KABUPATEN MALANG
(STUDI TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PEMBIAYAAN AR-RAHN PERIODE 2011-2013)
SKRIPSI
OLEH
SITI NAFISATUL KHOIROH
NIM : C04211123
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
i
(Studi Terhadap Laporan Keuangan Pembiayaan Ar-Rahn Periode 2011-2013)
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Ekonomi Syariah
Oleh
Siti Nafisatul Khoiroh
NIM. C04211123
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Program Studi Ekonomi Syariah
SURABAYA
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
vii
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian kuantitatif untuk menjawab
pertanyaan adakah pengaruh pembiayaan
Ar
-
Rahn
terhadap peningkatan
keuntungan BMT Al-
Rifa’ie Desa Ketawang Kecamatan Gondanglegi Kabupaten
Malang dan bagaimana pengaruh pembiayaan
Ar
-
Rahn
terhadap peningkatan
keuntungan BMT Al-
Rifa’ie Desa Ketawang Kecamatan Gondanglegi Kabupaten
Malang.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Populasi
pada penelitian ini adalah seluruh
laporan keuangan sejak adanya produk
pembiayaan
Ar
-
Rahn
yang berjumlah 72 (tujuh puluh dua) bulan di mulai dari
Tahun 2008 bulan November sampai dengan bulan Oktober Tahun 2014 yang
didapatkan dari laporan Neraca dan peningkatan keuntungan yang diambil dari
laporan Laba/Rugi
Baitul Ma>l Wat Tamwil
(BMT) Al-
Rifa’ie Desa Ketawang
Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang. Jadi, sampel yang diambil dari
populasi tersebut berjumlah 36 (tiga puluh enam) bulan, dari kedua data laporan
keuangan tersebut di mulai dari Tahun 2011 Bulan Januari sampai dengan Bulan
Desember 2013. Selanjutnya pengumpulan data dilakukan dengan cara
dokumentasi dan wawancara. Kemudian untuk analisis data menggunakan uji
normalitas data, uji T, analisis regresi linier sederhana dan koefisien determinasi .
Hasil penelitian yang diperoleh dari hasil pengujian data menyimpulkan
bahwa, penelitian ini memiliki hasil dari regresi linier sederhana
Y =
-5165878.684 + 0,043X
artinya apabila X= 0 atau tidak ada pembiayaan
Ar
-
Rahn
,
maka keuntungan BMT Al-
Rifa’ie (Y) sebesar negatif 5165878.684 dan koefisen
regresi hasil menunjukkan sebesar 0,043 menyatakan bahwa setiap adanya
peningkatan pembiayaan
Ar
-
Rahn
naik sebesar satu satuan, maka akan
meningkatkan keuntungan BMT Al-
Rifa’ie
sebesar 0,043. Maka hasil tersebut
menunjukkan bahwa pembiayaan
Ar
-
Rahn
memiliki pengaruh terhadap
peningkatan keuntungan BMT Al-
Rifa’ie.
Kemudian Pengaruh pembiayaan
Ar
-Rahn
terhadap peningkatan keuntungan BMT Al-
Rifa’ie Desa Ketawang
Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang. Dalam hal ini, Pembiayaan
Ar
-
Rahn
mampu memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 38,9% terhadap
peningkatan keuntungan BMT Al-
Rifa’ie dan sisanya sebesar 61,1
% dapat
dijelaskan oleh faktor-faktor lain.
Dengan diketahuinya hasil penelitian ini, membuktikan bahwa
pembiayaan
Ar
-
Rahn
pada BMT Al-
Rifa’ie memiliki pengaruh terhadap
peningkatan keuntungan BMT Al-
Rifa’ie. Maksudnya adalah semakin besar
pemberian pembiayaan
Ar
-
Rahn
dari BMT Al-
Rifa’ie maka dapat
menambah
keuntungan BMT Al-
Rifa’ie.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xi
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO...v
PERSEMBAHAN ...vi
ABSTRAK ...vii
KATA PENGANTAR ...
DAFTAR ISI ...xi
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR GAMBAR ...xv
DAFTAR TRANSLITRASI... ...
BAB I : PENDAHULUAN
... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ...10
D. Kegunaan Hasil Penelitian ...10
1. Secara Teoritis (Keilmuan) ...10
2. Secara Praktis ...11
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
...12
A. Landasan Teori ...12
1. Tentang
Ar-Rahn
...12
2. Tentang Keuntungan Perusahaan ...26
3. Tentang
Baitul Ma>l Wat Tamwil
(BMT) ...35
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...37
C. Kerangka Konseptual ...43
D. Hipotesis ...43
BAB III : METODE PENELITIAN
...45
A. Pendekatan Penelitian ...45
B. Waktu dan Tempat Penelitian ...46
C. Populasi dan Sampel Penelitian ...46
1. Populasi ...46
2. Sampel ...47
D. Variabel Penelitian ...47
1. Variabel Independen ...47
2. Variabel Dependen ...47
E. Definisi Operasional ...48
1. Pembiayaan
Ar-Rahn
...48
2. Peningkatan Keuntungan ...49
F. Data dan Sumber Data ...50
1. Jenis Data ...50
2. Sumber Data ...50
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xii
1. Teknik Pengumpulan Data ...51
2. Teknik Analisis Data ...52
BAB IV : HASIL PENELITIAN
...56
A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ...56
1. Objek Penelitian ...56
2. Data Penelitian ...56
3. Sejarah Singkat Pendirian BMT Al-
Rifa’ie
...59
4. Visi dan Misi BMT Al-
Rifa’ie
...59
5. Struktur Organisasi BMT Al-
Rifa’ie
...60
6. Macam-Macam Produk BMT Al-
Rifa’ie
...62
7. Pelaksanaan Pembiayaan
Ar-Rahn
BMT Al-
Rifa’ie
...66
B. Analisis Data ...71
1.Uji Normalitas Data ...71
2. Uji T Statistika ...72
3. Analisis Regresi Linier sederhana ...73
4. Koefisien Determinasi ...74
BAB V : PEMBAHASAN
...76
BAB VI : PENUTUP
...84
A. Simpulan ...84
B. Saran ...85
DAFTAR PUSTAKA
...87
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1 Daftar Penggolongan Pinjaman dan Biaya Administrasi ...22
2.2 Tarif
Ija>rah
...22
2.3 Penelitian Terdahulu ...41
4.1 Data Perkembangan TahunanTotal Pembiayaan
Ar-Rahn
dan Total
Keuntungan BMT Al-
Rifa’ie Desa Ketawang Kecamatan Gondanglegi
Kabupaten Malang Tahun 2011-2013 ...57
4.2 Akumulasi Perubahan Pembiayaan
Ar-Rahn
BMT Al-
Rifa’ie
...57
4.3 Akumulasi Perubahan Keuntungan BMT Al-
Rifa’ie
...58
4.4 Daftar Taksiran Kadar Emas BMT Al-
Rifa’ie
...69
4.5 Kode Emas ...70
4.6 Daftar Biaya Administrasi ...70
4.7 Daftar Biaya Sewa Tempat ...71
4.8 Coefisients ...72
4.9 Model Summary Hasil Koefisien Determinasi ...74
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Skema Pelaksanaan Gadai ...15
2.2 Kerangka Konseptual ...43
3.1 Skema Variabel Penelitian ...48
4.1 Bagan Struktur Organisasi BMT Al-
Rifa’ie
...61
4.2 Skema Alur Pelaksanaan Pembiayaan
Ar-Rahn
BMT Al-
Rifa’ie
...68
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xv
DAFTAR TRANSLITERASI
Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis
(
technical term
) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin.
Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai
berikut:
A.
Konsonan
No Arab
Indonesia
Arab
Indonesia
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
ا
ت
ث
ج
ح
خ
د
ذ
ر
ز
س
ش
ص
ض
'
b
t
th
j
h{
kh
d
dh
r
z
s
sh
s{
d{
ط
ظ
ع
غ
ف
ق
ك
ل
م
ن
و
ه
ء
ي
t{
z{
‘
gh
f
q
k
l
m
n
w
h
'
y
Sumber: Kate L.Turabian.
A Manual of Writes of Term Papers,
Disertations
(Chicago and London: The University of Chicago Press,
1987).
B.
Vokal
1.
Vokal Tunggal (
monoftong
)
Tanda dan Huruf
Arab
Nama
Indonesia
Fath{ah
Kasrah
d{hammah
a
i
u
Catatan: Khusus untuk
hamzah
, penggunaan apostrof hanya berlaku
jika
hamzah
ber
h{arakat
sukun atau didahului oleh huruf yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xvi
2.
Vokal Rangkap (diftong)
Tanda dan
Huruf
Arab
Nama
Indonesia
Ket.
ْ
ْ
fath{ah
fath{ah
dan
dan
ya’
wawu
Ay
aw
a dan y
a dan w
Contoh
:
bayna
(
نيب
)
:
mawd{u>
’
(
عوضوم
)
3.
Vokal Panjang (
mad
)
Tanda dan
Huruf
Arab
Nama
Indonesia
Ket.
ْ
ْ
fath{ah
dan
alif
kasrah
dan
ya’
d{hammah
dan
wawu
a>
i>
u>
a dan garis di atas
i dan garis di atas
u dan garis di atas
Contoh :
al-jama>
’ah
(
ةعامجلا
)
:
takhyi>r
(
رييخت
)
:
yadu>ru
(
رودي
)
C.
Ta>’ Marbu>t{ah
Transliterasi untuk
ta>’ Marbu>t{ah
ada dua:
1.
Jika hidup (menjadi
mud>{af
) transliterasinya adalah
t
.
2.
Jika mati atau sukun, transliterasinya adalah
h
.
Contoh
:
shari>
’at al
-Isla>m
(
ماساا ةعيرش
)
:
shari>
’ah al
-Isla>mi>yah
(
ةيماسإ ةعيرش
)
D.
Penulisan Huruf Kapital
Penulisan huruf besar dan kecil pada kata,
phrase
(ungkapan) atau
kalimat yang ditulis dengan transliterasi Arab-Indonesia mengikuti
ketentuan penulisan yang berlaku dalam tulisan. Huruf awal (
intial latter
)
untuk nama diri, tempat, judul buku, lembaga dan yang lain ditulis dengan
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini BMT memiliki peluang cukup besar dalam perannya
mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini
disebabkan karena BMT ditegakkan di atas prinsip syariah yang lebih
memberikan kesejukan dan ketenangan baik bagi para pemilik dana maupun
kepada para pengguna dana. BMT (Baitul Ma>l Wat Tamwil) merupakan
lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip
syariah.1
Sampai saat ini BMT sudah mulai terlihat terus mengalami
perkembangan, akan tetapi BMT masih membutuhkan kerja keras dalam
mengembangkan BMT agar lebih baik lagi. Dalam rangka pengembangan
BMT perlu memperhatiakan tingkat keuntungan yang diperoleh BMT karena
tingkat keunungan merupakan faktor terpenting dalam suatu usaha yang
dijalankan agar tetap dapat tumbuh dan semakin berkembang. Peningkatan
keuntungan diperoleh dari produk yang dimiliki BMT, sehingga produktivitas
BMT perlu lebih ditingkatkan lagi karena semakin banyak produk yang
ditawarkan maka akan menghasilkan pendapatan yang dapat mempengaruhi
peningkatan keuntungan BMT. Apalagi peranan BMT di sini sangat penting
1
bagi kesejahteraan perekonomian masyarakat kecil dan bawah maka perlu
lebih ditingkatkan lagi kinerja BMT agar tetap sehat dan efisien.
Ada salah satu BMT yang tergolong baru di Jawa Timur yang
memiliki produk pembiayaan dan penyaluran dana yang bermacam-macam
yaitu BMT Al-Rifa’ie Desa Ketawang Kecamatan Gondanglegi Kabupaten
Malang. BMT ini mempunyai beragam produk yang ditawarkan pada anggota
BMT dan masyarkat umum, akan tetapi memiliki batasan yang dianggapnya
aman dan profitable bagi BMT ini. Karena beragamnya produk yang
ditawarkan diharapkan bisa lebih meningkatkan keuntungan pada BMT
Al-Rifa’ie dan dapat mensejahterakan anggota dan masyarakat khususnya pada
masyarakat kecil kebawah.2
Di antara beragamnya produk yang ada pada BMT Al-Rifa’ie ada
salah satu produk yang perlu diketahui perkembangan kinerjanya yaitu
produk pembiayaan Ar-Rahn. Hal ini dikarenakan saat ini salah satu bentuk
jasa pelayanan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pembiayaan Ar
-Rahn yaitu menahan barang sebagai jaminan atas utang. Banyak terlihat
sekarang beberapa lembaga keuangan syariah baik bank maupun non bank
merespon kebutuhan masyarakat dengan mengeluarkan produk pembiayaan
berupa gadai emas syariah (Ar-Rahn). Dimana masyarakat pada umumnya
telah lazim menjadikan emas sebagai barang berharga yang disimpan dan
menjadikannya objek Ar-Rahn sebagai jaminan utang untuk mendapatkan
pinjaman uang. Investasi emas dengan cukup prospektif dan menguntungkan
2
hal ini dikarenakan harga emas selalu naik. Harga emas cenderung tumbuh
25% sampai 30% setiap tahun. Pada 2006, 1 gram seharga Rp.180.000-an,
sekarang Rp.380.000-an. Bahkan prediksi pada 2015 harga emas per gram
akan mencapai 1,057 jutaan. Itulah sebabnya kenapa gadai emas banyak
diminati masyarakat pada saat ini.3 Gadai emas (Ar-Rahn) merupakan skim
pinjaman (pembiayaan) untuk kebutuhan dana bagi masyarakat dengan gadai
yang sesuai syariah Islam dengan agunan berupa perhiasan emas. Di sini
anggota hanya akan dibebani biaya administrasi dan biaya sewa tempat.4
Pembiayaan Ar-Rahn dengan membebankan biaya administrasi serta
biaya sewa tempat kepada penggadai (rahin) diperbolehkan, sebab memiliki
dasar hukum yang tercantum dalam DSN-MUI dari Bank SyariahMandiri No
3/303/DPM tanggal 23 Oktober 2001 tentang permohonan Fatwa Produk
Gadai Emas. Dan hasil rapat pleno Dewan Syari’ah Nasional pada hari kamis,
14 Muharam 1423 H/28 Maret 2002 M memutuskan fatwa DSN-MUI
Nomor: 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Ar-Rahn emas. Dalam keputusan
tersebut gadai emas dibolehkan berdasarkan prinsip Ar-Rahn yang sudah
diatur (dalam fatwa DSN nomor:25/DSN-MUI/III/2002 tentang Ar-Rahn)
dimana murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan marhun
(barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.
Marhun dan pemanfaatanya tetap menjadi milik rahin yang pada prinsipnya
marhun tidak boleh di manfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin, dengan
3
Minikmatin Lutfiyah, “Analisi Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Fatwa DSN NOMOR: 26/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas(Studi di Bank Syari’ah Mandiri Cabang Karangayu Semarang)” (Skripsi - - Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2010).
4
tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatanya itu sekedar pengganti
pemeliharaan dan perawatannya. Ongkos dan biaya penyimpanan barang
(marhun) ditanggung oleh penggadai (rahin). Besarnya ongkos didasarkan
pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan. Biaya penyimpanan barang
(marhun) dilakukan atas dasar akad ija>rah.5
Menurut Fatwa DSN-MUI Nomor 26/DSN-MUI/III/2002 tentang
gadai emas, tentang Ar-Rahn emas menyebutkan bahwa besarnya biaya atau
ongkos yang ditanggung oleh nasabah penggadai harus didasarkan pada
pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan. Dengan kata lain, nasabah
penggadai juga harus diberitahu besarnya rincian biaya administrasi atau
pengeluaran apa saja yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan syariah dalam
melaksanakan akad gadai. Biaya administrasi mencakup biaya materai, jasa
penaksiran, formulir akad, fotokopi, print out, dan lain-lain. Biaya
administrasi gadai syariah harus dibayarkan di muka karena biaya tersebut
bukan termasuk dalam komponen dana yang dipinjamkan.
Selain ada biaya administrasi, ada pula biaya pemeliharaan atau
penyimpanan. Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dibutuhkan untuk
merawat barang jaminan gadai selama jangka waktu yang ditetapkan pada
akad gadai. Sesuai dengan pendapat mayoritas ulama’ (Jumhur Ulama’),
biaya pemeliharaan atau penyimpanan menjadi tanggungan nasabah (rahin),
sebab pada dasarnya penggadai (rahin) masih menjadi pemilik sah dari
barang gadai sehingga dia bertanggung jawab atas seluruh biaya yang
5
dikeluarkan untuk menyimpan dan memelihara barang gadai. Akad yang
digunakan dalam penerapan biaya pemeliharaan atau penyimpanan adalah
akad ija>rah (sewa). Artinya nasabah penggadai (rahin) menyewa tempat di
lembaga keuangan syariah untuk menyimpan atau menitipkan barang gadai,
kemudian lembaga keuangan syariah menetapkan biaya sewa tempat. Atau
dengan kata lain, penggadai menggunakan jasa lembaga untuk menyimpan
atau memelihara barang gadai hingga jangka waktu gadai berakhir. Biaya
pemeliharaan dan penyimpanan atau biaya sewa tersebut diizinkan oleh para
ulama dengan merujuk pada diperbolehkan menerapkan akad ija>rah (sewa).
Biaya pemilaharaan atau penyimpanan atau sewa dapat berupa biaya sewa
tempat safe Deposit Box (SDB), biaya pemeliharaan, biaya keamanan, biaya
asuransi dan biaya lain yang diperlukan untuk memelihara atau menyimpan
barang jaminan gadai. Dengan menerapkan akad ija>rah (sewa) dalam
pemeliharaan atau penyimpanan barang gadai, lembaga keuangan syariah
dapat memperoleh pendapatan yang sah dan halal. Lembaga keuangan
syariah akan mendapatkan upah (fee) atas jasa yang diberikan kepada nasabah
penggadai.
Pada prinsipnya pihak lembaga tidak diperbolehkan mengambil
keuntungan dari akad gadai syariah. Dengan kata lain, lembaga keuangan
syariah tidak boleh memungut imbal hasil atau pemberian dana pinjaman,
sebab pemberian pinjaman gadai emas syariah didasari niat menolong orang
yang sedang kesulitan keuangan jangka pendek. Akad gadai syariah adalah
atau tolong menolong.6 Sehingga produk pembiayaan Ar-Rahn dianggap
mudah oleh masyarakat yang membutuhkan dana untuk mendapatkan
pinjaman dana karena tidak memberatkan peminjam.
Gadai Emas Syariah (pembiayaan Ar-Rahn) memang sangat
bermanfaat bagi nasabah penggadai yang membutuhkan dana tunai dengan
cepat sekaligus bermanfaat bagi lembaga keuangan syariah yang
menyediakan produk pembiayaan Ar-Rahn (Gadai Emas Syariah), karena
lembaga keuangan syariah akan mendapatkan keuntungan dari jasa penitipan
barang gadai dan bukan dari kegiatan gadai itu sendiri. Setidaknya ada tiga
keuntungan yang dapat diperoleh lembaga keuangan syariah dari produk
gadai emas syariah (Ar-Rahn), yaitu:
1. Profitabilitas dari gadai emas syariah tinggi dan margin
keuntungannya tinggi karena masyarakat kecil mau membayar
mahal.
2. Bagi lembaga keuangan aman karena produk gadai emas syariah
ini ibarat Kredit Tanpa Agunan (KTA), tetapi kalau Kredit Tanpa
Agunan ada jaminan, sedangkan Gadai emas syariah ada jaminan
dan likuid.
3. Emas tidak ada Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP).
Beberapa keuntungan yang dapat diberikan Gadai Emas Syariah bagi
masyarakat maupun lembaga keuangan syariah menjadikan produk
6
pembiayaan ini memiliki prospek yang bagus untuk mendorong partisipasi
masyarakat dalam aktivitas ekonomi Islam terlebih dalam memperluas
penerapan ekonomi Islam di Indonesia. Hal ini sesuai dengan keadaan di
BMT Al-Rifa’ie, dimana pembiayaan Ar-Rahn sangat menguntungkan bagi
BMT Al-Rifa’ie dan masyarakat. Sebagaimana data pembiayaan Ar-Rahn
yang diperoleh dari BMT Al-Rifa’ie terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya sehingga BMT akan mendapatkan pendapatan yang akan
memberikan kontribusi keuntungan pada BMT Al-Rifa’ie.
Keadaan tersebut dapat dibuktikan oleh data laporan keuangan yang
diperoleh dari BMT Al-Rifa’ie yang berjumlah 36 (tiga puluh enam) bulan
mulai dari bulan Januari tahun 2011 hingga bulan Desember tahun 2014
menunjukkan bahwa produk pembiayaan Ar-Rahn pada BMT Al-Rifa’ie terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya (lihat lampiran 1), di mulai dari
tahun 2011 yang berjumlah 1.832.946.000 rupiah terus mengalami
peningkatan hingga menjadi 2.089.954.500 rupiah pada tahun 2012 sampai
dengan tahun 2013 terus mengalami peningkatan hingga menjadi
3.232.711.800 rupiah. Dari data tersebut secara otomatis akan berdampak
pada peningkatan keuntungan BMT Al-Rifa’ie karena dari pembiayaan Ar
-Rahn akan memperoleh pendapatan dari biaya administrasi dan biaya sewa
dari setiap orang yang melakukan pembiayaan Ar-Rahn. Keadaan
pembiayaan Ar-Rahn yang terus mengalami peningkatan berpengaruh
terhadap peningkatan keuntungan pada BMT Al-Rifa’ie dalam
bulan Januari tahun 2011 hingga bulan Desember tahun 2014 (lihat lampiran
1) menunjukkan bahwa perkembangan keuntungan pada BMT Al-Rifa’ie
mengalami fluktuasi. Pada periode 2011 BMT mangalami kerugian sebesar
7.860.642 rupiah, kerugian ini disebabkan BMT Al-Rifa’ie menanggung
beban anggotanya ke bank, karena dana yang ada pada BMT terus berputar
untuk operasional BMT sehingga harus menanggungnya terlebih dahulu.
Akan tetapi keuntungan yang diperoleh pada periode 2012 BMT mengalami
peningkatan sebesar 31.986.281 rupiah dan terus mengalami peningkatan
pada tahun 2013 mencapai 75.736.938 rupiah. Dengan demikian
meningkatanya produk pembiayaan Ar-Rahn dapat meningkatkan keuntungan
BMT Al-Rifa’ie.
Selain itu, penelitian Marini Fransisca (2008) dapat menguatkan hasil
dari penelitian ini, dengan judul Pengaruh jumlah kredit gadai yang
disalurkan terhadap laba perum pegadaian Cabang Padang Bulan Medan,
membuktikan bahwa kredit gadai yang disalurkan mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap laba yang diperoleh perum pegadaian cabang
padang bulan Medan.7 Kemudian hasil penelitian Revita Sari (2012), dengan
judul analisis pengaruh tingkat simpanan dan pinjaman anggota terhadap Sisa
Hasil Usaha (SHU) Kopsyah BMT Al-Amin Pekanbaru, membuktikan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara simpanan dan pinjaman terhadap
SHU Kopsyah BMT Al-Amin Pekanbaru. Variabel yang dominan dalam
mempengaruhi SHU Kopsyah BMT Al-Amin Pekanbaru bukanlah variabel
7
simpanan dan pinjaman anggota, melainkan pendapatan pembiayaan
murabah{ah (jual beli kredit), biaya operasional atau biaya mud{harabah
(bagi hasil) dan tingkat pinjaman DPK (Dana Pihak Ketiga) dan lain
sebagainya.8
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis berpendapat bahwa
nampaknya pembiayaan Ar-Rahn merupakan salah satu unsur yang dapat
mempengaruhi peningkatan keuntungan BMT Al-Rifa’ie Desa Ketawang
Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang serta ingin menguji kembali dari
penelitian terdahulu, apakah pembiayaan Ar-Rahn akan berpengaruh positif
dan signifikan juga terhadap peningkatan keuntungan BMT Al-Rifa’ie Desa
Ketawang Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang. Maka penulis tertarik
untuk meneliti lebih jauh, dengan mengangkat judul “Pengaruh Pembiayaan
Ar-Rahn terhadap Peningkatan Keuntungan BMT Al-Rifa’ie Desa Ketawang
Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang (Studi terhadap Laporan
Keuangan Pembiayaan Ar-Rahn Periode 2011-2013)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penelitian ini memiliki
rumusan masalah sebagaimana berikut:
1. Adakah pengaruh pembiayaan Ar-Rahn terhadap peningkatan
keuntungan BMT Al-Rifa’ie Desa Ketawang Kecamatan Gondanglegi
Kabupaten Malang?
8
2. Bagaimana pengaruh pembiayaan Ar-Rahn terhadap peningkatan
keuntungan BMT Al-Rifa’ie Desa Ketawang Kecamatan Gondanglegi
Kabupaten Malang?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan, maka tujuan pelaksanaan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk membuktikan dan mengetahui adanya pengaruh pembiayaan Ar
-Rahn terhadap peningkatan keuntungan BMT Al-Rifa’ie Desa
Ketawang Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang.
2. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan Ar-Rahn terhadap
peningkatan keuntungan BMT Al-Rifa’ie Desa Ketawang Kecamatan
Gondanglegi Kabupaten Malang.
D. Kegunaan Hasil Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan berdaya guna sebagai
berikut:
1. Secara teoritis (keilmuan)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
a. Bagi peneliti
Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan informasi dalam
bidang analisis laporan keuangan khususnya mengenai pembiayaan
b. Bagi Lembaga Keuangan Syariah
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi
bahan masukan atau sebagai bahan perbandingan khususnya
manajer keuangan dalam merencanakan dan mengendalikan
kinerja keuangan agar lebih efektif, sehingga lembaga dapat
berjalan lebih baik lagi.
c. Bagi pembaca
Untuk menambah pengetahuan dan sebagai referensi bagi
pihak lain untuk melakukan penelitian ataupun menyelesaikan
permasalahan yang berhubungan dengan penelitian ini.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
a. Bagi BMT Al-Rifa’ie Ketawang – Gondanglegi
Sebagai bahan masukan bagi BMT Al-Rifa’ie agar dapat
memperoleh pendapatan dari pembiayaan Ar-Rahn yang tinggi
sehingga dapat meningkatkan keuntungan BMT Al-Rifa’ie.
b. Bagi pihak terkait
Dapat memberikan tambahan informasi dalam mempelajari
pengelolaan pembiayaan Ar-Rahn sehingga dapat menghasilkan
12
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Landasan teori yang diacu dalam pengembangan penelitian ini
dijelaskan sebagai berikut.
1. Tentang Ar-Rahn
a. Pengertian Ar-Rahn
Menurut etimologi Ar-Rahn berarti Atsubu>tu wa Dawamu
artinya tetap dan kekal, atau al-H{abs{u wa Luzumu artinya
pengekangan dan keharusan dan juga bias berarti jaminan.1
Sedangkan secara terminology para ulama fiqh{ mendefinisikannya
sebagai berikut:
1) Menurut Sayyid Sabiq, Ar-Rahn adalah menjadikan barang
berharga menurut pandangan syara’ sebagai jaminan utang.
2) Menurut Muhammad Rawwas Qal’ahji penyusun buku
Ensiklopedi Fiqih Umar bin Khattab r.a, berpendapat bahwa Ar
-Rahn adalah menguatkan utang dengan jaminan utang.
3) Menurut Masjfuq Zuhdi Ar-Rahn adalah perjanjian atau akad
pinjam meminjam dengan menyerahkan barang sebagai
tanggungan utang.
1
4) Menurut Nasrun Haroen, Ar-Rahn adalah menjadikan suatu
(barang) sebagai jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin
dijadikan sebagai pembayaran hak (piutang) itu, baik
keseluruhannya ataupun sebagiannya.
Sebagaiman telah dijelaskan di atas, bahwa Ar-Rahn adalah
menjadikan barang berharga sebagai jaminan utang. Dengan begitu
jaminan tersebut berkaitan erat dengan utang piutang dan timbul dari
padanya. Sebenarnya pemberian utang itu merupakan suatu tindakan
kebijakan untuk menolong orang yang sedang dalam keadaan terpaksa
dan tidak mempunyai uang dalam keadaan kontan. Namun untuk
ketenangan hati, pemberian utang memberikan suatu jaminan, bahwa
utang itu akan dibayar oleh yang berutang. Untuk maksud itu pemilik
uang boleh meminta jaminan dalam bentuk barang berharga.2
b. Unsur-unsur Ar-Rahn dan Rukunnya
Ar-Rahn memiliki empat unsur, yaitu sebagai berikut:
1) Rahi>n adalah orang yang memberikan jaminan
2) Al-murtahi>n adalah orang yang menerima
3) Al-marhun adalah harta yang dijadikan jaminan
4) Al-marhun bih{ adalah utang
Menurut ulama Hanafiyah rukun Ar-Rahn adalah ijab dan
qabul dari rahi>n dan al-murtahi>n, sebagaimana pada akad yang
lain. Akan tetapi, akad dalam rahn tidak akan sempurna sebelum
2
adanya penyerahan barang. Adapun menurut ulama selain Hanafiyah,
rukun rahn adalah sigh{at, aqid (orang yang akad), marhu>n, dan
marhu>nbih{.3
c. Syarat-Syarat Ar-Rahn
Adapun syarat-syarat Ar-Rahn para ulama fiqh{ menyusunnya
sesuai dengan rukun Ar-Rahn itu sendiri. Dengan demikian
syarat-syarat Ar-Rahn adalah sebagai berikut:
1) Syarat yang terkait dengan orang berutang akad (Ar-Rahn dan
al- marhu>n) adalah cakap bertindak hukum. Kecakapan
bertindak hukum, menurut jumhur ulama adalah orang yang
telah baligh dan berakal. Sedangkan menurut ulama Hanafiyah
kedua belah pihak yang berakad tidak disyaratkan baligh, tetapi
cukup berakal saja. Oleh sebab itu, menurut mereka anak kecil
yang mumayyiz boleh melakukan akad Ar-Rahn asal mendapat
persetujuan dari walinya.
2)Syarat yang terkait dengan utang (al- marhu>n bih{): a)
merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada yang
memberi utang, b) utang itu boleh dilunasi dengan jaminan,
dan c) utang itu jelas dan tertentu.
3)Syarat yang terkait dengan barang yang dijadikan jaminan (al-
marhu>n), menurut ulama fiqh{ syarat-syaratnya sebagai
berikut: a) barang jaminan itu boleh dijual dan nilainya
3
seimbang dengan utang, b) berharga dan boleh dimanfaatkan,
c) jelas dan tertentu, d) milik sah orang yang berutang, e) tidak
terkait dengan hak orang lain, f) merupakan harta utuh dan, g)
boleh diserahkan baik materinya maupun manfaatnya. 4
Syarat-syarat tersebut merupakan syarat yang harus dipenuhi
dalam melakukan gadai. Berikut gambar 2.1 skema dalam melakukan
gadai (Ar-Rahn), yaitu:
Gambar 2.1 Skema Pelaksanaan Gadai (Ar-Rahn); 5
Dari skema di atas dijelaskan bahwa dalam melakukan
pembiayaan Ar-Rahn, pertama rahi>n (orang yang berutang)
melakukan akad transaksi pinjaman pada murtahi>n (yang memberi
hutang), kedua murtahin memberikan pinjaman atau marhu>n bih{
(utang) kepada rahi>n (orang yang berutang), dan ketiga rahi>n
(orang yang berutang) menyerahkan marhu>n (barang) kepada
murtahi>n (yang memberi hutang) sebagai jaminan utang.
4
Abdul Rahman, Dkk, Ibid ., 267-268.
5
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam (Jakarta: Kencana, 2010), 101.
MARHU<N BIH{ (UTANG)
MURTAHI<N
(Pegadaian)
MARH{U<N (BARANG)
RAHI<N 1. Akad Transaksi
d. Manfaat Ar-Rahn
Manfaat yang dapat diambil oleh lembaga keuangan syariah
dari prinsip Ar-Rahn adalah sebagai berikut:
1) Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain-main
dengan fasilitas pembiayaan yang diberikan lembaga keuangan
syariah.
2) Memberikan keamanan bagi semua penabung dan pemegang
deposito bahwa dananya tidak akan hilang begitu saja jika
nasabah peminjam ingkar janji karena ada suatu aset atau
barang (marhu>n) yang dipegang oleh lembaga keuangan.
3) Jika Ar-Rahn diterapkan dalam mekanisme pegadaian, sudah
barang tentu akan sangat membantu saudara kita yang kesulitan
dana, terutama di daerah-daerah.
Adapun manfaat yang langsung didapat lembaga keuangan
syariah adalah biaya-biaya konkret yang harus dibayar oleh nasabah
untuk pemeliharaan dan keamanan aset tersebut. Jika penahanan aset
berdasarkan fidusia (penahanan barang bergerak sebagai jaminan
pembayaran), nasabah juga harus membayar biaya asuransi yang
besarnya sesuai dengan yang berlaku secara umum.6
6
e. Standar Penentuan Biaya Pembiayaan Ar-Rahn
1)Penyerahan Barang Gadai
Para ulama berselisih pendapat dalam masalah apakah
menjadi keharusan untuk diserahkan langsung ketika transaksi
ataukah setelah serah terima barang gadainya. Terdapat dua
pendapat dalam hal ini:
Pendapat pertama, serah terima adalah syarat keharusan
terjadinya Ar-Rahn. Ini pendapat Mazhab Hanafiyah, Syafi’iyah
dan riwayat dalam Mazhab Ahmad bin Hambal, serta Mazhab
Zahiriyah. Ar-Rahn adalah transaksi penyerta yang butuh kepada
penerima, sehingga membutuhkan serah-terima (al-Qabz{) seperti
utang. Juga karena hal itu adalah Ar-Rahn (gadai) yang belum
diserahterimakan, sehingga tidak diharuskan untuk
menyerahkannya, sebagaimana bila yang menggadaikan
meninggal dunia.
Pendapat kedua, rahn langsung terjadi setelah selesai
transaksi. Dengan demikian, bila pihak yang menggadaikan
menolak untuk menyerahkan barang gadainya, maka dia dipaksa
untuk menyerahkannya. Ini pendapat Mazhab Malikiyah dan
riwayat dalam Mazhab Hambaliyah.7
7
2)Penetapan Biaya Gadai Syariah
Dalam menjalankan sistem gadai, murtahi>n
diperbolehkan mengambil biaya kepada rahi>n. Adapun biaya
yang akan dibayar oleh rahi>n kepada murtahi>n yang berkaitan
dengan pelaksanaan transaksi gadai, yaitu:
a) Biaya Administrasi
Biaya administrasi yang harus dibayarkan kepada murtahi>n
berdasarkan transaksi gadai syariah hanya dibebankan sekali
kepada rahi>n ketika terjadi akad. Biaya administrasi yang
dimaksud, sebagai berikut:
(1) Biaya rill yang dikeluarkan berupa biaya ATK,
perlengkapan, dan biaya tenaga kerja.
(2) Besarnya biaya ditetapkan sesudah terjadi penaksiran
nilai harta benda yang dijadikan agunan.
(3) Biaya yang dimaksud, dibayar pada saat pinjaman
dicairkan.
b) Biaya Sewa Tempat
Untuk tarif jasa simpanan mencakup biaya pemeliharaan
barang gadaian yang dijaminkan. Tarif biaya simpan tersebut
akan dibayarkan pada saat pelunasan. Tarif jasa simpanan
dibedakan antara jenis-jenis barang gadaian dengan
ketentuan, yaitu:8
8
(1) Tarif ija>rah dihitung dari nilai taksiran barang
gadaian yang dijadikan jaminan.
(2) Jangka waktu pinjaman ditetapkan 120 hari, yaitu tarif
jasa simpanan dengan kelipatan 10 hari (1 dihitung 10
hari).
f. Akad dalam Pembiayaan Ar-Rahn
Dalam prinsipnya pembiayaan Ar-Rahn menggunakan dua
akad, yaitu akad Ar-Rahn dan akad ija>rah.9
1) Akad Ar-Rahn
Pada akad Ar-Rahn, rahi>n menyepakati untuk
menyimpan barangnya kepada murtahi>n sehingga rahi>n akan
membayar sejumlah ongkos kepada murtahi>n atas biaya
perawatan dan penjagaan terhadap barang. Dalam pelaksanaan
akad Ar-Rahn ini, rahi>n hanya berkewajiban mengembalikan
modal pinjaman dan menggunakan transaksi berdasarkan prinsip
biaya administrasi.
Kategori marhu>n dalam akad dimaksud, adalah
berupa barang yang tidak dapat dimanfaatkan/dikelola, kecuali
dengan cara menjualnya. Karena itu, termasuk barang bergerak
saja, seperti emas, barang elektronik, dan sebagainya. Selain itu,
tidak ada bagi hasil yang harus dibagikan, sebab akad ini hanya
berfungsi sosial. Namun dalam akad ini mengharuskan sejumlah
9
ongkos yang harus dibayarkan oleh pihak rahi>n kepada
murtahi>n, sebagai biaya pengganti administrasi yang
dikeluarkan oleh murtahi>n.
2) Akad ija>rah{10
Akad ija>rah{ merupakan penggunaan manfaat atau
jasa melalui penggantian kompensasi, yaitu pemilik
menyewakan manfaat disebut mua’jjir, sedangkan penyewa
disebut mustaji>r. Sesuatu yang diambil manfaatnya disebut
major dengan kompensasi atau balas jasa yang disebut ujroh{.
Karena itu, rahin akan memberikan biaya jasa kepada
murtahi>n karena rahi>n telah menitipkan barangnya untuk
dijaga atau dirawat oleh murtahi>n.
g. Memanfaatkan Barang Jaminan (agunan) (al-marhu>n)
Para ulama fiqih{ sepakat menyatakan bahwa segala biaya
yang dibutuhkan untuk pemeliharaan barang-barang jaminan itu
menjadi tanggung jawab pemiliknya, yaitu orang yang berutang.
Sedangkan pemegang barang jaminan tidak boleh memanfaatkan
barang jaminan itu, karena barang itu bukan miliknya secara penuh.
Hak pemegang barang jaminan terhadap barang itu hanyalah sebagai
jaminan piutang yang ia berikan, dan apabila orang berutang tidak
mampu melunasi utangnya, barulah ia boleh menjual atau
menghargai barang itu untuk melunasi piutangnya.11
10
Ibid., 11
h. Mekanisme Produk Gadai Syariah (Ar-Rahn)
Untuk mengajukan permohonan permintaan gadai, calon
nasabah harus terlebih dahulu memenuhi ketentuan berikut:
1) Membawa fotokopi KTP atau identitas lainnya (SIM, Paspor,
dan lain-lain)
2) Mengisi formulir permintaan Ar-Rahn
3) Menyerahkan barang jaminan (marhu>n) bergerak, seperti :
a) Mas atau berlian
b) Kendaraan bermotor
c) Barang-barang elektronik
Selanjutnya, prosedur pemberian pinjaman (marhu>n bih{)
dilakukan melalui tahapan berikut:
(1) Nasabah mengisi formulir permintaan Ar-Rahn.
(2) Nasabah menyerahkan formulir permintaan Ar-Rahn yang
dilampiri dengan fotokopi, identitas serta barang jaminan ke
loket.
(3) Murtahi>n (Penerima barang) menaksir barang jaminan
(marhu>n) yang diserahkan.
(4) Besarnya pinjaman atau marhu>n bih{ adalah sebesar 90%
dari taksiran marhu>n.
(5) Apabila disepakati besarnya pinjaman, nasabah
Daftar penggolongan pinjaman dan biaya administrasi yang
[image:35.612.133.514.177.506.2]diterapkan pada gadai syariah dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:12
Tabel 2.1 Daftar Penggolongan Pinjaman dan Biaya Administrasi Golongan
Marhu>n Bih{
Plafon Marhu>n Bih{ (Rp) Biaya Administrasi
A 20.000 150.000 1.000
B 151.000 500.000 5.000
C 501.000 1.000.000 8.000
D 1.005.000 5.000.000 16.000
E 5.010.000 10.000.000 25.000
F 10.050.000 20.000.000 40.000
G 20.100.000 50.000.000 50.000
H 50.100.000 200.000.000 60.000
Tarif ija>rah ditunjukkan pada tabel 2.2, sebagai berikut:
Tabel 2.2 Tarif ija>rah{
No Jenis Marhu>n Perhitungan Tarif
1 Emas dan Berlian Taksiran/Rp.10.000xRp 85 x Jangka Waktu/10
2 Elektronik Taksiran/Rp.10.000xRp 90 x Jangka Waktu/10
3 Kendaraan
Bermotor
Taksiran/Rp.10.000xRp 95 x Jangka Waktu/10
(a) Tarif ija>rah{ dihitung dari nilai taksiran barang jaminan/marhu>n.
(b)Tarif ija>rah{ dihitung dengan kelipatan 10 hari, 1 hari dihitung 10 hari.
Adapun produk gadai emas merupakan pembiayaan atas
dasar jaminan berupa emas sebagai salah satu alternatif memperoleh
pembiayaan secara cepat. Pinjaman gadai emas merupakan fasilitas
pinjaman tanpa imbalan dengan jaminan emas dengan kewajiban
pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.
Jaminan emas yang diberikan disimpan dalam penguasaan atau
pemeliharaan dan atas penyimpanan tersebut nasabah diwajibkan
12
membayar biaya sewa. Dalam melaksanakan produk ini harus
memerhatikan unsur-unsur kepercayaan, kesepakatan, jangka waktu,
dan risiko.
Bagi calon nasabah yang ingin mengajukan permohonan
dapat mendatangi lembaga keuangan yang menyediakan fasilitas
pembiayaan gadai emas dengan memenuhi persyaratan:13
(1)Identitas diri KTP/SIM yang masih berlaku
(2)Perorangan WNI
(3)Cakap secara hukum
(4)Mempunyai rekening atau tabungan di lembaga keuangan
tersebut.
(5)Menyampaikan NPWP (untuk pembiayaan tertentu sesuai
dengan aturan yang berlaku)
(6)Adanya barang jaminan berupa emas. Bentuk dapat emas
batangan, emas perhiasan atau emas koin dengan kemurnian
minimal 18 karat atau kadar emas 75%. Sedangkan jenisnya
adalah emas merah dan kunig
(7)Memberikan keterangan yang diperlukan dengan benar
mengenai alamat, data penghasilan atau data lainnya
Selanjutnya pihak lembaga keuangan syariah akan
melakukan analisis pinjaman yang meliputi:
13
(a) Petugas pada lembaga keuangan memeriksa kelengkapan dan
kebenaran syarat-syarat calon pemohon pinjaman.
(b)Penaksir melakukan analisis terdapat data pemohon, keaslian
dan karatese jaminan berupa emas, sumber pengembalian
pinjaman, penampilan atau tingkah laku calon nasabah yang
mencurigakan.
(c) Jika menurut analisis, pemohon layak maka lembaga akan
menerbitkan pinjaman (qardh{) dengan gadai emas. Jumlah
pinjaman disesuaikan dengan kebutuhan nasabah dengan
maksimal pinjaman sebesar 80% dari taksiran emas yang
disesuaikan dengan harga standar emas.
(d)Realisasi pinjaman dapat dicairkan setelah akad pinjaman
(qardh{) sesuai dengan ketentuan lembaga.
(e) Nasabah dikenakan biaya administrasi, biaya sewa dari jumlah
pinjaman. Contoh perhitungan:
1) Biaya sewa (BS) : Rp 1.500/ gram/ bulan
2) Berat emas ditaksir (BED) : 20 gram
3) Karatese emas ditaksir (KED) : 22 Karat
4) Harga standar emas 24 karat (HSE) : Rp. 25.000/gram
5) Jangka waktu sewa (JK) : 4 bulan
a) Biaya sewa tempat penyimpanan emas perhitungannya:
BED x JW x Rp. 1500-, 20 gram x 4 bulan x Rp.1500-,
= Rp.120.000-,
b) Harga taksiran emas:
BED x HSE x KED/24 karat 20 gram x Rp. 250.000 x
22/24 = Rp. 4.583. 333-,
c) Maksimal Pinjaman:
Rp. 4.583. 333-, x 80% = Rp. 3.666.666 (dibulatkan
kebawah) menjadi Rp. 3.600.000-,
(f) Pelunasan dilakukan sekaligus pada saat jatuh tempo.
(g) Apabila sampai dengan waktu yang ditetapkan nasabah tidak
dapat melunasi dan proses kolektibilitas tidak dapat dilakukan,
maka jaminan dijual dibawah tangan dengan ketentuan:
1) Nasabah tidak dapat melunasi pinjaman sejak tanggal jatuh
tempo pinjaman dan tidak diperbaharui.
2) Diupayakan sepengetahuan nasabah dan kepada nasabah
diberikan kesempatan untuk mencari calon pemilik.
Apabila tidak dapat dilakukan, maka lembaga keuangan
menjual berdasarkan harga tertinggi dan wajar (karyawan
lembaga keuangan tidak perkenankan memiliki agunan
tersebut).14
14
2.Tentang Keuntungan Perusahaan
a. Pengertian Keuntungan
Pada dasarnya setiap badan usaha memiliki tujuan yaitu
memperoleh keuntungan (profit oriented). Suatu badan usaha dalam
memperluas usahanya harus ditunjang dengan adanya laba usaha.
Secara umum keuntungan dapat diperoleh dari seluruh penghasilan
dikurangi dengan biaya. Besarnya keuntungan yang dicapai menjadi
ukuran sukses atau tidaknya suatu badan usaha.
Keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara. yang
pertama keuntungan dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai
peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam
modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan
penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya
kesempatan). Sementara itu, keuntungan dalam akuntansi
didefinisikan sebagai selisih lebih (atau kurang) antara pendapatan
dengan biaya.15 Keuntungan merupakan elemen yang paling menjadi
perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk
merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. 16 Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keuntungan
adalah selisih lebih antara pendapatan dan beban yang timbul dalam
kegiatan utama atau sampingan di perusahaan selama satu periode.
15
Al. Haryono Jusup, Dasar-Dasar Akuntansi, Jilid 1 Edisi Ke-6 (Yogyakarta: Aditya Media, 2005), 24.
16
Tujuan Utama perusahaan adalah mendapatkan keuntungan,
Laporan laba rugi disusun dengan maksud untuk menggambarkan
hasil operasi perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu. Dengan
kata lain, laporan laba-rugi menggambarkan keberhasilan atau
kegagalan operasi perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya. Hasil
operasi perusahaan diukur dengan membandingkan antara pendapatan
perusahaan dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
pendapatan tersebut. Apabila pendapatan lebih besar dari pada biaya,
maka dikatakan bahwa perusahaan memperoleh keuntungan, dan bila
terjadi sebaliknya (pendapatan lebih kecil dari pada biaya) maka
perusahaan menderita rugi.17 Umumnya peusahaan didirikan untuk
mencapai tujuan tertentu yaitu memperoleh keuntungan yang optimal
dengan pengorbanan yang minimal untuk mencapai hal tertentu perlu
adanya perencanaan dan pengendalian dalam setiap aktivitas usahanya
agar perusahaan dapat membiayai seluruh kegiatan yang berlangsung
secara terus menerus.18
17
Al. Haryono Jusup, Ibid., 18
b. Unsur-unsur Keuntungan
Adapun unsur-unsur keuntungan, antara lain:19
1. Pendapatan yaitu, arus kas masuk atau penambahan nilai atas
aktiva suatu entitas atau penyelesaian suatu kewajiban-kewajiban
(kombinasi keduanya) yang berasal dari penyerahan atau produksi
barang.
2. Beban yaitu, arus kas keluar atau pemakaian nilai aktiva atau
terjadinya kewajiban (kombinasi) keduanya yang berasal dari
penyerahan atau produksi barang. Pemberian jasa atau
pelaksanaan aktivitas-aktivitas lain yang merupakan operasi
utama inti yang berkelanjutan dari suatu entitas.
3. Keuntungan yaitu, kenaikan ekuitas (aktiva bersih) yang berasal
dari transaksi peripheral (menyatakan suatu yang bersifat
sampingan, tidak merupakan hal utama) atau incidental pada
suatu entitas dari transaksi yang lain dan kejadian serta situasi lain
yang mempengaruhi entitas kecuali yang dihasilkan dari
pendapatan atau investasi pemilik.
4. Kerugian/rugi yaitu, penurunan ekuitas (aktiva bersih) yang
berasal dari transaksi periferal (menyatakan sesuatu yang bersifat
sampingan tidak merupakan hal yang utama) atau incidental pada
19
suatu entitas dari transaksi laba dan kejadian serta situasi lain
yang mempunyai entitas kecuali yang dihasilkan dari beban atau
distribusi kepada pemilik.
c. Jenis-jenis Keuntungan dalam Hubungannya dengan Perhitungan
Adapun jenis-jenis keuntungan dalam hubungannya dengan
perhitungan adalah sebagai berikut:20
1) Laba kotor yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dengan
penjualan dengan harga pokok penjualan
2) Keuntungan dari operasi yaitu selisih antara laba kotor dengan total
beban operasi.
3) Laba bersih yaitu angka terakhir dalam perhitungan laba/rugi
dimana untuk mencari laba operasional ditambah pendapatan
lain-lain dikurangi dengan beban-beban.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan, sebagai
berikut:21
(1) Biaya
Biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk
akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.
(2) Harga jual
Harga jual produk akan mempengaruhi volume penjualan produk
yang bersangkutan.
20
Ibid., 21
(3) Volume penjualan dan produksi
Besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap produksi
tersebut, selanjutnya volume produksi akan mempengaruhi besar
kecilnya biaya produksi.
Keuntungan dalam akutansi adalah perubahan dalam equity (net
asset) dari suatu entitas selama suatu periode tertentu yang diakibatkan
oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal bukan dari
pemilik.22 Keuntungan merupakan suatu pos dasar dan penting dari
ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai
konteks, dimana laba sering digunakan sebagai dasar untuk :
a) Pengenaan pajak
b) Kebijakan deviden dan penahanan laba perusahaan
c) Pedoman investasi serta pengambilan keputusan
d) Keuntungan dipandang sebagai unsur prediksi, yang membantu
memprediksi laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan
datang.
Konsep dalam usaha mendefinisikan dan mengukur laba menurut
tingkatan bahasa, konsep-konsep tersebut meliputi:23
(1) Konsep Keuntungan pada tingkat sintaksis (struktural)
Pada tingkat sintaksis konsep keuntungan dihubungkan dengan
konvensi (kebiasaan) dan aturannya logis serta konsisten
dengan mendasarkan pada premis dan konsep yang telah
22
Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), 49.
23
berkembang dari praktek akuntansi yang ada. Terdapat dua
pengukuran laba pada tingkat sintaksis yaitu: pendekatan
transaksi dan pendekatan aktivitas.
(2) Konsep keuntungan pada tingkat semantik (interpretasi)
Pada konsep ini laba ditelaah melalui hubungannya dengan
realita ekonomi. dalam usahanya memberikan makna
interpretative dari konsep laba akuntansi, para akuntan
seringkali merujuk pada dua konsep ekonomi. kedua konsep
ekonomi tersebut adalah konsep pemeliharaan modal dan laba
sebagai alat ukur efisiensi.
(3) Konsep keuntungan pada tingkat pragmatis (perilaku)
Pada tingkat pragmatis (perilaku) konsep laba dikaitkan
dengan pengguna laporan keuangan terhadap informasi yang
tersirat dari perusahaan. Beberapa reaksi pengguna dapat
ditunjukkan dengan proses pengambilan keputusan dari
investor dan kreditor, reaksi harga surat terhadap pelaporan
keuntungan atau reaksi umpan balik dari manajemen dan
akuntan terhadap keuntungan uang yang dilaporkan.
e. Jenis-jenis Teori Keuntungan
Dalam perusahaan koperasi, keuntungan atau laba disebut
sebagai Sisa Hasil Usaha (SHU). Menurut UU Nomor 25 Tahun 1992
tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban
lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.24
Menurut teori keuntungan, tingkat keuntungan pada setiap
perusahaan biasanya berbeda pada setiap jenis industri atau usaha
bisnis. Ada beberapa teori yang menerangkan perbedaan ini.
1) Teori Keuntungan Menanggung Koperasi (risk-bearing theory
of profit). Menurut teori ini, keuntungan ekonomi di atas
normal akan diperoleh oleh perusahaan dengan risiko di ats
rata-rata.
2) Teori Keuntungan Friksional (frictional theory of profit). Teori
ini mengatakan bahwa keuntungan meningkat sebagai suatu
hasil dari friksi keseimbangan jangka panjang (long run
equilibrium).
3) Teori Keuntungan Monopoli (monopoly theory of profit).
Menurut teori ini, beberapa perusahaan dengan kekuatan
monopoli dapat membatasi output dan menetapkan harga yang
lebih tinggi jika perusahaan beroperasi dalam kondisi
persaingan sempurna. Dengan demikian, perusahaan menikmati
keuntungan.
4) Teori Keuntungan Inovasi (innovation theory of profit).
Keuntungan, menurut teori ini, diperoleh karena keberhasilan
perusahaan dalam melakukan inovasi.
24
5) Teori Keuntungan Efisiensi Manajerial (managerial efficiency
theory profit). Teori ini menekankan bahwa perusahaan yang
dikelola secara efisien akan memperoleh keuntungan di atas
rata-rata keuntungan normal.
Dari uraian teori keuntungan tersebut dapat disimpulkan bahwa,
sesuai dengan konsep koperasi, maka perusahaan koperasi akan
memperoleh laba dari hasil efisiensi manajerial, karena orientasi
usahanya lebih menekankan pada pelayanan usaha yang dapat
memberikan manfaat dan kepuasan bersama anggotanya.25
f. Fungsi Keuntungan
Keuntungan yang tinggi adalah pertanda bahwa konsumen
menginginkan output yang lebih dari industri/perusahaan. Keuntungan
yang tinggi merupakan insentif bagi perusahaan untuk meningkatkan
outputnya dalam jangka panjang. Sebaliknya, keuntungan yang rendah
atau rugi adalah pertanda bahwa konsumen menginginkan kurang dari
produk/komoditi yang ditangani dan metode produksinya tidak
efisien.
Dengan demikian, keuntungan memberikan pertanda krusial
untuk realokasi sumber daya yang dimilki masyarakat sebagai refleksi
perubahan selera konsumen dan permintaan sepanjang waktu. Tetapi
perlu diketahui bahwa keuntungan tidaklah suatu sistem yang
sempurna. Dalam badan usaha koperasi, keuntungan (profit) bukanlah
25
satu-satunya yang dikejar oleh manajemen, melainkan juga aspek
pelayanan (benefit oriented). Ditinjau dari konsep koperasi, fungsi
laba bagi koperasi tergantung pada besar kecilnya partisipasi ataupun
transaksi anggota dengan koperasinya. Semakin tinggi partisipasi
anggota, maka idealnya semakin tinggi manfaat yang diterima oleh
anggota.26
g. Pedoman dalam Meningkatkan Keuntungan
Sebuah perusahaan hanya akan berproduksi jika dia menjadi
lebih baik dengan menghasilkan daripada dia tidak menghasilkan.
Perusahaan selalu punya pilihan untuk tidak menghasilkan apa-apa.
Jika perusahaan tidak memproduksi apa-apa, dia akan punya kerugian
sebesar biaya tetapnya. Jika dia memutuskan untuk berproduksi, dia
akan mengeluarkan biaya produksi variabel dan menerima pendapatan
melebihi biaya variabel, kerugian perusahaan lebih kecil daripada
kerugian pada waktu tidak memproduksi apa-apa, ini merupakan
pedoman untuk mencapai laba maksimal.27 Jika perusahaan sudah
memutuskan untuk berpegang pada pedoman tersebut, maka produksi
adalah usaha yang berharga, dia harus memutuskan berapa banyak
yang akan diproduksi. Akal sehat menentukan bahwa atas dasar per
unit, jika suatu unit produk menghasilkan pendapatan lebih besar dari
biayanya, unit tersebut akan meningkatkan keuntungan atau laba, jika
biayanya lebih besar dari pada pendapatannya, labanya akan
26
Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi Teori dan Praktik (Jakarta:Erlangga, 2001), 78-79.
27
berkurang. Jika perusahaan berada dalam posisi dimana suatu unit
tambahan akan memberikan laba, maka dia akan memperluas output,
jika dia berada dalam posisi dimana unit produksi terakhir akan
mengurangi keuntungan, maka dia akan mengurangi produksi.28
h. Keuntungan dalam Islam
Keuntungan dalam Islam disebut falah{. Yang mana dalam
bahasa Arab, falah{ berasal dari kata kerja aflah{a-yuflih{u yang
berarti kesuksesan, kemuliaan dan kemenangan. Dalam pengertian
literal, falah{ ialah kemuliaan dan kemenagan dalam hidup. Dalam
kajian empirisnya menyatakan bahwa keuntungan ialah suatu
keuntungan yang diperoleh dari hasil laba bruto dikurangi biaya
operasi, seperti sewa, pajak, gaji, penyusutan. Keuntungan tersebut
telah dikurangi dengan zakat dengan beban pajak. Artinya,
keuntungan yang diperoleh berorientasi pada kesuksesan di dunia dan
kebahagiaan di akhirat yang diartikan dengan meningkatkan Ibadah,
salah satunya dengan membantu kemakmuran masyarakat dalam
bidang sosial.29
3. Tentang Baitul Ma>l Wat Tamwil (BMT)
a. Pengertian Baitul Ma>l Wat Tamwil (BMT)
Baitul Ma>l Wat Tamwil (BMT) merupakan suatu lembaga
yang terdiri dari dua istilah, yaitu baitul ma>l dan baitul tamwil. baitul
ma>l lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran
28Ibid., 8. 29
dana yang nonprofit, seperti; zakat, infaq, dan sedekah. Adapun baitul
tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial.
Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT
sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan
berlandaskan Islam. Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk
memfasilitasi masyarakat bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan
bank Islam atau BPR Islam. Prinsip operasinya didasarkan atas prinsip
bagi hasil, jual beli (ija>rah), dan titipan (wadia’h{). Karena itu,
meskipun mirip dengan bank Islam, bahkan boleh dikata menjadi cikal
bakal dari bank Islam, BMT memiliki pangsa pasar tersendiri, yaitu
masyarakat kecil yang tidak terjangkau layanan perbankan serta pelaku
usaha kecil yang mengalami hambatan “psikologis” bila berhubungan
dengan pihak bank.
b. Peran dan Fungsi BMT (Baitul Ma>l Wat Tamwil)
Ada lima fungsi BMT (Baitul Ma>l Wat Tamwil) yang harus
dilaksananakan, yaitu:
1) Penghimpun dan penyalur dana, dengan menyimpan uang di
BMT, uang tersebut dapat ditingkatkan utilitasnya, sehingga
timbul unit surplus (pihak yang memiliki dana berlebih) dan unit
defisit (pihak yang kekurangan dana).
2) Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat
pembayaran yang sah yang mampu memberikan kemampuan
3) Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan
memberi pendapatan kepada para pegawainya.
4) Pemberi informasi, memberi informasi kepada masyarakat
mengenai risiko keuntungan dan peluang yang ada pada lembaga
tersebut.
5) Sebagai satu lembaga keuangan mikro Islam yang dapat
memberikan pembiayaan bagi usaha kecil, mikro, menengah dan
juga koperasi dengan kelebihan tidak meminta jaminan yang
memberatkan bagi UMKMK tersebut.30
Adapun peran BMT di masyarakat, adalah:
a) Motor penggerak ekonomi dan sosial masyarakat banyak.
b) Ujung tombak pelaksanaan sistem ekonomi Islam.
c) Penghubung antara kaum agh{nia (kaya) dan kaum dhua’fa
(miskin).
d) Sarana pendidikan informal untuk mewujudkan prinsip hidup
yang berkah, ahsanu ‘amala, dan salam melalui spiritual
communication dengan dzikir qalbiyah{ ilahiah{.31
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Berikut penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan
perbandingan dan referensi dalam penelitian, yang diperoleh dari beberapa
skripsi dan jurnal:
30
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Op Cit., 364.
31
1. Anita Mega Utami (2011)
Penelitian yang dilakukan Anita Mega Utami (2011) menguji
kontribusi pembiayaan mudharabah terhadap pendapatan BMT Bina
Umat Sejahtera Pondok Gede. Data yang digunakan adalah data
sekunder yaitu laporan keuangan yang meliputi, laporan pembiayaan
mud{harabah{ dan laporan pendapatan pembiayaan mud{harabah{
periode 2008-2010. Penelitian ini membuktikan bahwa pendapatan
BMT (Y) dapat dijelaskan oleh pembiayaan mud{harabah{ (X)
sebesar 57,3%. Sedangkan sisanya sebesar 42,7% dapat dijelaskan
oleh faktor-faktor lain.32
2. Aulia Fuad Rahman (2011)
Penelitian yang dilakukan Aulia Fuad Rahman (2011) menguji tingkat
signifikansi pengaruh pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil
dan rasio Non Performing (NPF) terhadap profitabilitas yang
diproksikan dengan Return on Asset (ROA) pada bank umum syariah
yang beroperasi di Indonesia periode Januari 2009 sampai September
2011, baik secara parsial maupun simultan. Hasil dari penelitian
tersebut membuktikan bahwa secara simultan pembiayaan jual beli,
pembiayaan bagi hasil dan rasio NPF berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas yang diproksikan melalui ROA. Dan secara parsial,
pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil dan rasio NPF
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas yang diproksikan
32
melalui Return on Asset (ROA) pada Bank umum syariah di
Indonesia.33
3. Ibrahim Sany (2014)
Penelitian yang dilakukan Ibrahim Sany (2014) menguji hubungan
pada prinsip pembiayaan bagi hasil, prinsip pembiayaan jual beli,
prinsip sewa, penghimpunan prinsip wadia’h{ dan penghimpunan
prinsip mud{harabah{ terhadap falah{ laba bank syariah. Sampel
penelitian yang digunakan 4 bank umum syariah pada tahun 2009
sampai 2013. Hasil dari penelitian tersebut membuktikan bahwa
prinsip pembiayaan bagi hasil berpengaruh positif signifikan terhadap
falah{ laba bank syariah di Indonesia, prinsip pembiayaan jual beli
berpengaruh positif signifikan terhadap falah{ laba bank syariah di
Indonesia, prinsip sewa berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
falah{ laba bank syariah di Indonesia, penghimpunan prinsip wadia’h
berpengaruh positif signifikan terhadap falah{ laba bank syariah di
Indonesia dan penghimpunan prinsip mudharabah{ berpengaruh
positif signifikan terhadap falah{ laba bank syariah di Indonesia.34
4. Siti Syamsiah (2009)
Penelitian yang dilakukan Siti Syamsiah (2009) menganalisis
pengaruh julah pembiayaan dan nasabah terhadap tingkat keuntungan
PT BPRS Al-Salaam Aman Salman setelah menggunakan prinsip
33
Aulia Fuad Rahman. Ridha Rohmanika, “Pengaruh pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil dan rasio Non Performing (NPF) terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Asset
(ROA) pada bank umum syariah di Indonesia”, Jurnal (2011), 13.
34
usaha syariah. Data yang digunakan adalah data laporan BPRS selama
tiga tahun terakhir, yakni dari tahun 2005-2007. Hasil penelitian yang
menggunakan analisis regresi linier berganda ini membuktikan bahwa
variabel bebas yang digunakan ternyata tidak seluruhnya berpengaruh
nyata terhadap variabel tak bebas yang telah ditentukan, hanya ada
dua variabel yang berpengaruh. Variabel pembiayaan modal kerja
secara parsial berpengaruh nayata terhadap keuntungan. Pembiayaan
modal kerja dalam model berpengaruh negatif, artinya setiap
penurunan pembiayaan modal kerja akan meningkatkan keuntungan.
Pembiayaan modal kerja berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan
90 persen. Nilai