BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh
sekelompok manusia atas sekelompok manusia lain, dengan tujuan untuk
membebaskan manusia yang lain itu dari kegelapan ketidaktahuan yang
menyelimutinya. Namun demikian, terkadang bahwa tujuan mulia belum
dapat mencapai tujuan sebagaimana harapan yang dibangunnya. Hal ini lebih
banyak diakibatkan karena proses mendidik melalui proses belajar mengajar
masih didominasi dengan pendekatan satu arah, dimana guru disebut-sebut
sebagai pusat informasi, guru dianggap sebagai pusat kebenaran. Akibatnya
siswa dikondisikan untuk harus mendengar dan patuh sepenuhnya apa kata
guru. Dalam situasi yang demikian, diduga kecerdasan dan kreativitas siswa
yang sesungguhnya tidak dapat berkembang.
Di sekolah dasar, mendidik peserta didik agar berani melakukan
eksplorasi dan berani menunjukan autentik gagasan-gagasan dan
penemuannya, adalah hal yang sangat penting dan sangat mendasar. Hal ini
sesungguhnya menjawab mengapa tingkat pertama pendidikan anak
dinamakan dengan sekolah dasar. Sekolah dasar, adalah di mana siswa diberi
tentang cara memperoleh pengetahuan. Pasifnya siswa dalam menemukan
pengetahuan dalam tingkat pendidikan selanjutnya, baik sampai pada level
tertinggi sekalipun, diduga dibentuk awal dari sekolah dasar.
Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disingkat IPA), sesungguhnya
adalah ilmu pengetahuan yang bersumberkan dari kehidupan sekitar siswa. Itu
berarti, agar siswa memahami hakikat IPA, pengalaman-pengelaman siswa
bersentuhan dengan alam di sekitar dirinya perlu dijadikan sebagai bahan ajar
bagi guru, sehingga IPA menjadi salah satu jenis ilmu yang bermakna bagi
siswa. Dalam pengajaran IPA, seorang guru dituntut untuk dapat mengajak
peserta didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajarnya
(Darmojo & Kaligis, 1992: 2). Dalam kalimat yang disampaikan oleh Suharjo
(2006: 89), bahwa di dalam proses belajar mengajar yang efektif, memerlukan
penggunaan strategi, metode dan media pembelajaran yang tepat. Metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara yang dilaksanakan untuk
mengadakan interaksi belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran.
Menurut Permendiknas (2004: 98), tujuan utama dari pembelajaran
IPA (sains), antara lain sebagai berikut:
1. Memahami konsep-konsep IPA (sains) dan keterkaitannya dengan
2. Memiliki ketrampilan proses IPA (sains) untuk mengembangkan
pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar;
3. Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri,
bertanggungjawab, bekerjasama, dan mandiri;
4. Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda
serta kejadian di lingkungan sekitar;
5. Mampu menerapkan berbagai konsep IPA (sains) untuk
menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari;
6. Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk
memecahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari;
7. Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga
menyadari kebesaran dan keagunan Tuhan Yang Maha Esa.
Tetapi, pertanyaannya adalah bagaimana agar
pengalaman-pengalaman bersentuhan dengan alam di sekitar diri siswa itu dapat dijadikan
sebagai bahan ajar atau informasi bagi siswa itu sendiri, agar IPA menjadi
ilmu pengetahuan yang bermakna bagi dirinya? Kata lainnya adalah, metode
belajar mengajar seperti apa yang perlu dibangun agar
pengalaman-pengalaman siswa bersentuhan dengan alam di sekitar dirinya menjadi
Karena mata pelajaran IPA adalah mata pelajaran yang bersentuhan
langsung dengan hal-hal di sekitar diri siswa, maka pendekatan eksperimen
dapat menjadi salah satu metode pembelajaran yang dilakukan agar
tujuan-tujuan itu tercapai. Meskipun begitu, pertanyaannya adalah apa sesungguhnya
metode eksperimen itu? Modjiono (1997: 77), mengatakan bahwa metode
eksperimen adalah metode yang beriringan dengan logika induktif (penarikan
kesimpulan berdasarkan sejumlah bukti, fakta atau data), dari keadaan yang
diamati melalui eksperimen. Atau kata lainnya adalah metode eksperimen
merupakan kegiatan guru atau siswa untuk mencoba mengerjakan sesuatu
serta mengamati proses dan hasil percobaan itu.
Sahroni (1986: 3), menyatakan bahwa metode eksperimen adalah
suatu cara mengajar dimana siswa melibatkan diri di dalam proses untuk
menemukan sendiri suatu fakta atau suatu bukti yang ingin diketahi. Di dalam
metode eksperimen, siswa harus meneliti sendiri, mengamati, menganalisis,
memahami prosedur kerja, dan menarik kesimpulan sendiri.
Sependapat dengan Sahroni, Kartina (2011), mengemukakan bahwa
metode eksperimen sesungguhnya adalah metode belajar agar siswa mampu
mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan
yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Masih menurut
Kartina, dengan menggunakan metode belajar eksperimen, siswa dapat
siswa dapat menemukan bukti kebenaran dari suatu teori yang sedang
dipelajarinya. Pertanyaannya adalah bagaimana metode eksperimen ini dapat
digunakan dalam pembelajaran IPA?
Corebima (1994), menjelaskan bahwa metode eksperimen dalam
pembelajaran IPA dapat dilakukan melalui dua pola yaitu:
a. Mencocokan teori dengan fakta (deduktif)
Pada pola ini, memberikan konsep dan melatih siswa
menggunakan alat-alat untuk membuktikan kebenaran konsep
tersebut.
b. Mencari jawaban dari suatu masalah
Pada pola ini, siswa harus menyusun suatu percobaan sebagai
jawaban sementara dari suatu masalah.
Dari paparan di atas, tampak bahwa metode eksperimen adalah sebuah
metode dimana siswa diberikan kesempatan untuk melakukan eksplorasi juga
bereksperimen demi menemukan kebenaran-kebenaran bagi dirinya sendiri.
Belajar dengan cara ini, dugaan penulis adalah siswa mungkin dapat lebih
menikmati proses belajar mengajar, karena siswa yang lebih banyak
melakukan aktivitas, sedangkan guru hanya memberi petunjuk tentang
alat-alat dan prosedur seperti apa yang disiapkan dan dilakukan selama melakukan
eksperimen tersebut. Kata lainnya, guru adalah fasilitator bagi siswa dalam
Belajar sesungguhnya adalah proses yang berlangsung seumur hidup.
Selama manusia hidup, selama itu dia terus belajar. Karena itu sangatlah sulit
menentukan seseorang dikatakan telah belajar atau belum. Namun demikian,
dalam dunia pendidikan formal, untuk mengetahui seseorang (selanjutnya
disebut siswa) telah belajar atau belum berhasil dalam belajar, salah satu tolok
ukur yang dapat digunakan untuk dijadikan indikator adalah hasil belajarnya
sendiri. Hasil belajar siswa itulah yang menjadi salah satu alat ukur bahwa
siswa tersebut telah layak disebut telah belajar atau belum berhasil di dalam
belajar. Acuan untuk menggunakan melihat hasil belajar siswa, adalah hasil
dari tes, ulangan harian maupun hasil dari pekerjaan rumah (tugas) terstruktur
yang diberikan guru kepada siswa.
Dari paparan ini, maka pada penelitian, penulis akan memfokuskan
diri untuk melihat signifikansi dari penerapan metode eksperimen itu sendiri.
Artinya bahwa, fokus dalam penelitian ini adalah melihat perbedaan antara
siswa yang diajarkan dengan metode belajar eksperimen khusus pada mata
pelajaran IPA, dan siswa yang diajar dengan metode belajar tatap muka di
dalam kelas, dimana guru yang menjadi fokus dan sumber belajar, dan siswa
tidak dilibatkan langsung dalam pencarian-pencarian akan kebenaran tersebut.
Untuk mengetahui bahwa terdapat atau tidak terdapat perbedaan antara siswa
yang diajar dengan menggunakan metode eksperimen pada mata pelajaran
menggunakan hasil belajar siswa kelas V ini sebagai alat ukur untuk
melakukan penilaian.
Karena itu agar dapat lebih fokus, maka penelitian ini diberi judul:
“Efektivitas Penggunaan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Hasil
Belajar IPA pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Salatiga 09”
1.2.Rumusan Masalah
Dari paparan latar belakang dan judul penelitian di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Efektifkah penggunaan
metode eksperimen dalam meningkatkan hasil belajar kognitif IPA pada
siswa kelas V SDN Salatiga 09?.
1.3.Tujuan penelitian
Mengetahui efektivitas penggunaan metode eksperimen dalam
1.4.Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang metode atau strategi
yang tepat dalam mendaratkan visi pendidikan.
2. Manfaat praktis
Adapun manfaat penelitian ini dapat ditujukan kepada beberapa pihak
yaitu:
a. Sekolah
Dengan hasil penelitian ini diharapkan bahwa Sekolah Dasar,
menemukan metode belajar yang benar-benar tepat untuk
meningkatkan hasil belajar IPA di SD, khususnya pada kelas V SD,
sekaligus dapat memberikan kontribusi untuk menerapkan metode
belajar yang tepat pada mata pelajaran yang lain.
b. Guru
Sebagai bahan masukan bagi guru dalam meningkatkan mutu
pendidikan di kelas dan dapat dikembangkan pada mata pelajaran lain.
Diharapkan dengan hasil penelitian ini, dapat memberikan kontribusi
dan menambah pemahaman guru tentang penerepan metode