• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DAMPAK PENYALURAN DANA ZAKAT PADA PROGRAM OPERASI KATARAK DI YAYASAN DANA SOSIAL AL FALAH (YDSF)SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DAMPAK PENYALURAN DANA ZAKAT PADA PROGRAM OPERASI KATARAK DI YAYASAN DANA SOSIAL AL FALAH (YDSF)SURABAYA."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DAMPAK

PENYALURAN DANA ZAKAT PADA PROGRAM OPERASI

KATARAK DI YAYASAN DANA SOSIAL AL FALAH (YDSF)

SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

Citra Nisaul Fadilah NIM. C02211017

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)

Surabaya

(2)
(3)
(4)
(5)

vii

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil Penelitian Lapangan (field research) tentang “Tinjauan Hukum Islam terhadap Dampak Penyaluran Dana Zakat pada Program Operasi Katarak di Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana dampak positif dan negatif penyaluran dana zakat untuk program bantuan operasi katarak di YDSF Surabaya? Kedua yaitu tentang bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktek penyaluran dana zakat untuk program bantuan operasi katarak oleh YDSF Surabaya?

Data penelitian dihimpun melalui interview secara langsung kepada manager dan karyawan yang menangani program operasi katarak di YDSF Surabaya dan juga kepada para mustah{ik yang menerima bantuan operasi katarak serta dokumentasi dengan mempelajari berkas-berkas dari instansi yang bersangkutan. Selanjutnya penelitian ini dianalisis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu dengan cara penulis memaparkan data-data yang ada untuk dikaji menurut hukum Islam.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa praktek penyaluran dana zakat oleh YDSF Surabaya memiliki beberapa dampak, yaitu dampak positifnya banyak masyarakat kurang mampu yang akan mendapatkan tingkat kesehatan yang lebih baik, juga membuat keharmonisan dalam lingkungan sosial masyarakat. Sedangkan dampak negatifnya terletak pada kecenderungan masyarakat kurang mampu yang pada akhirnya hanya akan menggantungkan belas kasihan dari orang lain. Kedua, penerima bantuan operasi katarak di YDSF Surabaya tergolong dalam golongan fakir miskin. Zakat untuk para fakir miskin kini tidak hanya berupa kebutuhan pokok saja, kini mereka bisa mendapatkan operasi katarak gratis. Sebagaimana yang telah Allah perintahkan dalam surat al-Baqarah ayat 195 untuk selalu berusaha dan tidak membiarkan diri kita jatuh dalam kebinasaan.

(6)

x

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Kajian Pustaka ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 11

G. Definisi Operasional ... 12

H. Metode Penelitian ... 13

(7)

xi

BAB II PENYALURAN DANA ZAKAT DALAM HUKUM ISLAM

A. Pengertian Zakat ... 19

B. Landasan Hukum Berzakat ... 22

C. Hikmah dan Tujuan Mengeluarkan Zakat ... 26

D. Rukun dan Syarat Zakat ... 28

E. Pendistribusian Zakat dan Orang yang Berhak Menerima Zakat ... 35

1. Pendistribusian Zakat ... 35

2. Orang yang Berhak Menerima Zakat ... 38

BAB III PENYALURAN DANA ZAKAT PADA PROGRAM OPERASI KATARAK DI YAYASAN DANA SOSIAL AL FALAH (YDSF) SURABAYA A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42

1. Sejarah berdirinya YDSF Surabaya ... 42

2. Visi dan Misi YDSF Surabaya ... 46

3. Struktur Kepengurusan Organisasi YDSF Surabaya ... 47

4. Program-Program YDSF Surabaya ... 48

B. Penyaluran Dana Zakat pada Program Operasi Katarak di YDSF Surabaya ... 53

1. Program Operasi Katarak di YDSF Surabaya ... 53

2. Sasaran Program Bantuan Operasi Katarak ... 56

3. Prosedur mendapatkan Bantuan Operasi Katarak ... 56

4. Wawancara dengan Pasien Operasi Katarak dan Manfaat Penyaluran Dana Zakat pada Program Operasi Katarak .. 58

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENYALURAN DANA ZAKAT PADA PROGRAM OPERASI KATARAK DI YAYASAN DANA SOSIAL (YDSF) SURABAYA A. Dampak Positif dan Negatif Penyaluran Dana Zakat Pada Program Operasi Katarak ... 64

(8)

xii

2. Kekurangan Program Operasi Katarak ... 66

3. Dampak Positif dan Negatif ... 67

B. Analisis Hukum Islam terhadap Praktek Penyaluran Dana Zakat ... 68 1. Penyaluran Dana Zakat dan Penerima Bantuan Pada Program

Operasi Katarak ... 69 2. Jenis Zakat yang Disalurkan untuk Operasi Katarak ... 71 3. Analisis Hukum Islam ... 72 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 84 B. Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA ... 86

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat pada era modern ini lebih banyak sibuk

membelanjakan uang atau upah mereka untuk membeli kebutuhan

sehari-hari, bahkan banyak kita ketahui bahwa pengeluaran lebih besar daripada

pemasukan. Hal ini sangat bertolak belakang dengan ajaran Islam yang

selalu mengajarkan untuk hidup sederhana, cukup, dan tidak berlebihan.

Pada akhirnya orang kaya akan semakin kaya dan orang miskin akan

semakin miskin karena tidak adanya sikap toleransi dan mau berbagi

antara sesama umat manusia. Islam menganjurkan untuk saling menolong

satu sama lain dimana satu diantaranya melalui berzakat, sebagaimana

dijelaskan dalam firman Allah pada surat al-Taubah ayat 60:

                             

Artinya: Sesungguhnya zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dilunakkan hatinya, untuk (memerdekakan) budak hamba sahaya, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. al-Baqarah : 60)1

1 Departemen Agama RI. Al-Quran Terjemah Indonesia, (Bandung: Syaamil Al-Qur’an, 2002),

(10)

2

Ayat di atas menujukkan bahwa zakat mempunyai hubungan yang

erat sekali dengan kesejahteraan kehidupan seluruh umat Islam di muka

bumi. Karena dalam rukun Islam zakat berada pada urutan ketiga setelah

shalat. Jadi dianjurkan bagi umat muslim untuk berlomba-lomba dalam

berbuat kebaikan kepada sesama. Zakat menurut bahasa dapat diartikan

‘suci’ dan menurut istilah dapat berarti ‘memperbaiki dan menambah’

yakni menambah kebaikan dan berkah. Pembayaran zakat ini dianjurkan

bagi orang-orang yang mampu dan memiliki harta lebih. Zakat merupakan

salah satu kewajiban yang telah diakui umat Islam secara qat’i<. 2

Jika seseorang mengeluarkan zakat di luar daerah domisilinya,

maka ada pendapat yang mengatakan ‘sah’ dan ‘telah mencukupi’, namun

akan lebih baik jika ia menghindari shubhat berupa perbedaan pendapat

dengan mengeluarkan dan mendistribusikan zakat di daerah tempat

tinggalnya sendiri. Baru setelah itu ia boleh mendistribusikan kepada

orang-orang di luar daerahnya.3 Pengumpulan seluruh zakat pada mulanya

dilakukan oleh pengusa atau pihak-pihak yang menggantikannya. Dalam

zakat dikenal ada pengelola yang kemudian disebut dengan pengelola

zakat.4

Kita dianjurkan untuk memilih orang yang menerima zakat adalah

orang yang takwa, memiliki ilmu, orang yang tidak menampakkan

2 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 3, Terj. Mahyuddin Syaf, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1978), 21.

3 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, (Jakarta:

AMZAH, 2009), 394.

4 Muhammad Abu Zahrah, Zakat Dalam Perspektif Sosial, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus,

(11)

3

kefakirannya, dan masih sanak kerabatnya. Karena tujuan memberikan

zakat itu ialah untuk membantu mereka memiliki kelonggaran

melaksanakan ibadah kepada Allah SWT, menuntut ilmu, dan

mewujudkan jalinan kasih sayang.5

Dengan adanya perintah Allah untuk berzakat di atas penyaluran

zakat pada masa kini juga sudah memiliki berbagai macam variasi. Tidak

hanya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup secara konsumtif

saja, namun zakat juga bisa disalurkan dalam bentuk bantuan lainnya.

Contoh dalam bidang pendidikan, modal kerja, dan kesehatan. Di zaman

yang serba canggih ini masih banyak masyarakat kurang mampu yang

sangat membutuhkan bantuan dalam bidang kesehatan.

Salah satu Lembaga Amil Zakat Nasional yang penulis ketahui

dan telah banyak melakukan kegiatan sosial terutama pada bidang

kesehatan adalah Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF). YDSF sendiri

adalah sebuah lembaga dana sosial Islam yang banyak melakukan

aktivitas pada pemberdayaan masyarakat yang dibagi menjadi beberapa

bidang, yaitu diantaranya bidang pendidikan, bidang kemanusiaan, bidang

dakwah Islam, bidang santunan kepada yatim piatu dan bidang

pemakmuran Masjid. Sedangkan program untuk bantuan operasi katarak

termasuk pada bidang kemanusiaan. Melalui program-program unggulan

5 Wahbah Zuhaily, Zakat Berbagai Mahzab, Terj. Agus Efendi, et al, , (Bandung, PT Remaja

(12)

4

tersebut YDSF berusaha memberikan bantuan kepada masyarakat yang

bersifat produktif untuk jangka panjang.6

Program yang dimiliki oleh YDSF diantaranya adalah kesehatan

untuk membantu masyarakat kurang mampu untuk mendapatkan layanan

kesehatan secara gratis dan dilayani dengan pelayanan yang maksimal.

Salah satu program pada bidang kemanusiaan yang dimiliki YDSF

yaitu program bantuan operasi katarak bagi masyarakat yang kurang

mampu. Program operasi katarak dilakukan oleh YDSF apabila terdapat

mustah}iq yang menderita penyakit katarak mengajukan permohonan

untuk mendapatkan bantuan dari YDSF yang selanjutnya pihak YDSF

akan memberikan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh para mustah}iq.

Selanjutnya pihak YDSF melakukan survey langsung dengan mendatangi

tempat tinggal para mustah}iq.

Setelah para mustah}ik dinyatakan lolos tahap survey, pihak YDSF

akan memberikan surat rekomendasi kepada para mustah}iq untuk

diberikan pada Rumah Sakit yang telah memiliki hubungan kerjasama

dengan YDSF untuk melakukan operasi katarak tersebut. Rumah Sakit

yang telah berkerjasama dan membuat MOU dengan YDSF diantaranya

adalah Rumah Sakit Al-Irsyad di Surabaya dan untuk di luar daerah

Surabaya adalah Bulan Sabit Merah Indonesia. Proses operasi akan

dibiayai penuh oleh pihak YDSF sedangkan pihak Rumah Sakit sendiri

(13)

5

hanya bertindak sebagai penyedia tempat dan segala sarana dan prasarana

untuk penunjang kegiatan bantuan operasi katarak tersebut.7

YDSF telah menghimpun banyak dana tidak hanya dari zakat saja

namun juga dari sadaqah dan infaq. Lebih dari 25 provisi di Indonesia

telah mempercayai YDSF sebagai lembaga penghimpun dan pengelola

dana sosial yang profesional dan amanah. Dana yang telah dihimpun

tersebut disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Dana tersebut

disalurkan pada program-program yang digagas oleh YDSF seperti

pendidikan, kemanusiaan, santunan anak yatim piatu, dakwah Islam dan

memakmurkan Masjid.

Sampai saat ini YDSF dengan segala inovasi-inovasi dalam

penyaluran dana zakat telah banyak membantu rakyat miskin. Dan tidak

hanya itu YDSF telah berusaha memberikan tingkat kesehatan dan

kesejahteraan yang lebih baik terutama bagi masyarakat yang kurang

mampu. Hal ini dapat memberikan harapan kepada masyarakat yang

kurang mampu untuk tetap bisa hidup sehat tanpa harus memikirkan

biaya yang berat.

Berangkat dari realitas di atas, dalam penelitian ini penulis lebih

terfokus pada bagaimana dampak positif dan negatif penyaluran dana

zakat pada program bantuan operasi katarak yang dilaksanakan di

Yayasan Dana Sosial Al Falah (YSDF) Surabaya. Disamping itu penulis

(14)

6

juga melakukan analisa hukum Islam terhadap penyaluran dana pada

program operasi katarak.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Dari pemaparan latar belakang masalah di atas dapat

diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Proses berjalannya program bantuan operasi katarak di YDSF

Surabaya.

2. Standart penerima program bantuan operasi katarak di YDSF

Surabaya.

3. Latar belakang diadakannya program bantuan operasi katarak YDSF

Surabaya.

4. Pertimbangan hukum terhadap penyaluran dana zakat melalui

program bantuan operasi katarak di YDSF Surabaya.

5. Tinjauan Hukum Islam terhadap pelaksanaan program bantuan

operasi katarak di YDSF Surabaya.

6. Respon masyarakat terhadap adanya program bantuan operasi katarak

yang diselenggarakan oleh YDSF Surabaya.

7. Dampak positif dan negatif penyaluran dana zakat pada program

bantuan operasi katarak di YDSF Surabaya.

8. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk bantuan operasi katarak di

YDSF Surabaya.

Dari identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi penelitian ini

(15)

7

1. Dampak positif dan negatif penyaluran dana zakat pada program

bantuan operasi katarak di YDSF Surabaya.

2. Tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan program bantuan operasi

katarak oleh YDSF Surabaya.

C. Rumusan Masalah

Dari pemaparan identifikasi dan batasan masalah diatas, dapat

diambil beberapa permasalahan pokok yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana dampak positif dan negatif penyaluran dana zakat pada

program bantuan operasi katarak di YDSF Surabaya?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktek penyaluran dana

zakat untuk program bantuan operasi katarak oleh YDSF Surabaya?

D. Kajian Pustaka

Dalam penelusuran dari awal sampai pada saat ini, penulis belum

menemukan penelitian ataupun tulisan yang secara spesifik mengkaji

tentang tinjauan hukum Islam terhadap program operasi katarak di

Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya. Adapun penelitian terdahulu

dalam bentuk skripsi sebagai berikut:

Pertama, karya ilmiah berupa skripsi yang disusun oleh Nur

Maria Ulfah mahasiswi IAIN Sunan Ampel Surabaya Jurusan Muamalah

pada tahun 2013, dengan judul “Tinjauan Hukum Islam terhadap

(16)

8

Kabupaten Sidoarjo”. Dalam skripsi ini penulis menganalisia tentang

zakat susu sapi perah tersebut belum menggunakan tata cara menurut

Hukum Islam dan belum disalurkan melalui Amil zakat. Metode yang

digunakan adalah metode deskriptif analitis verifikatif, dengan pola pikir

deduktif. Dari hasil penelitian, penulis menyimpulkan pelaksanaan zakat

susu sapi perah di Desa Kletek Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo,

dianggap sudah mengeluarkan zakat, meskipun tata cara yang dipakai

belum sesuai dengan Hukum Islam yang berlaku. Terkait penyalurannya,

para peternak di Desa Kletek menyalurkan zakatnya secara pribadi tanpa

melalui amil, karena mereka menganggap dengan mengeluarkan zakat

sendiri, maka mereka tahu siapa saja yang menerima zakatnya. 8

Kedua, karya ilmiah berupa skripsi yang disusun oleh Farihin

mahsiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2006, dengan judul

“Efektifitas dan Efisiensi Penyaluran Daging Qurban dengan Sistem

Kornet di Rumah Zakat Indonesia Cabang Surabaya (Prespektif Hukum

Islam)”.9 Pada penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif

analisis yaitu dengan pola pikir deduktif, ialah untuk mengeksplorasi data

yang berkaitan dengan konsep pembagian daging qurban di dalam

literature buku dan memberikan fakta mengenai prosedur atau sistem

penyaluran daging qurban di Rumah Zakat Indonesia Cabang Surabaya.

8 Nur Maria Ulfah, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Zakat Susu Sapi Perah Di

Desa Kletek Kecmatan Taman Kabupaten Sidoarjo”, SKRIPSI (IAIN Sunan Ampel: Surabaya,

2013), 79.

9 Farihin, Efektifitas dan Efisiensi Penyaluran Daging Qurban dengan Sistem Kornet di Rumah

Zakat Indonesia cabang Surabaya (Prespektif Hukum Islam)”, SKRIPSI (IAIN Sunan Ampel:

(17)

9

Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa penyaluran daging qurban

dengan sistem kornet tersebut dalam perspektif hukum Islam tidak

bertentangan, karena menurut banyak pendapat ahl al ‘ilmi bahwa

menyimpan daging qurban adalah boleh kecuali menurut pendapat Ali

dan Ibn Umar yang melarang.

Ketiga, adalah karya ilmiah yang berupa skripsi disusun oleh

Asmaul Lukman, mahasiswa Jurusan Muamalah IAIN Sunan Ampel

Surabaya Tahun 2012, dengan judul “Studi Hukum Islam terhadap

Pengelolaan Zakat Fitrah oleh Remaja Masjid (REMAS) Pepelegi Waru

Sidoarjo”.10 Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik pola pikir

deduktif yaitu diawali dengan mengemukakan teori-teori, dalil-dalil dari

ayat al-Qur’an dan Hadits yang terkait dengan hukum zakat fitrah. Hasil

dari penlitian ini remaja masjid selaku amil zakat harus bisa membedakan

antara zakat mal dan zakat fitrah agar tidak mudah mengambil zakat

fitrah yang berupa uang, karena itu tidak diperbolehkan oleh Imam Malik.

Keempat, skripsi yang berjudul “Pendistribusian Zakat untuk

Home Industri oleh PT. BPRS Daya Artha Mentari Bangil Pasuruan

(Analisis Hukum Islam)”. Ditulis oleh Nurul Farorch, mahasiswa IAIN

jurusan Muamalah Tahun 2009.11 Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif analisis dengan pola pikir deduktif. Hasil penelitian

10 Asmaul Lukman, “Studi Hukum Islam Terhadap Pengelolaan Zakat Fitrah Oleh Remaja Masjid

(REMAS) Pepelegi Waru Sidoarjo”, SKRIPSI (IAIN Sunan Ampel: Surabaya, 2012), 67.

11 Nurul Farorch, “Pendistribusian Zakat Untuk Home Industri Oleh PT. BPRS Daya Artha

(18)

10

menyimpulkan bahwa PT. BPRS Daya Artha Mentari disamping

mendistribusikan zakatnya pada sektor konsumtif yang berupa paket

sembako juga mendistribusikan zakatnya pada sektor produktif yang

diberikan pada Home Industri. Teknik yang diterapkan yaitu mustah}ik

diberikan mesin juki seharga Rp. 1.300.000 untuk dibuat usaha

sehari-hari. Pendistribusian zakat ini sudah sesuai dengan hukum Islam karena

mustah}ik yang menerima mesin termasuk dalam golongan fakir dan

miskin.

Kelima , skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap

Implementasi Penyaluran Zakat untuk Beasiswa Pendidikan oleh Laznas

Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Surabaya”. Ditulis oleh Habibur

Rahman mahasiswa IAIN jurusan Muamalah tahun 2009.12 Penelitian ini

dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif untuk

kemudian ditarik kesimpulan dengan metode deduktif dan induktif. Hasil

dari penelitian ini menyimpulkan bahwa permasalahan tersebut muncul

dilatar belakangi oleh kepercayaan masyarakat yang besar terhadap

kinerja Laznas BMH Surabaya yang sejak awal berdirinya sebagai amil

zakat yang pro aktif bergerak di bidang pendidikan, dakwah, sosial

ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Penyaluran tersebut telah sesuai

bila ditinjau dari perspektif hukum Islam dirujuk dari pemberian kepada

golongan fi> sabi>lilla>h dalam hal ini juga telah sesuai dengan UU RI No. 38

12 Habibur Rahman, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Implementasi Penyaluran Zakat Untuk

Beasiswa Pendidikan oleh Laznas Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Surabaya”, SKRIPSI (IAIN

(19)

11

Th. 1999 Tentang Pengelolaan Zakatserta Fatwa MUI Nomor Keputusan

:120/MUVII/1996 Tentang Pemberian Zakat untuk Beasiswa Pendidikan.

Sedangkan dalam penelitian berjudul “Tinjauan Hukum Islam

terhadap Penyaluran Dana Zakat pada Program Operasi Katarak di

Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya” ini akan menganalisa

tentang bagaimana dampak positif dan negatif praktek penyaluran dana

zakat melalui program operasi katarak tersebut. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian yang sudah ada terletak pada objek penelitiannya, yaitu

penyaluran dana zakat untuk program operasi katarak.

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana dampak positif dan negatif penyaluran

dana zakat pada program bantuan operasi katarak di YDSF Surabaya.

2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktek

penyaluran dana zakat untuk program bantuan operasi katarak oleh

YDSF Surabaya.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Adapun dalam kegunaan penlitian pada pembahasan skripsi ini

adalah sebagai berikut:

Secara akademis skripsi ini sebagai pengisi kajian yang masih

kosong dalam tema penyaluran dana zakat. Selain itu diharapkan mampu

menjadi referensi tambahan dalam penelitian dibidang penyaluran dana

(20)

12

Secara teoritis skripsi ini sebagai pelengkap atau masukan untuk

pemikiran-pemikiran terdahulu dan membuat perubahan untuk

perkembangan keilmuan terutama dalam bidang hukum ekonomi Islam.

Secara praktis skrispsi ini diharapkan mampu memberikan acuan

dalam melakukan penyaluran dana zakat yang sesuai dengan hukum

Islam.

G. Definisi Operasional

Hukum Islam : adalah dalil-dalil al-Qur’an, Hadits, dan

pendapat ulama yang membahas dan mengatur

tentang segala ketentuan yang berkaitan

dengan tata cara berzakat baik dalam proses

penghimpunan, pengelolaan, maupun

penyaluran dana zakat.

Program Operasi Katarak : adalah program bantuan yang diadakan oleh

lembaga Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF)

Surabaya untuk membantu masyarakat yang

kurang mampu dan penderita penyakit katarak

agar bisa mendapatkan bantuan operasi katarak

(21)

13

H. Metode Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara

lain sebagai berikut:

1. Data yang dikumpulkan

Dalam pengumpulan data yang penulis pakai adalah penelitian

lapangan yaitu penelitian yang datanya diambil atau dikumpulkan

dari lapangan yaitu lembaga YDSF Surabaya, termasuk

dokumen-dokumen yang memuat tentang program bantuan untuk operasi

katarak.

2. Sumber data

a. Sumber data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau

orang yang memerlukannya.13 Jadi sumber data primer dalam

penelitian ini adalah data yang diperoleh penulis secara langsung

dari keterangan manajer dan karyawan YDSF Surabaya,

mengenai proses berlangsungnya program bantuan operasi

katarak yang diselenggarakan dan disponsori oleh YDSF

Surabaya dan dokumen-dokumen yang lain.

b. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari

kepustakaan yang berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi

lain yang terkait dengan nilai, budaya, dan norma yang

(22)

14

berkembang pada sosial yang diteliti.14 Data kepustakaan yang

ada hubungannya dengan pembahasan dalam penelitian ini,

yaitu:

1) Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed,

Hawwas, Fiqh Ibadah, 2009.

2) Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah jilid 3, 1978.

3) Yusuf Qardhawi, Fiqh Zakat, 2010.

4) Muhammad Abu Zahrah, Zakat Dalam Perspektif Sosial,

1995.

5) Wahbah Zuhaly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, 2000.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah:

a. Interview (Wawancara)

Wawancara merupakan alat pengumpulan data untuk

memperoleh informasi lansung dari sumbernya.15 Penulis

menggunakan teknik pengumpulan data wawancara dengan cara

mengadakan Tanya jawab dengan pihak-pihak tertentu, yaitu

kepada manajer dan karyawan dari YDSF Surabaya untuk

menanyakan proses pelaksanaan program bantuan operasi katarak.

14 Rosady Ruslan, Metode Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 138.

15 Hermawan warsito, Pengantar Metodologi Penelitian, (PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta,

(23)

15

b. Dokumentasi

Dokumen ialah setiap bahan tertulis atau film, lain dari

record yang tidak deipersiapkan karena adanya permintaan

seorang penyidik. Pembahasan disini diarahkan pada dokumen

dalam arti jika peneliti menemukan record, tentu saja perlu

dimanfaatkan. Dokumen biasanya dibagi atas dokumen pribadi

dan dokumen resmi. Dokumen sudah lama digunakan dalam

penelitian sebagai sumber data karerna dalam banyak hal dokumen

sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan,

bahkan meramalkan.16

4. Teknik pengolaan data

Setelah data berhasil dihimpun dari lapangan atau penulisan, maka

penulis menggunakan teknik pengelolaan data dengan tahapan sebagai

berikut:

a. Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah

dikumpulkan.17

b. Coding (pengkodean) yaitu data dirinci, dikonseptualisasikan dan

diletakkan kembali bersama-sama dalam cara baru. Ini merupakan

proses sentral di mana teori-teori dibentuk dari data.18

16 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009),

216-217.

(24)

16

5. Teknik analisis data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola. Memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang

lain.19

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analisis, yaitu dengan memaparkan data-data tentang

pelaksanaan program bantuan operasi katarak gratis yang disertai dengan

analisis untuk kemudian diambil kesimpulan. Metode seperti ini

digunakan oleh penulis untuk menjelaskan dan menguraikan data-data

yang telah terkumpul setelah melakukan penelitian di lembaga yang

kemudian disusun dan dianalisis untuk diambil kesimpulan.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti akan dapat menghasilkan data

deskriptif yang berbentuk rangkaian kalimat yang tertulis atau berbentuk

ungkapan dari para pihak yang dapat diamati dan akan dianalisis dengan

cara berfikir induktif. Berfikir dengan cara induktif adalah mengamati

kejadian di lapangan yang telah diterapkan kepada masyarakat yaitu

mengenai program bantuan operasi katarak di YDSF Surabaya. untuk di

tinjau ke dalam hukum islam tentang sistem pengelolaan zakat.

(25)

17

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan pemahaman dalam penelitian ini, maka

penulis membuat sistematika pembahasan menjadi lima bab yang teratur

sedemikian rupa, sehingga antara bab pertama dan bab selanjutnya saling

berkaitan dan berkesinambungan sehingga membentuk satu kesatuan

yang saling menopang. Dari beberapa bab tersebut dibagi lagi dalam

sub-bab dengan perincian sebagai berikut:

Bab pertama, yaitu merupakan Pendahuluan. Pendahuluan memuat

uraian tentang aspek–aspek yang berkenaan dengan rancangan

pelaksanaan penelitian, terdiri dari sub-bab yang meliputi: latar belakang

masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, kajian

pustaka, tujuan penelitian, manfaat penlitian, kegunaan penelitian,

definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua : Penyaluran Dana Zakat Dalam Hukum Islam, bagian

ini memuat tentang landasan teori yang menyangkut pengertian zakat,

dasar hukum dan kajian tentang zakat menurut Ulama kontemporer,

syarat, rukun, hikmah dan tujuan zakat, pendistribusian zakat dan siapa

yang berhak menerima zakat.

Bab ketiga : Penyaluran Dana Zakat Pada Program Operasi

Katarak di Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya, bagian ini

berisikan tentang profil YDSF Surabaya diantaranya adalah sejarah

(26)

18

program-program dan proses penyaluran dana zakat pada program operasi

katarak.

Bab keempat : Analisis Hukum Islam tentang Sistem Penyaluran

Dana Zakat Dalam Program Operasi Katarak di Yayasan Dana Sosial Al

Falah (YDSF) Surabaya, yang meliputi: Dampak positif dan negatif

penyaluran dana zakat pada program bantuan operasi katarak di YDSF

Surabaya dan analisis hukum Islam terhadap penyaluran dana zakat pada

program operasi katarak di YDSF Surabaya.

Bab kelima, Penutup. Bagian ini berisikan kesimpulan sebagai

jawaban dari permasalahan dan saran yang digunakan untuk acuan pada

penelitian selanjutnya.

(27)

19

BAB II

PENYALURAN DANA ZAKAT DALAM HUKUM ISLAM

A. Pengertian Zakat

Secara bahasa, zakat berarti tumbuh (numuww) dan bertambah

(ziya>dah). Jika diucapkan, zaka> al-zar’, artinya adalah tanaman itu tumbuh

dan bertambah. Jika diucapkan zakat al-nafaqah, artinya nafkah tumbuh dan

bertambah jika diberkati. Kata ini juga sering dikemukakan untuk makna

thaharah (suci).1 Allah swt berfirman surat al-Shams ayat 9:











Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. (QS. al-Shams : 9)2

Adapun harta yang dikeluarkan, menurut syara’, dinamakan zakat

karena harta itu akan bertambah dan memelihara dari kebinasaan. Allah swt

berfirman dalam surat al-Baqarah :





...



Artinya: Dan tunaikanlah zakat... (QS. al-Baqarah : 43)3

1

Wahbah al-Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai Mahzab, Terj. Agus Efendi, et al, (Bandung, PT

Remaja Rosdakarya, 2008),), 82.

2

Departemen Agama RI. Al-Quran Terjemah Indonesia, (Bandung: Syaamil Al-Qur’an, 2014), 596.

(28)

20

Makna-makna zakat secara etimologis di atasbis terkumpul dalam surat

al-Taubah ayat 103:















Artinya: Ambilah zakat dari sebagian harta mereka , dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka… (QS. al-Taubah : 103).4

Maksudnya, zakat akan menyucikan orang yang mengeluarkannya

dan akan menambah pahalanya.

Sedangkan jika dilihat dari segi terminologi (istilah), kata zakat

banyak yang mendefinisikannya, antara lain:

a. Dari segi istilah fikih, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang

diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak dalam

jumlah tertentu.5

b. Sedangkan menurut al-Mawardi, zakat adalah harta tertentu yang

diberikan kepada orang tertentu, menurut syarat-syarat tertentu pula.

c. Syawkani mengatakan bahwa zakat adalah pemberian sebagian harta

yang sudah mencapai nisab kepada orang fakir dan lain-lainnya, tanpa

ada halangan syara’ yang melarang kita melakukannya.6

Adapun zakat menurut syara’ yang telah dirumuskan oleh Fuqaha>

antara lain adalah sebagai berikut:

4

Ibid., 204.

5 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, Terj, Salman Harun (eds), (Bogor: Pustaka Literata Antara

Nusa, 2010), 34

6 Hassan Saleh et al, Kajian Fiqih Nabawi dan Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers,

(29)

21

a. Pemberian suatu yang wajib diberikan dari sekumpulan harta tertentu,

menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu, kepada golongan tertentu yang

berhak menerimanya.

b. Nama harta yang dikeluarkan manusia dari hak Allah, untuk diberikan

kepada fakir-miskin.

c. Nama sebagian dari harta yang dikeluarkan oleh hartawan untuk

diberikan kepada saudaranya yang fakir-miskin dan untuk kepentingan

umum yang meliputi penertiban masyarakat dan peningkatan taraf hidup

umat.

d. Mengeluarkan sebagian dari harta, guna diberikan kepada mereka yang

telah diterangkan syara’, menurut aturan yang telah ditentukan di dalam

Kitabullah, Sunnatur Rasul dan Undang-undang Fiqih7

Sedangkan menurut Mahzab Maliki mendefinisikannya dengan

“Mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang khusus pula yang telah

mencapai nis{a>b (batas kuantitas yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang

yang berhak menerimanya (mustah}iq)-nya. Dengan catatan, kepemilikan itu

penuh dan mencapai hawl (setahun), bukan barang tambang dan barang

pertanian.

Mahzab Hanafi mendefinisikan zakat dengan “menjadikan sebagian

harta yang khusus dari harta yang khusus sebagai milik orang yang khusus,

yang ditentukan oleh syari’at karena Allah SWT”. Kata “menjadikan sebagai

7Muhammad Ja’far, Tuntunan Ibadat Zakat Puasa dan Haji, (Jakarta: PT. Kalam Mulia, 1997),

(30)

22

harta sebagai milik” (tamlik) dalam definisi di atas dimaksudkan sebagai

penghindaran dari kata ibahah (pembolehan).8

Pada zaman keemasan Islam, zakat terbukti berperan sangat besar

dalam meningkatkan kesejahteraan umat. Zakat tidak sekedar sebagai

kewajiban, tetapi lebih dari itu, apabila dikelola dengan baik dan

didistribusikan secara merata sampai ke tangan orang yang berhak

menerimanya, sehingga persoalan kemiskinan akan mendapatkan jalan

keluarnya.9

Dalam masyarakat, kedudukan manusia tidak sama rata, ada yang

mendapatkan karunia dari Allah lebih banyak, ada yang sedikit, dan bahkan

ada yang untuk sehari-hari susah mendapatkannya.10

Kesenjangan rejeki di masyarakat dapat didekatkan dengan

memberikan salah satu jalan keluarnya yaitu zakat, artinya orang yang

mempunyai kelebihan harta berkewajiban untuk mendekatkan kesenjangan

tersebut, karena pada hakikatnya dalam harta orang kaya itu terdapat hak

orang lain yang kekurangan terutama bagi fakir miskin.11

B. Landasan Hukum Berzakat

Kesenjangan penghasilan rezeki dan mata pencarian di kalangan

manusia kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Hal ini, dalam penyelesainnya,

8 Wahbah Zuhayly, Zakat Kajian…,83.

9 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Ibadah, (Jakarta: AMZAH, 2009), 343.

10 Sajagyo dan Jiwati, Sosiologi Pedesaan, 11

(31)

23

memerlukan campur tangan Allah swt. Dia berfirman dalam al-Qur’an surat

al-Nahl ayat 71:









Artinya: Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezeki. (QS. al-Nahl : 71)12

Maksud ayat ini ialah bahwa Allah swt melebihkan sebagian kita dari

sebagian yang lain dalam hal rezeki. Dia mewajibkan orang yang kaya untuk

memberikan hak yang wajib atau fardu kepada kepada orang fakir. Bukan hak

yang tathawwu’ atau sekedar pemberian kepadanya. Dalam ayat yang lain

disebutkan pada surat al-Za>riya>t ayat 19:















Artinya: Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mau meminta-minta. (QS. al-Za>riya>t : 19)13

Kemudian zakat merupakan jalan yang paling utama untuk

menyelesaikan kesenjangan tersebut. Juga, ia bisa merealisasikan sifat

gotong-royong dan tanggung jawab sosial di kalangan masyarakat Islam.

Sedangkan dalam hadist dijelaskan bahwa Rasulullah mengutuskan

Mua’adz bin Jabal ke Yaman, untuk melakukan banyak hal. Satu diantaranya

adalah masalah zakat yang harus dibayarkan oleh penduduk yang beragama

Islam. beliau bersabda:

12

Departemen Agama RI, Al-Quran Terjemah..., 275.

13

(32)

24

َع ْن

ِا ْب

ِن

َع َب

ِسا

َر

َيض

ُلا

َع

ْ ُه

َم

َا ا

َن

َناا

َِب

ص

َل

ُلا ى

َع

َل ْي َه

َو

َس َل

َم

ُ ب َع

َث

ُم َع

َذا

َرا

ِض

َي

ُلا

َع

ُه ِا

َل

َيلا

َم ِن

َ ف

َق

َلا

:

ُا ْد

ُع ُه

ْم ِا

َل

َش

َه

َدا ِة

َا

ْن

َل

ِا َل

َه ِا

َل

ُلا

َو َا

ِّ

َر

ُس

ُلو

ُلا

َف ِا

ْن

ُ ْم

َط ا

ُع ا

ْو

ِل ا

َذا

ِل

َك

َف ُا

ْع

ِل َم

ُه ْم

َا

َن

ُلا

َق

ْد

ِا ْ ف َ ت

َر

َض

َع

َل ْي ِه

ْم

َْخ

ُس

َص َل

َو

ٍتا

ِف

ُك

ِل

َ ي ْو ٍم

َو َل

ْ ي َل ٍة

,

َف ِا

ْن

ُ

ْم

َا َط

ُعا

ْو

ِلا

َذ

ِلا

َك

َف ُا

ْع

ِل َم

ُه ْم

َا

َن

ُلا

ِا ْ ف

َ ت َر

َض

َع

َل ْي ِه

ْم

َص

َد َق

ًة

ِف

َا ْم َو

ِِها

ْم ُ ت

ْؤ

َخ

ُذ

ِم

ْن

َا

ْغ ِ

َي

ِء ا

ِ ْم

َو ُ ت

َر د

َع َل

ُ ف ى

َق َر

ِءا

ِ ْم

)

ملسمو يراخبلا اور

(

Artinya: Dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi saw mengutus Mu’adz ra ke Yaman seraya bersabda, “Seruhlah mereka kepada persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Apabila mereka mentaatinya, maka beritahukan bahwa Allah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu dalam setiap hari dan malam, apabila mereka mentaatinya, maka beritahukan bahwa Allah mewajibkan kepada mereka sedekah dalam harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya diantara mereka lalu diberikan kepada orang-orang miskin mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)14

Kajian tentang Zakat Menurut Ulama Kontemporer

1. Yusuf Qardhawi dalam bukunya mengemukakan tentang arti zakat di jalan

Allah (fi< sa<bililla<h) sebagaimana telah diketahui bahwa sebagian ulama

berpendapat bahwa arti “jalan Allah” dari segi bahasa secara luas meliputi

semua perkara yang membawa ke jalan marda>tillah \(yang diridhai Allah),

berarti semua amal yang mendekatkan diri kepada Allahh secara umum.

Alasan dari para ulama yang memperluas arti jalan Allah akan membuka

banyak segi yang tidak apat dihitung jenis dan golongannya. Hal ini

bertentangan dengan maksud dari ayat yang membatasi pembagian uang

zakat itu untuk delapan bagian yang telah disebut dalam kitab suci

al-Qur’an, sebagaimana arti dari jalan Allah, yang termasuk pemberian kepada

14 Ibnu Hajar al-Asqalani dan Al Imam Al Hafizh, Fathul Baari Syarah Shahih Bukhari Jilid 8,

(33)

25

kaum fakir miskin, begitu juga tujuh bagian lainnya. Maka, kedelapan bagian

itu termasuk amal baik di jalan Allah.15

2. Dr. Mundzir Qohf yang merupakan salah seorang pakar ekonomi Islam

kontemporer mengungkapkan bahwa ajaran Islam dengan rinci telah

menentukan, syarat kategori harta yang harus dikeluarkan zakatnya, lengkap

dengan jumlahnya, maka, dengan ketentuan yang jelas tersebut, tidak ada hal

bagi pemerintah (pengelola zakat) untuk merubah jumlah yang telah

ditentukan dalam mengeluarkan zakat. Akan tetapi pengelola zakat dapat

mengadakan perubahan dalam struktur harta yang wajib dizakati dengan

berpegang pada nash-nash umum yang ada dan pemahaman terhadap realita

modern.16

3. Asy Syaukani berpendapat bahwa zakat adalah memberi suatu bagian dari

harta yang sudah sampai nis{a>b kepada orang fakir dan sebagainya, yang

tidak berhalangan syara’ sebagai penerima.

4. Para Pemikir Ekonomi Islam Kontemporer mendefinisikan zakat sebagai

harta yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau pejabat berwenang, kepada

masyarakat umum atau individu yang bersifat mengikat, tanpa mendapat

imbalan tertentu yang dilakukan pemerintah sesuai dengan kemampuan

pemilik harta, yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan delapan

15 Yusuf al-Qardhawi, Permasalahan, Pemecahan, dan Hikmah, Terj. Abdurrachman Ali Bauzir,

Fatawa Qardhawi, (Surabaya: Risalah Giusti, 1993), 197.

16Arif Perdana, “Fiqih Zakat Kontemporer”,

(34)

26

golongan yang telah ditentukan oleh al-Qur’an serta untuk memenuhi

tuntutan politik bagi keuangan Islam.17

C. Hikmah dan Tujuan Mengeluarkan Zakat

Diantara hikmah disyaratkannya zakat ialah bahwa

pendistribusiannya mampu memperbaiki kedudukan masyarakat dari sudut

moral dan material dimana ia dapat menyatukan anggota-anggota

masyarakatnya menjadi seolah-olah tubuh yang satu. Selain dari itu, zakat

juga dapat membersihkan jiwa anggota masyarakat dari sifat pelit dan bakhil.

Zakat juga merupakan benteng keamanan dalam sistem ekonomi Islam dan

sebagai jaminan ke arah stabilisasi dan kesinambungan sejarah sosial sebuah

masyarakat.18

Zakat juga merupakan ibadat yang bersifat materi dan penyebab

utama turunnya rahmat dari Allah swt sebagaimana firman-Nya pada surat

al-A’raf ayat 156:

























Artinya : …dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat…(QS.

al-A’raf : 156)19

Di samping itu zakat juga merupakan syarat persaudaraan dalam

agama Islam sebagaimana firman-Nya pada surat al-Taubah ayat 11:

17 Ghazi Inayah, Teori Komprehensif Tentang Zakat dan Pajak, (Yogyakarta: Tiara Wacana,

2003), 3.

18 Syaiq Muhammad Abdul Malik Ar-Rahman, Zakat 1001 Masalah dan Solusinya, (Jakarta:

Pustaka Cerdas, 2003), 17.

19

(35)

27



























Artinya : Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. (QS. al-Taubah : 11)20

Zakat juga dianggap sebagai ciri-ciri masyarakat Mukmin

sebagaimana firman Allah swt pada surat al-Taubah ayat 71:





























































Artinya: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. al-Taubah : 71)21

Sedangkan untuk tujuan berzakat adalah sebagai berikut:

a. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari

kesulitan hidup dan penderitaan.

b. Membantu pemecahan masalah yang dihadapi oleh orang yang

berutang, Ibnu Sabi<l, dan para mustah{iq lainnya.

c. Membina tali persaudaraan sesama umat Islam.

d. Menghilangkan sifat kikir dari pemilik harta.

20

Ibid., 189.

21

(36)

28

e. Membersihkan sifat dengki dan iri hati dari orang-orang miskin.22

D. Rukun dan Syarat Zakat

Rukun zakat ialah mengeluarkan sebagian dari nis{a>b (harta), dengan

melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadikannya sebagai milik orang

fakir, dan menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut diserahkan kepada

wakilnya; yakni imam atau orang yang bertugas untuk memungut zakat.23

Sedangkan zakat mempunyai beberapa syarat wajib dan syarat sah.

Menurut kesepakatan ulama, syarat wajib zakat adalah merdeka, Muslim,

baligh, berakal, kepemilikan harta yang penuh, mencapai nis{a>b, dan mencapai

hawl. Adapun syarat sahnya, juga menurut kesepakatan mereka, adalah niat

yang menyertai pelaksanaan zakat.

a. Syarat Wajib Zakat

Syarat wajib zakat, yaitu kefarduannya yang harus dipenuhi umat

Islam dalam mengerjakan ibadah berzakat ialah sebagai berikut:24

a. Merdeka

Menurut kesepakatan ulama, zakat tidak wajib atas hamba

sahaya karena hamba sahaya tidak mempunyai hak milik. Tuannyalah

yang memiliki apa yang ada di tangan hambannya. Begitu juga,

mukatib (hamba sahaya yang dijanjikan akan dibebaskan oleh

tuannya dengan cara menebus dirinya) atau yang semisal dengannya

22Fahrur Mu’is, Zakat A-Z Panduan Mudah, Lengkap dan Praktis Tentang Zakat, (Solo : Tinta

Medina, 2011), 32.

23 Ismail Nawawi, Zakat Dalam Perspektif IFiqh, Sosial dan Ekonomi, (Surabaya: Putra Media

Nusantara, 2010), 8.

(37)

29

tidak wajib mengeluarkan zakat, karena kendatipun dia memiliki

harta, hartanya tidak dimiliki secara penuh. Pada dasarnya, menurut

jumhur ulama, zakat diwajibkan atas tuan karena dialah yang

memiliki harta hambanya.

Oleh karena itu, dialah yang wajib mengeluarkan zakatnya,

seperti halnya harta yang berada di tangan sha>rik (partner) dalam

sebuah usaha perdagangan. Mahzab Maliki berpendapat bahwa tidak

ada kewajiban zakat pada harta milik seorang hamba sahaya, baik

atas nama hamba sahaya itu sendiri maupun atas nama tuannya

karena harta milik hamba sahaya tidak sempurna (na>qis), padahal

zakat pada hakikatnya hanya diwajibkan pada harta yang dimilki

secara penuh. Selain itu, tuan hamba sahaya tidak berhak memiliki

harta hamba sahayanya.

b. Islam

Menurut ijma>’, zakat tidak wajib atas orang kafir karena zakat

merupakan ibadah mah{dah yang suci sedangkan orang kafir bukan

orang yang suci. Mahzab Syafi’I, berbeda dengan mahzab-mahzab

yang lainnya, mewajibkan orang murtad untuk mengeluarkan zakat

hartanya sebelum riddah-nya terjadi, yakni harta yang dimilkinya

ketika dia masih menjadi seorang muslim. Riddah, menurut mahzab

ini, tidak menggugurkan kewajiban kewajiban zakat. Berbeda dengan

Abu Hanifah. Dia berpendapat bahwa riddah menggugurkan

(38)

30

Adapun harta yang dimiliki sewaktu riddah berlangsung,

menurut pendapat mahzab Syafi’I yang paling sahih, hukumnya

adalah bergantung pada harta itu sendiri. Jika orang yang murtad tadi

kembali ke dalam agama Islam sedangkan hartanya (yang didapatkan

sewaktu riddah-nya) masih ada, zakat wajib atasnya,. Tetapi, jika

harta tersebut tidak ada, dia tidak berkewajiban mengeluarkan zakat.

c. Baligh dan berakal

Keduanya, dipandang sebagai syarat oleh mahzab Hanafi.

Dengan demikian, zakat tidak wajib diambil dari harta anak kecil dan

orang gila sebab keduanya tidak termasuk dalam ketentuan orang

yang wajib mengerjakan ibadah; seperti salat dan puasa, sedangkan

menurut jumhur, keduanya bukan merupakan syarat. Oleh karena itu,

zakat wajib dikeluarkan dari harta anak kecil dan orang gila. Zakat

tersebut dikeluarkan oleh walinya.

d. Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati

Harta yang mempunyai kriteria ini ada lima jenis, yaitu: (a)

uang, emas, perak, baik berbentuk uang logam maupun uang kertas;

(b) barang tambang dan barang temuan; (c) barang dagangan; (d)

hasil tanaman dan buah-buahan; dan (e) menuerut jumhur, binatang

ternakyang merumput sendiri; atau menurut mahzab Maliki, binatang

yang diberi makan oleh pemiliknya (ma’lu<fah).

Harta yang dizakati disyaratkan produktif, yakni berkembang

(39)

31

tidak dihasilkan kecuali dari barang-barang yang produktif. Yang

dimaksud dengan berkembang disini bukan berarti berkembang yang

sebenarnya. Akan tetapi, maksud berkembang disini ialah bahwa

harta tersebut disiapkan untuk dikembangkan, baik melalui

perdagangan maupun diternakkan. Pendapat ini menurut jumhur.

Alasannya, karena peternakkan mengahasilkan keturunan dan lemak

dari binatang tersebut dan perdagangan menyebabkan didapatkannya

laba.

Atas dasar ini, zakat tidak wajib dikeluarkan dari mutiara,

intan, barang tambang selain emas dan perak, barang-barang yang

dikenakan (dipakai), harta milik pokok, tempat tinggal, kuda keledai,

khimar, singa, anjing yang dilatih, madu, susu, perabot-perabot kerja,

dan buku-buku ilmu pengetahuan, kecuali jika diperdagankan.

e. Harta yang dizakati telah mencapai nisab atau senilai dengannya.

Maksudnya ialah apabila seorang Muslim memiliki harta yang

sudah mencapai nisabnya maka diwajibkan segera untuk menzakati

harta mereka tersebut.

Kesimpulannya ialah bahwa nisab emas adalah 20 mitsqal

atau dinar. Nis{a>b perak adalah 200 dirham. Nis{a>b biji-bijian,

buah-buahan setelah dikeringkan, menurut selain mahzab Hanafi ialah 5

watsaq (650 kg). Nisab kambing adalah 40 ekor, nisab unta 5 ekor,

(40)

32

f. Harta yang dizakati adalah pemilik penuh

Mahzab Hanafi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan

harta adalah yang dimiliki secara utuh dan berada di tangan sendiri

yang benar-benar dimiliki. Dengan demikian, binatang wakaf yang

digembalakan dan kuda yang diwakfkan tidak wajib dizakati sebab

harta-harta tersebut tidak menjadi hak milik. Harta yang berada di

bawah kekuasaan orang lain dan ditempatkan di daerahnya juga tidak

wajib dizakati karena dengan demikian, menurut mahzab Hanafi,

berarti orang lain yang memiliki harta tersebut. Oleh karena itu,

hilanglah kepemilikan dari seorang Muslim.

g. Kepemilikan harta telah mencapai setahun, menurut hitungan tahun

qama>riyah

Menurut mahzab Hanafi, nisab yang disyaratkan harus

sempurna antara dua tahun, baik pada pertengahan tahun tersebut

terdapat bulan yang nisab hartanya sempurna maupun tidak. Dengan

demikian, apabila seseorang memilki harta yang telah mencapai nisab

pada permulaan tahun, kemudian harta tersebut tetap utuh sampai

berakhirnya tahun tersebut, dia wajib mengeluarkan zakatnya.

Dengan catatan bahwa selama setahun tadi, harta tersebut tidak

mengalami penyusutan secara penuh, apalagi lenyap semuanya. Zakat

juga diwajibkan ketika harta tersebut berkurang pada pertengahan

(41)

33

ini, berkurangnya harta pada pertengahan tahun tidak berpengaruh

jika pada awal dan akhirnya utuh kembali.

h. Harta tersebut bukan merupakan harta hasil hutang

Mahzab Hanafi berpendapat bahwa utang yang berkaitan

dengan hak para hamba mencegah kewajiban zakat, baik utang karena

Allah, seperti zakat badan pajak bumi, maupun utang untuk manusia;

kendatipun utang tersebut disertai dengan jaminan, karena kapan pun

pemberi hutang yang mendapat jaminan berhak mengambil hartanya

dari pengutang (atau pemberi jaminan).

2. Syarat-Syarat Sah Pelaksanaan Zakat

a. Niat

Para fuqaha< sepakat bahwa niat merupakan syarat pelaksanaan

zakat. Pendapat ini berdasarkan sabda Nabi saw berikut; “Pada dasarnya,

amalan-amalan itu dikerjakan dengan niat.” Pelakasanaan zakat termasuk

salah satu amalan. Ia merupakan ibadah seperti halnya salat. Oleh karena

itu, memerlukan adanya niat untuk membedakan antara ibadah yang fardu

dan nafiah.

Menurut mahzab Hanafi, zakat tidak bole dikeluarkan kecuali

disertai dengan niat yang dilakukan bersamaan dengan pemberiannya

kepada orang fakir. Misalnya, seseorang telah membayarkan

zakatnyatanpa niat, tetapi setelah itu dia berniat ketika harta yang

dizakatinya telah berada di tangan orang yang menerimanya (fakir), atau

(42)

34

harta tadi kepada seorang fakir tanpa niat, atau niat itu dilakukan

bersamaan dengan pelepasan harta yang wajib dizakati.25

Zakat adalah ibadah, sedangkan salah satu syarat ibadah adalah

niat. Pada mulanya, niat dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan. Hanya

saja, penyerahan zakat kepada kaum fakir tidak dalam saat yang sama.

Oleh karena itu, niat dipandang cukup dilakukan ketika harta tersebut

dilepaskan dari pemiliknya. Hal seperti ini dimaksudkan untuk

mempermudah muzakki<, sebagaimana halnya mendahulukan niat dalam

puasa.

b. Tamli<k (memindahkan kepemilikan harta kepada penerimanya)

Tamli<k menjadi syarat sahnya pelaksanaan zakat, yakni harta

zakat diberikan kepada mustah{iq. Dengan demikian, seseorang tidak

boleh memberikan makan (kepada mustah{iq), kecuali dengan jalan tamli<k.

Mahzab Hanafi berpendapat bahwa zakat tidak boleh diserahkan kepada

orang gila atau anak kecil yang belum mumayyiz. Kecuali, jika harta yang

diberikan tersebut diambil oleh orang yang berwenang mengambilnya,

misalnya ayah, was{i<y (yang diberi wasiat), atau yang lainnya.26

Waktu mengeluarkan zakat, para ahli sepakat bahwa

pembayarannya dengan segera apabila telah terpenuhi syarat-syaratnya,

baik nisab, haul, atau lainnya. Zakat ditunaikan sesuai dengan jenis harta

yang wajib dikeluarkan zakatnya. Jika berupa emas, perak, dan harta

perdagangan maka dibayarkan setelah satu tahun dan dilakukan satu kali

25 Ibid., 111-114.

(43)

35

dalam satu tahun tersebut. Namun, jika berupa tanaman dan buah-buahan,

maka zakatnya adalah ketika selesai panen.27

E. Pendistribusian Zakat dan Orang yang Berhak Menerima Zakat 1. Pendistribusian Zakat

Salah satu pendistribusian yang baik adalah adanya keadilan yang

baik adalah keadilan yang sama diantara semua golongan yang telah Allah

tetapkan sebagai penerima zakat, juga keadilan bagi setiap individu di

setiap golongan penerima zakat. Yang kami maksudkan adil adalah bukan

ukuran yang sama dalam pembagian zakat di setiap golongan

penerimanya, ataupun di setiap individunya. Sebagaimana yang dikatakan

Imam Syafi’i; yang dimaksudkan adil disini adalah dengan menjaga

kepentingan masing-masing penerima zakat dan juga maslahah bagi dunia

Islam. 28

Ada beberapa ketentuan dalam mendistribusikan dana zakat kepada

mustah{iq:29

1. Bila zakat dihasilkan banyak, sebaiknya setiap golongan mendapatkan

bagiannya sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

2. Pendistribusian haruslah menyeluruh kepada delapan golongan yang

telah ditetapkan. Tidak menjadi suatu ketentuan untuk menyamakan

kadar dan bagian zakat yang sama pada setiap golongan.namun semua

itu dilihat dan ditentukan berdasarkan jumlah dan kebutuhan.

27 Rahman Ritonga dan Zainudin, Fiqh Ibadah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), 203.

28

Yusuf Qardhawi, Spektrum Zakat, Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan, Terj. Sari

Narulita , (Jakarta: Zikrul Hakim, 2005), 148.

29

(44)

36

3. Diperbolehkan untuk memberikan semua bagian zakat kepada

beberapa golongan penerima zakat saja, apabila didapati bahwa

kebutuhan yang ada pada golongan tersebut memerlukan penanganan

secara khusus. Sebagaimana pendistribusian zakat kepada delapan

golongan penerima zakat tidak selamanya harus sama kadarnya

diantara individu yang menerima.

4. Menjadikan golongan fakir miskin sebagai golongan pertama yang

menerima zakat, karena memenuhi kebutuhan mereka dan

membuatnya tidak bergantung kepada orang lain adalah maksud dan

tujuan diwajibkannya zakat. Bahkan Rasulullah SAW tidak

menyebutkan golongan penerima zakat lainnya selain golongan fakir

miskin dalam pembicaraannya dengan Mu’adz: “Mengambil zakat dari

orang kaya yang ada diantara mereka dan kemudian menyerahkannya

kepada orang fakir yang ada diantara mereka.” Ini semua didasari

dengan pandangan bahwa golongan ini adalah golongan yang paling

penting dan perlu diperhatikan secara intensif.

Distribusi atau penyaluran zakat dapat dilakukan dengan dua pola

yaitu dengan pola memberikan kepada orang yang berhak menerima

(mustah{iq) secara konsumtif dan dapat diberikan dengan cara produktif,

(45)

37

1. Penyaluran zakat secara konsumtif

Dalam penyaluran zakat secara konsumtif dibagi lagi menjadi dua tipe

yaitu:30 (a) Tradisional, adalah tipe zakat yang dibagikan kepada

mustah{iq dengan secara langsung untuk kebutuhan konsumsi

sehari-hari. Misalnya pembagian zakat fitrah berupa beras dan uang kepada

fakir miskin. Pola ini merupakan pola jangka pendek dalam mengatasi

permasalahan umat. ; (b) Kreatif, adalah tipe zakat yang diwujudkan

dalam bentuk barang konsumtif dan digunakan untuk membantu orang

miskin dalam mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi yang

dihadapi. Proses pengkonsumsian dalam bentuk lain dari barangnya

semula. Misalnya diberikan dalam bentuk beasiswa untuk pelajar.31

2. Penyaluran zakat secara produktif

Dalam penyaluran zakat produktif disini dapat diklarifikasi kan

menjadi dua bagian yaitu32: (a) Tradisional atau Konvensional, adalah

tipe zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang produktif,

dimana dengan menggunakan barang-barang tersebut, para mustah{iq

dapat menciptakan suatu usaha. ; (b) Kreatif, adalah tipe zakat yang

diwujudkan dalam bentuk pemberian modal bergulir, baik untuk

permodalan proyek sosial seperti membangun sekolah, tempat ibadah,

30

Fachruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Yogyakarta: Sukses Offset, 2008), 314.

31 Amiruddin et al, Anatomin Fiqh Zakat (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), 3.

(46)

38

maupun sebagai modal usaha untuk membantu mengembangkan usaha

para pedangang atau pengusaha kecil.33

2. Orang yang Berhak Menerima Zakat

Allah SWT telah menentukan dalam al-Qur’an golongan-golongan

yang berhak menerima zakat. Golongan yang dimksud adalah sejumlah 8

golongan yaitu sebagai berikut:

a. Fakir

Fakir ialah orang yang tidak memiliki harta dan sumber

pendapatan yang halal menurut jumhur ulama fiqih, atau mereka

adalah orang yang memiliki harta kurang dari kadar nis{a>b syar’i zakat

menurut madzhab Hanafi. Kedudukan mereka lebih buruk daripada

kedudukan orang miskin.

b. Miskin

Mereka adalah orang yang memiliki harta atau mempunyai

sumber pendapatan yang bisa memenuhi sebagian keperluan hidupnya,

tetapi masih belum mencukupi menurut madzhab Hanafi.

c. Amil zakat

Amil zakat ialah semua pihak yang bertugas melakukan

aktivitas yang berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan,

perlindungan, pencatatan, dan pemberianzakatkepada orang-orang

yang berhak menerima harta zakat. Mereka diangkat oleh pemerintah

dalam negara Islam atau diberi wewenang atau dipilih oleh institusi

33 Departemen Agama, Manajemen Pengelolaan Zakat, (Depok: Direktorat Pengembangan Zakat

(47)

39

yang disetujui oleh penguasa setempat atau masyarakat Islam untuk

melakukan penguatan dan pemberian zakat kepada yang berhak

menerimanya.

d. Muallaf

Orang-orang yang mempunyai keinginan memeluk agama

Islam. Dengan adab yang baik orang-orang yang telah dilembutkan

hatinya supaya memeluk agama Islam. ini juga mencakup orang yang

mempunyai pengaruh sosial agar memeluk Islam demi kepentingan

agama dan umat Islam itu sendiri. Dan juga orang-orang yang baru

masuk Islam kurang dari setahun dan mereka masih memerlukan

bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan mereka yang baru,

walaupun bukan semata-mata bukan pemberian berupa nafkah.

e. Riqa<b (budak)

Yaitu para budak muslim yang telah, yang telah membuat

perjanjian dengan tuannya untuk dimerdekakan dan tidak memiliki

uang untuk membayar tebusan atas diri mereka, meskipun mereka

telah bekerja keras dan membanting tulang mati-matian.

f. Garim (orang-orang yang berhutang)

Yang termasuk dalam pengertian orang-orang yang berhutang

ini adalah:

1) Orang yang berhutang tidak untuk maksiat

2) Mempunyai hutang yang teramat banyak

(48)

40

4) Hutang sudah jatuh tempo atau wajib dilunasi ketika zakat

diberikan kepada orang yang berhutang

5) Orang yang berhutang demi kepentingan masyarakat banyak

6) Orang yang berhutang untuk membayar diat.

g. Fi< Sa<bililla<h

Orang-orang yang berjuang dijalan Allah SWT dalam

pengertian byang sangat luas sebagaimana yang telah ditetapkan oleh

ulama-ulama fiqih dengan maksud menjaga agama dan memuliakan

kalimah Allah SWT (kalimat tauhid) seperti berperang, berdakwah,

berusaha menegakkan hukum Islam dan membendung arus

pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran Islam.

h. Ibnu Sabi<l

Gambar

Gambar 3.1
Gambar 3.2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis indeks keragaman spesies moluska menunjukkan spesies kategori jarang dengan persentase spesies yang rendah jika dibandingkan dengan persentase spesies

Culture shock yang terjadi terhadap mahasiswa Sulawesi Selatan di Yogyakarta adalah proses penyesuaian diri serta cara beradaptasi dengan budaya dan lingkungan

[r]

Posyantek sebagai sarana informasi, promosi dan pemasaran berbagai jenis peralatan teknologi tepat guna yang dibutuhkan oleh masyarakat, namun dikarenakan sistem yang ada tidak

(1) Dalam melaksanakan tuganya, BPRS Provinsi harus sesuai dengan pedoman pengawasan Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Rumah Sakit Pusat serta mengacu kepada

(B - S) Salah satu syarat mengikuti perjamuan kudus adalah percaya bahwa korban Tuhan Yesus telah menebus dosa kita.. (B - S) Kita mengikuti perjamuan kudus karena