• Tidak ada hasil yang ditemukan

Index of /ProdukHukum/kehutanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Index of /ProdukHukum/kehutanan"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Peringatan Hari Pangan Sedunia XXI X – 2009

Jakarta, 1 Oktober 2009 - Gd. Manggala Wanabakti, Departemen Kehutanan

1 Krisis energi dan finansial global berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, produksi pangan, stabilitas harga pasar, dan daya beli masyarakat sehingga mengancam ketahanan pangan nasional. Krisis diperburuk oleh adanya perubahan iklim dan sistem perdagangan global yangcenderung tidak adil bagi negara berkembang. Ketahanan pangan I ndonesia dinilai belum mantap yang diindikasikan oleh masih tingginya tingkat kemiskinan, kerawan pangan, ketergantungan pada pangan pokok beras, dan proporsi impor beberapa jenis bahan pangan.

Oleh sebab itu, adalah mutlak bagi I ndonesia untuk menempatkan pemantapan ketahanan pangan sebagai salah satu agenda terpenting yang harus diwujudkan dalam beberapa tahun ke depan. Untuk itu perlu diidentifikasi tantangan dan permasalahan riil ketahanan pangan, untuk kemudian dapat diformulasikan langkah-langkah solusi pada level kebijakan maupun operasional.

I . Tantangan :

1. “Memantapkan Ketahanan Pangan Nasional Mengantisipasi Krisis Global” merupakan isu sentral nasional sebagai bagian dari komunitas internasional. Menjaga ketahanan pangan tidak saja merupakan kepentingan nasional, tetapi juga merupakan tanggung jawab I ndonesia sebagai komunitas I nternasional.

2. Pembangunan Ketahanan Pangan adalah salah satu program strategis yang harus dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat seperti diamanatkan oleh UU No.7 Tahun 1996 tentang Pangan beserta Peraturan Pemerintahnya dalam rangka mewujudkan cita-cita kemerdekaan seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu masyarakat yang adil dan makmur.

3. Ketahanan pangan nasional belum sepenuhnya kokoh dan kuat, ditandai oleh belum terwujudnya swasembada di luar beras (karbohidrat, protein dan komponen gizi esensial), masih tingginya impor bahan pangan di luar beras (terigu, susu, kedelai, daging) dan adanya sebagian masyarakat yang belum dapat mengakses pangan (rawan pangan 11% ,) akibat keterbatasan daya beli (tingkat kemiskinan masih tinggi 14,2% ). Ketahanan pangan tidak hanya menyangkut kuantitas pangan dan kalori, melainkan juga mencakup kebutuhan protein dan komponen gizi esensial lainnya. Tingkat konsumsi protein hewani masyarakat masih berada dibawah angka yang ditetapkan. Sementara itu, fakta menunjukkan bahwa apabila sektor perikanan dapat merealisasikan target konsumsi ikan sebesar 40kg/ kapita/ tahun maka hal itu setara dengan pemenuhan 1/ 3 angka kecukupan gizi (AKG) protein. I kan dapat dijadikan andalan dalam meningkatkan konsumsi protein hewani secara nasional.

R U M U S A N

SEMI NAR NASI ONAL PERI NGATAN HARI PANGAN SEDUNI A XXI X

(2)

Seminar Nasional Peringatan Hari Pangan Sedunia XXI X – 2009

Jakarta, 1 Oktober 2009 - Gd. Manggala Wanabakti, Departemen Kehutanan

2 4. Krisis global saat ini banyak menciutkan lapangan kerja. Perubahan iklim

berimplikasi penurunan produksi dan kenaikan harga pangan serta semakin banyak masyarakat yang tidak dapat mengakses pangan, sehingga target pengurangan kelaparan dan kemiskinan yang ditetapkan MDG's semakin sulit diwujudkan. Pembangunan ketahanan pangan nasional juga menghadapi sejumlah tantangan dari dalam negeri, antara lain: (a) produksi pangan yang semakin sulit ditingkatkan karena makin menyusutnya lahan produktif, keterbatasan infrastruktur dan produktifitas; (b) pola konsumsi pangan yang belum bergizi seimbang dan aman serta sangat tergantung pada beras; (c) sistem distribusi dan tata niaga pangan yang belum efisien sehingga menyebabkan harga yang tinggi di tingkat konsumen.

5. Diversifikasi, dalam arti produksi, distribusi dan konsumsi, dapat menjadi pilar ketahanan pangan melalui pemanfaatan sumber daya lokal. Dukungan teknologi, sarana dan prasarana para pihak dalam produksi dan distribusi merupakan suatu kebutuhan. Diversifikasi konsumsi merupakan tantangan yang cukup besar, karena selain menyangkut daya beli, juga pola konsumsi yang merupakan bagian dari budaya masyarakat. Untuk itu diperlukan komunikasi yang intensif untuk memberi keyakinan kepada masyarakat bahwa ketahan pangan dapat terwujud apabila didukung oleh pola konsumsi pangan yang beragam (diversified).

I I . Peluang

1. I ndonesia memiliki potensi dan peluang untuk meningkatkan ketahanan pangan seperti mega biodiversitas untuk meningkatkan produktifitas dan keanekaragaman pangan, lahan kering dan marjinal yang masih luas dan belum termanfaatkan untuk produksi pangan, pesisir dan pantai terpanjang didunia yang dapat dimanfaatkan untuk produksi perikanan, pemanfaatan areal hutan untuk produksi pangan dan keragaman komoditas pangan lokal yang dapat dikembangkan sebagai pangan masa depan.

2. Sektor pertanian pangan memiliki potensi besar dalam penyediaan sumber karbohidrat dari biji-bijian dan protein dari hasil ternak. Sektor perikanan dengan sumber daya perikanan tangkap dan budidaya yang relatif besar mampu memberikan pasokan sumber protein ikan berkualitas tinggi dengan tingkat harga yang terjangkau. Sektor kehutanan di samping sebagai pendukung sektor pertanian dengan pasokan air secara berkelanjutan melalui fungsinya sebagai pengatur tata air, habitat perkembang biakan perikanan, juga secara langsung mendukung produksi pangan melalui sistem tumpang sari, serta sebagai cadangan pangan pada kondisi darurat (food reserve at the last resort).

I I I . Solusi

(3)

Seminar Nasional Peringatan Hari Pangan Sedunia XXI X – 2009

Jakarta, 1 Oktober 2009 - Gd. Manggala Wanabakti, Departemen Kehutanan

3 dan mineral sehingga pola pangan harapan yang merupakan cerminan pola konsumsi gizi seimbang dapat terwujud.

2. Sektor pertanian akan melanjutkan kebijakan peningkatan produksi beras, mengembangkan produksi pangan lokal (non beras) secara simultan, dan mendorong industrialisasi pangan lokal untuk menciptakan keanekaragaman pangan olahan yang ekonomis dan sesuai selera konsumen. Di sisi konsumsi, perlu didorong peningkatkan konsumsi pangan lokal dengan sosialisasi, promosi dan edukasi. Di sisi distribusi, sektor pertanian akan mendorong pengembangan tata niaga pangan lokal di luar beras yang efisien.

3. Sektor kelautan dan perikanan dari sisi produksi akan menguatkan kebijakan pengembangan budidaya perikanan dan mengendalikan perikanan tangkap dalam tingkat yang lestari, pengelolaan konservasi sumberdaya ikan, pemulihan sumberdaya ikan (fish stock enhancement) dan mendorong pengembangan industri pakan ikan berbasis sumber daya lokal dalam mendukung kebijakan penyediaan pangan nasional. Sektor kelautan dan perikanan juga akan mengembangkan kebijakan peningkatan keragaman pangan olahan dari ikan yang ekonomis dan sesuai selera konsumen. Di sisi konsumsi, sektor kelautan dan perikanan akan mendorong peningkatan konsumsi ikan masyarakat hingga 40 kg/ kapita/ tahun melalui promosi, sosialisasi dan edukasi. Di sisi distribusi dan tata niaga, sektor kelautan dan perikanan akan mendorong terciptanya sistem distribusi ikan yang efisien dengan mengembangkan sistem transportasi dan distribusi produk perikanan yang baik.

4. Sektor kehutanan akan a) melanjutkan kebijakan pengelolaan ketiga fungsi kawasan (konservasi, lindung dan produksi) secara lestari (meliputi aspek produksi, sosial-budaya dan lingkungan) untuk mendukung sistem kehidupan (life supporting system) dan menjamin ketersediaan sumber daya (air, biodiversitas) bagi sektor pertanian, sektor perikanan, b) meningkatkan penyediaan pangan nabati dan hewani secara langsung (seperti hutan tanaman penghasil pangan nabati maupun hewani) dan secara tidak langsung melalui pemanfaatan lahan di bawah tegakan dan c) peningkatan akses masyarakat terhadap hutan sehingga masyarakat mempunyai diversifikasi pendapatan.

5. Dalam konteks pembangunan wilayah perlu dibangun keterpaduan pengembangan sektor pertanian - perikanan dan kelautan – kehutanan (PPK) dalam rangka membangun daya saing dan efisiensi serta keberlanjutan pengembangannya. Pengembangan infrastruktur pertanian, lahan pertanian abadi, pengelolaan tata ruang dan lingkungan, serta daya saing sistem usaha tani sepatutnya dalam konteks keterpaduan spasial sektor PPK.

(4)

Seminar Nasional Peringatan Hari Pangan Sedunia XXI X – 2009

Jakarta, 1 Oktober 2009 - Gd. Manggala Wanabakti, Departemen Kehutanan

4 dan perbaikan manajemen resiko usaha pertanian (sistem cadangan pangan, asuransi pertanian, dan sistem proteksi sosial).

7. Sektor riset dan teknologi akan mendukung upaya pencapaian program masing-masing sektor dengan memfasilitasi dan mengkoordasikan a) riset dan teknologi yang dibutuhkan masing-masing sektor, dan b) diseminasi dan promosi hasil riset dan teknologi kepada masyarakat dan industri pengguna.

8. Pengembangan riset dan teknologi di sektor pertanian dan kehutanan diarahkan pada a) domestikasi sumber daya genetik, b) pengembangan varietas tanaman pangan tahan naungan, kekeringan dan lingkungan ekstrim, c) teknologi budidaya (pemupukan organik) untuk pengelolaan lahan-lahan sub-optimal dan kehutanan agar menjadi produktif, d) teknologi budidaya untuk memperkecil yield gap, karena produktivitas nasional masih sekitar 4,8 ton/ ha sedangkan potensi hasil 8-10ton/ ha, e) teknologi pascapanen untuk minimalisasi susut, f) teknologi produksi dan pengolahan pangan lokal untuk substitusi gandum yang kualitasnya setara tepung gandum, dan g) kajian ekonomi, sosial dan budaya produk pangan lokal.

9. Pengembangan riset dan teknologi di sektor kelautan dan perikanan diarahkan pada a) perikanan tangkap, domestikasi, budidaya dan aplikasi bioteknologi untuk perikanan budidaya, b) teknologi transportasi ikan yang efisien, c) teknologi pascapanen dan pengolahan produk perikanan yang sesuai selera konsumen, dan d) kajian sosial, ekonomi dan budaya produk perikanan.

10. Pengembangan diversifikasi pangan adalah program jangka panjang dan membutuhkan dukungan sektor pendidikan dalam pembentukan persepsi, sikap, dan perilaku masyarakat. Dalam konteks ini diperlukan reorientasi muatan lokal dalam kurikulum pendidikan, program PMTAS (Pemberian Makanan Tambahan untuk Anak Sekolah), dan Raskin (Beras untuk Rakyat Miskin) dengan mempertimbangkan komoditas unggulan lokal.

11. Kebijakan-kebijakan ketahanan pangan yang bersifat teknis dan sektoral tersebut di atas perlu diintegrasikan dengan kebijakan lainnya seperti kebijakan fiskal, penganggaran, perpajakan, PNBP departemen teknis, harga, dan tata niaga agar pembangunan ketahanan pangan yang berbasis sumber daya lokal dapat berjalan secara sinergis dan ketahanan pangan nasional yang kokoh dapat terwujud.

Jakarta, 1 Oktober 2009

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel di atas terlihat bahwa masyarakat kota Banjarmasin sudah dapat disebut sebagai masyarakat yang majemuk karena dari berbagai keberagaman yang ada seperti

Aplikasi berasal dari kata application yang artinya penerapan, lamaran, penggunaan. Secara istilah aplikasi adalah: program siap pakai yang direka untuk melaksanakan

Mengingat betapa pentingnya proses adaptasi peserta didik baru di lingkungan MAN Kota Palangka Raya, maka pihak madrasah sebagai penyelenggara pendidikan yang memfasilitasi

Dari 19 regulasi UNECE yang telah dibedah ternyata terdapat 119 buah Standar Internasional, Standar Regional dan Standar Nasional negara lain yang diusulkan untuk diadopsi

Mengetahui cara memelihara kesehatan organ peredaran darah manusia Menjelaskan berbagai penyakit yang mempengaruhi organ peredaran manusia dan menjelaskan cara memelihara

Dilihat dari Gambar 2, posisi kegiatan Posdaya bidang pendidikan berada pada kuadaran I, hal ini menunjukkan bahwa saat ini kondisi kegiatan Posdaya pada bidang

Gambaran CT scan sangat tergantung stadium penyakit .akan terlihat gambaran mulai dari penebalan dinding yang setempat karena edema ,pada stadium lebih lanjut akan

Jika dibandingkan antara lamun alami dan artifisial, maka padang lamun artifisial mempunyai persamaan dengan padang lamun alami dalam proses sedimentasi, dimana keduanya