• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Hilangnya Hak Guna Bangunan Karena Ditelantarkan Oleh Pemiliknya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Hilangnya Hak Guna Bangunan Karena Ditelantarkan Oleh Pemiliknya"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan kepada

manusia untuk dikelola, digunakan dan dipelihara sebaik - baiknya sebagai sumber

kehidupan dan penghidupan. Dimana dewasa ini tanah merupakan salah satu modal

utama dalam rangka pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang adil

dan makmur.

Indonesia sebagai negara yang berlatar belakang agraris, menyadari arti

penting tanah sebagai sesuatu yang memiliki nilai dalam kehidupan masyarakatnya.

Bagi petani di pedesaan, tanah berfungsi sebagai tempat warga masyarakat bertempat

tinggal dan tempat memperoleh penghidupan. Bagi warga perkotaan tanah menjadi

tempat menjalankan segala aktivitas sehari hari.1 Sehingga secara umum tanah

merupakan sumber hidup dan kehidupan bagi masyarakat Indonesia yang mempunyai

fungsi yang sangat strategis baik sebagai sumber daya alam maupun sebagai ruang

untuk pembangunan.

Ketersediaan tanah yang relatif tetap sedangkan kebutuhan akan tanah terus

meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan kegiatan pembangunan yang terus

meningkat, telah menjadikan pengelolaan terhadap tanah haruslah berdayaguna untuk

1

(2)

kepentingan sebesar-besar kemakmuran rakyat. Prinsip dasar itu sudah ditetapkan

dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 yang selanjutnya disebut UUD NKRI 1945 menyebutkan bahwa Bumi, air dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan

untuk sebesar - besarnya kemakmuran rakyat. Pasal 1 ayat (2) Undang - Undang

Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok - Pokok Agraria yang

selanjutnya disingkat UUPA menyebutkan bahwa:

“ Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia sebagai karunia

Tuhan yang Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia

dan merupakan kekayaan nasional. “

Lebih lanjut dalam Pasal 1 ayat (3) disebutkan Hubungan antara bangsa

Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa termaksud dalam ayat (2) adalah

hubungan yang bersifat abadi .Hubungan yang bersifat abadi artinya hubungan

Bangsa Indonesia bukan hanya dalam generasi sekarang saja tetapi generasi

seterusnya. Sehingga keberadaan tanah harus dijaga oleh generasi sekarang untuk

kemudian diwariskan kepada genarasi yang akan datang. Sehubungan dengan itu

penyediaan, peruntukan, penguasaan, penggunaan dan pemeliharaannya perlu diatur

agar terjamin kepastian hukum dalam penguasaan dan pemanfaatannya serta

sekaligus terselenggara perlindungan hukum bagi rakyat.

Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI

1945, sebagaimana pandangan yang dikemukakan oleh Muhammad Yamin yang

(3)

govermment of law)2. Dasar pijakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum

tertuang pada pasal 1 ayat (3) UUD NKRI 1945, yang menyebutkan bahwa Negara

Indonesia adalah negara hukum. Konsep negara hukum yang dianut Indonesia adalah

konsep negara hukum kesejahteraan(Welfare State) sebagaimana pendapat Otje

Salman dan Anto F. Susanto yang menilai bahwa Negara Republik Indonesia pada

prinsipnya menganut konsep negara hukum kesejahteraan (Welfare State) 3 ,

sebagaimana termuat dalam alinea keempat pembukaan UUD NKRI 1945 yang

berbunyi:4

“ Untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Republik Indonesia yang

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa

dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. “

Makna dari tujuan negara sebagaimana termuat dalam pembukaan UUD

NKRI 1945 alinea keempat tersebut menunjukkan Negara Indonesia bercirikan

negara hukum (Welfare State), oleh karena itu dalam penyelenggaraan pemerintahan

negara, pemerintah Indonesia harus turut serta dalam kehidupan sosial ekonomi

rakyatnya dalam rangka mencapai kemakmuran rakyat secara adil.

Pasal 33 ayat(3) UUD NRI 1945 mengatur bahwa Bumi, air dan kekayaan

alam yang terkandung di dalamnya, yang penguasaannya ditugaskan Kepada Negara

2

Sobardo Hamonangan, 2015, Hakikat Perlindungan Hukum Bagi Pekerja/Buruh Dalam Sistem Pengupahan Pada Perusahaan Perkebunan, Ringkasan Disertasi, Program Pascasarjana, Universitas Hasanuddin, Makassar, hlm. 29 ataudapat juga dilihat pada Melkias Hetharia, 2010, Hak Asasi Manusia Suatu Pengembangan Konsep Ideal Di Indonesia, Bandung: LoGos Pulishing, hlm. 12-13.

3

Ibid, hlm. 151-152 4

(4)

Republik Indonesia, harus dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.Dimana kata penguasaan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD NKRI 1945 di atas,

menurut penjelasan umum UUPA, bukanlah berarti dimiliki, akan tetapi adalah

pengertian yang memberi wewenang kepada negara, sebagai organisasi kekuasaan

dari Bangsa Indonesia, untuk pada tingkatan yang tertinggi :5

a . Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,

persediaan dan pemeliharaannya;

b. Menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas

(bagian dari) bumi, air dan ruang angkasa itu;

c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang

dan perbuatan - perbuatan hukum yang mengenai

bumi, air dan ruang angkasa.

Atas dasar konsep kekuasaan seperti diuraikan di atas, negara dapat

memberikan tanah kepada seseorang atau badan hukum dengan sesuatu hak menurut

keperluan dan peruntukannya. Salah satu jenis hak yang dikenal dalam UUPA yang

diberikan kepada warga negara adalah hak milik atas tanah. Dimana hak milik atas

tanah dalam UUPA Hak Milik adalah hak turun - temurun, terkuat dan terpenuh yang

dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6.

Pemberian hak milik atas tanah ini kepada seseorang atau badan hukum disertai

dengan kewajiban yang harus dipenuhi yakni menjamin agar hak milik tersebut

dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya.

5

(5)

Pasal 6 UUPA merumuskan bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi

sosial. Rumusan ini menjadikan pemegang hak milik atas tanah mempunyai

kewajiban untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan sesuai dengan

keadaannya serta sifat dan tujuan pemberian haknya agar bermanfaat bagi

kesejahteraan dan kebahagiaan yang mempunyainya maupun bagi masyarakat sekitar

dan negara. Artinya bahwa terhadap hak milik atas tanah tersebut haruslah

diusahakan dan tidak boleh dibiarkan tidak produktif ataupun diterlantarkan, sebab

jika tidak maka hak milik atas tanah ini oleh negara dapat dicabut sebagaimana Pasal

27 UUPA yang mengariskan bahwa salah satu alasan hapusnya hak milik karena

diterlantarkan. Oleh karena itu tindakan penelantaran tanah ini haruslah dihindarkan

guna menghindari efek negatif terhadap tanah.

Dalam kenyataanya kegiatan penelantaran tanah ini masih sangat massif.

Dalam laporan kinerja 2014 Kementerian Agraria dan Tata Ruang atau Badan

Pertanahan Nasional (BPN)6 disebutkan bahwa hingga akhir tahun 2014 terdapat

empat juta hectar are tanah terlantar yang terdapat di Indonesia.7 Keberadaan tanah

terlantar ini jika tidak ditangani dengan penuh perhatian, hal ini pada gilirannya akan

mengganggu jalannya pembangunan, mengingat persediaan tanah yang semakin

terbatas dan kebutuhan tanah untuk pembangunan yang semakin meningkat. Namun

6

Laporan Tahunan 2014 Kementerian Agraria atau Kepala Badan Pertanahan Nasional, diakses dari: http://www.bpn.go.id/Portals/0/perencanaan/dokumen-publik/LAPORANKINERJA2014.pdf

7

Data ini lebih sedikit dibandingkan prediksi awal Direktur Penatagunaan Tanah Badan Pertanahan Nasional Budi Mulyanto yang menyatakan bahwa potensi tanah terindikasi terlantar mencapai 7,5 juta hectar are.

(6)

yang menjadi permasalahan sulitnya realisasi penyelesaian masalah penelantaran

tanah terlantar hingga saat ini adalah kriteria yang dapat dijadikan ukuran bahwa

sebidang tanah telah diterlantarkan belumlah ditentukan secara tegas. Dalam

penjelasan Pasal 27 UUPA yang sudah tersebut di atas hanya menyebutkan bahwa

tanah diterlantarkan kalau dengan sengaja tidak dipergunakan sesuai dengan

keadannya atau sifat dan tujuan daripada haknnya.

Sehubungan dengan itu dipandang perlu untuk mengadakan ketentuan -

ketentuan yang menetapkan kriteria yang lebih jelas mengenai tanah terlantar dan

bagaimana pandangan masyarakat terhadap tanah terlantar ini sendiri.Penelantaran

tanah akan menjadi masalah yang sangat kompleks jika tidak segera dicarikan

solusinya, oleh sebab itu penulis menganggap sangat penting untuk membahas

masalah penelantaran tanah ini dengan mengangkat judul yaitu:“Hilangnya Hak Guna

Bangunan Atas Tanah Yang Ditelantarkan Oleh Pemiliknya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

karya tulis ini ialah :

1. Bagaimana konsep hak guna bangunan yang berlaku di Indonesia?

2. Bagaimana ketentuan hak guna bangunan dapat hapus akibat ditelantarkan?

3. Apa hubungan dan akibat hukum dari tanah yang ditelantarkan dengan

hilangnya hak guna bangunan dan sebab – sebab serta penyelesaian dari

(7)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam

karya tulis ini ialah :

1. Untuk mengetahui konsep yuridis hak guna bangunan terhadap tanah yang

ditelantarkan

2. Untuk mengetahui hubungan antara tanah terlantar dengan hak guna bangunan

3. Untuk mengetahui akibat hukum dari pemegang hak guna bangunan dalam

kaitannya dengan pengaturan tanah terlantar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat teoritis

a. Karya tulis ini diharapkan dapat memperkaya literature di bidang ilmu hukum,

khususnya mengenai hukum agraria tentang hak guna bangunan atas tanah

yang ditelantarkan oleh pemiliknya.

b. Karya tulis ini diharapkan mampu menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya

sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu

pengetahuan di bidang hukum, khusunya mengenai hak guna bangunan atas

tanah yang ditelantarkan oleh pemiliknya.

1. Manfaat Praktis

a. Bagi pemerintah, karya tulis ini diharapkan dapat menjadi acuan secara

(8)

b. Bagi masyarakat, karya tulis ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

tentang pengelolaan hak guna bangunan.

E. Keaslian Penulisan

Karya tulis yang berjudul, “ Tinjauan Yuridis terhadap Hilangnya Hak Guna

Bangunan Atas Tanah Yang Ditelantarkan Oleh Pemiliknya.” Telah diperiksa di

Perpustakaan Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan hasilnya tidak

ada yang sama atau belum pernah ada karya tulis yang ditulis dengan judul maupun

pembahasan yang sama. Oleh karenanya, keaslian penelitian dalam skripsi ini dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah oleh penulis.

F. Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Menurut Soetandyo Wignyosoebroto jenis penelitian terbagi atas penelitian

hukum doktrinal dan penelitian hukum non doktrinal.8 Penelitian hukum doctrinal

terdiri dari penelitian yang berupa inventarisasi hukum positif, penelitian yang berupa

usaha penemuan asas dan dasar falsafah (dogma atau doktrin) hukum positif, dan

penelitian yang berupa usaha penemuan hukum in concreto yang layak diterapkan

untuk menyelesaikan suatu perkara hukum tertentu. Penelitian non doctrinal adalah

8

(9)

penelitian berupa studi-studi empiris untuk menemukan teori-teori mengenai proses

terjadinya dan mengenai proses bekerjanya hukum dalam masyarakat.

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian hukum doctrinal, khusunya

penelitian yang berupa inventarisasi hukum positif. Skripsi ini merupakan hasil

inventarisasi hukum positif yang berkaitan dengan pengadaan tanah yang kemudian

dilakukan analisis terhadap berbagai hukum positif yang berkaitan.

Penelitian menurut sifatnya terbagi atas penelitian eksploratoris, penelitian

deskriptif dan penelitian eksplanatoris. 9 Penelitian eksploratoris adalah suatu

penelitian yang dilakukan untuk memperoleh keterangan, penjelasan dan data

mengenai hal-hal yang belum diketahui sebelumnya. Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang menggambarkan dan memaparkan kembali fenomena yang ada.

Penelitian eksplanatoris adalah suatu penelitian untuk menerangkan, memperkuat,

atau menguji dan bahkan menolak suatu teori atau hipotesa-hipotesa terhadap

hasil-hasil penelitian yang ada.10 Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian

deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan dan memaparkan kembali secara

detail serta melakukan analisis terhadapnya mengenai hukum yang berkaitan dengan

pengadaan hak atas tanah.

9

Soeryono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, 1986, hal 50 10

(10)

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum adalah

pendekatan perundang-undangan( statute approach), pendekatan kasus (case

approach), pendekatan historis ( historical approach), pendekatan

perbandingan(comparative approach) dan pendekatan konseptual( conceptual

approach)11

Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan

perundang-undangan( statute approach). pendekatan perundang-undangan( statute approach)

merupakan pendekatan yang dilakukan dengan menelaah semua peraturan

perundang-undangan dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang

sedang ditangani. 12 Skripsi ini berisi penelaahan terhadap semua peraturan

perundang-undangan dan regulasi yang berkaitan dengan isu pengadaan tanah sebagai

wujud pelaksanaan fungsi sosial.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian dapat berupa data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya baik melalui

wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang

kemudian diolah oleh peneliti, sedangkan data sekunder merupakan data yang

diperoleh dari dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian

11

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum: Edisi Revisi, Jakarta, Kencana, 2011, hal 13 12

(11)

dan peraturan perundang-undangan.13 Data sekunder kemudian terbagi atas bahan

hukum primer , bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.14

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoratif dan

mengikat yang terdiri dari peraturan perundang-undangan, catatan resmi atau risalah

dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan hakim. Adapun bahan sekunder

berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen resmi dan

sifatnya tidak mengikat yang dapat berupa buku teks, jurnal hukum, dan

komentar-komentar atas putusan pengadilan.15 Bahan hukum tertier merupakan bahan yang

member petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,

misalnya kamus-kamus hukum, ensiklopedia, indeks kumulatif dan sebagainya.16

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri

atas :

a. Bahan hukum primer yang digunakan yaitu Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia (UUD NRI) tahun 1945, Undang-undang Nomor 5 Tahun

1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA), Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah

Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Peerubahan Atas

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi

13

Zainuddin Ali, Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2009, hal 106 14

Bambang Sunggono, Op. Cit, hal 116-117 15

Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit, hal 181 16

(12)

Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Undang-undang

Nomor 2 tahun 2012 dan bahan hukum primer lainnya yang terkait.

b. Bahan hukum sekunder yang digunakan yaitu berupa buku, jurnal, yang

berkaitan dengan Hukum Agraria, khususnya mengenai Pengadaan Tanah

sebagai Wujud Pelaksanaan Fungsi Sosial.

c. Bahan hukum tertier yang digunakan yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) dan Kamus Hukum.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian hukum dapat berupa studi

lapangan ( field research ) dan studi kepustakaan ( library research).17 Studi

lapangan ( field research ) merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan

untuk mendapatkan data primer yang diperoleh langsung dari lapangan yang dapat

berupa wawancara atau pengamatan(observasi) terhadap perilaku. Sedangkan studi

kepustakaan ( library research) merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan

untuk mendapatkan data sekunder.

Teknik pengumpulan data dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan studi

kepustakaan (library research) agar dapat diperoleh konsep dan teori yang bersifat

umum berkaitan dengan permasalahan penelitian melalui buku, jurnal hukum, dan

kamus-kamus(hukum) maupun melalui peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan pengadaan tanah sebagai wujud pelaksanaan fungsi sosial.

17

(13)

5. Analisis Data

Analisis data yang dipergunakan adalah dengan pendekatan secara kualitatif

terhadap data sekunder. Analisis tersebut dilakukan untuk menentukan isi atau makna

aturan hukum yang menjadi objek kajian.18 Kegiatan yang dilakukan dalam analisis

data dalam penelitian ini adalah dengan memilih pasal-pasal yang berisi kaidah

hukum yang mengatur masalah pengadaan tanah sebagai wujud pelaksanaan fungsi

sosial, membuat sistematika dari pasal-pasal tersebut sehingga menghasilkan

klasifikasi tertentu yang selaras, dan dilakukan analisis secara kualitatif terhadap

peraturan perundang-undangan terkait.

G. Sistematika Penulisan

Guna memudahkan penulisan skripsi agar sesuai antara permasalahan dan

pembahasan, maka skripsi ini ditulis dengan sistematika penulisan yang teratur dan

saling terkait satu sama lain. Skripsi ini terdiri atas beberapa bab dan di dalam bab

tersebut terdapat beberapa sub bab yang secara garis besar adalah :

18

(14)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian latar belakang urgensi pengangkatan judul dan

mengapa penulis tertarik mengangkat judul penelitian tentang

Tinjauan yuridis terhadap tanah yang ditelantarkan oleh pemiliknya.

Karena maraknya permasalahan yang timbul akibat banyaknya tanah

yang ditelantarkan oleh pemilik dan hilangnya hak guna bangunan

tersebut. Penulis ingin mengetahui secara pasti bagaimana hilangnya

hak guna bangunan atas tanah karena ditelantarkan pemiliknya. Selain

latar belakang, bab ini juga mencakup rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, metode penelitian,

dan sistematika penulisan.

BAB II HAK – HAK DASAR ATAS TANAH

Bab ini berisi tentang dasar hukum hak- hak dasar atas tanah ,

Pengertian Hak – hak dasar atas tanah menurut UUPA , dan alasan

dapat dihapusnya Hak – hak dasar atas tanah .

BAB III KETENTUAN TANAH TERLANTAR

Bab ini berisi tentang dasar hukum tanah terlantar , pengertian tanah

terlantar ditinjau dari konsepsi hukum adat dan konsepsi hukum

nasional , dan penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar.

(15)

BAB IV HILANGNYA HAK GUNA BANGUNAN KARENA

DITELANTARKAN OLEH PEMILIKNYA

Bab ini berisi tentang bagaimana kriteria penelantaran tanah hak guna

bangunan menurut Peraturan Perundang – Undangan dan bagaimana

akibat hukum bagi pemegang hak guna bangunan dalam kaitannya

dengan pengaturan tanah terlantar tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan merupakan rangkuman

dari jawaban rumusan masalah yang telah diurai dalam Bab II, Bab III,

dan Bab IV dan saran merupakan rekomendasi dari penulis terkait

Referensi

Dokumen terkait

18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan, komponen portofolio meliputi: (1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4)

Hasil pemeriksaan struktur mikro pelat Zr-4 Gambar 1 memperlihatkan bahwa baik penampang tegak lurus arah rol maupun searah dengan arah rol tidak tampak perbedaan yang mencolok

Hasil pengamatan rata-rata rendemen tahu galur harapan 4-Psj sebesar 370,0% dan galur harapan Q-298 sebesar 336,7% memiliki kandungan rendemen lebih tinggi dibandingkan

Tergambarkan dalam tiga prosa karya Oka Rusmini yang menjadi bahan penelitian ini, hegemoni yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki status sosial tertentu

26 Tahun 2007 yang mengatakan bahwa luas ruang terbuka hijau adalah 30% dari luas lahan, maka pada dua lokasi penelitian ini ternyata keberadaan ruang terbuka hijau di kedua

Bagi ULP, panitia, serta pejabat pengadaan, pengetahuan mengenai KBLI ini penting untuk dasar pencantuman di dalam dokumen pengadaan, misalnya akan melelang pekerjaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui energi listrik yang dihasilkan oleh generator termoelektrik dengan menggunakan berbagai jenis limbah organik (tatal kayu akasia, tatal

Untuk memperjelas dalam menggunakan metode Double Exponential Smoothing, maka digunakan data real yang terjadi pada penjualan barang di PD.Padalarang Jaya.. Cara mengolah