak bola sampai tingkat

Nasional dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda pada

tahun-tahun 1991, 1994, dan 1996, 2000 dan 2002.

LDII peduli dan turut serta dalam pemberdayaan ekonomi rakyat

dengan uji coba mengadakan kegiatan Usaha Bersama (UB) yang berbasis

di tingkat Pimpinan Cabang ( PC) yang tersebar di seluruh Indonesia.

LDII menggunakan metode pengajian tradisional, yaitu guru-guru yang

berasal dari beberapa alumni pondok pesantren kenamaan, seperti: Pondok

Pesantren Gontor di Ponorogo, Tebu Ireng di Jombang, Kebarongan di

Banyuwangi, Langitan di Tuban, dll. Mereka bersama-sama mempelajari

ataupun bermusyawarah beberapa waktu terlebih dahulu sebelum

menyampaikan pelajaran dari Alquran dan Hadis kepada para jama’ah

pengajian rutin atau kepada para santriwan dan santriwati di

pondok-pondok LDII, untuk menjaga supaya tidak terjadi kekeliruan dalam

memberikan penjelasan tentang pemahaman Alquran dan Hadis. Kemudian

(47)

(diterjemahkan secara harfiyah), dan keterangan, dan untuk bacaan Alquran

memakai ketentuan tajwid.6

Dengan mengaji yang benar yakni dengan cara manqul, musnad dan

mutashil (persambungan dari guru ke guru berikutnya sampai kepada

shohabat dan sampai kepada Nabi Muhammad), maka secepatnya kita

dapat menguasai ilmu Alquran dan Hadis dengan mudah dan benar.

STRUKTUR

DEWAN PIMPINAN DAERAH

LEMBAGA DAKWAH ISLAM INDONESIA KABUPATEN GRESIK

MASA BHAKTI 2016-2021

DEWAN PENASEHAT

Ketua : KH. Kasmudi Assidqi

Wakil ketua : H. Abu Said

Wakil ketua : H. Suroso Rosyidin

Wakil ketua : H. Supriasto

Sekretaris : H. Abul Salam

PENGURUS HARIAN

Ketua : H. Abdul Muis Zuhri

Wakil ketua : H. Ruslan Abdul Ghoni

Sekretaris : Andi Fajar Yuliyanto

(48)

Wakil sekretaris : H. Nanang Supangkat

Bendahara : H. Atman Arief

Wakil bendahara : Narsa

B.Pandangan Jama’ah LDII Terhadap Wanita Karier

Pembahasan tentang wanita karier merupakan pembahasan yang masih

sering di perdebatkan di semua kalangan. Ada kalangan yang setuju dan tidak

sedikit pula yang tidak setuju. Perbedaan ini juga terjadi dalam lingkungan

jama’ah LDII. Banyak anggota LDII mengatakan bahwa ada larangan untuk

berkarier atau bekerja di luar, Namun pengurus organisasi jama’ah LDII

Gresik memiliki pandangan yang berbeda tentang wanita karier. Berikut

penjabaran tentang jama’ah LDII terhadap wanita karier.

1. Pendapat kontra jama’ah LDII kababupaten Gresik tentang wanita karir

Lembaga Dakwah Islam Indonesia atau LDII merupakan organisasi

yang sangat tertutup, mulai dari kegiatan di dalam organisasi sampai

kegiatan sehari-hari di luar organisasi. Hal tersebut terlihat dengan adanya

anggapan masyarakat luas tentang anggota yang ingin berkarir atau

bekerja. Masyarakat beranggapan bahwa anggota LDII ada larangan untuk

bekerja atau berkarir di luar anggota tersebut, Demikian anggota LDII

(49)

Dalam praktik di masyarakat, anggota LDII cenderung untuk tidak

bekerja di luar anggota LDII. Seperti yang diungkapkan oleh bapak H.

Pamuji(Pengusaha apotek/anggota LDII), ia mengatakan bahwa Memang

ada larangan wanita LDII untuk bekerja di luar golongan LDII, dan

larangan itu sangat di tekankan kepada wanita mudi mudi yang belum

bekerja, agar terhindar dari fitnah dan perilaku dholim seperti yang di

tekankan pada setiap pengajian mingguan jama’ah. Beliau juga

menunjukan bahwa dua pegawai wanitanya adalah anggota LDII

kabupaten Gresik. Beliau juga mempersilahkan jika ada anggota Wanita

LDII yang sedang membutuhkan pekerjaan untuk bekerja di toko

apoteknya.seperti yang di anjurkan ustad LDII untuk menolong anggota

LDII yang sedang kesulitan ekonomi dan membutuhkan pekerjaan.

”Memang ada larangan wanita LDII untuk bekerja di luar golongan LDII,

dan larangan tersebut sangat di tekan kan kepada remaja wanita, agar

tehindar dari fitnah dan perilaku dholim”7

Hal senada juga diungkapkan oleh Adinda Fitriyah(Pegawai

apotek/anggota LDII), ia mengatakan Larangan bekerja di luar golongan

LDII memang selalu di tekankan oleh ustad mereka. Hal ini merupakan

bentuk menjaga harga diri wanita. Karena hanya anggota golongan mereka

yang tidak akan melakukan hal dholim dan tidak akan menimbulkan fitnah

saat melaksanakan pekerjaan. Tetapi meskipun begitu kami tetap menjaga

(50)

pandangan dan aurat.”Larangan bekerja di luar golongan kami memamg

selalu di tekankan oleh ustad kami”.8

Perbedaan pandangan yang terjadi dalam lingkungan jama’ah LDII.

Antara anggota LDII yang mengatakan bahwa ada larangan untuk

berkarier atau bekerja di luar, dan pengurus organisasi jama’ah LDII yang

mengatakan tidak ada larangan berkarier untuk jama’ah wanitanya. Dalam

pandangan yang berbeda ini, masyarakat umum di luar jama’ah LDII juga

mempunyai pandangan mengenai kebenaran tentang larangan Wanita LDII

bekerja di luar.

Dalam hal wanita yang berkarir atau wanita yang bekerja. masyarakat

yang bertetangga dengan anggota LDII, seperti yang disampaikan oleh

bapak Ma’ruf Amin (jamaah desa Bunder). Beliau mengatakan bahwa

warganya yang menjadi anggota LDII hampir kesemuanya bekerja di DPD

LDII dan tidak ada yang bekerja diluar.”Hampir seluruh masyarakat

wanita kami seluruhnya bekerja di kantor LDII)9

Hal serupa juga disampaikan oleh jamaah LDII Manyar, ia

menyampaikan selama menjadi lurah tidak pernah menjumpai warganya

yang anggota LDII tidak yang bekerja diluar. Jika tidak ada pekerjaan di

luar, para wanita anggota melakukan aktivitas di dalam rumah ”Selama

saya bertugas di kelurahan ini, saya belum pernah menjumpai Wanita LDII

warga kami ada yang bekerja”.10

8Adinda Fitriyah, wawancara, Gresik, 9 Agustus 2016.

9Ma’ruf Amin, wawancara, Gresik, 10 Agustus 2016.

(51)

Bapak Ali Machfud(jamaah LDII Driyorejo) mengatakan Di dalam

teorinya golongan LDII menyatakan bahwa semua umat islam adalah

bersaudara. Dan sesama umat islam tidak di benarkan untuk saling

merendahkan. Akan tetapi kenyataan nya mereka tidak mau bahkan sulit

untuk bekerjasama dengan umat islam lainnya. Dan golongan ini bersifat

sangat tertutup baik masalah organisasi maupun agama. Mengenai adanya

larangan wanita LDII bekerja di luar golongannya, ada kemungkinan

larangan itu benar adanya. Melihat sangat tertutupnya mereka dengan

masyarakat lain “Mereka sangat tertutup, ada kemungkinan larangan itu

benar adanya)11

2. Pendapat pro jama’ah LDII kababupaten Gresik tentang wanita karir

Pendapat yang disampaikan anggota jama’ah LDII sangat bertolak

belakang dengan apa yang disampaikan oleh pengurus DPD LDII Kab.

Gresik. Pengurus DPD tersebut mengatakan bahwa tidak ada larangan

untuk bekerja di luar anggota. Seperti yang diungkapkan oleh Abdul Muis

Zuhri selaku ketua DPD LDII Kab. Gresik. Ia mengatakan bahwa bahwa

(52)

larangan untuk bekerja di luar golongan LDII tidak di benarkan, karena

wanita LDII berhak kerja dimanapun dan dengan siapapun, asalkan untuk

wanita yang sudah berkeluarga sudah mendapat izin dari suami dan tetap

taat dan patuh kepada suami. Dan yang belum berkeluarga di wajibkan

sudah mendapat izin dari keluarga ”kami tidak pernah melarang anggota

jamaah kami untuk bekerja dimana pun dan dengan siapa pun”.12

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh peneliti dari duapuluh empat responden mengenai gambaran budaya jawa pada ibu postpartum didapat bahwa budaya jawa pada

Tujuan penelitian ini untuk: (a) mengetahui lamanya waktu yang diperlukan mesin pengering dalam mengeringkan emping jagung hasil rebusan (c) mengetahui besar kinerja atau

2 Undang-Undang No.. holders pendidikan) bahwa pelaksanaan pendidikan agama di sekolah masih sangat minim dan belum menunjukan hasil yang optimal. Kekurangan tersebut diakibatkan

Hasil pada penelitian ini adalah uji T menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai agregasi trombosit dengan agonist ADP 10 µm pada pasien diabetes

Jika pidana kerja sosial diterapkan maka terhadap kasus-kasus tindak pidana ringan yang hukumannya tidak lebih dari 6 bulan tidak perlu lagi adanya hukuman penjara, yang mana hal

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka penelitian ini berfokus pada upaya pengembangan Madrasah Aliyah Negeri Model (dilihat dari program, strategi, dan

Surveilans filariasis yang berjalan di Kabupaten Bandung adalah kegiatan pemberian obat massal pencegahan (POMP) yang secara teknis sudah diatur dan

Berdasarkan judul penelitian yang akan dikaji, maka ruang lingkup yang menjadi batasan dalam penelitian ini yaitu aspek layanan pada Dinas Perpustakaan dan