• Tidak ada hasil yang ditemukan

peraturan daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "peraturan daerah"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI INDRAGIRI

HILIR

PERATURAN DAERA}I IVTEUPATEN INDRAGIRI

HILIR

I{OMOR

06

TAITUN 2012

TENTANG

PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIII DENGAN RAHMAT

TIMAN

YANG MAHA ESA

Menimbang

:

a.

BUPATI INDRAGIRI TTILIR,

pahwa

pemerintah

berkewajiban

meni'gkatkan

kualitas

pelayanan

publik

yang menjadi harap:an clan

dambaan

seluruh

warga

-

masyarakat

dalam

hubungannya

dengan

peningkatan

kesejahteraan

masyara-kat;

bahwa

membangun kepercayaan masyarakat

atas

pelayanan

publik

yang diselenggarakan penyelenggara

pelayanan

publik

merupakan kegiatan

yang

harus

dilakukan seiring tuntutan

dan

rrarapari

warga

masyarakat tentang perlunya peningkatan

kualitas pelayanan publik;

bahwa daerah berkewajiban merayani setiap

warga

negara

dan

penduduk

untuk

memenuhi

liak

dan

kebutuhan

dasarnya

clalam kerangka

pelayanan

publik

maka

diperlukan

norma

hukum

yang memberi

pengaturan

untuk

membangun

kepercayaan

masyarakat atas pelayanan publik;

bahwa berdasarkan ketentuan dalam

undang-unda'g

Nomor

25 Tahun 2o0g

tentang pelayanan

puoi*

aa.,

sebagai

upaya

untuk

meningkatl<an

kualitas

dan

menjamin penyediaan pelayanan

publik

sesuai dengan asas-asas

umum

pemerintahan yang

baik

serta

untuk

memberi

perlindungan bagi

setiap warga negara dan

penduduk

dari

penyalahgunaan

*e*errarrg

diclalam

penyelenggaraan

pelayanan

publik,

diperlukan

pengaturan hukum yang rnendukungnya;

bahwa

berdasarkan pertimbangan

sebagaimana dimaksud pada

huruf

a,

huruf

b,

huruf

c, dan

turuf

d,

maka

perlu

dibentuk Peraturan Daerah

Kabupaten Indragiri

Hilir

tentang Pelayanan publik;

b.

c.

d.

(2)

Mengingat

Undang-Undang

Nomor

6

Tahun

1965

tentang Pembentukan Kabupaten Daerah

Tingkat

II

Inclragiri

Hilir

Dengan Mengubah

Undang-Undang

Nomor

12

Tahun

1956 tentang

Pembentukarr.

Daerah

Ctonom

Kabupaten

Dalam

Lingkungan

Provinsi

Sumatra

Tengah (Lembaran Negara

Republik

Indonesia Tahun 1965 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

275fl;

Undang-Undang

Nomor

8

Tahun

1974

tentang

Pokok-Pokok

Kepegawaian

(Lembaran

Negara

Republik Indonesia

Tahun

1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

308i)

sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 43

Tahun

Iggg

tentang

Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun

1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3S90);

Undang-Undang

Nomor

9

Tahun

1998

tentang

Kemerdekaan Menyampaikan

Pendapat

di

Muka

Umum

(Lembaran Negara

Republik

Indonesia Tahun

1998 Nomor

181,

Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3789);

Undang-Undang

Nomor

28

Tahun

1999

tentang Penyelenggara Negara

yang Bersih

dan

Bebas

dari

Korupsi,

Kolusi

dan

Nepotisme {Lembaran

Negara Republik Indonesia

Tahun

1999 Nomor 75, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3851) sebagaimana

telah

diubah

dengan

Undang-Undang Nomor 30

Tahun

2OO2 tentang Komisi Pemberantasan

Tindak

Pidana

Korupsi

(Lembaran

Negara

Republik

Indonesia

Tahun

20A2 Nomor

137,

Tanebahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a25Q;

Undang-Undang

Nomor

32

Tahun

2OO4

tentang

Pemerintahan

Daerah

(Lembaran Negara

Republik

Indonesia

Tahun

2OO4

Nomor

125,

Tambahan

Lembaran

Negara

Republik Indonesia

Nomor

4437) sebagaimana

telah

diubah

dengan

Undang-Undang

Nomor

12 Tahun

200B

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

a9afl;

Undang-Undang

Nomor

33

Tahun

2OO4

tentang Perimbangan Keuangan

Antara

Pemerintah

Fusat

dan

Pemerintahan

Daerah

(Lembaran

Negara. Repubiik

Indonesia

Tahun

2AO4

Nomor

126,

Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

a

3B);

Undang-Undang Nomor

74

Tahun

2008

tentang

Keterbukaan

Informasi

Publik

(Lembaral

Negara

Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tarnbahan Lembaran Negara

Republik

indonesia Nomor Ba6);

Undang-Undang Nomor

37

Tahun 2008

tentang

Ombudsman

Republik Indonesia (Lembaran

Negara

Republik

Indonesia

Tahun

2008

Nomor

139,

Tambahan

Lembaran Negara

Repubiik

Indonesia

Nomor a899);

1.

4. c

.)

5.

6.

(3)

Undang-Undang

Nomor

25

Tahun 2009

tentang

Pelayanan

Publil(

(Lembaran

Negara

Republik

Indonesia

Tahun 2009

Nomor

II2

Tambahan Lembaran Negara

Repubiik

Indonesia Nor-nor S0BB);

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2OO9 tentang Majelis Permusyawaratan

Rakyat,

Dewan Perwalcilan Rakyat,

Dewan

Perwakilan

Daerah

dan

Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara

Republik

Indonesia

Tahun

2OO9 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara

Republik

Indonesia Nomor 5043);

Undang-Undang

Nomor

12

Tahun

2OI1

tentang

Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun

2011

Nomor

82,

Tambahan Lembaran Negara

Republik

Indonesia Nomor

523fl;

Peraturan Pemerintah Nomor

68 Tahun

1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dalam Penyelengaraan

Negara {Lembaran Negara

Republik

Indonesia

Tahun

1999

Nomor

129,

Tambahan

Lembaran Negara

Republik

Indonesia Nomor 38b6); Peraturan Pemerintah Nomor

65 Tahun 2005

tentang

Pedoman

Penyusunan

Standar

Pelayanan

Minimal (Lembaran

Negara Repubiik indonesia

Tahun

2005

Nomor

150

Tambahan Lembaran Negara

Republik

indonesia a585);

Peraturan Pemerintah Nomor

79 Tahun 2005

tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan

Pemerintahan

Daerah

(Lembaran Negara

Republik

Indonesia

Tahun

2005

Nomor

165,

Tambahan Lembaran Negara

Republik

indonesia Nomor a593); Peraturan Pemerintah Nomor

38 Tahun

2AO7 tentang Pembagian

Urusan

Pemerintahan

Antara

Pemerintah,

Pemerintahan

Daerah Provinsi

dan

Pemerintahan

Daerah Kabupaten/I(ota

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO7 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik

Indonesia Nomor a737);

Peraturan Pemerintah

l\omor 41 Tahun

2AO7 tentang

Organisasi Perangkat

Daerah

(Lembaran

Negara

Republik

indonesia Tahun 2CIO7 Nomor 69, Tambahan

Lembaran Negara

Republik

Indonesia Nomor a7alJ;

Dengan persetqjuan bersarxr.a

DEIT/AI{ PERqIATilI"AN RAT(YAT DAERAIT I{ABI'PATEN INDRAGIRI HILIR Dan

BI}PATI INDRAGIRI HILIR MEMUTUSI{AN : B.

9.

10.

11.

72.

13.

14.

15.

Menetapien

:

FERATURAN

DA-DR^fIII

PELAYANAN PUBLIK.

(4)

tsAB

I

KETEI{TUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah

ini,

yang dimaksud dengan:

1.

Daerah adalah Kabupaten

indragiri

Flilir.

2'

Pemerintahan Daerah ada-lah penyelenggaraan

urusan

pemerintahan oleh

pemerintah

daerah

dan

DPRD

mentrut

asas

otonomi

dan

t rgu"

pernbantuan

dengan

prinsip

otonomi

seluas-luasnya

dalam sistern

dan

prinsip

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagairnana d.imaksud

dalam undang-undang Dasar Negara Republik

IndonesiJrahun

1 945.

3.

Pemerintah Daerah adarah pemerintah Kabupaten Indragrri

Hilir.

4.

Bupati adalah Bupati

Indragiri

Hilir.

5'

Dewan Perwakilan Rakat Daerah selanjutnya dj.tulis DpRD adaiah

Dewan Perwakilan Rakat Daerah Kabupaten Indragiri

Hilir.

6'

Pemantau Penyelenggara Pelayanan Publik adalah DPRD, masyarakat atau kelompok masya::akat.

7

'

Pelayanan

publik

adalah

s9slla

kegiatan

dalam

rangka

pemenuhan

kebutuhan pelayanan

sesuai

-hak-haf,

dasar setiap

*rign

negara

da'

penduduk

atas suatu

barang,

jasa

atau

pelayanan

aariinistiasi

y;;

disediakan oleh penyelenggara pelayanan yans

terkait

d.engan

kepentingai

publik.

B.

A[asan satuan kerja

Penyelenggara

adalah

pimpinan satuan kerja

yang

membawahi

secara langsung

satu

atau

-

teufr

satuan

kerja

v""E

melaksanakan pelayanan publilc.

9.

Penyelenggara Pelayanan

Publik

adalah

lembaga

dan atau

unit

kerja

pcllyanan

publik

Pemerintah

Daerah

atau

Badan Usaha

Milik

naerah

dan/atau

organisasi

yang

berada

di

bawah Pemerintah Daerah

yang menyelenggarakan pelayanan publik.

10.Pel:.ksana pelayanan

publik

yang selanjutnya

clisebut pelaksana adalah.

pejabat, pegawai, petugas,

dan

setiap

oran.g

yang

bekeq'a

di

dalam

Organisasi

Penyelenggara

yang

bertugas melaksan"katr

tindakan

atau serangkaian tindakan pelayanan publik.

11.

Pt:nerima

layanan

publik

adalah

masyarakat, orang-perorang

atau

sekelompok

orang

dan/

atau

lembaga

dan/atau

badan

hilkui

yang

memiliki

hak dan kewajiban terhadap suatu pelayanan publik.

12.Standar pelayanan

adalah ketentuan yang berisi norma,

ped.oman, dan kesepakatan sebagai

ukuran

tentang

pelayanan,

sarana

d*.r

prasarana

pelayanan

yang

dirumuskan

secara bersama

oleh

pihak-piirak

yang berkepentingan.

13'Indeks Kepuasan Masyarakat adalah

ukuran kepuasan

penerima iayanan y€rng

disediakan

oleh

Penyelenggara Pelayanan

Publili

berdasarkan

standar pelayanan yang ditetapkan.

14.

Pertanggungjawaban penyelenggaraan

peiayanan

publik

acia]ah

perwujudan kewajiban

Penyeienggara

pelayanan

p;bHk

mengena-i

pencapaian

tujuan yang ditetapkan melalui

mekanisrne pertanggungjawaban yang ditetapkan kepada pejabat yang berwenang.

15. Pr:ngaduan adalah pemberitahuan, pelaporan dan penyampaian keberatan

(5)

1 0'

ombudsman

3aa!n lembaga.Ialg

mengawasi penyeienggaraan perayanan

pubiik

yang

ditingkat

pu.ai

aiseuit

otriu,rar*L"

h.;;;iik

inclonesia dan

$:.ffi*

keberadaannya disesuaikan dengan p..,rrrdang-undangan yang

17' Sengketa Pelayanan

Publik

adalah

perselisihan

yang

timbul

di

bida'g

pclayanan

publik

antara

penerima

a-"g;

penyelengara layanarr akibat

ketidaksesuaian.

antara

pelayanan

y;"g

-

diierimi

d.engan

standar pelayanan yang berlaku.

18'organisasi

Penyelenggara

adalah

Perangkat

Daerah

atau

Badan

usaha

Milik

Daerah,

mulai dari

Kabupaten

"".ip"i

io"tingr.at-ffitrrrrgan/dusun

berkewajiban memberikan

o.iuy"rr".r,

r<epada

-i.y"C?i

berdasarkan kewenangannya masing-masin g.

19'Penghargaan adalah imbalan

jasa

dan

/atau

penghargaan

yang

diberikan keqa$a Penyelenggara Pelayanan

Pubiik atas

prestasi

kerja

dalam melaksanakan tugas memberikan peiayanan

publik

berdasarkan penilaian pejabat yang berwenang.

20.

Pembinaan

adalah

upaya-upaya

yarlg

diberikan oreh

pejabat

yang

berwenang kepada

penyelenggara

atau

unit

penyelenggara

pelayana'

Fublik

untuk

lebih

meningkalfan

kua]itas dan kinerju p.?ivurrannya.

2'l'Pelayanan

administrasi adalah

pelayanan

yang

menghasiikan

berbagai bentuk dokumen resmi yang

dibuiuhkan

oreh publik.

22'Pelayanan barang adalah pelayanan

yang

menghasilkan berbagai bentuk dan

jenis

barang yang cligunakan dan

biunt rrri.Jr .,.rt.rt

dlry"r",

publik.

23' Pelayanan

jasa

adalah pelayanan

ylng

menghasilkan berbagai

bentuk

dan jenis jasa yang

dibutuhkan oleh

plffiIo.

24'sistem

informasi

pelayanan

publik

adalah rangkaian

kegiata:r. yang

meliputi penyimpanan

dan

pengelolaan

informasi antara

penyelenggara dan masyarakat secara timbat Uatit< dengan berbagai bentuk-bahasa lisan dan

tulisan

serta media elektronik.

25'

Maklumat

pelayanan adalah pernyataan

tertulis yang berisi

keseluruhan rincian kewajiban dan

janji

yang teidapat dalam

stlndir

pela5.an"rr.

26' Mcdiasi adalah penyelesaian sengketa pelayanan

publik antar

para pihak melalui banfuan oleh pihak yang berwenang.

BAB

II

MAKSUD, TUJUAN, AS.AS, DAN RUANG LINGKUP

Bagian Kesatu

-

Maksud dan

tujuan

PasaL 2

Pengaturan

penyelenggaraan

pelayanan

pubtik

d.imaksuclkan untuk

memberikan

kepastian

hukum

terhad"p p..ty"lenggaraan

p*t"yon"n

publik

dan

pemenuhan

hak-hak

masyarakat

-seiara

uerliratitas,^

terintegrasi

dan berkesinambungan.

Pasal

3

Penyelenggaraan pelayanan

publik

bertujuan

untuk

:
(6)

b.

terwujudnya

kualitas

pelayzuran, penyelen ggaraarr pelayanan

publik

dan Nepotisme;

c.

terwujudnya

batasan

dan

hubungan yang

jelas

tentang

hak,

tanggung

jawab,

kewajiban,

dan

kewenangan seruruh

pihak

yan;

terkait

alig"i

penyelenggaraan pelayanan publik;

d.

terwujudkan

kepastian

hukum dan

pemenuhan

hak

dalam melindungi masyarakat

untuk

mendapatkan pelayanan

publik

secara berkualitaJ, terintegrasi dan berkesinambungan; dan

e.

terpenuhinya

penyelenggaraan

pelayanan

publik

sesuai

d.engan

peraturan perundang-undangan.

Ragian Kedua

Asas Penyelenggaraan pelayanan

publik

Pasal

4 Penyelenggaraan Pelayanan

publik

berasaskan :

. kepentingan umum;

. kepastian hukum;

kesamaan hak;

. keseimbangan hak dan kewajiban;

keprofesionalan; partisipatif;

persarnaan perlakuan/ tidak

diskriminatif;

keterbukaan;

akuntabilitas;

fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan; ketepatan

waktu;

dan

kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

prinsip

*","",11ffJ:-1T""","n

pub'k

Pasal 5

Penyelenggaraar] pelayanan

publik

dilakukan berdasarkan prinsip :

a. kesederhanaan;

b. kejelasan; c. kepastian waktu;

d.

akurasi; e. keamanan;

f.

tanggungjawab;

g. kelengkapan sarana dan prasarana; h. kemudahan akses;

i.

kedisiplinan, kesopanan dan kerama.han; dan

j.

kenyamanan.

Bagian Keenrpat Ruang

Lingkup

Fasal 6

(1) Ruang lingkup pelayanan

publik,

meliputi

a.

pelayanan barang

publik;

b.

pelayanan jasa

publik;

dan

c.

pelayanan administrasi.
(7)

(2) Pelayanan

publik

sebagaimana

dimaksud

pacla ayat sesuai kewenangan pemerintah daerah beidasarkan perundang-undangan yang

diatur

lebih

lanjut

dengan

(i),

disetenggarakan

ketentuan

peraturan Peraturan Bupa.ti.

(1) {2)

tsAB

III

PEMBINA DAN PENANGGUNGJAWAB PELAYANAI{ PUBLIK pasal Z

Pembina Penyelenggaraan perayanan pubrik adarah Bupati. Pembina sebagaimana dimaksud ayat (1), mempunyai tugas

:

a.

melakukan pembinaan;

b.

melakukan pengawasan; dan

c.

meiakukan eva-luasi terhadap pelaksanaan tugas pelayanan pr_rblik. Pembina sebagaimana dimaksud na$a_1yat t2), menyampaikan raporan pelaksanaan pelayanan

publik

kepada

npno

bua.

".iiup

*khi.i^t.,r..

pasal g

eelSnS$ung

jawab

Pelayanan

Publik

adalah sekertaris Daerah

atau pejabat lain yang

ditunjuk

oleh pembina.

Penanggung jawab mempunyai tugas:

a.

mengkoordinasikan kelancaran penyelenggaraan pelayanan

publik;

b.

melakukan evaluasi penyeienggaraan perayanan

pubiik;

dan

c.

melaporkan

-

|.n"au"

pembina

pelaksanaan

penyelenggaraan

pelayanan publik.

penyelenggara bertanggung kegagalan penyelenggaraan

(31

(1)

(2)

BAts TV

ORGANISASI PEITYELFNGGARA DA}I PENATAAN PELAYANAN PUBLIK

Bagian Kesatu

I : Organisasi penyelenggara

Pasal 9

(1)

o::ganisasi Penyeienggara menyelenggarakan pelayanan pr,rblik.

(2)

Penyelenggaraan pelayanan

publik

sebagaimana dimaksud. pada

ayat

(1), meliputi:

a.

pelaksanaan pelayanan publik;

b.

pengelolaan pengaduan;

c.

pengelolaan informasi;

d.

pengawasan internal;

e.

penyuluhan kepada masyarakat; dan

f.

pelayanan konsultasi.

(3)

Penyelenggara

dan seluruh

bagian organisasi jawab atas ketidakmampuan, pelanggaran dan

peiayanan.

(8)

(1)

(2)

Bagian Kedua

penyelenggaraan dan penataan perayanan

pubtik

Pasal 1O

Penyelenggaraan Pelayanan

Fublik,

dapat dilakukan melalui

pelayanan sistem terpadu dan pelayanan khusus.

Pengaturan mengenai

sistem

pelayanan terpad"u

dan

perayanan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat

111,

diatur

lebih

lanjut

d;;;

peraturan

Bupati.

Bagian

Ketlga

Tugas danTanggung Jawab Pasal 11

Penyelenggara Pelayanan Publik bertugas dan bertangung jawab men,rusun

standar

operasional

prosedur

"esu"I

dengan

spM-

pa?a ..rrrit

kedanya

mersing-masing yang ditetapkan dengan

perituran nupati.

Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagaimana tersebut dalam ayat

(1)

sekurang-kuran gnya memuat: a. Prosedur Pelayanan

b. Wakhr Penyelesaian c. Biaya Pelayanan d. Produk Pelayanan e. Saranadan Prasarana

f.

Kompetensi Petugas pemberi pelayanan

Standar

Operasional Prosedur (SoP) sebagaimana dimaksud.

dalam

Ayat

(2)

diatur

lebih

lanjut

dengan peraturan Bupati.

(1)

(2)

(2)

Pasal 12

(1) Penyelenggara Pelayanan Publik

yajib

menyampaikan pertanggrngjawaban atas pelaksanaan tugasnya kepada Bupati melaiui pejabat

t;g.beivenang.

(2)

Penyampaian pertanggungiawaban sebagaimana

dimaksud

ayat

(1)

dilalcukan secara

priodik

setiap

tiga

bulan-, setiap

akhir tahun

cian/atau waktu tertentu apabila aaa

n*-hal

yang bersifat khusus.

(3)

Tata cara pely?mpaian

pertanggungjawaban sebagaimana

diatur

dalam ayat (1)

diatur

lebih

lanjut

dengan peraturan Bupati.

Baglan Keempat

Evaluasl Penyelenggaraan pelayanan

publik

Pasal L3

(1)Penyelenggara

pelayanan

publik

berkewajiban meiaksanakan

evaluasi terhadap

kinerja

pelaksana

di

lingkungan -organisasi secara

berkala

dan berl<elanjutan.

(2)

Evaluasi

penyeienggara sebagaimana

dimaksud

pada

ayat (1),

wajib

meiakukan upaya peningkatan kapasitas pelaksana.

(3) Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud ayat (1),

dilakukan

berdasarkan: a.

indikator

pelayanan

publik;

dan
(9)

(4)

pelaksanaan evaruasi

kinerja

-

sebagaimana

dimaksud

pada

ayat

(3)

bertujuan

untuk

meningkatkan

kinerjl

offirr"*

penyerenggara perayanan

pubiik

sesuai standar pelayanan.

(1)

Penyelenggara

berkewajiban pelaksana secara;

a.

transparan;

b.

tidak diskriminatif;

dan

".

berkeadilan.

(2) Penyelenggara

wajib

memberikan

memiliki prestasi kerja. penghargaan

kepada pelaksana

yang

(3)

Penyelenggara

w4iib

memberikan

sanksi

kepada

pelaksana

yang melakukan pelanggaran.

Pasal 14

melakukan

penyeleksian

dan promosl

penghargaan dan

diatur

iebih

lanjut

penyerahan dilaksanakan

(4) Ketentuan

lebih

lanjut

mengenai mekanisme pemberian

s-anksi sebagamana dimaksud

pada

ayat (2)

aa,

ayal

tg)

dengan Peraturan Bupati.

Bagian

Kelima

Hubungan

Antar

penyelenggara Pasal 15

(1) Peningkatan efesiensi

dan

efektifitas

kerjasama antar penyelenggara. pelayanan,

dapat dilakukan

melalui

(2)

Kerjasama

antar

penyeienggara sebagaimana

dimaksud

pacra

ayat

(1),

meliputi:

a-

kegiatan yang berkaitan dengan teknis operasional pelayanan; dan

b.

fasilitas pendukung pelayanan.

(3) Kerjasama penyelenggara

dapat dilakukan

apabila

penyeienggara

tidak

dapat melakukan sendiri karena:

keterbatasan sumber daya manusia; keterbatasan fasilitas pendukung; atau keadaan darurat.

a.

b.

c.

KerJasam.

""r;:#l;-trTffitan

Pasal 16

pihak Lain

(i)

Penyelenggara dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain.

(2) Ke-rjasama

yang

dimaksud

pada

ayat (1)

daiam

bentuk

sebagian

tugag

penyelenggarian

pei"y"r*

publik

yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-unaangan.
(10)

BAts V

HAK, KDtrIAJIBAI{ DAN LARANGAN Bagian Kesatu

Hak

dan Kewajiban Fenyelenggara

Pasatr 17 Penyelenggara

memiliki

hak:

a. independensi;

b. melakukan kerjasama;

c. menerima anggaran pembiayaan penyelenggaraan pelayanan

publik;

d.

melakukan

pembelaan terhadap pengaduan

dan

tuntutan tidak

sesuai

dengan kenyataan dalam penyelenggaraan pelayanan

publik;

e.

menolak permintaan

pelayanan

yang

bertentangan

dengan

peraturan perundang-undangan; dan

f.

mempertimbangkan pelayanan yang bertentangan dengan norrna sosial budaya masyarakat setempat.

Fasal 18 Penyelenggara berkewajiban :

a. menJrusun dan menetapkan standar pelayanan;

b. menlrusun, menetapkan dan mempublikasikan maklumat pelayanan; c. menempatkan pelaksana yang kompeten;

d. menyediakan

sarana, prasarana,

dan/atau

fasilitas

pelayanan

pubiik

yang mendukung terciptanya

ildim

pelayanan yang mernadai;

e. memberikan pelayanan

yang

berkua-litas sesuai Asas penyelengga-raan pelayanan

publik;

f.

melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan;

g. berpartisipasi

aktif

dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik;

h.

memberikan

pertanggungiawaban

terhadap

pe1a5'sn.r

yang diselenggarakan;

i.

nrembantu masyarakat dalam memahami hak dan tanggung ja.r,vabnya;

j.

bertanggung

jawab

da-Lam

pengelolaan

organisasi

penyelenggara pelayanan

publik;

k. memberikan pertanggungjawaban sesuai dengan

hukum yang

berlaku

apabila mengundurkan

diri

atau

dengan melepaskan tanggung jawab atas posisi atau jabatan; dan

l.

memenuhi panggilan

atau

mewakili

organisasi

untuk

hadir

atau melaksanakan perintah suatu tindakan

hukum

atas permintaan pejabat

yang

berwenang

dari

lembaga negara

atau

instansi pemerintah

yang
(11)

KewaJiba"

u"f

T;ll#::Hgi

peraksana Pasal 19

Pelaksana berkewajiban :

a. melakukan kegiatan pelayanan sesuai dengan penugasan yang diberikan oleh Penyelenggara;

b. memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan pelayanan;

c.

memenuhi

panggllan

untuk

iradir

atau

melaksanakan

perintah

suatu

tindakan

hukun

atas permintaan pejabat yang berwenang

dari

lembaga negara atau instansi pemerintah yang berwenang;

d. memberikan pertanggungjawaban apabila mengundurkan

diri;

dan

e. melakukan evalusi dan membuat laporan keuangan dan

kinerja

kepaCa penyelenggara secara berkala.

Pasal 20 Pelakseina dilarang :

a. merangkap sebagai komisaris atau penguruls organisasi usah.a bagi:

1)

Pelaksana yang berasal dari lingkungan insta::si pemerintah;

2)

Badan usaha

milik

negara;dan

3)

Badan usaha

milik

daerah.

b. meninggaikan

tugas

dan

kevl'ajiban,

kecuali mempunyai alasan

yang jelas, rasional, dan sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan; c. menambah pelaksana tanpa persetujuan penyelenggara;

d.

membuat

perjanjian

kerjasama dengan

pihak

lain

tanpa

persetujuan penyelenggara; dan

e. melanggar asas penyelenggara pelayanan publik.

Bagian

Ketiga

IIak

dan Kewajlban Penerima Layanan Pasal 21

Penerima Layanan berhak :

a. mengetahui kebenaran

isi

standar pelayanan; b. mengawasi pelaksanaan standar pelayanan;

c. mendapat tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan;

d. mendapat advokasi, periindungan,

dan/atau

pemenuhan pelayanan; e.

memberitahukan kepada pelaksana

untuk

memperbaiki

pelayanan

apabila

pelayanan

yang

diberikan

tidak

sesuai dengan

standar pelayanan;

f.

mengadukan Pelaksana

yang

melakukan

penyimpangan

standar

pelayanan

dan/atau tidak

memperbaiki pelayanan

kepada Penyelenggtra, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Onibudsman; g.

mengadukan

Penyelenggara

yang

melakukan penyimpangan

standar'

pelayanan

dan/atau

tidak

memperbaiki pelayanan kepada

pembina Penyelenggtra, Dewan Pewakilan

Ra\yat

Daerah, dan Ombudsman; dan h. mend.apat pelayanan yang

berkualitas

sesuai dengan Asas cian

tujuan

(12)

Fasal 22 Penerima Layanan berkewajiban :

a. mematuhi dan memenuhi ketentuan sebagaimana dipersyaratkan dalam standar pelayanan;

b.

ikut

menjaga terpeliharanya

sa.rana,

prasarana,

dan/atau

fasilitas pelayanan

publik;

dan

c. berpartisipasi

aktif

dan memenuhi peraturan perundang-unclangan vang terkait dengan penyelenggara pelayanan pubtrik.

BAB

VI

PEI{YELENGGARS.AN PELAYANAN PUBLIK Bagian Kesatu

Standar Pelayanaxr Pasal 23

(1)

Penyelenggara

berkewqjiban

menJrusun

dan

menetapkan

standar pelayanan dengan memperhatikan kemampuan Penyelenggala, kebutuhan ma.syarakat, dan kondisi lingkungan.

(2)

Dedam

men5rusun

dan

rnenetapkan

standar

pelayanan

sebagaimana

dimaksud

pada

ayat (1),

Penyelenggara

wqiib

mengikutsertakan mai.syarakat dan

pihak

terkait.

(3) Penyelenggara berkewajiban menerapkan standar peiayanan sebagaimana dirnaksud pada ayat (1).

(4) Pengikutsertaan

masyarakat

dan pihak terkait

sebagaimana dimaksuctr

pada

ayat (2)

dilakukan

dengan

prinsip tidak

diskriminatif,

terkait

langsung dengan

jenis

pelayanan,

memiliki

kompetensi

dan mengutamakan musyawarah, serta memperhatikan keberagaman.

(5) Penyusunan standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada

ayat

(1) dan ayat (2) dilakr:kan dengan pedoman tertentu yang

diatur

lebih

ianjut

da-lam

Peraturan Bupati.

Pasal

24

Komponen standar pelayanan sekurang-kurangnya

meliputi

:

a. dasar hulmm; b. persyaratan;

c. sistem, mekanisme, dan prosed.ur;

d. jangka

waktu

penyelesaian;

e.

biaya/tarif;

f.

produk pelayanan;

g. sarana, prasarana,

dan/atau

fasilitas; h. kompetensi pelaksana;

i.

pengawasan internal;

j.

penanganan pengaduan, saran, dan masukan; k.

jumlah

pelaksana;
(13)

m, jaminan

keamanan

dan

keseramatan perayanan da-ram

bentuk

komitmen

untuk

memberikan

rasa

atnan, bebas

dari

bahaya,

dan resiko keragu-raguan; dan

n,

evaluasi kinerja pelaksana.

Baglan Kedua

Maklumat

pelayanan

Fasal 25

(1) Penyelenggara

wajib

menJrusun

dan

menetapkan

maklumat

pelayanan

publik

yang

merupakan pernyataan

kesanggupan penyelenggara

dul"*

melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar

pelayanan

sJbagaimana dirnaksud dalam Pasal 23.

(2)

Mzrklumat

pelayanan

sebagaimana

dimaksud

pada

ayat

(1),

wajib

dipublikasikan

serta disosialisasikan secara jelas dan luas.

Bagian

Ketiga

Sistem

Informasi

Pelayanan

publik

Pasal 26

(1) Penyelenggaraan Layanan

Fublik

dapat dilakukan melalui sistem informasi;

(2) Sistem informasi berisi semua informasi pelayanan

publik

yang berasal dari penyelenggara;

(3) Penyelenggara

wajib

mengelola

sistem informasi yang

terdiri

atas

sistem informasi elektronik atau non etrektronik;

(4)

sistem

informasi

sebagaimana

dimaksud

pada

ayat (3),

sekurang-kurangnya memuat :

a.

profil penyelenggara;

b.

profil pelaksana;

c.

standar pelayanan;

d.

maklumat pelayanan;

e.

pengeloiaan pengaduan; dan

f.

penilaian kinerja

(5) Penyelenggara

wajib

menyediakan

informasi

sebagaimana

dimaksud

pada ayat (4), kepada masyarakat secara terbuka dan mud.ah diakses.

(6) Pengaturan lebih

lanjut

mengenai Sistem Informasi Pelayanan purblik diatr-rr lebih

lanjut

dalam Peraturan Bupati.

Pasal

27

Dokurnen,

akta,

dan

sejenisnya

yang berupa

produk

eiektronik

atau

non

elektronik dalam

penyelenggaraan pelayanan

publik

dinyatakan sah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bagian Keempat

Pengelolaan Sarana, Prasarana,

dan/atau Fasilitas

Pelayanan

prrblik

Fasal 28

(1) Penyelenggara dan pelaksana wajib mengelola:

(14)

b.

fasilitas pelayanan publik.

(2) Pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dilakukan

secara:

a.

efektif;

b.

eiesien;

c.

transparan;

d.

akuntabel;

e.

berkesinambungan; dan

f.

bertanggungjawab.

(3) Kewajiban pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a.

peniiaian kelayakan sarana dan prasarana

dan/atau

fasilitas pelayanan publik;

b.

pemeliharaan

dan/atau

penggantian sarana prasarana; dan

c.

pemeliharaan

dan/atau

penggantian fasilitas pelayanan publik.

Fasal 29

(1)

seluruh

sarana

dan

prasarana

dan/atau

fasilitas pelayanan

publik

harus digunakan sesuai peruntukannya.

(2)

Penyelenggara

dilarang

membiarkan,

memanfaatkan sarana

dan

prasarana

dan/atau

yang

tidak

sesuai dengan peruntukannya.

(3) Rehabilitasi

atau

perbaikan prasarana dan/atar.r fasilitas pelayanan

publik

tidak boleh mengakibatkan terhentinya pelayanan publik.

Pasal 3O

Pengelolaan

sarana,

prasarana,

dan/atau fasilitas

pelayanan

publik

sebagaimana dimaksud dalam

Pasal

27 d,an Pasal

28

diseienggarakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Bagian

Kelima

Biaya/Tarif

Pelayanan

publik

pasal 31

(1)

Biaya/tarif

pelayanan

publik

yang menjadi

tanggung

jawab

pemerintah Daerah dibebankan kepada Anggaran Pendapatan Aan betanja Daerah.

(2)Biaya/tarif

pelayanan

pubiik

selain

yang

dimaksud

pada ayat

(1),

dibebankan kepada penerima pelayanan

publik

(3)

Penentuan

biaya/tarif

pelayanan

publik

sebagaimana dimaksr-rd. pada

ayat

(1)

dan ayat

(2),

ditetapkan

oleh

Bupati

dengan persetujua.,

npRn

dan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

BAB

VII

PETUGAS PEITYELENGGARA PELA}'ANAN PUBLIK

Pasal

32

(1) Penyelenggara

Pelayanan

Publik

wajib

melakukan pernbinaan

dan pengembangan kapasitas petugas Penyeienggara Pelayanan

Publik untuk

meningkatkan

kompetensi dan

etos

keq'anya

guna

memenuhi

indeks kepuasan masyarakat dalam memberikan pelayanan

;

(15)

(2) Tata cara pembinaan dan pengembangan kapasitas sebagaimana

climaksud pada ayat (1)

diatur

lebih

lanjut

dengor, peraiuran

Bupatil

Pasal 33

Petugas menyelenggarakan pelayanan

publik

harus berprilaku

sebagai berikut:

a.

adil,

tidak diskriminatif,

dan bertanggungjawab;

b.

cermat;

c.

santun dan ramah;

d.

tegas, andal, dan

tidak

memberikan putusan yang

berlarut-iarut;

e.

profesional;

f.

tidak mempersulit;

g.

patuh pada perintah

h.

menjunjung

tinggi penyelenggara;

i.

tidak

membocorkan

informasi atau

dokumen yang

wajib

dirahasiakan sesuai dengan peraturan perundang-und.angan;

j.

terbuka

dan

mengambil rangkah

yang

tepat

untuk

menghind.ari benturan kepentingan;

k'

tidak

menyalahgunakan sara.na clan prasarana serta fasilitas pelayanan publik;

1.

tidak

memberikan informasi

yang

salah menanggapi

permintaan informasi

serta kepentingan masyarakat;

m.

tidak

menyalahgunakan

informasi, yang

dimiliki;

n.

sesuai dengan kepantasan; dan

o.

tidak menyimpang dari prosedur.

jabatan,

dan/atau

kewenangan

BAB

VIII

PENGAqIASAN DAN PEMANTATIAN FEIIYELENGGARAAN FELAYAI\NAN PUBLIK

Bagian Kesatu Fengawasan

pasal

84

Pengawasan penyeienggaraan pelayanan

pubik

dilakukan oieh

penga\Mas internal dan pengawas eksternal.

Pengawasan internal penyelenggaraan pelayanan

publik

diiaku kan meialui:

a.

pengawasan oleh atasan langsung; clan

b.

pengawasax oleh pengawas fungsionai.

(3)

Pengawasan

eksternal

penyeienggaraan

pelayanan

publik

clilakukan

melalui:

a.

penga'il/asan oleh masyarakat;

b.

pengawasan oleh ombudsman d^an pengawasan lainnya yang

diakui

oleh pemerintah; dan

c.

pengawasan oleh DPRD.

atasan yang sah dan wajar;

niiai-nilai

alcuntabilitas

dan

integrasi

institusi

atau

menyesatkan

dalam

proaktif dalam

memenuhi

(1)

(16)

Bagian Kedua

Partisipasi

Masyarakat dalam Pelayanan PubliXr

Pasal

35

Partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan

publik,

berupa:

a. memberi masukan kepada

Penyelenggara

Pelayanan

Publilc

dalam merumuskan standar pelayanan;

b.

memberikan

saran

untuk

perbaikan

penyelenggaraan peiayanan

publik;

dan

c.

mengawasi penyelenggaraan pelayanan

pubiik

dan penyelesaian pengaduan sesuai peraturan yang berlaku.

BAB

IX

PENILAIAN KINERJA DAN INDPKS KEPUASAN MASYARAI{AT

Pasal

36

(1) Perryelenggara berkewajiban melakukan penilaian

kinerja

penyelenggaraan pelayanan

publik

secara berkala.

(2) Penilaian

Kinerja

sebagaimana

dimaksud

pada

ayat

(1)

dilakukan

dengan menggunakan

indikator

kinerj a berdasarkan standar peiayanan.

(3) Perrilaian

Kinerja

sebagaimana

dimaksud pada ayat

(2)

termasuk

indeks kepuasan masyarakat.

BAB

X

PENG.A,DUAN PELAYANAN PUBLIK Bagian Kesatu

Tata

Cara Pengaduan Pasal

37

(1) Tata cara pengaduan pelayanan

publik,

yaitu:

a.

keberatan

dan

pengaduan pelayanan publ.ik

diajukan terlebih

dahulu kepada Penyelenggara Pelayanan Publik;

b.

keberatan

dan

pengaduan

disampaikan

secara

jelas, tertuiis

dan bertanggungawab disertai identitas yang j elas ;

c.

penyelenggara Pelayanan

trublik

harrs

menindaklanjuti

keberatan dan

pengaduan

yang diterima

sesuai prosedur

dan

mekanisrne

yang berlaku; dan

d.

dalam hal Penyelenggara Pelayanan Publik

tidak

dapat meninclaklanjuti sebagaimana dimaksud pada

huruf

c

maka keberatan dan pengaduan diteruskan kepada Pengawas Fenyelenggara Pelayanan Publik.

(2) Tata cara dan prosedur pengajuan keberatan dan pengaduan

diatur

lebih

lanjut

dengan Peraturan Bupati.

Bagian Ked,ua

Penegakan ltrukum Felayanan

Publik

Pasa1 38

(1) Penerima layanan

publik

yang

tidak

puas atas

putusan

penyelesaian atas

pengaduan

sebagaimana

dimaksud dalam Pasal

36,

dapat

melakukan
(17)

(2) Tat"a cara

dan

prosedur upaya

hukum

sebagairnana dimaksuci

pada

ayai (1), dilakukan berdasarkan

hukum

acara peradiian masing-masing.

B"A.B

XI

PEMBERIAI{ PENGHARGAAN Pasal 39

Petugas Penyelenggara Pelayanan

Publik

dapat

diberikan

penghargaan

untuk

memberikan motivasi

dan

meningkatkan kinedanya berdasarkan

penilaian dan pemilihan dengan mempertimbangkan aspek-aspek :

a.

akhlak, moral, sopan

santun

dan keramahtamahan;

b.

kemampuan teknis berupa kemampuan, kepandaian, keterampiian dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan fungsinya;

c.

prestasi

kerja,

yaitu

bekerja berdasarkan

perencanaan

yang

baik, capaian target dan kinerja yang baik;

d.

kepuasan,

yaitu tidak

mendapat

atau

paling sedikit

mendapatkan

komplain,

keberatan

atau

pengaduan Cari masyarakat

:rtau

penerima iayanan atas kinerja pelayanannya;

dan/atau

e.

kerjasama dalarn

tim

kerja atau kelompok,

tidak

egois dan l<realif.

BAB

XII

KETENTUAN SANKSI Pasal 4O

(1) Tindakan penyimpangan

atau

pengabaian terhadap kewajiban, \t'ewenaig,

prosedur

dan

substansi

penyelenggaraan

pelayanan

publik

merupakan pela.nggaran

yang dapat dikenakan sanksi

sesuai

peraturan

perunCang-unciangan.

(2) Pelzrnggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pelanggarax administrasi.

(3)

Berrtuk sanksi

dari

pelanggaran sebagaimana

dimaksud pada

ayat

(2),

dapat berupa:

a.

peringatan lisan;

b.

peringatan tertuiis;

c.

penundaan kenaikan pangkat; atau

d.. pemberhentian sebagai petugas Penyelenggara Pelayanan Pubiik.

B/I,B

XIII

PENUTUP Pasal 41

Petunj

uk

Pelaksanaan Peraturan Daerah

ini

harus ditetapkan daiam waktu

paling lambat 1 (satu) tahun

terhitung

sejak berlakunya Peratu.ran Daerah ini.

Pasal 4?

Hal-hal yang belum

cukup

d.iatur dalam Peraturan Daerah

ini

sepanjang
(18)

Pasal 43

Peraturan Daerah

ini mulai

berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar

setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Daerah

ini

dengan penempatannya

dalam

Lembaran

Daerarr Indragiri

Hilir.

Peraturan Kabupaten

Ditetapkan di

Indragiri Hilir

Pada tanggal

2o

Qeravnber

2On

ft&".

nj-"FATr

TNDRAGTRI

un

rn/

/

7/

INDRA MUCHLIS ADNAIY

Diundangkan di Tembilahan

Pada

tanggal

20

Defernber

2OI2

t -l+

SEI(RETARTS

1

KABUPATEN IND

DAERAH

/

fr"rnu.m,7f

Pembina Utama Madya NrP. 1e550621 198603

r

OO2
(19)

A.

PEI{JEIASAN

PERATURA1V DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR" NOMOR 06 TAHUN 2012

TENTAI{G

PEI{YELENGGARAAN PPLAYANATI PUBLIK I(ABUPATEIT INDRAGIRI

HILIR

PENJELASAN UMUM

1. Pelayanan Publik merupakan

pilar

dasar penyelenggaraan pemerintahan

yang

berbasis keralqratan.

Di

Kabupaten

Indragiri

Flilir

secara substansial telah terbangun pemahaman

untuk

mewujudkan pelayanajl

publik

@ublic

seruice)

yang

sesuai

dengan

koridor

tata

kelola pemerintahan yang baik (good. gouernance). Pemahaman demikian secara

tematik merupakan alasan fundamental

dari

kehenclak

publik

untuk

men]rusun perangkat

hukum

dalam rangka membangun

pelayanan-pelayanan

publik

Qtublic seruicer)

yang

mengedepankan prinsip-prinsip

demokrasi, transparansi, akuntabilitas,

responsibilitas

Cengan

paradigma

baru

(the

new

paradigm) berubahnya

birokrasi

sebagai pangreh menjadi abdi alias pelayanan masyar.akat.

Untuk

itulah

Peraturan Daerah tentang

Penyelenggaraan pelayanan

Publik

di

Kabupaten

Indragiri

Hiiir

secara

jelas

hend.ak meneguhkan

konstruksi birokrasi

sebagai

pelayan

publik

(ciuil

seruants) yang berposisi sebagai pengabdi

ralryat.

Konstalasi

demikian

secara

yuridis

I'azimnya

menciptakan hubungan

hukum

yang masuk pada

r,vilayah

irubungan-hubungan

dinas

publik.

Pada

tataran

demikian

peiayan

publik

terkualifikasi dalam

organisasi

birokrasi yang harus

berkiprah secara

fungsional yang

tugasnya berorientasi

pada aspek

operasional pelayanan masyarakat.

2.

i(ehendak

kolektif

untuk

membangun pelayanan

publik

yang rnengimplementasikan

prinsip-prinsip

good gouernance d.engan

tingkat

lrrofesionaiitas

tinggi

tentunya

mutlak

diformulasikan cialam

bentuk

irukum

peraturan

daerah

Kabupaten

Indragiri

Hilir

tentang Irenyelenggaraarl Publik

di

Ifubupaten

Indragiri

Hilir

sebagai bagian dari

peraturan

perundang-undangan

di

negara

hukum

Republik

Indonesia a,tas dasa-t Pasal 1 ayat

3 UUD

1945. Perangkat

hukum

dalarn takaran

iimu

hukum

yang berupa peraturan perundang-unclangan diagendakan

untuk

merealisir apa yang

diinginkan

pembentuknya. Pasal

1

angka 2
(20)

perundang-undangan adalah

peraturan tertulis

yang rnemuat

norma hukum

yang

mengikat

secara

umum dan

dibentuk

atau

ditetapkan oleh

lembaga negara

atau

pejabat yang berwenang

melalui

prosedur yang ditetapkan

dalam

Peraturan

perundang-undangan.

Dalam

negara

hukum

(rechtstaat)

penyusunan peraturan perundang-undangan

merupakan bagian

dari

aktivitas teknologi

hukum

dalam rangka memberikan rambr"r

perilaku

subyek

hukum.

sebagai bagian

dari

pembentukan hukum

peraturan daerah bermuatan "norma hukum" yang berorientasi

pada kepentingan

publik

yang

akan

berfungsi memberikan ,,payung hukum,,

setiap aktivitas

peiaku hukum

untuk

merealisir

"cita-cita

dasar pelayanan

publik"

yang hendak diaturnya.

Dengan

demikian peraturan

daerah

ini

secara

praktis

adalah

produk

dari

kebijakan

pembentuknya

yang

hendak

menjadikan

pelayanan

publik yang

benar-benar meralgrat

(demi ralryat).

Secara

filosofis

peraturan daerah

ini

pun

dibuat bukan

untuk

peraturan

itu

sendiri,

tetapi

juga

masyarakat luas. Apalagi dalam pasal

6

und.ang-undang

Nomor

10 Tahun

2004 tentang

Pembentukan

Peraturan

Perundang-undangan telah

ditentukan

bahwa materi. muatan peraturan perundang-undangan mengandung azas: pengayornan, kemanusiaan, kebangsaaan, kekeluargaan, kenusantaraan, bhineka tunggal

ika,

keadilan, kesamaan

kedudukan

dalam

hukum

dan pemerintahan,

ketertiban dan

kepastian

hukum

dan atau keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

3.

HaI tersebut

menandakan

bahwa

pembentukan

peraturan

ctaerah

ini

berupaya semaksimal mungkin

untuk

mendasarkan pada pemikiran dan errgumentasi

keilmuan

maupun

praktek

hukum

derni

terbangunnya pelayanan

publik

yang

berwawasan

keralryatan serta

kepemerintahan secara seimbang

dalam bingkai

negara

kesatuan Republik

Indonesia

untuk

penyeienggaraan pelayanan pr-rblik guna menciptakan masyarakat s;ejahtera,

adil

dan

makmur,

secara sosial, ekonomi,

politik

darr.

bldaya

serta

pemberian otonomi

yang

luas

kepada

daerah

sebagai prasyarat

tttamanya.

Tujuan

ini

dapat dicapai melalui peningkatan

pelayanan

publik yang

diatur

dalam kebijakan

daerah

berupa peraturan hukum

tentang penyelenggaraan pelayanan publik.

4. Penyelenggaraan peiayanan

publik

oieh aparatur pemerintah dewasa

ini

masih ditemukan

banyak kelemahan sehingga

belum

dapat memenuhi
(21)

pemerintah. Mengingat

salah satu fungsi

pemerintah adalah

melaya'i

masyarakat

maka

pemerintah

perlu terus

berupaya menilgkatkan

kualitas pelayanan.

5'

Kebijakan

untuk

mewujudkan

birokrasi

yang

profesional

dalam

penyelenggaraan

tata

kelola pemerintahan yang

baik

dalam prakteknya

banyak

menghadapi

rintangan.

pelayanan

publik harus

berani mengubah paradigmanya

dari

mental

pangreh

menjadi

pamong

yaitu

dari penguasa rnenjadi pelayan.

6'

suatu

pemerintahan

akan

berjalan dengan

baik

apabiia

dikontrol

oleh

kekuatan-kekuatan

politik

atau

organisasi

massa.

Namun,

bila

kekuatan-kekuatan

politik dan

organisasi

massa tersebut

kurang

mampu menjalankan fungsi-fungsi

artikulasi dan

agregasi kepentingan

masyarakat,

apalagi

bila

tidak

ditunjang

dengan adanya

proses

pengambilan

keputusan (role

malcing)

dan

pengontrolan

pelaksanaan iceputusan

yang

baik,

maka

hal

ini

bisa

mengakibatkan

kekuasaan birokrasi menjadi semakin besar.

Bila

kekuasaan

birokrasi

lebih

besar,

akan

memungkinkan

aparat

birokrasi dapat

dengan

reruasa mengendalikan

lingkungan

ruar

birokrasi,

sehingga

dapat

mengokohkan kedudukajlnya

daiam

tata

organisasi

pemerintahan

negara.

oleh

karena

itu,

perlu

adanya

alat

pengendaii

bagi aparat birokrasi dalam

menggunakan kekuasaannya )/ang

tidak

saja bersifat normatif dan legislatif. Alat pengendali

ini

antara

lain

berupa

pembudayaan

disiplin kerja

cian

pengawasan melekat,

fungsionalisasi

unit-unit

kerja, revitaiisasi pegawai dengan memberikan rnotivasi kerja yang memadai, pembenahan etika

kerja,

dan sebagainya,

termasuk

penerapan pengadilan

tata

usaha

negara secara

benar

dan profesional.

7.Bagi

para

penyelenggara

pemerintahan negara

yang

berkehenclak rnenyatukan negara

tindakan dan

kebijaksanaan d.engan

tatanan nilai

y€mg

hidup dan

berkembang

di

masyarakat, rnaka aparat

birokrasi

tramsiah

sensitif,

responsif,

dan

akuntabel.

Sensitivitas

dan responsibilitas pada dasarnya merupakan

wujud

sikap tanggung jawab

aparat

birokrasi terhadap

kepentingan

masyarakat.

sedangkan

alcuntabiiitas

atau

tanggung gugat merupakan

pem,'r-rjudan tanggung

jawab

publik

dan

pelayanan

publik.

Dengan

demikian,

pacla dasarnya

pengertian tanggung gugat

itu

sendiri

memlilci

dua dimensi.

pertama,

berr'pa

pemberian

kewenangan

kepacla

aparat birokrasi

untuk

(22)

B.

l<ekuasaan

aparat birokrasi

sebenarnya

bukan

tanpa kenclaii (out of

control), tetapi tetap dibatasi oieh perangkat kendali dari

luar

dan sarana

kendali

dari

dalam.

Dengan

demikian,

pelaksanaan

kerja

aparat

birokrasi

sebenarnya

merupakan hubungan tirnba-l

balik

yang

berkesinambungan,

yakni

antara

kekuasaan

yang

climiliki

dengan tanggung gugat yang harus diberikan kepada masyarakat.

8.

Ilerdasarkan

pemikiran

yang

demikian,

dalam

penyelenggaraan

pelayanan

publik

dengan konsep tanggung

gugat terdapat

tiga

aspek

)'ang sangat menonjol,

yakni

(1) setiap pejabat pada

masing-masing

tingkat

manajerial

harus memiliki

tanggung jawab )rang

lebih

besar

;

(2)

setiap aparat birokrasi

har-us

punya sikap responsif

terhaclap segala

permasalahan

yang terjadi

cii

masyarakat,

khususnya

kelompok

rnasyarakat

yang membutuhkan

pelayanan

prioritas

;

(3)

dan

setiap

aparatur

harus

punya komitmen yang besar pada

nilai

dan

standar moralitas yang tinggi dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan.

9. Pelayanan

publik

merupakan

aktivitas atau

kegiatan organisasi

publik

yang

dilakukan

aparaturnya dengan memberikan

jasa-jasa

unbuk

kemudahan-kemudahan dalam rangka mengamalkan

dan

mengabdikan

diri

kepada publik/masyarakat.

Tetapi dalam

prakteknya

terdapat rnasalah

yang dirasakan

masyarakat bahwa

saat

ini

terd.apat patologi

dan

stigma

birokrasi

pelayanan

publik, antara

lain

:

aparat

peiayanan

lebih

menampilkan

diri

sebagai rna;jikan

daripada peiayan,

trebih

mementingkan

diri

sendiri daripada

masyarakat

yang

harus

dilayani,

lebih

berorientasi

pada status

quo

daripada peningkatan

pelayanan, lebih memusatkan pada kekuasaan dan cenderung menolak perubahan,

serta

lebih

mementingkan

prosedur daripada substansi.

Namun,

peraturan daerah

ini

telah memuat

prinsip-prinsip

dasar pelayan

publik

secara komprehensif.

PASAL DEMi PASAL Pasal 1

Cukup jelas Fasal 2

Cukup jelas Pasal 3

Cukup jelas Fasal

4

Fluruf a :

(23)

I{uruf

b :

Jaminan terwujudnya

hak dan

kewajiban dalampenyeienggaraan pelayanan,

Iluruf

c :

Pemberian peiayanan

ticiak

membed.akan

suku,

ras, agama,golongan, gender, dan status ekonomi.

Huruf d

:

Pemenuhan hak hams sebanding dengan ks\ rajiban yang harus dilaksanakan, baik oieh pemberi rnaupun penerima pelayanan.

Huruf

e :

Pelaksana

pelayanan

harus

memiliki

kompetensi

yang

sesuai dengan bidang tugas.

Huruf f

:

Peningkatan

peran

sertzt

masyarakat

daiam

penyelenggaraan

pelayanan

dengan

memperhatikan

aspirasi,

kebutuha.n,

dan harapan masyarakat.

l{unf

g :

Setiap warga negara berhak memperoleh pelayanan yang adil.

Huruf h

:

setiap

penerima pelayanan dapat dengan

mudah

mengakses dan memperoleh informasi mengenai pelayanan yang

diinginkan

.

Huruf

i

:

Proses

penyelenggaraan

pelayanan harus

d.apat

dipertanggungjawabkan

sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Humfj

:

Pemberian kemudahan terhadap kelompok rentan sehingga tercipta keadilan dalam pelayanan.

F{uruf

k

:

Penyelesaian setiap jenis pelayanan

diiakukan

tepat

waktu

sesuai dengan standar pelayanan.

Fluruf

1:

setiap

jenis

pelayanan

tlilakukan

secara

cepat

mudah,

dan terjangkau.

Pasal 5

Huruf

a :

kesederhanaan

maksudnya prosedurnya

tidak

berbelit-belit, mudah dipahami dan dilaksanakan.

Huruf b

:

Kejelasan maksudnya

jelas

dalam

hal:

persyaratan

teknis

dan

administratif;

unit

kerja/pejabat

yang

berwenang

clan

bertanggungj awab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian

keluhan/persoalan dalam

pelaksanaan pelayanan

publik;

serta

rincian

biaya dan tata cara pembayarannya.

Huruf

c :

Kepastian

Waktu maksudnya adalah dapat

diselesaikan dalam

kurun

waktu yang teiah ditentukan.

Huruf d

:

Akurasi maksudnya bahwa produknya diterima dengan

benar, tepat dan sah.
(24)

Keamanan: proses

dan produknya

memberikan

rasa aman

dan kepastian hukum.

Fiuruf f:

Tanggungjawab

maksudnya adalah

penyeienggar"a

bertanggungjawab

atas

penyelenggaraan

pelayanan

dan

penyelesaian persoalan yang timbul.

Huruf

g:

Kelengkapan sarana

dan

prasarana maksudnya

adalah

tersedia

sarana

dan

prasarana

kerja,

peralatan

kerja

dan

pend.ukung

lainnya yang

memadai termasuk penyediaan sarana

teknglogi telekomunikasi dan informatika.

Huruf

h:

Kemudahan akses maksudnya adalah tempat,

lokasi

clan sarana

peiayanan

yang

memadai,

mudah

dijangkau

dan

dapat

memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika. i-{uruf i:

Kedisiplinan, kesopanan,

dan

keramahan maksudnya

adalah pemberi layanan harus bersikap

disiplin,

santun, serta ikhlas. I-Iuruf

j:

Kenyamanan maksudnya adalah lingkungan pelayanan

harus

tertib, teratur,

nyarnan,

bersih,

rapi,

serta

dilengkapi

dengan berbagai fasiiitas pendukung pelayanan.

Pasal 6 Ayat (1) :

Huruf

a :

Yang dimaksud pelayanan barang antara

iain:

air bersih, bar.ang cetakan dan

lain

sebagainya

Huruf b

:

Yang dimaksud bentuk

pelayanan

jasa

antara

lain:

pelayaan

pendidikan,

pemeliharaan kesehatan,

penyelenggaraan peiayanan transportasi dan

lain

sebagainya.

Huruf

c :

Yang

dimaksud

dokumen

resmi

dalam pelayanan administrasi

ini

antara

lain: Kartu

Tanda Penduduk (KTP),

Akte

pernikahan,

Akte

Kelahiran,

Akte

Kematian,

dan

ljin

Mendirikan

BangJr:nan

(IMB), dan

lain

sebagainya. Pasal 7

Cukup jelas Pasal 8

Culmp jelas Pasal 9

(25)

Pas;al 1O

Cukup jeias Pasal 1.I

Alt'"tt (2) :

huruf

a:

Prosedur pelayanan

yang dibakukan bagi

pernberi dan

_

penerima pelayanan termasuk pengaduan.

huruf

b :

waktu

penyelesaian

yang

ditetapkan sejal<

saat

pengajuan permohonan

sampai

deiga'

penyeiesaian pelayanan termasuk pengacluan.

huruf

c :

Biaya

/

tarip

pelayanan

termasuk rinciannya

yang

ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan"

huruf

d :

Hasil

pelayanan

yang

akan

d.iterima

sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

huruf

e:

Penyediaan

sarana

dan

prasarana

pelayanan

yang memadai oleh penyelenggara pelayanan pubiik.

huruf

f

:

Kompetensi Petugas Pemberi pelayanan harus ditetapkan

dengan

tepat

berdasarkan

pengetahu.an,

keatilian,

ketrampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan. Pasal 12

Cukup jelas

Pasal 13

Cukup jelas Pasal 14

Cukup jelas Pasal 15

Cukup jelas Pasal L6

Cukup jelas Pasal 17

Cukup jelas Pasal 18

Cukup jelas Pasal 19

Cukup jelas trasal

20

Cukup jelas Fasal 21

(26)

Paaal22 Cukup jelas

Pasal28

Cukup jelas Fasal

24

Cukup jelas

Pasa1 25

Cukup jelas Pasal

26

Cukup jelas

Pasal2T

Cukup Jelas Pasal 28

Cukup Jelas Pasal 29

Cukup jelas Pasal 3O

Cukup jelas Pasal 31

Cukup jelas Pasal 32

Cukup jelas Fasal 33

Cukup jelas Fasal

34

Cukup jelas Fasal 35

Cukup jelas Fasal 36

Cukup jeias Fasal

37

Cukup jelas Fasal 38

Cukup Jelas Pasal 39

Cukup Jelas Pasal 4O

Cukup Jeias Pasal 41

(27)

Pasal42

Cukup Jelas Pasal 43

Cukup Jelas

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme Pasal 9 ayat (3) menegaskan bahwa tata cara pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang

Dalam upaya memenuhi ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme serta

Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih, dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dalam Pasal 9 ayat (3) menegaskan bahwa tata cara

angka 3 dan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme,

Hal tersebut dapat dimulai dengan perubahan mengenai Undang-undang anti korupsi dan Undang-undang penyelenggara negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi serta nepotisme dan

28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, yang dimaksud dengan Penyelenggara Negara adalah pejabat Negara yang

Asas Umum Pemerintahan yang baik sesuai Undang- Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme