• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBIAYAAN AR-RAHN TERHADAP PENINGKATAN KEUNTUNGAN BMT AL-RIFA’IE DESA KETAWANG KECAMATAN GONDANGLEGI KABUPATEN MALANG : STUDI TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PEMBIAYAAN AR-RAHN PERIODE 2011-2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBIAYAAN AR-RAHN TERHADAP PENINGKATAN KEUNTUNGAN BMT AL-RIFA’IE DESA KETAWANG KECAMATAN GONDANGLEGI KABUPATEN MALANG : STUDI TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PEMBIAYAAN AR-RAHN PERIODE 2011-2013."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN MALANG

(STUDI TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PEMBIAYAAN AR-RAHN PERIODE 2011-2013)

SKRIPSI

OLEH

SITI NAFISATUL KHOIROH

NIM : C04211123

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(2)

i

(Studi Terhadap Laporan Keuangan Pembiayaan Ar-Rahn Periode 2011-2013)

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Ilmu Ekonomi Syariah

Oleh

Siti Nafisatul Khoiroh

NIM. C04211123

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam

Program Studi Ekonomi Syariah

SURABAYA

(3)
(4)
(5)
(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

vii

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian kuantitatif untuk menjawab

pertanyaan adakah pengaruh pembiayaan

Ar

-

Rahn

terhadap peningkatan

keuntungan BMT Al-

Rifa’ie Desa Ketawang Kecamatan Gondanglegi Kabupaten

Malang dan bagaimana pengaruh pembiayaan

Ar

-

Rahn

terhadap peningkatan

keuntungan BMT Al-

Rifa’ie Desa Ketawang Kecamatan Gondanglegi Kabupaten

Malang.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Populasi

pada penelitian ini adalah seluruh

laporan keuangan sejak adanya produk

pembiayaan

Ar

-

Rahn

yang berjumlah 72 (tujuh puluh dua) bulan di mulai dari

Tahun 2008 bulan November sampai dengan bulan Oktober Tahun 2014 yang

didapatkan dari laporan Neraca dan peningkatan keuntungan yang diambil dari

laporan Laba/Rugi

Baitul Ma>l Wat Tamwil

(BMT) Al-

Rifa’ie Desa Ketawang

Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang. Jadi, sampel yang diambil dari

populasi tersebut berjumlah 36 (tiga puluh enam) bulan, dari kedua data laporan

keuangan tersebut di mulai dari Tahun 2011 Bulan Januari sampai dengan Bulan

Desember 2013. Selanjutnya pengumpulan data dilakukan dengan cara

dokumentasi dan wawancara. Kemudian untuk analisis data menggunakan uji

normalitas data, uji T, analisis regresi linier sederhana dan koefisien determinasi .

Hasil penelitian yang diperoleh dari hasil pengujian data menyimpulkan

bahwa, penelitian ini memiliki hasil dari regresi linier sederhana

Y =

-5165878.684 + 0,043X

artinya apabila X= 0 atau tidak ada pembiayaan

Ar

-

Rahn

,

maka keuntungan BMT Al-

Rifa’ie (Y) sebesar negatif 5165878.684 dan koefisen

regresi hasil menunjukkan sebesar 0,043 menyatakan bahwa setiap adanya

peningkatan pembiayaan

Ar

-

Rahn

naik sebesar satu satuan, maka akan

meningkatkan keuntungan BMT Al-

Rifa’ie

sebesar 0,043. Maka hasil tersebut

menunjukkan bahwa pembiayaan

Ar

-

Rahn

memiliki pengaruh terhadap

peningkatan keuntungan BMT Al-

Rifa’ie.

Kemudian Pengaruh pembiayaan

Ar

-Rahn

terhadap peningkatan keuntungan BMT Al-

Rifa’ie Desa Ketawang

Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang. Dalam hal ini, Pembiayaan

Ar

-

Rahn

mampu memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 38,9% terhadap

peningkatan keuntungan BMT Al-

Rifa’ie dan sisanya sebesar 61,1

% dapat

dijelaskan oleh faktor-faktor lain.

Dengan diketahuinya hasil penelitian ini, membuktikan bahwa

pembiayaan

Ar

-

Rahn

pada BMT Al-

Rifa’ie memiliki pengaruh terhadap

peningkatan keuntungan BMT Al-

Rifa’ie. Maksudnya adalah semakin besar

pemberian pembiayaan

Ar

-

Rahn

dari BMT Al-

Rifa’ie maka dapat

menambah

keuntungan BMT Al-

Rifa’ie.

(7)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xi

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO...v

PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ...xv

DAFTAR TRANSLITRASI... ...

BAB I : PENDAHULUAN

... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ...10

D. Kegunaan Hasil Penelitian ...10

1. Secara Teoritis (Keilmuan) ...10

2. Secara Praktis ...11

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

...12

A. Landasan Teori ...12

1. Tentang

Ar-Rahn

...12

2. Tentang Keuntungan Perusahaan ...26

3. Tentang

Baitul Ma>l Wat Tamwil

(BMT) ...35

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...37

C. Kerangka Konseptual ...43

D. Hipotesis ...43

BAB III : METODE PENELITIAN

...45

A. Pendekatan Penelitian ...45

B. Waktu dan Tempat Penelitian ...46

C. Populasi dan Sampel Penelitian ...46

1. Populasi ...46

2. Sampel ...47

D. Variabel Penelitian ...47

1. Variabel Independen ...47

2. Variabel Dependen ...47

E. Definisi Operasional ...48

1. Pembiayaan

Ar-Rahn

...48

2. Peningkatan Keuntungan ...49

F. Data dan Sumber Data ...50

1. Jenis Data ...50

2. Sumber Data ...50

(8)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xii

1. Teknik Pengumpulan Data ...51

2. Teknik Analisis Data ...52

BAB IV : HASIL PENELITIAN

...56

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ...56

1. Objek Penelitian ...56

2. Data Penelitian ...56

3. Sejarah Singkat Pendirian BMT Al-

Rifa’ie

...59

4. Visi dan Misi BMT Al-

Rifa’ie

...59

5. Struktur Organisasi BMT Al-

Rifa’ie

...60

6. Macam-Macam Produk BMT Al-

Rifa’ie

...62

7. Pelaksanaan Pembiayaan

Ar-Rahn

BMT Al-

Rifa’ie

...66

B. Analisis Data ...71

1.Uji Normalitas Data ...71

2. Uji T Statistika ...72

3. Analisis Regresi Linier sederhana ...73

4. Koefisien Determinasi ...74

BAB V : PEMBAHASAN

...76

BAB VI : PENUTUP

...84

A. Simpulan ...84

B. Saran ...85

DAFTAR PUSTAKA

...87

(9)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1 Daftar Penggolongan Pinjaman dan Biaya Administrasi ...22

2.2 Tarif

Ija>rah

...22

2.3 Penelitian Terdahulu ...41

4.1 Data Perkembangan TahunanTotal Pembiayaan

Ar-Rahn

dan Total

Keuntungan BMT Al-

Rifa’ie Desa Ketawang Kecamatan Gondanglegi

Kabupaten Malang Tahun 2011-2013 ...57

4.2 Akumulasi Perubahan Pembiayaan

Ar-Rahn

BMT Al-

Rifa’ie

...57

4.3 Akumulasi Perubahan Keuntungan BMT Al-

Rifa’ie

...58

4.4 Daftar Taksiran Kadar Emas BMT Al-

Rifa’ie

...69

4.5 Kode Emas ...70

4.6 Daftar Biaya Administrasi ...70

4.7 Daftar Biaya Sewa Tempat ...71

4.8 Coefisients ...72

4.9 Model Summary Hasil Koefisien Determinasi ...74

(10)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1 Skema Pelaksanaan Gadai ...15

2.2 Kerangka Konseptual ...43

3.1 Skema Variabel Penelitian ...48

4.1 Bagan Struktur Organisasi BMT Al-

Rifa’ie

...61

4.2 Skema Alur Pelaksanaan Pembiayaan

Ar-Rahn

BMT Al-

Rifa’ie

...68

(11)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xv

DAFTAR TRANSLITERASI

Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis

(

technical term

) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin.

Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai

berikut:

A.

Konsonan

No Arab

Indonesia

Arab

Indonesia

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

ا

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

ر

ز

س

ش

ص

ض

'

b

t

th

j

h{

kh

d

dh

r

z

s

sh

s{

d{

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

و

ه

ء

ي

t{

z{

gh

f

q

k

l

m

n

w

h

'

y

Sumber: Kate L.Turabian.

A Manual of Writes of Term Papers,

Disertations

(Chicago and London: The University of Chicago Press,

1987).

B.

Vokal

1.

Vokal Tunggal (

monoftong

)

Tanda dan Huruf

Arab

Nama

Indonesia

Fath{ah

Kasrah

d{hammah

a

i

u

Catatan: Khusus untuk

hamzah

, penggunaan apostrof hanya berlaku

jika

hamzah

ber

h{arakat

sukun atau didahului oleh huruf yang

(12)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xvi

2.

Vokal Rangkap (diftong)

Tanda dan

Huruf

Arab

Nama

Indonesia

Ket.

ْ

ْ

fath{ah

fath{ah

dan

dan

ya’

wawu

Ay

aw

a dan y

a dan w

Contoh

:

bayna

(

نيب

)

:

mawd{u>

(

عوضوم

)

3.

Vokal Panjang (

mad

)

Tanda dan

Huruf

Arab

Nama

Indonesia

Ket.

ْ

ْ

fath{ah

dan

alif

kasrah

dan

ya’

d{hammah

dan

wawu

a>

i>

u>

a dan garis di atas

i dan garis di atas

u dan garis di atas

Contoh :

al-jama>

’ah

(

ةعامجلا

)

:

takhyi>r

(

رييخت

)

:

yadu>ru

(

رودي

)

C.

Ta>’ Marbu>t{ah

Transliterasi untuk

ta>’ Marbu>t{ah

ada dua:

1.

Jika hidup (menjadi

mud>{af

) transliterasinya adalah

t

.

2.

Jika mati atau sukun, transliterasinya adalah

h

.

Contoh

:

shari>

’at al

-Isla>m

(

ماساا ةعيرش

)

:

shari>

’ah al

-Isla>mi>yah

(

ةيماسإ ةعيرش

)

D.

Penulisan Huruf Kapital

Penulisan huruf besar dan kecil pada kata,

phrase

(ungkapan) atau

kalimat yang ditulis dengan transliterasi Arab-Indonesia mengikuti

ketentuan penulisan yang berlaku dalam tulisan. Huruf awal (

intial latter

)

untuk nama diri, tempat, judul buku, lembaga dan yang lain ditulis dengan

(13)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini BMT memiliki peluang cukup besar dalam perannya

mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini

disebabkan karena BMT ditegakkan di atas prinsip syariah yang lebih

memberikan kesejukan dan ketenangan baik bagi para pemilik dana maupun

kepada para pengguna dana. BMT (Baitul Ma>l Wat Tamwil) merupakan

lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip

syariah.1

Sampai saat ini BMT sudah mulai terlihat terus mengalami

perkembangan, akan tetapi BMT masih membutuhkan kerja keras dalam

mengembangkan BMT agar lebih baik lagi. Dalam rangka pengembangan

BMT perlu memperhatiakan tingkat keuntungan yang diperoleh BMT karena

tingkat keunungan merupakan faktor terpenting dalam suatu usaha yang

dijalankan agar tetap dapat tumbuh dan semakin berkembang. Peningkatan

keuntungan diperoleh dari produk yang dimiliki BMT, sehingga produktivitas

BMT perlu lebih ditingkatkan lagi karena semakin banyak produk yang

ditawarkan maka akan menghasilkan pendapatan yang dapat mempengaruhi

peningkatan keuntungan BMT. Apalagi peranan BMT di sini sangat penting

1

(14)

bagi kesejahteraan perekonomian masyarakat kecil dan bawah maka perlu

lebih ditingkatkan lagi kinerja BMT agar tetap sehat dan efisien.

Ada salah satu BMT yang tergolong baru di Jawa Timur yang

memiliki produk pembiayaan dan penyaluran dana yang bermacam-macam

yaitu BMT Al-Rifa’ie Desa Ketawang Kecamatan Gondanglegi Kabupaten

Malang. BMT ini mempunyai beragam produk yang ditawarkan pada anggota

BMT dan masyarkat umum, akan tetapi memiliki batasan yang dianggapnya

aman dan profitable bagi BMT ini. Karena beragamnya produk yang

ditawarkan diharapkan bisa lebih meningkatkan keuntungan pada BMT

Al-Rifa’ie dan dapat mensejahterakan anggota dan masyarakat khususnya pada

masyarakat kecil kebawah.2

Di antara beragamnya produk yang ada pada BMT Al-Rifa’ie ada

salah satu produk yang perlu diketahui perkembangan kinerjanya yaitu

produk pembiayaan Ar-Rahn. Hal ini dikarenakan saat ini salah satu bentuk

jasa pelayanan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pembiayaan Ar

-Rahn yaitu menahan barang sebagai jaminan atas utang. Banyak terlihat

sekarang beberapa lembaga keuangan syariah baik bank maupun non bank

merespon kebutuhan masyarakat dengan mengeluarkan produk pembiayaan

berupa gadai emas syariah (Ar-Rahn). Dimana masyarakat pada umumnya

telah lazim menjadikan emas sebagai barang berharga yang disimpan dan

menjadikannya objek Ar-Rahn sebagai jaminan utang untuk mendapatkan

pinjaman uang. Investasi emas dengan cukup prospektif dan menguntungkan

2

(15)

hal ini dikarenakan harga emas selalu naik. Harga emas cenderung tumbuh

25% sampai 30% setiap tahun. Pada 2006, 1 gram seharga Rp.180.000-an,

sekarang Rp.380.000-an. Bahkan prediksi pada 2015 harga emas per gram

akan mencapai 1,057 jutaan. Itulah sebabnya kenapa gadai emas banyak

diminati masyarakat pada saat ini.3 Gadai emas (Ar-Rahn) merupakan skim

pinjaman (pembiayaan) untuk kebutuhan dana bagi masyarakat dengan gadai

yang sesuai syariah Islam dengan agunan berupa perhiasan emas. Di sini

anggota hanya akan dibebani biaya administrasi dan biaya sewa tempat.4

Pembiayaan Ar-Rahn dengan membebankan biaya administrasi serta

biaya sewa tempat kepada penggadai (rahin) diperbolehkan, sebab memiliki

dasar hukum yang tercantum dalam DSN-MUI dari Bank SyariahMandiri No

3/303/DPM tanggal 23 Oktober 2001 tentang permohonan Fatwa Produk

Gadai Emas. Dan hasil rapat pleno Dewan Syari’ah Nasional pada hari kamis,

14 Muharam 1423 H/28 Maret 2002 M memutuskan fatwa DSN-MUI

Nomor: 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Ar-Rahn emas. Dalam keputusan

tersebut gadai emas dibolehkan berdasarkan prinsip Ar-Rahn yang sudah

diatur (dalam fatwa DSN nomor:25/DSN-MUI/III/2002 tentang Ar-Rahn)

dimana murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan marhun

(barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.

Marhun dan pemanfaatanya tetap menjadi milik rahin yang pada prinsipnya

marhun tidak boleh di manfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin, dengan

3

Minikmatin Lutfiyah, “Analisi Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Fatwa DSN NOMOR: 26/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas(Studi di Bank Syari’ah Mandiri Cabang Karangayu Semarang)” (Skripsi - - Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2010).

4

(16)

tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatanya itu sekedar pengganti

pemeliharaan dan perawatannya. Ongkos dan biaya penyimpanan barang

(marhun) ditanggung oleh penggadai (rahin). Besarnya ongkos didasarkan

pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan. Biaya penyimpanan barang

(marhun) dilakukan atas dasar akad ija>rah.5

Menurut Fatwa DSN-MUI Nomor 26/DSN-MUI/III/2002 tentang

gadai emas, tentang Ar-Rahn emas menyebutkan bahwa besarnya biaya atau

ongkos yang ditanggung oleh nasabah penggadai harus didasarkan pada

pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan. Dengan kata lain, nasabah

penggadai juga harus diberitahu besarnya rincian biaya administrasi atau

pengeluaran apa saja yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan syariah dalam

melaksanakan akad gadai. Biaya administrasi mencakup biaya materai, jasa

penaksiran, formulir akad, fotokopi, print out, dan lain-lain. Biaya

administrasi gadai syariah harus dibayarkan di muka karena biaya tersebut

bukan termasuk dalam komponen dana yang dipinjamkan.

Selain ada biaya administrasi, ada pula biaya pemeliharaan atau

penyimpanan. Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dibutuhkan untuk

merawat barang jaminan gadai selama jangka waktu yang ditetapkan pada

akad gadai. Sesuai dengan pendapat mayoritas ulama’ (Jumhur Ulama’),

biaya pemeliharaan atau penyimpanan menjadi tanggungan nasabah (rahin),

sebab pada dasarnya penggadai (rahin) masih menjadi pemilik sah dari

barang gadai sehingga dia bertanggung jawab atas seluruh biaya yang

5

(17)

dikeluarkan untuk menyimpan dan memelihara barang gadai. Akad yang

digunakan dalam penerapan biaya pemeliharaan atau penyimpanan adalah

akad ija>rah (sewa). Artinya nasabah penggadai (rahin) menyewa tempat di

lembaga keuangan syariah untuk menyimpan atau menitipkan barang gadai,

kemudian lembaga keuangan syariah menetapkan biaya sewa tempat. Atau

dengan kata lain, penggadai menggunakan jasa lembaga untuk menyimpan

atau memelihara barang gadai hingga jangka waktu gadai berakhir. Biaya

pemeliharaan dan penyimpanan atau biaya sewa tersebut diizinkan oleh para

ulama dengan merujuk pada diperbolehkan menerapkan akad ija>rah (sewa).

Biaya pemilaharaan atau penyimpanan atau sewa dapat berupa biaya sewa

tempat safe Deposit Box (SDB), biaya pemeliharaan, biaya keamanan, biaya

asuransi dan biaya lain yang diperlukan untuk memelihara atau menyimpan

barang jaminan gadai. Dengan menerapkan akad ija>rah (sewa) dalam

pemeliharaan atau penyimpanan barang gadai, lembaga keuangan syariah

dapat memperoleh pendapatan yang sah dan halal. Lembaga keuangan

syariah akan mendapatkan upah (fee) atas jasa yang diberikan kepada nasabah

penggadai.

Pada prinsipnya pihak lembaga tidak diperbolehkan mengambil

keuntungan dari akad gadai syariah. Dengan kata lain, lembaga keuangan

syariah tidak boleh memungut imbal hasil atau pemberian dana pinjaman,

sebab pemberian pinjaman gadai emas syariah didasari niat menolong orang

yang sedang kesulitan keuangan jangka pendek. Akad gadai syariah adalah

(18)

atau tolong menolong.6 Sehingga produk pembiayaan Ar-Rahn dianggap

mudah oleh masyarakat yang membutuhkan dana untuk mendapatkan

pinjaman dana karena tidak memberatkan peminjam.

Gadai Emas Syariah (pembiayaan Ar-Rahn) memang sangat

bermanfaat bagi nasabah penggadai yang membutuhkan dana tunai dengan

cepat sekaligus bermanfaat bagi lembaga keuangan syariah yang

menyediakan produk pembiayaan Ar-Rahn (Gadai Emas Syariah), karena

lembaga keuangan syariah akan mendapatkan keuntungan dari jasa penitipan

barang gadai dan bukan dari kegiatan gadai itu sendiri. Setidaknya ada tiga

keuntungan yang dapat diperoleh lembaga keuangan syariah dari produk

gadai emas syariah (Ar-Rahn), yaitu:

1. Profitabilitas dari gadai emas syariah tinggi dan margin

keuntungannya tinggi karena masyarakat kecil mau membayar

mahal.

2. Bagi lembaga keuangan aman karena produk gadai emas syariah

ini ibarat Kredit Tanpa Agunan (KTA), tetapi kalau Kredit Tanpa

Agunan ada jaminan, sedangkan Gadai emas syariah ada jaminan

dan likuid.

3. Emas tidak ada Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP).

Beberapa keuntungan yang dapat diberikan Gadai Emas Syariah bagi

masyarakat maupun lembaga keuangan syariah menjadikan produk

6

(19)

pembiayaan ini memiliki prospek yang bagus untuk mendorong partisipasi

masyarakat dalam aktivitas ekonomi Islam terlebih dalam memperluas

penerapan ekonomi Islam di Indonesia. Hal ini sesuai dengan keadaan di

BMT Al-Rifa’ie, dimana pembiayaan Ar-Rahn sangat menguntungkan bagi

BMT Al-Rifa’ie dan masyarakat. Sebagaimana data pembiayaan Ar-Rahn

yang diperoleh dari BMT Al-Rifa’ie terus mengalami peningkatan setiap

tahunnya sehingga BMT akan mendapatkan pendapatan yang akan

memberikan kontribusi keuntungan pada BMT Al-Rifa’ie.

Keadaan tersebut dapat dibuktikan oleh data laporan keuangan yang

diperoleh dari BMT Al-Rifa’ie yang berjumlah 36 (tiga puluh enam) bulan

mulai dari bulan Januari tahun 2011 hingga bulan Desember tahun 2014

menunjukkan bahwa produk pembiayaan Ar-Rahn pada BMT Al-Rifa’ie terus

mengalami peningkatan setiap tahunnya (lihat lampiran 1), di mulai dari

tahun 2011 yang berjumlah 1.832.946.000 rupiah terus mengalami

peningkatan hingga menjadi 2.089.954.500 rupiah pada tahun 2012 sampai

dengan tahun 2013 terus mengalami peningkatan hingga menjadi

3.232.711.800 rupiah. Dari data tersebut secara otomatis akan berdampak

pada peningkatan keuntungan BMT Al-Rifa’ie karena dari pembiayaan Ar

-Rahn akan memperoleh pendapatan dari biaya administrasi dan biaya sewa

dari setiap orang yang melakukan pembiayaan Ar-Rahn. Keadaan

pembiayaan Ar-Rahn yang terus mengalami peningkatan berpengaruh

terhadap peningkatan keuntungan pada BMT Al-Rifa’ie dalam

(20)

bulan Januari tahun 2011 hingga bulan Desember tahun 2014 (lihat lampiran

1) menunjukkan bahwa perkembangan keuntungan pada BMT Al-Rifa’ie

mengalami fluktuasi. Pada periode 2011 BMT mangalami kerugian sebesar

7.860.642 rupiah, kerugian ini disebabkan BMT Al-Rifa’ie menanggung

beban anggotanya ke bank, karena dana yang ada pada BMT terus berputar

untuk operasional BMT sehingga harus menanggungnya terlebih dahulu.

Akan tetapi keuntungan yang diperoleh pada periode 2012 BMT mengalami

peningkatan sebesar 31.986.281 rupiah dan terus mengalami peningkatan

pada tahun 2013 mencapai 75.736.938 rupiah. Dengan demikian

meningkatanya produk pembiayaan Ar-Rahn dapat meningkatkan keuntungan

BMT Al-Rifa’ie.

Selain itu, penelitian Marini Fransisca (2008) dapat menguatkan hasil

dari penelitian ini, dengan judul Pengaruh jumlah kredit gadai yang

disalurkan terhadap laba perum pegadaian Cabang Padang Bulan Medan,

membuktikan bahwa kredit gadai yang disalurkan mempunyai pengaruh

positif dan signifikan terhadap laba yang diperoleh perum pegadaian cabang

padang bulan Medan.7 Kemudian hasil penelitian Revita Sari (2012), dengan

judul analisis pengaruh tingkat simpanan dan pinjaman anggota terhadap Sisa

Hasil Usaha (SHU) Kopsyah BMT Al-Amin Pekanbaru, membuktikan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan antara simpanan dan pinjaman terhadap

SHU Kopsyah BMT Al-Amin Pekanbaru. Variabel yang dominan dalam

mempengaruhi SHU Kopsyah BMT Al-Amin Pekanbaru bukanlah variabel

7

(21)

simpanan dan pinjaman anggota, melainkan pendapatan pembiayaan

murabah{ah (jual beli kredit), biaya operasional atau biaya mud{harabah

(bagi hasil) dan tingkat pinjaman DPK (Dana Pihak Ketiga) dan lain

sebagainya.8

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis berpendapat bahwa

nampaknya pembiayaan Ar-Rahn merupakan salah satu unsur yang dapat

mempengaruhi peningkatan keuntungan BMT Al-Rifa’ie Desa Ketawang

Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang serta ingin menguji kembali dari

penelitian terdahulu, apakah pembiayaan Ar-Rahn akan berpengaruh positif

dan signifikan juga terhadap peningkatan keuntungan BMT Al-Rifa’ie Desa

Ketawang Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang. Maka penulis tertarik

untuk meneliti lebih jauh, dengan mengangkat judul “Pengaruh Pembiayaan

Ar-Rahn terhadap Peningkatan Keuntungan BMT Al-Rifa’ie Desa Ketawang

Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang (Studi terhadap Laporan

Keuangan Pembiayaan Ar-Rahn Periode 2011-2013)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penelitian ini memiliki

rumusan masalah sebagaimana berikut:

1. Adakah pengaruh pembiayaan Ar-Rahn terhadap peningkatan

keuntungan BMT Al-Rifa’ie Desa Ketawang Kecamatan Gondanglegi

Kabupaten Malang?

8

(22)

2. Bagaimana pengaruh pembiayaan Ar-Rahn terhadap peningkatan

keuntungan BMT Al-Rifa’ie Desa Ketawang Kecamatan Gondanglegi

Kabupaten Malang?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan, maka tujuan pelaksanaan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk membuktikan dan mengetahui adanya pengaruh pembiayaan Ar

-Rahn terhadap peningkatan keuntungan BMT Al-Rifa’ie Desa

Ketawang Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang.

2. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan Ar-Rahn terhadap

peningkatan keuntungan BMT Al-Rifa’ie Desa Ketawang Kecamatan

Gondanglegi Kabupaten Malang.

D. Kegunaan Hasil Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan berdaya guna sebagai

berikut:

1. Secara teoritis (keilmuan)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

a. Bagi peneliti

Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan informasi dalam

bidang analisis laporan keuangan khususnya mengenai pembiayaan

(23)

b. Bagi Lembaga Keuangan Syariah

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi

bahan masukan atau sebagai bahan perbandingan khususnya

manajer keuangan dalam merencanakan dan mengendalikan

kinerja keuangan agar lebih efektif, sehingga lembaga dapat

berjalan lebih baik lagi.

c. Bagi pembaca

Untuk menambah pengetahuan dan sebagai referensi bagi

pihak lain untuk melakukan penelitian ataupun menyelesaikan

permasalahan yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

a. Bagi BMT Al-Rifa’ie Ketawang – Gondanglegi

Sebagai bahan masukan bagi BMT Al-Rifa’ie agar dapat

memperoleh pendapatan dari pembiayaan Ar-Rahn yang tinggi

sehingga dapat meningkatkan keuntungan BMT Al-Rifa’ie.

b. Bagi pihak terkait

Dapat memberikan tambahan informasi dalam mempelajari

pengelolaan pembiayaan Ar-Rahn sehingga dapat menghasilkan

(24)

12

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Landasan teori yang diacu dalam pengembangan penelitian ini

dijelaskan sebagai berikut.

1. Tentang Ar-Rahn

a. Pengertian Ar-Rahn

Menurut etimologi Ar-Rahn berarti Atsubu>tu wa Dawamu

artinya tetap dan kekal, atau al-H{abs{u wa Luzumu artinya

pengekangan dan keharusan dan juga bias berarti jaminan.1

Sedangkan secara terminology para ulama fiqh{ mendefinisikannya

sebagai berikut:

1) Menurut Sayyid Sabiq, Ar-Rahn adalah menjadikan barang

berharga menurut pandangan syara’ sebagai jaminan utang.

2) Menurut Muhammad Rawwas Qal’ahji penyusun buku

Ensiklopedi Fiqih Umar bin Khattab r.a, berpendapat bahwa Ar

-Rahn adalah menguatkan utang dengan jaminan utang.

3) Menurut Masjfuq Zuhdi Ar-Rahn adalah perjanjian atau akad

pinjam meminjam dengan menyerahkan barang sebagai

tanggungan utang.

1

(25)

4) Menurut Nasrun Haroen, Ar-Rahn adalah menjadikan suatu

(barang) sebagai jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin

dijadikan sebagai pembayaran hak (piutang) itu, baik

keseluruhannya ataupun sebagiannya.

Sebagaiman telah dijelaskan di atas, bahwa Ar-Rahn adalah

menjadikan barang berharga sebagai jaminan utang. Dengan begitu

jaminan tersebut berkaitan erat dengan utang piutang dan timbul dari

padanya. Sebenarnya pemberian utang itu merupakan suatu tindakan

kebijakan untuk menolong orang yang sedang dalam keadaan terpaksa

dan tidak mempunyai uang dalam keadaan kontan. Namun untuk

ketenangan hati, pemberian utang memberikan suatu jaminan, bahwa

utang itu akan dibayar oleh yang berutang. Untuk maksud itu pemilik

uang boleh meminta jaminan dalam bentuk barang berharga.2

b. Unsur-unsur Ar-Rahn dan Rukunnya

Ar-Rahn memiliki empat unsur, yaitu sebagai berikut:

1) Rahi>n adalah orang yang memberikan jaminan

2) Al-murtahi>n adalah orang yang menerima

3) Al-marhun adalah harta yang dijadikan jaminan

4) Al-marhun bih{ adalah utang

Menurut ulama Hanafiyah rukun Ar-Rahn adalah ijab dan

qabul dari rahi>n dan al-murtahi>n, sebagaimana pada akad yang

lain. Akan tetapi, akad dalam rahn tidak akan sempurna sebelum

2

(26)

adanya penyerahan barang. Adapun menurut ulama selain Hanafiyah,

rukun rahn adalah sigh{at, aqid (orang yang akad), marhu>n, dan

marhu>nbih{.3

c. Syarat-Syarat Ar-Rahn

Adapun syarat-syarat Ar-Rahn para ulama fiqh{ menyusunnya

sesuai dengan rukun Ar-Rahn itu sendiri. Dengan demikian

syarat-syarat Ar-Rahn adalah sebagai berikut:

1) Syarat yang terkait dengan orang berutang akad (Ar-Rahn dan

al- marhu>n) adalah cakap bertindak hukum. Kecakapan

bertindak hukum, menurut jumhur ulama adalah orang yang

telah baligh dan berakal. Sedangkan menurut ulama Hanafiyah

kedua belah pihak yang berakad tidak disyaratkan baligh, tetapi

cukup berakal saja. Oleh sebab itu, menurut mereka anak kecil

yang mumayyiz boleh melakukan akad Ar-Rahn asal mendapat

persetujuan dari walinya.

2)Syarat yang terkait dengan utang (al- marhu>n bih{): a)

merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada yang

memberi utang, b) utang itu boleh dilunasi dengan jaminan,

dan c) utang itu jelas dan tertentu.

3)Syarat yang terkait dengan barang yang dijadikan jaminan (al-

marhu>n), menurut ulama fiqh{ syarat-syaratnya sebagai

berikut: a) barang jaminan itu boleh dijual dan nilainya

3

(27)

seimbang dengan utang, b) berharga dan boleh dimanfaatkan,

c) jelas dan tertentu, d) milik sah orang yang berutang, e) tidak

terkait dengan hak orang lain, f) merupakan harta utuh dan, g)

boleh diserahkan baik materinya maupun manfaatnya. 4

Syarat-syarat tersebut merupakan syarat yang harus dipenuhi

dalam melakukan gadai. Berikut gambar 2.1 skema dalam melakukan

gadai (Ar-Rahn), yaitu:

Gambar 2.1 Skema Pelaksanaan Gadai (Ar-Rahn); 5

Dari skema di atas dijelaskan bahwa dalam melakukan

pembiayaan Ar-Rahn, pertama rahi>n (orang yang berutang)

melakukan akad transaksi pinjaman pada murtahi>n (yang memberi

hutang), kedua murtahin memberikan pinjaman atau marhu>n bih{

(utang) kepada rahi>n (orang yang berutang), dan ketiga rahi>n

(orang yang berutang) menyerahkan marhu>n (barang) kepada

murtahi>n (yang memberi hutang) sebagai jaminan utang.

4

Abdul Rahman, Dkk, Ibid ., 267-268.

5

Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam (Jakarta: Kencana, 2010), 101.

MARHU<N BIH{ (UTANG)

MURTAHI<N

(Pegadaian)

MARH{U<N (BARANG)

RAHI<N 1. Akad Transaksi

(28)

d. Manfaat Ar-Rahn

Manfaat yang dapat diambil oleh lembaga keuangan syariah

dari prinsip Ar-Rahn adalah sebagai berikut:

1) Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain-main

dengan fasilitas pembiayaan yang diberikan lembaga keuangan

syariah.

2) Memberikan keamanan bagi semua penabung dan pemegang

deposito bahwa dananya tidak akan hilang begitu saja jika

nasabah peminjam ingkar janji karena ada suatu aset atau

barang (marhu>n) yang dipegang oleh lembaga keuangan.

3) Jika Ar-Rahn diterapkan dalam mekanisme pegadaian, sudah

barang tentu akan sangat membantu saudara kita yang kesulitan

dana, terutama di daerah-daerah.

Adapun manfaat yang langsung didapat lembaga keuangan

syariah adalah biaya-biaya konkret yang harus dibayar oleh nasabah

untuk pemeliharaan dan keamanan aset tersebut. Jika penahanan aset

berdasarkan fidusia (penahanan barang bergerak sebagai jaminan

pembayaran), nasabah juga harus membayar biaya asuransi yang

besarnya sesuai dengan yang berlaku secara umum.6

6

(29)

e. Standar Penentuan Biaya Pembiayaan Ar-Rahn

1)Penyerahan Barang Gadai

Para ulama berselisih pendapat dalam masalah apakah

menjadi keharusan untuk diserahkan langsung ketika transaksi

ataukah setelah serah terima barang gadainya. Terdapat dua

pendapat dalam hal ini:

Pendapat pertama, serah terima adalah syarat keharusan

terjadinya Ar-Rahn. Ini pendapat Mazhab Hanafiyah, Syafi’iyah

dan riwayat dalam Mazhab Ahmad bin Hambal, serta Mazhab

Zahiriyah. Ar-Rahn adalah transaksi penyerta yang butuh kepada

penerima, sehingga membutuhkan serah-terima (al-Qabz{) seperti

utang. Juga karena hal itu adalah Ar-Rahn (gadai) yang belum

diserahterimakan, sehingga tidak diharuskan untuk

menyerahkannya, sebagaimana bila yang menggadaikan

meninggal dunia.

Pendapat kedua, rahn langsung terjadi setelah selesai

transaksi. Dengan demikian, bila pihak yang menggadaikan

menolak untuk menyerahkan barang gadainya, maka dia dipaksa

untuk menyerahkannya. Ini pendapat Mazhab Malikiyah dan

riwayat dalam Mazhab Hambaliyah.7

7

(30)

2)Penetapan Biaya Gadai Syariah

Dalam menjalankan sistem gadai, murtahi>n

diperbolehkan mengambil biaya kepada rahi>n. Adapun biaya

yang akan dibayar oleh rahi>n kepada murtahi>n yang berkaitan

dengan pelaksanaan transaksi gadai, yaitu:

a) Biaya Administrasi

Biaya administrasi yang harus dibayarkan kepada murtahi>n

berdasarkan transaksi gadai syariah hanya dibebankan sekali

kepada rahi>n ketika terjadi akad. Biaya administrasi yang

dimaksud, sebagai berikut:

(1) Biaya rill yang dikeluarkan berupa biaya ATK,

perlengkapan, dan biaya tenaga kerja.

(2) Besarnya biaya ditetapkan sesudah terjadi penaksiran

nilai harta benda yang dijadikan agunan.

(3) Biaya yang dimaksud, dibayar pada saat pinjaman

dicairkan.

b) Biaya Sewa Tempat

Untuk tarif jasa simpanan mencakup biaya pemeliharaan

barang gadaian yang dijaminkan. Tarif biaya simpan tersebut

akan dibayarkan pada saat pelunasan. Tarif jasa simpanan

dibedakan antara jenis-jenis barang gadaian dengan

ketentuan, yaitu:8

8

(31)

(1) Tarif ija>rah dihitung dari nilai taksiran barang

gadaian yang dijadikan jaminan.

(2) Jangka waktu pinjaman ditetapkan 120 hari, yaitu tarif

jasa simpanan dengan kelipatan 10 hari (1 dihitung 10

hari).

f. Akad dalam Pembiayaan Ar-Rahn

Dalam prinsipnya pembiayaan Ar-Rahn menggunakan dua

akad, yaitu akad Ar-Rahn dan akad ija>rah.9

1) Akad Ar-Rahn

Pada akad Ar-Rahn, rahi>n menyepakati untuk

menyimpan barangnya kepada murtahi>n sehingga rahi>n akan

membayar sejumlah ongkos kepada murtahi>n atas biaya

perawatan dan penjagaan terhadap barang. Dalam pelaksanaan

akad Ar-Rahn ini, rahi>n hanya berkewajiban mengembalikan

modal pinjaman dan menggunakan transaksi berdasarkan prinsip

biaya administrasi.

Kategori marhu>n dalam akad dimaksud, adalah

berupa barang yang tidak dapat dimanfaatkan/dikelola, kecuali

dengan cara menjualnya. Karena itu, termasuk barang bergerak

saja, seperti emas, barang elektronik, dan sebagainya. Selain itu,

tidak ada bagi hasil yang harus dibagikan, sebab akad ini hanya

berfungsi sosial. Namun dalam akad ini mengharuskan sejumlah

9

(32)

ongkos yang harus dibayarkan oleh pihak rahi>n kepada

murtahi>n, sebagai biaya pengganti administrasi yang

dikeluarkan oleh murtahi>n.

2) Akad ija>rah{10

Akad ija>rah{ merupakan penggunaan manfaat atau

jasa melalui penggantian kompensasi, yaitu pemilik

menyewakan manfaat disebut mua’jjir, sedangkan penyewa

disebut mustaji>r. Sesuatu yang diambil manfaatnya disebut

major dengan kompensasi atau balas jasa yang disebut ujroh{.

Karena itu, rahin akan memberikan biaya jasa kepada

murtahi>n karena rahi>n telah menitipkan barangnya untuk

dijaga atau dirawat oleh murtahi>n.

g. Memanfaatkan Barang Jaminan (agunan) (al-marhu>n)

Para ulama fiqih{ sepakat menyatakan bahwa segala biaya

yang dibutuhkan untuk pemeliharaan barang-barang jaminan itu

menjadi tanggung jawab pemiliknya, yaitu orang yang berutang.

Sedangkan pemegang barang jaminan tidak boleh memanfaatkan

barang jaminan itu, karena barang itu bukan miliknya secara penuh.

Hak pemegang barang jaminan terhadap barang itu hanyalah sebagai

jaminan piutang yang ia berikan, dan apabila orang berutang tidak

mampu melunasi utangnya, barulah ia boleh menjual atau

menghargai barang itu untuk melunasi piutangnya.11

10

Ibid., 11

(33)
(34)

h. Mekanisme Produk Gadai Syariah (Ar-Rahn)

Untuk mengajukan permohonan permintaan gadai, calon

nasabah harus terlebih dahulu memenuhi ketentuan berikut:

1) Membawa fotokopi KTP atau identitas lainnya (SIM, Paspor,

dan lain-lain)

2) Mengisi formulir permintaan Ar-Rahn

3) Menyerahkan barang jaminan (marhu>n) bergerak, seperti :

a) Mas atau berlian

b) Kendaraan bermotor

c) Barang-barang elektronik

Selanjutnya, prosedur pemberian pinjaman (marhu>n bih{)

dilakukan melalui tahapan berikut:

(1) Nasabah mengisi formulir permintaan Ar-Rahn.

(2) Nasabah menyerahkan formulir permintaan Ar-Rahn yang

dilampiri dengan fotokopi, identitas serta barang jaminan ke

loket.

(3) Murtahi>n (Penerima barang) menaksir barang jaminan

(marhu>n) yang diserahkan.

(4) Besarnya pinjaman atau marhu>n bih{ adalah sebesar 90%

dari taksiran marhu>n.

(5) Apabila disepakati besarnya pinjaman, nasabah

(35)

Daftar penggolongan pinjaman dan biaya administrasi yang

[image:35.612.133.514.177.506.2]

diterapkan pada gadai syariah dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:12

Tabel 2.1 Daftar Penggolongan Pinjaman dan Biaya Administrasi Golongan

Marhu>n Bih{

Plafon Marhu>n Bih{ (Rp) Biaya Administrasi

A 20.000 150.000 1.000

B 151.000 500.000 5.000

C 501.000 1.000.000 8.000

D 1.005.000 5.000.000 16.000

E 5.010.000 10.000.000 25.000

F 10.050.000 20.000.000 40.000

G 20.100.000 50.000.000 50.000

H 50.100.000 200.000.000 60.000

Tarif ija>rah ditunjukkan pada tabel 2.2, sebagai berikut:

Tabel 2.2 Tarif ija>rah{

No Jenis Marhu>n Perhitungan Tarif

1 Emas dan Berlian Taksiran/Rp.10.000xRp 85 x Jangka Waktu/10

2 Elektronik Taksiran/Rp.10.000xRp 90 x Jangka Waktu/10

3 Kendaraan

Bermotor

Taksiran/Rp.10.000xRp 95 x Jangka Waktu/10

(a) Tarif ija>rah{ dihitung dari nilai taksiran barang jaminan/marhu>n.

(b)Tarif ija>rah{ dihitung dengan kelipatan 10 hari, 1 hari dihitung 10 hari.

Adapun produk gadai emas merupakan pembiayaan atas

dasar jaminan berupa emas sebagai salah satu alternatif memperoleh

pembiayaan secara cepat. Pinjaman gadai emas merupakan fasilitas

pinjaman tanpa imbalan dengan jaminan emas dengan kewajiban

pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.

Jaminan emas yang diberikan disimpan dalam penguasaan atau

pemeliharaan dan atas penyimpanan tersebut nasabah diwajibkan

12

(36)

membayar biaya sewa. Dalam melaksanakan produk ini harus

memerhatikan unsur-unsur kepercayaan, kesepakatan, jangka waktu,

dan risiko.

Bagi calon nasabah yang ingin mengajukan permohonan

dapat mendatangi lembaga keuangan yang menyediakan fasilitas

pembiayaan gadai emas dengan memenuhi persyaratan:13

(1)Identitas diri KTP/SIM yang masih berlaku

(2)Perorangan WNI

(3)Cakap secara hukum

(4)Mempunyai rekening atau tabungan di lembaga keuangan

tersebut.

(5)Menyampaikan NPWP (untuk pembiayaan tertentu sesuai

dengan aturan yang berlaku)

(6)Adanya barang jaminan berupa emas. Bentuk dapat emas

batangan, emas perhiasan atau emas koin dengan kemurnian

minimal 18 karat atau kadar emas 75%. Sedangkan jenisnya

adalah emas merah dan kunig

(7)Memberikan keterangan yang diperlukan dengan benar

mengenai alamat, data penghasilan atau data lainnya

Selanjutnya pihak lembaga keuangan syariah akan

melakukan analisis pinjaman yang meliputi:

13

(37)

(a) Petugas pada lembaga keuangan memeriksa kelengkapan dan

kebenaran syarat-syarat calon pemohon pinjaman.

(b)Penaksir melakukan analisis terdapat data pemohon, keaslian

dan karatese jaminan berupa emas, sumber pengembalian

pinjaman, penampilan atau tingkah laku calon nasabah yang

mencurigakan.

(c) Jika menurut analisis, pemohon layak maka lembaga akan

menerbitkan pinjaman (qardh{) dengan gadai emas. Jumlah

pinjaman disesuaikan dengan kebutuhan nasabah dengan

maksimal pinjaman sebesar 80% dari taksiran emas yang

disesuaikan dengan harga standar emas.

(d)Realisasi pinjaman dapat dicairkan setelah akad pinjaman

(qardh{) sesuai dengan ketentuan lembaga.

(e) Nasabah dikenakan biaya administrasi, biaya sewa dari jumlah

pinjaman. Contoh perhitungan:

1) Biaya sewa (BS) : Rp 1.500/ gram/ bulan

2) Berat emas ditaksir (BED) : 20 gram

3) Karatese emas ditaksir (KED) : 22 Karat

4) Harga standar emas 24 karat (HSE) : Rp. 25.000/gram

5) Jangka waktu sewa (JK) : 4 bulan

(38)

a) Biaya sewa tempat penyimpanan emas perhitungannya:

BED x JW x Rp. 1500-, 20 gram x 4 bulan x Rp.1500-,

= Rp.120.000-,

b) Harga taksiran emas:

BED x HSE x KED/24 karat 20 gram x Rp. 250.000 x

22/24 = Rp. 4.583. 333-,

c) Maksimal Pinjaman:

Rp. 4.583. 333-, x 80% = Rp. 3.666.666 (dibulatkan

kebawah) menjadi Rp. 3.600.000-,

(f) Pelunasan dilakukan sekaligus pada saat jatuh tempo.

(g) Apabila sampai dengan waktu yang ditetapkan nasabah tidak

dapat melunasi dan proses kolektibilitas tidak dapat dilakukan,

maka jaminan dijual dibawah tangan dengan ketentuan:

1) Nasabah tidak dapat melunasi pinjaman sejak tanggal jatuh

tempo pinjaman dan tidak diperbaharui.

2) Diupayakan sepengetahuan nasabah dan kepada nasabah

diberikan kesempatan untuk mencari calon pemilik.

Apabila tidak dapat dilakukan, maka lembaga keuangan

menjual berdasarkan harga tertinggi dan wajar (karyawan

lembaga keuangan tidak perkenankan memiliki agunan

tersebut).14

14

(39)

2.Tentang Keuntungan Perusahaan

a. Pengertian Keuntungan

Pada dasarnya setiap badan usaha memiliki tujuan yaitu

memperoleh keuntungan (profit oriented). Suatu badan usaha dalam

memperluas usahanya harus ditunjang dengan adanya laba usaha.

Secara umum keuntungan dapat diperoleh dari seluruh penghasilan

dikurangi dengan biaya. Besarnya keuntungan yang dicapai menjadi

ukuran sukses atau tidaknya suatu badan usaha.

Keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara. yang

pertama keuntungan dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai

peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam

modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan

penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya

kesempatan). Sementara itu, keuntungan dalam akuntansi

didefinisikan sebagai selisih lebih (atau kurang) antara pendapatan

dengan biaya.15 Keuntungan merupakan elemen yang paling menjadi

perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk

merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. 16 Dari

beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keuntungan

adalah selisih lebih antara pendapatan dan beban yang timbul dalam

kegiatan utama atau sampingan di perusahaan selama satu periode.

15

Al. Haryono Jusup, Dasar-Dasar Akuntansi, Jilid 1 Edisi Ke-6 (Yogyakarta: Aditya Media, 2005), 24.

16

(40)

Tujuan Utama perusahaan adalah mendapatkan keuntungan,

Laporan laba rugi disusun dengan maksud untuk menggambarkan

hasil operasi perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu. Dengan

kata lain, laporan laba-rugi menggambarkan keberhasilan atau

kegagalan operasi perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya. Hasil

operasi perusahaan diukur dengan membandingkan antara pendapatan

perusahaan dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh

pendapatan tersebut. Apabila pendapatan lebih besar dari pada biaya,

maka dikatakan bahwa perusahaan memperoleh keuntungan, dan bila

terjadi sebaliknya (pendapatan lebih kecil dari pada biaya) maka

perusahaan menderita rugi.17 Umumnya peusahaan didirikan untuk

mencapai tujuan tertentu yaitu memperoleh keuntungan yang optimal

dengan pengorbanan yang minimal untuk mencapai hal tertentu perlu

adanya perencanaan dan pengendalian dalam setiap aktivitas usahanya

agar perusahaan dapat membiayai seluruh kegiatan yang berlangsung

secara terus menerus.18

17

Al. Haryono Jusup, Ibid., 18

(41)

b. Unsur-unsur Keuntungan

Adapun unsur-unsur keuntungan, antara lain:19

1. Pendapatan yaitu, arus kas masuk atau penambahan nilai atas

aktiva suatu entitas atau penyelesaian suatu kewajiban-kewajiban

(kombinasi keduanya) yang berasal dari penyerahan atau produksi

barang.

2. Beban yaitu, arus kas keluar atau pemakaian nilai aktiva atau

terjadinya kewajiban (kombinasi) keduanya yang berasal dari

penyerahan atau produksi barang. Pemberian jasa atau

pelaksanaan aktivitas-aktivitas lain yang merupakan operasi

utama inti yang berkelanjutan dari suatu entitas.

3. Keuntungan yaitu, kenaikan ekuitas (aktiva bersih) yang berasal

dari transaksi peripheral (menyatakan suatu yang bersifat

sampingan, tidak merupakan hal utama) atau incidental pada

suatu entitas dari transaksi yang lain dan kejadian serta situasi lain

yang mempengaruhi entitas kecuali yang dihasilkan dari

pendapatan atau investasi pemilik.

4. Kerugian/rugi yaitu, penurunan ekuitas (aktiva bersih) yang

berasal dari transaksi periferal (menyatakan sesuatu yang bersifat

sampingan tidak merupakan hal yang utama) atau incidental pada

19

(42)

suatu entitas dari transaksi laba dan kejadian serta situasi lain

yang mempunyai entitas kecuali yang dihasilkan dari beban atau

distribusi kepada pemilik.

c. Jenis-jenis Keuntungan dalam Hubungannya dengan Perhitungan

Adapun jenis-jenis keuntungan dalam hubungannya dengan

perhitungan adalah sebagai berikut:20

1) Laba kotor yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dengan

penjualan dengan harga pokok penjualan

2) Keuntungan dari operasi yaitu selisih antara laba kotor dengan total

beban operasi.

3) Laba bersih yaitu angka terakhir dalam perhitungan laba/rugi

dimana untuk mencari laba operasional ditambah pendapatan

lain-lain dikurangi dengan beban-beban.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan, sebagai

berikut:21

(1) Biaya

Biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk

akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.

(2) Harga jual

Harga jual produk akan mempengaruhi volume penjualan produk

yang bersangkutan.

20

Ibid., 21

(43)

(3) Volume penjualan dan produksi

Besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap produksi

tersebut, selanjutnya volume produksi akan mempengaruhi besar

kecilnya biaya produksi.

Keuntungan dalam akutansi adalah perubahan dalam equity (net

asset) dari suatu entitas selama suatu periode tertentu yang diakibatkan

oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal bukan dari

pemilik.22 Keuntungan merupakan suatu pos dasar dan penting dari

ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai

konteks, dimana laba sering digunakan sebagai dasar untuk :

a) Pengenaan pajak

b) Kebijakan deviden dan penahanan laba perusahaan

c) Pedoman investasi serta pengambilan keputusan

d) Keuntungan dipandang sebagai unsur prediksi, yang membantu

memprediksi laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan

datang.

Konsep dalam usaha mendefinisikan dan mengukur laba menurut

tingkatan bahasa, konsep-konsep tersebut meliputi:23

(1) Konsep Keuntungan pada tingkat sintaksis (struktural)

Pada tingkat sintaksis konsep keuntungan dihubungkan dengan

konvensi (kebiasaan) dan aturannya logis serta konsisten

dengan mendasarkan pada premis dan konsep yang telah

22

Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), 49.

23

(44)

berkembang dari praktek akuntansi yang ada. Terdapat dua

pengukuran laba pada tingkat sintaksis yaitu: pendekatan

transaksi dan pendekatan aktivitas.

(2) Konsep keuntungan pada tingkat semantik (interpretasi)

Pada konsep ini laba ditelaah melalui hubungannya dengan

realita ekonomi. dalam usahanya memberikan makna

interpretative dari konsep laba akuntansi, para akuntan

seringkali merujuk pada dua konsep ekonomi. kedua konsep

ekonomi tersebut adalah konsep pemeliharaan modal dan laba

sebagai alat ukur efisiensi.

(3) Konsep keuntungan pada tingkat pragmatis (perilaku)

Pada tingkat pragmatis (perilaku) konsep laba dikaitkan

dengan pengguna laporan keuangan terhadap informasi yang

tersirat dari perusahaan. Beberapa reaksi pengguna dapat

ditunjukkan dengan proses pengambilan keputusan dari

investor dan kreditor, reaksi harga surat terhadap pelaporan

keuntungan atau reaksi umpan balik dari manajemen dan

akuntan terhadap keuntungan uang yang dilaporkan.

e. Jenis-jenis Teori Keuntungan

Dalam perusahaan koperasi, keuntungan atau laba disebut

sebagai Sisa Hasil Usaha (SHU). Menurut UU Nomor 25 Tahun 1992

(45)

tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban

lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.24

Menurut teori keuntungan, tingkat keuntungan pada setiap

perusahaan biasanya berbeda pada setiap jenis industri atau usaha

bisnis. Ada beberapa teori yang menerangkan perbedaan ini.

1) Teori Keuntungan Menanggung Koperasi (risk-bearing theory

of profit). Menurut teori ini, keuntungan ekonomi di atas

normal akan diperoleh oleh perusahaan dengan risiko di ats

rata-rata.

2) Teori Keuntungan Friksional (frictional theory of profit). Teori

ini mengatakan bahwa keuntungan meningkat sebagai suatu

hasil dari friksi keseimbangan jangka panjang (long run

equilibrium).

3) Teori Keuntungan Monopoli (monopoly theory of profit).

Menurut teori ini, beberapa perusahaan dengan kekuatan

monopoli dapat membatasi output dan menetapkan harga yang

lebih tinggi jika perusahaan beroperasi dalam kondisi

persaingan sempurna. Dengan demikian, perusahaan menikmati

keuntungan.

4) Teori Keuntungan Inovasi (innovation theory of profit).

Keuntungan, menurut teori ini, diperoleh karena keberhasilan

perusahaan dalam melakukan inovasi.

24

(46)

5) Teori Keuntungan Efisiensi Manajerial (managerial efficiency

theory profit). Teori ini menekankan bahwa perusahaan yang

dikelola secara efisien akan memperoleh keuntungan di atas

rata-rata keuntungan normal.

Dari uraian teori keuntungan tersebut dapat disimpulkan bahwa,

sesuai dengan konsep koperasi, maka perusahaan koperasi akan

memperoleh laba dari hasil efisiensi manajerial, karena orientasi

usahanya lebih menekankan pada pelayanan usaha yang dapat

memberikan manfaat dan kepuasan bersama anggotanya.25

f. Fungsi Keuntungan

Keuntungan yang tinggi adalah pertanda bahwa konsumen

menginginkan output yang lebih dari industri/perusahaan. Keuntungan

yang tinggi merupakan insentif bagi perusahaan untuk meningkatkan

outputnya dalam jangka panjang. Sebaliknya, keuntungan yang rendah

atau rugi adalah pertanda bahwa konsumen menginginkan kurang dari

produk/komoditi yang ditangani dan metode produksinya tidak

efisien.

Dengan demikian, keuntungan memberikan pertanda krusial

untuk realokasi sumber daya yang dimilki masyarakat sebagai refleksi

perubahan selera konsumen dan permintaan sepanjang waktu. Tetapi

perlu diketahui bahwa keuntungan tidaklah suatu sistem yang

sempurna. Dalam badan usaha koperasi, keuntungan (profit) bukanlah

25

(47)

satu-satunya yang dikejar oleh manajemen, melainkan juga aspek

pelayanan (benefit oriented). Ditinjau dari konsep koperasi, fungsi

laba bagi koperasi tergantung pada besar kecilnya partisipasi ataupun

transaksi anggota dengan koperasinya. Semakin tinggi partisipasi

anggota, maka idealnya semakin tinggi manfaat yang diterima oleh

anggota.26

g. Pedoman dalam Meningkatkan Keuntungan

Sebuah perusahaan hanya akan berproduksi jika dia menjadi

lebih baik dengan menghasilkan daripada dia tidak menghasilkan.

Perusahaan selalu punya pilihan untuk tidak menghasilkan apa-apa.

Jika perusahaan tidak memproduksi apa-apa, dia akan punya kerugian

sebesar biaya tetapnya. Jika dia memutuskan untuk berproduksi, dia

akan mengeluarkan biaya produksi variabel dan menerima pendapatan

melebihi biaya variabel, kerugian perusahaan lebih kecil daripada

kerugian pada waktu tidak memproduksi apa-apa, ini merupakan

pedoman untuk mencapai laba maksimal.27 Jika perusahaan sudah

memutuskan untuk berpegang pada pedoman tersebut, maka produksi

adalah usaha yang berharga, dia harus memutuskan berapa banyak

yang akan diproduksi. Akal sehat menentukan bahwa atas dasar per

unit, jika suatu unit produk menghasilkan pendapatan lebih besar dari

biayanya, unit tersebut akan meningkatkan keuntungan atau laba, jika

biayanya lebih besar dari pada pendapatannya, labanya akan

26

Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi Teori dan Praktik (Jakarta:Erlangga, 2001), 78-79.

27

(48)

berkurang. Jika perusahaan berada dalam posisi dimana suatu unit

tambahan akan memberikan laba, maka dia akan memperluas output,

jika dia berada dalam posisi dimana unit produksi terakhir akan

mengurangi keuntungan, maka dia akan mengurangi produksi.28

h. Keuntungan dalam Islam

Keuntungan dalam Islam disebut falah{. Yang mana dalam

bahasa Arab, falah{ berasal dari kata kerja aflah{a-yuflih{u yang

berarti kesuksesan, kemuliaan dan kemenangan. Dalam pengertian

literal, falah{ ialah kemuliaan dan kemenagan dalam hidup. Dalam

kajian empirisnya menyatakan bahwa keuntungan ialah suatu

keuntungan yang diperoleh dari hasil laba bruto dikurangi biaya

operasi, seperti sewa, pajak, gaji, penyusutan. Keuntungan tersebut

telah dikurangi dengan zakat dengan beban pajak. Artinya,

keuntungan yang diperoleh berorientasi pada kesuksesan di dunia dan

kebahagiaan di akhirat yang diartikan dengan meningkatkan Ibadah,

salah satunya dengan membantu kemakmuran masyarakat dalam

bidang sosial.29

3. Tentang Baitul Ma>l Wat Tamwil (BMT)

a. Pengertian Baitul Ma>l Wat Tamwil (BMT)

Baitul Ma>l Wat Tamwil (BMT) merupakan suatu lembaga

yang terdiri dari dua istilah, yaitu baitul ma>l dan baitul tamwil. baitul

ma>l lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran

28Ibid., 8. 29

(49)

dana yang nonprofit, seperti; zakat, infaq, dan sedekah. Adapun baitul

tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial.

Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT

sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan

berlandaskan Islam. Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk

memfasilitasi masyarakat bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan

bank Islam atau BPR Islam. Prinsip operasinya didasarkan atas prinsip

bagi hasil, jual beli (ija>rah), dan titipan (wadia’h{). Karena itu,

meskipun mirip dengan bank Islam, bahkan boleh dikata menjadi cikal

bakal dari bank Islam, BMT memiliki pangsa pasar tersendiri, yaitu

masyarakat kecil yang tidak terjangkau layanan perbankan serta pelaku

usaha kecil yang mengalami hambatan “psikologis” bila berhubungan

dengan pihak bank.

b. Peran dan Fungsi BMT (Baitul Ma>l Wat Tamwil)

Ada lima fungsi BMT (Baitul Ma>l Wat Tamwil) yang harus

dilaksananakan, yaitu:

1) Penghimpun dan penyalur dana, dengan menyimpan uang di

BMT, uang tersebut dapat ditingkatkan utilitasnya, sehingga

timbul unit surplus (pihak yang memiliki dana berlebih) dan unit

defisit (pihak yang kekurangan dana).

2) Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat

pembayaran yang sah yang mampu memberikan kemampuan

(50)

3) Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan

memberi pendapatan kepada para pegawainya.

4) Pemberi informasi, memberi informasi kepada masyarakat

mengenai risiko keuntungan dan peluang yang ada pada lembaga

tersebut.

5) Sebagai satu lembaga keuangan mikro Islam yang dapat

memberikan pembiayaan bagi usaha kecil, mikro, menengah dan

juga koperasi dengan kelebihan tidak meminta jaminan yang

memberatkan bagi UMKMK tersebut.30

Adapun peran BMT di masyarakat, adalah:

a) Motor penggerak ekonomi dan sosial masyarakat banyak.

b) Ujung tombak pelaksanaan sistem ekonomi Islam.

c) Penghubung antara kaum agh{nia (kaya) dan kaum dhua’fa

(miskin).

d) Sarana pendidikan informal untuk mewujudkan prinsip hidup

yang berkah, ahsanu ‘amala, dan salam melalui spiritual

communication dengan dzikir qalbiyah{ ilahiah{.31

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Berikut penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan

perbandingan dan referensi dalam penelitian, yang diperoleh dari beberapa

skripsi dan jurnal:

30

Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Op Cit., 364.

31

(51)

1. Anita Mega Utami (2011)

Penelitian yang dilakukan Anita Mega Utami (2011) menguji

kontribusi pembiayaan mudharabah terhadap pendapatan BMT Bina

Umat Sejahtera Pondok Gede. Data yang digunakan adalah data

sekunder yaitu laporan keuangan yang meliputi, laporan pembiayaan

mud{harabah{ dan laporan pendapatan pembiayaan mud{harabah{

periode 2008-2010. Penelitian ini membuktikan bahwa pendapatan

BMT (Y) dapat dijelaskan oleh pembiayaan mud{harabah{ (X)

sebesar 57,3%. Sedangkan sisanya sebesar 42,7% dapat dijelaskan

oleh faktor-faktor lain.32

2. Aulia Fuad Rahman (2011)

Penelitian yang dilakukan Aulia Fuad Rahman (2011) menguji tingkat

signifikansi pengaruh pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil

dan rasio Non Performing (NPF) terhadap profitabilitas yang

diproksikan dengan Return on Asset (ROA) pada bank umum syariah

yang beroperasi di Indonesia periode Januari 2009 sampai September

2011, baik secara parsial maupun simultan. Hasil dari penelitian

tersebut membuktikan bahwa secara simultan pembiayaan jual beli,

pembiayaan bagi hasil dan rasio NPF berpengaruh signifikan terhadap

profitabilitas yang diproksikan melalui ROA. Dan secara parsial,

pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil dan rasio NPF

berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas yang diproksikan

32

(52)

melalui Return on Asset (ROA) pada Bank umum syariah di

Indonesia.33

3. Ibrahim Sany (2014)

Penelitian yang dilakukan Ibrahim Sany (2014) menguji hubungan

pada prinsip pembiayaan bagi hasil, prinsip pembiayaan jual beli,

prinsip sewa, penghimpunan prinsip wadia’h{ dan penghimpunan

prinsip mud{harabah{ terhadap falah{ laba bank syariah. Sampel

penelitian yang digunakan 4 bank umum syariah pada tahun 2009

sampai 2013. Hasil dari penelitian tersebut membuktikan bahwa

prinsip pembiayaan bagi hasil berpengaruh positif signifikan terhadap

falah{ laba bank syariah di Indonesia, prinsip pembiayaan jual beli

berpengaruh positif signifikan terhadap falah{ laba bank syariah di

Indonesia, prinsip sewa berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

falah{ laba bank syariah di Indonesia, penghimpunan prinsip wadia’h

berpengaruh positif signifikan terhadap falah{ laba bank syariah di

Indonesia dan penghimpunan prinsip mudharabah{ berpengaruh

positif signifikan terhadap falah{ laba bank syariah di Indonesia.34

4. Siti Syamsiah (2009)

Penelitian yang dilakukan Siti Syamsiah (2009) menganalisis

pengaruh julah pembiayaan dan nasabah terhadap tingkat keuntungan

PT BPRS Al-Salaam Aman Salman setelah menggunakan prinsip

33

Aulia Fuad Rahman. Ridha Rohmanika, “Pengaruh pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil dan rasio Non Performing (NPF) terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Asset

(ROA) pada bank umum syariah di Indonesia”, Jurnal (2011), 13.

34

(53)

usaha syariah. Data yang digunakan adalah data laporan BPRS selama

tiga tahun terakhir, yakni dari tahun 2005-2007. Hasil penelitian yang

menggunakan analisis regresi linier berganda ini membuktikan bahwa

variabel bebas yang digunakan ternyata tidak seluruhnya berpengaruh

nyata terhadap variabel tak bebas yang telah ditentukan, hanya ada

dua variabel yang berpengaruh. Variabel pembiayaan modal kerja

secara parsial berpengaruh nayata terhadap keuntungan. Pembiayaan

modal kerja dalam model berpengaruh negatif, artinya setiap

penurunan pembiayaan modal kerja akan meningkatkan keuntungan.

Pembiayaan modal kerja berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan

90 persen. Nilai

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 2.1 Skema Pelaksanaan Gadai (Ar-Rahn); 5
Tabel 2.1 Daftar Penggolongan Pinjaman dan Biaya Administrasi
+7

Referensi

Dokumen terkait