• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Terpadu Massepe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Makalah Terpadu Massepe"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

SURVEI TERPADU GEOLOGI, GEOKIMIA DAN GEOFISIKA

DAERAH PANAS BUMI MASSEPE, KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

SULAWESI SELATAN

Dikdik Risdianto, Soetoyo

Kelompok Program Penelitian Panas Bumi

Pusat Sumber Daya Geologi

SARI

Daerah survei panas bumi Massepe berada di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Provinsi Sulawesi Selatan, meliputi empat kecamatan yaitu Kecamatan Tellu Limpoe, Panca Lautang, Watang Pulu dan Maritengae. Morfologi daerah Massepe terdiri dari satuan perbukitan bergelombang lemah-sedang, perbukitan terjal, kubah, dan satuan pedataran.

Stratigrafi daerah ini terdiri dari satuan Sedimen Formasi Walanae (Tms),Lava 1 (Tml1), Lava

Tua-2 (TmlTua-2), Lava Tua-3 (Tml3), Piroklastik Jatuhan (Tmjp), Lava Tua-4 (Tml-4), Lava Gn. Kalampee-1 (Tplk1), Lava Gn. Kalampee-2 (Tplk2), Lava Gn. Maloci (Tmpm), Kubah Lava-1 (Tpld1), Kubah Lava-2 (Tpld2), Endapan danau dan Endapan Aluvial (Qal).

Manifestasi panas bumi yang ada di daerah ini berupa mata air panas, bualan gas, dan batuan ubahan. Mata air panas tersebar di beberapa tempat diantaranya mata air panas Pajalele, Alakuang, Tolere dan Warede dengan temperatur berkisar antara 29 - 68°C.

Sumber panas (

heat-source

) dari sistem panas bumi Massepe diperkirakan adalah

tubuh-tubuh intrusi yang berasosiasi dengan satuan kubah lava. Tipe air panas di daerah Massepe

termasuk ke dalam tipe air bikarbonat-sulfat (mata air panas Pajalele), tipe air klorida (mata air

panas Alakuang) dan tipe air bikarbonat (mata air panas Tolere dan Warede). Perkiraan

temperatur bawah permukaan dari geotermometer silika adalah 193

o

C yang termasuk ke dalam

temperatur sedang.

Berdasarkan kompilasi data geologi, geokimia dan geofisika, areal prospek panas bumi daerah Massepe diperkirakan berada di daerah sekitar mata air panas Pajalele sampai daerah

Alakuang. Luas daerah prospek tersebut diperkirakan sekitar 10 km2.

Dengan asumsi tebal reservoar 1000 m, temperatur reservoar 193°C dan temperatur cut off 180°C,

potensi cadangan terduga panas bumi daerah Massepe adalah sekitar 80 Mwe.

Pendahuluan

Secara geografis daerah survei panas bumi

Massepe terletak antara 119o 44’ 15,5” - 119o 51’

17,25” BT dan 3o 56’ 41”– 4o 4’ 30,6 ” LS dan

secara administratif termasuk Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Provinsi Sulawesi Selatan. Daerah survei berjarak sekitar 194 km dari ibu kota provinsi, Makassar. Wilayah survei mencakup empat kecamatan yaitu Kecamatan Tellu Limpoe, Panca Lautang, Watang Pulu dan Maritengae (Gambar 1), dengan elevasi antara 18 – 450 m di atas permukaan laut (Gambar 1). Tataguna wilayah daerah survei menurut data departemen kehutanan, yaitu Tataguna Hutan Kesepakatan tahun 1999, terbagi menjadi hutan lindung, hutan produksi terbatas serta areal penggunaan lain.

Geologi

Secara regional daerah panas bumi massepe terletak di zone depresi Walanae (Sidenreng) yang memanjang arah baratlaut-tenggara. Depresi ini terbentuk oleh sesar normal Walanae sejak Miosen tengah hingga Pliosin. Akibat pembentukan sesar normal ini blok bagian timurlaut mengalami penurunan dan terisi oleh material yang membentuk batuan sedimen Formasi Walanae. Batuan tertua adalah Batuan vulkanik Soppeng yang berumur Miosen Tengah (Rab Sukamto dkk, 1982). Selain sesar normal berkembang juga sesar-sesar geser serta lipatan-lipatan yang berarah sejajar dengan arah sesar Walanae sebagai sesar utama.

Morfologi

(2)

dan morfologi pedataran, dengan ketinggian berkisar antara 18 – 450 m di atas permukaan laut.

Morfologi pedataran mendominasi bentang alam di daerah ini, menempati hampir 40% daerah survei, tersusun oleh batuan sedimen dan endapan permukaan. Morfologi perbukitan bergelombang lemah hingga sedang berada di bagian barat dan tersusun oleh litologi vulkanik, sedangkan morfologi kubah membentuk kerucut-kerucut terisolasi dan menyebar terutama di bagian barat laut, tersusun oleh kubah-kubah lava. Peranan morfologi sangat penting dalam mengontrol sistem hidrogeologi yang merupakan komponen dari sistem panas bumi.

Susunan stratigrafi

Stratigrafi di daerah survei terdiri dari beberapa satuan batuan vulkanik yang berumur Tersier hingga Kuarter Awal, batuan sedimen Formasi Walanea berumur Tersier serta endapan

permukaan aluvial dan endapan danau berumur Resen.

Batuan sedimen formasi Walanae, yang terdiri dari perselingan batu pasir, lempung dan sisipan gamping, merupakan batuan sedimen laut yang berumur Tersier.

Batuan vulkanik yang berupa batuan beku dan piroklastik terdiri atas sepuluh satuan. Batuan beku berupa lava yang berkomposisi andesitik – dasitik, di beberapa tempat berkomposisi basaltik, sedangkan piroklastik terdiri dari tufa yang diperkirakan hasil erupsi gunung api di selatan daerah survei.

Batuan vulkanik termuda adalah satuan kubah

lava yang menurut hasil pentarikhan (dating)

dengan metode jejak belah (fission track)

berumur 1,8 ± 0,6 juta tahun atau pada Kala Pliosin – Plistosin dan diperkirakan merupakan produk akhir dari aktivitas vulkanik di daerah ini. Satuan kubah lava ini membentuk kerucut-kerucut kubah lava, tersebar terutama di daerah barat laut menerobos satuan batuan vulkanik serta sedimen yang berumur lebih tua.

Tubuh-tubuh kubah lava ini diperkirakan berasosiasi dengan tubuh-tubuh intrusi yang menjadi sumber panas sistem panas bumi di daerah ini.

Satuan batuan berikutnya adalah endapan permukaan yang terdiri dari endapan danau dan alluvial, tersusun oleh material rombakan dari batuan yang lebih tua. Endapan danau umumnya terdiri dari lanau hingga lempung, kaya bahan

organik, tidak padu dan tersebar di sepanjang tepi dan dasar danau Sidenreng, sedangkan aluvial menyebar di sepanjang aliran sungai. Umur satuan endapan permukaan ini adalah resen (Gambar 2).

Struktur geologi

Secara umum struktur geologi yang dominan di daerah survei adalah sesar normal Walanae, yang merupakan sesar utama yang membentuk depresi Sidenreng yang berarah baratlaut-tenggara. Selain itu terdapat juga sesar geser Kalampee yang berarah hampir sama dengan sesar Walanae, juga sesar geser Bulubaka. Sesar normal lainnya adalah sesar Alakuang dan Massepe. Sesar- sesar ini merupakan kontrol utama pembentukkan manifestasi panas bumi di daerah survei.

Analisis kinematika struktur –struktur geologi menunjukkan bahwa sesar utama yaitu sesar normal Walanae, selama pergerakannya membentuk sesar-sesar sekunder yang berupa sesar-sesar geser dan sesar normal dengan ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan sesar utamanya.

Selain mengontrol terbentuknya manifestasi, sesar-sesar sekunder ini juga diperkirakan mengontrol terbentuknya kubah-kubah lava (Gambar 2).

Hidrogeologi Kondisi hidrogeologi sangat dipengaruhi oleh

bentang alam atau morfologi serta batuan penyusun. Morfologi daerah survei terdiri dari perbukitan serta pedataran. Morfologi perbukitan berada di sebelah barat tersusun oleh batuan vulkanik sedang pedataran tersusun oleh batuan sedimen dan endapan permukaan.

Zone-zone recharge/resapan utama berada di

morfologi perbukitan. Air meteorik yang jatuh sebagian akan meresap dan masuk ke zone jenuh

air tanah (aquifer) dan sebagian lagi akan

mangalir melalui permukaan (run off). Arah

aliran air tanah diperkirakan mengalir ke arah elevasi yang lebih rendah, yaitu Danau

Sidenreng yang merupakan zone discharge.

Sistem hidrogeologi ini terbentuk dan

berinteraksi dengan sistem panas bumi membentuk manifestasi panas bumi. Hal ini didukung oleh hasil analisa kimia serta isotop air panas dan air dingin.

(3)

Manifestasi panas bumi terdiri dari mata air panas, bualan gas serta batuan ubahan. Mata air panas lebih mendominasi manifestasi panas bumi yang terjadi di daerah survei.

a. Mata air panas tersebar di bagian tengah, utara serta baratdaya daerah survei, yaitu di Kelurahan Pajalele, Desa Alakuang, Desa Tolere dan di Warede. Temperatur berkisar

antara 29 – 68 oC, dengan pH netral antara 6,76

– 7,2 dan debit aliran berkisar antara 0,2 – 1,5 l/det. Sinter yang terbentuk adalah sinter karbonat berupa lapisan-lapisan tipis berwarna putih di tepi manifestasi.

b. Bualan gas, hanya terbentuk di bagian

tengah daerah survei, yaitu di Desa Pajalele,

berdekatan dengan lokasi mata air panas Pajalele

1. Bualan gas intensif dan kontinyu, berbau H2S.

c. Batuan ubahan, ditemukan di bagian baratdaya daerah survei atau lereng sebelah selatan Gunung Kalampee, di daerah barat dan baratlaut yaitu di seputaran lereng Gunung Malocci, berupa silisifikasi dan argilitisasi. Silisifikasi sangat intesif di sebelah barat, dengan tingkat ubahan sedang hingga sangat kuat. Tekstur batuan asal sudah hampir tidak nampak, tetapi diperkirakan berasal dari batuan beku berkomposisi andesitik. Sedangkan argilitisasi lebih dominan di sebelah baratlaut daerah survei, dengan tingkat ubahan dari sedang hingga sangat kuat, sama seperti silisifikasi tekstur batuan asal sudah tidak nampak, bahkan di beberapa tempat

memperlihatkan bekas manifestasi solfatara

dengan endapan sulfur. Dari hasil analisis PIMA

(portable infrared mineral analyzer) pada

beberapa sampel ubahan ini menunjukkan

bahwa mineral lempung (argilik) didominasi

oleh nontronite, halloysite dan montmorilonite.

Zona-zona ubahan ini berupa fosil karena sudah tidak memperlihatkan aktivitas hidrotermal yang aktif.

Hasil analisa air

Hasil plotting komposisi kimia air pada diagram

segitiga Cl-SO4-HCO3, menunjukan bahwa air

panas Alakuang merupakan air tipe Klorida. Air panas Pajalele-1, Pajalele-2 dan Pajalele- 3 berada di tengah-tengah diagram segitiga. Sedangkan air panas Tolere, Tanette Lampe/ Warede, Lejja termasuk dalam tipe air bikarbonat. Hal ini menunjukkan bahwa mata air panas Alakuang merupakan air panas dari bawah permukaan (reservoir) yang belum terpengaruh air permukaan (Gambar 3), sedangkan yang

lainnya masih memperlihatkan pengaruh pencampuran secara kuat dari air meteorik.

Sedangkan hasil plotting pada diagram segitiga

Na-K-Mg menunjukan bahwa mata air panas Pajalele-1, Pajalele-2, Pajalele-3 dan Alakuang

berada pada garis perbatasan antara immature

water dan partial equilibrium hal ini

menunjukkan bahwa pada mata air panas ini sebagian telah mengalami proses kesetimbangan pada reservoir. Sedangkan mata air panas Tolere, Tanette Lampe/ Warede, Lejja termasuk

dalam immature water, ini menunjukkan

pengaruh air meteorik yang dominan pada ketiga mata air panas tersebut (Gambar 4).

Pendugaan temperatur bawah permukaan

Perhitungan yang umum dilakukan untuk penentuan temperatur bawah permukaan

(geothermometer) adalah Silika (SiO2) dan

Na-K. Dari hasil perhitungan menggunakan

geothermometer silika (SiO2) pada kondisi

conductive cooling, menunjukkan bahwa

temperatur bawah permukaan rata-rata 193 oC,

atau termasuk dalam sistem panas bumi temperatur sedang.

Analisa isotop

Analisa isotop dilakukan pada empat mata air panas, yaitu Pajalele-2, Pajalele-3, Alakuang serta Lejja. Isotop yang dipilih adalah isotop

stabil yaitu 18O dan 2H (deuterium). Dari hasil

plotting δ18O terhadap δ2H (deuterium)

menunjukkan bahwa terjadi proses pencampuran serta interaksi dengan batuan samping pada sampel fluida panas bumi. Hal ini ditunjukkan

oleh adanya shifting δ18O terhadap garis air

meteorik. Makin besar jarak shifting δ18O

menunjukkan makin kuat interaksi fluida dengan batuan samping, sedangkan makin kecil jarak

shiftingδ18O menunjukkan proses pencampuran

oleh air meteorik makin dominan (Gambar 5).

Sampel tanah dan udara tanah

Pengambilan sampel tanah dan udara tanah

dimaksudkan untuk melokalisir

daerah-daerah yang mempunyai konsentrasi unsur

Hg dan CO

2

tinggi dalam tanah. Zone

konsentrasi tinggi ini umumnya berada pada

sistem panas bumi yang masih aktif.

Hasil analisis

memperlihatkan bahwa

anomali Hg dan CO2 daerah Massepe umumnya

dijumpai di sekitar manifestasi Pajalele, Alakuang, Torere dan Warede dengan pola

(4)

atau hampir tegak lurus arah aliran Sungai Jampanua, yang merupakan lokasi tempat munculnya manifestasi panas bumi berupa mata air panas dan bualan gas. Daerah tersebut diperkirakan merupakan zona-zona lemah akibat adanya pola struktur yang muncul berupa sesar Massepe (gambar 6).

Geofisika Geolistrik

Tahanan jenis semu

Nilai tahanan jenis yang terukur di daerah survei

bervariasi nilai terendah < 5 Ωm dan tertinggi

mencapai 68 Ωm. Pada peta tahanan jenis semu,

nilainya di kelompokkan menjadi tiga,

kelompok pertama tahanan jenis < 10 Ωm,

kedua 10 -20 Ωm dan ketiga> 20 Ωm.

AB/2 = 800m

Pada bentangan ini

kelompok tahanan jenis

>20 Ωm tersebar di sisi barat, mulai dari tengah

menerus ke barat dan baratdaya. Perubahan nilai tahanan jenis ini secara umum menurun, tetapi memiliki nilai yang lebih seragam yaitu antara

25 – 40 Ωm, yang menarik adalah nilai tinggi di

daerah utara bagian tengah, yang membentuk kontur tertutup.

Kelompok tahanan jenis semu 10 – 20 Ωm,

tersebar di bagian tengah, menyelingi kelompok

tahanan jenis > 20 Ωm dan < 10Ωm. Di bagian

tengah diselingi tahanan jenis di bawah 10 Ωm,

serta kelompok tahanan jenis > 20 Ωm.

Tahanan jenis semu < 10 Ωm menyebar mulai

bagian tengah daerah penelitian membuka ke timur ke arah danau Sidenreng. Di beberapa tempat yaitu di sekitar mata air panas Pajalele, terbentuk suatu kontur tertutup dengan nilai 8

Ωm (gambar 7).

Variasi nilai tahanan jenis ini secara umum makin mengecil nilainya ke arah timur, karena dipengaruhi oleh sebaran batuan sedimen yang menebal ke arah Danau Sidenreng.

AB/2 = 1000 m

Pada bentangan ini perubahan yang terlihat adalah di daerah tengah, yaitu masih didominasi

oleh kelompok nilai 10 – 20 Ωm. Kelompok ini

tersebar di bagian tengah mulai dari utara sampai selatan daerah survei.

Tahanan jenis semu < 10 secara umum sebarannya seragam, mendominasi daerah tengah sampai timur yaitu ke arah danau Sidenreng. Terdapat kontur-kontur tertutup terbentuk di daerah tengah, seperti sekitar

manifestasi Pajalele, juga di sekitar lokasi kubah lava (gambar 8).

Nilai-nilai tahanan jenis < 10 Ωm, diperkirakan

selain oleh adanya aktifitas hydrothermal, juga akibat kehadiran batuan sedimen yang sebagian tertutup oleh endapan permukaan, sedangkan

yang bernilai 10 – 20 Ωm akibat interaksi

dengan litologi batuan vulkanik atau campuran batuan vulkanik dengan sedimen, sedangkan >

20 Ωm akibat interaksi dengan batuan vulkanik

yang segar.

Tahanan jenis sebenarnya

Nilai tahanan jenis ini diperoleh dari pengukuran

Sounding dan hanya dilakukan pada lima

lintasan dengan mengambil titik tengah sekitar manifestasi Pajalele-1.

Dari pengamatan setiap lintasan terlihat bahwa

nilai tahanan jenis bernilai > 20 Ωm, menyebar

membentuk suatu landaian/ slope dengan arah

kemiringan ke arah timur. Sedangkan nilai

tahanan jenis bernilai < 20 Ωm, berada di

atasnya mengikuti landaian yang terbentuk oleh

nilai tahanan jenis > 20 Ωm (gambar 8).

Di beberapa tempat (lintasan A), landaian/slope

tahanan jenis > 20 Ωm membentuk suatu kubah,

sedangkan di lintasan D (manifestasi Pajalele-1) membentuk suatu lubang dengan lereng yang sangat terjal menyerupai suatu saluran

(selubung), selain itu terdapat beberapa off set

yang diperkirakan sebagai sesar-sesar nomal, struktur-struktur ini juga terlihat pada hasil

pengukuran head on.

Gaya berat

Pengukuran melingkupi seluruh daerah survei, dengan mengambil densitas batuan koreksi 2,60

gr/cm3, yang mewakili densitas batuan sedimen

dan batuan vulkanik.

Anomali Bouguer sisa

Terdapat beberapa kelompok nilai anomali yaitu anomali tinggi ( > 1 mgal) terdapat di bagian barat daya daerah survei dan mebentuk beberapa kontur anomali yang menutup, diperkirakan berkaitan dengan batuan andesit yang muncul atau dekat kepermukaan berupa bukit-bukit atau tubuh dekat ke permukaan.

Kelompok nilai Bouguer sedang (-1,5 - 1 mgal) mendominasi daerah survei, diperkirakan merupakan batuan yang menjadi dasar daerah ini berupa batuan sedimen.

Kelompok nilai Bouguer rendah (< -1,5 mgal) tampak menutupi bagian tenggara, sebagian kecil di sebelah selatan, bagian tengah sebelah

(5)

diperkirakan sebagai batuan andesit yang terubah (gambar 9).

Pengkutuban anomali tinggi dan sedang pada anomali Bouguer dan anomali sisa, merupakan cerminan dari batuan dengan densitas lebih tinggi atau merupakan terobosan tubuh batuan baik muncul ke permukaan ataupun di bawah permukaan, selain itu terdapat kelurusan-kelurusan nilai anomali yang secara umum berarah baratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya. Kelurusan-kelurusan ini diperkirakan berkaitan dengan arah-arah struktur yang ada dibawah permukaan.

Model 2-D gaya berat

Dilakukan pada lintasan yang melewati manifestasi Pajalele-1 dimana terdapat mata air panas serta bualan gas.

Berdasarkan model 2-D, secara kuantitatif ditafsirkan bahwa dari dua penampang ini terlihat adanya tubuh batuan beku yang mendasari darah survei, diperkirakan berupa

batuan andesit, densitas batuan 2,83 gr/Cm3.

Menempati bagian hampir tengah-tengah penampang terdapat tubuh batuan beku ini di sebelah barat dan timurnya diapit oleh tubuh batuan yang mempunyai densitas lebih kecil (

1,84 – 1,73 gr/Cm3 ), diperkirakan sebagai

satuan batuan sedimen (formasi Walanae ?), aluvium dan endapan danau, yang menarik adalah adanya tubuh batuan intrusi tepat di bawah manifesatasi Pajalele-1 (gambar 10).

Geomagnet

Anomali magnet total

Secara umum nilai intensitas magnet total memperlihatkan pola kelurusan/pengkutuban anomali (positif-negatif) yang berarah hampir baratlaut-tenggara, akan tetapi di beberapa tempat pola kelurusan anomali juga memperlihatkan arah baratdaya-timurlaut. Selain pengkutuban, anomali juga memperlihatkan pola pembelokan anomali dan kerapatan kontur yang tajam. Kondisi demikian mengindikasikan adanya struktur sesar/kontak litologi dari batuan yang berbeda di sekitar pola-pola anomali seperti telah disebutkan di atas, sehingga menyebabkan struktur di daerah survei cukup komplek.

Dominasi nilai magnet positif terhadap nilai negatif mengindikasikan batuan dibawah permukaan di daerah survei sebagian besar dibentuk oleh batuan vulkanik (andesit) yang segar belum terubahkan/terlapukkan, kondisi/indikasi tersebut didukung oleh geologi

permukaan yang memperlihatkan dominasi batuan vulkanik daripada batuan sedimen.

Nilai magnet negatif yang berupa spot-spot diantara nilai magnet positif mengindikasikan batuan di bawah permukaan disusun oleh batuan sedimen ataupun batuan vulkanik terlapukkan/terubahkan oleh proses demagnetisasi batuan.

Kuva magnet memperlihatkan kontras nilai

magnet positif dan negatif yang cukup besar

yaitu > 500 nT pada beberapa titik ukur,

mengindikasikan adanya struktur sesar

didaerah tersebut (gambar 11).

Model 2-D geomagnet

Berdasarkan penampang model magnet 2-D yang dikompilasi dengan profil penampang, dapat ditarik perkiraan-perkiraan struktur geologi. Struktur sesar ini membatasi/ kontak antara satuan batuan sedimen dengan vulkanik. Begitu pula dengan struktur yang berada di manifestasi air panas Pajalele yang dicirikan dengan dengan peningkatan grafik anomali yang cukup tajam dari grafik profil anomali magnet sisa yang diperkirakan merupakan struktur yang mengontrol kemunculan manifestasi ini (gambar 12).

Diskusi

Kondisi geologi memperlihatkan bahwa litologi daerah survei terdiri dari batuan vulkanik, batuan sedimen dan endapan permukaan. Batuan vulkanik dihasilkan dari suatu rangkaian aktivitas vukanik yang cukup panjang rentang waktunya yaitu sejak Tersier hingga Plistosin Awal. Aktivitas vulkanik diperkirakan diakhiri oleh munculnya batuan vulkanik kubah lava

yang menurut hasil dating memperlihatkan umur

1,8 ± 0,2 juta tahun atau Plistosen Awal. Jejak-jejak manifestasi berupa batuan ubahan yang bersifat folsil memperlihatkan bahwa aktivitas geothermal telah terjadi sejak jaman Tersier. Struktur geologi utama yang mengontrol keberadaan manifestasi adalah aktifitas sesar normal Walanae yang berarah baratlaut-tenggara, akibat pergerakan sesar ini membentuk morfologi khas yaitu depresi akibat terban

(graben) hasil pergerakan sesar ini. Sesar-sesar

lain diperkirakan sebagai sesar sekunder dari sesar utama.

Kondisi hidrologi memperlihatkan bahwa daerah ini kaya air, hal ini ditunjang oleh luasnya

daerah resapan (recharge) yang berada di bagian

(6)

meresap di zone recharge ini dan mengalir

menuju zone discharge yang ada di pedataran.

Sistem hidrogeologi ini berinteraksi dengan fluida sistem panas bumi.

Keberadaan interaksi sistem panas bumi dengan sistem hidrogeologi terlihat pada grafik isotop

(18O vs deteurium), diagram segitiga Na-K-Mg

serta diagram Cl-SO4-HCO3.

Manifestasi panas bumi aktif yang terbentuk didominasi oleh air panas, hal ini berkaitan dengan sistem hidrogeologinya, yang menarik adalah adanya bualan gas yang umumnya

terbentuk di zona upflow. Ditunjang oleh hasil

perhitungan geothermometer yangmenunjukkan

hasil 193 oC merupakan sistem geothermal

bertemperatur sedang.

Dari hasil plotting konsentrasi Hg dan gas CO2

pada tanah dan udara tanah, secara umum memperlihatkan anomali konsentrasi Hg dan

CO2 terjadi di sekitar daerah manifestasi

terutama di sekitar manifestasi Pajalele, akan tetapi terdapat juga di sekitara gunung kalampee di sebelah baratdaya serta di sebelah timur daerah survei.

Dari pengukuran gaya berat dan geomagnet memperlihatkan bahwa batuan dasar tersusun oleh batuan vulkanik (andesitik) dengan daerah penyebaran terbesar di bagian barat, secara bergradasi berkurang ke arah timur hingga berhenti di danau Sidenreng. Kelurusan-kelurusan anomali gaya berat dan geomagnet juga memperlihatkan adanya arah-arah umum struktur geologi utama yang berarah baratlaut-tenggara. Selain itu memperlihatkan juga adanya tubuh-tubuh batuan intrusi yang diperkirakan satu periode pembentukan dengan tubuh-tubuh kubah lava.

Penyebaran sifat tahanan jenis secara vertikal maupun lateral berkorelasi dengan pola yang diperlihatkan oleh gaya berat dan magnet. Hanya untuk penyebaran nilai tahanan jenis rendah (< 10) menemui kesulitan dalam hal interpretasi, dimana di bagian timur daerah survei terdapat batuan sedimen yang umumnya memperlihatkan nilai tahanan jenis rendah.

Sangat susah membedakan nilai tahanan jenis rendah akibat pengaruh aktivitas fluida geothermal dengan nilai tahanan jenis rendah akibat batuan sedimen, untuk itu harus dilakukan kompilasi semua metode untuk melokalisir sistem geothermal yang aktif.

Dari hasil kompilasi semua metode diperoleh

luas potensi sebesar 2 X 5 km atau 10 km2.

Dengan asumsi tebal reservoir 1 km, temperatur

cut off 180 oC, diperoleh potensi energi panas

bumi terduga sebesar 80 Mwe (gambar 13). Model sistem panas bumi berdasarkan metode geologi, geokimia dan geofisika diperlihatkan dalam gambar 14).

Kesimpulan

• Litologi daerah panas bumi Massepe terdiri

dari batuan vulkanik, sedimen dan endapan permukaan yang membentuk morfologi perbukitan bergelombang lemah-terjal, perbukitan kubah dan pedataran.

• Struktur utama yang berperan dalam

pembentukan sistem panas bumi di daerah ini adalah sesar normal Walanae berarah baratlaut-tenggara.

• Aktifitas vulkanik telah dimulai sejak jaman

Tersier dan berakhir hingga awal plistosin yaitu pembentukan tubuh-tubuh kubah lava yaitu 1,8±0,2 juta tahun.

• Manifestasi yang terbentuk didominasi air

panas tipe bikarbonat-sulfat dan sebagian

termasuk dalam mature water.

• Pendugaan temperatur bawah permukaan

dengan metode silika conductive

cooling,menghasilkan suhu 193 oC, termasuk

dalam sistem bertemperatur sedang.

• Daerah anomali Hg dan CO2 dijumpai di

sekitar mata air panas Pajelele, Alakuang dan Tolere.

• Lapisan clay cap diperkirakan terdiri dari

lapisan dengan nilai tahanan jenis < 20 Ωm

dan bernilai > 20 Ωm, dengan batas top

reservoir yang belum diketahui

kedalamannya.

• Anomali gaya berat dan geomagnet

memperlihatkan adanya tubuh-tubuh batuan (intrusi) di sekitar manifestasi Pajalele.

• Struktur-struktur geologi yang teramati dari

anomali gaya berat dan geomagnetik memperlihatkan arah baratlaut – tenggara.

• Total luas area prospek daerah panas bumi

Massepe ini sekitar ± 10 km2 dengan potensi

cadangan terduga mencapai 80 MWe.

Ucapan terimakasih

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang mendukung proses penulisan ini, atas akses data yang diperlukan serta saran-saran dan koreksi yang diberikan.

Daftar Pustaka

(7)

Sulawesi Selatan”, Direktorat Geologi, Bandung

Fournier, R.O., 1981. Application of Water Geochemistry Geothermal Exploration and

Reservoir Engineering, “Geothermal

System: Principles and Case Histories”. John Willey & Sons. New York.

Giggenbach, W.F., 1988. Geothermal Solute Equilibria Deviation of Na-K-Mg-Ca

Geo-Indicators. Geochemica Acta 52. pp.

2749 – 2765.

Giggenbach, W.F., and Goguel, 1988, Methods for tthe collection and analysis of geothermal and volcanic water and gas

samples, Petone New Zealand

Giggenbach, W., Gonfiantini, R., and Panichi, C., 1983, Geothermal Systems. Guidebook on Nuclear Techniques in

Hydrology, Technical Reports Series No. 91.

International Atomic Energy Agency, Vienna

Giggenbach, W.F., 1980, Geothermal gas

equilibria, Geochimica et cosmo-chimica

Acta, Vol 44, pp 2021-2032

Kooten, V., and Gerald, K., 1987, Geothermal Exploration Using Surface

Mercury Geochemistry, Journal of

volcanology and Geothermal Research, 31, 269-280.

Lawless, J., 1995. Guidebook: An

Introduction to Geothermal System. Short

course. Unocal Ltd. Jakarta.

Rab Sukamto,1982, Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone bagian barat, Sulawesi Selatan”, Departemen Pertambangan dan Energi, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Radja, V.T ., 1970, dalam laporan

Geothermal Energy Prospect in South

Sulawesi, Indonesia”, Power Research

Institute, Jakarta

Sjaiful Bachri dan Muzil Alzwar 1975, Laporan Inventarisasi Kenampakan Gejala

Panas Bumi Daerah Sulawesi Selatan.

Telford, W.M. et al, 1982. Applied

Geophysics. Cambridge University Press.

Cambridge.

Taran, Y.A., 1986, Gas Geothermometers

for hydrothermal Systems, Geo-chemistry

(8)

LOKASI PENYELIDIKAN

U

120o

BT

4

o LS 18 km

Gambar 1. Peta indek lokasi survei

(9)

Immature waters Partial equilibrium

Full equilibrium

K/100

ROCK

Na/1000

% Na K

% Mg

20 20

40 40

60 60

220°

weir b ox

160°

1 00°

80 80

M g

T Km T Kn

2

MAP. Pajalele-1 MAP. Pajalele-2 MAP. Pajalele-3 MAP. Alakuang MAP. Tolere MAP. Tanete Lampe MAP. Lejja

2 2

KETERANGAN

% Cl

HCO3/Cl

% SO4 20

20

40 40

60 60

80 80

Cl

SO4 HCO3

Cl

SO4 HCO3

M a t u

re w a te

rs

P he

riph e

ra l w

a te

rs

Vo lca

nic w

ate rs

S tea m heated water s 22

MAP. Pajalele-1 MAP. Pajalele-2 MAP. Pajalele-3 MAP. Alakuang MAP. Tolere MAP. Tanete Lampe MAP. Lejja

2 2

KETERANGAN

Gambar 4. Diagram segitiga Na-K-Mg

Gambar 3. Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3

-80 -70 -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20

-12 -10 -8 -6 -4 -2 0 2 4

δ18O ( H 2O )

δ

D (

H

2

O )

Meteoric Water Line Ap.Pajalele-2 Ap.Pajalele-3 Ap.Alakuang Ap.Lejja

δD = 8 δ18O + 14

(10)

806000 808000 810000 812000 814000 816000 Bilokka

Sa lo Lidar

ata ngia

Salo Maseppe

Salo Rumpiga ding Bulu Alakuang

Bulu Buala Bulu Matanre

Bulu Seppang KECAMATAN TELLULIMPOE

Amparita Bacubacue

Walatedonge

Turungang

Bulu Latoling Tanete

PETA SEBARAN HG TANAH DAERAH PANAS BUMI MASSEPE

PROVINSI SULAWESI SELATAN

0 750 1500 2250 3000

Datum Horizontal WGS 84 Proyeksi Peta UTM Zona 50 S

U

Kontur Topografi

Sungai

Mata air panas

Jalan

-4º15' -3º45'

-4º Watang Saw Lembang Duampanua Cempa

119º30' 119º45' Mattiro Bu

P. Sulawes KAb. BARRU Tanete Ril Barru

Bacukiki Mallusetas Ujung Kota PARE

Sopeng Ria 45

Soreang

Donri-Donr Kab. SOPPE Watangpulu Patampanua BarantiPanca Rija

Panca Laut Tellu Limp

Mario Riaw Maiwa Kab. ENREK Enrekang

Mario Riw Lalabata Maritengng

Belawa Kab. PINRA

Suppa Mattiro So

Cenrana Liliriaja

Majauleng Pammana Tempe Sabbang Pa Lilirilau 42 Kab. SIDEN41

Tanasitolo

Ulaweng Maniangpaj Kab. W A J

120º 120º15' Awang Pone Sajoanging

Ajangale41 Kab. L U W Pitumpanua Larompong Dua Pitue

Dua Boccoe Kab. B O N

Tellusiatt Palakka Takkalalo

120º30' Lappariaja Tanete Ria Lokasi penyelidikan Peta indeks

Jalan setapak Lint. J 100 ppb 200 ppb 250 ppb

806000 808000 810000 812000 814000 816000

9550000

Salo Maseppe

Salo Ru mpigading Bulu Alakuang

Bulu Buala Bulu Matanre

Bulu Seppang KECAMATAN TELLULIMPOE

Amparita Bacubacue

Walatedonge

Turungang

Bulu Latoling Tanete

PETA SEBARAN CO2 UDARATANAH DAERAH PANAS BUMI MASSEPE

PROVINSI SULAWESI SELATAN

0 750 1500 2250 3000 Datum Horizontal WGS 84 Proyeksi Peta UTM Zona 50 S

U

Kontur Topografi

Sungai

Mata air panas

Jalan

-4º15' -3º45'

-4º Watang Saw Lembang Duampanua Cempa

119º30' 119º45' Mattiro Bu

P. Sulawes KAb. BARRU Tanete Ril Barru

Bacukiki Mallusetas Ujung Kota PARE

Sopeng Ria 45

Soreang

Donri-Donr Kab. SOPPE Watangpulu Patampanua BarantiPanca Rija

Panca Laut Tellu Limp

Mario Riaw Maiwa Kab. ENREK Enrekang

Mario Riw Lalabata Maritengng

Belawa Kab. PINRA

Suppa Mattiro So

Cenrana Liliriaja

Majauleng Pammana Tempe Sabbang Pa Lilirilau 42 Kab. SIDEN41

Tanasitolo

Ulaweng Maniangpaj Kab. W A J

120º 120º15' Awang Pone Sajoanging

Ajangale41 Kab. L U W Pitumpanua Larompong Dua Pitue

Dua Boccoe Kab. B O N

Tellusiatt Palakka Takkalalo

120º30' Lappariaja Tanete Ria Lokasi penyelidikan Peta indeks

Jalan setapak Lint. J

Gambar 6. Peta penyebaran unsur Hg dan gas CO2 tanah dan

(11)

Sungai

Kontur topografi U

PETA TAHANAN JENIS SEMU AB/2 = 800 METER DAERAH PANAS BUMI MASSEPE

PROVINSI SULAWESI SELATAN

KETERANGAN

Titik Pengukuran Geoistrik F 2000

805000 806000 807000 808000 809000 810000 811000 812000 813000 814000 815000 816000 9550000

Salo Maseppe

300

Bulu Alakuang

Bulu Buala Bulu Matanre

Bulu Seppang KECAMATAN TELLULIMPOE

Amparita Bacubacue

Walatedonge

Turungang

Bulu Latoling Tanete

0 1000 2000 3000

Kontur Tahanan Jenis Semu Interval 5 Ohmn

Ohm-meter

Jalan

Mata Air Panas

0 4 8 12 16 20 24 28 32 35 40 44 48 55 65 75

Gambar 7. Peta penyebaran nilai tahanan jenis pada bentangan AB/2 = 800 m

Sungai

Kontur topografi

U

PETA TAHANAN JENIS SEMU AB/2 = 1000 METER DAERAH PANAS BUMI MASSEPE

PROVINSI SULAWESI SELATAN

KETERANGAN

Titik Pengukuran Geoistrik F 2000

805000 806000 807000 808000 809000 810000 811000 812000 813000 814000 815000 816000 9550000

Salo Maseppe

300

Bulu Alakuang

Bulu Buala Bulu Matanre

Bulu Seppang KECAMATAN TELLULIMPOE

Amparita Bacubacue

Walatedonge

Turungang

Bulu Latoling Tanete

0 1000 2000 3000

Kontur Tahanan Jenis Semu Interval 5 Ohmn

Ohm-meter

Jalan

Mata Air Panas

0 4 8 12 16 20 24 28 32 35 40 44 48 55 65 75

(12)

-6.5

PETA GAYA BERAT BOUGUER SISA DAERAH PANAS BUMI MASSEPE

PROVINSI SULAWESI SELATAN

Sungai

Mata air panas

Jalan

Lokasi penyelidikan

Jalan setapak Kontur Gaya Berat

Struktur Patahan Diduga

806000 808000 810000 812000 814000 816000

9550000

Salo Maseppe Bulu Alakuang

Bulu Buala Bulu Matanre

Bulu Seppang KECAMATAN TELLULIMPOE

Amparita Bacubacue

Walatedonge

Turungang

Bulu Latoling Tanete

Peta indeks

-4º15' -3º45'

-4º

Watang Saw Lembang Duampanua Cempa

119º30' 119º45'

Mattiro Bu

P. Sulawes KAb. BARRU Tanete Ril Barru

Bacukiki Mallusetas Ujung Kota PARE

Sopeng Ria 45 Soreang

Donri-Donr Kab. SOPPE Watangpulu Patampanua

BarantiPanca Rija

Panca Laut Tellu Limp

Mario Riaw Maiwa Kab. ENREK Enrekang

Mario Riw Lalabata Maritengng

Belawa Kab. PINRA

Suppa Mattiro So

Cenrana Liliriaja

Majauleng

Pammana Tempe Sabbang Pa

Lilirilau 42 Kab. SIDEN

41

Tanasitolo

Ulaweng Maniangpaj Kab. W A J

120º 120º15'

Awang Pone Sajoanging

Ajangale41 Kab. L U W

Pitumpanua Larompong Dua Pitue

Dua Boccoe Kab. B O N

Tellusiatt Palakka Takkalalo

120º30'

Lappariaja Tanete Ria

F-1 Datum Horizontal WGS 84 Proyeksi Peta UTM Zona 50 S

U

0 1000 2000 3000 4000

F-5

Gambar 9. Peta anomali Bouguer sisa

(13)

805000 806000 807000 808000 809000 810000 811000 812000 813000 814000 815000 816000 817000

Salo Maseppe

300

Bulu Alakuang

Bulu Buala Bulu Matanre

Bulu Seppang KECAMATAN TELLULIMPOE

Amparita Bacubacue

Walatedonge

Turungang

Bulu Latoling Tanete

A 10000

A 1250

PETA ANOMALI MAGNET TOTAL DAERAH PANAS BUMI MASSEPE PROVINSI SULAWESI SELATAN

0 750 1500 2250 3000 Datum Horizontal WGS 84 Proyeksi Peta UTM Zona 50 S

U

Kontur topografi

Sungai

Mata air panas

Jalan

-4º15' -3º45'

-4º

Watang Saw Lembang Duampanua Cempa

119º30' 119º45'

Mattiro Bu

P. Sulawes KAb. BARRU Tanete Ril Barru

Bacukiki Mallusetas Ujung Kota PARE

Sopeng Ria 45 Soreang

Donri-Donr Kab. SOPPE Watangpulu Patampanua

BarantiPanca Rija

Panca Laut Tellu Limp

Mario Riaw Maiwa Kab. ENREK Enrekang

Mario Riw Lalabata Maritengng

Belawa Kab. PINRA

Suppa Mattiro So

Cenrana Liliriaja

Majauleng

Pammana Tempe Sabbang Pa

Lilirilau 42 Kab. SIDEN41

Tanasitolo

Ulaweng Maniangpaj Kab. W A J

120º 120º15'

Awang Pone Sajoanging

Ajangale41 Kab. L U W

Pitumpanua Larompong Dua Pitue

Dua Boccoe Kab. B O N

Tellusiatt Palakka Takkalalo

120º30'

Lappariaja Tanete Ria

Lokasi penyelidikan Peta indeks

Jalan setapak

-600 -450 -300 -150 0 150 300 450 600 750

Titik pengukuran lintasan

Titik pengukuran regional

Struktur geologi

G

Gambar 11. Peta Anomali Magnet Total Daerah Panas Bumi Massepe

0

Anomali Magnet

Topografi

0.74631

0.7861

0.6766 0.7521

0.7965

1.0637

Baratdaya Timurlaut

(14)

806000 807000 808000 809000 810000 811000 812000 813000 814000 815000 816000 817000 9550000

9551000 9552000 9553000 9554000 9555000 9556000 9557000 9558000 9559000 9560000 9561000 9562000 9563000

Salo Maseppe

300

Bulu Alakuang

Bulu Buala

Bulu Seppang KECAMATAN TELLULIMPOE

300 100

400 300

400

Amparita Bacubacue

Walatedonge

Turungang

Bulu Latoling Tanete

Allakuang

Takkalasi Dare

Benteleoe

Posadae

Tepobatu

Talumae

PETA KOMPILASI GEOLOGI, GEOKIMIA DAN GEOFISIKA

DAERAH PANAS BUMI MASSEPE SULAWESI SELATAN

U

0 1000 2000 3000 Meter

Keterangan :

Struktur Geologi

Anomali Hg

Anomali CO2

Anomali Gaya Berat

Anomali Magnet

Anomali Tahanan Jenis

Area Prospek

Usulan Titik Bor

(15)

Gambar

Gambar 2. Peta geologi daerah panas bumi Massepe, Sulawesi Selatan
Gambar 5. Grafik isotop 18O vs Deteurium
Gambar 6. Peta penyebaran unsur Hg dan gas CO2 tanah dan  udara tanah
Gambar 7. Peta penyebaran nilai tahanan jenis pada bentangan AB/2 = 800 m
+5

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan pada unsur struktur sosial yang tidak bisa membawa pengaruh langsung.. Perubahan yang pengaruhnya besar

Berdasarkan pemikiran bahwa manajer yang sekaligus pemegang saham akan melakukan dan mengambil keputusan bisnis yang berbeda dengan manajer yang bukan sekaligus pemegang saham

Program pendidikan budi pekerti yang termuat dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam praktek kehidupan sehari-hari disekolah akan berhasil apabila : a) Peserta

Maryono (dalam Purnanto 2002:18), membagi wujud variasi bahasa berupa idiolek, dialek, tingkat tutur ( speech levels), ragam bahasa dan register. Penjelasan kelima variasi bahasa

‘You and Miss Wright are at liberty to remain inside the TARDIS if you wish, Chesterton,’ the Doctor said dismissively, ‘but I am going outside.’.. ‘And me, Grandfather,’

Analisis data yang digunakan pada kajian ini terdiri dari 4 (empat) tahapan. Tahap pertama adalah identifikasi kondisi eksisting di lapangan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa independensi tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, akuntabilitas dan kompetensi secara parsial

Layanan langsung bisa datang ke perpustakaan, tetapi hanya bisa bertemu di depan kampus lalu buku yang akan di pinjam akan diberikan pada saat itu juga Selain itu untuk