• Tidak ada hasil yang ditemukan

9b59aff0 0a94 4810 81f9 f8378486b8e3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "9b59aff0 0a94 4810 81f9 f8378486b8e3"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Cerita Perubahan

yang Paling

(2)

Daftar Isi

Pendahuluan ... 2

Proses MSC ... 4

Perubahan Paling Signifikan ... 11

Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat ... 11

Perubahan Mindset ... 11

Nilai Kemanusiaan ... 15

Persalinan Aman ... 17

Tidak Harus Menunggu Sampai Sore ... 20

Ada Petugas dari Pagi ... 20

Kota Singkawang, Kalimantan Barat ... 21

Hak Pasien ... 21

Petugas Sudah Lebih Ramah ... 22

Demi Nyawa ... 23

Komunikasi Petugas Kesehatan dan Pasien ... 26

Regulasi ASI Eksklusif ... 28

Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur ... 31

Peran Serta Masyarakat ... 31

Usulan Yang Dilaksanakan... 33

Si Jempol Mancep, Pelayanan Cepat ... 35

Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur ... 37

Umi Persamida dan Bunda Kespro ... 37

Alur Rujukan Yang Lebih Jelas ... 39

(3)

Pendahuluan

Desentralisasi di Indonesia telah membawa perubahan yang cukup besar bagi penyediaan pelayanan publik. Pemerintah daerah memiliki otoritas dan tanggungjawab yang lebih besar untuk mengelola sumber daya di daerah dan menyediakan pelayanan publik yang bermutu. Namun, masih banyak pemerintah daerah yang mengalami kendala untuk memberikan pelayanan, terutama di pelayanan dasar seperti kesehatan, yang berkualitas, sesuai standar dan kebutuhan masyarakat. Pembagian tugas yang tidak jelas diantara para petugas kesehatan, stok obat yang kurang, dan program sosialiasi kesehatan yang masih lemah merupakan beberapa contoh buruknya tata kelola layanan kesehatan. Untuk mengatasi tantangan ini, USAID Kinerja membantu meningkatkan kapasitas pemerintah daerah, puskesmas dan sekolah sebagai penyedia layanan agar mereka dapat meningkatkan kualitas layanan publik. Pada saat yang sama, program ini mendorong masyarakat sebagai pengguna layanan untuk melakukan advokasi dan meminta pelayanan publik yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan memberikan umpan balik kepada penyedia layanan.

Kinerja merupakan program lima tahun yang didanai oleh United States Agency for International Development (USAID) dan dilaksanakan oleh RTI International dan konsorsiumnya. Sejak 2011 hingga pertengahan tahun 2015, Kinerja bekerja di 20 kabupaten/ kota di lima provinsi: Aceh, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, dan Papua. Selama periode tersebut, Kinerja meningkatkan pelayanan pendidikan, kesehatan, dan penyederhanaan izin usaha. Saat ini, Kinerja mendapatkan dana tambahan untuk melanjutkan programnya di Papua, dan fokus pada layanan kesehatan dan pendidikan terutama manajemen berbasis sekolah.

Pendekatan Kinerja berdasarkan empat prinsip tata kelola yang baik: keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), daya tanggap (responsiveness), dan keterlibatan masyarakat (public participation). Kinerja mendorong pemerintah daerah serta unit layanan kesehatan, pendidikan, dan perizinan usaha untuk mengadopsi prinsip-prinsip ini dalam upaya mereka untuk meningkatkan mutu pelayanan publik.

Mengingat Kinerja bekerja di dua sisi, penyedia dan pengguna layanan, pendekatan perubahan yang paling signifikan (MSC) dapat menjadi metode yang cocok untuk mengetahui perubahan yang dihasilkan oleh program Kinerja. Selama ini, kerangka monitoring dan evaluasi yang digunakan Kinerja menekankan kuantitas hasil intervensi program. Tapi, metode kuantitatif ini tidak dapat memberikan gambaran praktis tentang bagaimana dampak dan perubahan dapat dicapai oleh program-program serupa di masa depan.

Dalam metode MSC, pemangku kepentingan diminta untuk bercerita tentang perubahan-perubahan yang mereka lihat, atau alami. Cerita merupakan sebuah media yang ideal untuk membantu memahami dampak program dan mengerti nilai-nilai mitra – apa yang penting, dan mengapa?

(4)

menyatukan visi serta menyediakan materi materi yang dapat digunakan untuk publikasi dan komunikasi

Namun, MSC seharusnya tidak menjadi satu-satunya cara untuk menilai hasil dan dampak program. Metode ini seharusnya menjadi pelengkap evaluasi akhir program. Cerita-cerita yang muncul dari proses MSC dapat menjadi sumber yang kaya untuk membuat hipotesa tentang bagaimana perubahan terjadi. MSC juga dapat mengidentifikasikan perubahan yang tidak diharapkan atau tidak diprediksi tapi yang tetap berdampak positif. Menggunakan metode ini, Kinerja mendokumentasikan perspektif dan pendapat pemangku kepentingan tentang perubahan paling signifikan yang dihasilkan oleh program tersebut.

Selanjutnya, MSC dipilih sebagai salah satu teknik untuk memonitor dan mengevaluasi dampak program Kinerja di Papua. Dengan demikian, studi MSC tahun 2015 menjadi sangat penting karena pembelajaran dari penerapan studi ini akan menentukan monitoring dan evaluasi program Kinerja di Papua.

Studi MSC ini dilakukan oleh Isma Novitasari Yusadiregja dan Rika Setiawati pada Agustus dan September 2015. Laporan ini disusun oleh kedua peneliti tersebut serta Kate Walton dan Andri Pujikurniawati dari Kinerja pada bulan Desember 2015.

(5)

Ringkasan temuan studi

Studi ini menunjukkan bahwa perubahan positif dapat terjadi dalam pelayanan publik jika tiga unsur utama (unit penyedia layanan kesehatan, pemerintah, dan masyarakat) bekerjasama mencapai tujuan bersama, yaitu pelayanan publik yang lebih baik. Dengan mempertemukan sisi supply (unit penyedia layanan kesehatan dan pemerintah) dan sisi demand (masyarakat), dan meningkatkan kapasitas mereka, pelayanan kesehatan yang berkualitas dapat lebih tersedia dan terjangkau oleh masyarakat.

Peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan kesehatan ini dapat dibuktikan dengan berkurangnya pengaduan masyarakat tentang mutu layanan, kepuasan pengguna layanan meningkat, dan frekuensi penggunaan layanana juga meningkat.

Penyedia Layanan

Kerelaan penyedia layanan di daerah mitra Kinerja untuk menggunakan alat dan inisiatif yang inovatif diidentifikasikan oleh responden studi sebagai metode kunci untuk meningkatkan mutu pelayanan. Komitmen penyedia layanan untuk meninjau kembali programnya, dan tidak lagi hanya melakukan kegiata seperti biasa ya membawa perubahan-perubahan kecil yang berdampak besar. Misalnya, program kemitraan bidan dan dukun sudah lama dicanangkan oleh pemerintah pusat, namun selama ini hanya bersifat top-down sehingga tidak berjalan dengan baik. Namun, ketika penyedia pelayanan melibatkan dukun bayi sejak awal pelaksanaan program kemitraan bidan dan dukun, lebih banyak dukun bersedia terlibat dalam program, dan kemitraan menjadi lebih kuat. Hasilnya, lebih banyak ibu bersalin di fasilitas kesehatan. Jika semua unsur dan mitra merasa dihormati, didengarkan, dan dilibatkan dengan aktif, program kesehatan lebih mungkin berhasil dan berdampak positif pada indikator kesehatan. Sebagai contoh, dua puskesmas di Kalimantan Barat mengatakan bahwa sebelum mereka mempunyai program kemitraan bidan-dukun yang berprinsip tata kelola yang baik, sekitar 50% persalinan di wilayah tersebut ditolong oleh dukun; sekarang, hanya satu atau dua persalinan per tahun ditolong dukun, sisanya dtolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

Anggota masyarakat yang diwawancarai dalam studi ini mengidentifikasikan empat perubahan utama yang terjadi oleh karena program Kinerja: 1) hubungan antara pasien dan tenaga kesehatan menjadi lebih baik; 2) sumber daya dan pelayanan lebih tersedia dan memadai, termasuk menurunnya waktu menunggu layanan; 3) kenyamanan puskesmas meningkat; dan 4) mutu pelayanan kesehatan

meningkat. Masyarakat menganggap bahwa tenaga kesehatan sudah menjadi pendengar yang lebih baik dan melayani pasien dengan lebih ramah dan hormat, serta lebih sering memberikan informasi terinci tentang kehamilan, pemeriksaan kehamilan, persalinan, dan menyusui. Responden juga merasa bahwa sekarang tenaga kesehatan datang tepat waktu dan berada di puskesmas sampai sore. Tenaga

kesehatan juga dianggap lebih semangat dan bekerja lebih keras agar bisa menangani lebih banyak pasien setiap hari; hal ini dapat mengurangi waktu menunggu pelayanan.

Selain itu, responden juga mengidentifikasi banyak perubahan fisik yang terjadi di puskesmas setelah ada program Kinerja. Pasien mengatakan bahwa puskesmas sudah lebih bersih, nyaman, dan terawat. Mutu pelayanan kesehatan juga dianggap meningkat karena berbasis standar pelayanan.

(6)

prinsip tata kelola yang baik seperti transparansi dan keterlibatan masyarakat, staff puskesmas sadar bahwa ternyata mereka bisa mendorong peningkatan mutu pelayanan dan mereka menjadi agen perubahan (agents of change) di puskesmas. Banyak staf sudah tidak menjalankan kegiatannya berdasarkan rutinitas biasa, dan mulai mengubahkan cara kerja mereka. Staf menjadi lebih semangat, senang dan ramah, sementara kepuasan pasien meningkat dan indikator kesehatan menjadi lebih baik. Pemerintah

Komitmen pemerintah untuk mendukung penyedia layanan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan melibatkan anggota masyarakat juga sangat terlihat dalam hasil studi ini. Dengan memperkuat kebijakan dan peraturan yang sudah ada, dan membuat peraturan baru untuk memenuhi kesenjangan, pemerintah bisa memperlihatkan komitmennya untuk melaksanakan prinsip tata kelola yang baik. Ketika pemerintah benar-benar ingin mendengarkan masyarakat dan memenuhi haknya, persoalan lebih mudah diidentifikasi dan mutu pelayanan dapat ditingkatkan.

Pasien, penyedia layanan, dan staf pemerintah yang terlibat dalam studi ini mengakui bahwa kebijakan dan peraturan setempat menjadi kunci terhadap perubahan yang terjadi di puskesmas. Sebagai contoh, peraturan (daerah/ Bupati) tentang ASI eksklusif dan inisiasi menyusu dini paling sering diidentifikasikan oleh staff pemerintah sebagai faktor terbesar yang mendorong fasilitas kesehatan melaksanakan program pro-ASI.

Masyarakat

Terakhir, di daerah mitra Kinerja, semangat masyarakat berperan sangat penting dalam perbaikan layanan kesehatan. Jika masyarakat melakukan pengawasan pelayanan publik melalui forum masyarakat, seperti forum multi-stakeholder (MSF) yang dikenalkan oleh Kinerja, mereka dapat mendorong perubahan dengan cara mengidentifikasi masalah, bersama dengan penyedia layanan mencari alternative solusi, dan melakukan advokasi perbaikan layanan. Jika masyarakat dilibatkan dalam pembuatan program layanan kesehatan, anggaran dan rencana kerja unit penyedia layanan akan leboh sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan mereka akan dapat mencari solusi masala yang dihadapi dengan lebih baik. Selain itu, jika pasien dan masyarakat mengetahui hak kesehatan mereka dan menuntut hak tersebut dipenuhi, unit penyedia layanan akan lebih termotivasi untuk menyediakan pelayanan sesuai standar.

Anggota masyarakat di daerah mitra Kinerja mengatakan sekarang mereka lebih percaya bahwa pemerintah mendengarkan masukan dari masyarakat dan bahwa staf pemerintah sudah sadar tentang pentingnya kerjasama masyarakat, pemerintah, dan pemberi layanan untuk meningkatkan mutu pelayanan. Anggota MSF mengatakan bahwa mereka menjembatani penyedia layanan dan masyarakat, dan membantu menyelesaikan masalah yang sebelumnya mungkin tidak diatasi karena hubungan antar-pihak yang kurang baik. Banyak anggota MSF juga mengatakan bahwa mereka sering ikut

(7)

Kesimpulan

Studi ini menunjukkan bahwa pelaksanaan prinsip tata kelola yang baik – transparansi, akuntabilitas, responsiveness, dan keterlibatan masyarakat – dalam pelayanan publik dapat berdampak positif. Pasien lebih sadar pada haknya; tenaga kesehatan lebih sadar pada tanggungjawabnya; dan pemerintah lebih sadar pada apa yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi dan terpercaya.

Dalam jangka panjang, perubahan ini akan menyebabkan perbaikan tingkat kesehatan. Perbaikan kecil sudah dapat dilihat di wilayah mitra Kinerja. Melalui tata kelola yang baik, kematian ibu dan bayi dapat ditekan, lebih banyak ibu akan mengalami persalinan aman, dan lebih banyak anak akan mulai

(8)

Proses MSC

1.

Metode

Pada awalnya, metode MSC terdiri dari sepuluh langkah pelaksanaan:

1. Identifikasi mitra penting atau champion, dan membangun ketertarikan untuk menggunakan pendekatan MSC

2. Definisi domains of change (lokasi dan jenis perubahan) 3. Definisi periode untuk diteliti

4. Pengumpulan cerita perubahan 5. Review cerita dalam kerangka tertentu

6. Pemberian umpan balik dari proses review kepada para mitra 7. Identifikasi proses verifikasi cerita yang dikumpulkan

8. Kuantifikasi data 9. Analisis data sekunder 10. Revisi proses MSC

Evaluator tidak wajib mengikuti seluruh langkah pelaksanaan MSC, meskipun semuanya penting. Mengingat keterbatasan waktu dan sumber daya manusia, Kinerja hanya melakukan tahap yang dianggap paling penting:

Identifikasi lokasi dan pemangku kepentingan

Lokasi dan pemangku kepentingan diidentifikasi oleh evaluator dan manajemen program Kinerja. Berikut adalah lokasi yang dipilih untuk studi MSC:

Provinsi Kabupaten/Kota

Jawa Timur Probolinggo

Bondowoso Kalimantan Barat Sambas

(9)

Berdasarkan tujuan MSC Kinerja, cerita dikumpulkan dari responden terpilih. Secara umum, ada kriteria untuk responden: yaitu, responden harus terlibat sebagai pengguna layanan atau pemberi layanan baik sebelum dan sesudah program Kinerja. Berikut adalah kriteria responden yang dapat terlibat di studi MSC Kinerja:

1. Staf Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota: Kepala Dinas atau staf dari bidang kesehatan ibu dan anak yang sadar tentang program Kinerja dan sudah terlibat selama minimal dua tahun. 2. Staf Puskesmas: Kepala Puskesmas, bidan koordinator, atau bidan yang sadar tentang program

Kinerja dan sudah terlibat selama minimal dua tahun.

3. Masyarakat: Ibu hamil yang sudah melakukan pemeriksaan kehamilan untuk kehamilan ini, dan juga pernah hamil sebelum kali ini. Ibu tersebut harus sudah mencari bantuan kesehatan selama kehamilan pertama atau saat persalinan pertama. Ibu dengan anak di bawah dua tahun juga boleh menjadi responden. Kriteria di atas juga berlaku untuk ibu dengan anak di bawah dua tahun.

4. Anggota Multi-Stakeholder Forum (MSF): Anggota yang sudah aktif selama minimal dua tahun. 5. Jurnalis warga: Orang yang sudah aktif sebagai jurnalis warga selama minimal dua tahun.

2.

Identifikasi tempat dan jenis perubahan (

domains of change

)

Domains of change adalah kategori umum yang dapat membantu analisis cerita perubahan. Sebelum mengumpulkan cerita dalam beberapa domains of change, staf Kinerja dan konsultan penelitian memutuskan bahwa cerita perubahan yang akan didokumentasi akan lebih banyak memotret perubahan di sisi penyedia layanan dan di tingkat Puskesmas. Diasumsikan bahwa cerita perubahan yang diceritakan oleh responden akan terkait isu aspek pelayanan publik, tata kelola, dan keterlibatan masyarakat.

3.

Pengumpulan cerita

Pengumpulan cerita perubahan dilakukan oleh dua konsultan penelitian. Keterlibatan konsultan eksternal (bukan staf Kinerja) bermanfaat karena cerita yang dikumpulkan akan menjadi netral dan obyektif. Hal ini terjadi karena responden yang berbagi cerita akan bercerita berdasarkan pengalaman yang sebenarnya. Agar memastikan konsistensi dalam informasi yang direkamkan di daerah yang berbeda, kedua konsultan menggunakan sebuah panduan wawancara saat pengumpulan cerita. Seperti dikatakan di atas, peneliti bertujuan untuk mengumpulkan cerita dengan tiga fokus:

1. Perubahan pelayanan publik; 2. Perubahan tata kelola;

3. Perubahan keterlibatan masyarakat.

Pengumpulan data dilakukan di empat daerah yang sebelumnya dipilih. Selama proses MSC, lebih dari 40 cerita dikumpulkan. Setelah proses pembersihan data, 30 cerita dipilih dari semua daerah.

(10)

Tiap wawancara didokumentasikan dengan menggunakan nama asli pencerita, baik di file audio maupun di file tertulis (transkript dan catatan). Semua file disimpan oleh peneliti dan tim Kinerja di komputer yang terkunci dengan kata sandi. Data tersebut akan disimpan selama sekitar lima tahun sejak awal studi. Setelah ditulis dalam transkript, semua transkripsi digunakan untuk menulis ringkasan 1-2 halaman per cerita.

4.

Proses pemilihan cerita

Pada tahap ini, Kinerja melakukan lokakarya mini untuk memilih cerita yang paling signifikan sebagai bahan pembelajaran ke depan. Lokakarya yang dihadiri oleh staff Kinerja ini bertujuan mendapatkan validasi dan verifikasi dari staff Kinerja.

Para peserta mendapatkan 39 cerita dan ditugaskan untuk mendiskusikan dalam kelompok dan memilih lima cerita yang dianggap menunjukkan perubahan yang paling signifikan. Setiap kelompok membaca cerita yang mereka pilih dengan nyaring dan menjelaskan alasannya. Kemudian, semua peserta diminta untuk memberikan tanggapan dan mendiskusikan cerita tersebut, hingga akhirnya mereka dapat membuat kesepakatan tentang cerita-cerita perubahan yang paling signifikan. Cerita yang terpilih dapat dilihat di bab berikutnya, Perubahan yang Paling Penting.

Setelah diskusi terakhir, semua peserta sepakat ada tiga cerita perubahan yang paling signifikan, yaitu: 1. De i yawa : Kota Singkawang, Kalimantan Barat

Cerita ini berisi ringkasan informasi dari tiga pencerita yang berbeda. Setiap pencerita adalah anggota MSF di Kota Singkawang. Cerita ini dipilih karena menunjukkan informasi penting sebagai berikut:

 Melalui Kinerja, anggota MSF di Kota Singkawang dapat mengakses informasi terkait kebijakan pemerintah. Pencerita (Mayuri) menjelaskan bahwa sebelum proram Kinerja, anggota masyarakat sering tertipu di unit pelayanan kesehatan, dan mereka bingung terhadap tarif dan prosedur rujukan. Setalah Kinerja bekerja di Kota Singkawang, masyarakat merasa lebih berdaya karena mereka mendapat informasi yang jelas. MSF berperan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat. Seluruh peserta lokakarya sepakat bahwa cerita ini menunjukkan perubahan, yaitu peningkatan transparansi dan keterbukaan informasi, yang diharapkan muncul karena program Kinerja.

(11)

2. Pe u aha i dset : Sambas, Kalimantan Barat

Cerita ini dipilih sebagai salah satu cerita terpenting oleh peserta lokakarya, dengan alassan sebagai berikut:

 Pencerita percaya bahwa program Kinerja merubahkan mindset (pola pikir) staf Puskesmas. Sekarang, staf tersebut menganggap diri mereka sebagai agents of change (agen perubahan) dalam peningkatan status kesehatan masyarakat setempat.

 Perubahan mindset juga terjadi di tingkat masyarakat. Perubahan ini dapat dilihat dengan keterlibatan masyarakat dalam MSF, melalui mengikuti survei pengaduan dan memberikan umpan balik kepada staf Puskesmas.

3. Si Je pol Ma ep, pelaya a epet: Probolinggo, Jawa Timur

Peserta lokakarya menyetujui bahwa tujuan utama program Kinerja adalah peningkatan pelayanan publik. Cerita dari Probolinggo ini menggambarkan inovasi lokal yang menggunakan sistem fingerprint (sidik jari) untuk menemukan data pasien. Sistem ini dianggap sebagai sistem yang berhasil karena berdampak sangat positif kepada kepuasan masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas. Inovasi ini juga dianggap dapat meningkatkan jumlah masyarakat yang menggunakan puskesmas.

4.

Keterbatasan

Pada awalnya, studi ini dilaksanakan untuk menjelaskan perubahan di sisi pengguna layanan yang fokus pada puskesmas sebagai unit analisis. Oleh karena ini, cerita di luar dua kriteria ini tidak dapat didokumentasikan.

Selama periode pengumpulan cerita, sebagian pengguna layanan (anggota masyarakat) hanya diam dan malu karena mereka tidak nyaman bicara dengan orang yang baru mereka kenal. Karena wawancara dilakukan berdasarkan persetujuan sukarela, cerita yang dikumpulkan dapat menjadi bias dan lebih didominasi oleh pencerita yang lebih percaya diri dan suka bicara.

Tantang lain dalam penggunaan MSC adalah kesulitan pemilihan cerita oleh peserta lokakarya karena hamper semua cerita dianggap penting. Selain itu, pencerita sering menceritakan pengalaman mereka dengan banyak detil, sehingga peserta lokakarya sering tidak yakin tentang poin yang ingin disampaikan oleh si pencerita.

(12)

Perubahan Paling Signifikan

Berikut adalah 15 cerita yang dianggap terpenting oleh peserta lokakarya pemilihan cerita perubahan paling signifikan.

Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat

Perubahan Mindset

(Marzini, Kepala Puskesmas Semparuk)

Gambar 1. Marzini, Kepala Puskesmas Semparuk

Pak Marzini adalah Kepala Puskesmas Semparuk, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat, yang telah menjabat di fasilitas layanan kesehatan ini sejak satu tahun yang lalu (2014). Sebelumnya, dia menjabat menjadi Kepala Puskesmas Sungai Kelambu, masih di Kabupaten Sambas. Walaupun baru menjabat satu tahun di Semparuk, Pak Marzini telah mengetahui program Kinerja sesuai jabatannya di waktu itu dan aktif mengikuti kegiatan yang diselenggarakan. Kegiatan-kegiatan itu diantaranya adalah lokakarya janji layanan, berbagai pertemuan di berbagai tingkat, baik itu di tingkat kecamatan, kabupaten, sampai tingkat provinsi. Bahkan selama 1 tahun menjabat di Semparuk, dia sudah 3 kali menjadi narasumber untuk menyampaikan perubahan yang terjadi di puskesmas tersebut setelah ada program KINERJA. Salah satunya, dia menyampaikan

testimoni dalam acara berbagi ke kabupaten lain, bertempat di Pontianak.

Dari kegiatan yang dia ikuti dengan aktif, Pak Marzini dapat merasakan banyak perubahan yang terkait dengan Kinerja pelayanan Puskesmas terhadap penyedia layanan. Menurutnya, dasar dari perubahan itu dan yang juga merupakan perubahan paling penting adalah perubahan mindset (cara berpikir).

...Karena apapun segala yang kita lakukan tindakan kita tuh berawal dari apa yang kita pikirkan. Nah kalau kita sebagai petugas sudah

mau merubah puskesmas jadi lebih baik, apapun yang kita lakukan ini kan juga mindsetting yang ada di masyarakat. Nah kalau dia menganggap yang memberi masukan ke puskesmas maka mereka akan memberi masukan sesuai alur. Jadi bukan dengan emosional. Ya jadi menurut saya yang terpenting dari sini dengan adanya Kinerja yang paling saya rasakan adanya perubahan pola

De ga ada ya Ki erja ya g di puskesmas perubahan signifikan yang dirasakan adalah perubahan pola pikir. Pertama, kita sebagai petugas tidak hanya mengerjakan rutin tapi kita ini sebagai agen perubahan yang membuat puskesmas itu semakin

aju…

- Marzini

(13)

Jadi, intinya kalau dulu mungkin dengan adanya kritikan puskesmas merasa ada perlawanan gitu kan, tapi dengan sekarang justru puskesmas ini ingin dikritik terus...

- Marzini Kepala Puskesmas Semparuk pikir mindset daripada semua elemen yang ada di masyarakat...

Dari perubahan mindset ini, Pak Marzini menyebutkan dampaknya. Dulu, fungsi perencanaan hanya menjadi tugas pimpinan puskesmas. Para petugas di bawah kepemimpinan kepala puskesmas hanya menjalankan tugas. Setelah cara berpikir berubah dari semua staf, mereka memiliki pemikiran bagaimana ingin memajukan puskesmas dan memiliki rasa tanggung jawab untuk bersama mengubah puskesmas menjadi lebih baik.

Contoh dari ide-ide itu adalah masukan terkait tampilan fisik puskesmas, misalnya tampilan loket, ruang tunggu, dan tampilan poster, yang semuanya ditujukan agar orang yang datang berku ju g erasa ya a . ..seperti hotel begitu...artinya 50% orang yang datang ke sini tuh sudah se buh pe yakit ya.. , begitu katanya. Pak Marzini dapat melihat ada petugas puskesmas yang betul-betul menjadi petugas di loket sebagai petugas yang menjalankan 3 S, Senyum Salam Sapa. Dalam hal ruang tunggu dan tampilan poster, para petugas di Puskesmas memberikan usulan ide dan modelnya, dan ide tersebut dilaksanakan.

Selain perubahan cara berpikir dari para petugas puskesmas, Pak Marzini juga melihat adanya perubahan keterbukaan dari mereka untuk menerima masukan dari masyarakat. Sebelum ada program Kinerja, cara pandang puskesmas terhadap pengaduan dari masyarakat sebagai suatu kritik. Sekarang, setelah ada perubahan cara berpikir dan

keterbukaan, puskesmas memiliki kesiapan untuk memandangnya sebagai masukan dan saran.

Gambar 2. Tata Cara Pengaduan di Puskesmas Semparuk

Masukan dari masyarakat ditampung dalam sistem puskesmas ke dalam alur pengaduan. Saluran yang digunakan adalah call center, baik itu SMS atau telepon, dan formulir pengaduan apabila pasien langsung datang ke puskesmas. Puskesmas akan tanggap dalam menerima pengaduan itu selama pasien pun mengikuti alurnya. Adanya informasi mengenai hal tersebut yang disosialisasikan puskesmas kepada masyarakat, telah dirasakan manfaatnya.

(14)

pelayanan itu dibuat sistematis sehingga tidak berbelit-belit. Pasien mendaftarkan diri di loket, dari loket langsung ke pemeriksaan fisik, dilanjutkan ke bagian pelayanan, ke apotik untuk mengambil obat, dan langsung pulang. Ketika ditanya perbedaannya dengan dulu, dia menyebutkan, dulu tidak ada alur yang ditentukan dan dipajang, sehingga tidak diketahui pasien.

Pak Marzini menyebutkan contoh lainnya. Pernah menerima pengaduan tentang bidan desa dari masyarakat yang masuk melalui telepon. Pengaduan itu adalah mengenai pembayaran tarif yang di luar ketentuan. Tahapan yang dilakukan kemudian adalah mencatat pengaduan tersebut ke dalam formulir pengaduan yang ada di puskesmas. Kemudian, Pak Marzini memanggil bidan yang bersangkutan untuk ditanyakan kejadiannya. Ternyata, permasalahan tersebut disebabkan oleh kesalahan penyampaian dan pemahaman. Yang menurutnya juga, hal itu umum terjadi. Setelah itu, pihak puskesmas memanggil warga yang menyampaikan pengaduan dan menjelaskan permasalahannya. Saat itu, kata Pak Marzini, kedua belah pihak dapat menerima dan menyelesaikan masalahnya. Kepala puskesmas ini menambahkan, seandainya masalah tak dapat diselesaikan di puskesmas, maka akan dibahas di tingkat dinas. Namun, hal ini belum terjadi dan masalah yang ada dapat diselesaikan di puskesmas.

Selain perubahan paling penting dan menjadi dasar dari perubahan yang telah disebutkan, Pak Marzini menyampaikan adanya perubahan dalam sistem pemantauan di pelayanan KIA, khususnya untuk peta ibu hamil dan kantung persalinan berkelanjutan. Perbaikan dalam peta ibu hamil memudahkan dan menjadi alarm untuk memantau masalah di desa.

Dalam kantung persalinan, dia mengatakan dulu kantung persalinan itu hanya 1 dan tidak berkelanjutan. Sekarang, dibuat menjadi

kantung persalinan berkelanjutan. Hal ini memudahkan untuk melihat ibu hamil risiko tinggi. Setelah bersalin, datanya dipindahkan ke kantung IMD, kemudian setelah selesai dilanjutkan ke kantung ASI eksklusif, berpindah ke kantung BGM jika dibutuhkan setelah 6 bulan. Adanya warna yang berbeda pun memudahkan untuk dipantau. Warna tidak berisiko tinggi yang hijau, yang ringan berwarna biru, dan yang tinggi berwarna merah. Dengan demikian, pemantauan tidak hanya selesai pada saat masa bersalin. Para petugas KIA dapat mengetahui dan memantau sampai proses kelahiran dan pertumbuhan balitanya. Namun demikian, Pak Marzini menyadari, hal ini memerlukan pemantauan terus menerus. Kalau tidak dipantau, kartu-kartu itu kemungkinan tidak berpindah dari satu kantung ke kantung lainnya.

Gambar 3. Bupati Sambas melihat dokumentasi perbaikan layanan di Puskesmas Semparuk

(15)

Kehadiran MSF dan JW sangat membantu dalam menjadi saluran aspirasi antara masyarakat dan puskesmas. Mereka mempermudah koordinasi karena biasanya masyarakat sering emosional ketika menyampaikan keluhan-keluhannya. Namun demikian, masih ada beberapa dari anggota MSF yang masih belum paham, sehingga memperlambat proses komunikasi. Menurut Pak Marzini, pemahaman mereka perlu ditingkatkan terutama dalam memahami peran dan fungsi masing-masing lembaga.

Selain itu, MSF dan JW belum memiliki wadah yang jelas setelah program Kinerja selesai.

(16)

Nilai Kemanusiaan

(Nurul Fauzah, MSF Sejangkung)

Gambar 1. Ibu Nurul Fauzah, MSF Sejangkung berpose bersama konsultan Kinerja.

Ibu Nurul Fauzah adalah salah seorang anggota Forum Multi-Stakeholder (MSF), bergabung sejak tahun 2011, di Kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas. Selain sebagai anggota MSF, Bu Nurul juga adalah anggota Dewan Kesehatan Rakyat, kader posyandu, dan kader PAUD. Unsur-unsur MSF dan Jurnalis Warga di Kecamatan Sejangkung berasal dari KUA, PKK, Remaja Siaga, organisasi donor darah, Badan Penyantun Puskesmas, dan lain-lain. Anggota MSF ada 10 orang, dengan keaktifan 80% saat pendampingan dan sudah hanya tinggal setengahnya saat sekarang. Kegiatan yang diikuti oleh Bu Nurul adalah berbagai pelatihan, termasuk pelatihan jurnalisme warga, lokakarya mini, dan pertemuan di tingkat kabupaten. Dalam kegiatan jurnalisme warga, Bu Nurul mengatakan dia tidak terlalu aktif dan lebih fokus ke MSF. Namun, dia tahu apa yang dilakukan oleh jurnalisme warga adalah menyebarkan informasi tentang kejadian ibu dan anak, perkembangan posyandu, dan kegiatan di kecamatan dan desa. Informasi dikirimkan oleh JW kecamatan ke PKBI sebagai koordinatornya. Namun karena sarana terbatas, tanpa ada laptop dan kamera, maka informasi disampaikan via SMS/telepon.

Bu Nurul cukup memahami tugasnya sebagai anggota MSF. ....kita i i se agai o o g masyarakat juga sebagai corong dari pemerintah dan lembaga kesehatan. ..yang paling kami rasakan yah berkaitan dengan kebijakan pemerintah. Ohhh.. aturan seperti ini ini, karena ini harus alurnya begini. Kemudian kita bisa menyampaikan ke masyarakat, ya paling tidak lingkungan kita pribadi kita termasuk posyandu, kemudian temen-temen dekat kita sampaikan. Ohhh alur kegiatan puskesmas gini ini... bayar kontribusi sumbangan itu disampaikan.. ketika itu kan jampersal masih ada. Jadi kita ikut sosialisasikan jampersal bahwa jangan sampai melahirkan tidak standar lah, kita arahkan ke puskesmas atau ke polindes. Itu yang kita i gi ka ...

(17)

mudah karena memang program itu memudahkan masyarakat dan mereka tinggal mengarahkan. Namun saat diubah menjadi BPJS, masyarakat mengeluh dan pernah ada yang kembali ke dukun kampung untuk melahirkan, khususnya bagi keluarga miskin. Untungnya, di Sejangkung, kemitraan bidan dan dukun kampung sudah dibuat. Sehingga, walaupun masyarakat datang ke dukun, tetap terarah untuk melahirkan dengan bidan.

Perubahan lain yang dirasakan Bu Nurul adalah perubahan pengetahuan tentang pembuatan kebijakan, diantaranya memahami BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) dan cara menghitung pemasukan dan pengeluaran di puskesmas. Selain pengetahuan, dia merasa kepeduliannya makin bertambah.

Perubahan ini dirasakan karena saat menghadiri lokakarya yang dilakukan PKBI, mereka menyampaikan studi banding di wilayah lain, NTB dan NTT. Dari kasus 20 kematian bayi tiap tahun, menjadi nol. Informasi itu membuat Bu Nurul dapat melihat bahwa kondisi itu bisa diperbaiki, bayi dapat diselamatkan, dengan bekerja dengan semua stakeholder.

Pemahaman ini, membuat rasa kemanusiaannya semakin berkembang. Dia menjadi senang sebagai anggota MSF karena merasa memiliki teman seperjuangan. Selain itu, wadah ini membuatnya dapat mengakses berbagi informasi yang dia butuhkan dan untuk saling membantu sesuai kemampuan.

Perubahan paling penting yang dirasakan Bu Nurul adalah perubahan pelayanan publik tadi dan yang mendasarinya adalah pengembangan rasa kemanusiaan. Rasa kepedulian sebagai bagian dari nilai kemanusiaan ini, menurutnya, merupakan dasar yang penting untuk melakukan perubahan.

...memang kita ini harus peduli dengan kader-kader sekitar terutama untuk penanganan ibu-ibu. Ini karena rawan masalah kematian ibu dan anak ini. Saat melahirkan ini yang perlu kita garis bawahi kalau menurut saya..

Selain berbagai perubahan positif ini, Bu Nurul menyayangkan tidak adanya pengukuhan MSF sebagai lembaga yang diakui. Menurutnya, jika MSF memiliki SK, MSF akan punya keleluasaan untuk bergerak dan setidaknya ada anggaran yang dialokasikan. MSF sebenarnya tidak menuntut harus ada gaji. Namun setidaknya, anggaran dapat digunakan untuk dana transportasi untuk pergi menghadiri pertemuan atau melakukan kunjungan ke desa-desa lain. Khususnya desa yang jauh ke arah pantai dan ke arah pedalaman.

Ide lain yang disebutkan Bu Nurul adalah keanggotaan MSF sebaiknya menggunakan sistem perwakilan desa atau dikuatkan melalui lembaga di desa yang ada, misalnya PKK. Dengan sistem perwakilan, setiap anggota MSF di desa dapat meminta kepada pemerintah desa untuk mengalokasikan anggaran. Ketika keanggotaan MSF berbasis unsur di kecamatan, menurutnya, menjadi sulit karena tidak punya saluran pendanaan.

Saya juga dulu kan ndak begitu perhatian yah dengan ibu hamil segala macam kan.

Orang meninggal melahirkan dan

(18)

Persalinan Aman

(Bu Narti & Bu Eliah, Bidan Puskesmas Semparuk)

Gambar 1. Salah satu bidan Puskesmas Semparuk berpose di depan kantong persalinan

Ibu Narti dan Ibu Eliah adalah bidan dari Puskesmas Semparuk, Kabupaten Sambas dan bekerja di wilayah cakupannya. Mereka tidak mengikuti kegiatan pendampingan langsung yang dilakukan oleh staf dari Kinerja, namun mengikuti pertemuan bulanan yang difasilitasi kepala puskesmas. Dalam pertemuan itu, apa yang didapatkan dari Kinerja oleh kepala puskesmas dan bidan koordinator, disampaikan ke mereka. Sehingga, mereka turut merasakan pengaruh dan perubahan dari adanya Kinerja. Perubahan-perubahan yang dirasakan oleh kedua bidan ini sangat banyak. Perubahan itu diantaranya adalah kemitraan bidan dan dukun kampung yang terkait dengan persalinan aman, adanya pojok laktasi, kualitas IMD (Inisiasi Menyusui Dini), pentingnya ASI Eksklusif, peta ibu hamil dan kontrolnya, juga kepuasan pasien yang ditampung dengan kotak saran. Keberadaan MSF disebutkan juga oleh mereka sebagai bagian penting dari perubahan tersebut, walaupun mereka tidak terlalu paham dengan rinciannya.

Kedua bidan ini menjelaskan lebih jauh dari masing-masing perubahan. Dalam hal kepuasan pasien, mereka menyebutkan ada kuesioner

yang diberikan kepada ibu dan pasien. Setiap bagian dari pelayanan dan petugasnya, ditanyakan kepada pasien dan mereka mengisi sendiri. Bidan kadang hanya memandu dalam penjelasan pertanyaannya. Setelah diisi, kuesioner itu dimasukkan ke dalam kotak saran. Namun, hak untuk membuka kuesioner itu adanya di bidan koordinator yang dilakukan sebulan sekali. Mereka tidak tahu hasilnya. Menampung aspirasi pasien tidak hanya dilakukan di puskesmas dengan cara menggunakan kuesioner. Menurut mereka, pentingnya partisipasi pengguna layanan ditanamkan untuk dijalankan di posyandu. Puskesmas Semparuk pernah menerima masukan dan saran dari ibu balita dalam menjalankan pelayanan di posyandu. Misalnya, ibu balita meminta agar kegiatan penimbangan balita dan pemeriksaan kehamilan dilakukan terpisah, tidak digabung. Ide tersebut didengarkan oleh bidan dan langsung dijalankan.

Perubahan dalam persalinan aman sudah terasa juga. Persalinan aman ini adalah persalinan dengan tenaga kesehatan, bukan oleh dukun kampung. Sebelumnya, banyak sekali masyarakat yang masih melahirkan ke dukun kampung. Sekarang ini, dengan adanya kemitraan bidan dan dukun kampung, persalinan aman jadi meningkat.

...kada g asih ada de ga duku juga. Kalau dulu kan sebelumnya kan mungkin dengan alasan katanya sih kepepet, ndak sempat dibawa kebanyakan kan gitu. Alasannya, jadi sekarang itu kan emang ditekankan supaya bersalin tu di fasilitas kesehatan. Itu banyak membantu. Membantu kami lah petugas yang di desa kenapa karena kita kalau ke rumah pasien tuh, kan belum tentu kita bisa bawa alat banyak-banyak kan, naaah itu biasanya jadi

(19)

Pertemuan-pertemuan dilakukan terlebih dahulu di tingkat dusun sampai kemudian ke tingkat desa untuk menjelaskan pentingnya persalinan oleh tenaga kesehatan. Dari pertemuan tersebut, dilakukan penandatanganan surat kesepakatan antara bidan dan dukun kampung. Setelah ada sosialisasi, para dukun kampung mau menandatangani surat kesepakatan dan saat ini peran mereka menjadi lebih sebagai pendamping saja. Dengan adanya kemitraan ini, tentunya ada konsekuensi menanggung intensif untuk dukun kampung saat mendampingi kelahiran oleh bidan. Mereka memberikan uang senilai Rp30.000 kepada dukun kampung. Sementara penghasilan lain, biasanya dukun kampung mendapatkannya dari pihak keluarga. Di acara selamatan bayi, biasa disebut dulangan, dukun kampung biasanya mendapatkan beras, kain, ikan, dll.

Dampak dari kemitraan ini, setidaknya di desa cakupan kedua bidan, persalinan oleh tenaga kesehatan sudah 100%. Tapi kadang memang terjadi kelahiran normal yang mudah dan tidak berisiko, disebut oleh bidan langsung berojol . Dukun kampung biasanya tetap menelepon dan menghubungi mereka untuk memberitahukan kejadian tersebut.

Perubahan lainnya adalah adanya pojok laktasi. Dulu, tidak ada ruang khusus bagi ibu menyusui yang datang ke puskesmas untuk memeriksakan diri. Kini, di ruang ini, sudah dibuat pojok laktasi

dan para ibu menyusui menjadi merasa nyaman.

IMD kini sudah menjadi bagian dari SOP pelayanan bidan untuk melahirkan. Dulu, setelah memotong tali pusat bayi, biasanya bayi langsung dibersihkan. Sekarang, tidak dibersihkan dulu tapi ditempel ke dada ibunya agar dapat mencari puting susu sendiri.

Terkait ASI Eksklusif, sekarang ini, bidan lebih menekankan pentingnya menyusui dengan ASI saja selama 6 bulan kepada ibu bayi karena sudah mengerti alasannya. Rata-rata, ibu bayi paham dengan hal itu. Namun terkadang, nenek dari bayi atau keluarga besar lainnya menyuruh hal lain. Jadinya, ada saja yang tidak jujur. Ibu bayi mengatakan memberikan ASI Eksklusif, kenyataannya mereka memberikan makanan tambahan. Ketika menghadapi hal itu, bidan memperlihatkan atau menyebutkan bayi lain yang mendapatkan ASI Eksklusif termasuk pertumbuhannya. Biasanya, hal ini dapat mengubah pemikiran ibu bayi kembali.

Adapun perubahan penempatan data di kantong persalinan berkelanjutan dan peta ibu hamil, kedua bidan menyebutkan pengaruh baiknya. Mereka dapat lebih mudah memantau kasus ibu dan bayi risiko tinggi. Dengan demikian, mereka bisa bersiap dan mengantisipasi risikonya. Data tersebut diperbaharui setiap satu bulan satu kali.

Gambar 2. Dukun menandatangani MoU Kemitraan Bidan dan Dukun

Kedua bidan mengakui bahwa

program kemitraan bidan dan

dukun kampung sudah ada dari

dulu. Bedanya dengan program

Kinerja ini, tahapannya dirinci dan

(20)

Dari semua perubahan tersebut, kedua bidan menyebutkan, yang paling penting adalah perubahan dalam persalinan aman.

(21)

Iya, kalau ada yang cepet mau itu [dilayani] kan jam 8 sudah ada [petugas] gitu kan. Jadi pagi-pagi kan bisa. Gak harus nunggu sore, siang.

- Ria Ibu Hamil, Puskesmas Semparuk

Tidak Harus Menunggu Sampai Sore

(Ria, Ibu Hamil di Semparuk)

Ibu Ria (25 tahun) merupakan salah satu pengguna layanan dari Puskesmas di Semparuk. Ibu Ria sedang hamil anak kedua, dengan usia kandungan tujuh bulan. Beliau menikah pada tahun 2011, kemudian mengalami kehamilan pertama pada tahun 2012 dan kehamilan kedua pada tahun 2015. Selama kehamilannya, Ibu Ria selalu menggunakan jasa pelayanan dari Puskesmas Semparuk baik pada kehamilan pertama maupun yang kedua. Pemeriksaan yang dilalui oleh Ibu Ria diantaranya pemeriksaan tekanan darah, berat badan, tinggi badan, dan pemeriksaan detak jantung bayi. Berdasarkan pernyataan Ibu Ria, beliau juga diberi vitamin, obat penambah darah, dan susu. Selain itu, pihak Puskesmas memberikan beberapa saran untuk beristirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi untuk kesehatan anak.

Ibu Ria memaparkan bahwa Puskesmas Semparuk ini telah mengalami perubahan-perubahan selama beliau menggunakan jasa Puskesmas, diantaranya perubahan dari segi bangunan, penambahan jumlah pegawai, perubahan dalam hal ketepatan waktu dimana Puskesmas sudah mulai beroperasi dari jam 8 pagi (sebelumnya tidak), dan peningkatan kebersihan. Dari semua perubahan yang ada, beliau menyatakan bahwa yang paling penting dari perubahan itu adalah ketepatan waktu, sesuai dengan pemaparannya.

Secara keseluruhan Ibu Ria menyatakan bahwa pelayanan di Puskesmas Semparuk memuaskan.

Ada Petugas dari Pagi

(Aster, Ibu Balita Sejangkung)

Ibu Aster (38 tahun) merupakan ibu dari 4 orang anak, yaitu anak pertama berusia 13 tahun, anak kedua berusia 10 tahun, anak ketiga berusia 6 tahun, dan terakhir baru lahir pada tahun 2015. Ibu Aster sudah lama tinggal di Sejangkung dan dirinya menyatakan telah cukup tahu juga mengenai Puskesmas di Sejangkung. Selama beliau hamil, Ibu Aster selalu memeriksakan kandungannya secara rutin setiap bulannya di Puskesmas Sejangkung. Selama pemeriksaan beliau mengaku telah menerima pelayanan, walaupun tidak semua dia ikuti, misalnya dalam meminum obat/vitamin yang berbentuk tablet.

… iase lah tiap ula pe ikse ka ... pegang perut ini ape bunyi ini dug dug dug geye geye lah pega g pala… i u isasi ikut... keluhan kite lah yah kuncian berate kan diberi obat biase aku kan sakit pala, darah aga kurang, beri vitamin tapi aku terus terang ngomong si, aku takut makan obat pun minum obat ase leket aku hamil anakku seminggu suke muntah sampe ga di makan ape belum telan dah uoooo keluar lagi, tapi habis melahirkan ndak lagi…

(22)

Kota Singkawang, Kalimantan Barat

Hak Pasien

(Bidan Koordinator, Puskesmas Singkawang Utara) Selama 25 tahun bekerja di Singkawang Utara, perubahan-perubahan yang terjadi pada saat program Kinerja dilaksanakan, dapat tergambarkan cukup baik oleh Bidan Koordinator yang satu ini. Program yang meliputi ASI, IMD, dan hal lainnya yang mencakup program KIA yang didampingi oleh Kinerja ini sudah termasuk dalam tupoksi para petugas kesehatan. Sehingga perubahan pertama yang dirasakan merupakan penyempurnaan dari program kesehatan baik dengan adanya pendampingan rutin, pertemuan, dan kunjungan ke fasilitas kesehatan di daerah Singkawang Utara.

Sebelumnya, di puskesmas tidak terdapat ruang laktasi, setelah ada pendampingan dari KINERJA ruang laktasi tersedia. Sama halnya dengan ASI eksklusif dan IMD, perilakunya dapat terlihat pada saat setelah pendampingan KINERJA dilakukan. Begitu pula dengan pasien. Setelah pendampingan, hak-hak pasien tertempel di puskesmas, sehingga pada saat pasien ingin mengetahui mengenai urusan kehamilan, mereka mendapatkan penjelasan mengenai apa saja hak-hak mereka, dan apa saja yang harus mereka dapatkan, dari mulai pemeriksaan laboratorium, 10T, dan lain-lain.

Sebelum pendampingan dari Kinerja, pasien hanya menerima pelayanan saja. Tidak ada informasi terhadap pasien mengenai hal-hal apa saja yang seharusnya mereka dapatkan sebagai haknya.

Pada saat pasien mengetahui haknya, contohnya dalam hal persalinan, salah satu contoh yang paling sering terjadi sebelumnya adalah pemisahan bayi dan ibunya ketika proses persalinan selesai dilakukan. Banyak pasien

yang menahan diri dengan kondisi seperti itu. Mereka tidak berani mengutarakan permintaan untuk didekatkan dengan bayinya hanya karena pemisahan dilakukan oleh bidan. Setelah

hak-hak pasien disosialisasikan, mereka tahu bahwa pada kondisi tersebut, meminta untuk tidak dipisahkan dengan bayinya merupakan hak mereka.

Pasien yang mengetahui hak nya, merupakan perubahan paling penting yang dirasakan oleh Bidan Koordinator dari Singkawang Utara ini. Beliau menegaskan alasannya dengan kalimat berikut.

Ya perlu lah kita instropeksi kita bidan ya, pemberi pelayanan, kekurangan kita di mana, untuk meningkatkan mutu juga. Mutu pelayanan kita, kualitas pelayanan kita... nah, paling ndak itu merupakan bukan mengkritik kita, tapi kita bisa mengintropeksi kita kurangnya di mana gitu.

- Bidan Koordinator, Puskesmas

(23)

Petugas Sudah Lebih Ramah

(Lusi, Ibu Balita, Singkawang Selatan)

Ibu Lusi (35 tahun) adalah ibu balita, sekaligus kader posyandu. Beliau memiliki tiga orang anak, anaknya yang paling kecil berusia 3,5 tahun dan dilahirkan di Singkawang. Beliau jarang pergi ke puskesmas, alasannya karena pekerjaannya yang memang merupakan kader posyandu sehingga lebih terbiasa langsung datang ke posyandu daripada ke puskesmas. Beliau mengatakan bahwa pihak posyandu selalu siap melayani kapanpun. Di Posyandu sendiri, pelayanan yang telah diberikan diantaranya pemberian vitamin, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan kandungan, pemberian makanan tambahan, dan penyuluhan oleh petugas yang datang. Penyuluhan yang diberikan diantaranya tentang gizi, penggunaan air bersih, pemeriksaan ISPA, dan pemeriksaan deteksi dini.

Menurut Ibu Lusi perubahan dari segi pelayanan di posyandu sudah lumayan. Perubahan yang terasa yaitu kecepatan dalam respon pelayanan, diistilahkan oleh beliau adalah epat ta ggap beliau menyatakan bahwa ki i tidak ada istilah ga isa u ka e a tetap langsung ada penggantinya, jadi tidak ada penundaan untuk pelayanan balita dan ibu hamil.

Kemudian beliau membedakan metode perlakaun bayi sesaat setelah melahirkan, di mana beliau alami sendiri. Anaknya yang pertama dan kedua (yang lahir di luar daerah Singkawang) setelah dilahirkan, langsung dibersihkan sebelum selanjutnya disusui pertama kalinya. Sedangkan anaknya yang lahir di Singkawang yaitu anak ketiganya, setelah dilahirkan tidak dibersihkan terlebih dahulu, langsung dibiarkan mencari puting susu ibunya. Sedangkan anak pertama dan kedua berbeda, dimana inisiasi menyusui dini diberi arahan dengan menggunakan kain saat mencari puting ibunya.

Saat pertama kali memiliki anak yang kedua, Ibu Lusi mengakui bahwa anaknya tidak diberikan ASI Eksklusif, beliau hanya sempat memberikan ASI selama satu bulan, ke etula a ak ke 2 itu habis melahirkan saya sakit malaria jadi ga boleh nyusu terus, begitu alasannya. Untuk anaknya yang ketiga beliau mengatakan bahwa anaknya diberi ASI Ekslusif selama 6 bulan. Perubahan secara fisik yang terlihat oleh Ibu Lusi yaitu kondisi lingkungan yang awalnya kurang tertata sekarang sudah lumayan. Ada peningkatan di mana disebutkan bahwa kondisi di dalam sudah lumayan nyaman dibandingkan di luar.

…Kalau di dala sudah agus seda gka kondisi di luar mungkin akan riskan saat hujan gerimis atau saat keadaan puskesmas penuh seperti ya le ih e a taka …

Perubahan yang paling penting menurut beliau adalah aspek pelayanan di puskesmas, terutama pelayanan oleh petugas.

(24)

Demi Nyawa

(Bu Hatijah, Bu Yeti, Bu Alusia, Pak Waldi, dan Pak Mayuri – MSF Singkawang)

Gambar 1. Suasana pertemuan MSF dan puskesmas

Kelima anggota MSF Singkawang ini ditemui setelah mereka mengikuti sesi sosialisasi rencana survey kepuasaan dari Dinas Kesehatan Kota Singkawang. Empat dari lima orang tersebut (dari MSF Singkawang Utara, Singkawang Selatan, dan Singkawang Barat) adalah orang yang aktif saat program pendampingan langsung dari Kinerja dilakukan dari sejak tahun 2012 sampai dengan 2014. Satu yang lain, yaitu Bu Alusia, adalah MSF dari Singkawang Timur yang baru dibentuk oleh Dinas Kesehatan Kota Singkawang sebagai tindak lanjut untuk meneruskan program Kinerja secara mandiri. Kelima orang yang diwawancarai ini adalah juga kader dan tokoh masyarakat di tempat tinggalnya, sekaligus sebagai PSM (Petugas Sosial Masyarakat) yang dinaungi oleh Dinas Sosial.

Sebelum MSF yang kemudian dinamai Forum Peduli Kesehatan Kota Singkawang, mereka sudah terbiasa berhadapan dengan masyarakat untuk mendukung berbagai penyelesaian kasus sosial dan kesehatan. Misalnya untuk kekerasan rumah tangga, kasus HIV/AIDS, TB, dan lain-lain. Dengan adanya MSF, kini cakupan pekerjaan mereka menjadi semakin luas ke arah KIA juga.

Perubahan yang mereka rasakan setelah adanya program Kinerja adalah terkait program pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), namun berdampak juga pada bidang kesehatan secara umum. Perubahan itu diantaranya adalah adanya janji perbaikan layanan. Pelayanan dari petugas yang awalnya banyak yang tidak ramah, sekarang menjadi banyak yang ramah. Alur pelayanan jelas, sehingga mempermudah pasien untuk berobat. Secara fisik, letak loket dan kursi, baik penempatan dan jumlahnya, menjadi lebih memudahkan dan teratur. Kemitraan bidan dan dukun kampung menjadi semakin menguat dan bertambahnya dukun kampung yang mau bermitra. Penyadaran IMD dan ASI Eksklusif menjadi semakin menyeluruh. Terkait ASI, di puskesmas pun sudah disediakan ruang menyusui khusus. Kesadaran masyarakat, khususnya ibu balita untuk mengikuti pelayanan posyandu, semakin meningkat.

Selain itu, jejaring mereka sendiri semakin luas dan hal ini mempermudah mereka untuk berkoordinasi dengan puskesmas. Puskesmas menjadi lebih banyak memberikan dan kemudahan terhadap peranan MSF. Satu kejadian mengesankan lain disebutkan, mereka lebih dilibatkan lagi dalam membuat video mengenai Forum Peduli Kesehatan Kota Singkawang.

Dari perubahan-perubahan yang dirasakan tersebut, beberapa diantaranya diperjelas oleh mereka. Pak Mayuri mengatakan, bahwa alur rujukan yang jelas mempermudah masyarakat. Mereka tahu kapan dan bagaimana ketika kasus dirujuk ke puskesmas sampai ke rumah sakit. Itu artinya, menurutnya, kehadiran MSF sudah menjalar ke rumah sakit juga.

(25)

Jejaring kemitraan para kader PSM(Petugas Sosial Masyarakat) ini, setelah masuk menjadi anggota MSF, meluas ke para pemangku kebijakan kesehatan terkait. ...de ga ada ya MSF ini kami juga lebih kenal MSF itu karena dari Dinas Kesehatan ini sering mengundang kepala Puskesmas, nah, di sini kami dikenalkan oleh kepala dinas kesehatan, kami adalah MSF. Tetapi diluar sana kami juga adalah dikenal dari dinas-dinas tertentu sebagai PSM gitu. Jadi kami semakin semakin kuat gitu. Kami ini kan tidak dibayar... ya yang jelasnya kami semakin banyak orang yang peduli, kepada pekerjaan sosial ini, untuk membantu orang lain nah kami semakin seneng gitu. Mangkanya kami dari Timur, Barat, Selatan, Utara, itu akan kami jejaki semuanya agar semua dapat terbantu de ga aik...

Terkait perubahan kesadaran masyarakat tentang ASI Eksklusif, Bu Hatijah menyampaikan contoh kejadian. Dalam pemberian ASI Eksklusif, ada mitos-mitos yang diyakini oleh masyarakat. Misalnya, ketika puting susu belah, ibu tidak memberikan ASI.

...kalau anak saya meninggal, lagi bagaimana? Katanya bu ya. Ndak, kata saya, Alhamdulillah terjamin. Dicoba. Saya bilang Ibu, dibersihkan karena kalau ibu dah hamil empat bulan, kepala puting ini sudah kita bersihkan, setiap hari mandi, vitamin makan makanan yang ini bu. Untuk mengandung air susu, ibu hamil sekian makanannya. Kayak ini ada di dalam buku [ uku KIA]. “oalnya dia kan ndak sekolah juga, jadi kita liat di buku KIA, cara caranya... Buku KIA kan bergambar, kalau tanda-tanda ibu hamil, yang berisiko seperti ini cepat dikasihtahu. Lalu untuk ini, dia belum melahirkan. Masa hamilnya udah hampir sampai dia sembilan bulan, saya suruh, coba bu nanti ini setiap dia ke Posyandu saya liat bu, kepala putingnya, agaknya udah ndak ndak gitu lagi bu. Ndak berbelah. Itulah dicuci, dengan saya tadi dapet ilmu dari ibu bidan yang di itu,

saya turunkan ke ibu yang hamil. Jadi setiap ibu hamil, setiap bulannya saya kumpulkan, saya tanya hamil ke berapa, kalau sudah [kehamilan] ketiga itu, saya sarankan tidak boleh melahirkan lagi. Kesian dengan adek-adeknya yang lai a ti tidak isa sekolah...

Gambar 2. Bidan Puskesmas Singkawang berfoto bersama ibu dan balita pengguna layanan puskesmas.

Terkait dengan kelahiran oleh tenaga kesehatan, Bu Hatijah menyebutkan ada upaya yang dilakukan agar jumlahnya meningkat. Ibu hamil diajak olehnya untuk terus memeriksakan diri di posyandu. Bu Hatijah juga menyebutkan, khusus di desanya, karena ayahnya adalah kepala desa, dia memasukkan kelahiran oleh tenaga kesehatan ke dalam kebijakan desa. Kebijakan desa itu mencantumkan, jika kelahiran dibantu oleh dukun kampung, anak tidak akan mendapatkan akta kelahiran. Dengan cara itu, ibu-ibu memilih melahirkan oleh tenaga kesehatan dibandingkan oleh dukun kampung. Bu Hatijah pernah mengetahui kejadian menyedihkan di mana ada bayi meninggal karena sudah 3 hari bayi tidak lahir-lahir dan sudah ada komplikasi. Ketika dibawa ke puskesmas, sudah terlambat dan tak dapat diselamatkan. Maka dari itu, kebijakan wajib lahir oleh tenaga kesehatan menurutnya sangat penting.

(26)

hamil. Dia pernah berhasil mengubah keadaan keacuhan suami kepada istrinya yang tengah hamil. Ada seorang ibu hamil yang sering keguguran dan menanyakan apa yang menjadi masalahnya. Setelah ditelusuri, ternyata walau sedang hamil, suaminya tidak membantunya ketika harus mengerjakan pekerjaan fisik yang berat.

Baya gka u, [si suami] membeli beras, dia suruh istrinya yang bawa. Dipikul. Itu kita liat sendiri, makanya kita pa ggil sua i ya...

Setelah dipanggil, mereka berikan penjelasan. Rupanya memang dia tidak tahu. Setelah diberitahu, akhirnya perilaku suaminya berubah. Sekarang kehamilan istrinya sudah menginjak usia sekitar 7 bulan. Suaminya tidak lagi membiarkannya melakukan pekerjaan berat. Dan perubahan yang dirasakan Bu Alusia ini tidak mungkin terjadi kalau dia tidak menjadi anggota MSF, yang memang diberikan informasi mengenai KIA.

Semua anggota MSF ini sepakat bahwa pengetahuan sangat penting. Mereka berupaya menambah pengetahuan masyarakat dengan berbagai penyuluhan. Namun, memang selalu ada saja yang tetap sulit berubah. Ketika menghadapi situasi ini, MSF biasanya melakukan pendekatan dan penyuluhan pintu ke pintu. Cara ini lumayan berhasil walau memang butuh waktu.

Perubahan paling penting menurut kelima orang ini berbeda-beda. Seperti yang ditekankan sebelumnya, Pak Mayuri melihat perubahan paling penting adalah kemudahan bagi MSF untuk mendapatkan informasi terkait kebijakan, contohnya soal tarif tadi. Sementara Bu Yeti melihat bahwa alur rujukan dan dukungan dinas terhadap ini sangatlah penting. Sehingga, dengan mudah dia dapat mendampingi pasien dan masalah cepat selesai. Hal ini sama dengan yang dilihat oleh Pak Waldi. Bu Alusia menyebutkan perubahan paling penting adalah perubahan pengetahuan mengenai KIA itu sendiri, seperti yang sudah dia sebutkan di kasus suami yang membiarkan dan menyuruh istrinya mengerjakan hal berat. Sementara Bu Hatijah, memilih yang paling penting adalah upaya peningkatan kesehatan KIA sendiri sampai tingkat masyarakat.

Ketika ditanya alasan mengapa memilih pilihan tersebut, Bu Hatijah dengan nyaring langsung mengatakan, ...ya de i yawa, u! Apa lagi kan, kalau uka itu alasa ya? . Pernyataan ini ditanggapi dengan senyuman oleh yang lain, yang juga setuju dengan pernyataannya.

(27)

Komunikasi Petugas Kesehatan dan Pasien

(Ibu Sri Sumiati, Kepala Puskesmas Singkawang Utara)

Gambar 1. Kepala Puskesmas dan staffnya berpose bersama

Ibu Sri Sumiati adalah Kepala Puskesmas Singkawang Utara yang menjabat di posisi tersebut sejak bulan April 2015. Sebelum menjadi kepala di puskesmas ini, dia menjabat sebagai Kepala Puskesmas Singkawang Barat dari sejak tahun 2013. Sehingga, Ibu Sri sudah tahu dan terlibat dalam program pendampingan dari Kinerja sejak beberapa tahun lalu.

Selama pendampingan, Ibu Sri melihat bahwa program tersebut bagus dan dia menandatangi janji perbaikan layanan. Semua petugas patuh dengan apa yang dijalankan, ruangan diperbaiki sehingga lebih menyamankan, SOP sudah ada, alur dibuat, semuanya sudah siap. Jam kerja yang asalnya masuk jam 9 dan pulang jam 12, menjadi masuk jam 8 dan pulang jam 13.30. Di tengah perubahan yang menurut Ibu Sri positif, ada petugas baru yang dimutasi ke Singkawang Barat. Mungkin, karena dia terkejut, petugas baru tersebut tidak terbiasa dan menganggap pimpinan jelek. Dia memprovokasi dan langsung dipindahkan. Sehingga program tetap dijalankan dan sudah membawa perubahan.

Hal lain yang disebutkan Ibu Sri yang turut berpengaruh pada perubahan adalah kehadiran MSF. Mereka menyampaikan keluhan masyarakat.

...Adua itu pu ndak kita terima mentah. Kita lihat dulu, kita dengar benar ndak. Ah siapa pelaksananya, akhirnya kita tatap langsung. Saya bertanya lagi dengan petugasnya, apa benar? Dia gak ngasih jawaban cuman alasannya banyak, biasa lah ya. Tapi kita udah paham yaa. Ya itulah... te tawa

Di Puskesmas Singkawang Barat, Ibu Sri memfokuskan pada program Ramah KIA. Dia memfasilitasi bagaimana agar pelayanan di KIA seramah mungkin. Dan menurutnya, hal ini sudah berubah. SOP sudah dibuat. Kantong persalinan sudah tersedia. Dibuat juga kebijakan PWS untuk persalinannya, dipajang di dalam satu dan di luar satu. Di dalam untuk persalinannya, di luar untuk publik. Hal ini telah diterapkan oleh kepala puskesmas Singkawang Utara dan dipertahankan oleh Ibu Sri.

Menurut Ibu Sri, saat dia masuk ke Puskesmas Singkawang Utara, puskesmas ini sudah masuk daftar ISO untuk akreditasi. Dokumentasi dan administrasi sudah baik. SK-SK disempurnakan.

“Dulu, sebelum dijalankan, Puskesmas Singkawang Barat sepi sekali dari pasien. Para petugas tidak ramah. Ruangan sangat buruk, kotor, dan jorok. Setelah SOP dijalankan dan janji perbaikan layanan ditandatangani, para petugas mulai berubah. Mereka sadar mereka harus ramah. Ruangan menjadi bagus, bersih, dan tidak jorok lagi .

- Sri Sumiati

(28)
(29)

Regulasi ASI Eksklusif

(Ibu Muwati, Staff KIA Dinas Kesehatan Singkawang)

Ibu Haji Muwati adalah staff Dinas Kesehatan dari Seksi KIA di Kota Singakawang. Pada tahun 2012 hingga 2014, beliau menjabat sebagai staff di bidang kespro yang menangani KB, lansia, dan remaja. Lalu kemudian, pada saat evaluasi program Kinerja dilakukan di tahun 2015, Ibu Muwati menjabat sebagai staff di bidang KIA. Pada akhir tahun 2011, sosialisasi program Kinerja mulai dilakukan. Menurut pengakuan Ibu Muwati, pada tahun tersebut beliau masih menjadi bagian dari staff KIA Dinas Kesehatan. Sehingga beliau sempat mengikuti beberapa kegiatan dalam program Kinerja dan dapat melihat beberapa perubahan yang menurutnya terasa signifikan.

Ibu Muwati menyebutkan bahwa program Kinerja berpusat pada peningkatan mengenai IMD dan ASI Eksklusif terutama dalam hal regulasi dan pendampingan-pendampingan khususnya di tiap puskesmas Kota Singkawang. Regulasi yang disampaikan menurut beliau lebih kepada aturan tertulis yang diterapkan semenjak program Kinerja berjalan. Salah satunya adalah kemitraan bidan dan dukun. Pada dasarnya, kemitraan bidan dan dukun tersebut sudah berjalan jauh sebelum program Kinerja dilakukan, namun hal tersebut tidak berjalan dengan efektif terkait belum tersedianya legalitas kemitraan antara bidan dan dukun yang berlaku. Setelah program Kinerja diterapkan, masalah tersebut dapat diatasi dengan membentuk MoU di antara bidan dan dukun yang juga melibatkan pihak-pihak lintas sektoral seperti pemerintah desa, tokoh masyarakat, hingga tingkat walikota yang langsung masuk dalam tahap finalisasi peraturan walikota mengenai persalinan aman. Kemitraan antara bidan dan dukun merupakan salah satu bagian di dalam peraturan tersebut.

..ke a i se e a ya au kita sandingkan dengan perwako IMD dan ASI eksklusif. Cuma kalau di daerah lain kan kalau Sambas kayaknya disatukan ya, disatukan dalam persalinan aman. Kalau kita di sini Singkawang, jatuhnya ASI ya ASI, jadi lebih fokus. Lebih fokus ke p og a itu.

Gambar: Bidan memberikan penyuluhan tentang ASI bagi ibu pengunjung puskesmas

Pernyataan Ibu Muwati tersebut menunjukkan bahwa perubahan program Kinerja terkait adanya regulasi dapat mendorong kebijakan pemerintah Kota Singkawang untuk lebih mendukung hal terkait Kesehatan Ibu dan Anak. Ibu Muwati pun menambahkan, dengan adanya aturan walikota tersebut, proses kemitraan antara bidan dengan dukun memiliki dasar/pondasi untuk diberlakukan.

(30)

yang telah di-SK-kan dan disetujui oleh Bappeda. Bu Muwati menerangkan bahwa MSF ini dibentuk berdasarkan sistem perwakilan dari kota dan kecamatan. Perwakilan tersebut terdiri dari tokoh masyarakat, kader-kader, dan unsur masyarakat lainnya. Saat ini, MSF yang berjalan terdiri dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Singkawang Barat, Kecamatan Singkawang Utara, dan Kecamatan Singkawang Selatan. Bu Muwati pun menyebutkan bahwa dengan adanya MSF pihak petugas kesehatan sangat terbantu dan menjadi lebih leluasa terutama dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Sebelumnya hal tersebut terhalangi oleh beberapa faktor di antaranya keterbatasan tenaga dan waktu para petugas kesehatan. Semua hal banyak dibebankan kepada bidan desa.

Setelah MSF terbentuk, komunikasi dua arah antara masyarakat dan petugas kesehatan dapat terjalin. Contohnya pada saat sosialisasi program, kebanyakan masyarakat sulit memahami terkait program kesehatan, sehingga diperlukan sosialisasi yang jelas dan efektif kepada masyarakat. Di sisi lain, tenaga para petugas kesehatan pun terbatas jumlahnya. Setelah adanya MSF, sosialisasi dapat tersampaikan dengan baik dan bahkan informasi dari masyarakat seperti keluhan-keluhan yang dirasakan juga dapat tersampaikan kepada petugas kesehatan melalui mereka.

Selain sosialisasi, kegiatan yang dilakukan oleh MSF juga salah satunya adalah pertemuan rutin yang dilaksanakan setiap bulan. Pertemuan rutin ini biasanya dilakukan pada hari Sabtu, tergantung dari MSF itu sendiri. Dalam pertemuan rutin itulah MSF mengundang pihak Dinas Kesehatan untuk menyampaikan informasi mengenai program-program terbaru terkait kesehatan yang perlu disampaikan kepada masyarakat.

Pada dasarnya, MSF merupakan sekumpulan unsur masyarakat multi-pihak yang peduli terhadap kerja-kerja sosial namun fokus pada bidang kesehatan.

Melihat MSF dari tiga kecamatan yang sudah berjalan dengan baik, pihak Dinas Kesehatan memutuskan untuk mereplikasi sistem pembentukan MSF ini di dua kecamatan lain di Singkawang yang tidak mendapatkan pendampingan dari program Kinerja. Dua kecamatan tersebut adalah Singkawang Tengah dan Singkawang Timur.

Dari sekian perubahan-perubahan yang terjadi setelah program Kinerja selesai dilaksanakan, Ibu Muwati menegaskan bahwa perubahan yang paling penting dan terasa signifikan menurutnya adalah regulasi terkait ASI eksklusif. Beliau menjelaskan bahwa, walaupun bidan memiliki pengetahuan terkait IMD pada saat pendidikan kebidanan, namun ilmu bisa saja berkembang menyesuaikan dengan kebutuhan. Sebelumnya, peraturan mengenai IMD hanya berlaku untuk setengah jam saja, saat ini sudah berubah menjadi minimal satu jam. Selain itu, sebelum terbentuknya regulasi mengenai ASI ini, banyak penggunaan susu formula yang masuk baik di klinik maupun di Rumah Sakit.

(31)

Setelah regulasi berjalan dan mulai diberlakukan, kualitas kesehatan mulai menunjukkan perubahan dengan beralih pada regulasi yang berlaku. Regulasi ASI eksklusif ini juga turut digalakan dan mendapat dukungan penuh dari Rumah Sakit-Rumah Sakit yang ada di Singkawang.

Kalau IMD jelas tujua ya u tuk keberhasilan ASI eksklusif ya, itu kelanjutannya tadi. Kalau IMDnya dilaksanakan dengan sesuai standar, atau sesuai prosedur, ASInya Insya Allah akan

aik.

(32)

Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur

Peran Serta Masyarakat

(Dr Wahyu, Kepala Puskesmas Sumberasih)

Walau baru menjabat sebagai Kepala Puskesmas Sumberasih kurang dari satu tahun lamanya, Dr Wahyu dapat merasakan perubahan-perubahan dalam hal peningkatan kualitas layanan di Puskesmas maupun peran serta masyarakat, jika dibandingkan dengan tempat tugasnya yang terdahulu, yang kebetulan tidak menjadi puskesmas dampingan Kinerja.

Narasumber mencatat bahwa di wilayah Puskesmas Sumberasih, partisipasi masyarakat sangat menonjol sekali. Kerjasama masyarakat yang diwakili oleh kader posyandu dan MSF sangat baik dan erat. Setiap tiga bulan sekali, ada pertemuan MSF dan puskesmas untuk berdiskusi mengenai masalah atau masukan-masukan dari masyarakat. MSF juga dinilai sudah melaksanakan fungsinya sebagai penjembatan antara Puskesmas dan masyarakat. Biasanya MSF sangat dilibatkan dalam kegiatan Puskesmas. Masyarakat juga dianggap berperan aktif dengan menyampaikan pendapat atau saran ke dalam kotak saran yang disediakan di puskesmas.

MSF juga berperan dalam melakukan survei pengaduan kepada masyarakat. Survey ini bertujuan untuk mendapatkan masukan-masukan langsung dari masyarakat mengenai pelayanan puskesmas dan kesehatan pada umumnya. Mengenai aktifnya MSF di wilayahnya, narasumber mengaku tidak merasa diawasi atau diselidiki oleh MSF.

… kalau saya lihat M“F di sini berperan aktif sekali dan berkontribusi. Kami tidak merasa dihakimi kok, justru senang mendapat masukan-masukan, lagipula kerja MSF ndak

seperti LSM-LSM yang cuma mencari-cari kesalaha .

Untuk meningkatkan kinerja petugas kesehatan, Dr Wahyu mengatakan bahwa beberapa upaya telah dilakukan sebagai terobosan. Diantaranya menetapkan Manager on Duty (MoD) secara bergiliran yang bertugas untuk memastikan bahwa pelayanan puskesmas berlangsung opti al. “etiap Hari Ju at juga diadaka Kelas Nakes ya g berfu gsi sebagai te pat berbagi ilmu atau informasi-informasi terbaru diantara staf puskesmas. Seminggu sekali juga diadakan hari refleksi bersa a , yaitu pe beria motivasi kepada petugas melalui cerita-cerita inspiratif yang dinamakan cerita ceria.

Gambar: Kotak Pengaduan di Puskesmas Sumberasih

(33)

Penguatan SOP dan standar layanan juga dilaksanakan dalam masa pendampingan Kinerja. Menurut Dr Wahyu, sekarang petugas kesehatan melakukan pemeriksaan selalu berdasarkan standar. Kartu kendali diakui sangat membantu didalam memastikan bahwa pelayanan telah diberikan sesuai standar. Apalagi pasien pun diminta untuk mengecek pemeriksaan-pemeriksaan yang mereka terima. Kelas ibu hamil pun menjadi semakin aktif pada saat pendampingan Kinerja. Pada saat kelas ibu hamil ini, ibu hamil diberikan informasi-informasi mengenai kesehatan pada saat hamil, tempat persalinan serta ASI ekslusif. Diakui juga banyak terjadi interaksi aktif antara ibu hamil dan petugas kesehatan adalah salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan pengetahun ibu hamil.

Di samping karena puasnya pasien terhadap pelayanan Puskesmas, juga dikarenakan aktifnya kader u tuk elakuka pe yisira terhadap ibu hamil diwilayahnya. Ditambah lagi dengan sudah bermitranya hampir seluruh dukun yang biasa menolong persalinan di wilayah Sumberasih, membuat juga cakupan persalinan di fasilitas kesehatan serta puskesmas meningkat dari waktu kewaktu, walau diakui penghapusan jampersal pada tahun 2014 memberikan sedikit pengaruh terhadap cakupan persalinan di tenaga kesehatan.

Ketika ditanyakan mengenai perubahan yang paling dianggap penting dan berdampak, Dr Wahyu menerangkan bahwa peningkatan partisipasi masyarakat merupakan perubahan yang ia rasakan memberikan dampak luar biasa terhadap peningkatan kesehatan di Sumberasih. Beliau menerangkan bahwa tidak mungkin petugas kesehatan bekerja dengan baik tanpa kerjsama efektif dengan masyarakat. Sejak pendampingan oleh Kinerja, dirasakan bahwa hubungan antara puskesmas dan masyarakat dan juga MSF sangat meningkat. Contohnya untuk menekan angka persalinan di dukun, puskesmas beserta MSF melakukan pendekatan-pendekatan persuasif kepada dukun sehingga mereka bersedia untuk tidak menolong persalinan lagi. Partsipasi masyarakat juga dirasakan dalam keaktifan mereka dalam mengisi kotak saran agar Kinerja puskesmas semakin meningkat dimasa mendatang.

Gambar

Gambar 1. Marzini, Kepala Puskesmas Semparuk
Gambar 2. Tata Cara Pengaduan di Puskesmas Semparuk
Gambar 3. Bupati Sambas melihat dokumentasi perbaikan layanan di Puskesmas Semparuk
Gambar 1. Ibu Nurul Fauzah, MSF Sejangkung berpose bersama konsultan Kinerja.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perpustakaan akan memerlukan anggaran yang lebih besar untuk memenuhi tuntutan pengembangan TI ini, staf / tenaga perpustakaan dituntut untuk meningkatkan kemampuannya

pertumbuhan penjualan perusahaan tersebut semakin meningkat. Apabila pertumbuhan penjualan meningkat, laba yang dihasilkan perusahaan diasumsikan mengalami

Dengan demikian pada lahan sawah tadah hujan akan terjadi persaingan antara ubi jalar dengan komoditas lainnya yang biasa ditanam petani pada musim kemarau seperti padi,

Metode HEART bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis kesalahan operator dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesalahan operator sehingga melakukan

Pada pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara, calon Apoteker diharapkan mampu untuk mengetahui tugas pokok dan fungsi Suku

Permasalahan stres banyak menjadi hambatan dan keluahan kebanyakan orang, karena stres jika tidak diatasi dengan bijak dan tepat akan mengganggu setiap aktifitas

Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, maka Peraturan Bupati Pontianak Nomor 44 Tahun 2013 tentang Pelimpahan sebagian kewenangan perizinan dan non perizinan

Dalam rangka penulisan skripsi di Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Universitas Sumatera Utara, maka dengan ini saya memohon ketersediaan saudara untuk