• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosiding Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan 2013"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI PETANI KAKAO TERHADAP TEKNOLOGI PENYARUNGAN BUAH DAN

PESTISIDA HAYATI UNTUK PENANGGULANGAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO

DI DESA SURO BALI KABUPATEN KEPAHIANG

Afrizon dan Herlena Bidi Astuti

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl Irian KM 6,5 Bengkulu 38119, E-Mail : bptp_bengkulu@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pengembangan kakao seringkali mengalami hal yang tidak menguntungkan seperti kualitas biji yang buruk atau produktivitas yang rendah, hal ini dapat terjadi karena adopsi teknologi dari petani belum optimal dan serangan hama penyakit tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi petani kakao terhadap penyarungan buah dan pemanfaatan pestisida hayati, serta untuk mengetahui tingkat adobsi teknologi dalam usahatani kakao. Data diambil dengan metode survey terhadap populasi petani kakao didesa Surobali Kepahiang dan dianalisis menggunakan interval kelas dan di uji secara diskriptif. 60,1 % petani berada pada range dengan kriteria setuju dengan komponen teknologi yang dianjurkan. Untuk penyarungan buah dan adopsi teknologi berada pada range tidak setuju atau tidak diadobsi oleh petani. Untuk adobsi teknologi petani 44 % menjawab kadang-kadang dalam penerapan komponen teknologi dan tidak ada yang selalu diterapkan oleh petani. Untuk pemanfaatan pestisida hayati belum ada petani yang menerapkan.

Kata kunci :persepsi, adobsi, petani kakao

PENDAHULUAN

Kakao termasuk komoditas unggulan nasional dan juga unggulan di berbagai daerah, sehingga kakao tidak hanya berfungsi sebagai sumber devisa negara namun juga menunjang pendapatan asli daerah (PAD). Departemen pertanian melalui direktorat jenderal perkebunan pada tahun 2009 telah meluncurkan program Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional (Gernas Kakao) sebagai usaha meningkatkan produksi dan mutu kakao nasional. Kegiatan utama program ini adalah peremajaan kakao, rehabilitasi tanaman, intensifikasi tanaman, pemberdayaan petani, pengendalian hama dan penyakit tanaman, serta perbaikan mutu sesuai dengan standar Nasional Indonesia (SNI).

Provinsi Bengkulu memiliki luasan lahan perkebunan rakyat 594.338 ha yang diusahakan oleh 363.203 petani. 24.577 petani mengusahakan kakao dengan luas lahan 14.621 ha. Dengan rata-rata produksi perhektar sebanyak 851,79 kg/ha. BDA (2011), hasil produksi yang masih di bawah kemampuan biologisnya ini bisa disebabkan oleh banyaknya serangan hama penyakit buah kakao. Hama dan penyakit tidak hanya menurunkan jumlah produksi tapi juga mempengaruhi kualitas hasil produk yang berakibat pada turunnya harga dan rendahnya pendapatan petani.

Saat ini masyarakat semakin peduli dengan kualitas produk. Tuntutan untuk produk berkualitas telah mengarah keberbagai sektor termasuk sektor pertanian. Belakangan ini terdapat tendensi kebutuhan konsumen yang mengarah pada produk pertanian organik serta memperbaiki kondisi tanah. Penggunaan pupuk organik, dan pestisida nabati dipercaya membawa manfaat lebih bagi produk-produk pertanian. Produk menjadi lebih sehat, ramah lingkungan dan sedikit banyak mengurangi dampak negatif dari bahan kimia yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. (Susetya 2010).

(2)

METODOLOGI

Penelitian ini dilakukan pada bulan oktober sampai November tahun 2013. Metode yang digunakan adalah survey dengan responden yang ditentukan secara purposive (sengaja) terhadap populasi petani kakao di Desa Surobali Kabupaten Kepahiang. Data yang di ambil terdiri dari data primer dan data sekunder, data primer meliputi karakteristik petani, persepsi petani terhadap penyarungan buah, penggunaan pestisida nabati dan adopsi teknologi usahatani kakao. Data sekunder di ambil dari Badan Pusat Statistik ( BPS ) dan dinas terkait. Analisis data dilakukan dengan menggunakan interval kelas dan di uji secara deskriptif. Menurut Nasution dan Barizi dalam Rentha, (2007), penentuan interval kelas untuk masing-masing indikator adalah:

NR = NST –NSR dan PI = NR : JIK

Dimana: NR NST NSR

: : :

Nilai Range Nilai Skor Tertinggi Nilai Skor Terendah

PI JIK

: :

Panjang Interval Jumlah Interval kelas

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Karakteristik Responden

Dalam Rustika dan Riyadina W dijelaskan bahwa usia lansia dimulai pada umur 60 tahun dimana pada umur ini seseorang tidak memiliki kemampuan kerja yang maksimal dan sering menderita berbagai penyakit. Dari tabel dapat dilihat bahwa rata-rata umur petani responden masih berada pada usia produktif yaitu 49 tahun, pada usia ini seseorang masih bisa memngoptimalkan curahan tenaga kerja untuk melakukan usaha tani kakao.

Tabel 1. Rata-rata umur, luas lahan dan pengalaman usahatani petani kakao di Desa Surobali Kepahiang.

No Uraian Rata-rata

1. 2. 3.

Umur (tahun) Luas lahan (hektar) Pengalaman UT (tahun)

49 0,80

7

Sumber : data primer diolah 2013.

Luas lahan rata-rata petani kakao masih di bawah satu hektar, kepemilikan lahan ini akan mempengaruhi curahan tenaga kerja yang dibutuhkan dan hasil yang akan diperoleh. Petani kakao rata-rata melakukan berbagai jenis usahatani sehingga tenaga kerja dalam kelurga tidak optimal untuk pengelolaan perkebunan kakao yang dimiliki, dalam Nuryanti dan Sahara (2008) dijelaskan bahwa curahan tenaga kerja petani untuk tanaman kakao cukup rendah hal ini bisa mempengaruhi produktivitas usahatani.

(3)

B.

Persepsi Petani

Tabel.2. Persepsi petani kakao.

No Komponen teknologi Skor Persepsi

1

Penyemprotan kimia untuk hama penyakit Penimbunan kulit buah

Panen 1 x / minggu Fermentasi biji

Penyemprotan nabati untuk hama penyakit Penyarungan buah pada ukuran 8-10 cm

Penyarungan buah

Penyarungan buah menambah biaya produksi (mahal) Petani tidak cukup waktu untuk menyarung buah Penyarungan tidak membuat buah menjadi sehat Penyarungan buah mudah untuk diterapkan

Penyarungan buah menambah hasil panen dan pendapatan

Pestisida nabati

Pestisida nabati sulit untuk didapatkan

Pestisida nabati lebih mahal daripada pestisida kimia

Pemakaian pestisida nabati lebih aman unuk tanaman dan petani Pestisida nabati kurang ampuh membasmi hama dan penyakit.

3,18 Keterangan : Data primer diolah, 2013

1,00-1,75

Pada tabel dapat dilihat bahwa secara keseluruhan komponen teknologi 61,1 % berada pada kriteria setuju, satu persen (1%) berada pada kriteria sangat setuju dan 38,8 % berada pada kriteria tidak setuju. Komponen teknologi yang di jawab tidak setuju oleh petani adalah: 2 pertanyaan berada pada kriteria setuju yaitu : penyarungan buah menambah biaya produksi dan petani tidak punya cukup waktu untuk melakukan penyarungan. dari jawaban petani dapat disimpulkan bahwa petani belum merasa penyarungan buah itu penting karena tanpa penyarungan petani masih bisa mendapatkan hasil panen, kesibukan petani pada usahatani selain kakao juga membuat petani tidak cukup waktu untuk melakukan penyarungan. Nuryanti dan Sahara (2008), menjelaskan bahwa petani kakao tidak hanya mengusahakan satu jenis tanaman saja melainkan juga melakukan berbagai usahatani komoditi pertanian. Di daerah penelitian petani banyak yang menanam padi, sayuran dan kopi, sehingga curahan tenaga dan waktu petani tidak sepenuhnya untuk usahatani kakao. Kondisi ini menyebabkan petani enggan untuk melakukan penyarungan buah yang di anggap membutuhkan waktu yang banyak.

Metode penyarungan buah dengan sarung plastik merupakan metode yang mencegah imago PBK meletakkan telur pada buah kakao. Menurut Marsamdono dalam Mustafa (2005) dijelaskan bahwa hampir 100 % buah yang disarungi bebas dari serangan PBK namun metode ini belum diterapkan secara massal oleh petani karena petani terlanjur mengadopsi metode insektisida sabagai metode pengendalian PBK. Sangat banyak penelitian yang membahas tentang penanggulangan hama PBK namun hasilnya tidak selalu memuaskan, selain itu harga kakao yang sehat denga harga kakao yang terserang hama tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan sehingga petani enggan/kurang motivasinya untuk melakukan usaha lebih dalam penanggulangan hama PBK.

(4)

Dalam Depparaba (2002), dijelaskan bahwa hama PBK bukan jenis hama yang mudah untuk dimusnahkan. Telur PBK yang diletakkan didalam buah membuat larva menjadi terlindungi dari pestisida dan posisinya didalam buah juga menyulitkan predator alami untuk memangsanya. Salah satu predator alami larva PBK adalah semut hitam, namun penyemprotan kimia justru membuat predator alami musnah dan larva tetap bisa berkembang dengan baik. PBK yang awalnya berkembang di Filifina dan telah membuat kerusakan serius pada perkebunan kakao di Filifina sejak tahun 1960 kini telah menyebar ke berbagai daerah pertanaman kakao di Indonesia. Penyebaran ini membuat khawatir berbagai pihak karena PBK dapat menurunkan hasil hingga 82,20 %.

C.

Adopsi teknologi

Tabel 3. Adopsi teknologi tanaman perkebunan kakao.

No

Komponen teknologi

Skor penerapan

1

Pemangkasan 3 x / tahun

Sanitasi 3x / thn

Pemupukan 2x / thn

Penyemprotan kimia untuk hama penyakit

Penimbunan kulit buah

Panen 1 x/ minggu

Fermentasi biji

Penyemprotan nabati untuk hama penyakit

Penyarungan bauh pada ukuran 8-10 cm

3,0

Sumber: data primer diolah 2013. 1,00-1,75 petani tidak mengadobsi teknologi dengan konsisten yaitu teknologi pemupukan, penyemprotan kimia untuk hama penyakit, panen 1 kali perminggu dan fermentasi biji. Pemupukan hanya dilakukan oleh petani ketika ada bantuan dari pemerintah padahal pemupukan sangat mempengaruhi kualitas tumbuh tanaman yang dampaknya pada hasil produksi yang optimal hasil penelitian Lebe isra dkk (2008) menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan urea dengan sanitasi dapat mengurangi buah terserang PBK hingga 34,596 % sealin itu, penyemprotan yang tidak dilakukan secara berkala dan sesuai anjuran dapat membuat hama dan penyakit tanaman sulit untuk ditanggulangi. Panen satu kali perminggu juga dapat mengurangi perkembangan hama PBK karena siklus hidup dari hama dapat terputus dengan frekuensi pemanenan yang lebih rapat. Pada daerah penelitian banyak petani yang sudah melakukan fermentasi walau belum selalu dilakukan karena petani hendak menjual lebih cepat hasil panen sedangkan fermentasi membutuhkan waktu dan tambahan tenaga sedangkan harga tidak berbeda signifikan.

33,3 % komponen teknologi dijawab tidak diterapkan yaitu penimbunan kulit buah, penyemprotan nabati untuk hama penyakit dan penyarungan buah ukuran 8-10 cm. penyarungan buah sangat bermanfaat bagi penanggulangan hama PBK, buah yang bersarung membuat hama PBK tidak dapat menyuntikkan telur ke dalam buah. Sedangkan penimbunan kulit buah akan mencegah larfa hama menjadi serangga dewasa selain itu penimbunan kulit bisa menjadi cadangan pupuk organik yang bermanfaat untuk lahan perkebunan.

(5)

KESIMPULAN

1. Komponen teknologi usahatani kakao 61,1 persen berada pada kriteria setuju, atau petani dominan setuju dengan komponen teknologi usahatani kakao.

2. Kebanyakan petani masih enggan untuk melakukan penyarungan buah dan pestisida hayati.

DAFTAR PUSTAKA

Nuryanti S dan Sahara D, 2008. Analisis Karakteristik Petani Dan Pendapatan Usahatani Kakao di Sulawesi Tenggara. Jurnal Soca. Vol 8 (3).halaman 318-322.

Bengkulu Dalam Angka, 2011. Badan Pusat Statistik.

Susetya D. 2010. Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik Untuk Tanaman Pertanian dan Perkebunan. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Depparaba Fredrik.2002. Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella snellen) dan Penanggulangannya. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 21(2). Hal 69-74.

Mustafa Burhanuddin. 2005. Kajian Penyarungan Buah Muda Kakao Sebagai Suatu Metode Pengendalian Penggerek Buah Kakao (PBK) conopomopha cramerella Snellen (Lepidoptera:Gracillariidae). Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEJ dan PFJ xvi Komda Sul-Sel. Hal 23-35

Rustika dan Riyadina Woro.2000. Profil Penduduk Lanjut Usia di Indonesia. Jurnal Media Litbang Kesehatan.Volume X no.2 .halaman 16-26.

Rentha, T.2007. Identifikasi Perilaku,Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Irigasi Teknis Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga Pupuk di Desa Bedilan Kecamatan Belitang OKU Timur (Skripsi S1) Universitas Sriwijaya.Palembang.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Hasil Evaluasi Dokumen Kualifikasi 07/POKJA.D2.A1/ST/IV/2017 tanggal 12 April 2017, maka dengan ini diumumkan Daftar Pendek

seorang mahasiswa perlu memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungannya, baik lingkungan di dalam kampus maupun di luar kampus..

Demikian undangan dari kami dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.. Pokja 2 ULP Kabupaten Kendal

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Hasil Evaluasi Dokumen Kualifikasi 07/POKJA.D2.A1/SL/IV/2017 tanggal 12 April 2017, maka dengan ini diumumkan Daftar Pendek

lain dalam bentuk kemampuan mengatur waktu dengan baik, kepatuhan pada seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku di kampus, mengerjakan segala sesuatunya tepat waktu, dan

[r]

• Penerapan nilai tanggung jawab antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk belajar sungguh-sungguh, lulus tepat waktu dengan nilai baik, mengerjakan tugas akademik dengan

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Hasil Evaluasi Dokumen Kualifikasi 07/POKJA.D2.A1/SR/IV/2017 tanggal 12 April 2017, maka dengan ini diumumkan Daftar Pendek