STUDI TENTANG KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI TAMBAK DI DESA LALOMBI DUSUN 3 BATUROKO
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
KALSUM
JURNAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul Penelitian : Studi tentang kehidupan sosial ekonomi petani tambak di Desa Lalombi dusun 3 Baturoko Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala.
Penulis : Kalsum Nomor Stambuk : A 351 10 057
Telah diperiksa dan disetujui untuk diterbitkan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. H. Juraid, M. Hum Dr. Samuel Sanda Patampang, M. Si
NIP. 19581130 198503 1 004 NIP. 19560527 198303 1 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Koordinator Program Studi
Pendidikan IPS FKIP UNTAD Pendidikan Geografi
Drs. Charles Kapile, M.Hum Nurvita, S.Pd., M.Pd
ABSTRAK
Kalsum. (2015). Studi Tentang Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Tambak Di Desa Lalombi Dusun 3 Baturoko Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala. Skripsi, Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, universitas tadulako. Pembimbing : (1) H. Juraid. dan Pembing: (2). Samuel Sanda Patampang.
Penelitian ini membahas beberapa masalah sebagai berikut, (1) bagaimana kehidupan sosial ekonomi masyarakat petani tambak di Desa Lalombi dusun 3 Baturoko, (2) Bagaimana prospek usaha petani tambak di Desa Lalombi dusun 3 Baturoko. Penelitian ini didasarkan pada tujuan untuk mengetahui kehidupan sosial ekonomi masyarakat petani tambak dan untuk mengetahui prospe k usaha petani tambak di Desa Lalombi dusun 3 Baturoko. Metode penelitian digunakan adalah Deskriptif Kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 30 kepala keluarga yang berprofesi sebagai petani tambak yang ada di Desa Lalombi dusun 3 Baturoko. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan angket, teknik analisis data menggunakan presentase melalui tiga tahap yaitu Pemeriksaan data/editing, koding dan Tabulasi data. Hasil penelitian ini adalah bahwa hubungan sosial antar petani tambak berlangsung dengan baik. Penghasilan dari budidaya ikan dan udang pada petani tambak di Desa Lalombi dusun 3 Baturoko mencapai Rp 5.000.000->20.000.000 untuk setiap kali panen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Lalombi dusun tiga Baturoko sebelum menjadi petani tambak relatif sederhana, setelah menjadi petani tambak dapat terlihat adanya kehidupan sosial ekonomi pada masyarakat Desa lalombi dusun 3 Baturoko telah mencapai tingkat kesejahteraan.
ABSTRACT
Kalsum. (2015). A study of the socio-economic life of fish farmers in the village hamlet Lalombi 3 Baturoko Banawa Southern districts Donggala. Thesis, Study Program Geography Education, Majoring in Social Science Education, teacher training and Education Science Faculty, Tadulako. Supervisor : (1) H. Juraid and supervisor : (2) Samuel Sanda Patampang.
This Study discusses the following issues : (1) how the socio-economic life of fish farmers in the village hamlet Lalombi 3 Baturoko, (2) how the business prospects of fish farmers in the village hamlet Lalombi 3 Baturoko. This reseach is based on the aim to determine the sicio-econimic life farms and farming communities to know the business prospects of pond fish farmes in the village hamlet Lalombi 3 Baturoko. The research method used is descritive qualitative. Population in this Study were 30 heads of families who work as fish farmers in the village hamlet Lalombi 3 Baturoko. Tecnical data collection was done trrough interviews and questionnaires, data analysis technigues using percentage trough three stages, the data checking/editing, koding and tabulation of data. The results of this research is that social relationships between fish farmers going well. Income from fish farming and shrimp at fish farmers in the village hamlet Lalombi 3 Baturoko reached USD 5,000,000 to 20,000,000 million or more for each harvest.the results showed that the social Economics life of rural communities Lalombi hamlet 3 Baturoko, before becoming fish farmers are relatively simple, after becoming fish farmers can be seen the social and Economic life of rural communities Lalombi hamlet 3 Baturoko has achieved prosperity.
I PENDAHULUAN
Salah satu kekayaan alam yang dimiliki oleh bumi Indonesia adalah tersedianya
sumber daya alam kelautan dan pesisir, karena indonesia terdiri dari gugusan pulau besar
dan kecil. Penduduk Indonesia di antaranya hidup dan bermukim di sekitar wilayah pesisir.
Sebagian besar di antaranya menggantungkan hidup kepada keberadaan sumberdaya alam
pesisir dan lautan, sehingga tidaklah mengherankan jika sebagian besar kegiatan dan
aktivitas masyarakat selalu berkaitan dengan keberadaan sumber daya di sekitarnya.
Wilayah pesisir memiliki arti Strategis karena merupakan wilayah peralihan antara
ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan
yang sangat kaya. Namun, karakteristik laut tersebut belum sepenuhnya dipahami dan di
intergrasikan secara terpadu. Dari sisi sosial-ekonomi, pemanfaatan kekayaan laut masih
terbatas pada kelompok pengusaha besar dan pengusaha asing. Nelayan sebagai jumlah
terbesar merupakan kelompok profesi yang mempunyai tingkat pendapatan ekonomi
rendah.
Dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih sistem lingkungan dan
sumberdaya pesisir. Ekosistem pesisir dapat bersifat alami maupun buatan. Ekositem alami
yang terdapat di wilayah pesisir antara lain adalah: terumbu karang, hutan mangrove,
padang lamun, pantai berpasir, dan formasi-formasi rumput laut. Sedangkan ekosistem
buatan antara lain berupa: tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan
industri, kawasan agroindustri dan kawasan pemukiman. (Soermarno, 2012 : 1).
Wilayah pesisir Indonesia yang luas sangat mendukung apabila digunakan untuk
usaha di bidang perikanan, terutama budidaya ikan dan udang dalam tambak. Menurut
perkiraan Direktorat Jenderal Perikanan, potensi daerah pantai yang dapat dikembangkan
untuk budidaya air payau berkisar antara 415.100 – 830.000 Ha. Dengan perhitungan 10% -
20% dari hutan bakau di Indonesia dapat dibuka untuk tambak tanpa menggangu
kelestariannya (sumber : Departemen Pertanian, 1992 : 2). Memanfaatkan tambak untuk
ikan bandeng dan udang merupakan salah satu cara memanfaatkan lahan tepi pantai, karena
tanahnya tidak dapat digunakan untuk usaha pertanian tanaman pangan.
Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan antara
yang sangat kaya. Wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara laut dan
daratan, kearah darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau
pasang surut dan kearah laut meliputi daerah paparan benua. Secara normatif, kekayaan
sumberdaya pesisir dikuasai oleh Negara untuk dikelola sedemikian rupa guna mewujutkan
kesejahteraan masarakat, memberikan manfaat bagi generasi sekarang tanpa mengorbankan
kebutuhan generasi yang akan datang. (Beatley et al. 1994).
Pada dasarnya kegiatan perikanan di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua
macam: yaitu perikanan penangkapan dan perikanan budidaya. Perikanan penangkapan
dilakukan di perairan umum sedangkan perikanan budidaya dilakukan di daerah perairan
darat. Salah satu jenis perikanan bididaya adalah pemeliharaan ikan di tambak air payau.
Guna mendapatkan hasil yang optimal, pemanfaatan lahan di tepi pantai untuk tambak
harus memperhatikan faktor – faktor geografis, hidrologis, serta flora dan fauna yang ada di
daerah tambak.
Tambak merupakan salah satu alternatif untuk mencari pemanfaatan lahan di tepi
pantai, karena tambak merupakan perikanan darat yang hanya dapat dilakukan pada daerah
yang didukung kemudahan dalam memperoleh air laut sebagai sarana hidup ikan dan
udang. Salah satu bididaya yang diusahakan di tambak adalah ikan bandeng dan udang
windu.
Provinsi Sulawesi Tengah adalah salah satu daerah yang memiliki kekayaan alam
laut dan pesisir yang sangat kaya. Kabupaten Donggala misalnya memiliki panjang pantai
445 km memanjang dari arah selatan berbatasan dengan Kabupaten Mamuju Utara sulawesi
barat sampai ke utara yang berbatasan dengan kabupaten toli – toli provinsi sulawesi
Tengah. Wilayah laut merupakan aset yang potensial dalam mendukung perekonomian.
Potensi perikanan laut di antaranya adalah: cakalang, tuna, lajang, rumput laut, teripang dan
nener.
Secara umum profil usaha budidaya tambak di Kabupaten Donggala. Masih
diusahakan dengan cara tradisional, baik pada usaha budidaya kolam maupaun tambak. Di
Kecamatan Banawa Selatan terdapat salah satu Desa yang dikenal memiliki usaha budidaya
tambak, yaitu desa lalombi. Di Desa ini memiliki satuan dusun yang dikenal dengan sebutan
yang memiliki areal tambak. Tentu akan warga masyarakat setempat 75% hidup dari usaha
budidaya tambak.
Keberadaan usaha budidaya tambak itu sendiri membawa dampak yang sangat
positif bagi para petani tambak. Petani tambak sendiri sangat mengharapkan keuntungan
yang di peroleh dapat memberikan kehidupan bagi keluarga. Dampak yang dimaksud
adalah perubahan yang mengarah pada peningkatan kehidupan sosial ekonomi keluarganya.
Melalui observasi dapat diketahui bahwa, petani tambak di dusun 3 Baturoko ini rata-rata
lebih dari 10 (sepuluh) tahun lamanya berusaha membuka lahan tambak. Kehidupan sosial
dan ekonomi petani tambak diinginkan pada usaha untuk memperoleh keuntungan dari hasil
panen ikan bandeng dan udang windu dari tambak mereka. Inilah aspek utama yang
menarik perhatian penulis untuk mengetahui melalui penelitian ini.
II METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah kualitatif melalui pendekatan deskriptif, menurut Tika
(2005: 8-12) Penelitian kualitatif melalui pendekatan deskriptif merupakan metode
penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa
adanya.
Data yang diperoleh dari hasil wawancara kemudian dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu mengolah dan menggambarkan data dan informasi
yang diperoleh di lapangan sesuai dengan kenyataan yang di dapatkan di lokasi penelitian.
Sedangkan data yang diperoleh dari pemberian kuesioner dianalisis menggunakan analisis
statistik dan diperhitungkan dengan menggunakan rumus presentase (Sudjana, 1991:131)
Sebagai berikut :
P= X 100
Ket : P : bilangan yang akan di cari
F : jumlah frekuensi jawaban
N : banyak responden
Setelah data diperoleh dari lokasi penelitian dan sudah terkumpul, maka langkah
selanjutnya adalah mengklasifikasi data tersebut dan kemudian di analisis. Data yang telah
permaslahan. Analisis data yang dimaksud adalah analisis deskriptif, yaitu teknik yang di
pakai untuk memberikan gambaran secara terperinci tentang obyek penelitian.
adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam analisis data yaitu:
1. Pemeriksaan data (Editing), menurut Misran Safar (2007:203) merupakan proses
meneliti kembali catatan pencari data untuk mengetahui apakah catatan itu cukup baik
dan segera dapat disiapkan untuk keperluan proses berikutnya. Editing dilakukan
dengan harapan dapat meningkatkan mutu (reabilitas dan validitas) data yang hendak
diolah dan dianalisis. Data yang diolah dalam proses editing adalah data kuisioner,
catatan hasil wawancara dan observasi selama penelitian di lapangan. Hal –hal yang
diperhatikan dalam proses editng adalah lengkapnya pengisisan kuisioner, keterbacaan
tulisan, kejelasan makna jawaban, kesesuaian jawaban satu sama lainnya, relevansi
jawaban, dan keseragaman kesatuan data.
2. Koding,
menurut Misran Safar (2007:203) koding adalah usaha mengklasifikasi
jawaban-jawaban responden menurut macamnya, dengan menandai masing-masing jawaban-jawaban itu
dengan tanda kode tertentu.
3. Tabulasi,
dalam jurnal Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan (2008:24) Pekerjaan tabulasi data dilakukan, jika semua masalah editing
dan coding diselesaikan. Artinya tidak ada lagi permasalahan yang timbul dalam
editing dan coding atau semuanya telah selesai. Yang perlu disiapkan adalah tabel-tabel
kerja sesuai dengan variabel-variabel pertanyaan dan item-itemnya.
III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kondisi Geografis Desa Lalombi merupakan bagian dari wilayah Kecamatan
Banawa Selatan Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah dengan luas wilayah 3.975
Ha yang terdiri dari 4 (empat) dusun, dusun 1, dusun 2, dusun 3, dusun 1V.
Letak geografis desa Lalombi dusun 3 Baturoko ditinjau dari bentuk permukaan
Lalombi dudun 3 Baturoko terletak 13 m diatas permukaan laut. Batas-batas wilayah Desa
Lalombi dusun 3 Baturoko dirincikan sebagai berikut :
Desa Lalombi berbatasan dengan sebelah utara Selat Makassar
Sebelah timur Desa Salusumpu dan Desa Lumbulama
Sebelah Selatan Desa Mbuwu dan Desa Watatu
Sebelah barat Desa Surumana
Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Tambak Desa Lalombi Dusun 3 Baturoko.
Petani tambak Desa Lalombi dusun 3 Baturoko merupakan profesi yang digeluti
sebagai bagian dari usaha untuk memperoleh kehidupan yang layak. Keuntungan hasil
tambak jelas merupakan suatu kebutuhan untuk memenuhi biaya kehidupan keluarga.
Dilihat dari aspek sosial pekerjaan ini dapat meningkatkan status sosial melalui keuntungan
ekonomis yang bisa diolah untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder dan tersier.
Warga Desa Lalombi dusun 3 Baturoko merupakan perpaduan suku dan budaya yang
berbeda karena masyarakat Lolombi terdiri beberapa suku yakni mayoritas suku kaili
sebagai masyarakat lokal dan kelompok mayoritas suku bugis dan mandar sebagian besar
merupakan masarakat pendatang.
Dalam perkembangannya para petani tambak sudah berbaur denagan masyarakat Desa
Lalombi memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang ada dikawasan tersebut sebagai
peluang untuk mengembangkan usaha budidaya tambak yang kini menjadi salah satu mata
pencaharian yang digeluti penduduk selain bekerja sebagai petani dan nelayan.
peneliti menggambarkan pekerjaan yang ditekuni masyarakat Desa lalombi dusun 3
Baturoko sebelum beralih profesi sebagai petani tambak dalam bentuk tabel berikut :
Tabel 4.4. Deskripsi pekerjaan masyarakat Desa Lalombi dusun 3 Baturoko sebelum
Alternatif jawaban F (%)
Sumber: hasil olahan data (angket No 1), 2015-09-27
Berdasarkan tabel 4.4, jumlah masyarakat yang mendominasi pekerjaan sebagai
petani sawah relatif sedikit dari pekerjaan yang lain. Dari 30 responden sebagai sampel, ada
3 orang yang berprofesi sebagai petani sawah atau 10 %, 9 orang berprofesi sebagai nelayan
atau 30%, 4 orang berprofesi sebagai petani ladang atau 13,4%, 7 orang berprofesi sebagai
pedagang atau 23,3%, dan ada pula jumlah anggota responden yang berprofesi lain dari
penjelasan di atas sebayak 7 orang atau 23,3%.
Tabel 4.5.Kelompok responden yang menjawab berapa lama jangka waktu bapak/ibu hasil tambaknya dipanen.
Hasil data olahan( angket no 2), 2015
Tabel 4.5, menjelaskan bahwa 17 responden atau dengan persentase (56,6%) yang
menjawab 3-5 bulan hasil tambak dipanen. 9 responden atau dengan persentase (30%) yang
menjawab 6-7 bulan hasil tambak di panen, dan 4 responden atau dengan persentase
Sosial ekonomi merupakan suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial
dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam stuktur masyarakat. Adapun
keadaan perekonomian masyarakat Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko sebelum menjadi
petani tambak seperti yang dijelaskan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.6. Perekonomian Responden Sebelum Menjadi Petani Tambak
Alternatif jawaban F (%)
Sumber hasil olahan data (angket No 3), 2015
Tabel 4.13, Menjelaskan tentang keadaan perekonomian masyarakat Desa Lalombi
dusun 3 (tiga) Baturoko sebelum menjadi petani tambak. 30 orang sebagai sampel, 1 orang
yang mengatakan bahwa perekonomian keluarganya sudah mencapai kesejahteraan atau
3,3%, 8 orang yang mengatakan bahwa keadaan perekonomian keluarganya cukup sejahtera
atau 26,7%, 18 orang mengatakan bahwa keadaan perekonomian keluarganya kurang
sejahtera atau 60%, dan ada pula masyarakat Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko yang
mengatakan masih tergolong belum sejahtera sebanyak 3 orang atau 10%.
a. Lamanya menekuni profesi sebagai petani tambak
Petani tambak merupakan pekerjaan yang tidak terlalu banyak ditekuni di Desa
Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko saat ini, lamanya suatu pekerjaan dapat mempengaruhi
hasil yang mereka dapatkan dan membuat para petani tambak belajar dari pengalaman
dalam pemeliharaan bibit ikan bandeng/udang. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah
seberapa lama masyarakat Desa Lalombi dusun 3 (tiga Baturoko menekuni Pekerjaannya.
Tabel 4.8. Lamanya Menekuni Profesi sebagai Petani Tambak
1-2 tahun yang lalu
Sumber: hasil olahan data (Angket No 4) 2015
Berdasarkan tabel 4.15, dijelaskan bahwa sebanyak 10 orang atau 33,3% responden
yang telah menekuni pekerjaan ini selama 3-5 tahun yang lalu, dan yang menekuni
pekerjaan ini sudah sekitar 6-8 tahun yang lalu sebanyak 11 responden atau 36,7%, adapula
yang menekuni pekerjaan ini selama 9-10 tahun yang lalu sebanyak 4 responden atau
13,7%, dan yang paling lama menekuni pekerjaan ini sudah lebih dari 10 tahun yang lalu
berjumlah 5 orang atau 16,7%.
b. Luas lahan tambak
Luas lahan tambak yang dimiliki petani mempengaruhi besarnya penghasilan yang
didapatkan. Untuk luas lahan tambak Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko dapat dilihat
pada tabel dibawah in.
Tabel 4.9. Luas Lahan Tambak Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko
Jumlah 30 100 Sumber olahan data (Angket No 5), 2015
Tabel 4.16,menjelaskan bahwa ada 5 petani tambak atau16,7% yang memiliki lahan
tambak seluas 1-2 ha, 13 petani tambak atau 43,3% yang mempunyai lahan 1-4 ha, 2 petani
tambak atau 6,7% yang memiliki lahan seluas 1-5 ha, dan 2 petani tambak atau 6,7% yang
mempunya lahan 1-7 ha, dan adapula 8 orang yang mempunyai lahan tambak atau 26,6%
ha.
c. Besarnya penghasilan tiap kali panen
Penghasilan yang diterima setiap petani pada dasarnya berbeda-beda, begitupula
petani tambak yang ada di Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko. Besarnya penghasilan
petani tambak dipengaruhi oleh luasya lahan tambak yang dimiliki petani itu sendiri.
Besarnya penghasilan tiap kali panen petani tambak Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko
diuraikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.10. besarnya penghasilan tiap kali panen
Alternatif jawaban F (%)
Sumber: hasil olahan data (Angket No 6), 2015
Pendapatan tiap kali panen petani tambak di Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko
terlihat jelas pada tabel 4.17, bahwa dari 30 petani tambak sebagai responden, ada 17 petani
atau 56,7% yang mempunyai penghasilan lebih dari Rp. 10.000.000, Rp.
6.000.000-8.000.000 sebanyak 8 petani tambak atau 26,7%, Rp. 4.000.000-6.000.000 sebanyak 4
responden atau 13,3%, dan ada 1 petani tambak atau 3,3% yang mempunyai penghasilan
d. Besarnya Pengeluaran Setiap Bulan
Pengeluaran tiap keluarga petani tambak di Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko
untuk setiap bulannya bervareasi. Besarnya pengeluaran keluarga petani tambak dalam
kurun waktu satu bulan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.12. Besarnya Pengeluaran Keluarga Petani Tambak Setiap Bulan
Alternatif Jawaban F (%)
Sumber: Hasil Olahan Data (Angket No. 7), 2015
Berdasarkan tabel 4.12, dapat dijelaskan bahwa pengeluaran setiap bulan petani
tambak di Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko yaitu sebayak 2 responden atau 6,7%
mempunyai pengeluaran kurang lebih Rp. 5000.000, 11 responden atau 36,7% mempunyai
pengeluaran berkisar Rp. 500.000-1.000.000, 15 responden atau 50% mempunyai
pengeluaran berkisar Rp.1.000.000-2.000.000, 1 responden atau 3,3% mempunyai
pengeluaran berkisar Rp. 2.000.000-3.000.000, dan 1 responden atau 3,3% mempunyai
pengeluaran di atas Rp. 3.000.000.
e. Total Kekayaan Keluarga Berdasarkan Kepemilihan Barang Petani Tambak di Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko
Total kekayaan keluarga berdasarkan kepemilikan barang dapat diketahui dengan
menjumlahkan seluruh total barang dimiiki oleh petani. Hasil penelitian ini dapat disajikan
dalam tabel.
Tabel 4.13. Total Kekayaan Berdasarkan Kepemilikan Barang.
<Rp. 10.000.000
Sumber: hasil Olahan Data (Angket No. 8), 2015
Tabel 4.13. menjelaskan tentang total kekayaan keluarga petani tambak secara
keseluruhan berdasarkan jumlah barang yang dimiliki keluarga tiap responden, dimana
kekayaan tersebut telah dikuantifikasikan dalam satuan rupiah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki kekayaan total kekayaan sebanyak
Rp. 10.000.000 – 25.000.000 yaitu sebanyak 5 responden atau 16,7%, 6 responden atau
20% memiliki kekayaan sebanyak Rp. 25.000.000 – 35.000.000, 9 petani tambak atau 30%
memiliki kekayaan sebanyak Rp. 35.000.000 – 50.000.000, dan 10 petani tambak atau
33,3% memiliki kekayaan lebih dari Rp. 50.000.000.
Setiap orang memiliki jumlah penghasilan dan kekayaan yang berbeda-beda, begitu
juga keinginan atau kemauan petani tambak atas kepemilikan barang di Desa Lalombi
dusun 3 Baturoko. Hasil penelitian ini dapat disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.14. Keinginan Petani Tambak Atas Kepemilikan Barang
Perhiasan
Sumber: Hasil Olahan Data (Angket N0. 10), 2015
Berdasarkan tabel 4.14. dapat dijelaskan bahwa, 5 petani tambak atau 16,3%
yang ingin memiliki kendaraan mobil pribadi, 3 petani tambak atau 10% yang ingin
memiliki kendaraan mobil truk, 12 petani tambak atau 40% yang ingin naik haji, 9 petani
tambak atau 30% yang ingin memiliki perhiasan, dan adapula jumlah petani yang ingin
memiliki barang lebih dari penjelasan di atas sebanyak 1 petani tambak atau 3,3%.
f. Hubungan Sosial Antara Sesama Petani Tambak
Hubungan sosial sesama petani tambak yang ada di Desa Lalombi dusun 3 (tiga)
Baturoko bisa dikatakan sangat baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 4.15. Hubungan Sosial Sesama Petani Tambak
Alternatif jawaban F (%)
Sumber: Hasil Olahan Data (Angket No 11), 2015
Berdasarkan tabel 4.15, menjelaskan bahwa, dari 30 petani tambak sebagai sampel,
baik, dan adapula mengatakan hubungan sosial sesama petani tambak yang menjawab baik
adalah 11 responden atau 36,7%.
g. Keadaan Status Sosial Dan Perekonomian Setelah Menjadi Petani Tambak
Kehidupan ekonomi petani tambak di Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko ini
sudah bisa dikatan cukup baik karena selama menjadi petani tambak, mereka telah
merasakan hasil dari penghasilan tambak yang telah mereka kelolah selama ini. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.16. Setatus Sosial dan Perekonomian Setelah Menjadi Petani Tambak
Alternatif jawaban F (%)
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Kurang baik
Tidak baik
22
5
3
0
0
73.3
16.7
10
0
0
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Olahan Data (Angket No 13), 2015
Tabel 4.16, menjelaskan bahwa keadaan status sosial dan perekonomian petani
tambak di Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko suda sangat baik atau dapat dikatakan
sudah menduduki status sosial lapisan menengah atas, 15 petani tambak atau 50%
mengatakan hal tersebut, 12 petani tambak atau 40% mengatakan keadaan perekonomian
dan status sosialnya baik atau menduduki status sosial lapinsan menengah, dan 3 petani
tambak atau 10% mengatakan perekonomian dan status sosial mereka cukup baik dan atau
h. Prospek Petani Tambak Desa Lalombi
Tabel 4.17, modal salah satu penghambat dalam mengelola tambak
Alternatif jawaban F (%)
Sumber: hasil olahan data (anget No. 14), 2015
Berdasarkan tabel 4.18, dari hasil penelitian dijelaskan bahwa modal merupakan
faktor penghambat dalam mengelolah tambak, dari 30 petani tambak sebagai responden 11
petani tambak atau 36,7% mengatakan sangat mempengaruhi proses pengelolaan tambak,
18 petani tambak atau 60% mengatakan mempengaruhi proes pengelolaan tambak, dan 1
petani tambak atau 3,3% mengatakan cukup mempengaruhi dalam proses pengelolaan
tambak.
Tabel 4.18. lahan yang sempit menjadi kendala dalam bertani tambak
Jumlah 30 100 Sumber: hasil olahan data (angket No 15), 2015
Berdasarkan tabel 4.18, dari hasil penelitian dijelaskan bahwa lahan merupakan
salah satu kendala dalam proses budidaya ikan/udang, dari 30 petani tambak, 12 petani
tambak atau 40% mengatakan lahan sangat mempengaruhi prosese budidaya tambak, 10
petani tambak atau 33,3% mengatakan lahan mempengaruhi proses budidaya tambak, dan 8
petani tambak atau 26,7% mengatakan cukup mempengaruhi proses budidaya tambak.
Tabel 4.19. Musim Kemarau Mempengeruhi Kondisi Budidaya Tambak
Alternatif jawaban F (%)
Sangat mempengaruhi
Mempengaruhi
Cukup mempengaruhi
Kurang berpengaruh
Sangat kurang berpengaruh
5 16
9 0 0
16,7 53,3 30
0 0
Jumlah 30 100
Sumber: hasil olahan data (angket No. 16), 2015
berdasarkan tabel 4.20, dari hasil penelitian dijelaskan bahwa musim kemarau
sangat mempengaruhi kondisi budidaya tambak, dari 30 petani tambak sebagai sampel, 5
petani tambak atau 16,7% mengatakan sangat mempengaruhi kondisi budidaya tambak, 16
responden atau 53,3% mengatakan mempengaruhi kondisi budidaya tambak, dan adapula
mengatakan cukup mempengaruhi kondisi budidaya tambak sebanyak 9 responden atau
30%.
Tabel 4.20. Prospek Keinginan Petani Tambak
Sangat baik
Sumber: hasil olahan data (angket No. 17), 2015
Berdasarkan tabel 4.21, dari hasil penelitian dijelaskan bahwa keinginan petani
tambak kedepannya yang ada di Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko, dari 30 petani
tambak sebagai responden, ada 17 petani tambak atau 56,7% yang berharap prospek
kedepannya sangat baik, 10 petani tambak atau 33,3% yang berharap prospek petani tambak
kedepannya baik, dan 3 petani tambak atau 10% yang berharapa prospek petani tambak
kedepannya cukup baik.
Pembahasan
Pekerjaan masyarakat Desa Lalombi dusun 3 Baturoko sebagian besar adalah
berprofesi sebagai nelayan, pedagang, dan petani sawah. Penghasilan yang diperoleh setiap
hari dan setiap bulannya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari atau bisa dibilang
pas-pasan untuk kebutuhan keluarga setiap harinya, petani setempat tidak mau kehidupan
mereka tidak ada perubahan sama sekali atau tidak berubahnya stuatus sosial yang dimiliki
baik itu berupa ekonomi maupun berubahnya bagunan fisik yang dimiliki dengan kata lain
adanya tempat tinggal yang lebih layak untuk ditinggali, dan mereka juga berkeinginan
untuk memberikan pendidikan yang cukup bagi keturunan, akan tetapi penghasilan tidak
cukup untuk hal itu, maka mereka berinisiatif untuk beralih profesi senagai petani tambak
dan tidak meninggalkan pekerjaan yang semula.
Proses keberhasilan petani tambak untuk mencapai jenjang status sosial yang lebih
tinggi atau proses kegagalan seseorang hingga jatuh kekelas lebih rendah tergantung pada
keberhasilan yang diperoleh dan berusaha dengan semaksimal mungkin untuk bisa merubah
Pekerjaan masyarakat yang ada di Desa Lalombi dusun 3 Baturoko, penulis
mengambarkan pada tabel 4.10, mengenai pekerjaan yang dilakukan sebelum menjadi
petani tambak, tingkat pendapatan yang diperoleh menurut salah seorang responden tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga masyarakat yang ada di Desa
Lalombi dusun 3 Baturoko beralih sebagai petani tambak dan tidak meninggalkan
pekerjaannya yang semula.
Setelah beralih profesi menjadi petani tambak, status sosial dan tingkat perekonomian
petani tambak di Desa Lalombi dusun 3 Baturoko sudah sangat baik.
IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. hasil wawancara menunjukkan bahwa hubungan sosial antar petani tambak Berlangsung
dengan baik. Hal ini ditandai dengan adanya kerja sama di antara Mereka dalam
pkangelola tambak. Para petani tambak saling membantu dalam pengelola tambak.
Tambak ikan yang dimiliki oleh responden berkisar pada 2 ha-10 ha. Tambak diisi oleh
ikan bandeng dan udang windu dengan tenggat waktu pemeliharaan hingga panenan
selama hingga 3 hingga 6 bulan. Penghasilan dari budidaya ikan dan udang pada petani
tambak di desa lalombi ini mencapai Rp.5.000.000 – Rp. 20.000.000 untuk setiap kali
panenan.
2. petani tambak desa lalombi mengeluhkan kurangnya modal untuk sarana produksi.
Kurang pupuk, kurang pakan , kurang obat- obatan, dan sikap petani yang enggan
merespon dan menerapkan teknologi baru yang lebih menguntungkan. Masalah ini
membuat prospek petani tambak untuk saat ini belum bengitu menjanjikan. Dari analisis
lingkungan internal dan eksternal yang meliputi pendidikan , produktivitas, modal,
pengalaman berusaha petani tambak,kelembangaan dan pemasaran maka prospek petani
tambak untuk saat ini masih belum menunjukkanpeningkatan kerena berbagai hambatan
yang dialami. Petani tambak menyadari bahwa hambatan – hambatan seperti masalah
yang belum menguntungkan telah menghambat prospek petani tambak ke depan
menjadi lebih baik dan menguntungkan.
4.2. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya ,
saran yang dapat disampaikan dalam peningkatan kehidupan sosial ekonomi petani garam
di desa lalombi adalah :
1. Pemerintahan daera perlu melakukan perbaikan prasarana dan sarana transportasi untuk
mempermudah aksesbilitaskeluar masuk desa, agar kegiatan jual beli hasil produk dan
input produksi tambak terutama ketersediaan benih dapat berjalan lebih lancar. Dinas
kelautan dan perikanan kabupaten donggala khususnya bidang budidaya tambak
diharapkan melakukan pendampingan dan memfasilitasi kelompok pembudidaya ikan
dalam pelaksanaan program intensifikasi dengan penyerapan tenologi budidaya agar
peningkatkan produktivitas dapat tercapai.
2. Perlu dikaji lebih lanjut tentang penggunaan input produksi secara optimal agar
pengembangan usaha ikan bandeng dan udang windudapat memberikan keuntungan
maksimal. Pengembangan lembanga ekonomi formal yang dapat membantu
permodalan dan pemasaran produk ikan bandeng dan udang windu sehingga dapat
meningkatkan pengelolah usaha lebih efisien dan menguntungkan bagi para petani
tambak yang dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat lokal.
3. Petani tambak harus mampu melihat peluang – peluang pemasaran yang berpotensi
mendapatkan keuntungan yang lebih baik. Informasi kebutuhan ikan dan udang dari
jasa –jasa perhotelan sesunggunya dapat menjadi peluang bagi pemasaran hasil
produksi tambak. Dengan demikian petani tambak harus mampu menerobos peluang
tersebut.
4. Peningkatkan pengetahuan dan berbangai informasi mengenai budidaya tambak
hendaknya perlu ditingkatkan demi pencapaian hasil produksi tambak yang lebih baik.
Berbangai buku bacaan atau sumber – sumber lisan maupun tulisa mengenai budidaya
Asrtid, s. Susanto. (1983). PengantarSosiologi Dan Perubahan Sosial. Jakarta Grasindo
Arikunto, S. (2002) Prosedur Penelitian . Jakarta: Pt Rineka Cipta
Damsar.MA.(2002).’’Sosiologi Ekonomi.Jakarta:Pt Raja Grafindo Persada.
Damsar.MA.(2011) Pengantar Sosilogi Ekonomi.Jakarta : Kencana
Fadholi hermanto.(1989). Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya
Kartono.(2006).Perilaku Manusia. Jakarta: ISBN.
Luvi Sofiah. (2009).Seri Panduan Belajar Ekonomi. Jakarta: Grasindo
Mubyarto., (1995). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : pustaka LP3ES
Miles & Hubermas. (1992). Analisis data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Murtidjo. (1988). Tambak Air Payau Budidaya Udang dan Ikan Bandeng. Bandung:
Kanisius
Moleong. (2007). Metodologi Penelitian Kuliatatif. Bandung : Rosdakarya
Piotr Sztompka. (2004). Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Prenada Media Group
Sudjana, N. (1991). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sumatmadja. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan Analisis Keruangan. Bandung :
Alumni.
http://Wikipedia/Pengertian-Sosial Ekonomi , Di Akses 20 Desember 2014 Pukul 07:51