• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROS Jose F Roos KA Persepsi Mahasiswa Terhadap Pemberlakuan Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROS Jose F Roos KA Persepsi Mahasiswa Terhadap Pemberlakuan Full text"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Persepsi Mahasiswa - Jose A.P.S.E. Fernandes dan Roos K. Andadari 283

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

1

Oleh :

Jose A.P.S.E. Fernandes2 Roos K. Andadari3

ABSTRACT

The ASEAN Economic Community (AEC) which is going to be applied in 2015 brings hopes but also challenges. For Indonesians, AEC gives them the opportunity to find a job in other ASEAN countries so that their welfare can potentially be improved. On the other hand, AEC also brings challenges as in Indonesia, Indonesian skilled labor has to compete with skilled labor from other ASEAN countries who come to work in Indonesia. Meanwhile, the competitive ability of Indonesians is questioned. The Indonesian Human Development Index (HDI) has increased in the last 30 years but compared to other ASEAN countries, the rank is still sixth behind Singapore, Brunei, Malaysia, Thailand, and the Philippines.

SWCU students who graduate around 2015 will face a different competitive environment. The aim of this paper is to describe students’ perceptions on the implementation of AEC. The objective of this research is to know students’ knowledge about AEC and its impact as well as their preparations in facing the implementation of AEC. This is a descriptive research, as the data is collected from SWCU students. The data shows that the majority of students do not know about the implementation of AEC or even the concept of AEC. From the data, those who already know about AEC and are aware of the impact of the implementation of AEC are already prepared to face the new competitive environment.

Keywords: students’ perceptions, economic integration, ASEAN Economic Community, competence.

1. PENDAHULUAN

Masyarakat Ekonomi A SEA N (MEA - ASEAN Economic Community) telah disepakati diberlakukan tahun 2015. MEA bertujuan menciptakan pasar tunggal dan basis produksi dimana barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja trampil bebas berpindah dari satu negara ke negara lain dalam wilayah A SEA N. Dalam MEA diharapkan akan terwujud suatu area perekonomian yang kompetitif, suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang mampu berintegrasi secara penuh dengan perekonomian global (Roadmap for ASEAN Economic Community, 2009).

Dengan diterapkannya MEA tahun 2015, maka akan terbuka kesempatan kerja seluas-luasnya bagi warga negara A SEA N. Bagi tenaga kerja terdidik Indonesia, rencana ini memberi peluang namun juga tantangan. Dikatakan peluang karena seorang tenaga kerja

1

Paper ini dipresentasikan dalam Pekan Ilmiah Dosen FEB UKSW tanggal 14 Desember 2012.

2

Mahasiswa FEB UKSW program studi S1 Manajemen.

3

(2)

284 Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

Indonesia yang terdidik akan punya kesempatan bekerja selain di Indonesia juga di sembilan negara A SEA N lain seperti di Singapura, Malaysia dan negara A SEA N lain. Dengan jumlah

sumber daya manusia yang paling besar di A SEA N

(http://www.tempo.co/read/news/2011/07/14/ 173346495/Penduduk-Indonesia-Masuk-Peringkat-4-Dunia), Indonesia memiliki potensi yang besar untuk memanfaatkan integrasi di sektor tenaga kerja trampil. Namun Indonesia juga akan menghadapi ancaman karena orang dari negara A SEA N lain akan bisa datang ke Indonesia untuk mencari peluang kerja. A rtinya peluang kerja yang ada di Indonesia akan diperebutkan oleh lebih banyak orang. Sejauh mana orang Indonesia dapat bersaing di negeri orang atau di negeri sendiri sangat tergantung pada kualitas SDM nya.

Kualitas sangat terkait dengan kompetensi yang dimiliki para tenaga kerja Indonesia. Kompetensi tenaga kerja skilled salah satunya diperoleh dari pengembangan kemampuan khusus melalui pendidikan di universitas. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan di universitas memiliki peran yang cukup penting dalam menciptakan lulusan yang memiliki kompetensi tinggi atau skilled. Namun upaya universitas tidak serta merta memberikan hasil karena peran individu yang terlihat dalam niat dan motivasi dari para mahasiswa. Spencer dan Spencer (1993) dalam Y uniarsih (2008:23) menyatakan bahwa untuk membentuk kompetensi seseorang perlu memiliki sebuah motif yaitu apa yang secara konsisten dipikirkan atau keinginan yang mendorong perilaku seseorang yang mengarah pada kegiatan atau tujuan tertentu. Rencana pemberlakuan MEA seharusnya bisa menjadi Motive bagi para mahasiswa untuk menyiapkan diri lebih baik.

Sementara itu, berkenaan dengan kualitas tenaga kerja Indonesia, Primasanto (2010) menyebutkan Indonesia selama ini lebih banyak mengirimkan tenaga kerja tidak terampil, sedangkan Filipina lebih banyak mengirimkan tenaga kerja terampil untuk bekerja di luar negeri. Data Human Development Index (UNDP, 2011) memperlihatkan Indonesia berada pada posisi 124 dari 187 negara. Memang trend perkembangan HDI Indonesia dari tahun 1980 2011 memperlihatkan trend yang terus meningkat, namun posisi Indonesia masih kalah apabila dibandingkan dengan negara-negara A SEA N lainnya seperti Singapura (26), Brunei (33) Malaysia (61), Thailand (103), dan Philipina (112). Posisi Indonesia hanya lebih baik dari V ietnam (128), Laos (138), kamboja (139), Myanmar (149). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas SDM Indonesia menghadapi ancaman dengan akan diberlakukannya MEA .

(3)

Persepsi Mahasiswa - Jose A.P.S.E. Fernandes dan Roos K. Andadari 285 2. TELAAH TEORITIS

2.1.PERSEPSI

Menurut Kotler (2000), persepsi adalah proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Mangkunegara (dalam A rindita, 2002) berpendapat bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti atau makna terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi mencakup penafsiran obyek, penerimaan stimulus (input), pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap.

Terkait dengan pemberlakuan MEA , persepsi mahasiswa terhadap pemberlakuan MEA diharapkan akan memberikan gambaran sejauh mana implementasi MEA dipahami oleh mahasiswa sehingga dapat dijadikan salah satu acuan pemerintah dalam menentukan kebijakan-kebijakan terkait MEA yang bersinggungan langsung tenaga kerja terampil khususnya.

2.2.TEORI INTEGRASI EKONOMI

MEA adalah salah satu bentuk integrasi ekonomi. Integrasi ekonomi adalah sebuah proses di mana sekelompok negara berupaya untuk meningkatkan kemakmurannya (Jovanovic, 2006). Menurut Pelkman (2003) integrasi ekonomi ditandai oleh penghapusan hambatan ekonomi (economic barrier) antara dua atau lebih negara, yang meliputi semua pembatasan yang menyebabkan mobilitas barang, jasa, faktor produksi, dan juga aliran komunikasi, secara aktual / potensial relatif menjadi rendah. Salvatore (2007:340) menguraikan beberapa jenis integrasi ekonomi : (1) Pengaturan Perdagangan Preferensial (Preferential Trade Arragements) dibentuk oleh negara-negara yang sepakat menurunkan hambatan perdagangan di antara mereka dan membedakannya dengan negara-negara yang bukan anggota. (2) Kawasan perdagangan bebas (free trade area) adalah kesepakatan dimana semua hambatan perdagangan tarif diantara negara anggota dihilangkan sepenuhnya, namun masing-masing negara anggota masih berhak menentukan sendiri apakah mempertahankan atau menghilangkan hambatan perdagangan terhadap negara-negara non-anggota. (3) Persekutuan Pabean (Customs Union) mewajibkan semua negara anggota untuk tidak hanya menghilangkan semua bentuk hambatan perdagangan di antara mereka, namun juga menyeragamkan kebijakan perdagangan terhadap negara lain non-anggota, (4) Pasar bersama (Common Market) yaitu integrasi ekonomi di mana bukan hanya hambatan perdagangan barang dan jasa saja yang dibebaskan namun juga arus faktor produksi seperti tenaga kerja trampil dan modal juga (5) Uni Ekonomi (Economic Union) yaitu menyeragamkan kebijakan moneter dan fiskal dari masing-masing negara anggota di dalam suatu kawasan atau bagi negara-negara yang melakukan kesepakatan.

2.3.DAMPAK INTEGRASI EKONOMI

(4)

286 Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

industri lokal, peningkatan manfaat perdagangan melalui perbaikan terms of trade, dan mendorong efisiensi ekonomi di suatu kawasan ekonomi. Menurut Suarez (2000) pembentukan integrasi ekonomi di suatu kawasan ditujukan untuk alokasi sumber daya yang lebih efisien, mendorong persaingan, dan meningkatkan skala ekonomi dalam produksi dan distribusi diantara negara anggota. Fajnzylber dan Fernandes (2004) berpendapat integrasi ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap negara-negara berkembang. Bagi Brazil, integrasi ekonomi meningkatkan permintaan terhadap skilled-labor, sedangkan bagi China integrasi ekonomi justru menurunkan permintaan terhadap skilled-labor.

Firdausy (2004) berpendapat melalui integrasi dan globalisasi setiap negara dapat memperkuat dan memperluas perekonomiannya, meningkatkan kesejahteraan, dan mencapai pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Ini karena integrasi ekonomi berarti tidak ada hambatan keluar masuk barang dan jasa, tenaga kerja serta modal dari suatu negara ke negara lain, sehingga harga barang dan jasa serta input (tenaga kerja dan modal) menjadi semakin murah dan tersedia secara memadai di suatu negara. Selain itu, arus tenaga kerja dari suatu negara ke negara lain dapat menjadi mudah, sehingga tidak akan terjadi kesenjangan antara supply dan demand tenaga kerja di suatu negara. Namun untuk arus tenaga kerja, integrasi ekonomi tidak secara linear akan mendorong arus migrasi. Hayase (2003) dalam Firdausy (2004), secara tegas menyatakan bahwa arus migrasi tidak secara sederhana dapat terjadi dengan adanya kesepakatan dalam perdagangan dan investasi di A sia Timur. A rus migrasi ke suatu negara juga dipengaruhi oleh faktor sosial, demografi, budaya dan politik. Bahkan banyak fakta menunjukkan besar kecilnya arus migrasi tidak berkaitan dengan adanya integrasi ekonomi. Singkatnya, pengaruh integrasi ekonomi terhadap arus migrasi tenaga kerja nyaris tidak akan terjadi dalam jangka pendek.

Bagi Indonesia peluang terjadinya migrasi tenaga kerja berpotensi m enguntungkan mengingat tingkat pengangguran Indonesia relatif lebih tinggi dari negara A SEA N lainnya. Data BA PENA S mengungkapkan tingkat pengangguran terbuka usia muda antara 15-29 tahun di Indonesia mencapai 19,9 persen, sementara Srilangka 17,9 persen dan Filipina 16,2 persen. Indonesia menjadi negara dengan pengangguran usia muda tertinggi di A sia Pasifik

(http://www.tempo.co/read/news/2012/04/11/090396328/Penganggur-Muda-Indonesia-Tertinggi-di-A sia).

(5)

Persepsi Mahasiswa - Jose A.P.S.E. Fernandes dan Roos K. Andadari 287 A SEA N lainnya. Potret ini tentunya menjadi kegelisahan yang cukup mengganggu dalam menyongsong pasar tunggal A SEA N, saat arus liberalisasi jasa termasuk jasa profesi baik skillful labor maupun semi-skilled labor akan semakin deras.

Dengan kondisi seperti ini sudah seharusnya perlu upaya peningkatan kualitas tenaga kerja. Pemerintah sendiri telah menyiapkan 3 strategi meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia. Menurut Muhaimin Iskandar (http://menteri.depnakertrans.go.id/?show= news&news_id 828) dalam meningkatkan kompetensi kerja, pemerintah menerapkan 3 strategi yaitu peningkatan standar kompetensi kerja, lembaga pendidikan dan pelatihan profesi yang berbasis kompetensi dan sistem dan kelembagaan, sertifikasi yang independen terpercaya dan menjamin mutu. Namun keberhasilan strategi ini tidak menjamin kualitas tenaga kerja akan meningkat. Kesadaran diri untuk mengubah diri dari para pekerja sendirilah yang paling dibutuhkan dalam peningkatan kualitas mereka agar sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh para penyedia kerja.

2.4.KOMPETENSI KERJA

Kompetensi menurut SK Mendiknas NO.045/U/2002 adalah perangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu. Menurut W idarno (2007) kompetensi memiliki tiga tingkatan, (1) kompetensi utama, yaitu kemampuan seseorang menampilkan kinerja yang memadai pada suatu kondisi pekerjaan yang memuaskan, (2) kompetensi pendukung, yaitu kemampuan seseorang yang dapat mendukung kompetensi utama, dan (3) kompetensi lain, yaitu kemampuan seseorang yang berbeda dengan kompetensi utama dan pendukung namun membantu meningkatkan kualitas hidup. Kompetensi ini pada akhirnya akan menentukan daya saing tenaga kerja Indonesia, apakah mampu bersaing dengan tenaga kerja asing lainnya.

Spencer dan Spencer (1993: 9-11) dalam Y uniarsih (2008:23) menyatakan bahwa karakteristik kompetensi diklasifikasikan dalam hard skill dan soft skill. Hard skill merupakan kompetensi individu yang dapat diamati dan mudah dikembangkan, misalnya pengetahuan (knowledege) dan ketrampilan (skill). Softskill adalah kemampuan melaksanakan tugas-tugas fisik dan mental tertentu yang hanya dapat dinilai secara kualitatif melalui observasi perilaku, misalnya self concept, traits dan motive. Paul dan Murdoch (1992) menjelaskan bahwa dalam menghadapi dunia kerja, seorang lulusan perguruan tinggi harus dilengkapi dengan kualifikasi softskills berikut agar dapat bertahan dan unggul dalam kompetisi: (a) Pengetahuan umum dan penguasaan bahasa Inggris; (b) Keterampilan komunikasi meliputi penguasaan komputer dan internet, presentasi audiovisual, dan alat komunikasi lain; (c) Keterampilan personal meliputi kemandirian, kemampuan komunikasi dan kemampuan mendengar, keberanian, semangat dan kemampuan kerjasama dalam tim, inisiatif, dan keterbukaan (etos kerja). (d) Fleksibilitas dan motivasi untuk maju yaitu kemampuan beradaptasi sesuai perubahan waktu dan lingkungan serta keinginan untuk maju sebagai pimpinan.

(6)

288 Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

kepribadian baik, bermotivasi tinggi, percaya diri, ulet, tekun, displin, bertanggung jawab dan mampu mengendalikan stress akan memiliki daya tahan yang lebih unggul dalam bekerja.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, menggunakan data primer. Pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner kepada mahasiswa Universitas Kristen Satya W acana yang masih aktif berkuliah.

Teknik pengambilan sampel adalah nonprobability sampling dengan metode judgmental sampling dimana elemen populasi dipilih dengan menggunakan dasar pertimbangan tertentu yaitu dengan kriteria yang sudah mengetahui tentang MEA . Pada awal proses pengumpulan data primer, peneliti menyebar 100 kuesioner, hanya 96 kuesioner yang kembali dan diantaranya hanya 19 responden (20%) saja yang mampu menjawab seluruh pertanyaan. Itu berarti hanya sekitar 20% responden yang mengetahui tentang MEA . Kemudian peneliti menyebar lagi 100 kuesioner, namun kali ini menekankan pada mahasiswa yang tahu tentang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi A SEA N. Dari 100 kuesioner yang disebar, 94 kuesioner yang lengkap. Hasil akhir yang diperoleh 113 kuesioner yang memenuhi kriteria untuk diolah / analisis.

Sebagian besar pertanyaan menggunakan skala likert dengan 5 titik, dimana kategori jawaban yakni : “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “netral”, “setuju”, dan “sangat setuju” dengan menggunakan nilai 1 sd 5.

4. HASIL PENELITIAN

Seperti dikemukakan didepan, hanya sekitar 20% mahasiswa yang mengetahui tentang Masyarakat Ekonomi A SEA N. Ini menunjukkan masih banyak orang yang belum mengetahui dan memahami pemberlakuan MEA . Dari 113 orang yang mengetahui MEA , peneliti bersusah payah untuk menemukan mereka. A pabila mahasiswa sebagai kelompok terdidik penerus bangsa saja masih banyak yang belum mengetahui, apalagi masyarakat secara umum. Hal ini bisa disebabkan karena masih kurang gencarnya pemerintah dalam mensosialisasikan pemberlakuan MEA kepada masyarakat luas. Ini menjadi tantangan terberat pemerintah sebagai pengambil keputusan dalam menjalankan kebijakan negara untuk mensejahterakan rakyat.

Dari jumlah responden diatas, 58,40% adalah wanita. Fakultas yang mendominasi responden adalah Fakultas Ekonomika dan Bisnis 23% disusul Fakultas Teknologi Informasi sebesar 19,47%. Sebagian besar responden berpersepsi diri mereka sebagai mahasiswa yang aktif maupun sangat aktif dalam berorganisasi baik di lingkungan internal kampus (LK) maupun di lingkungan eksternal kampus. Dilihat dari hasil studi, sebagian besar responden 62% merasa hasil studinya tergolong memuaskan. Terkait keaktifan mahasiswa mengakses informasi sebanyak 47,8% responden merupakan mahasiswa yang sering maupun sangat sering mengakses informasi.

4.1.PENGETAHUAN TENTANG MEA & TANGGAPAN RESPONDEN

(7)

Persepsi Mahasiswa - Jose A.P.S.E. Fernandes dan Roos K. Andadari 289 bebas barang dan jasa secara bebas; sementara yang memahami MEA sebagai kondisi dimana terjadi arus bebas barang dan jasa serta tenaga kerja dan modal 73,6%.

Responden menggunakan berbagai sumber informasi untuk memperoleh informasi tentang MEA . Sebanyak 6 responden memperoleh informasi hanya melalui koran, 7 responden melalui televisi, 1 responden melalui radio, 22 responden melalui internet dan hanya 2 responden mengetahui melalui perkuliahan saja. Padahal melalui perkuliahan mahasiswa dapat memperoleh informasi yang lebih mendetail tentang tantangan mereka kedepan.

Tabel 4.2. Sumber informasi Masyarakat Ekonomi ASEAN

Koran Televisi Radio Internet Kuliah

N 1 Sumber 6 7 1 22 2

2 Sumber 5 40 2 X* 1

3 Sumber 18 X 2 X 2

4 Sumber X X X X 0

*X = Semua responden memilih sumber informasi tersebut bersama dengan sumber lainnya.

Selain dari ke 38 orang yang memperoleh informasi hanya dari 1 sumber, sebanyak 48 orang memperoleh informasi dari dua sumber sekaligus, 23 orang memperoleh informasi dari tiga sumber sekaligus dan hanya 4 orang yang memperoleh informasi dari empat sumber sekaligus. Dengan demikian akumulasi dari semua sumber tersebut menempatkan internet sebagai sumber informasi terbanyak, yakni sebanyak 97 responden, kemudian televisi sebanyak 74 responden, koran sebanyak 33 responden, radio sebanyak 9 orang dan dari perkuliahan sebanyak 5 orang.

Sebagian besar responden (63,7%) setuju dengan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi A SEA N. Mereka berpendapat bahwa berjalannya MEA akan memajukan perekonomian nasional dan membawa dampak positif pada kesejahteraan masyarakat. Beberapa alasan yang diutarakan responden: (1) Indonesia sudah siap bersaing dengan negara A SEA N; (2) Lapangan kerja semakin banyak; (3) Meningkatkan daya saing Indonesia di mata dunia; (4) Memaksimalkan potensi Indonesia; (5) Mempererat hubungan antar negara A SEA N. Sedangkan responden yang tidak setuju berpendapat bahwa Indonesia masih belum siap menghadapi MEA . Hal ini dikarenakan infrastruktur di Indonesia masih belum memadai dan kualitas sumber daya manusia masih rendah. Pendapat responden ini sejalan dengan fakta berdasarkan laporan A EC Scorecard yang disiapkan Sekretariat A SEA N, dimana tingkat implementasi Indonesia terhadap A EC blueprint mencapai 80,37% dari 107 indikator yang menempatkan Indonesia pada urutan ketujuh dari 10 negara A SEA N (Dependag: Menuju A EC 2015). A ngka ini masih jauh dari Singapura yang telah mengimplementasikan A EC blueprint hingga 93,52% yang membuat Singapura menjadi negara yang paling siap menghadapi MEA . Dari data ini bisa dilihat bahwa Indonesia belum maksimal dalam mempersiapkan diri.

(8)

290 Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

berorganisasi cenderung lebih aktif mencari informasi terkait kebijakan pemerintah dan mengkritisinya. Dan saat ini beberapa diantara mereka menilai bahwa kebijakan pemerintah dalam menyiapkan SDM Indonesia menghadapi MEA masih belum maksimal sehingga perlu ditingkatkan lagi sebelum memasuki MEA .

Menurut responden negara mana sajakah yang dirasa cocok untuk dijadikan tempat bekerja nantinya? Singapure menjadi pilihan terbanyak (84,96%). Hal ini wajar, mengingat Singapure memiliki ekonomi terkuat di A SEA N. Kemudian disusul oleh Malaysia dan Thailand sebagai pilihan lainnya.

Tabel 4.3. Persepsi negara ASEAN tujuan bekerja No. Negara Frekuensi Persentase (%)

1 Singapure 96 84.96%

2 Malaysia 33 29.20%

3 Thailand 32 28.32%

4 Filipina 6 5.31%

5 V ietnam 5 4.42%

6 Bruney 4 3.54%

7 Laos 3 2.65%

8 Kamboja 2 1.77%

Total 113 100.00%

A lasan responden memilih negara tertentu sebagai tujuan bekerja adalah karena gaji (73.45%). Responden merasa bekerja di negara tersebut menjanjikan kesejahteraan yang lebih baik.

Tabel 4.4. Alasan ingin bekerja di negara-negara ASEAN

Alasan Frekuensi Persentase

Gaji yang lebih tinggi 83 73.45%

Kapasitas (potensi) anda akan dimanfaatkan 32 28.32%

Kebudayaan negara tersebut 22 19.47%

Peraturan (undang-undang) yang berlaku di negara tersebut 12 10.62%

Alasan lain… 4 3.54%

Selain gaji, responden merasa apabila bekerja dinegara tersebut kapasitas mereka dimanfaatkan secara maksimal. A rtinya bahwa negara-negara tersebut menghormati hak dan tanggungjawab dari para pekerjanya. A lasan lain adalah kebudayaan negara tersebut tidak terlalu jauh berbeda dengan Indonesia sehingga akan mudah untuk beradaptasi. Selain itu, peraturan yang berlaku dinegara-negara tersebut yang dirasa cukup ketat melindungi hak-hak dan keamanan warganya.

(9)

Persepsi Mahasiswa - Jose A.P.S.E. Fernandes dan Roos K. Andadari 291 kerja asing (Bank Indonesia, 2009) memperlihatkan gambaran yang sama. Kemudian disusul Singapure, Thailand, V ietnam, dan Filipina. Responden tidak memilih negara-negara yang memiliki PDB yang jauh lebih rendah dari Indonesia seperti Laos, Kamboja, Brunei dan Myanmar. Hal ini menarik karena Indonesia sebagai salah satu negara besar di A SEA N memiliki PDB terbesar (http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_ A SEA N_countries_by_GDP_ (nominal)) di kawasan ini tentu merupakan magnet datangnya pekerja asing.

Tabel 4.6. Persepsi warga dari negara ASEAN yang akan bekerja di Indonesia No. Negara Frekuensi Persentase (%)

1 Malaysia 63 55.75%

2 Singapure 38 33.63%

3 Thailand 33 29.20%

4 V ietnam 23 20.35%

5 Filipina 13 11.50%

6 Laos 11 9.73%

7 Myanmar 11 9.73%

8 Kamboja 3 2.65%

9 Brunei 0 0.00%

A lasan dari para responden dalam memilih negara-negara tersebut karena mereka beranggapan para tenaga kerja asing mengejar gaji yang lebih tinggi di Indonesia.

Tabel 4.6. Alasan pekerja ASEAN datang ke Indonesia

Alasan Frekuensi Persentase (%)

Gaji yang lebih tinggi 49 43.36%

Kapasitas mereka akan dimanfaatkan di Indonesia 44 38.94%

Kebudayaan negara tersebut hampir sama 28 24.78%

Peraturan (undang-undang) yang berlaku di Indonesia 9 7.96%

Alasan lainnya… 4 3.54%

(10)

292 Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012 Tabel 4.7. Persepsi responden bahwa lapangan pekerjaan sulit didapat

Frequency Percent

Valid Sangat Tidak setuju 1 .9

Tidak setuju 12 10.6

Netral 17 15.0

Setuju 51 45.1

Sangat setuju 32 28.3

Total 113 100.0

Berbicara tentang daya saing, dengan hanya memiliki 10,3 juta tenaga kerja berpendidikan tinggi (Berita Resmi Statistik 2012) Indonesia tentu akan sangat susah untuk dapat bersaing dengan negara A SEA N lain. Berdasarkan survei A sian Productivity Organization 2004, dari setiap 1.000 tenaga kerja Indonesia hanya 4,3 persen yang terampil dibandingkan dengan Filipina (8,3 persen), Malaysia (32,6 persen), dan Singapura

(34,7 persen)

(http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/31/1448290/Tak.Benahi.Kualitas.Kita.Kalah.

Bersaing). Pemerintah sendiri melalui Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) akan meningkatkan jumlah tenaga kerja terdidik

hingga 40% (

http://bisnis.vivanews.com/news/read/24386-porsi_tenaga_kerja_terdidik_formal _ditambah. 8 September 2011). Upaya ini dilakukan dengan mendorong tenaga kerja Indonesia yang belum memiliki keahlian untuk ditingkatkan kualitas dan kapasitas nya sehingga memenuhi kriteria tenaga kerja terdidik, atau, dengan cara mendorong tenaga kerja terdidik Indonesia memanfaatkan akses di negara-negara A SEA N dengan bekerja di luar negeri.

4.2.TANGGAPAN TERHADAP KOMPETENSI, GAJI, DAN ETOS KERJA TENAGA KERJA TERAMPIL INDONESIA

Pandangan tentang kompetensi tenaga kerja Indonesia dibandingkan tenaga kerja negara A SEA N lainnya dapat dilihat dari (tabel 4.8). Sebagian responden masih ragu-ragu (40,7%) dalam membandingkan apakah tenaga kerja Indonesia lebih berkompeten dibandingkan dengan tenaga kerja dari negara A SEA N lainnya. Keragu-raguan dari para responden ini bisa disebabkan tidak adanya pembandingan yang bisa digunakan oleh responden dalam mengukur kompetensi para pekerja.

Tabel 4.8. Persepsi responden bahwa Tenaga kerja Indonesia lebih baik dari tenaga kerja asing

Frequency Percent

V alid Sangat Tidak setuju 3 2.7

Tidak setuju 20 17.7

Netral (Ragu-ragu) 46 40.7

Setuju 29 25.7

Sangat setuju 15 13.3

(11)

Persepsi Mahasiswa - Jose A.P.S.E. Fernandes dan Roos K. Andadari 293 Hal yang tidak jauh berbeda ditemukan saat menanyakan tentang kemungkinan perusahaan Indonesia memilih tenaga kerja Indonesia apabila memiliki kompetensi dan bersedia digaji sama dengan tenaga kerja asing. Hasilnya (tabel 4.10) menunjukkan bahwa sebagian responden (43,4%) beranggapan sebaiknya perusahaan di Indonesia tetap memilih tenaga kerja Indonesia untuk dipekerjakan dibandingkan dengan tenaga kerja asing.

Tabel 4.9 Persepsi perusahaan di Indonesia memilih pekerja Indonesia

Frequency Percent

Valid Sangat Tidak setuju 1 .9

Tidak setuju 3 2.7

Netral 39 34.5

Setuju 49 43.4

Sangat setuju 21 18.6

Total 113 100.0

Berkenaan dengan kemungkinan perusahaan di Indonesia akan memilih tenaga kerja Indonesia apabila tenaga kerja asing memiliki kompetensi yang tinggi namun meminta gaji yang sama dibandingkan dengan tenaga kerja Indonesia, menunjukkan responden masih ragu-ragu (42,5%) dalam membandingkan. Sementara itu untuk membandingkan kemungkinan perusahaan di Indonesia akan memilih tenaga kerja Indonesia apabila tenaga kerja asing memiliki kompetensi yang sama dengan tenaga kerja Indonesia namun meminta gaji yang lebih murah dibandingkan dengan tenaga kerja Indonesia, sebagian besar responden setuju (46,9%) bahwa perusahaan di Indonesia lebih baik mempekerjakan tenaga kerja Indonesia.

Dari pernyataan diatas nampak bahwa sebagian besar responden beranggapan perusahaan Indonesia maupun asing yang ada di Indonesia lebih memilih mempekerjakan tenaga kerja Indonesia dibandingkan tenaga kerja asing walaupun tenaga kerja asing tersebut memiliki kompetensi dan meminta gaji yang bersaing dengan tenaga kerja lokal. Hal ini bisa saja didasari harapan atau keinginan dari para responden agar perusahaan-perusahaan lebih mengutamakan kejahteraan masyarakat Indonesia local. Dengan memanfaatkan tenaga kerja lokal akan membawa dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Namun tenaga kerja lokal juga akan membawa dampak negatif apabila terjadi konflik antara perusahaan dan pekerja lokal khususnya dengan serikat pekerja.

(12)

294 Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

kompetensi dari tenaga kerja Indonesia agar mampu bersaing dengan tenaga kerja asing lainnya.

Bertolak belakang dengan fakta bahwa para mahasiswa masih menganggap kompetensi para pekerja Indonesia setara dengan kompetensi tenaga kerja asing (tabel 4.13). Para responden menganggap tenaga kerja asing tidak selalu lebih baik daripada tenaga kerja lokal, kompetensi diantara keduanya bisa bersaing.

Tabel 4.10. Persepsi Tenaga kerja asing selalu lebih berkualitas dari tenaga kerja lokal

Frequency Percent

Valid Sangat Tidak setuju 27 23.9

Tidak setuju 22 19.5

Netral 37 32.7

Setuju 22 19.5

Sangat setuju 5 4.4

Total 113 100.0

Pandangan ini berbeda dengan fakta bahwa sebagian besar tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia menduduki posisi-posisi strategis. Data dari Bank Indonesia (laporan survey tenaga kerja asing di Indonesia tahun 2009) mayoritas tenaga kerja asing di Indonesia yang mayoritas berpendidikan Strata 1 (S1) dan memiliki pengalaman kerja kurang dari 1 tahun hingga lebih dari 1 tahun. Sebagian besar tenaga kerja asing bekerja sebagai profesional/teknisi dengan rata-rata gaji yang diterima sangat tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja lokal.

Tabel 4.11. Sebaran jumlah TKA menurut level jabatan (Orang)

Periode 2005 2006 2007 2008 2009

Konsultan 15,537 21,466 3,449 3,109 3,303

Direktur 7,341 6,975 3,392 3,822 4,025

Komisaris 0 9 283 325 373

Manajer 2,581 2,572 6,479 8,162 8,438

Profesional 8 515 15,080 14,437 15,894

Supervisor 2 569 3,194 2,984 2,825

Teknisi 329 898 3,572 9,640 11,368

Total 25,798 33,004 35,449 42,479 46,226

Sumber : Kemenakertrans

(13)

Persepsi Mahasiswa - Jose A.P.S.E. Fernandes dan Roos K. Andadari 295 Dari survey Bank Indonesia ini pula diketahui bahwa sebagian besar TKA menerima gaji yang berkisar antara Rp25 juta Rp50 juta (Grafik 4.1). Kelompok terbesar berikutnya adalah TKA yang bergaji Rp10 juta Rp25 juta (23%) dan diikuti oleh kisaran gaji antara Rp50 juta Rp75 juta (17%). Selain menerima gaji para TKA tersebut juga menyatakan menerima tunjangan jabatan (compensation salary) yang sebagian besar berkisar antara Rp10 juta Rp25 juta (27%).

Sumber : Bank Indonesia

Gaji dari para tenaga kerja asing ini jauh berbeda dengan gaji yang diterima para tenaga kerja lokal. Rata-rata tenaga kerja lokal menerima gaji berkisar antara Rp 3.000.000 dengan pengalaman kerja antara 1 - > 10 tahun (Employment Outlook and Salary guide 2010-2011). Menurut responden perkerja Indonesia selama ini dibayar lebih rendah dari pekerja asing di Indonesia (lihat tabel 6.12).

Tabel 4.12. Persepsi gaji tenaga kerja Indonesi lebih rendah dari gaji tenaga kerja asing

Frequency Percent

Valid Sangat Tidak setuju 1 .9

Tidak setuju 40 35.4

Netral 32 28.3

Setuju 26 23.0

Sangat setuju 14 12.4

Total 113 100.0

Dengan kondisi seperti ini, dapatkah tenaga kerja Indonesia bersaing dengan tenaga kerja asing? Sebagian besar responden (41,6%) sangat setuju bahwa kompetensi tenaga kerja Indonesia mampu bersaing dengan tenaga kerja asing. Rasa percaya diri yang tinggi ini bisa dijadikan modal untuk bersaing nantinya. namun, rasa percaya diri yang terlalu tinggi juga tidak baik jika tidak didukung oleh kompetensi nyata.

Tabel 4.13.Persepsi kompetensi tenaga kerja Indonesia mampu bersaing dengan tenaga kerja asing

Frequency Percent

Valid Sangat Tidak setuju 7 6.2

(14)

296 Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

Netral 14 12.4

Setuju 42 37.2

Sangat setuju 47 41.6

Total 113 100.0

Hal ini sedikit berbeda dengan tanggapan responden tentang etos kerja tenaga kerja Indonesia. Etos kerja sebagai salah satu bagian dalam meningkatkan produktifitas para pekerja menjadi salah satu modal penting dalam meningkatkan produktifitas sebuah organisasi/perusahaan. Berkaitan dengan etos kerja tenaga kerja Indonesia apabila dibandingkan dengan tenaga kerja asing saat ini, sebagian besar responden (48.7%) masih ragu-ragu bahwa etos kerja tenaga kerja Indonesia mampu bersaing dengan tenaga kerja asing.

Tabel 4.14. Persepsi bahwa etos kerja tenaga kerja Indonesia lebih baik dibandingkan tenaga kerja asing

Frequency Percent

Valid Sangat Tidak setuju 10 8.8

Tidak setuju 15 13.3

Netral 55 48.7

Setuju 21 18.6

Sangat setuju 12 10.6

Total 113 100.0

4.3.KESIAPAN MENGAHADAPI TANTANGAN MEA

Berkenaan dengan kompetensi yang mereka miliki setelah lulus, menunjukkan responden setuju (52,2%) bahwa kompetensi lulusan UKSW masih belum mampu bersaing dengan lulusan perguruan tinggi A SEA N lainnya. Responden merasa bahwa UKSW belum mampu menciptakan lulusan yang mampu bersaing di dunia kerja internasional. Mereka merasa kompetensi yang mereka dapat dari UKSW saat ini belum dapat memenuhi tuntutan kerja sesuai standar internasional. Sebanyak 16,8% responden menilai lulusan UKSW mampu bersaing dengan tenaga lulusan universitas A SEA N lainnya. Hal ini bisa saja didasari pada penilaian mereka bahwa output UKSW yang saat ini sudah banyak yang sukses dan memiliki posisi-posisi penting di lembaga atau kantor mereka.

Tabel 4.15. Persepsi tentang kompetensi lulusan UKSW saat ini tidak mampu bersaing dengan tenaga lulusan universitas ASEAN lainnya

Frequency Percent

Valid Sangat Tidak setuju 7 6.2

Tidak setuju 19 16.8

Netral 14 12.4

Setuju 59 52.2

Sangat setuju 14 12.4

Total 113 100.0

(15)

Persepsi Mahasiswa - Jose A.P.S.E. Fernandes dan Roos K. Andadari 297 kompetensi untuk bersaing dengan lulusan universitas asing lainnya. Hasilnya menunjukan sebuah ironi bahwa ternyata mahasiswa yang setuju merasa hasil studinya memuaskan merasa belum memiliki kompetensi yang mampu bersaing dengan lulusan universtias asing.

Sejauh mana kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris, sebagian besar responden (39,8%) merasa memiliki kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris yang bagus.

Tabel 4.16. Persepsi kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris

Frequency Percent

Valid Sangat tidak bagus 4 3.5

Tidak bagus 15 13.3

Netral 27 23.9

Bagus 45 39.8

Sangat bagus 22 19.5

Total 113 100.0

Berkenaan dengan kemampuan menulis responden merasa memiliki kemampuan bahasa Inggris tergolong bagus (47.8%). Hal ini tentu perlu dicek mengingat dalam kenyataan dalam lisan saja banyak diantara mereka yang memiliki kemampuan kurang. W alaupun demikian, sebagian besar responden (34.5%) merasa perlu meningkatkan kemampuan mereka berbahasa. Mereka juga merasa dunia kerja internasional saat ini memerlukan tenaga kerja yang mampu berbahasa lebih dari 1 bahasa internasional.

Tabel 4.17. Persepsi kemampuan menulis dalam bahasa Inggris

Frequency Percent

Valid Sangat tidak bagus 1 .9

Tidak bagus 8 7.1

Netral 35 31.0

Bagus 54 47.8

Sangat bagus 15 13.3

Total 113 100.0

Berkaitan dengan kemampuan penguasaan TI menunjukkan bahwa sebagian besar responden (50.4%) merasa memiliki kemampuan penguasaan TI yang bagus.

Tabel 4.18. Persepsi kemampuan penguasaan TI

Frequency Percent

Valid Tidak bagus 2 1.8

Netral 37 32.7

Bagus 57 50.4

Sangat bagus 17 15.0

Total 113 100.0

(16)

298 Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

beragam tantangan yang akan dihadapi mahasiswa UKSW dan kompetensi yang mereka miliki saat ini, memberikan sedikit gambaran tentang untung rugi situasi mendatang yang akan mereka hadapi. Beberapa kompetensi tambahan yang mereka butuhkan dapat dilihat di tabel 4.19.

Tabel 4.19. Persepsi kompetensi tambahan yang dibutuhkan mahasiswa UKSW

Kompetensi tambahan Frekuensi Percent

Bahasa 39 34.51%

Disiplin 27 23.89%

Komunikasi 17 15.04%

Teamwork 10 8.85%

Rajin, tekun 8 7.08%

Komitmen 9 7.96%

Wawasan umum 3 2.65%

5. PENUTUP 5.1.KESIMPULAN

1. Masih banyak mahasiswa yang belum mengetahui pemberlakuan Masyarakat Ekonomi A SEA N yang akan mulai berjalan pada tahun 2015. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya sosialisasi oleh pemerintah kepada masyarakat. Kebanyakan mahasiswa mengetahui informasi MEA melalui internet. Selain dari pemerintah, sosialisasi sebenarnya dapat pula dilakukan melalui lembaga-lembaga pendidikan yang merupakan penghasil tenaga kerja. Lembaga-lembaga pendidikan khususnya pendidikan tinggi seperti universitas, berpotensi besar untuk membantu pemerintah melakukan sosialisasi terhadap MEA .

2. Mahasiswa yang mengetahui tentang pemberlakuan MEA pada tahun 2015, sudah memahami implikasi yang akan mereka hadapi. Namun, gambaran yang dimiliki para mahasiswa tentang dampak pelaksanaan MEA masih sangat jauh dari kenyataan yang saat ini terjadi. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya informasi mereka tentang kondisi tenaga kerja Indonesia maupun tenaga kerja asing.

3. Mahasiswa yang mengetahui tentang pelaksanaan MEA memiliki kesadaran untuk meningkatkan kompetensi mereka agar dapat bersaing dalam Masyarakat Ekonomi A SEA N nantinya. Mahasiswa sudah menyiapkan diri dengan membekali diri sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Namun mahasiswa masih belum memiliki gambaran dalam menilai kompetensi mereka dibandingkan dengan tenaga kerja asing.

5.2. SARAN

(17)

Persepsi Mahasiswa - Jose A.P.S.E. Fernandes dan Roos K. Andadari 299 (Agent of Change) sehingga peningkatan daya saing mereka merupakan faktor kunci perubahan masyarakat.

2. Mahasiswa yang memahami tentang implementasi MEA memiliki kesadaran untuk meningkatkan kompetensi mereka, sehingga perlu didukung. Untuk itulah peran serta universitas sebagai pencetak tenaga kerja terdidik sangat diharapkan mampu mewujudkan hal tersebut dengan lebih menekankan pada kualitas lulusan yang sesuai dengan antisipasi meningkatnya tuntutan pasar kerja.

5.3. KETERBATASAN PENELITIAN & PENELITIAN MENDATANG

Penelitian ini hanya berkenaan dengan mahasiswa yang mengetahui pemberlakuan MEA saja, sedangkan mahasiswa yang tidak mengetahui tidak dilibatkan secara langsung dan diteliti lebih mendalam motif penyebabnya. Selain itu fokus penelitian hanya berkenaan dengan mahasiswa UKSW saja. Untuk memperoleh gambaran yang lebih baik, penelitian ini bisa diperluas dengan melibatkan elemen mahasiswa dari luar UKSW seperti dari STIE A MA , STA IN, bahkan mahasiswa dari universitas lain di Indonesia. Selain mahasiswa, penelitian inipun bisa diperluas dengan mencari tahu persepsi dosen dan pengusaha.

DAFTAR PUSTAKA

Uma, Sekaran. 2006. Research Methods for Business. Edisi 4, Jilid 1 & 2.Salemba empat.Jakarta

Y uniarsih, Tjutju, & Suwatno., 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia : Teori, A plikasi dan Isu Penelitian. Bandung. A lfabete

Salvatore, D., 2007. International Economic. 9th Edition. Jakarta. John W iley & Sons. Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Jakarta. Bumi A ksara.

Laporan Survey Tenaga Kerja A sing di Indonesia tahun 2009. Bank Indonesia. Jakarta. Employment Outlook and Salary Guide Indonesia 2010-2011 : A tools for workplace planing.

Kelly Service. 2010

Outlook Ekonomi Indonesia 2008 - 2012, Edisi Januari 2008. Roadmap for an A SEA N Community 2009 -2015.

Surat Keputusan Mendiknas No. 045/U/2002 tentang kurikulum berbasis kompetensi UNDP : Human Development Report 2011

Fajnzylber, P.R., dan A .M. Fernandes, 2004, International Economic A ctivities and the Demand for Skilled Labor: Evidence from Brazil and China, Social Science Research Network.

Firdausy, Carunia, 2004, Liberalisasi perdagangan dan investasi di era globalisasi, PPE,LIPI. JA KA RTA .

Jovanovic, F., 2006, Integration, disintegration and trade in Europe: Evaluation of trade Relation during the 1990s, W orking Paper No. 20.

Krugman, P.R. 1993. Free Trade: A Loss (Theoritical) Nerve (The Narrow and Broad 106 JESP V ol. 1, No. 2, 2009 A greements for Free Trade. A merican Economic Review. V ol.83, No.2, pp. 362-365

(18)

300 Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

Mulyatiningsih, E. 2009. A nalisis Kompetensi. Direktorat PSMK dan Universitas Negeri Y ogyakarta.

Primasanto, T.A ., 2010. Pengiriman Tenaga Kerja terampil Indonesi Ke Luar Negeri : Pelajaran dari Filipina. Jurnal Diplomasi V ol.2 No.1 .

Ridwan, 2009, Dampak Integrasi Ekonomi terhadap Investasi di Kawasan A SEA N: A nalisis Model Integrasi.

Srikandini, A nnisa., 2004,. Pasar Tunggal A sean 2015: Diplomasi Indonesia Dan Penguatan Kapasitas Tenaga Kerja Terdidik

Suarez, M.D.L.C., 2001, Trace Creation and Trade Diversion For Mercosur. Disertation. Boston University

W idarno, B., 2007. Profil dan Kompetensi Sarjana A kuntansi. Jurnal ekonomi dan kewirausahaan V ol.7 no. 2.

http://ditjenkpi.depdag.go.id/Umum/Setditjen/Buku%20Menuju%20A SEA N%20ECONOMI C%20COMMUNITY %202015.pdf (Diunduh 12 Desember 2011)

http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_A SEA N_countries_by_GDP_(nominal) (Diunduh 9 A gustus 2012)

http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/31/1448290/Tak.Benahi.Kualitas.Kita.Kalah.Bersai ng (Diunduh 3 Desember 2011)

(http://menteri.depnakertrans.go.id/?show=news&news_id=828) (diunduh 23 Mei 2012) http://bisnis.vivanews.com/news/read/24386-porsi_tenaga_kerja_terdidik_formal_ditambah. 8 September 2011 (Diunduh 4 Mei 2012)

http://www.asean.org/publications/RoadmapA SEA NCommunity.pdf (diunduh 30 November 2011)

http://www.seputar-Indonesia.com/edisicetak/content/view/395290/ (Diunduh 2 September 2012)

http://www.seputar-Indonesia.com/edisicetak/content/view/390667/50/ (Diunduh 9 Juli 2012) http://www.bps.go.id/brs_file/naker_07mei12.pdf (Diunduh 13 Juni 2012)

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/06/09/189018/Sosialisasi-A EC-2015-Belum-Sampai-Pemda (Diunduh 11 A gustus 2012)

http://fokus.news.viva.co.id/news/read/245399-nikmati-pasar-ri--asing-malah-pilih-malaysia (Diunduh 9 A pril 2012)

http://www.kemlu.go.id/Documents/Kerjasama%20Ekonomi%20A SEA N.doc. (Diunduh 20 Juli 2012)

http://www.tempo.co/read/news/2012/04/11/090396328/Penganggur-Muda-Indonesia-Tertinggi-di-A sia (Diunduh 4 A gustus 2012)

http://disnakertransduk.jatimprov.go.id/ketenagakerjaan/563-pergeseran-kualitas-softskill-di-dunia-kerja (Diunduh 21 Mei 2012)

(19)

Persepsi Mahasiswa - Jose A.P.S.E. Fernandes dan Roos K. Andadari 301 Tabel 4.1. Karakteristik responden

No. Karakteristik Sub karakteristik Frekuensi Persentasi

1. Jenis Kelamin Pria 47 41,59%

W anita 66 58,40%

2. Fakultas FBS 6 5,30%

FKIP 12 10,61%

FSM 1 0,88%

FEB 26 23%

FH 13 11,50%

FISKOM 11 9,73%

FB 2 1,77%

FPB 5 4,42%

FTEK 3 2,65%

FTI 22 19,47%

FTEO 5 4,42%

FPSI 6 5,31%

FSP 1 0,88%

3. Keaktifan Organisasi Sangat A ktif 29 25,7%

A ktif 37 32,7%

Netral (Biasa-biasa saja) 43 38.1%

Tidak aktif 4 3,5%

Sangat tidak aktif 0 0%

4. Hasil Studi Sangat Memuaskan 12 10,6%

Memuaskan 70 62%

Netral (Biasa-biasa saja) 27 23,9%

Tidak memuaskan 4 3,5

Sangat Tidak memuaskan 0 0%

5. Keaktifan mengakses informasi Sangat sering 12 10,6%

(20)

302 Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

Netral(Biasa-biasa saja) 38 33,6%

Tidak sering 9 8%

Gambar

Tabel 4.2. Sumber informasi Masyarakat Ekonomi ASEAN
Tabel 4.3. Persepsi negara ASEAN tujuan bekerja
Tabel 4.6. Persepsi warga dari negara ASEAN yang akan bekerja di Indonesia
Tabel 4.7. Persepsi responden bahwa lapangan pekerjaan sulit didapat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, Daya Saing Destinasi yang ada di Goa Kreo baik karena sebesar 49% dari responden menyatakan bahwa kondisi alam, keunikan, keragaman

Prototyping smart parking berbasis arduino uno dapat diambil kesimpulan yaitu sistem parking ini dapat terkendali dengan sensor ultrasonik yang dapat memdeteksi

Hasil pembobotan yang telah dibuat didapat prosentase pelaksanaan lebih dari 75% atau termasuk dalam kriteria I (75%-100%) sehingga dapat dikatakan bahwa

Target dari Animasi Dokumenter ini adalah remaja sampai dewasa, pria dan wanita, masyarakat yang suka dengan musik, dan para penikmat serta penggemar lagu karya Tonny Koeswoyo

6000/materai, bagi hasil yang diberikan bank kepada nasabah besar (diatas 5%), besarnya bagi hasil yang diberikan pihak bank kepada nasabah tidak tergantung oleh BI

The Role of Organizational Culture, Leadership, Communication, and Job Satisfaction on Employee Performance (Study on Public Enterprise of Water Reseorce Management

Studi ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang mana peneliti mencoba untuk menggambarkan seluruh gejala, kejadian, dan fenomena apa

Kelebihan volume cairan terjadi akibat adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan, sehingga pada pasien gagal ginjal kronik (CKD)