PENYELIDIKAN PENDAHULUAN POTENSI KANDUNGAN MINYAK
DI DAERAH WASIAN DAN SEKITARNYA
KABUPATEN TELUK BINTUNI, PROVINSI PAPUA BARAT
Soleh Basuki Rahmat
Kelompok Kerja Energi Fosil
S A R I
Lokasi daerah penyelidikan pendahuluan terletak di daerah Wasian yang termasuk dalam
wilayah Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat. Luas daerah penyelidikan sekitar
249.000 Ha dengan koordinat antara 113° 15’ 00” - 113° 55’ 00” Bujur Timur dan 01° 50’ 00” –
02° 08’ 00” Lintang Selatan.
Secara umum daerah penyelidikan termasuk ke dalam Cekungan Bintuni yang memiliki batuan
berumur Silur hingga Kuarter. Batuan sumber yang diharapkan dapat menjadi sumber
hidrokarbon (Source Rock) diperkirakan berada pada Formasi Klasafet yang berumur Miosen
Tengah – Miosen Atas.
Struktur geologi yang terdapat di daerah penyelidikan relatif sederhana, hanya berupa
perlipatan sinklin yang berarah Baratlaut – Tenggara dengan kemiringan antara 10° - 40°.
Selain itu terdapat juga beberapa indikasi sesar.
Batuan yang diperkirakan sebagai batuan sumber (Source Rock) tidak ditemukan di daerah
penyelidikan. Yang ada hanya lapisan tipis batubara yang memiliki ketebalan berkisar antara
0,15 – 0,30 m.
Hasil analisis bakar (retort) menunjukkan bahwa lapisan batuan yang ditemukan tidak
mengandung minyak kecuali pada lapisan tipis batubara dengan kandungan minyak antara 5 –
Hasil analisis TOC dan Rock Eval menunjukkan bahwa batuan yang diduga sebagai batuan
sumber pada Formasi Klasafet berpotensi buruk-sangat bagus sebagai batuan sumber minyak.
Sedangkan tingkat kematangannya batuan sumber menunjukkan tingkat immature (belum
matang).
Sumberdaya batuan sumber dihitung berdasarkan ketebalannya, sedangkan sebaran kearah
jurus dihitung sepanjang 100 m dari sebelah menyebelah singkapan batuan yang diketemukan.
Sumberdaya batuan sumber ini dikatagorikan hipotetik dan berjumlah 13.592,12 ton.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang kaya akan kandungan hasil bumi seperti mineral dan minyak bumi. Namun akhir-akhir ini, cadangan minyak bumi di Indonesia tiap tahun menurun sehingga akhirnya Indonesia berubah dari negara pengekspor minyak menjadi pengimpor minyak. Untuk itu perlu dicari daerah-daerah baru yang memiliki potensi kandungan minyak.
Salah satu daerah yang diperkirakan memiliki potensi kandungan minyak adalah daerah Wasian, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat. Dibatasi oleh koordinat geografis 113° 15’ 00” - 113° 55’ 00” Bujur Timur dan 01° 50’ 00” – 02° 08’ 00” Lintang Selatan dengan luas daerah penyelidikan sekitar 249.000 ha (Gambar 1).
GEOLOGI UMUM
Secara geologi daerah Wasian termasuk ke dalam Cekungan Bintuni bagian Utara, bagian sebelah Baratnya berbatasan dengan Cekungan Salawati.
Menurut S. Asmawinata, A.S. Hakim dan PE. Pieters (1989), Deddy Amarullah dkk (1991), Cekungan Bintuni bagian Utara dari tua ke muda terdiri dari (gambar 2) :
¾ Formasi Kemum, merupakan
batuan dasar yang terdiri dari batuan metasedimen dan metamorf seperti batusabak, argilit, batupasir, konglomerat, filit, batutanduk, kuarsit, konglomerat malih, sekis,
genes, dan batugamping malih yang berumur Silur sampai Devon.
¾ Formasi Aimau diendapkan
secara tidak selaras di bagian atasnya. Terdiri dari batupasir, konglomerat, sedikit lumpur dan serpih. Formasi ini diendapkan pada akhir Karbon sampai awal Perm.
¾ Kelompok Mawi diendapkan di pinggir cekungan bagian timur terdiri dari batuan metamorf rendah seperti serpih, argilit, batulanau dan batupasir. Pengendapan ini berlangsung dari awal Perm sampai akhir Kapur.
¾ Formasi Tipuma diendapkan
secara tidak selaras di atas Formasi Aimau. Terdiri dari batulumpur, batulanau, sedikit batupasir, konglomerat dan batugamping. Pengendapannya terjadi pada Awal Trias sampai dengan Yura Bawah.
¾ Bersamaan dengan terbentuknya
Formasi Tipuma, pada Awal Trias juga terbentuk batuan pluton yang mengandung biotit dan muskovit, dinamakan Granit Anggi.
¾ Formasi Jass diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Tipuma. Mengandung batupasir gampingan, batulumpur, batulanau, sedikit napal dan konglomerat berumur Kapur Bawah hingga Kapur Atas.
¾ Kelompok Kambelangan yang
diendapkan di pinggir Cekungan bagian timur. Diperkirakan berumur Yura Tengah sampai Kapur Atas. ¾ Kelompok Niugini yang umumnya
terdiri atas batugamping. diendapkan selaras di atas Formasi Jaas. S. Atmawinata dkk (1989), membagi kelompok ini menjadi 7 (tujuh) Formasi, yaitu Formasi Puragi, Batugamping Inskin, Batugamping Faumai, Formasi Sirga, Batugamping Kais, Formasi Sekau dan Formasi Klasafet. Umur dari Kelompok ini berkisar antara Paleosen hingga Miosen Atas.
¾ Batuan Gunungapi Arfak
diendapkan dipinggir Cekungan bagian Timurlaut. Merupakan batuan hasil gunungapi yang terdiri dari tufa, aglomerat, lava, breksi lava, batuan terobosan bersifat basaltic hingga andesitic, terbentuk pada Eosen Atas hingga awal Miosen Tengah.
¾ Batugamping Maruni berumur
Miosen Bawah sampai akhir Miosen Tengah juga diendapkan di dipinggir Cekungan bagian Timurlaut.
¾ Batugamping Imskin, berumur Paleosen – Miosen Tengah. Terdiri dari kalsitutit, batunapal; sedikit kalkarenit.
¾ Formasi Klasafet, batunapal, batulumpur gampingan, serpih; sedikit batugampingan, kalkarenit, kalsirudit, konglomerat gampingan. Formasi ini berumur Miosen Tengah – Miosen Atas.
¾ Formasi Steenkool diendapkan selaras di atas Kelompok Niugini, terdiri dari batupasir, batulumpur, batulanau, konglomerat dan lignit. Formasi ini diperkirakan berumur akhir Miosen Atas sampai Pliosen. ¾ Formasi Wai diendapkan di pinggir
Cekungan bagian timurlaut, pada awal Miosen Atas sampai Kuarter. Terdiri dari batugamping terumbu, konglomerat, batupasir, batunapal dan batulumpur gampingan.
¾ Formasi Befoor diendapkan pada Pliosen hingga Kuarter. Formasi ini mengandung batupasir, batupasir
kerakalan, konglomerat, batulumpur dan batunapal.
¾ Batupasir Tusuawai diendapkan secara selaras di atas Formasi Steenkool, pengendapannya diperkirakan berlangsung pada Pliosen hingga Kuarter. Bersamaan dengan Batupasir Tusuawai diendapkan juga Formasi Menyambo di bagian pinggir cekungan bagian utara.
¾ Alluvium, endapan danau,
endapan litoral dan terumbu
koral diendapkan Secara tidak selaras di atas Formasi-Formasi di atas. Endapan ini berumur Kuarter.
Kandungan minyak di suatu daerah biasanya diindikasikan oleh adanya rembesan minyak dan batuan sumber (source rock). Batuan sumber adalah batuan yang diduga mengandung minyak dan biasanya berupa aneka batuan sedimen klastik berbutir halus, dan banyak mengandung material-material organik. Adanya keterkaitan antara sedimen berbutir halus yang umumnya berupa serpih dan kandungan minyak atau organik menyebabkan batuan ini dikenal juga sebagai serpih minyak atau serpih bitumen.
Secara geologi formasi batuan yang diduga mengandung minyak dapat terbentuk pada lingkungan pengendapan danau, laut dangkal – neritik atau lagun. Batuan ini umumnya merupakan sedimen klastik halus, seperti serpih, lempung, lanau atau batupasir halus dan sering berasosiasi atau mengandung sisa-sisa tumbuhan, kayu terarangkan dan batubara.
Berdasarkan data stratigrafi daerah Wasian dan sekitarnya, diperkirakan formasi yang berpotensi mengandung batuan yang diduga mengandung minyak adalah Formasi Klasafet.
GEOLOGI DAERAH INVENTARISASI
Secara umum, morfologi daerah penyelidikan secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) satuan morfologi yaitu: Satuan morfologi pedataran, Satuan morfologi perbukitan bergelombang dan Satuan morfologi perbukitan curam (gambar 3).
Satuan morfologi pedataran, menempati kurang lebih sekitar 20 % dari keseluruhan daerah penyelidikan. Pola aliran sungai yang berkembang adalah pola aliran sungai anastomatik, dimana erosi yang berkembang lebih ke arah lateral dibandingkan ke arah vertikal. Ini biasa terjadi pada sungai-sungai yang sudah relatif dewasa. Daerah ini umumnya berupa hutan, semak belukar, yang didominasi batuan-batuan dari aluvium.
Satuan morfologi perbukitan bergelombang, menempati sekitar 30 % dari keseluruhan daerah penyelidikan. Pola aliran sungai yang berkembang adalah pola aliran sungai dendritik. Daerah ini umumnya berupa hutan, semak belukar, yang didominasi batuan-batuan dari Formasi Steenkool dan Formasi Klasafet.
Satuan morfologi perbukitan curam, umumnya terdapat pada bagian utara dan tengah daerah penyelidikan. Umumnya memiliki pola aliran sungai dendritik hingga paralel. Menempati sekitar 50% daerah penyelidikan, umumnya berupa hutan lebat. Satuan morfologi ini didominasi oleh batuan dari Formasi Steenkool, Batugamping Imskin dan Kelompok Kambelangan.
yang umumnya berarah relatif Timur Laut – Tenggara.
Berdasarkan pada peta geologi lembar Ransiki, Steenkool, dan Fak-fak serta ciri-ciri yang ditemukan di lapangan, daerah penyelidikan memiliki beberapa sesar yang umumnya berarah Utara – Selatan, tetapi jenis sesar-sesar tersebut belum dapat diidentifikasi.
POTENSI KANDUNGAN MINYAK
Untuk mengetahui potesi kandungan minyak di daerah penyelidikan, maka dilakukan pencarian data pada formasi batuan yang diperkirakan merupakan batuan sumber. Batuan ini biasanya memiliki kandungan organik yang cukup tinggi. Formasi yang dimaksud adalah Formasi Klasafet dan Batugamping Imskin. Menurut tinjauan geologi regional, litologi utama penyusun Formasi Klasafet adalah batunapal, batulumpur gampingan, serpih; sedikit batugampingan, kalkarenit, kalsirudit, konglomerat gampingan. Sedangkan batuan penyusun Formasi batugamping Imskin adalah kalsitutit, batunapal; sedikit kalkarenit (Atmawinata, dkk., 1989).
Berdasarkan pengamatan di lapangan, ditemukan 51 singkapan batuan (tabel 1). Yang diperkirakan mengandung minyak adalah batupasir halus seperti pada lokasi pengamatan Bps-7, yang memiliki ciri litologi berwarna abu-abu, pasir halus, setempat paralel laminasi, terdapat pita-pita karbon. Ketika dibakar, mengeluarkan aroma seperti aspal terbakar. Selain itu ada
juga yang berupa batulempung yang berwana hitam, diperkirakan memiliki kandungan karbon yang cukup tinggi.
Dari hasil pengeplotan lokasi pengamatan di lapangan, terlihat bahwa singkapan-singkapan tersebut berada pada Formasi Steenkool, Formasi Klasafet, dan Batugamping Imskin.
Analisis yang dilakukan adalah analisis bakar atau analisis Retort, analisis Total Organic Carbon (TOC), dan analisis Rock Eval.
Dari hasil analisis retort, kandungan minyak di daerah penyelidikan berkisar antara 0 l/ton – 7 l/ton.
Dari 14 sampel yang dikirim ke laboratorium untuk dianalisa, kandungan minyak ditemukan pada 3 sampel batuan, yaitu BB-1, BB-2a dan BB. Sedangkan pada sampel batuan yang lainnya tidak ditemukan kandungan minyak (tabel 2).
Kandungan minyak pada sampel 1, BB-2a dan BB adalah berturut-turut sebagai berikut, 7 l/ton, 7 l/ton dan 5 l/ton.
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.
Plot antara TOC dengan S2 menunjukkan batuan di daerah penelitian rata-rata memiliki katogeri poor (S2 < 2 mg/gram). Sedangkan plot antara TOC dengan Hidrogen Index (HI) menunjukkan potensi yang buruk sampai bagus (gambar 5 dan 6).
Sementara plot Tmax dengan HI menunjukkan bahwa batuan sumber di daerah penyelidikan merupakan batuan sumber untuk gas dan minyak, tetapi bila dilihat dari tingkat kematangannya dikategorikan sebagai batuan sumber yang immature (belum matang), lihat gambar 7.
Hasil plot HI dengan Oksigen Index (OI) menunjukkan batuan di daerah penyelidikan kemungkinan besar merupakan batuan sumber yang dapat menghasilkan minyak dan gas, karena berdasarkan hasil plot, batuan sumber berada pada oil prone dan gas prone (Gambar 8).
Untuk menghitung sumber daya minyak digunakan beberapa parameter sebagai berikut :
1. Jumlah sumberdaya batuan sumber dihitung dengan cara :
a. panjang lapisan batuan sumber yang dihitung kearah jurus dibatasi sampai sejauh 100 m dari titik informasi paling ujung kearah kiri dan kanan, ini disebabkan oleh tipisnya lapisan yang dihitung (< 0,50 m), diperkirakan
penyebarannya tidak akan jauh. Dan diasumsikan lapisan yang dihitung memiliki sifat yang homogen.
b. Lebar lapisan yang dihitung dibatasi sampai dengan kedalaman maksimum 50 m, rumus yang digunakan untuk menghitung lebar adalah L = 50/sinα ( L = lebar; 50 = batas kedalaman sampai 50 m; α = besar sudut kemiringan lapisan batuan ).
c. Apabila pada suatu titik informasi tidak ada data kemiringan lapisan, maka data kemiringannya diambil dari titik informasi terdekat.
d. Spesific gravity (SG) yang dihitung adalah berdasarkan nilai hasil laboratorium.
2. Kandungan minyak yang dihitung, merupakan hasil dari retort dan memiliki nilai ≥ 4 l/ton.
3. Sumberdaya minyak dihitung dengan menggunakan satuan barrel, dengan rumus yang dipakai adalah
OSR (ton) x HC (l/ton)
HCR = --- Barrel 159
Dimana :
HCR = Hydrocarbon Resources atau Sumber daya Minyak (Barrel).
OSR = Oil Shale Resources atau Sumber daya batuan yang diperkirakan merupakan batuan sumber (Source Rock).
159 = 1 Barrel.
4. Dalam perhitungan sumberdaya minyak, kandungan airnya harus dijadikan nol atau biasa disebut “liters per tonne at zero moisture” (LTOM), hal ini dimaksudkan supaya kandungan minyak dalam suatu lapisan batuan pada suatu formasi dapat dengan mudah dibandingkan dengan kandungan minyak dalam lapisan lainnya atau formasi lainnya. Rumus yang digunakan untuk memperoleh LTOM adalah
LTOM = {100 x HC (ar)} : {100-MC (ar)}
Dimana :
LTOM = Liters per Tonne at Zero Moisture atau Kandungan Minyak pada Nol Persen Air.
HC = Kandungan Minyak atau Hydrocarbon Content.
MC = Kandungan Air atau Moisture Content.
5. Klasifikasi sumberdaya minyak yang dihitung disini masih sulit ditentukan karena belum ada yang bisa dijadikan acuan, tapi untuk saat ini diklasifikasikan kedalam sumber daya hipotetik.
Berdasarkan asumsi diatas, maka sumber daya batuan sumber dan minyak di daerah Wasian dan sekitarnya dapat dilihat pada tabel 4 dan 5.
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Daerah Wasian merupakan bagian dari Cekungan Bintuni yang disusun oleh batuan yang berumur Tersier dan Kuarter.
2. Dari hasil pemetaan geologi ditemukan sekitar 51 singkapan batuan, yang terdiri dari batulempung, batupasir dan batugamping.
3. Berdasarkan hasil analisis retort, kandungan minyak di daerah penyelidikan berkisar antara 0 l/ton – 7 l/ton.
4. Hasil analisa Total Organic Carbon (TOC) menunjukkan batuan di daerah penyelidikan tidak memenuhi syarat sebagai batuan sumber karena hanya memiliki nilai TOC < 2 %.
5. Berdasarkan “potensi kesuburan” (S2) yang umumnya < 2 mg/gr termasuk kedalam batuan induk/sumber dengan katagori poor atau jelek.
6. Tmax batuan di daerah penyelidikan berkisar antara 316oC – 442oC, termasuk kedalam katagori belum matang sampai awal matang.
7. Sumber daya hipotetik batuan sumber daerah penyelidikan diperkirakan sebesar 13.592,12 ton.
9. Dari hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa batuan di daerah penyelidikan tidak memadai untuk menjadi batuan sumber yang baik, sehingga daerah penyelidikan tidak memiliki potensi kandungan minyak.
DAFTAR PUSTAKA.
Peters, K.E., 1986. Guidelines for Evaluating Petroleum Source Rock Using Programmed Pyrolysis. Chevron Oil Field Research Company, California.
Atmawinata., S, dkk., 1989, Peta Geologi Lembar Ransiki, Irian Jaya, P3G, Bandung.
Hutton, A.C., 1987, Petrographic Classification of Oil Shale, International Journal of Coal Geology, p. 203-231, Amsterdam.
Hutton, A.C., Kanstler, A.J., Cook, A.C., 1980, Organic Matter in Oil Shales, APEA Journal, vol. 20, p 44-62, University of Wollongong, N.S.W., Australia.
Sukardjo, dkk, 2003, Kajian Terpadu Cekungan Pengendapan Batuan yang diduga mengandung minyak di Indonesia, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral.
Yen, T.F., and Chilingarian, G.V., 1976, Oil Shale, Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam – Oxford – New York.
Daerah Penyelidikan
Gambar 2. Stratigrafi Daerah Penyelidikan
Gambar 3. Morfologi daerah penyelidikan: A. Morfologi pedataran; B. Morfologi perbukiran bergelombang; C. Morfologi perbukitan curam
A
A
B
B
A
B
C
Gambar 4. PetaGeologi Daerah Wasian dan Sekitarnya Formasi
Steenkool
Batupasir
Tusuawai
Endapan Undak Aluvium
Aluvium Batugamping
Tabel 1. Lokasi pengamatan singkapan di daerah penyelidikan.
No Kode
Singkapan
KOORDINAT
UTM 53M Keterangan Strike/Dip Formasi
1 Bb 1 369229 9786777
Batubara, hitam, kilap agak terang, keras, getas. Terdapat 2 lapisan tipis.
210/50 Steenkool
2 Bb 2a 325456 9773031
Batubara, coklat kehitaman,
kusam, getas, struktur kayu masih terlihat.
95/29 Steenkool
3 Bgp 1 361287 9769219
Batugamping, putih kotor, sangat keras, kristalin.
- Klasafet
4 Bgp 3 375072 9796435
Batugamping, putih kotor, sangat keras, kristalin.
Klasafet
5 Blp 1 357128 9775267
Batulempung,
hitam, massiv, setempat nodul aspal, keras. Tidak berbau ketika dibakar.
- Klasafet
6 Blp 10 360226 9775692
Batulempung, coklat kehitaman, getas, keras, terkekarkan.
Klasafet
7 Blp 11 360301 9775696
Batulempung, coklat kehitaman, getas, keras, terkekarkan.
Klasafet
8 Blp 12 369402 9786833
Batulempung, coklat kehitaman, keras, getas, setempat
menyerpih.
9 Blp 13 372366 9789304
Batulempung, kehitaman, keras, getas, setempat menyerpih.
210/45 Klasafet
10 Blp 14 374743 9795644
Batulempung, coklat kehitaman, getas, keras, terkekarkan.
Klasafet
11 Blp 15 374894 9795878
Batulempung, coklat kehitaman, getas, keras, terkekarkan.
Klasafet
12 Blp 16 376150 9788258
Batulempung, abu-abu terang, keras, getas, masiv.
Batugamping Imskin
13 Blp 17 372489 9789827
Batulempung, abu-abu terang, keras, getas, masiv.
Klasafet
14 Blp 18 371818 9787338
Batulempung, abu-abu terang, keras, getas, masiv.
Klasafet
15 Blp 19 330717 9770480
Batulempung, abu-abu terang, keras, getas, masiv.
Steenkool
16 Blp 2 360105 9780431
Perselingan
batupasir dengan batulempung. Batulempung, coklat kehitaman, setempat
menyerpih, keras, getas.
235/35 Klasafet
17 Blp 20 325884 9772954
Batulempung, abu-abu terang, keras, getas,
masiv.
18 Blp 21 322628 9775129
Batulempung, abu-abu terang, keras, getas, masiv.
Steenkool
19 Blp 22 319474 9779882
Batulempung, abu-abu terang, keras, getas, masiv.
Steenkool
20 Blp 23 317506 9780386
Batulempung, abu-abu terang, keras, getas, masiv.
Steenkool
21 Blp 3 366860 9782377
Batulempung, hitam, karbonan, lunak - keras dapat diremas.
- Klasafet
22 Blp 4 368467 9784183
Batulempung, coklat kehitaman, keras, getas, setempat
menyerpih.
- Klasafet
23 Blp 5 368659 9784517
Batulempung, coklat kehitaman, keras, getas, setempat
menyerpih.
255/20 Klasafet
24 Blp 5A 368731 9784590
Batulempung, coklat kehitaman, keras, getas, setempat
menyerpih.
235/30 Klasafet
25 Blp 6 369245 9786793
Batulempung, coklat kehitaman, getas, keras.
- Klasafet
26 Blp 7 358275 9776516
Batulempung, coklat kehitaman, getas, keras.
27 Blp 8 360075 9775629
Batulempung, coklat kehitaman, getas, keras.
- Klasafet
28 Blp 9 360168 9775670
Batulempung, coklat kehitaman, getas, keras, terkekarkan.
344/45 Klasafet
29 bps 314386 9782632
Batupasir, abu-abu kehitaman, pasir sedang - halus, keras, setempat paralel laminasi.
85/13 Steenkool
30 Bps 1 353910 9771229
Batupasir, abu-abu, pasir sedang - halus, keras dapat diremas.
Steenkool
31 Bps 11 327632 9772115
Batulempung, coklat kehitaman, getas, keras.
- Steenkool
32 Bps 2 358876 9778966
Batupasir, abu-abu, pasir sedang - halus, keras dapat diremas.
235/15 Klasafet
33 Bps 3 364083 9781589
Batupasir, abu-abu, pasir sedang - halus, keras dapat diremas.
Klasafet
34 Bps 5 352052 9769505
Batupasir, abu-abu kehitaman, pasir sedang - halus, keras, setempat paralel laminasi.
155/55 Steenkool
35 Bps 6 361381 9769410
Batupasir, abu-abu kehitaman, pasir sedang - halus, keras, setempat paralel
laminasi.
36 Bps 7 371561 9787049
Batupasir, abu-abu, pasir sedang - halus, getas, keras, setempat paralel laminasi.
108/29 Klasafet
37 Bps Ht1 311930 9785963
Batupasir, hitam, pasir sedang - halus, paralel laminasi, keras dapat diremas.
82/14 Steenkool
38 Bps Ht2 310456 9786882
Batupasir, hitam, pasir sedang - halus, paralel laminasi, keras dapat diremas.
84/13 Steenkool
39 Bps Htm 314071 9783551
Batupasir, hitam, pasir sedang - halus, paralel laminasi, keras dapat diremas.
80/12 Steenkool
40 Np 1 365599 9781796 Batulempung,
putih kotor, lunak. Klasafet
41 Np 11 321315 9778790 Batulempung,
putih kotor, lunak. Steenkool
42 Np 12 316293 9781418 Batulempung,
putih kotor, lunak. Steenkool abu-abu sampai abu-abu
kekuningan, keras, getas.
Batugamping Imskin
46 Np 5 374876 9795763 Batugamping,
keras, kristalin.
47 Np 6 374675 9789853 Batulempung,
putih kotor, lunak.
Batugamping Imskin
48 Np 7 375954 9789771 Batulempung,
putih kotor, lunak. Klasafet
49 Np 8 376116 9789226 Batulempung,
putih kotor, lunak. Klasafet
50 Np 9 324985 9773201 Batulempung,
putih kotor, lunak. Steenkool
51 Np10 322952 9776316 Batulempung,
Tabel 2. Hasil Analisa Retort Daerah Wasian dan Sekitarnya
NO NOMOR
KANDUNGAN
AIR
KANDUNGAN
MINYAK SG Batuan
CONTO LAB ml/100gr L/Ton
1 Bps 2009154 5 - 2.41
2 Bps Htm 2009155 6 - 2.41
3 Bps 7 2009156 6 - 2.34
4 Blp 16 2009157 5 - 2.41
5 Bb 1 2009158 8 7 1.08
6 Bb 2a 2009159 10 7 1.32
7 Blp 3 2009160 8 - 2.50
8 Np 4 2009161 4 - 2.59
9 Blp 15 2009162 6 - 2.27
10 Bb 2009163 11 5 1.33
11 Ms 1a 2009164 7 - 2.33
12 Blp 11 2009165 5 - 2.44
13 Ms 1b 2009166 8 - 2.27
Tabel 4. Sumber daya hipotetik batuan sumber daerah Wasian dan sekitarnya sampai kedalaman 50 m.
No Lapisan Kode
Conto Litologi
Panjang
(m)
Lebar
(m)
Tebal
(m)
SG
(Ton/m3)
Sumberdaya
(Ton)
1 A1 BB-1 Batubara 200 65,27 0,20 1,08 2.819,68 2 A2 BB Batubara 200 65,27 0,15 1,33 2.604,29 3 B BB-2a Batubara 200 103,13 0,30 1,32 8.168,15
TOTAL SUMBER DAYA 13.592,12
Tabel 5. Sumber daya hipotetik minyak daerah Wasian dan sekitarnya
No Lapisan Kode Conto
Hasil Analisa Retort
Sumberdaya
(ton) LTOM
SD Minyak
(Barrel) Minyak
(L/ton)
Air
(L/ton)
1 A1 BB-1 7 0,8 2.819,68 7,01 124,24 2 A2 BB 5 1,1 2.604,29 5,01 81,99 3 B BB-2a 7 1,0 8.168,15 7,01 359,96