BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi Line Balancing
Line balancing adalah suatu sistem untuk mendistribusikan atau menempatkan unit-unit dan elemen-elemen kerja dimana operasi-operasi produksi
diatur secara berurutan dan material bergerak secara kontinu (seimbang) sehingga
mencapai penyeimbangan lini pada stasiun kerja guna mencapai efisiensi kerja
yang tinggi dan meminimalisir waktu menunggu (delay time) dan waktu menganggur (idle time) serta penumpukan material yang akan terjadi dan juga dapat meminimalisir biaya produksi [5].
Area kerja atau stasiun kerja yang ditangani seorang atau lebih operator
dengan berbagai alat akan mengerjakan elemen kerja ketika unit produk melewati
stasiun kerjanya. Jadi, dalam proses pengerjaan suatu produk, semua atau hampir
semua stasiun kerja terlibat dan item yang mengalami pengerjaan akan bertambah lengkap pada setiap stasiun yang dilaluinya.
Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan pada
masing-masing stasiun kerja biasanya disebut service time atau station time, sedangkan waktu yang tersedia pada masing-masing stasiun kerja disebut waktu siklus (cycle time). Cycle time biasanya sama dengan waktu stasiun kerja yang paling besar. Jangka waktu yang diperbolehkan untuk melakukan operasi pada stasiun kerja
pekerjaan yang ditugaskan pada suatu stasiun membutuhkan waktu yang lebih
sedikit daripada waktu siklus yang telah diberikan. Maka selain untuk membentuk
dan menyeimbangkan beban kerja, line balancing bertujuan juga untuk meminimisasikan waktu menganggur ketika operasi pengerjaan pada workcenter
berlangsung sesuai dengan urutan prosesnya sehingga keseimbangan yang
sempurna terjadi apabila dalam penugasan pekerjaan tidak menimbulkan waktu
menganggur.
Perhatian utama adalah tidak harus memperoleh kesimbangan yang
sempurna tetapi untuk memperoleh tata letak dan aliran yang optimal sehubungan
dengan operasi produksi lainnya. Pengalokasian elemen-elemen pada stasiun kerja
dibatasi oleh dua kendala utama yaitu precedence constrain dan zoning constrain.
3.1.1. Precedence Constraint
Pembagian elemen pekerjaan dapat diselesaikan dengan beberapa
alternatif. Dalam proses assembling ada dua kondisi yang biasanya muncul, yaitu: 1. Tidak ada ketergantungan dari komponen-komponen dalam proses
pengerjaan. Jadi, setiap komponen mempunyai kesempatan untuk
dilaksanakan pertama kali dan disini dibutuhkan prosedur penyeleksian untuk
menentukan prioritas.
2. Apabila suatu komponen telah dipilih untuk disassembling maka urutan untuk merakit komponen lain dimulai. Disinilah dinyatakan batasan precedence
Ada beberapa cara untuk menggambarkan kondisi precedence secara efektif yaitu dengan menggunakan diagram precedence. Maksud dari diagram ini adalah untuk menggambarkan situasi lintasan yang nyata dalam bentuk diagram.
Precedence diagram dapat disusun menggunakan dua simbol dasar, antara lain seperti pada Gambar 3.1. (Rosnani Ginting, 2007).
atau
Gambar 3.1. Elemen Simbol
Hubungan antar simbol biasanya menggunakan anak panah untuk
menyatakan hubungan dari elemen simbol yang satu terhadap elemen lainnya.
Precedence dinyatakan dengan perjanjian bahwa elemen pada ekor panah harus mendahului elemen pada kepala panah seperti pada Gambar 3.2. (Rosnani
Ginting, 2007).
Gambar 3.2. Hubungan Antar Simbol
3.1.2. Zoning Constraint
Selain precedence constraint, pengalokasian dari elemen-elemen kerja pada stasiun kerja juga dibatasi oleh zoning constraint yang menghalangi atau mengharuskan pengelompokan elemen kerja tertentu pada stasiun tertentu. Zoning constraint yang negatif menghalangi pengelompokkan elemen kerja pada stasiun kerja yang sama. Sebaliknya zoning constraint yang positif menghendaki
3 2
1
pengelompokan elemen-elemen kerja pada stasiun kerja yang sama dengan alasan
tertentu.
3.2. Terminologi Lintasan
Terminologi atau istilah-istilah yang ditemukan dalam line balancing
dapat diuraikan sebagai berikut [12]:
1. Elemen Kerja
Adalah pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu kegiatan perakitan.
2. Stasiun Kerja
Adalah lokasi-lokasi tempat elemen kerja dikerjakan.
3. Waktu Stasiun Kerja (WSK)
Adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah stasiun kerja untuk mengerjakan
semua elemen kerja yang didistribusikan pada staiun kerja tersebut.
4. Waktu Siklus / Cycle Time
Adalah waktu yang ditetapkan untuk membuat satu unit produk pada satu
stasiun kerja. Cycle Time adalah waktu stasiun terbesar. 5. Waktu Operasi
Adalah waktu standar untuk menyelesaikan suatu operasi/pekerjaan.
6. Balance Delay
Adalah rasio antara waktu idle dalam lini perakitan dengan waktu yang tersedia.
Adalah diagram yang menggambarkan urutan dan keterkaitan antar elemen
kerja perakitan sebuah produk. Pendistribusian elemen kerja yang dilakukan
untuk setiap stasiun kerja harus memperhatikan precedence diagram. 8. Efisiensi Lini
Adalah rasio anatara waktu yang digunakan dengan waktu yang tersedia.
Berkaitan dengan waktu yang tersedia, lini akan mencapai keseimbangan
apabila semua stasiun kerja mempunyai waktu yang sama.
9. Indeks Penghalusan (Smoothness Index / SI)
Adalah suatu indeks yang menunjukkan kelancaran relatif dari penyeimbangan
lini perakitan tertentu.
3.3. Beberapa Teknik Line Balancing
Untuk penyeimbangan lintasan peralitan, terdapat beberapa teori yang
dikemukakan oleh para ahli yang meneliti bidang ini. Secara garis besar, metode
ini dibagi dalam dua bagian, yaitu pendekatan analitis dan pendekatan heuristik
[11].
Pada awalnya, teori-teori line balancing dikembangkan dengan pendekatan matematis/ analitis yang akan memberikan solusi optimal, tapi lambat
laun akhirnya para ahli yang meneliti bidang ini mulai menyadari bahwa
pendekatan secara matematis tidak ekonomis. Hal tersebut membuat para ahli
mengembangkan metode heuristik. Metode ini didasarkan pada pendekatan
tetapi cukup mudah untuk memakainya. Pendekatan heuristik merupakan suatu
cara yang praktis, mudah dimengerti dan mudah diterapkan.
3.3.1. Algoritma Genetik
Algoritma genetik (Genetic Algorithm) ini pertama kali dikembangkan di awal tahun 1970 oleh John Holland yang memulai penelitiannya pada awal tahun
1960. Algoritma genetik merupakan suatu metode untuk optimasi yang meniru
proses genetika organ-organ biologis pada makhluk hidup [9].
Langkah-langkah dalam melakukan pengelompokan stasiun kerja dengan
metode genetic algorithm adalah sebagai berikut: 1. Membangkitkan populasi awal
2. Mengevaluasi fungsi kesesuaian (fitness)setiap kromosom induk. 3. Membentuk populasi baru.
Pada bagian pembetukan populasi baru ini terdiri atas 3 bagian yaitu seleksi
(selection), kawin silang (crossover), dan mutasi (mutation). a. Seleksi (selection)
Seleksi digunakan untuk memilih individu-individu mana saja yang akan
dipilih untuk proses kawin silang dan mutasi. Seleksi digunakan untuk
mendapatkan calon induk yang baik. Induk yang baik akan menghasilkan
keturunan yang baik. Langkah pertama yang dilakukan dalam seleksi ini
b. Kawin Silang (crossover)
Kawin silang (crossover) adalah operator dari algoritma genetika yang melibatkan dua induk untuk membentuk kromosom baru. Pindah silang
menghasilkan titik baru dalam ruang pencarian yang siap untuk diuji.
Operasi ini tidak selalu dilakukan pada semua indvidu yang ada. Salah
satu model crossover yang digunakan adalah partial-mapped crossover
(PMX). PMX merupakan rumusan modifikasi dari pindah silang dua poin.
Langkah-langkah model PMX adalah:
1) Menentukan dua posisi pada kromosom dengan aturan acak. Substring
yang berada dalam dua posisi ini dinamakan daerah pemetaan.
2) Menukar dua substringantar induk untuk menghasilkan proto-child. 3) Menentukan hubungan pemetaan di antara dua daerah pemetaan.
4) Menentukan kromosom keturunan mengacu pada hubungan pemetaan.
c. Mutasi (mutation)
Mutasi ini dilakukan setelah diketahui fungsi suaian terbaik dari proses
kawin silang, jadi hanya dipilih dari satu kromosom saja untuk dimutasi
lalu ditentukan besarnya probabilitas mutasi baru. Tentukan titik tempat
mutasi terjadi, dimana proses penentuan titik ini dilakukan secara acak
namun jumlahnya sesuai dengan probabilitas mutasi yang telah ditentukan.
Pada bagian ini yang direkonstruksi adalah bagian ekor, sedangkan untuk
bagian kepalanya tetap. Setelah itu dihitung nilai suaian jika
4. Penerimaan (Accepting)
Penerimaan kromosom anak akan dilakukan untuk menggantikan posisi
kromosom induk apabila anak menghasilkan nilai fungsi suaian yang lebih
baik dibandingkan dengan fungsi suaian yang dihasilkan oleh kromosom
induk.
5. Pengulangan (Looping)
Pengulangan ini akan terus dilakukan hingga kriteria pemberhentian tercapai.
3.4. Pengukuran Waktu Kerja dengan Stopwatch Time Study
Pengukuran waktu kerja dengan stopwatch time study diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang [14]. Dari hasil
pengukuran maka akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus
pekerjaan, yang mana waktu ini akan dipergunakan sebagai standard penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama.
Langkah langkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja dengan jam henti
adalah :
1. Definisikan pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktu kerjanya.
2. Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan.
3. Bagi operasi kerja ke dalam elemen elemen kerja sedetil- detilnya.
4. Amati, ukur dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator.
5. Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat.
7. Sesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performance rating yang ditunjukkan oleh operator.
8. Tetapkan waktu longgar guna memberikan fleksibilitas.
9. Tetapkan waktu kerja baku (standard time) yaitu jumlah total antara waktu kerja normal dan waktu kerja longgar.
3.4.1. Pengujian Keseragaman Data
Pengujian keseragaman data perlu dilakukan untuk memperoleh waktu
standar dengan cara mengaplikasikan peta kontrol (control chart). Peta kontrol (control chart) adalah suatu cara untuk memperoleh keseragaman data yang diperoleh dari hasil pengamatan [14].
Batas-batas kontrol yang dibentuk dari data merupakan batas seragam
tidaknya data. Sekelompok data dikatakan seragam bila berada di antara kedua
batas kontrol. Data in control adalah data yang berada di antara batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. Sedangkan data out of control adalah data yang berada di luar batas kontrol atas dan batas kontrol bawah.
Dalam penggunaan peta kontrol, data yang diharapkan dari hasil
pengamatan akan ditetapkan dalam sebuah peta kontrol yang memiliki batasan
kontrol sebagai berikut :
1. Batas Kontrol Atas (BKA) = x+z σ
2. Batas Kontrol Bawah (BKB) = x−z σ
1
N = jumlah data pengamatan
3.4.2. Pengujian Kecukupan Data
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari
pengamatan memenuhi syarat ketelitian yang ditetapkan [14].
�′ =
Jika N’< N maka data dikatakan cukup.
Waktu normal diperoleh dengan mempertimbangkan rating factor operator yaitu dengan rumus:
Rf = 1 + westinghouse factor WN = Wt x Rf
Waktu standar diperoleh dengan mempertimbangkan allowance operator.
Keterangan:
WN : Waktu Normal Wt : Waktu siklus WS : Waktu Standar All : Allowance
3.4.3. Rating Factor dan Allowance
Cara Westinghouse mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja. Adapun 4
faktor tersebut antara lain[13] :
a. Keterampilan atau skill, didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan.
b. Usaha, adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau yang diberikan operator
ketika melakukan pekerjaannya.
c. Kondisi kerja atau condition, adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, suhu, dan kebisingan ruangan.
d. Konsistensi, adalah keseragaman hasil pengukuran yang diperoleh selama
operator bekerja. Selama ini masih dalam batas-batas kewajaran masalah
tidak timbul, tetapi jika variabilitasnya tinggi maka hal tersebut harus
diperhatikan.
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu:
1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi (personal)
Yang termasuk didalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal sepeti minum
sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap
dengan teman sekedarnya untuk menghilangkan ketegangan ataupun
2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique.
Fatique merupakan kelelahan yang akan terjadi pada diri seseorang sebagai akibat dari melakukan suatu pekerjaan.
3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tidak terhindarkan (delay).
Hambatan-hambatan tidak terhindarkan terjadi karena berada diluar
kekuasaan/kendali pekerja.
3.5. Peta Proses Regu Kerja
Peta proses regu kerja digunakan untuk menunjukkan beberapa aktivitas
dari sekelompok orang yang bekerja bersama-sama dalam suatu proses atau
prosedur kerja, dimana satu aktivitas dengan aktivitas lainnya saling
bergantungan, artinya suatu hasil kerja secara kelompok dapat berhasil, jika
aktivitas dari anggota kelompok tersebut berlangsung dengan lancar [13].
Langkah-langkah pembuatan peta proses regu kerja, adalah sebagai
berikut:
1. Menguraikan elemen-elemen kegiatan.
2. Membuat waktu proses elemen kegiatan dan jarak perpindahan pada kegiatan
transportasi.
3. Menggambarkan peta proses regu kerja.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Suryamas Lestari Prima yang berlokasi di
Jl. Batang Kuis, Km. 5.5, Desa Dalu Sepuluh A No.18, Kec. Tanjung Morawa,
Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara. Penelitian dilakukan pada bulan Februari
2017 – Juni 2017.
4.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian analisis kerja
dan aktivitas. Penelitian analisis kerja dan aktivitas disini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas dan pekerjaan seseorang atau sekelompok orang secara
terperinci agar mendapatkan suatu keseimbangan lintasan produksi yang efisien.
4.3. Objek Penelitian
Objek penelitian meliputi elemen-elemen kerja dalam proses produksi,
waktu siklus setiap elemen kerja, hubungan ketergantungan antar elemen kerja,
dan data historis permintaan konsumen di PT. Suryamas Lestari Prima.
4.4. Variabel Penelitian
1. Waktu siklus
Waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan produksi yang dibutuhkan
sejak bahan baku mulai diproses di tempat kerja tersebut.
2. Rating factor
Rating factor adalah perbandingan performance seorang operator dengan konsep normalnya yang ditentukan dengan menggunakan metode
Westinghouse. 3. Allowance
Allowance adalah kelonggaran waktu yang diberikan kepada operator karena adanya kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa lelah (fatique) dan hambatan-hambatan lain yang tidak dapat dihindarkan.
4. Waktu standar
Waktu standar adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang
memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
dalam kondisi standar.
5. Precedence diagram
Precedence diagram adalah suatu bentuk diagram yang menggambarkan hubungan dan ketergantungan elemen kerja.
6. Algoritma genetik
Algoritma genetik adalah metode yang menghasilkan pengurangan jumlah
7. Peta proses regu kerja
Peta proses regu kerja adalah peta yang menunjukkan beberapa aktivitas dari
sekelompok orang yang bekerja bersama-sama dalam suatu proses atau
prosedur kerja.
8. Lintasan produksi yang seimbang adalah serangkaian stasiun kerja (mesin dan
peralatan) yang bekerja seimbang dalam pembuatan produk.
4.5. Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konseptual merupakan kerangka berpikir sebagai pendekatan
dalam memecahkan masalah. Umumnya konsep berpikir ini dinyatakan dalam
bentuk diagram yang memperlihatkan hubungan antara variabel-variabel
keputusan sehingga dapat dianalisis.
Gambar kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Waktu Siklus
Rating Factor
Allowance
Waktu Standar
Precedence
Diagram Lintasan Produksi
yang Seimbang Peta Proses
Regu Kerja Algoritma
Genetik
Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian
4.6. Metode Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dengan metode
1. Data waktu siklus diperoleh dari pengukuran langsung menggunakan metode
stopwatch time study.
2. Rating factor diperoleh dari pengamatan terhadap kerja operator dengan menggunakan cara Westinghouse.
3. Allowance diperoleh dari pengamatan terhadap kegiatan operator, kondisi kerja dan lingkungan kerja dengan mempertimbangkan kelelahan, kebutuhan pribadi
dan hambatan tak terhindarkan.
4. Waktu standar diperoleh dari waktu siklus dengan mempertimbangkan rating factor dan allowance operator.
5. Precedence diagram diperoleh berdasarkan pengamatan lapangan dan informasi pihak perusahaan.
6. Algoritma genetik diperoleh dari hasil perhitungan waktu standar berdasarkan
precedence diagram.
7. Peta proses regu kerja diperolehberdasarkan pengamatan lapangan.
4.7. Metode Pengolahan Data
4.7.1. Pengolahan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data
Uji keseragaman dan kecukupan datadilakukan sebagai berikut :
1. Uji keseragaman data dilakukan untuk melihat apakah data seragam agar
Batas Kendali Atas (BKA) = x+z σ
Batas Kendali Bawah (BKB) = x−z σ
Keterangan:
x = rata-rata waktu siklus
z = nilai absis pada grafik distribusi normal untuk luasan sebesar tingkat kepercayaan
σ = standar deviasi
2. Uji kecukupan data dilakukan untuk melihat apakah data mencukupi untuk
tingkat penelitian yang dipersyaratkan. Rumus uji kecukupan data adalah
sebagai berikut :
N’ = �
�
���∑ �2− (∑ �)2
∑ � �
2
Jika data tidak cukup maka harus dilakukan pengambilan data tambahan dan
dilakukan kembali uji keseragaman. Data dinyatakan cukup apabila
memenuhi N’ < N.
3. Waktu standar dihitung dengan mengalikan faktor waktu terpilih, allowance
dan rating factor. Rumus perhitungan waktu standar adalah sebagai berikut : WN = Waktu terpilih x Rf
WS = WN x 100%
100%−%���
4.7.2. Tahapan – Tahapan Pembuatan Peta Proses Regu Kerja
Langkah-langkah pembuatan peta proses regu kerja dapat diuraikan
1. Menguraikan elemen-elemen kegiatan.
2. Membuat waktu proses elemen kegiatan dan jarak perpindahan pada kegiatan
transportasi.
3. Menggambarkan peta proses regu kerja.
4. Membuat ringkasan kegiatan.
4.7.3. Tahapan – Tahapan Keseimbangan Lintasan
Langkah-langkah pemecahan masalah dengan algoritma genetika adalah
sebagai berikut :
1. Membangkitkan populasi awal
2. Mengevaluasi fungsi kesesuaian (fitness) setiap kromosom induk 3. Membentuk populasi baru, yang terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Seleksi (selection)
Seleksi digunakan untuk mendapatkan calon induk yang baik. Langkah
pertama yang dilakukan dalam seleksi ini adalah pencarian nilai fitness. Nilai fitness ini yang nantinya akan digunakan pada tahap-tahap seleksi berikutnya.
b. Kawin silang (crossover)
Kawin silang (crossover) adalah operator dari algoritma genetika yang melibatkan dua induk untuk membentuk kromosom baru. Model crossover
yang digunakan adalah partial-mapped crossover (PMX). PMX merupakan rumusan modifikasi dari pindah silang dua poin.
1) Menentukan dua posisi pada kromosom dengan aturan acak. Substring
yang berada dalam dua posisi ini dinamakan daerah pemetaan.
2) Menukar dua substringantar induk untuk menghasilkan proto-child. 3) Menentukan hubungan pemetaan di antara dua daerah pemetaan.
4) Menentukan kromosom keturunan mengacu pada hubungan pemetaan.
c. Mutasi (mutation)
Mutasi ini dilakukan setelah diketahui fungsi suaian terbaik dari proses
kawin silang. Jadi hanya dipilih dari satu kromosom saja untuk dimutasi
lalu ditentukan besarnya probabilitas mutasi baru.
4. Penerimaan (accepting)
Penerimaan kromosom anak akan dilakukan untuk menggantikan posisi
kromosom induk apabila anak menghasilkan nilai fungsi suaian yang lebih
baik dibandingkan dengan fungsi suaian yang dihasilkan oleh kromosom
induk.
5. Pengulangan (looping)
Pengulangan ini akan terus dilakukan hingga kriteria pemberhentian tercapai.
4.8. Metode Analisis
Analisis dilakukan terhadap kondisi aktual, memperhatikan jenis kegiatan
operator yang diamati pada stopwatch time study dan peta proses regu kerja, juga terhadap hasil penyeimbangan lintasan dengan pengukuran waktu standar
Tahapan-tahapan dalam penelitian disebut juga dengan prosedur
penelitian. Metodologi penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Blok Diagram Metodologi Penelitian
Studi Pendahuluan
1.Kondisi Pabrik 2.Proses Produksi
Studi Literatur
1. Teori Buku 2. Jurnal Penelitian
Pengumpulan Data
Data Primer
1. Waktu Siklus
2. Rating Factor 3. Allowance
Data Sekunder
1. Jumlah pekerja di lantai pabrik 2. Penggolongan keterampilan
Pengolahan Data
Analisis Pemecahan Masalah
Kesimpulan dan Saran Identifikasi Masalah
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian di PT. Suryamas
Lestari Prima digunakan untuk penyusunan keseimbangan lintasan produksi
meliputi:
1. Data elemen kerja pada proses produksi pintu Carolina 5P 2. Data waktu siklus proses produksi pintu Carolina 5P 3. Data penggolongan keterampilan operator
4. Data rating factor dan allowance
5. Data waktu proses, waktu perpindahan dan jaraknya
5.1.1. Data Elemen Kerja pada Proses Produksi Pintu Carolina 5P
Data elemen kerja pada proses produksi pintu Carolina 5P dimulai dari stasiun pemotongan sampai pengepakan dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Data Elemen Kerja pada Proses Produksi Pintu Carolina 5P
No. Elemen
Kerja Elemen Kegiatan
Jumlah Operator 1 EK-1 Pemotongan kayu untuk style dengan mesin cutting 1 (Op 1) 2 EK-2 Pemotongan kayu untuk panel dengan mesin cutting
3 EK-3 Pemotongan kayu untuk top rail dengan mesin radial arm saw 1 (Op 2) 4 EK-4 Pemotongan kayu untuk bottom rail dengan mesin radial arm saw
5 EK-5 Pengetaman sisi style dengan moulder 1 (Op 3)
6 EK-6 Pengetaman sisi panel dengan moulder
7 EK-7 Pengetaman top rail dengan menggunakan moulder 1 (Op 4) 8 EK-8 Pengetaman bottom rail dengan menggunakan moulder
Tabel 5.1. Data Elemen Kerja pada Proses Produksi Pintu Carolina 5P (Lanjutan)
No. Elemen
Kerja Elemen Kegiatan
Jumlah Operator 11 EK-11 Penghalusan permukaan top rail dengan menggunakan belt
sandler
1 (Op 6)
12 EK-12 Penghalusan permukaan bottom rail dengan menggunakan belt
sandler
13 EK-13 Pemberian lem pada sisi style 1 (Op 7)
14 EK-14 Pemberian lem pada sisi panel
15 EK-15 Pemberian lem pada sisi top rail 1 (Op 8)
16 EK-16 Pemberian lem pada sisi bottom rail
17 EK-17 Pemberian lubang pada style dengan menggunakan single head
borer
1 (Op 9)
18 EK-18 Pemberian lubang pada top rail dengan menggunakan single head
borer
1 (Op 10)
19 EK-19 Pemberian lubang pada bottom rail dengan menggunakan single
head borer
20 EK-20 Perakitan komponen daun pintu menggunakan dowel 1 (Op 11)
21 EK-21 Pengepresan daun pintu dengan doorpress 1 (Op 12)
22 EK-22 Pendempulan daun pintu dengan alat dempul 1 (Op 13)
23 EK-23 Penghalusan daun pintu dengan kertas pasir 1 (Op 14)
24 EK-24 Packing daun pintu 1 (Op 15)
Sumber : Pengumpulan Data
5.1.2. Waktu Siklus Proses Produksi Pintu Carolina 5P 5.1.2.1. Defenisi Satu Siklus untuk Masing-masing Kegiatan
Waktu siklus mencakup waktu proses produksi pintu Carolina 5P untuk masing-masing stasiun kerja dan pengukuran dilakukan dengan stopwatch. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pemotongan kayu untuk style dengan mesin cutting
a. Mengambil kayu
b. Mengukur kayu
c. Memotong kayu
d. Meletakkan ke tumpukan kayu
Satu siklus pemotongan dimulai mengambil kayu hingga memindahkan kayu
(elemen kerja a hingga e).
Satu siklus pada masing-masing elemen kegiatan dimulai dari aktivitas
pertama hingga aktivitas terakhir.
2. Pemotongan kayu untuk panel dengan mesin cutting
a. Mengambil kayu
b. Mengukur kayu
c. Memotong kayu
d. Meletakkan ke tumpukan kayu
e. Memindahkan kayu untuk panel ke bagian pengetaman secara manual
3. Pemotongan kayu untuk top rail dengan mesin radial arm saw
a. Mengambil kayu
b. Mengukur kayu
c. Memotong kayu
d. Meletakkan ke tumpukan kayu
e. Memindahkan kayu untuk top rail ke bagian pengetaman secara manual 4. Pemotongan kayu untuk bottom rail dengan mesin radial arm saw
a. Mengambil kayu
b. Mengukur kayu
c. Memotong kayu
e. Memindahkan kayu untuk bottom rail ke bagian pengetaman secara manual
5. Pengetaman sisi style dengan moulder
a. Mengambil style
b. Mengetam sisi style
c. Meletakkan ke tumpukan style
d. Memindahkan style ke bagian penghalusan secara manual 6. Pengetaman sisi panel dengan moulder
a. Mengambil panel
b. Mengetam sisi panel
c. Meletakkan ke tumpukan panel
d. Memindahkan panel ke bagian penghalusan secara manual
7. Pengetaman top rail dengan menggunakan moulder
a. Mengambil top rail
b. Mengetam sisi top rail
c. Meletakkan ke tumpukan top rail
d. Memindahkan top rail ke bagian penghalusan secara manual 8. Pengetaman bottom rail dengan menggunakan moulder
a. Mengambil bottom rail b. Mengetam sisi bottom rail
c. Meletakkan ke tumpukan bottom rail
9. Penghalusan permukaan style dengan menggunakan belt sandler
a. Mengambil style
b. Menghaluskan permukaan style
c. Meletakkan ke lantai
d. Memindahkan style ke bagian pengeleman secara manual 10. Penghalusan permukaan panel dengan menggunakan belt sandler
a. Mengambil panel
b. Menghaluskan permukaan panel
c. Meletakkan ke lantai
d. Memindahkan panel ke bagian pengeleman secara manual
11. Penghalusan permukaan top rail dengan menggunakan belt sandler
a. Mengambil top rail
b. Menghaluskan permukaan top rail
c. Meletakkan ke lantai
d. Memindahkan top rail ke bagian pengeleman secara manual 12. Penghalusan permukaan bottom rail dengan menggunakan belt sandler
a. Mengambil bottom rail
b. Menghaluskan permukaan bottom rail
c. Meletakkan ke lantai
d. Memindahkan bottom rail ke bagian pengeleman secara manual 13. Pemberian lem pada sisi style
a. Mengambil style
c. Meletakkan ke tumpukan style
d. Memindahkan style ke bagian perakitan secara manual 14. Pemberian lem pada sisi panel
a. Mengambil panel
b. Mengelem sisi panel dengan menggunakan lem kayu
c. Meletakkan ke tumpukan panel
d. Memindahkan panel ke bagian perakitan secara manual
15. Pemberian lem pada sisi top rail
a. Mengambil top rail
b. Mengelem sisi top rail dengan menggunakan lem kayu c. Meletakkan ke tumpukan top rail
d. Memindahkan top rail ke bagian perakitan secara manual 16. Pemberian lem pada sisi bottom rail
a. Mengambil bottom rail
b. Mengelem sisi bottom rail dengan menggunakan lem kayu c. Meletakkan ke tumpukan bottom rail
d. Memindahkan bottom rail ke bagian perakitan secara manual 17. Pemberian lubang pada style dengan menggunakan single head borer
a. Mengambil style
b. Melubangi style sesuai dengan ukuran c. Meletakkan ke tumpukan style
18. Pemberian lubang pada top rail dengan menggunakan single head borer a. Mengambil top rail
b. Melubangi top railsesuai dengan ukuran c. Meletakkan ke tumpukan top rail
d. Memindahkan top railke bagian perakitan secara manual
19. Pemberian lubang pada bottom rail dengan menggunakan single head borer a. Mengambil bottom rail
b. Melubangi bottom railsesuai dengan ukuran c. Meletakkan ke tumpukan bottom rail
d. Memindahkan bottom rail ke bagian perakitan secara manual 20. Perakitan komponen daun pintu menggunakan dowel
a. Menyusun style, panel, top rail dan bottom rail
b. Merakit style, panel, top rail dan bottom rail
d. Memindahkan komponen daun pintu untuk dipress secara manual
21. Pengepresan daun pintu dengan doorpress
a. Mengambil daun pintu
b. Mengepress daun pintu
c. Meletakkan ke lantai
d. Memindahkan daun pintu ke bagian finishing menggunakan forklift
22. Pendempulan daun pintu dengan alat dempul
a. Mengambil daun pintu
b. Mendempul daun pintu
d. Memindahkan daun pintu untuk dihaluskan secara manual
23. Penghalusan daun pintu dengan kertas pasir
a. Mengambil daun pintu
b. Menghaluskan daun pintu
c. Meletakkan ke lantai
d. Memindahkan daun pintu ke bagian packing menggunakan forklift
24. Packing daun pintu
a. Memasukkan daun pintu ke dalam kotak
b. Menutup kotak dengan lem
c. Memindahkan daun pintuke bagian pengangkutan menggunakan forklift
5.1.2.2. Data Waktu Siklus
Pengukuran waktu dilakukan selama 20 kali pengukuran untuk setiap
aktivitas di stasiun kerja. Data waktu siklus untuk proses produksi pintu Carolina
5P ditunjukkan pada Tabel 5.2.
5.1.3. Data Penggolongan Keterampilan Operator
Data penggolongan keterampilanoperator adalah sebagai berikut:
Tabel 5.3. Penggolongan Keterampilan Operator No. Operator Keterampilan
Utama
Keterampilan Lainnya
Tingkat Kesulitan
1 Pemotongan - Sulit
2 Pemotongan - Sulit
3 Pengetaman - Sulit
4 Pengetaman - Sulit
5 Penghalusan - Sulit
6 Penghalusan - Sulit
Tabel 5.3. Penggolongan Keterampilan Operator (Lanjutan) No. Operator Keterampilan
Utama
Keterampilan Lainnya
Tingkat Kesulitan
8 Pemberian lem - Sulit
9 Pemberian lubang - Sulit
10 Pemberian lubang - Sulit
11 Perakitan komponen - Sulit
12 Pengepresan - Sulit
13 Pendempulan - Sulit
14 Penghalusan pintu Packing Tidak sulit
15 Packing - Sulit
Sumber: Pengumpulan Data
Pada tabel diatas terlihat bahwa hampir semua elemen kegiatan
mempunyai pengerjaan yang sulit kecuali penghalusan pintu sehingga
kegiatan-kegiatan tersebut tidak mungkin digabungkan dengan kegiatan-kegiatan yang lain.
5.1.4. Data Rating Factor dan Allowance
Rating Factor (faktor penyesuaian) pada penelitian ini ditentukan berdasarkan metode Westinghouse yang terdiri dari empat faktor yaitu
keterampilan, kondisi kerja, usaha dan konsistensi. Operator utama setiap stasiun
kerja hanya ada satu dimana operator tersebut dianggap sebagai pekerja normal.
Oleh karena itu, rating factor untuk semua stasiun kerja = 1.
Allowance diberikan untuk pekerja berdasarkan stasiun kerjanya yang dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Nilai Allowance
Departemen Total Allowance (%)
Pemotongan 14
Pengetaman 15
Pengeleman 14
Perakitan 13
Finishing 17
Pengepakan 11
Tabel 5.2. Waktu Siklus Proses Produksi Pintu Carolina 5P
Pengamatan ke –
No. Kegiatan
1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11 12
W.Op W. Mesin W.Op W. Mesin W.Op W. Mesin W.Op W. Mesin
1 50 62 55 77 64 162 60 61 117 152 205 201 122 119 135 120
2 56 64 52 75 48 165 54 60 128 146 212 214 128 132 128 131
3 53 62 61 78 53 164 52 58 121 137 209 206 133 125 122 127
4 46 63 65 76 49 162 55 62 114 160 203 208 118 138 125 129
5 45 60 50 74 65 167 43 59 130 158 220 211 110 129 133 122
6 48 62 52 77 60 165 51 58 116 151 215 218 119 120 129 133
7 43 63 48 73 61 168 50 61 122 144 213 223 114 134 137 136
8 55 62 55 75 56 165 45 62 129 140 208 206 121 139 126 140
9 51 61 57 78 52 160 44 60 119 155 210 203 115 118 130 132
10 43 60 63 76 54 160 56 63 124 159 217 210 119 122 134 139
11 44 63 48 74 55 164 51 61 121 150 223 219 123 127 141 126
12 42 62 62 78 48 162 58 62 112 147 220 215 127 133 129 130
13 57 62 52 79 56 166 54 61 118 145 214 224 132 120 136 139
14 46 64 50 75 61 164 46 62 131 153 211 213 124 128 123 127
15 59 63 55 73 62 168 59 62 116 160 204 205 120 131 134 131
16 43 60 57 76 56 163 56 60 127 149 207 209 113 125 142 138
17 55 63 52 78 55 161 57 61 120 154 215 223 126 123 139 142
18 46 61 65 77 61 162 55 59 119 143 218 217 117 118 131 130
19 42 60 49 78 54 164 49 57 113 158 221 203 111 126 127 122
Tabel 5.2. Waktu Siklus Proses Produksi Pintu Carolina 5P (Lanjutan)
Pengamatan ke –
No. Kegiatan
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 107 122 131 116 114 122 118 426 128 235 94 183
2 112 109 124 127 119 141 133 418 140 239 102 195
3 119 116 129 136 128 135 123 432 131 216 110 181
4 106 128 135 142 123 129 128 425 137 224 105 176
5 109 114 139 125 137 124 141 420 119 240 92 171
6 118 116 121 129 115 134 136 431 125 228 97 188
7 114 120 143 131 126 117 122 416 130 214 105 167
8 126 122 132 119 141 126 139 437 141 222 109 174
9 118 126 124 128 132 138 145 419 120 236 116 182
10 106 111 119 140 135 120 119 426 135 242 104 190
11 113 117 129 135 118 131 132 433 127 224 101 177
12 115 129 140 131 129 138 120 421 117 218 92 186
13 110 121 133 117 136 119 127 431 140 234 111 193
14 119 116 120 126 139 126 138 415 132 214 103 180
15 123 110 127 119 127 121 130 429 121 226 97 171
16 108 127 136 121 114 140 143 432 134 240 106 179
17 116 129 125 138 130 137 119 441 119 227 114 166
18 120 118 120 115 139 124 132 428 125 233 95 172
19 124 132 141 124 121 116 120 416 120 219 103 169
5.1.5. Data Uraian Proses Produksi Pintu dan Jarak Perpindahan untuk Peta Proses Regu Kerja
Data yang dikumpulkan untuk peta proses regu kerja merupakan data
pengukuran waktu proses produksi pintu di lantai pabrik yang diambil dalam 1
siklus produksi pintu. Data uraian proses produksi untuk pembuatan peta proses
regu kerja terdiri dari 98 uraian proses yang berasal dari uraian 24 elemen kerja
untuk keseimbangan lintasan. Sebagai contoh, elemen kerja 1 memiliki uraian
proses yaitu mengambil kayu, mengukur kayu, memotong kayu, meletakkan ke
tumpukan kayu, memindahkan kayu style ke bagian pengetaman. Data uraian proses dan jarak perpindahan dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Uraian Proses Produksi Pintudan Jarak Perpindahan
No Uraian Proses Waktu
(Detik)
Jarak Perpindahan (Meter)
A Bagian Pemotongan
EK-1 Pemotongan kayu untuk style dengan mesin cutting
1 Mengambil kayu 3 1
2 Mengukur kayu 20 -
3 Memotong kayu 55 -
4 Meletakkan ke tumpukan kayu 2 -
5 Memindahkan kayu untuk style ke
bagian pengetaman 30 2
EK-2 Pemotongan kayu untuk panel dengan mesin cutting
6 Mengambil kayu 3 1
7 Mengukur kayu 20 -
8 Memotong kayu 64 -
9 Meletakkan ke tumpukan kayu 2 -
10 Memindahkan kayu untuk panel ke
bagian pengetaman 30 2
EK-3 Pemotongan kayu untuk top rail dengan mesin radial arm saw
11 Mengambil kayu 3 1
12 Mengukur kayu 20 -
13 Memotong kayu 155 -
Tabel 5.5. Uraian Proses Produksi Pintudan Jarak Perpindahan (Lanjutan)
No Uraian Proses Waktu
(Detik)
Jarak Perpindahan (Meter)
15 Memindahkan kayu untuk top rail
ke bagian pengetaman 30 2
EK-4 Pemotongan kayu untuk bottom rail dengan mesin radial arm saw
16 Mengambil kayu 3 1
17 Mengukur kayu 20 -
18 Memotong kayu 45 -
19 Meletakkan ke tumpukan kayu 2 -
20 Memindahkan kayu untuk bottom
rail ke bagian pengetaman 30 2
B Bagian Pengetaman
EK-5 Pengetaman sisi style dengan
moulder
21 Mengambil style 3 1
22 Mengetam sisi style 68 - 23 Meletakkan ke tumpukan style 2 -
24 Memindahkan style ke bagian
penghalusan 30 2
EK-6 Pengetaman sisi panel dengan
moulder
EK-7 Pengetaman top rail dengan menggunakan moulder
EK-8 Pengetaman bottom rail dengan menggunakan moulder
33 Mengambil bottom rail 3 1
34 Mengetam sisi bottom rail 167 - 35 Meletakkan ke tumpukan bottom rail 2 -
36 Memindahkan bottom rail ke bagian
penghalusan 30 2
EK-9 Penghalusan permukaan style dengan menggunakan belt sandler
37 Mengambil style 3 1
38 Menghaluskan permukaan style 75 -
Tabel 5.5. Uraian Proses Produksi Pintudan Jarak Perpindahan (Lanjutan)
No Uraian Proses Waktu
(Detik)
Jarak Perpindahan (Meter)
40 Memindahkan style ke bagian
pengeleman 30 2
EK-10 Penghalusan permukaan panel dengan menggunakan belt sandler
41 Mengambil panel 3 1
42 Menghaluskan permukaan panel 77 -
43 Meletakkan ke lantai 2 -
44 Memindahkan panel ke bagian
pengeleman 30 2
EK-11 Penghalusan permukaan top rail dengan menggunakan belt sandler
45 Mengambil top rail 3 1
46 Menghaluskan permukaan top rail 85 - 47 Meletakkan ke lantai 2 -
48 Memindahkan top rail ke bagian
pengeleman 30 2
EK-12 Penghalusan permukaan bottom rail dengan menggunakan belt sandler
49 Mengambil bottom rail 3 1
50 Menghaluskan permukaan bottom
rail 90 -
51 Meletakkan ke lantai 2 -
52 Memindahkan bottom rail ke bagian
pengeleman 30 2
C Bagian Pengeleman
EK-13 Pemberian lem pada sisi style
53 Mengambil style 3 1
54 Mengelem sisi style dengan
menggunakan lem kayu 65 - 55 Meletakkan ke tumpukan style 2 -
56 Memindahkan style ke bagian
perakitan 30 2
EK-14 Pemberian lem pada sisi panel
57 Mengambil panel 3 1
58 Mengelem sisi panel dengan
menggunakan lem kayu 74 - 59 Meletakkan ke tumpukan panel 2 -
60 Memindahkan panel ke bagian
perakitan 30 2
EK-15 Pemberian lem pada sisi top rail
61 Mengambil top rail 3 1
62 Mengelem sisi top rail dengan
Tabel 5.5. Uraian Proses Produksi Pintudan Jarak Perpindahan (Lanjutan)
EK-16 Pemberian lem pada sisi bottom rail
65 Mengambil bottom rail 3 1
66 Mengelem sisi bottom rail dengan
menggunakan lem kayu 80 - 67 Meletakkan ke tumpukan bottom rail 2 -
68 Memindahkan bottom rail ke bagian
perakitan 30 2
D Bagian Perakitan
EK-17 Pemberian lubang pada style dengan menggunakan single head borer
69 Mengambil style 3 1
70 Melubangi style sesuai dengan
ukuran 77 -
71 Meletakkan ke tumpukan style 2 -
72 Memindahkan style ke bagian
perakitan 30 2
EK-18
Pemberian lubang pada top rail
dengan menggunakan single head borer
Pemberian lubang pada bottom rail
dengan menggunakan single head borer
77 Mengambil bottom rail 3 1
78 Melubangi bottom rail sesuai dengan
ukuran 81 -
79 Meletakkan ke tumpukan bottom rail 2 -
80 Memindahkan bottom rail ke bagian
perakitan 30 2
EK-20 Perakitan komponen daun pintu menggunakan dowel
81 Menyusun style, panel, top rail dan
bottom rail 80 1
82 Merakit style, panel, top rail dan
bottom rail 300 -
83 Memindahkan komponen daun pintu
ke bagian pengepresan 30 2
EK-21 Pengepresan daun pintu dengan
doorpress
Tabel 5.5. Uraian Proses Produksi Pintudan Jarak Perpindahan (Lanjutan)
No Uraian Proses Waktu
(Detik)
Jarak Perpindahan (Meter)
85 Mengepress daun pintu 85 -
86 Meletakkan ke lantai 2 -
87 Memindahkan daun pintu ke bagian
finishing 30 2
E Bagian Finishing
EK-22 Pendempulan daun pintu dengan alat dempul
88 Mengambil daun pintu 3 1
89 Mendempul daun pintu 175 -
90 Meletakkan ke lantai 2 -
91 Memindahkan daun pintu ke bagian
penghalusan 30 2
EK-23 Penghalusan daun pintu dengan kertas pasir
92 Mengambil daun pintu 3 1
93 Menghaluskan daun pintu 56 -
94 Meletakkan ke lantai 2 -
95 Memindahkan daun pintu ke bagian
packing 30 2
F Bagian Pengepakan
EK-24 Packing daun pintu
96 Memasukkan daun pintu ke dalam
kotak 20 3
97 Menutup kotak dengan lem 110 -
98 Memindahkan daun pintu ke bagian
pengangkutan 30 2
Sumber: Pengukuran Waktu
5.2. Pengolahan Data 5.2.1. Uji Keseragaman Data
Uji keseragaman data perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum
menggunakan data yang diperoleh dalam penentuan waktu standar. Pengujian
keseragaman data dilaksanakan untuk mengetahui apakah data waktu berada
keseragaman data elemen kegiatan pemotongan kayu untuk style adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan rata-rata.
Perhitungan dilakukan berdasarkan data Tabel 5.2.sehingga diperoleh
n
2. Perhitungan standar deviasi
1
3. Menghitung BKA (batas kontrol atas) dan BKB (batas kontrol bawah)
Tingkat keyakinan = 95 %, maka nilai Z = 2
Nilai BKA dihitung dengan:
BKA = x+z σ
= 110,50 + 2 (6,18) = 122,85
Nilai BKB dihitung dengan:
BKB = x−z σ
Peta kontrol untuk elemen kegiatan pemotongan kayu untuk style dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1. Uji Keseragaman Data Pemotongan Kayu untuk Style
Berdasarkan gambar diatas, tidak ada data waktu siklus yang melewati
batas kontrol, sehingga dapat dikatakan bahwa data waktu siklus pemotongan
kayu untuk style dikatakan seragam.
5.2.2. Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan dilakukan untuk mengetahui apakah data waktu siklus
yang telah diambil sudah memenuhi syarat ketelitian yang ditetapkan. Pada
penelitian ini digunakan tingkat keyakinan 95%, dan tingkat ketelitian 5 %. Uji
kecukupan ini dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
N'= ⎝ ⎛ z
s�N(∑x2)-(∑x)
2
(∑x)
⎠ ⎞ 2
95 100 105 110 115 120 125
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19
Elemen Kegiatan ke-1 BKA
dimana : x = data ke-i dari N sampel x
k = nilai absis pada tabel distribusi normal untuk luasan sebaran tingkat kepercayaan
s = tingkat ketelitian yang digunakan sebesar 5% N = jumlah data yang aktual untuk sampel tersebut N’ = jumlah data yang seharusnya
Data dinyatakan cukup jika nilai N > N’ berdasarkan hasil perhitungan.
Namun sebaliknya, jika N < N’ maka harus menambah jumlah data sebagai
sampel. Sebagai contoh perhitungan uji kecukupan data, maka diambil waktu
pemotongan kayu untuk style yaitu sebagai berikut:
�′ =�
0,05�20(244930)−(4884100)
(2210) �
2
�′ = 4,75
Setelah dilakukan kedua uji diatas, maka data tersebut dapat digunakan
dalam perhitungan selanjutnya. Waktu terpilih proses produksi pintu ditunjukkan
pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Waktu Terpilih Proses Produksi Pintu
No. Elemen Kegiatan Waktu Terpilih (detik)
W.Op W.Mesin
1 Pemotongan kayu untuk style dengan mesin cutting 48,55 61,95
2 Pemotongan kayu untuk panel dengan mesin
cutting
54,80 76,10
3 Pemotongan kayu untuk top rail dengan mesin
radial arm saw
56,15 163,70
4 Pemotongan kayu untuk bottom rail dengan mesin
radial arm saw
52,10 60,55
5 Pengetaman sisi style dengan moulder 121,15 -
6 Pengetaman sisi panel dengan moulder 151,15
7 Pengetaman top rail dengan menggunakan
moulder
Tabel 5.6. Waktu Terpilih Proses Produksi Pintu (Lanjutan)
No. Elemen Kegiatan Waktu Terpilih (detik)
W.Op W.Mesin
8 Pengetaman bottom rail dengan menggunakan
moulder
212,50 -
9 Penghalusan permukaan style dengan menggunakan belt sandler
121,10 -
10 Penghalusan permukaan panel dengan
menggunakan belt sandler
127,30 -
11 Penghalusan permukaan top rail dengan menggunakan belt sandler
131,80 -
12 Penghalusan permukaan bottom rail dengan menggunakan belt sandler
131,50 -
13 Pemberian lem pada sisi style 115,05 -
14 Pemberian lem pada sisi panel 119,8 -
15 Pemberian lem pada sisi top rail 129,85 -
16 Pemberian lem pada sisi bottom rail 127,95 -
17 Pemberian lubang pada style dengan
menggunakan single head borer 127,75
-
18 Pemberian lubang pada top rail dengan
menggunakan single head borer 128,35
-
19 Pemberian lubang pada bottom rail dengan
menggunakan single head borer 130,3
-
20 Perakitan komponen daun pintu menggunakan
dowel 426,75
-
21 Pengepresan daun pintu dengan doorpress 128,85 -
22 Pendempulan daun pintu dengan alat dempul 227,7 -
23 Penghalusan daun pintu dengan kertas pasir 102,75 -
24 Packing daun pintu 178,75 -
Sumber: Pengolahan Data
5.2.3. Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Standar
Setelah diperoleh data rating factor maka dapat dilakukan perhitungan waktu normal. Karena operator bekerja dengan normal maka nilai rf = 1, sehingga
waktu terpilih adalah waktu normal seperti yang tertera pada Tabel 5.6.
Untuk mengetahui kebutuhan waktu proses dilakukan perhitungan waktu
standar (baku). Dengan menggunakan waktu normal pada Tabel 5.9. dan
Ws = Wn Operator x 100%
100%-allowance + Wn Mesin
= 48,55x 100%
100%-14% + 61,95
= 103,70 ≈ 104,00
5.2.4. Pembuatan Peta Proses Regu Kerja Aktual
Regu kerja aktual yang ada di lantai pabrik dalam proses produksi pintu
terdiri dari 15 operator yang bekerja pada 6 bagian. Tahap-tahap pembuatan peta
proses regu kerja adalah sebagai berikut:
1. Menguraikan elemen-elemen kegiatan.
Elemen-elemen kegiatan yang digunakan adalah elemen kerja 1 sampai dengan
elemen kerja 24 yang masing-masing memiliki uraian proses sehingga yang
digambarkan dalam peta proses regu kerja adalah sebanyak 98 aktivitas.
2. Membuat waktu proses elemen kegiatan dan jarak perpindahan pada kegiatan
transportasi.
Waktu proses tiap elemen kegiatan diperoleh dari mengukur waktu siklus
elemen kegiatan. Jarak perpindahan diperoleh dengan mengukur jauhnya
perpindahan dari satu elemen ke elemen lain. Data waktu uraian proses dan
jarak perpindahan dapat dilihat pada Tabel 5.5.
3. Menggambarkan peta proses regu kerja.
Peta proses regu kerja dari pembuatan satu unit daun pintu dapat dilihat pada
4. Membuat ringkasan kegiatan.
Ringkasan dari peta proses regu kerja adalah jumlah operasi sebesar 428 detik,
jumlah transportasi sebesar 266 detik, jumlah inspeksi sebesar 18 detik dan
jumlah delay sebesar 278 detik.
Dari Lampiran 4 dapat dilihat lama waktu kerja dan waktu menganggur
dari masing operator untuk proses produksi daun pintu. Adapun
masing-masing waktu tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Waktu Kerja dan Waktu Menganggur Masing-Masing Operator pada Proses Produksi Pintu Carolina 5P Aktual
Operator
Waktu Kerja (detik/unit)
Waktu Menganggur
(detik)
1 229 181
2 302 108
3 243 167
4 409 1
5 222 188
6 245 165
7 209 201
8 232 178
9 112 298
10 236 174
11 410 0
12 120 290
13 210 200
14 91 319
15 160 250
Sumber: Pengolahan Data
Berdasarkan tabel di atas, pada peta proses regu kerja aktual terdapat
ketidakseimbangan antar anggota regu kerja, dimana diperoleh waktu menganggur
5.2.5. Keseimbangan Lintasan Aktual 5.2.5.1. Membentuk Precedence Diagram
Pada proses produksi pintu Carolina 5P terdapat kondisi dimana suatu elemen pekerjaan berpengaruh terhadap elemen pekerjaan yang lain. Pada
precedence constrain, disusun alokasi elemen kerja dengan syarat tidak boleh melanggar persyaratan prosesnya. Precedence constrain masing-masing elemen kerja dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Precedence Constraint Elemen
Kerja
Nomor
Elemen Sebelum Sesudah
O-1 1 - 5
O-2 2 - 6
O-3 3 - 7
O-4 4 - 8
O-5 5 1 9
O-6 6 2 10
O -7 7 3 11
O -8 8 4 12
O -9 9 5 13
O-10 10 6 14
O-11 11 7 15
O-12 12 8 16
O-13 13 9 17
O-14 14 10 20
O-15 15 11 18
O-16 16 12 19
O-17 17 13 20
O-18 18 15 20
O-19 19 16 20
O-20 20 14,17,18,19 21
O-21 21 20 22
O-22 22 21 23
O-23 23 22 24
O-24 24 23 -
Diagram precedence proses produksi pintu Carolina 5P dapat dilihat pada
Gambar 5.2. Precedence Diagram Proses Produksi Pintu Carolina 5P
Elemen-elemen kerja pembentuk precedence diagram dapat dilihat pada Tabel 5.9 (dengan asumsi 1 tenaga kerja membutuhkan 1 stasiun kerja).
Tabel 5.9. Elemen Kerja Pembentuk Precedence Diagram
Stasiun
style dengan mesin cutting
103,70 104 228
EK-2 Pemotongan kayu untuk panel dengan mesin cutting
123,23 124
2 EK-3 Pemotongan kayu untuk top rail dengan mesin radial
arm saw
211,99 212 318
EK-4 Pemotongan kayu untuk
bottom rail dengan mesin
radial arm saw
105,36 106
3 EK-5 Pengetaman sisi style
dengan moulder
102,98 103 232
EK-6 Pengetaman sisi panel dengan moulder
128,48 129
4 EK-7 Pengetaman top rail dengan menggunakan moulder
181,09 182 363
EK-8 Pengetaman bottom rail
dengan menggunakan
moulder
Tabel 5.9. Elemen Kerja Pembentuk Precedence Diagram (Lanjutan)
5 EK-9 Penghalusan permukaan
style dengan menggunakan
belt sandler
102,94 103 212
EK-10 Penghalusan permukaan panel dengan menggunakan
belt sandler
108,21 109
6 EK-11 Penghalusan permukaan top rail dengan menggunakan
belt sandler
112,03 113 225
EK-12 Penghalusan permukaan
bottom rail dengan
menggunakan belt sandler
111,78 112
7 EK-13 Pemberian lem pada sisi
style
98,94 99 203
EK-14 Pemberian lem pada sisi panel
103,03 104
8 EK-15 Pemberian lem pada sisi top rail
111,67 112 223
EK-16 Pemberian lem pada sisi
bottom rail
110,04 111
9 EK-17 Pemberian lubang pada
style dengan menggunakan
single head borer
111,14 112 112
10 EK-18 Pemberian lubang pada top rail dengan menggunakan
single head borer
111,66 112 226
EK-19 Pemberian lubang pada
bottom rail dengan
menggunakan single head borer
113,36 114
11 EK-20 Perakitan komponen daun pintu menggunakan dowel
371,27 372 372
12 EK-21 Pengepresan daun pintu dengan doorpress
112,10 113 113
13 EK-22 Pendempulan daun pintu dengan alat dempul
188,99 189 189
14 EK-23 Penghalusan daun pintu dengan kertas pasir
85,28 86 86
15 EK-24 Packing daun pintu 159,09 160 160
Berdasarkan kondisi aktual di lantai pabrik maka nilai balance delay, efisiensi dan smoothness index dapat dihitung sebagai berikut:
1. Perhitungan balance delay
%
2. Perhitungan efisiensi
%
3. Perhitungan smoothness index
Smoothness index adalah suatu indeks yang mempunyai kelancaran relatif dari penyeimbangan lini lintasan produksi tertentu.
∑
WSK max = Waktu terbesar dari stasiun kerja terbentuk WSKi = Waktu stasiun kerja ke-I yang terbentuk N = Jumlah stasiun kerja yang terbentuk
Maka, smoothness index yang diperoleh yaitu:
676,41
5.2.6. Keseimbangan Lintasan Usulan Menggunakan Algoritma Genetik
Keseimbangan lintasan produksi usulan menggunakan metode algoritma
genetik dengan cycle time sebesar 372 detik. Langkah-langkah dalam melakukan pengelompokan stasiun kerja dengan metode algoritma genetik adalah sebagai
1. Membangkitkan populasi awal
a. Region Approach
Metode ini menggunakan precedence diagram dengan elemen-elemennya dikelompokkan dalam sejumlah kolom. Berdasarkan Gambar 5.2, maka
dibuat pembagian precedence diagram berdasarkan region yang dapat dilihat pada Gambar 5.3.
1
Gambar 5.3. Pembagian Precedence Diagram Berdasarkan Region Elemen-elemen kerja pada masing-masing region dapat dilihat pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10. Elemen Kerja Tiap Region Region Elemen Kerja
Tabel 5.10. Elemen Kerja Tiap Region (Lanjutan) Region Elemen Kerja
(EK)
a. Metode Rank Position Weight
Bobot setiap elemen kerja dapat dilihat pada Tabel 5.11.
Tabel 5.11. Pembobotan Elemen Kerja (Lanjutan) Elemen
Kerja (EK)
Waktu Elemen
Kerja (detik) Bobot Rank
19 114 1034 16
20 372 920 20
21 113 548 21
22 189 435 22
23 86 246 23
24 160 160 24
Sumber: Pengolahan Data
Setelah dihitung bobot tiap stasiun kerja maka dilakukan pengurutan
ranking dari ranking terkecil hingga terbesar, atau dengan kata lain diurutkan elemen kerja yang memiliki rank position weight terbesar hingga terkecil. Elemen kerja dengan bobot terbesar mendapat prioritas
untuk dikerjakan terlebih dahulu. Hasil pengurutan rank dapat dilihat pada Tabel 5.12.
Tabel 5.12. Pengurutan Ranking Rank Elemen Kerja
(EK)
Waktu EK
(detik) Bobot
1 3 103 1572
2 1 104 1519
3 4 129 1493
4 7 212 1469
5 2 124 1438
6 5 103 1415
7 8 106 1364
8 6 109 1314
9 9 182 1312
10 12 112 1258
11 11 113 1257
12 10 181 1205
13 16 112 1146
14 15 112 1144
15 13 99 1130
Tabel 5.12. Pengurutan Ranking (Lanjutan) Rank Elemen Kerja
(EK)
Waktu EK
(detik) Bobot
17 18 112 1032
18 17 111 1031
19 14 104 1024
20 20 372 920
21 21 113 548
22 22 189 435
23 23 86 246
24 24 160 160
Sumber: Pengolahan Data
Selanjutnya dilakukan alokasi ulang elemen kerja untuk tiap operator.
Penentuan elemen kerja tidak diurutkan menurut ranking karena harus berdasarkan penggolongan keterampilan operator yang terdapat pada
Tabel 5.3. Dari tabel tersebut terlihat bahwa hanya operator ke 14 yang
masih bisa diberi tambahan tugas karena memenuhi kriteria kemampuan
yang dapat dilakukan oleh operator tersebut yaitu kegiatan menghaluskan
dan packing daun pintu. Penentuan stasiun kerja dapat dilihat pada Tabel 5.13.
Tabel 5.13. Penentuan Stasiun Kerja Stasiun
Kerja
Elemen Kerja
Waktu Standar (detik)
Total Waktu (detik)
1 1 104 228
2 124
2 3 103 232
4 129
3 5 103 212
6 109
4 7 212 318
8 106
Tabel 5.13. Penentuan Stasiun Kerja (Lanjutan)
Sumber: Pengolahan Data
2. Mengevaluasi nilai kesesuaian (fitness)
Nilai kesesuaian (fitness) adalah ukuran baik tidaknya sebuah elemen atau baik tidaknya solusi yang didapatkan. Dalam keseimbangan lintasan produksi,
ukuran dari nilai fitness yang digunakan adalah efisiensi lintasan, sebab semakin besar nilai efisiensi lintasan maka suatu lintasan produksi dapat
dikatakan lebih efisien.
a. Region Approach
Alokasi elemen kerja tetap seperti kondisi aktual, sehingga nilai efisiensi
lintasan adalah 58,46%.
b. Rank Position Weight
Efisiensi lintasan berdasarkan metode rank position weight adalah:
3. Seleksi
Seleksi digunakan untuk memilih elemen-elemen mana saja yang akan dipilih
untuk proses kawin silang (crossover) dan mutasi. Pada tahap ini, populasi awal dengan metode region approach dan rank position weight terpilih untuk melakukan proses kawin silang (crossover) dan mutasi.
4. Kawin silang (crossover)
Elemen-elemen kerja yang ada kemudian di crossover. Tetapi karena elemen kerja tersebut memiliki kemampuan kerja yang spesifik, maka tidak mungkin
ada elemen yang ditukarkan sehingga yang dapat dilakukan dalam perbaikan
ini adalah hanya menggabungkan kegiatan operator 14 dan operator 15.
5. Mutasi
Langkah selanjutnya adalah mutasi tetapi karena tidak ada pertukaran elemen
kerja maka tidak perlu langkah mutasi ini dilakukan.
6. Penerimaan (accepting)
Langkah ini tidak dilakukan karena tidak ada pergantian posisi kromosom
induk sehingga tidak menghasilkan nilai fungsi kesesuaian (fitness) yang lebih baik dibandingkan dengan fungsi kesesuaian (fitness) oleh kromosom induk. 7. Pengulangan (looping)
Langkah pengulangan tidak dilakukan karena kriteria nilai sudah tercapai.
%
Smoothness index yang diperoleh adalah:
588,97
Rekapitulasi balance delay, efisiensi dan smoothness index yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 5.14 berikut.
Tabel 5.14. Rekapitulasi Balance Delay, Efisiensi dan Smoothness Index No. Alternatif Balance
Delay (%) Efisiensi (%)
5.2.7. Pembuatan Peta Proses Regu Kerja Usulan
Pembuatan peta proses regu kerja usulan mengikuti langkah seperti peta
regu kerja aktual. Tetapi, pada peta usulan operator 14 sudah sekaligus
mengerjakan tugas yang sebelumya dikerjakan oleh operator 15. Peta proses regu
kerja usulan dapat dilihat pada Lampiran 5. Dari Lampiran 5 dapat dilihat lama
waktu kerja dan waktu menganggur dari masing-masing operator untuk proses
Tabel 5.15. Waktu Kerja dan Waktu Menganggur
Masing-Masing Operator pada Proses Produksi Pintu Carolina 5P Operator Waktu Kerja
(detik/unit)
Waktu Menganggur (detik)
1 229 181
2 302 108
3 243 167
4 409 1
5 222 188
6 245 165
7 209 201
8 232 178
9 112 298
10 236 174
11 410 0
12 120 290
13 210 200
14 257 153
Sumber: Pengolahan Data
Dari tabel di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa waktu mengganggur
pada stasiun kerja 14 berkurang menjadi 153 detik. Waktu menganggur terbesar
BAB VI
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
6.1. Analisis Keseimbangan Lintasan
Berdasarkan hasil pengamatan awal yang dilakukan di PT. Suryamas
Lestari Prima, terlihat adanya penumpukan di stasiun kerja perakitan. Kondisi
aktual memiliki 15 stasiun kerja. Masing-masing stasiun kerja memiliki 1 orang
pekerja. Lintasan aktual ini memiliki balance delay sebesar 41,54%, efisiensi lintasan sebesar 58,46% dan smoothness index sebesar 676,41. Nilai-nilai tersebut menunjukkan perlunya penyeimbangan lintasan sehingga digunakan algoritma
genetik.
Melalui penerapan algoritma genetik, kendala yang ada dapat diatasi.
Populasi awal algoritma genetik menggunakan region approach dan rank position weight. Penggunaan algoritma genetik dapat meningkatkan nilai efisiensi menjadi 62,63%, balance delay menurun menjadi 37,36% dan smoothness index sebesar 588,97. Jumlah stasiun kerja yang dihasilkan berkurang menjadi 14 stasiun kerja
dari kondisi aktual.
Analisis perbandingan susunan stasiun kerja aktual dan usulan dapat
dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1. Perbandingan Stasiun Kerja Aktual dan Usulan
Nilai Aktual Usulan
Stasiun kerja 15 14
Balance delay 41,54 37,36
Efisiensi lintasan 58,46 62,63
Smoothness index 676,41 588,97
6.2. Analisis Peta Proses Regu Kerja
Pada kondisi aktual di lantai pabrik, terdapat 15 stasiun kerja dengan 24
elemen kerja. Stasiun kerja 1 mengerjakan elemen kerja 1 dan 2. Stasiun kerja 2
mengerjakan elemen kerja 3 dan 4. Stasiun kerja 3 mengerjakan elemen kerja 5
dan 6. Stasiun kerja 4 mengerjakan elemen kerja 7 dan 8. Stasiun kerja 5
mengerjakan elemen kerja 9 dan 10. Stasiun kerja 6 mengerjakan elemen kerja 11
dan 12. Stasiun kerja 7 mengerjakan elemen kerja 13 dan 14. Stasiun kerja 8
mengerjakan elemen kerja 15 dan 16. Stasiun kerja 9 mengerjakan elemen kerja
17. Stasiun kerja 10 mengerjakan elemen kerja 18 dan 19. Stasiun kerja 11
mengerjakan elemen kerja 20. Stasiun kerja 12 mengerjakan elemen kerja 21.
Stasiun kerja 13 mengerjakan elemen kerja 22. Stasiun kerja 14 mengerjakan
elemen kerja 23. Stasiun kerja 15 mengerjakan elemen kerja 24.
Pada peta proses regu kerja aktual terdapat ketidakseimbangan antar
anggota regu kerja, dimana diperoleh waktu menunggu sebesar 319 detik pada
stasiun kerja 14. Setelah dilakukan penyeimbangan lintasan, jumlah stasiun kerja
berkurang menjadi 14 stasiun kerja. Pembagian elemen kerja untuk
masing-masing stasiun kerja tidak mengalami perubahan kecuali menggabungkan stasiun
ke 14 dan 15.
Pada peta proses regu kerja usulan masih terdapat ketidakseimbangan
antar anggota regu kerja. Namun waktu menunggu stasiun kerja 14 dapat
dikurangi menjadi 153 detik.
Perbandingan peta proses regu kerja aktual maupun usulan dari proses