PENGAWASAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK BERSUBSIDI DI
PROVINSI LAMPUNG
Agus Budiarto, Nurmayani, S.H., M.H., Syamsir Syamsu, S.H., M.H.
Program Studi Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung, Jl. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145
e-mail : budiarto.candrakirana@gmail.com
Abstrak
Kebutuhan BBM dapat terpenuhi apabila distribusi tepat sasaran, namun apabila terjadi distorsi maka BBM Bersubsidi akan mengalami kelangkaan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan secara terus menerus sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur Lampung Nomor 34 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tatakerja Dinas-Dinas Daerah Pada Pemerintah Provinsi Lampung, serta Keputusan Gubernur Provinsi Lampung Nomor : G/505/B.IV/HK/2013 Tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pengamanan, Pengawasan dan Pengendalian Distribusi BBM Bersubsidi di Provinsi Lampung. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu: Bagaimanakah Pengawasan Pendistribusian BBM Bersubsidi oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung dan Apa faktor penghambatnya?. Metode penelitian yang dipergunakan adalah dengan menggunakan pendekatan masalah secara yuridis empiris dengan data yang bersumber dari data primer dan data skunder. Hasil penelitian menunjukan 1) bahwa pengawasan BBM Bersubsidi dilakukan oleh tim gabungan, dengan melakukan pengawasan dan pemeriksaan secara langsung terhadap badan usaha yang memiliki izin niaga penjualan BBM, pembinaan dan pengawalan proses pendistribusian di setiap daerah. 2)Penghambat dalam pengawasan pendistribusian BBM Bersubsidi yaitu ; keterbatasan kewenangan dalam pengawasan dan penindakan oleh Dinas Pertambangan, luasnya jangkauan wilayah dan keterbatasan SDM, kurang terbukanya informasi data yang diberikan oleh perusahaan transportir . Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung diharapkan mampu menindak tegas perusahaan transportir yang tidak bersedia memberikan data hasil penjualan dan pendistribusian BBM bersubsidi, peningkatan koordinasi PT. Pertamina dalam hal transparansi hasil pendistribusian, serta optimalisasi kerjasama antara dinas-dinas terkait dalam hal pengawasan pendistribusian BBM bersubsidi.
Abstract
Fuel needs can be met if the right target distribution , but if there is distortion of the subsidized fuel will be scarce . Therefore, it is necessary to control continuously Governor of Lampung Regulation No. 34 Year 2010 About Details Duties, Functions and Procedures of the Regional Bureaus In Provincial Government of Lampung , Lampung Province and Governor Decree Number : G/505/B.IV / HK/2013 About team Building Security Coordination , Monitoring and Control of Subsidized Fuel Distribution in Lampung Province . The problem in this study is : How Subsidized Fuel Distribution Monitoring by the Department of Mines and Energy Lampung Province and What inhibiting factors? The research method used is to use an empirical approach juridical problems with the data derived from primary data and secondary data . The results showed 1 ) that the subsidized fuel monitoring conducted by a joint team , with oversight and checks directly to business entities that have a commercial license fuel sales , development and distribution processes escorts in every area . 2 ) inhibitors in the distribution of subsidized fuel control , namely: limited authority in oversight and enforcement by the Department of Mines , extent of coverage area and limited human resources , lack of open information data provided by the company transportir . Department of Mines and Energy Lampung Province is expected to crack down on companies transportir are not willing to share data and the distribution of proceeds from the sale of subsidized fuel , increased coordination of PT . Pertamina distribution results in terms of transparency , as well as the optimization of cooperation between relevant agencies in supervising the distribution of subsidized fuels .
Keywords : Control , Distribution , Subsidized Fuel
I. PENDAHULUAN
Pengawasan pada umumnya adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak. Pengertian pengawasan tersebut menekankan pada suatu proses pengawasan
berjalan secara sistematis sesuai dengan tahap-tahap yang telah ditentukan1.
Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu bentuk energi yang cukup mendasar bagi manusia pada saat ini. Seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, BBM berkembang menjadi kebutuhan primer yang sangat diperlukan
1Sujamto. 2001. Aspek-aspek Pengawasan di
manusia dalam menunjang berbagai aktivitas kehidupannya.
Pelimpahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral yang menjadi kewenangan Menteri Kepada Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Dalam Rangka Penyelenggaraan Dekosentrasi Tahun Anggaran 2013, Gubernur selaku penerima pelimpahan sebagai urusan pemerintahan dari pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan kegiatan Dekosentrasi yang dilaksanakan oleh SKPD Provinsi (Peraturan Mentri ESDM RI Nomor 04 Tahun 2013).
Dinas Pertambangan dan Energi memiliki tugas pengawasan pendistribusian BBM di wilayah Provinsi serta melakukan pengawasan jumlah armada pengangkutan BBM di daerah provinsi yang meliputi jumlah armada dan kapasitas pengakutan BBM (Peraturan Gubernur Lampung Nomor 34 tahun 2010).
Dibutuhkan Pengawasan BBM bersubsidi secara terus menerus, karena faktanya penimbunan dan pelanggaran masih saja terjadi walaupun harga BBM sudah mengalami kenaikan, seperti kasus pada 15 Juli 2013 Polsek Tulangbawang Udik mengamankan 5 kiloliter solar subsidi yang akan dijual ke pabrik, kemudian pada 13 Juli 2013 Polda Lampung mengamankan lebih
dari 4 ton solar disalah satu rumah pengelola SPBN2.
Berdasarkan latar belakang permaslahan di atas, menjadi dasar penulis tertarik untuk meneliti tetang bagaimana pengawasan dan apa saja faktor penghambat Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung dalam pengawasan pendistribusian BBM bersubsidi mengingat Pemerintah Provinsi Lampung sudah mengeluarkan beberapa kebijakan dan himbauan terhadap pendistribusian BBM bersubsidi.
II. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yg dipergunakan adalah dengan menggunakan pendekatan masalah secara yuridis empiris dengan data yang bersumber dari data primer dan data sekunder. Mengumpulkan data dengan mengadakn penelitian langsung pada tempat atau objek penelitian dan melakukan wawancara.
III. PEMBAHASAN
4.1.3Alokasi Kuota BBM Bersubsidi di
Provinsi Lampung
Berdasarkan Surat Keputusan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi RI Nomor 02/PSO/BPH MIGAS/KOM/2013 tentang Kouta Volume BBM Jenis Tertentu Per Kabupaten/Kota Tahun 2013.
2www.radarlampung.co.id, diakses pada 9
Berdasarkan surat edaran ini jumlah kouta nasional BBM Jenis Tertentu tahun 2013 telah di tetapkan sebesar 46.010.000 KL, jumlah ini di sebar di seluruh indonesia berdasarkan jumlah yang sudah ditetapkan.
Tabel 4. Kuota BBM Bersubsidi Kabupaten/Kota Se Provinsi Lampung Tahun 2013.
Sumber : Data Dinas Pertambangan dan Energi
Provinsi Lampung 2013.
4.1.4 Hasil Proyeksi Jumlah Kendaraan
Pengguna BBM Bersubsidi di
Provinsi Lampung
Dari hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pengelolaan Migas Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung, Haryono Budi Santosa. S.T, Perhitungan terhadap jumlah kendaraan yang mengkonsumsi BBM bersubsidi di hitung dari jumlah kendaraan yang aktif membayar pajak kendaraan, data ini di dapat dari Dinas Pendapatan Daerah yang memiliki rekapitulasi jumlah kendaraan yang telah membayar pajak sampai bulan Juni 2013, Proyeksi perhitungan ini ditambah dengan perkiraan 30% dari kendaraan yang tidak membayar pajak (Non Pajak) serta
kendaraan luar daerah (Non Plat Lampung) yang melintasi Provinsi Lampung.
Tabel 5. Jumlah Kendaraan Bermotor yang Membayar Pajak Sampai Bulan Juni Tahun 2013 Provinsi Lampung.
Waktu s/d Juni 2013
Mobil 15.490
Alat Berat 18 Sepeda Motor 80.837
Jumlah Seluruh 96.345
Sumber : Data Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Lampung Juni Tahun 2013
Perkiraan jumlah kendaraan non pajak dan kendaraan luar daerah yang melintas di daerah Provinsi Lampung Tahun 2013 adalah 96.345 X 30 % = 28.903. Jadi Jumlah kendaraan bermotor yang beroprasi dan mengkonsumsi BBM di Lampung berdasarkan pehitungan tersebut adalah sebagai berikut.96.345 + 28.903 = 125.253.
4.1.5 Distributor Bahan Bakar Minyak
Bersubsidi
Distributor adalah usaha perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang ditunjuk oleh Produsen berdasarkan Surat Perjanjian Jual Beli (SPJB)3. Berikut ini
3
LihatBab I Ketentuan Umum Pasal 1Peraturan
Menteri Perdagangan RI Nomor
21/M_DAG/PER/6/2008 Tahun 2008 tentang
Pengadaaan dan Penyaluran.
Jenis
BBM
Kuota Per
Tahun
Kuota Per
Hari
Premium 809.243 KL 2.100 KL
[image:4.595.307.527.209.348.2]beberapa perusahaan pemegang izin penjualan BBM (WAPU) di Provinsi Lampung berdasarkan Surat Gubernur Lampung Nomor : 541/1786/III.17/2013 Tahun 2013.
Tabel 7. Perusahaan Pemegang Izin Penjualan BBM (WAPU) Di Provinsi Lampung Tahun 2013
Sumber : Data Dinas perdagangan Provinsi
Lampung 2013
4.2 Pelaksanaan Pengawasan
Pendistribusian BBM Bersubsidi
Oleh Dinas Pertambangan dan
Energi Provinsi Lampung
4.2.1 Kewenangan Dinas Pertambangan
dan Energi Provinsi Lampung
Dari hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pengelolaan Migas Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung, Haryono Budi Santosa. S.T penulis mendapatkan skema kewenangan dan kerja Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung sebagai berikut:
5
Gambar 2 : Struktur Organisasi Dan Tata Kerja
Pengawasan BBM Bersubsidi
Tahun 2013
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi
Provinsi Lampung 2013
Keterangan :
: Garis Perintah : Garis Koordinasi
Dinas Pertambangan dan energi Provinsi Lampung melakukan pengawasn dan pengendalian di bawah Badan Pengawas Hilir Minyak dan Gas Bumi sebagai pengawas tingkat Nasional, kedudukan Dinas Pertambangan dan Energi sebagai
No
Nama
Perusahaan Agen Penjualan
1 PT. Pertamina
(Persero) PT. Pertamina
2 PT. Patra Niaga PT. Patra Niaga
3
PT. Aneka Kimia
Raya (AKR) PT. AKR
4 PT. Roulina Energi
PT. Citra Andalas
Utama
5
PT. Tripatra
Nusantara
PT. Tripatra
Nusantara
6 PT. Intim Perkasa
PT. Alden Pratama
Putra
7
PT. Dinar Putra
Mandiri
PT. Roro Brahka
Wijaya
UU Nomor 22 Tahun 2001
PPNS BPH Migas BPH Migas
PEMDA
PT. Pertamina Polisi
Pengawasan & Pengendalian POM dan Perusahaan
[image:5.595.66.533.88.610.2]wakil dali Badan Pengawas Hilir Minyak dan Gas Bumi di daerah hanya sebatas sebagai monitoring yang nantinya hasil dari pengawasan Dinas Pertambangan dan Energi harus di laporkan kembali kepada BPH Migas dan timbal balik dari laporan itu PPNS BPH Migas melakukan pengecekan kelapangan dan pemberian sanksi bersama dengan Kepolisian sebagai aparat penegak hukum.
Selain itu hasil dari laporan dan penanganan kasus di lapangan Dinas Pertambangan dan Energi memberikan laporan kepada PT. Pertamina sebagai penyedia BBM, kewenangan PT. Pertamina dalam hal ini melakukan pembatasan stok atau pengurangan stok volume BBM terhadap SPBU yang telah terbukti melakukan pelanggaran, pengurangan stok ini maksimal sebanyak 20 KL.
Dinas Pertambangan dan Energi dalam hal ini hanya bisa memberi sanksi dalam hal pencabutan izin atau denda terhadap izin usaha yang di miliki oleh SPBU yang telah melakukan kecurangan atau pelanggaran tersebut. Selebihnya penanganan kasus pidana diserakan kepada Kepolisian.
4.2.2 Pengawasan Jumlah Armada dan
Kapasistas Pengangkutan BBM di
Provinsi Lampung
Dari hasil penelitian di dapat data peyaluran BBM dalam beberapa sektor,
diantaranya adalah sektor Industri, Perkebunan dan Konstruksi.
Tabel 8. Laporan Penjualan BBM PT. Citra Andalas Utama Bulan Juni 2013 Sektor Kontruksi.
No Jenis
Barang
Sektor Jumlah
Liter
1 HSD/ Solar
Kontruksi 10.000
2 HSD/ Solar
Kebun
135.000
3 HSD/ Solar
Industri
155.000
Jumlah 300.000
Sumber : Data PT. Citra Andalas Utama
4.2.4 Pembentukan Tim Koordinasi
Pengaman, Pengawasan dan
Pengendalian Distribusi BBM
Bersubsidi di Provinsi Lampung
4.2.4.1Tugas dan Wewenang Tim
Pengawas
[image:6.595.303.530.196.374.2]Lampung yaitu dengan tugas dan wewenang 4 :
a. Melakukan pengamanan, pemantauan terhadap pendistribusian BBM Bersubsidi,
b. Pengawasan dan pengendalian pedistribusian BBM,
c. Melakukan koordinasi dan lintas sektor terkait,
d. Memberikan saran/alternatif pemecahan berbagai masalah yang timbul,
e. Melakukan monitoring dan evaluasi, dan melakukan penindakan berbagai penyimpangan melalui penegah hukum,
f. Melaporkan hasil pemantauan dan pengawasan kepada Gubernur,
g. Melakukan kalrifikasi terhadap adanya indikasi penyimpangan ketentuan pengadaan dan pendistribusian BBM Bersubsidi,
h. Dalam hal adanya bukti yang kuat kearah pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi tindak pidana masuk kedalam permasalahan yang harus dipecahkan oleh Tim Pengawas.
4
Keputusan Gubernur Lampung Nomor :
G/505/B.IV/HK/2013 Tahun 2013 tetang
Pembentukan Tim Koordinasi Pengamanan,
Pengawasan dan Pengendalian Distribusi BBM Bersubsidi di Provinsi Lampung.
4.2.4.2Hasil Operasi Pengawasan BBM
Bersubsidi
Oprasi ini di lakukan dalam kurun waktu dua minggu yaitu pada tanggal 10 – 24 Juni 2013, dari 60 target operasi hanya terungkap 12 kasus dengan 12 tersangka. Barang bukti yang sudah di dapatkan yaitu berupa 5 :
1. Solar sebanyak 14.092 Liter 2. Premium sebanyak 5375 Liter
3. Kendaraan roda empat sebanyak 10 unit
4. Kendaraan roda dua sebanyak 2 unit Dari hasil operasi ini terlihat masih banyak praktik Ilegal yang belum terungkap karena masih banyaknya masyarakat yang ingin meraup keuntungan dari beberapa kondisi yang melanda Indonesia menganai kenaikan harga BBM.
4.3 Faktor-faktor Penghambat Dalam
Pengawasan BBM Bersubsidi
Dari hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pengelolaan Migas Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung, Haryono Budi Santosa. S.T peneliti mendapatkan informasi tentang beberapa faktor penghambat Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung dalam melakukan pengawasan penyaluran BBM bersubsidi, yaitu :
1. Keterbatasan kewenangan di dalam pengawasan dan penindakan
5Data Operasi Dian Polisi Daerah Provinsi
pendistribusian BBM kewenangan BPH,
2. Kurang koorporatornya para pengusaha pengguna BBM baik subsidi maupun on subsidi,
3. Luasnya jangkauan wilayah dan keterbatasan SDM,
4. Kurangnya disegani aparat pemda oleh para pengguna BBM,
5. Kurang terbukanya informasi dan data informasi yang diberikan oleh para pengguna BBM, seperti PT atau industri,
IV. PENUTUP
Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pengawasan Bahan Bakar Minyak Bersubsidi dilakukan oleh Tim Koordinasi Pengaman, Pengawasan dan Pengendalian Distribusi Bahan Bakar Minyak Bersubsidi yang terdiri dari berbagai instansi gabungan diantaranya Pemda, Kepolisian dan Instansi terkait lainya sebagaimana diatur dalam Keputusan Gubernur Lampung Nomor : G/505/B.IV/HK/2013 tetang Pembentukan Tim Koordinasi Pengamanan, Pengawasan dan Pengendalian Distribusi Bahan Bakar Minyak Bersubsidi di Provinsi Lampung yaitu dengan tugas melakukan pengamanan, pengawasan dan
pengendalian pedistribusian Bahan Bakar Minyak, melakukan koordinasi dan lintas sektor terkait, memberikan saran/alternatif pemecahan berbagai masalah yang timbul, melakukan monitoring dan evaluasi, dan melakukan penindakan berbagai penyimpangan melalui penegak hukum. Selain itu dilakukan pengawasan secara tersendiri oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung melaui berbagai kebijakan sesuai dengan kewajibannya sebagai Pemerintah Daerah.
2. Faktor penghambat dalam pendistribusian Bahan Bakar Minyak Bersubsidi, yaitu : Keterbatasan kewenangan di dalam pengawasan dan penindakan pendistribusian Bahan Bakar Minyak kewenangan BPH Migas, Kurang koorporatornya para pengusaha pengguna Bahan Bakar Minyak baik subsidi maupun non subsidi, Luasnya jangkauan wilayah dan keterbatasan Sumber Daya Manusia, Kurangnya diseganinya aparat Pemerintah Daerah oleh para pengguna Bahan Bakar Minyak, Kurang terbukanya informasi dan data informasi yang diberikan oleh para pengguna Bahan Bakar Minyak, seperti PT atau industri serta Keterbatasan anggaran.
Lampung menunjukan bahwa pengawasan terhadap Bahan Bakar Minyak Bersubsidi belum optimal, mengingat masih banyaknya kendala yang harus diatasi dan juga dari berbagai target operasi Tim Pengawas Pendistribusian Bahan Bakar Minyak Bersubsidi yang jumlahnya mencapai 60 kasus dalam kurun waktu dua minggu hanya terungkap oleh Tim Pengawas sebanyak 12 kasus.
4. Perlu adanya tindakan yang tegas terhadap beberapa Perusahaan transportir yang tidak bersedia memberikan rekapitulasi hasil dari penjualan dan pendistribusian mereka. Kekompakan dan diskusi lebih lanjut antara Pemda dan PT. Pertamina dalam hal transparansi hasil pendistribusian harus ditingkatkan, mengingat selama ini masih belum terjadi transparansi. Koordinasi lebih padu antara dinas-dinas yang berkaitan dengan pengawasan pendistribusian Bahan Bakar Minyak Bersubsidi.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Basu Swastha dan Irawan.2005.Manajemen
Pemasaran Modern . Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka.
Bohari. 1992. Pengawasan Keuangan
Negara. RajawaliPers, Jakarta.
Claude Guillot. 1990. The sultanate of Banten.
Gramedia Book Publishing Division.
Heryandi. 2011. Aspek Hukum Pertambangan Minyak Dan Gas
Bumi Lepas Pantai. Universitas
Lampung, Bandar Lampung.
Malayu,Hasibuan.2001. Dasar-dasar
Perbankan.Bumi Aksara. Jakarta.
Malayu,Hasibuan.1986. Pengertian dan Masalah
Manajemen, PT.Haji Mas Agung.
Jakarta.
Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum Dan
Penelitian Hukum. PT. Citra Aditya
Bakti,Bandung.
Nurmayani. 2009. Hukum Administrasi
Daerah. Universitas Lampung,
Bandar Lampung.
Siagian, Sondang P. 2007. Fungsi-fungsi
Manajerial. Bumi Aksara, Jakarta.
Soekarno K. 1965. Dasar-Dasar
Management. Firma Tekad.
SoewarnoHandayadiningrat. 1981.
Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Manajemen. Jakarta :Bumi Aksara.
Sujamto. 2001. Aspek-aspek Pengawasan di
Indonesia. Sinar Grafika, Jakarta.
Sujamto,1986. Beberapa Pengertian di
Bidang Pengawasan. Ghalia
Indonesia. Jakarta.
B. Internet
Harga Minyak Dunia April 2013,
www.esdm.go.id, diakses 23 Mei, Jam
22.11 WIB.
Sadli, M., 2005. Krisis PenyaluranBBM. Kolom Pakar Pinter, Selasa , 24
Maret 2013.
http://kolom.pacific.net.id/ind.
Website Pertamina www.pertamina.go.id
C. Peraturan Perundang-undangan
1. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi.
2. Peraturan Pemerintah No. 67 Tahun 2002 Tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa.
3. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi.
4. Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
5. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2012 Tentang Harga Jual Eceran dan
Konsumen Pengguna Jenis bahan Bakar Minyak Tertentu.
6. Peraturan Presiden No. 45 Tahun 2009 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu.
7. Peraturan Menteri No.1 tahun 2009 Tentang Harga Jual Eceran dan Konsumen Pengguna Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu
8. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 01 Tahun 2013 Tentang Pengendalian Penggunaan bahan Bakar Minyak.
9. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 25 tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat dan Direktorat Pada Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa.
Penyelenggaraan Dekosentrasi Tahun Anggaran 2013.
11.Peraturan Daerah Provinsi Lampung No. 13 tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Provinsi daerah Lampung.