SKRIPSI
Oleh:Ach. Qomaruz Zaman
NIM. C31212099
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah Dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam Program Studi Hukum Keluarga
ABSTRAK
Penelitian ini adalah hasil penelitian lapangan yang berjudul “Komparasi
Pandangan Fuqaha’ dan Anggota Jamaah LDII Kabupaten Gresik Tentang Wanita
Karier”. Skripsi ini bertujuan untuk menjawab dua rumusan masalah, yaitu: (1)
pandangan Fuqaha’ dan jamaah LDII Kabupaten Gresik Tentang Wanita Karier. (2)
Komparasi pendapat fuqaha’ dan jamaah LDII Kabupaten Gresik tentang wanita karier.
Penelitian ini merupakan hasil penelitian yang bersifat lapangan, dengan metode kualitatif yakni dengan data yang berupa kata-kata. Kemudian di analisis dengan teknik depkriptif analisis dengan pola pikir deduktif untuk mendapatkan hasil yang utuh.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa dalam pandangan jama’ah LDII
Kabupaten Gresik dilarang wanita keluar rumah untuk bekerja, sementara itu kaum lelakinya diperbolehkan bekerja namun harus bekerja dengan sesama anggota. Namun, larangan tersebut dibantah pengurus DPD LDII Kabupaten Gresik yang mengatakan bahwa boleh wanita untuk bekerja diluar dan tidak ada larangan.
Hasil analisis komparasi menyimpulkan bahwa larangan yang ada di anggota jama’ah LDII bertolak belakang dengan pendapat fuqaha’. Hal tersebut karena wanita berhak untuk bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Larangan keluar rumah pun tidak sesuai dengan apa yang disampaikan Nabi Muhammad bahwa dilarang untuk mengurung wanita dalam rumah.
Sejalan dengan kesimpulan yang ada di atas, penulis memberikan saran. Pertama untuk anggota jama’ah LDII terutama para ustadz LDII untuk mengaji ulang
larangan tersebut karena kurang sesuai dengan pandangan fuqaha’. Kedua, untuk
vii
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Kajian Pustaka... 7
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Kegunaan Penelitian ... 9
G. Definisi Operasional... 9
H. Metode Penelitian ... 10
I. Sistematika Pembahasan ... 13
viii
B. Wanita karier Dalam Pandangan Jamaah LDII Kabupaten Gresik ... 30
BAB III: PROFIL JAMA’AH LDII KABUPATEN GRESIK A. Deskripsi LDII Kabupaten Gresik ... 36
1. Sejarah LDII ... 36
2. Profil LDII Kabupaten Gresik ... 43
B. Pandangan Jama’ah LDII Terhadap Wanita Karier ... 45
1. Pendapat kontra jama’ah LDII kababupaten Gresik tentang wanita karir ... 46
2. Pendapat pro jama’ah LDII kababupaten Gresik tentang wanita karir ... 49
BAB IV: KOMPARASI ANTARA PANDANGAN FUQAHA’ DAN JAMAAH LDII TENTANG WANITA KARIER A. Pandangan Fuqaha’ Tentang Wanita Karier ... 52
B. Pandangan Jamaah LDII Tentang Wanita Karier ... 53
C. Komparasi Antara Pandangan Fuqaha’ dan Jamaah LDII Tentang Wanita Karier ... 55
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Wanita dinamakan Al jins Al lat}i>f, satu jenis manusia yang halus:
memiliki kehalusan perasaan, kehalusan cara berfikir, kehalusan susunan
badan, kehalusan gerak gerik, dan keindahan.1 Kehalusan tindakan dengan
beberapa kekurangan yang harus diatasi dan diperbaiki. Kekurangan yang
dimaksud diantaranya adalah mudah terpengaruh. Meskipun terdapat
sifat-sifat positif yang sangat berguna dan diperlukan bagi kesejahteraan
kehidupan manusia.2 Bahkan semua agama mempunyai perhatian yang
spesifik terhadap wanita.Dalam Al-Quran terdapat sebuah surat yang diberi
nama͆surat wanita͇ (An-Nisa>’) yang terdiri dari 176 ayat disamping itu
terdapat ayat-ayat dalam surat lain yang membahas tentang wanita dari
onjektif sampai objektif.3
Islam memandang wanita dari sudut pandang keimanan sebagai individu
anggota umat yang dikaitkan dengan individu yang lain dengan ikatan
akidah. Yang dimaksud ikatan akidah ini adalah sebuah ikatan yang
membentuk gerakan politik yang berperan sebagai motor penggerak aktifitas
umat dengan tujuan mewujudkan syariat yang menjadi hukum umat. Allah
1Abdullah A.Djawas, Dilema wanita karir menuju keluarga sakina,(Yogyakarta: Ababil, 1996),
102.
2St. Rogayah Buchorie, Wanita Islam (secara perjuangan kedudukan dan peranannya), (Bandung:
Baitul hikmah, 2006), 4.
3 Abdullah A. Djawas, Dilema wanita karir menuju keluarga sakina, (Yogyakarta: Ababil, 1996),
memberikan peran kepada suami sebagai pemimpin rumah tangga,
sebagaimana firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat 34 yang berbunyi:
تاحلاّصلاف لاومأنماوقفنأا بو ع ىلع
ع ّللَّ فا بءاسّنلاىلعنوماّوقلاجّ لا
حتاتناق
عجا لايفّنه جهاوّنهوظعفّنه وشننوفاختيتَلاو ّللاظفحا يغللتاظفا
ا ي كايلعناك ّللاّنإَي سّن يلعاوغ تَف كنع أنإفّنهوب ضا
Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagiMaha Besar.4
Disamping itu peran istri adalah sebagai ibu dan pengatur rumah tangga
yang bertanggungjawab di bawah kepemimpinan suami. Namun dengan
bekerjanya wanita di luar rumah berarti wanita telah mencampuri apa yang
melampaui apa yang menjadi kekhususan laki-laki dan menghilangkan
peranan dan kepemimpinan atas wanita. Dan Allah selalu menyerukan agar
wanita tetap dirumah, sebagaimana firman-Nya dalam Quran Surat
Al-Ahzab ayat 33 yang berbunyi:
ق
يف
ّنكتويب
نجّ تا
جّ ت
ةّيلهاجلا
ىل أا
ن قأ
نيتآ َّصلا
نع أ اكّزلا
ا ي طت ك ّ طيوتي لَهأسجّ لا كنع ه يل ّللادي يا ّنإ لوس و ّللا
Artinya: dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan
Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari
kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.͇
5
Akan tetapi dengan melesatnya arus globalisasi, pendidikan wanita
mulai diperhatikan, tidak jarang kita melihat kecerdasan wanita yang
melebihi laki-laki. Selain ditunjang pendidikan, kini kaum wanita telah
menanamkan kesadaran dan kemandirian. Dari sinilah kaum wanita mulai
bersaing dengan kaum laki-laki. Lapangan kerja yang dimasuki wanita
hampir tidak ada bedanya dengan laki-laki.6 Namun disamping itu ada
sebagian masyarakat yang mempunyai pandangan bahwa seorang wanita
tidak perlu mendapatkan pendidikan yang tinggi karena pada akhirnya tugas
mereka hanya dalam ranah domestik, yakni dalam ranah rumah tangga.7
Sejalan dengan peranan seorang perempuan di dalam rumah tangga
sebagai salah satu orang yang memiliki andil dalam menciptakan generasi
yang berkualitas hingga nantinya akan membawa sebuah kemajuan bagi
negara, terdapat sebuah organisasi politik Islam. Organisasi politik Islam ini
berjuang keras agar Islam menjadi pusat tatanan dalam segala lini kehidupan.
Organisasi ini adalah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Gerakan ini
merupakan fenomena keagamaan yang sempat menjadi bahan pembicaraan
5Departemen Agama RI, Al-Quran Terjemah Al-Hikmah, (Bandung: Diponegoro, 2008), 422.
6 M. Quraish Shihab, Perempuan: Dari Cinta Sampai Seks, Dari Nikah Mutah Sampai Nikah
Sunnah, dari Bias Lama Sampai Bias Baru, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), 108.
7Abdul Mustaqim, Paradigma Tafsir Feminis: Membaca Al-Quran Dengan Optik Perempuan,
masyarakat pada tahun 1979. Ajaran-ajarannya yang dianggap jauh berbeda
dengan ajaran Islam yang sebenarnya.8
LDII merupakan salah satu organisasi yang terkenal eksklusif. Eksklusif
adalah sikap yang memandang bahwa keyakinan, pandangan, pikiran dan
prinsip diri sendiri yang paling benar, sementara keyakinan, pandangan,
pikiran dan prinsip yang dianut orang lain salah, sesat dan harus
dijauhi.Penyelenggaraan pengajian-pengajiannya dilakukan secara tertutup,
tidak terbuka seperti layaknya pengajian-pengajian biasa yang sering kita
lihat di masjid-masjid. Untuk menjadi anggota ini harus di baiat atau sumpah
janji lebih dahulu. Anggota dari kelompok ini terkenal tidak dapat
bekerjasama dengan kelompok lain yang tidak sealiran, yang akibatnya
mereka kurang bersifat terbuka. Sehingga mereka tidak bisa bersosialisasi
dengan masyarakat selain komunitasnya.
Meskipun organisasi ini berlandaskan Al-Quran dan Al-hadits akan
tetapi banyak yang beranggapan bahwa sikap dari kelompok ini berbeda
dengan kelompok organisasi yang lain. Karena dotrin keagamaan yang
dikembangkan komunitas ini terlalu keras, maka LDII dianggap meresahkan
masyarakat. seperti halnya menganggap golongan mereka saja yang nanti
pasti masuk surga. Bahkan katanya pastimasuk surga. Golongan mereka
sampai menganggap orang selain golongannya najis dan kafir. Keresahan
masyarakat itu timbul dikarenakan anggota LDII tidak mau berhubungan
8 Bambang Irwan Hafiluddin, dkk, Bahaya Islam Jamaah Lemkari-LDII, (Jakarta: LPPI, 1998),
selain dengan komunitasnya sendiri. Misalnya, apalagi ada muslim lain
selain golongannya sholat di masjid mereka, maka bekasnya langsung
dibersihkan. Dari sini maka timbul dalam pikiran masyarakat bahwa
komunitas LDII adalah organisasi tertutup karena anggotanya tidak mau
melaksanakan kegiatan bersama dengan muslim lain selain komunitasnya.
Di samping permasalahan muamalah, salah satu tema yang menjadi
sorotan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) adalah kedudukan wanita
sebagai pekerja atau wanita karier di hadapan syariah. Dalam pandangan
LDII, Islam tidak sepenuhnya melarang wanita untuk bekerja. Wanita boleh
bekerja di luar rumah ketika tidak ada sama sekali yang menafkahinya,
sehingga bekerja adalah jalan satu-satunya agar bertahan hidup karena
keadaan tersebut termasuk dalam keadaan darurat. Sedangkan di dalam
syariat Islam sendiri mempunyai kaidah Fiqiyah sebagai landasan
peraturanorganisasi LDII. Organisasi tersebut juga memberi batasan untuk
wanita yang berkarir di luar rumah, untuk menghindari fitnah mereka hanya
memperboolehkan wanita berkarir atau bekerja kepada orang-orang yang
mereka yakini tidak akan berbuat dzalim atau zina, dalam hal ini mereka
mempercayai hanya dalam lingkup anggota organisasinya sendiri yakni
LDII, diluar kelompok organisasi tersebut mereka melarang bahkan
mengharamkannya.
Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan diatas, penulis tertarik
untuk meneliti pandangan para aktivis LDII khususnya di Kabupaten Gresik
publik, khususnya para wanita yang termasuk dalam kelompok mereka
melalui penelitian yang berjudul ͆Studi komparasi antara fuqoha’ dan
jamaaah LDII kabupaten Gresik tentang wanita karier”.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas, maka penulis
dapat mengidentifikasi masalah antara lain, yaitu:
1. Pandangan tentang wanita dari sudut keimanan
2. Peran ganda wanita sebagai istri, ibu, pengatur rumah tangga dan wanita
karir.
3. Pandangan Jamaah LDII Kab. Gresik tentang wanita karir
4. Pandangan Fuqoha’ tentang wanita karier
Berdasarkan indentifikasi permasalahan yang muncul diatas, maka untuk
membatasi permasalahan agar tidak melebar, penulis merumuskan
batasan-batasan sebagai berikut:
1. Pandangan jamaah LDII Kabupaten Gresik tentang wanita karir.
2. Pandangan Fuqoha’ tentang wanita karier.
C. Rumusan Masalah
Dari pemaparan identifikasi dan batasan masalah maka penulis dapat
1. Bagaimana pandangan Fuqoha’ dan jamaah LDII Kabupaten Gresik
tentang wanita karier?
2. Bagaimana komparasi antara Fuqoha’ dan jamaah LDII Kabupaten Gresik
tentang wanita karier?
D. Kajian Pustaka
Bagi penulis dirasa sangat penting untuk memberikan pemaparan terlebih
dahulu terkait dengan penelitian serupa yang telah ada sebelumnya. Hal
tersebut agar dapat mengetahui dan lebih memperjelas kembali bahwa
penelitian ini memiliki perbedaan. Adapun penelitian terdahulu sebagai
berikut:
Skripsi yang disusun oleh Ziadatun Ni’mah (2009), dengan judul “Wanita
Karir Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Pandangan K>H. Husein
Muhammad)” yang dalam skripsi ini lebih menekanan pada pandangan
Husein Muhammad yang menilai bahwa wanita karir itu aadalah wanit yang
mandiri. Ziadatun Ni’mah menambahkan wanita dan pria yang sudah dewasa
berhak bekerja dimana saja.9
Selanjutnya Rasyidah Fathina (2010), dengan judul “Pandangan Aktivis
Tentang Perempuan Yang Bekerja Disektor Publik” dalam skripsi ini
menekankan pandangan aktifis HTI yang membolehkan wanita bekerja
9Ziadatun Ni’mah , “Wanita Karir Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Pandangan K>H. Husein
disektor publik dengan syarat-syarat tidak melalaikan tugasnya sebaga ibu
rumah tangga dan mendapat izin dari suami.10
Karya Junaidi (2009), dengan judul “Upaya Mewujudkan Keluarga
Sakinah Dalam Keluarga Karir (Studi Pada Dosen Wanita Fakultas
Humaniora dan Budaya UIN Malik Ibrahim)” dalam skripsi ini penulis
mencoba menjelaskan upaya-upaya dosen wanita fakultas Humaniora dan
Budaya UIN Malik Ibrahim untuk mewujudkan keluarga sakinah dalam
keluarga karir salah satunya dengan cara tetap berkomunikasi.11
Karya Heri Purwanto (2010), dengan judul “Wanita Karir dan Keluarga
(Studi Atas Pandangan Anggota DPR Yogyakarta Tahun 2004-2010)” dalam
skripsi ini penulis menekankan anggota dewan perempuan tentang
membolehkannya seseorang sebgai wanita karir. Keterwakilan perempuan di
parlemen sangat dibutuhkan dengan menyuarakan aspirasi perempuan.12
Penelitian yang membahas tentang wanita karir telah banyak dijumpai
pada karya-karya tulis ilmiyah dalam bentuk skripsi. Namun setelah meneliti
kajian pustaka tersebut maka penelitian ini memiliki sudut bahasan yang
berbeda dari yang lain. Penulis lebih memfokuskan pada jamaah LDII
tentang wanita karir yang akan dikeas melalui penelitian dengan judul “Studi
10Rasyidah Fathina, “Pandangan Aktivis Tentang Perempuan Yang Bekerja Disektor Publik”
(Skripsi-UIN Malik Ibrahim, Malang, 2010).
11Junaidi, “Upaya Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Keluarga Karir (Studi Pada Dosen
Wanita Fakultas Humaniora dan Budaya UIN Malik Ibrahim)” (Skripsi-UIN Malik Ibrahim,
Malang, 2009).
12Heri Purwanto, “Wanita Karir dan Keluarga (Studi Atas Pandangan Anggota DPR Yogyakarta
komparasi antara fuqoha’ dan jamaaah LDII kabupaten Gresik tentang
wanita karier”.
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah maka penelitian ini memiliki beberapa
tujuan, antara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pandangan jamaah LDII Kabupaten Gresik tentang
wanita karir.
2. Untuk mengetahui pandangan Fuqoha’ tentang wanita karir
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan untuk menambah wawasan serta sebagai kontribusi dalam
pengembangan keilmuan khususnya dalam bidang hukum Keluarga
Islam yang lebih dispesifikkan tentang pandangan jamaah LDII
Kabupaten Gresik terkait wanita karir yang dikaitkan dengan hukum
Islam.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai solusi terhadap
problematika yang muncul di masyarakat tentang perbedaan pandangan
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya kerancauan dan perbedaan pemahaman
terhadap pokok bahasan skripsi yang berjudul ͆Studi komparasi antara
fuqoha’ dan jamaaah LDII kabupaten Gresik tentang wanita karier͇
,terlebih dahulu penulis menjelaskan variabel penelitian untuk
mempermudah pemahaman terhadap isi pembahasan yang dimaksud, di
antaranya:
1. Komparasi : Pebandingan pandangan antara jamaah LDII dan fuqoha’
2. Fuqoha’ : Ulama kontemporer maupun klasik dalam hal ini ulama
kontemporer menggunakan pandangan yusuf qordawi dan quraish sihab
3. Wanita karier : Perempuan dewasa yang berkecimpung dalam kegiatan
profesi (usaha, perkantoran, dsb).
H. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang
langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan
dengan masalah tertentu yang diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan
selanjutnya dicari cara penyelesaiannya.13
1. Data yang dikumpulkan
Sesuai permasalahan di atas, maka beberapa data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Data tentang pandangan jamaah LDII Kab. Gresik terhadap wanita
karir
b. Data tentang pandangan jamaah LDII Kab. Gresik terhadap wanita
karir
2. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan sebagai bahan rujukan
pencarian data, yaitu berupa dua hal antara lain:
a. Sumber Data Primer
Sumber primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat
pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi
yang dicari.14 Dalam penelitian ini data yang diperoleh berdasarkan
pandangan jamaah LDII Kab. Gresik terhadap wanita karir.
b. Sumber Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari sumber yang telah ada atau data
tersebut sudah tersedia yang berfungsi untuk melengkapi data
primer.15
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Interview
Interview atau wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan
oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dengan pelaku dalam
14 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogykarta: Pustaka Pelajar, Cet. IV, 2003), 91.
tanya jawab.16 Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara dan
tanya jawab dengan pengurus DPD dan jamaah LDII Kab. Gresik.
b. Studi Literatur
Merupakan suatu kegiatan mengumpulkan dan memeriksa
informasi atau keterangan yang berhubungan dengan bahasan
penelitian.17 Penulis menggunakan metode pengumpulan data melalui
telaah buku-buku, karya tulis ilmiah berupa skripsi dan jurnal, serta
naskah dokumen.
4. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data meliputi kegiatan sebagai berikut:18
a. Editing, adalah pengecekan data yang telah dikumpulkan, karena
kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data terkumpul itu
tidak logis dan meragukan. Tujuan editing adalah untuk
menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan di
lapangan dan bersifat koreksi. Pada kesempatan ini, kekurangan data
atau kesalahan data dapat dilengkapi atau diperbaiki baik dengan
pengumpulan data ulang atau pun dengan interpolasi (penyisipan).
b. Organizing, yaitu mengatur dan menyusun data-data yang diperoleh
dalam kerangka paparan yang direncanakan kemudian
dikonfirmasikan dengan rumusan masalah.
16 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT. Adi Mahasatya, 2002), 132.
17 Syamsuddin, Operasional Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 101.
18 M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Gralia
5. Teknik Analisis Data
Teknik yang dipakai dalam analisis adalah dengan menggunakan
metode deskriptif analitis, yaitu teknik yang diawali dengan menjelaskan
dan menggambarkan data hasil penelitian yang diperoleh penulis dari
lapangan dengan perbandingan data atau bahan pustaka yang berkaitan
dengan masalah yang diangkat.
Teknik pola Deduktif, yaitu pola berfikir yang didasarkan pada
penarikan kesimpulan dari data penelitian yang telah diambil dari
pengertian umum yang bersumber dari Hukum Islam yang berkaittan
dengan masalah wanita karir, selanjutnya dikemukakan kenyataan
yang bersifat khusus mengenai tinjauan hukum Islam terkait
pandangan jamaah LDII Kab. Gresik.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah penulisan dan pemahaman skripsi ini, maka
penulis perlu menyusun sistematika pembahasan agar penulisan skripsi
terarah dan menjadi suatu gambaran umum mengenai isi skripsi. Penulisan
skripsi ini penulis bagi menjadi lima bab, yaitu:
Bab pertama, merupakan bab pendahuluan yang menguraikan
tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, identifikasi masalah,
batasan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
Bab kedua, merupakan pandangan fuqoha’ tentang wanita karier
serta kedudukannya yang meliputi pengertian wanita , hak dan kewajiban
wanita , pengertian wanita karir.
Bab ketiga, menguraikan data hasil penelitian, meliputi profil
organisasi LDII Kab. Gresik, pandangan jamaah dan pengurus DPD LDII
Kab. Gresik tentang wanita karir.
Bab keempat, pemaparan analisis studi komparasi antara fuqoha’
dan jamaah LDII kabupaten Gresik tentang wanita karir
Bab kelima yakni memuat kesimpulan, yang merupakan rumusan
jawaban yang ringkas atas masalah yang dipertanyakan dalam penelitian,
BAB II
PANDANGAN FUQOHA>’ TENTANG HAK DAN KEDUDUKAN WANITA
KARIER
A.KEDUDUKAN WANITA DALAM PANDANGAN FUQOHA’
Islam sangat memuliakan wanita, al-qur’an dan hadis memberikan
perhatian yang sangat besar serta kedudukan yang terhormat kepada
wanitaBaik dia sebagai istri, ibu, anak, saudara ataupun peran lainnya, begitu
pentingnya hal ini, Allah mewahyukan sebuah surat dalam al-qur’an kepada
Nabi Muhammad Saw yang di beri nama surat al-Nisa>’, sebagian besar surat
ini membicarakan persoalan yang berhubungan dengan kedudukan, peran dan
hak-hak wanita.1
Abdul Aziz Dahlan mengatakan bahwa wanita dan pria mempunyai tabiat
kemanusiaan yang sama. Mereka dianugrahi potensi kemanusiaan yang sama
oleh Allah SWT, sehingga dapat melakukan kegiatan masing masing dan
memikul tanggung jawab.2
Dalam Islam wanita memilik kedudukan yang sama dengan pria, baik
sebagai hamba allah maupun khalifah di muka bumi.Namun bukan berarti
wanita di berikan kedudukan yang sama persis dengan kaum pria. Islam tetap
mengatur adanya perbedaan yang bijaksana antara kaum pria dan wanita.
Antara lain dalam hak talak.3
Islam menjunjung tinggi derajat wanita, ia ditempatkan pada posisi yang
sangat terhormat, tidak ada yang boleh menghinanya. Untuk menjaga
kesucian serta ketinggain derajat dan martabat kaum wanita, maka dalam
kehidupan sehari hari Islam memberiakn tuntunan dengan ketentuan hukum
Islam sebagai batasan dan perlindungan.4
Dalam kedudukan wanita ada beberapa orang yang beranggapan
kedudukan wanita berbeda dengan pria. Padahal setelah di telaah di atas dan
buktikan dengan ayat di atas kedudukan wanita dengan pria dalam Islam
adalah sama.
Isu yang sering di bahas adalah tentang hak kerja wanita, hak kerja
menjadi isu yang penting di lihat dalam Islam karena di di ketahui ada
larangan wanita keluar rumah kecuali ada hal yang di perlukan. St. Rogayah
tidak mengerti alasan pelarangan tersebut. Sebenarnya tingkat keterikatan
wanita dengan rumah tangga merupakan masalah sosial yang bentuknya
bervariasi sesuai dengan kondisi wanita dan kondisi masyarakatnya.5
Akan tetapi ada juga dalil lain dan fakta sejarah bahwa wanita di
perbolehkan memiliki karier atau bekerja di luar rumah. Sub bab berikutnya
akan menjelaskan bagaimana fiqih memandang wanita karier
3 St. Rogayah Bucharie, Wanita Islam: Sejarah Perjuangan, Kedudukan dan Peranannya,
(Bandung: Baitul Hikmah, 2006), 81.
B.WANITA KARIR DALAM PANDANGAN FUQOHA’
Sebelum mengetengahkan ketentuan hukum Islam terhadap wanita karier,
Abdul Halim Abu Syuqqah merasa perlu mengingatkan dua masalah yang
sangat penting. Pertama mengenai pandangan yang salah yang berkembang
pada zaman sekarang. Kedua mengenai penelitian ilmiah yang sangat di
perlukan untuk mengarahkan karir wanita. Mengenai masalah pertama penulis
tekankan bahwa pandangan yang salah tentang karir wanita sebagaimana
mereka yang mengatakan bahwa karir itu sangat penting bagi wanita agar dia
dapat mewujudkan dan mengembangkan kepribadiannya. Meraka salah dalam
masalah ini sebab wanita dapat saja mewujudkan dan mengembangkan
kepribadiannya, walaupun hanya melalui pekerjaan sebagai ibu rumah tangga
dengan sedikit keterlibatan dalam bidang sosial atau politik. Hal ini jelas tidak
akan berbenturan dengan profesi lain yang mungkin dia jalani.6
Pada wanita yang bekerja mereka dihadapkan pada banyak pilihan yang
ditimbulkan oleh perubahan peran dalam masyarakat, di satu sisi mereka harus
berperan sebagai ibu rumah tangga yang tentu saja bisa dikatakan memilki
tugas yang cukup berat dan sisi lain mereka juga harus berperan sebagai
wanita karir. Wanita dan laki-laki kini telah masuk dalam lapangan persaingan
yang sangat ketat. Wanita berlomba lomba menguasai wilayah kerja kaum
laki laki.7
6 Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita, Chairul Halim, Jilid 1, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1997), 46.
7 Abdullah A. Djawas, Dilema Wanita Karier (Menuju Keluarga Sakinah), (Yogyakarta: Ababil,
Sebenarnya, usaha (kiprah) kaum wanita cukup luas meliputi berbagai
bidang, terutama yang berhubungan dengan dirinya sendiri, yang diselaraskan
dengan Islam, dalam segi akidah, akhlak dan masalah yang tidak menyimpang
dari apa yang sudah digariskan atau ditetapkan oleh Islam.8
Harus di akui Allah Ta’ala menciptakan laki-laki dan wanita dengan
karakteristik yang berbeda. Secara alami (sunnatullah), laki-laki memiliki
otot-otot yang kekar, kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang berat,
pantang menyerah, sabar dan lain-lain. Cocok dengan pekerjaan yang
melelahkan dan sesuai dengan tugasnya yaitu menghidupi keluarga secara
layak.9
Sedangkan bentuk kesulitan yang dialami wanita yaitu: Mengandung,
melahirkan, menyusui, mengasuh dan mendidik anak, serta menstruasi yang
mengakibatkan kondisinya labil, selera makan berkurang, pusing-pusing, rasa
sakit di perut serta melemahnya daya pikir.10
Oleh karena itu, agama Islam menghendaki agar wanita melakukan
pekerjaan/karir yang tidak bertentangan dengan kodrat kewanitaannya dan
tidak mengungkung haknya di dalam bekerja, kecuali pada aspek-aspek yang
dapat menjaga kehormatan dirinya, kemuliaannya dan ketenangannya serta
menjaganya dari pelecehan dan pencampakan.11
8 Ibid, 38.
9 Syaikh Mutawalli As-Sya’rawi, Fikih Perempuan (Muslimah): Busana dan Perhiasan,
Perhormatan atas Perempuan, Sampai Wanita Karier, Yessi HM. Basyaruddin, (Jakarta: Amzah, 2005), 59.
Sebenarnya Agama Islam telah menjamin kehidupan yang bahagia dan
damai bagi wanita dan tidak membuatnya perlu untuk bekerja di luar rumah
dalam kondisi normal. Islam membebankan ke atas pundak laki-laki untuk
bekerja dengan giat dan bersusah payah demi menghidupi keluarganya.12
Sedangkan, ketikasi wanita tidak atau belum bersuami dan tidak di dalam
masa menunggu (‘iddah) karena diceraikan oleh suami atau ditinggal mati,
maka nafkahnya dibebankan ke atas pundak orangtuanya atau anak-anaknya
yang lain.13
Bila si wanita ini menikah, maka sang suamilah yang mengambil alih
beban dan tanggung jawab terhadap semua urusannya. Dan bila dia diceraikan,
maka selama masa ‘iddah (menunggu) sang suami masih berkewajiban
memberikan nafkah, membayar mahar yang tertunda, memberikan nafkah
anak-anaknya serta membayar biaya pengasuhan dan penyusuan mereka,
sedangkan si wanita tadi tidak sedikit pun dituntut dari hal tersebut.Selain itu,
bila si wanita tidak memiliki orang yang bertanggung jawab terhadap
kebutuhannya, maka negara Islam yang berkewajiban atas nafkahnya dari
Baitul Mal kaum Muslimin.14
Yusuf al-Qardhawi dalam tulisannya mengatakan tentang wanita karier,
beliau membagi menjadi dua golongan. Pertama, golongan yang melarang
secara mutlak untuk wanita keluar rumah dengan alasan apapun. Kedua,
golongan yang membolehkan secara bebas wanita untuk keluar rumah. Yusuf
al-Qardhawi menganggap bahwa alasan yang dipakai oleh kedua golongan
tersebut terkesan menggunakan hadis yang dianggap oleh kritikus hadis
sebagai palsu. Dengan pernyataan diatas, Yusuf al-Qardhawi memposisikan
pendapatnya di antara keduanya dengan tetap membolehkan wanita keluar
rumah tapi dengan adanya persyaratan-perdengan tetap membolehkan wanita
keluar rumah tapi dengan adanya persyaratan-persyaratan.15
Imam Hanafi menegaskan bahwa, manakala istri adalah seorang wanita
pekerja dan tidak menetap di rumah, maka dia tidak berhak atas nafkah
manakala suaminya memintanya tetap tinggal di rumah tetapi si istri tidak
mau. Pendapat ini sejalan dengan pendapat yang ditegaskan oleh
madzhab-madzhab lainnya yang menyatakan ketidak bolehan istri keluar rumah tanpa
izin suami. Bahkan imam Syafi’i dan Hambali lebih menegaskan lagi dengan
mengatakan bahwa, kalau istri keluar rumah dengan izin suami tapi demi
kepentingannya sendiri, maka gugurlah hak nafkah untuknya.16
Imam Hanafi juga membolehkan wanita menduduki jabatan hakim dalam
masalah perdata dan tidak membolehkannya dalam masalah jinayah. Menurut
jumhur ulama’,tidak boleh wanita menduduki jabatan kepemimpinan dan
politik.17 Hal ini disandarkan pada firman Allah :
ُ اَجّ لا
َُ و ماّوَق
ىَ َع
ُ ءاَسّ لا
اَ ب
َُلّ َف
ُ َّ
ُم َ عَب
ىَ َع
ُ ضعَب
اَ بَ
او قَفنَأ
ُن م
ُم لاَومَأ
ُ اَح لاّصلاَف
ُ اَت ناَق
ُ اَظ فاَح
ُ بيَغ ل
اَ ب
َُظ فَح
ُ َّ
ي تالاَ
ُ فاَ َت
َُن
15Yusuf Qardhawi, Fatwa Fatwa Kontemporer,(Jakarta: Gema Insani Press 1995) 654.
16Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Madzhab, Masykur AB, Et.Al., (Jakarta: PT Lentera
Basritama, 2001), 235.
ُّن هَ و ش ن
ُ
ُّن هو ظ عَف
ُ
ُّن ه جهاَ
ُ
ي ف
ُ
اً ي َكاًي َعَناَ َ ّ لاّن إاي َسّ يَ َعاو غ َتاَف َ عَ َأن إَفّ هو ب ضاَو ع جاَ َ لا
Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.18
Namun dalam buku “Wawasan Al-Qur’an” Quraish Shihab memahami
ayat tersebut dengan adanya prinsip pembagian pola kerja yang di tetapkan
agama tidak menjadikan salah satu pihak bebas dari tuntutan,minimal dari
segi moral, untuk membantu pasangannya.19
Menurut Quraish Shihab keterlibatan wanita dalam pekerjaan pada awal
Islam juga turut membenarkan bahwa wanita aktif dalam bebagai aktifitas.
Para wanita boleh bekerja dalam berbagai bidang, di dalam atau di luar rumah
baik secara mandiri atau bersama orang lain, dengan lembaga pemerintah
maupun swasta, selama mereka dapat mmemlihara agamanya, serta dapat
menghidari dampak dampak negatif.20
C.HAK WANITA UNTUK BERKARIER MENURUT FUQAHA’
18 Surat Al-Nisa>’ ayat 34.
Walaupun terdapat perbedaan antara pria dan wanita, baik itu secara fisik
maupun psikis, namun sudah sewajarnya jika wanita mempunyai hak dalam
bekerja atau berkarier disamping itu pemeliharaan dan pembimbingan anak
sangat di butuhkan dari seorang wanita sebagai ibu.21
Di antara hak hak wanita secara umum di tunjukan dalam surat an-Nisa>’
ayat 32:
Artinya: dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.22
Dan, Di antara hak wanita ialah hak keluar rumah atau bekerja. wanita
mempunyai hak untuk bekerja, selama ia membutuhkannya, atau selama
pekerjaan itu membutuhkannya dan selama norma agama tetap terpelihara.23
Tentang kebolehan wanita keluar rumah, Islam telah menjelaskan bahwa
boleh keluar rumah jika dalam hal-hal yang diperbolehkan seperti adanya
hajat. hal tersebut sesuai dengan hadis nabi yang diriwayatkan oleh imam
bukhori yang berbunyi
ُ نبُُي َعُاَ َثّ َحُ ءاَ غَ لاُي بَأُ نبُ َ َفُاَ َثّ َح
ُ
َُ َش ئاَعُنَعُ هي بَأُنَعُ اَش هُنَعُ س م
ُاَمُ َ وَسُاَيُ ََّ ُ كّن إُ َ اَقَفُاَ َفَ َعَفُ َ عُاَهآَ َفُ ًايَلَُ َعمَ ُ ت بُ َ وَسُتَجَ َ تَلاَق
َُفُ َمّ َسَ ُ هيَ َعُ َُّىّ َصُ ّي ّ لاُىَل إُتَعَجَ َفُاَ يَ َعُ َنيَف َت
ُي فُ َو هَ ُ هَلُ َك لَ ُ َ َكَ
21 Ibid.
22 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Departemen Agama, 2010), 208. 23 M. Qurais Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
َُ َأُ َقُ و قَيُ َو هَ ُ ه َعَُع ف َفُ هيَ َعُ ََُّ َزنَأَفُاًق َعَلُ َيُي فُ ّ إَ ُىّشَعَتَيُي تَ ج ح
ُّن ج ئاَوَح لُ َنج َتُ َأُّن َلُ َّ
Telah menceritakan kepada kami Farwah bin Abu Al Maghra` Telah menceritakan kepada kami Ali bin Mushir dari Hisyam dari bapaknya dari Aisyah ia berkata; Pada suatu malam, Saudah binti Zam'ah keluar, lalu Umar pun melihatnya dan mengenalnya, maka ia pun berkata, "Demi Allah, sesungguhnya kamu wahai Saudah tidak akan samar bagi kami." Maka ia pun kembali kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan menuturkan hal itu pada beliau, dan saat itu beliau berada di rumahku dan sedang makan malam, sementara di tangan beliau terdapat keringat, maka Allah menurunkan wahyu kepadanya, lalu keringat itu hilang. Beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mengizin kalian untuk membuang hajat."24Agama Islam juga mewajibkan suami untuk menanggung biaya hidup
isteri dan anak anaknya. Dalam konteks pemenuhan kebutuhan isteri, Imam
Taqiyuddin Abu Bakar berpendapat bahwa wanita dasarnya tidak
berkewajiban melayani suaminya dalam hal menyediakan kebutuhan rumah
tangga, justru suamilah berkewajiban menyiapkan kebutuhan rumah tangga.25
Pembagian kerja antara suami dan isteri ini tidak membebaskan masing
masing pasangan, paling tidak dari segi kewajiban moral. Quraish Shihab
mencontohkan Asma’ puteri Abu Bakar, ia dibantu oleh suaminya mengurus
rumah tangga, tetapi Asma’ juga membantu suaminya dengan memelihara
kuda suaminya, menyabit rumput dan lain sebagainya.26
24 Syekh Al Hafied, Terjemahan Bulughul Maram (Surabaya,Al-ikhlas,1993) 325
25 Imam Taqiyuddin Abu Bakar Bin Muhammad Al-Husaini, Kifayatul Akhyar, Syarifuddin
Anwar dan Mishbah Musthafa, Jilid 2, (Surabaya: Bina Iman, 1993), 272.
Dengan hak pribadi isteri ini bukan berarti isteri terbebaskan dari
kewajibannya, antara lain bertanggung jawab dalam rumah tangga, mengasuh
anak serta memenuhi kebutuhan biologis suaminya.27
Dalam surat Al-Baqarah ayat 228 berbunyi:
Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban menurut cara yang makruf. Akan tetapi, para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan allah mahaperkasa lagi
bijaksana.28
Ayat ini menetepkan bahwa wanita mempunyai hak sebagai mana mereka
mempunyai kewajiban.ini berarti bahwa setiap hak wanita di imbangi dengan
laki laki. Dengan demikian maka hak mereka berimbang.
Hak asasi yang paling pokok adalah Hak ri’ayah (kepemimpinan atau
pemeliharaan), lebih lebih karena cakupan nya terhadap hak yang banyak.
Hak ri’ayah ini mewajibkan masing masing suami istri dua tanggung jawab
yang penting. Laki laki memikul tanggung jawab kepemimpinan dan dan
tanggung jawab memberi nafkah. Sedangkan wanita memikul tanggung jawab
memelihara dan mendidik anak,dan tanggung jawab mengatur urusan rumah
tangga.29
Jika memang ada sesuatu yang sangat mendesak untuk berkariernya
wanita maka hal ini diperbolehkan, namun harus dipahami bahwa sebuah
kebutuhan yang mendesak ini harus ditentukan dengan kadarnya yang sesuai.
27 Ibid.
Misalnya karena suaminya atau orang tuanya meninggal dunia atau
keluarganya sudah tidak bisa memberi nafkah karena sakit atau lainnya,
sedangkan negara tidak memberikan jaminan pada keluarga semacam
mereka.30 Lihatlah kisah yang difirmankan Allah dalam surat Al-Qas}a>s} ayat
23 dan 24 :
“Dan tatkala Musa sampai di sumber air negeri Madyan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan ternaknya, dan ia menjumpai dibelakang orang yang banyak itu dua orang wanita yang sedang menambat ternaknya.
Musa berkata : “Apa maksud kalian berbuat demikian ?”
Kedua wanita itu menjawab : “Kami tidak dapat meminumkan ternak kami sebelum penggembala-pengembala itu memulangkan ternaknya, sedang bapak kami adalah orang tua yang telah berumur lanjut, Maka Musa memberi minum ternak itu untuk menolong keduanya.
Kemudian ia kembali ketempat yang teduh lalu berdo’a : “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.
Kemudian datang kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu,berjalan dengan penuh rasa malu, ia berkata : “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu untuk memberi balasan terhadap kebaikanmu memberi minum ternak kami.”31
Perhatikanlah perkataan kedua wanita tadi : “Sedang bapak kami adalah
orang tua yang telah berumur lanjut.” Ini menunjukkan bahwa keduanya
melakukan perbuatan tersebut karena terpaksa, disebabkan orang tuanya
sudah lanjut dan tidak bisa melaksanakan tugas tersebut.32
30Ibid, 159
31
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah..., 230.
32 Siti Muslikhati, Feminisme dan Pemberdayaan Perempuan dalam Timbangan Islam, (Jakarta:
Hal yang menunjukkan hal ini adalah bahwa di zaman Rosulullah ada para
wanita yang bertugas membantu kelahiran, semacam dukun bayi atau bidan
pada saat ini. Juga saat itu ada wanita yang mengkhitan anak-anak wanita.
Dan yang d}ohir bahwa perkerjaan ini mereka lakukan diluar rumah. Pada
zaman ini bisa ditambahkan yaitu dokter wanita spesialis kandungan, perawat
saat bersalin, tenaga pengajar yang khusus mengajar wanita dan yang
sejenisnya.33
Disamping itu sejarah mencatat, beberapa wanita yang menjadi istri
Rasulullah Saw juga menjadi wanita karier, diantaranya:
1. Siti Khadijah
Rasulullah SAW punya seorang isteri yang tidak hanya berdiam diri
serta bersembunyi di dalam kamarnya. Sebaliknya, dia adalah
seorang wanita yang aktif dalam dunia bisnis. Bahkan sebelum beliau
menikahinya, beliau pernah menjalin kerjasama bisnis ke negeri Syam.
Setelah menikahinya, tidak berarti isterinya itu berhenti dari aktifitasnya.
Bahkan harta hasil jerih payah bisnis Khadijah ra itu amat banyak
menunjang dakwah di masa awal. Di masa itu, belum ada sumber-sumber
dana penunjang dakwah yang bisa diandalkan. Satu-satunya adalah dari
kocek seorang donatur setia yaitu isterinya yang pebisnis kondang.
Tentu tidak bisa dibayangkan kalau sebagai pebisnis, sosok Khadijah
adalah tipe wanita rumahan yang tidak tahu dunia luar. Sebab
bilademikian,bagaimana dia bisa menjalankan bisnisnya itu dengan baik,
sementara dia tidak punya akses informasi sedikit pun di balik tembok
rumahnya.
Di sini kita bisa paham bahwa seorang isteri nabi sekalipun punya
kesempatan untuk keluar rumah mengurus bisnisnya. Bahkan meski telah
memiliki anak sekalipun, sebab sejarah mencatat bahwa Khadijah ra.
dikaruniai beberapa orang anak dari Rasulullah SAW
2. Siti Aisyah
Sepeninggal Khadijah, Rasulullah beristrikan Aisyah radhiyallahu
anha, seorang wanita cerdas, muda dan cantik yang kiprahnya di tengah
masyarakat tidak diragukan lagi. Posisinya sebagai seorang isteri tidak
menghalanginya dari aktif di tengah masyarakat.
Semasa Rasulullah masih hidup, beliau sering kali ikut keluar
Madinah ikut berbagai operasi peperangan. Dan sepeninggal Rasulullah
SAW, Aisyah adalah guru dari para shahabat yang memapu memberikan
penjelasan dan keterangan tentang ajaran Islam.
Bahkan Aisyah ra. pun tidak mau ketinggalan untuk ikut dalam
peperangan. Sehingga perang itu disebut dengan perang unta (jamal),
karena saat itu Aisyah radhiyallahu’anha naik seekor unta.34
Al qur’an menjadikan kurungan rumah untuk perempuan hanya sebagai
hukuman bagi mereka yamg telah melakukan tindakan zina . Allah berfirman ;
ًُ َعَب َأُ ّن يَ َعُ ا شَتساَفُ م ئاَس نُ ن مُ َ َش حاَفلاُ َني تأَيُ ي ت ّالاَ
ُم م
ۖ
ُلاّ هاّفَوَتَيٰىّتَح تو ي لاي فّ هو سمَأَفا َشن إَف
ًُاي َسُّن َلُ ََُّلَعجَيُ َأُ وَ
Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu (yang menyaksikannya). Kemudian apabila mereka telah memberi persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan lain kepadanya
Permasalahan seorang wanita karier dalam pandangan masyarakat muslim
membawa sebuah gambaran dimana kebenaran dan kesalahan saling tumpang
tindih. Sebagaian kelompok berpendapat untuk mengunci wanita di dalam
rumah dan melarangnya keluar, meskipun untuk melakukan pekerjaan yang
dapat membantu masyarakat. Mereka menilai bahwa kesalehan wanita bisa di
buktikan ketika dia hanya keluar rumah dua kali pertama, keluar dari rumah
ayahnya menuju rumah suaminya. Kedua, dari rumah suaminya menuju
kuburan nya.35
Wanita boleh saja keluar dan berkarier. Apabila ada keperluan bagi
seorang wanita untuk bekerja keluar rumah maka harus memenuhi beberapa
kewajiban syar’i agar kariernya tidak menjadi perkerjaan yang haram. Syarat
-syarat itu adalah :
1. Memenuhi adab keluarnya wanita dari rumahnya baik dalam hal pakaian
ataupun lainnya.
2. Mendapat izin dari suami atau walinya. Wajib hukumnya bagi seorang istri
untuk mentaati suaminya dalam hal kebaikan dan haram baginya
mendurhakai suami, termasuk keluar dari rumah tanpa izinnya.
3. Pekerjaan tersebut tidak ada kholwat dan ikhtilat (Campur baur) antara
laki-laki dan wanita yang bukan mahram.Seorang wanita muslimah agar
35Imam Taqiyuddin Abu Bakar Bin Muhammad Al-Husaini, Kifayatul Akhyar, Syarifuddin
terlihat istimewa dia harus dapat menjaga kehormatan dalam pergaulannya.
Harus membatasi diri dalam pergaulan. Seorang wanita apalagi yang sudah
mempunyai suami harus hati-hati dengan sesuatu yang dapat
mengakibatkan kemurkaan Allah, salah satunya adalah adanya batasan
pergaulan dengan non-muhrim.
4. Tidak menimbulkan fitnah. Wanita yang berkarier di luar rumah tidak
menimbulkan fitnah. Hal ini dapat dilakukan dengn cara menutupi seluruh
tubuhnya di hadapan laki-laki asing dan menjauhi semua hal yang
berindikasi fitnah, baik di dalam berpakaian, berhias atau pun
berwangi-wangian (menggunakan parfum).
5. Tetap bisa mengerjakan kewajibannya sebagai ibu dan istri bagi
keluarganya,karena itulah kewajibannya yang asasi.
6. Hendaknya pekerjaan tersebut sesuai dengan tabi’at dan kodratnya seperti
dalam bidang pengajaran, kebidanan, menjahit dan lain-lain.36
BAB III
WANITA KARIER DALAM PANDANGAN JAMA’AH LDII KABUPATEN GRESIK
A.Deskripsi LDII Kabupaten Gresik
1. Sejarah LDII
Lembaga Dakwah Islam Indonesia disingkat LDII, merupakan
organisasi kemasyarakatan yang independen, resmi dan legal yang
mengikuti ketentuan UU No. 8 tahun 1985 tentang Organisasi
Kemasyarakatan, Pasal 9, ayat (2), tanggal 4 April 1986 (Lembaran Negara
RI 1986 nomor 24), serta peraturan pelaksanaannya meliputi PP No. 18
tahun 1986 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 tahun 1986 dan
Aturan hukum lainnya. LDII, memiliki Anggaran Dasar (AD) dan
Anggaran Rumah Tangga (ART), Program Kerja dan Pengurus mulai dari
tingkat Pusat sampai dengan tingkat Desa. LDII sudah tercatat di Badan
Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbang & Linmas)
Departemen Dalam Negeri. LDII merupakan bagian komponen Bangsa
Indonesia yang berada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
Berdasarkan Pancasila dan UUD 45.1
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) berdiri sesuai dengan cita-cita
para ulama perintisnya yaitu sebagai wadah umat Islam untuk mempelajari,
mengamalkan dan menyebarkan ajaran Islam secara murni berdasarkan
Alquran dan hadis, dengan latar belakang budaya masyarakat Indonesia,
dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.2
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) pertama kali berdiri pada 3
Januari 1972 di Surabaya, Jawa Timur dengan nama Yayasan Lembaga
Karyawan Islam (YAKARI). Pada Musyawarah Besar (Mubes) tahun 1981
namanya diganti menjadi Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI), dan pada
Mubes tahun 1990, atas dasar Pidato Pengarahan Bapak Sudarmono, SH.
Selaku Wakil Presiden dan Bapak Jenderal Rudini sebagai Mendagri waktu
itu, serta masukan baik pada sidang-sidang komisi maupun sidang
Paripurna dalam Musyawarah Besar IV LEMKARI tahun 1990, selanjutnya
perubahan nama tersebut ditetapkan dalam keputusan, MUBES IV
LEMKARI No. VI/MUBES-IV/ LEMKARI/1990, Pasal 3, yaitu mengubah
nama organisasi dari Lembaga Karyawan Dakwah Islam yang disingkat
LEMKARI yang sama dengan akronim LEMKARI (Lembaga Karate-Do
Indonesia), diubah menjadi Lembaga Dakwah Islam Indonesia, yang
disingkat LDII.
Ada 3 Motto LDII, ialah : 1. Yang artinya: “Dan hendaklah ada di
antara kamu sekalian segolongan yang mengajak kepada kebajikan dan
menyuruh pada yang ma’ruf (perbuatan baik) dan mencegah dari yang
munkar (perbuatan tercela), mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
(QS. Ali Imron, No. Surat: 3, Ayat: 104). 2. Yang artinya: “Katakanlah
inilah jalan (agama) - Ku, dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah (dalil/dasar hukum) yang nyata. Maha
suci Allah dan aku tidak termasuk golongan orang yang musyrik”. (QS.
Yusuf, No.Surat: 12, Ayat: 108). 3. Yang artinya: “Serulah (semua
manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik,
dan bantahlah mereka dengan yang lebih baik”. (QS. An-Nahl, No.Surat:
16, Ayat: 125).3
LDII juga menyelenggarakan pengajian Al Qur'an dan Al Hadits
dengan rutinitas kegiatan yang cukup tinggi. Di tingkat PAC
(Desa/Kelurahan) umumnya pengajian diadakan 2-3 kali seminggu,
sedangkan di tingkat PC (Kecamatan) diadakan pengajian seminggu
sekali.[1] Untuk memahamkan ajarannya, LDII mempunyai program
pembinaan cabe rawit (usia prasekolah sampai SD) yang terkoordinasi
diseluruh masjid LDII. Selain pengajian umum, juga ada pengajian khusus
remaja dan pemuda, pengajian khusus Ibu-ibu, dan bahkan pengajian
khusus Manula/Lanjut usia.Ada juga pengajian UNIK (usia nikah).
Disamping itu ada pula pengajian yang sifatnya tertutup, juga
pengajian terbuka. Pada musim liburan sering diadakan Kegiatan
Pengkhataman Alquran dan hadis selama beberapa hari yang biasa diikuti
anak-anak warga LDII dan non LDII untuk mengisi waktu liburan mereka.
Dalam pengajian ini pula diberi pemahaman kepada peserta didik tentang
bagaimana pentingnya dan pahalanya orang yang mau belajar dan
mengamalkan Alquran dan hadis dalam keseharian mereka.LDII
mengadakan berbagai forum tipe pengajian berdasarkan kelompok usia dan
gender antara lain
a. Pengajian kelompok tingkat PAC
Pengajian ini diadakan rutin 2 – 3 kali dalam seminggu di
masjid-masjid, mushalla-mushala atau surau-surau yang ada hampir di setiap
desa di Indonesia. Setiap kelompok PAC biasanya terdiri 50 sampai 100
orang jamaah. Materi pengajian di tingkat kelompok ini yaitu Quran
(bacaan, terjemahan dan keterangan), hadis-hadis himpunan dan nasihat
agama. Dalam forum ini pula jamaah LDII diajari hafalan-hafalan doa,
dalil-dalil Quran Hadis dan hafalan surat–surat pendek ALquran. Dalam
forum pengajian kelompok tingkat PAC ini jamaah juga dikoreksi
amalan ibadahnya seperti praktik berwudu dan salat.
b. Pengajian Cabe rawit
Pengembangan mental agama dan akhlakul karimah jamaah dimulai
sejak usia dini. Masa kanak-kanak merupakan pondasi utama dalam
pembentukan keimanan dan akhlak umat, sebab pada usia dini seorang
anak mudah dibentuk dan diarahkan. Pengajian Cabe rawit diadakan
setiap hari di setiap kelompok pengajian LDII dengan materi antara lain
Alquran. Forum pengajian Caberawit juga diselingi dengan rekreasi dan
bermain.4
c. Pengajian Muda-mudi
Muda-mudi atau usia remaja perlu mendapat perhatian khusus
dalam pembinaan mental agama. Pada usia ini pola pikir anak mulai
berkembang dan pengaruh negatif pergaulan dan lingkungan semakin
kuat. Karena itu pada masa ini perlu menjaga dan membentengi para
remaja dengan kepahaman agama yang memadai agar generasi muda
LDII tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat, dosa-dosa dan
pelanggaran agama yang dapat merugikan masa depan mereka. Sebagai
bentuk kesungguhan dalam membina generasi muda, LDII telah
membentuk Tim Penggerak Pembina Generus (TPPG) yang terdiri dari
pakar pendidikan dan ahli psikologi. Pembinaan generasi muda dalam
LDII setidaknya memiliki 3 sasaran yaitu:
1) Menjadikan generasi muda yang sholeh, alim (banyak ilmunya) dan
fakih dalam beribadah.
2) Menjadikan generasi muda yang berakhlakul karimah (berbudi
pekerti luhur), berwatak jujur, amanah, sopan dan hormat kepada
orang tua dan orang lain
3) Menjadikan generasi muda yang tertib, disiplin, trampil dalam
bekerja dan bisa hidup mandiri
d. Pengajian Wanita/ibu-ibu
Para wanita, ibu-ibu dan remaja putri perlu diberi wadah khusus
dalam pembinaan keimanan dan peningkatan kepahaman agama,
mengingat kebanyakan penghuni neraka adalah kaum ibu/wanita.
Selain itu banyak persoalan khusus dalam agama Islam menyangkut
peran wanita dan para ibu. Haid, kehamilan, nifas, bersuci (menjaga
najis), mendidik dan membina anak, melayani dan mengelola keluarga
merupakan persoalan khusus wanita dan ibu-ibu. Disamping
memberikan kerampilan beribadah forum pengajian Wanita / ibu-ibu
LDII juga memberikan pengetahuan dan ketrampilan praktis tentang
keputrian yang berguna untuk bekal hidup sehari-hari dan menunjang
penghasilan keluarga.
e. Pengajian Lansia
Para Lansia perlu mendapatkan perhatian khusus mengingat pada
usia senja diharapkan umat muslim lebih mendekatkan diri kepada Allah
sebagai persiapan menghadap kepada Ilahi dalam keadaan khusnul
khotimah.
f. Pengajian Umum
Pengajian umum merupakan forum gabungan antara beberapa
jamaah PAC dan PC LDII. Pengajian ini juga merupakan wadah
silaturahim antar jamaah LDII untuk membina kerukunan dan
kekompakan antar jamaah.Semua pengajian LDII bersifat terbuka untuk
umum, siapapun boleh datang mengikuti setiap pengajian sesuai dengan
Sumber hukum LDII adalah Alquran dan Hadis. Dalam memahami
Alquran dan Hadis, ulama LDII juga menggunakan ilmu alat seperti ilmu
nahwu, shorof, badi’, ma’ani, bayan, mantek, balaghoh, usul fiqih,
mustholahul-hadits dan sebagainya[1]. Ibarat orang akan mencari ikan perlu
sekali menggunakan alat untuk mempermudah menangkap ikan, seperti jala
ikan. Perumpamaannya adalah seperti orang yang akan mencari jarum di
dalam sumur perlu menggunakan besi semberani. Untuk memahami arti
dan maksud ayat-ayat Alquran tidak cukup hanya dengan penguasaan
dalam bahasa ataupun ilmu shorof. Alquran memang berbahasa Arab tapi
tidak berarti orang yang mampu berbahasa Arab akan mampu pula
memahami arti dan maksud dari ayat-ayat Al-Qur’an dengan benar.
Penguasaan di bidang bahasa Arab hanyalah salah satu kemampuan yang
patut dimiliki oleh seorang da’i atau muballigh, begitupun ilmu alat
(nahwu shorof).5
Di LDII untuk memahami arti dan maksud dari ayat-ayat Alquran
maka para da’i ataupun para muballigh/ghoh telah memiliki
kemampuan-kemampuan sebagaimana berikut
a. Ilmu Balaghoh, yaitu ilmu yang dapat membantu untuk memahami dan
menentukan mana ayat-ayat yang mansukh (diganti/ralat) dan mana
ayat-ayat yang nasikh (gantinya), dan mana ayat-ayat yang merupakan
petunjuk larangan (pencegahan).
b. Ilmu Asbabun Nuzul, yaitu ilmu yang membahas sebab-musabab
turunnya ayat-ayat Alquran. Dengan ilmu tersebut dapat diketahui
situasi dan kondisi bagaimana dan kapan serta di mana ayat suci
Alquran diturunkan.
c. Ilmu Kalam, yaitu ilmu tauhid yang membicarakan tentang keesaan
Allah, sekaligus membicarakan sifat-sifat-Nya.
d. Ilmu Qiro’at, yaitu ilmu yang membahas macam-macam bacaan yang
telah diterima dari Nabi Muhammad (Qiro’atus Sab’ah).
e. Ilmu Tajwid, yaitu ilmu yang membahas cara-cara yang benar dalam
membaca Alquran.
f. Ilmu Wujuh Wan-Nadzair, yaitu ilmu yang menerangkan kata-kata
dalam Alquran yang mempunyai arti banyak.
g. Ilmu Ghoribil Quran, yaitu ilmu yang menerangkan makna kata-kata
yang ganjil yang tidak terdapat dalam kitab-kitab biasa atau tidak juga
terdapat dalam percakapan sehari-hari.
h. Ilmu Ma’rifatul Muhkam Wal Mutasyabih, yaitu ilmu yang
menerangkan ayat-ayat hukum dan ayat-ayat yang mutasyabihah.
i. Ilmu Tanasubi Ayatil Quran, yaitu ilmu yang membahas
persesuaian/kaitan antara satu ayat dalam Alquran dengan ayat yang
sebelum dan sesudahnya.
j. Ilmu Amtsalil Quran, yaitu ilmu yang membahas segala perumpamaan
2. Profil LDII Kabupaten Gresik
Dalam bidang Pendidikan Keterampilan, Kepemudaan dan Olahraga,
LDII menyelenggarakan kursus keorganisasian, keterampilan, perkemahan
pemuda, dan kegiatan Pramuka. Dalam bidang olahraga, di antaranya
menyelenggarakan Pencak Silat Persinas ASAD (Ampuh Sehat Aman
Damai) yang sudah menjadi anggota IPSI, sudah mengikuti turnamen
Pencak Silat tingkat Nasional, turnamen sepak bola sampai tingkat
Nasional dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda pada
tahun-tahun 1991, 1994, dan 1996, 2000 dan 2002.
LDII peduli dan turut serta dalam pemberdayaan ekonomi rakyat
dengan uji coba mengadakan kegiatan Usaha Bersama (UB) yang berbasis
di tingkat Pimpinan Cabang ( PC) yang tersebar di seluruh Indonesia.
LDII menggunakan metode pengajian tradisional, yaitu guru-guru yang
berasal dari beberapa alumni pondok pesantren kenamaan, seperti: Pondok
Pesantren Gontor di Ponorogo, Tebu Ireng di Jombang, Kebarongan di
Banyuwangi, Langitan di Tuban, dll. Mereka bersama-sama mempelajari
ataupun bermusyawarah beberapa waktu terlebih dahulu sebelum
menyampaikan pelajaran dari Alquran dan Hadis kepada para jama’ah
pengajian rutin atau kepada para santriwan dan santriwati di
pondok-pondok LDII, untuk menjaga supaya tidak terjadi kekeliruan dalam
memberikan penjelasan tentang pemahaman Alquran dan Hadis. Kemudian
(diterjemahkan secara harfiyah), dan keterangan, dan untuk bacaan Alquran
memakai ketentuan tajwid.6
Dengan mengaji yang benar yakni dengan cara manqul, musnad dan
mutashil (persambungan dari guru ke guru berikutnya sampai kepada
shohabat dan sampai kepada Nabi Muhammad), maka secepatnya kita
dapat menguasai ilmu Alquran dan Hadis dengan mudah dan benar.
STRUKTUR
DEWAN PIMPINAN DAERAH
LEMBAGA DAKWAH ISLAM INDONESIA KABUPATEN GRESIK
MASA BHAKTI 2016-2021
DEWAN PENASEHAT
Ketua : KH. Kasmudi Assidqi
Wakil ketua : H. Abu Said
Wakil ketua : H. Suroso Rosyidin
Wakil ketua : H. Supriasto
Sekretaris : H. Abul Salam
PENGURUS HARIAN
Ketua : H. Abdul Muis Zuhri
Wakil ketua : H. Ruslan Abdul Ghoni
Sekretaris : Andi Fajar Yuliyanto
Wakil sekretaris : H. Nanang Supangkat
Bendahara : H. Atman Arief
Wakil bendahara : Narsa
B.Pandangan Jama’ah LDII Terhadap Wanita Karier
Pembahasan tentang wanita karier merupakan pembahasan yang masih
sering di perdebatkan di semua kalangan. Ada kalangan yang setuju dan tidak
sedikit pula yang tidak setuju. Perbedaan ini juga terjadi dalam lingkungan
jama’ah LDII. Banyak anggota LDII mengatakan bahwa ada larangan untuk
berkarier atau bekerja di luar, Namun pengurus organisasi jama’ah LDII
Gresik memiliki pandangan yang berbeda tentang wanita karier. Berikut
penjabaran tentang jama’ah LDII terhadap wanita karier.
1. Pendapat kontra jama’ah LDII kababupaten Gresik tentang wanita karir
Lembaga Dakwah Islam Indonesia atau LDII merupakan organisasi
yang sangat tertutup, mulai dari kegiatan di dalam organisasi sampai
kegiatan sehari-hari di luar organisasi. Hal tersebut terlihat dengan adanya
anggapan masyarakat luas tentang anggota yang ingin berkarir atau
bekerja. Masyarakat beranggapan bahwa anggota LDII ada larangan untuk
bekerja atau berkarir di luar anggota tersebut, Demikian anggota LDII
Dalam praktik di masyarakat, anggota LDII cenderung untuk tidak
bekerja di luar anggota LDII. Seperti yang diungkapkan oleh bapak H.
Pamuji(Pengusaha apotek/anggota LDII), ia mengatakan bahwa Memang
ada larangan wanita LDII untuk bekerja di luar golongan LDII, dan
larangan itu sangat di tekankan kepada wanita mudi mudi yang belum
bekerja, agar terhindar dari fitnah dan perilaku dholim seperti yang di
tekankan pada setiap pengajian mingguan jama’ah. Beliau juga
menunjukan bahwa dua pegawai wanitanya adalah anggota LDII
kabupaten Gresik. Beliau juga mempersilahkan jika ada anggota Wanita
LDII yang sedang membutuhkan pekerjaan untuk bekerja di toko
apoteknya.seperti yang di anjurkan ustad LDII untuk menolong anggota
LDII yang sedang kesulitan ekonomi dan membutuhkan pekerjaan.
”Memang ada larangan wanita LDII untuk bekerja di luar golongan LDII,
dan larangan tersebut sangat di tekan kan kepada remaja wanita, agar
tehindar dari fitnah dan perilaku dholim”7
Hal senada juga diungkapkan oleh Adinda Fitriyah(Pegawai
apotek/anggota LDII), ia mengatakan Larangan bekerja di luar golongan
LDII memang selalu di tekankan oleh ustad mereka. Hal ini merupakan
bentuk menjaga harga diri wanita. Karena hanya anggota golongan mereka
yang tidak akan melakukan hal dholim dan tidak akan menimbulkan fitnah
saat melaksanakan pekerjaan. Tetapi meskipun begitu kami tetap menjaga
pandangan dan aurat.”Larangan bekerja di luar golongan kami memamg
selalu di tekankan oleh ustad kami”.8
Perbedaan pandangan yang terjadi dalam lingkungan jama’ah LDII.
Antara anggota LDII yang mengatakan bahwa ada larangan untuk
berkarier atau bekerja di luar, dan pengurus organisasi jama’ah LDII yang
mengatakan tidak ada larangan berkarier untuk jama’ah wanitanya. Dalam
pandangan yang berbeda ini, masyarakat umum di luar jama’ah LDII juga
mempunyai pandangan mengenai kebenaran tentang larangan Wanita LDII
bekerja di luar.
Dalam hal wanita yang berkarir atau wanita yang bekerja. masyarakat
yang bertetangga dengan anggota LDII, seperti yang disampaikan oleh
bapak Ma’ruf Amin (jamaah desa Bunder). Beliau mengatakan bahwa
warganya yang menjadi anggota LDII hampir kesemuanya bekerja di DPD
LDII dan tidak ada yang bekerja diluar.”Hampir seluruh masyarakat
wanita kami seluruhnya bekerja di kantor LDII)9
Hal serupa juga disampaikan oleh jamaah LDII Manyar, ia
menyampaikan selama menjadi lurah tidak pernah menjumpai warganya
yang anggota LDII tidak yang bekerja diluar. Jika tidak ada pekerjaan di
luar, para wanita anggota melakukan aktivitas di dalam rumah ”Selama
saya bertugas di kelurahan ini, saya belum pernah menjumpai Wanita LDII
warga kami ada yang bekerja”.10
8Adinda Fitriyah, wawancara, Gresik, 9 Agustus 2016.
9Ma’ruf Amin, wawancara, Gresik, 10 Agustus 2016.
Bapak Ali Machfud(jamaah LDII Driyorejo) mengatakan Di dalam
teorinya golongan LDII menyatakan bahwa semua umat islam adalah
bersaudara. Dan sesama umat islam tidak di benarkan untuk saling
merendahkan. Akan tetapi kenyataan nya mereka tidak mau bahkan sulit
untuk bekerjasama dengan umat islam lainnya. Dan golongan ini bersifat
sangat tertutup baik masalah organisasi maupun agama. Mengenai adanya
larangan wanita LDII bekerja di luar golongannya, ada kemungkinan
larangan itu benar adanya. Melihat sangat tertutupnya mereka dengan
masyarakat lain “Mereka sangat tertutup, ada kemungkinan larangan itu
benar adanya)11
2. Pendapat pro jama’ah LDII kababupaten Gresik tentang wanita karir
Pendapat yang disampaikan anggota jama’ah LDII sangat bertolak
belakang dengan apa yang disampaikan oleh pengurus DPD LDII Kab.
Gresik. Pengurus DPD tersebut mengatakan bahwa tidak ada larangan
untuk bekerja di luar anggota. Seperti yang diungkapkan oleh Abdul Muis
Zuhri selaku ketua DPD LDII Kab. Gresik. Ia mengatakan bahwa bahwa
larangan untuk bekerja di luar golongan LDII tidak di benarkan, karena
wanita LDII berhak kerja dimanapun dan dengan siapapun, asalkan untuk
wanita yang sudah berkeluarga sudah mendapat izin dari suami dan tetap
taat dan patuh kepada suami. Dan yang belum berkeluarga di wajibkan
sudah mendapat izin dari keluarga ”kami tidak pernah melarang anggota
jamaah kami untuk bekerja dimana pun dan dengan siapa pun”.12