• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sambutan-Men PPN-Bappenas(1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sambutan-Men PPN-Bappenas(1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

SAMBUTAN

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PADA

PEMBUKAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010

Surabaya, 15 April 2010

Yang terhormat Saudara Gubernur, Ketua DPRD, seluruh anggota Muspida, dan seluruh pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah se-Provinsi Jawa Timur,

Yang terhormat para tokoh masyarakat, para akademisi, wakil-wakil organisasi masyarakat, dan Lembaga Swadaya Masyarakat, serta Hadirin peserta Musrenbang Provinsi Jawa Timur yang saya muliakan.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita sekalian.

Terlebih dahulu marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena pada hari ini kita dapat melaksanakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) dalam rangka penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2011. Kami mengucapkan terima kasih atas undangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur untuk menghadiri dan memberikan beberapa pokok arahan kebijakan dalam acara yang sangat penting ini. Melalui forum Musrenbang ini saya berharap terjadi kesamaan pandangan dan harapan dari seluruh pelaku pembangunan dalam memadukan strategi, kebijakan, program dan kegiatan prioritas antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Provinsi Jawa Timur.

Hadirin peserta Musrenbang yang saya hormati,

(2)

kaidah transisi, maka RKP 2011 sangat strategis dalam peletakan dasar-dasar bagi pencapaian visi dan sasaran-sasaran pembangunan dalam jangka menengah. Sesuai dengan penekanan RPJMN 2010-2014 tentang peningkatan daya saing perekonomian nasional, RKP 2011 diharapkan dapat merumuskan arah kebijakan, strategi, program dan kegiatan yang tepat untuk merespon peluang dan tantangan yang ada. Peluang-peluang tersebut diantaranya berlakunya perjanjian perdagangan bebas ASEAN plus China, tren pemulihan ekonomi global, dan pembentukan ASEAN Economic Community pada 2015. Demikian juga halnya di daerah, RKPD 2011 diharapkan dapat menyelaraskan prioritas-prioritas programnya dengan arahan RPJMN 2010-2014 dan RPJMD yang berlaku. Menjadi tantangan bagi daerah untuk mampu menangkap peluang-peluang di atas bagi peningkatan produksi komoditas unggulan serta peningkatan investasi di daerah.

Sekedar mengingatkan kembali bahwa dalam RPJMN 2010-2014 telah ditetapkan Visi Indonesia tahun 2014 “TERWUJUDNYA INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN BERKEADILAN.” Upaya mewujudkan peningkatan kesejahteraan rakyat akan dilakukan melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Upaya tersebut memerlukan dukungan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin meningkat. Untuk mewujudkannya, penguatan triple track strategy

(pro-growth, pro-job, and pro-poor) akan dilanjutkan disertai pembangunan yang inklusif dan berkeadilan.

Sementara itu Indonesia yang demokratis akan tercermin dari terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia. Upaya yang akan dilakukan adalah memantapkan konsolidasi demokrasi. Visi terakhir Indonesia yang berkeadilan mengangankan terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia. Pencapaian visi ini akan dilakukan dengan memperkuat penegakan hukum dan pemberantasan korupsi serta pengurangan kesenjangan.

Saudara-saudara peserta Musrenbang yang saya hormati,

(3)

cepat dari perkiraan serta relatif tetap dinamisnya perekonomian kawasan Asia memungkinkan perekonomian kita melanjutkan momentum pertumbuhan, bahkan dengan tren percepatan. Citra perekonomian nasional di mata dunia juga membaik yang ditunjukkan oleh meningkatnya persepsi investor dan masyarakat internasional. Dalam hal daya saing perekonomian, International Institute for Management Development (IMD) yang secara reguler memantau perekonomian 57 negara menaikkan peringkat Indonesia dari 50 pada tahun 2005 menjadi 42 pada tahun 2009. Namun demikian, kita tidak boleh berpuas diri. Peringkat ini disusun berdasarkan indeks daya saing yang dibentuk oleh empat faktor; yaitu kinerja perekonomian, kinerja birokrasi, kinerja dunia usaha, dan infrastruktur. Pada tiga faktor pertama, peringkat Indonesia memang membaik, namun pada faktor infrastruktur peringkat kita menurun. Artinya, negara-negara lain melakukan perbaikan dalam hal infrastruktur lebih cepat dari yang kita lakukan.

Iklim investasi nasional juga menunjukkan perbaikan, yang ditunjukkan oleh perbaikan peringkat dari 129 pada tahun 2008 menjadi 122 pada tahun 2009 dari total 185 negara dalam laporan tahunan Doing Business edisi 2009 (IFC, 2009). Namun demikian, kita masih tertinggal jauh dari pesaing-pesaing di tingkat regional, yaitu Singapura (peringkat 1), Thailand (12), Malaysia (23), China (89), dan Vietnam (93). Baru-baru ini rating hutang luar negeri Indonesia juga membaik dari BB minus ke BB plus (Standard & Poor, 2010). Membaiknya peringkat-peringkat tersebut penting karena seringkali dipakai acuan oleh para pelaku usaha baik nasional maupun internasional dalam melakukan ekspansi usahanya.

(4)

Di sisi lain perlu disadari bahwa tahun 2010 merupakan awal dari era perdagangan bebas negara-negara ASEAN dan China. Kondisi ini perlu diwaspadai terkait dengan perkembangan dan kemampuan bersaing berbagai sektor dalam negeri. Pemerintah perlu memfasilitasi mobilitas tenaga kerja dari sektor-sektor yang tertekan ke sektor-sektor yang berdaya saing tinggi untuk mencegah meningkatnya pengangguran dan kemiskinan. Di saat yang sama, upaya untuk meningkatkan daya saing sektor-sektor penting harus tetap dilakukan.

Dengan memperhatikan kondisi tersebut, serta mengacu kepada arah pembangunan RPJMN 2010-2014 sebagai tahapan kedua pencapaian visi RPJPN 2005-2025 maka Rancangan Awal RKP 2011 mengambil tema PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI YANG BERK EADILAN DIDUKUNG PEMANTAPAN TATA KELOLA DAN SINERGI PUSAT DAN DAERAH.

Tema ini selanjutnya dijabarkan ke dalam 11 (sebelas) prioritas nasional yang meliputi: (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik; serta (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi. Di samping itu, upaya pencapaian sasaran-sasaran nasional juga akan didukung oleh prioritas lainnya di 3 (tiga) bidang: politik, hukum dan keamanan (polhukam), perekonomian, serta kesejahteraan rakyat.

Untuk mencapai pertumbuhan yang berkeadilan, maka pertumbuhan harus disertai dengan pengurangan pengangguran dan kemiskinan. Untuk itu pertumbuhan diharapkan cukup tinggi (6,3 – 6,8 persen pertahun) sehingga memungkinkan terbukanya kesempatan kerja tidak saja bagi para penganggur tetapi juga bagi angkatan kerja baru. Dalam kurun 2005-2009, rata-rata 1,9 juta angkatan kerja baru masuk ke pasar kerja setiap tahunnya. Untuk itu sumber utama pertumbuhan diharapkan berasal dari kegiatan investasi khususnya di sektor riil yang banyak menyerap tenaga kerja dan berkaitan langsung dengan kehidupan rumah tangga miskin. Terkait dengan hal ini, pengembangan industri manufaktur dan UMKM menjadi sangat strategis.

(5)

terhadap gejolak perekonomian global.

Di samping itu untuk mendukung triple track strategy (growth, job, pro-poor), berbagai kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan terus dilanjutkan dan ditingkatkan kualitas serta efektivitasnya. Program-program penanggulangan kemiskinan tersebut dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) klaster yaitu program bantuan dan perlindungan sosial, PNPM Mandiri, dan pemberdayaan usaha mikro dan kecil.

Sementara itu, pemantapan tata kelola pemerintahan dilakukan melalui penguatan prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi, efektivitas dan efisiensi, integritas dan profesionalisme. Sumber daya pembangunan yang terbatas menuntut penajaman fokus, sasaran dan indikator kinerja pelaksanaan program-program pemerintah. Untuk mendukung terciptanya tata kelola yang baik, pemberantasan korupsi perlu diteruskan dan ditingkatkan. Seiring dengan hal ini, transparansi perumusan kebijakan dan peningkatan partisipasi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas pemerintah. Di sisi lain, pembenahan struktur birokrasi yang ramping, ditunjang dengan sistem rekrutmen pegawai dan jenjang karir berbasis kompetensi diharapkan dapat bermuara pada meningkatnya kinerja birokrasi secara profesional, efisien, dan akuntabel. Dan yang tak kalah penting, ujung dari tata kelola yang baik adalah pelayanan publik yang prima, di mana masyarakat memperoleh pelayanan dengan standar yang layak, cepat, dan murah.

Dalam era desentralisasi dan otonomi daerah, keberhasilan pembangunan nasional kini semakin ditentukan oleh keberhasilan pembangunan daerah. Hal ini karena urusan dan kewenangan pemerintahan secara bertahap didesentralisasikan ke pemerintah daerah. Di luar empat urusan yang masih dipegang pemerintah pusat (fiskal dan moneter, pertahanan dan keamanan, agama, dan kehakiman), sebagian telah menjadi tanggungjawab pemerintah daerah dan sebagian lagi merupakan urusan bersama antara pemerintah pusat dan daerah. Daerah memiliki ruang yang luas untuk berkreasi dan berinovasi sesuai dengan kondisi lokal. Namun demikian mengingat terbatasnya sumber daya yang tersedia, pemerintah ditantang untuk memfokuskan upayanya pada sektor-sektor yang memberi dampak optimal dengan memperkuat sinergi antara pemerintah pusat dan daerah.

(6)

sinkronisasi kebijakan maupun pemakaian sumber daya bersama berpotensi melahirkan sinergi yang lebih besar yang menguntungkan kedua pihak, misalnya dari makin efisiennya biaya pelayanan perunit (economies of scale). Oleh karenanya, pembangunan nasional perlu dipahami sebagai hasil dari sinergi pembangunan antarsektor dan antardaerah.

Terkait dengan upaya peningkatan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah serta antardaerah, beberapa faktor pendukung yang perlu diperhatikan adalah (1) ketersediaan database di tingkat daerah yang dapat digunakan dalam penyusunan rencana dan anggaran program/kegiatan di daerah dan pusat, sehingga lebih tepat sasaran; (2) peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam menyusun rencana dan anggaran, melaksanakan serta memonitor kegiatan yang dilaksanakan di daerah; (3) peningkatan peran tim koordinasi di tingkat daerah dalam melakukan koordinasi dan sinergi program/kegiatan pusat dan daerah serta koordinasi antar pelaku pembangunan di tingkat daerah. Saudara Gubernur dan para peserta Musrenbang yang saya hormati,

Pada kesempatan yang sangat baik ini, saya juga ingin mengemukakan kembali beberapa arahan kebijakan nasional sebagai acuan dalam penyusunan prioritas pembangunan Provinsi Jawa Timur untuk tahun 2011.

Strategi pembangunan kewilayahan nasional dalam RPJMN 2010-2014 dirumuskan dalam lima langkah. Pertama, mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah potensial di luar Jawa-Bali dan Sumatera dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di kedua wilayah tersebut. Kedua, meningkatkan keterkaitan antarwilayah melalui aktivitas perdagangan antarpulau untuk memperkuat perekonomian domestik. Ketiga, meningkatkan daya saing sektor-sektor unggulan wilayah. Keempat, mendorong percepatan pembangunan daerah tertinggal, kawasan strategis dan cepat tumbuh, perbatasan, terdepan, terluar dan daerah rawan bencana. Terakhir, mendorong pengembangan wilayah laut dan sektor-sektor kelautan.

(7)

pengembangan kawasan perkotaan Yogyakarta dan Semarang sebagai pusat pelayanan primer serta kawasan perkotaan Serang, Cilacap, Cirebon, dan Surakarta sebagai pusat pelayanan sekunder.

Sementara itu, pengembangan sistem pusat permukiman di Wilayah Jawa-Bali ditekankan pada terbentuknya fungsi dan hierarki pusat permukiman sesuai rencana tata ruang wilayah nasional yang meliputi Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Dalam hal ini Provinsi Jawa Timur memiliki PKN Metropolitan Gerbangkertosusila yang pengembangannya diarahkan untuk dipertahankan sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional yang mendukung pelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya dan Indonesia Bagian Timur; serta memantapkan aksesibilitas Metropolitan Gerbangkertosusila ke kota-kota PKN lainnya di Pulau Jawa dan wilayah nasional lainnya melalui peningkatan kualitas sistem jaringan transportasi darat, laut, dan udara.

Adapun pengembangan Wilayah Jawa-Bali tahun 2010-2014 diarahkan untuk: (1) percepatan pembangunan wilayah perdesaan, (2) penguatan keterkaitan desa kota; (3) percepatan pembangunan wilayah selatan Jawa; (4) Penguatan produktivitas ekonomi dan investasi; (5) Percepatan transformasi struktur ekonomi di Jawa-Bali ; (6) peningkatan nilai surplus perdagangan internasional; (7) pengembangan industri unggulan potensial; (8) Pengembangan jasa pariwisata dan perdagangan; (9) Mempertahankan fungsi Jawa-Bali sebagai lumbung pangan nasional; (10) Pengembangan pola distribusi penduduk di wilayah Jawa-Bali secara lebih seimbang; (11) Pengurangan tingkat pengangguran di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi; (12) Pengurangan tingkat kemiskinan perdesaan dan tingkat kemiskinan perkotaan; (13) Pemeliharaan dan pemulihan fungsi kawasan lindung; (14) Pemeliharaan dan pemulihan sumber daya air dan lahan; (15) Penanganan ancaman bencana banjir dan longsor; (16) Peningkatan pemberantasan korupsi akibat kompleksitas birokrasi, proses perizinan, dan lemahnya penegakan hukum; (17) Meminimalkan ancaman terorisme; (18) Pengembangan kapasitas SDM sejalan dengan transformasi ekonomi ke arah sektor sekunder (industri pengolahan) dan tersier (jasa); (19) Peningkatan IPM di Provinsi Banten, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Bali terutama dari komponen AHH dan RLS; serta (20) minimalisasi dampak kerugian akibat kejadian bencana alam.

Hadirin peserta Musrenbang yang saya hormati,

(8)

sebesar 0,2 persen dari pertumbuhan tahun 2007 yaitu sebesar 6,1 persen. Tetapi apabila tren pertumbuhan ini dapat dijaga, diharapkan peran Provinsi Jawa Timur semakin meningkat dalam perekonomian nasional, di mana saat ini baru berkontribusi sebesar 14,7 persen terhadap total PDRB. Selama periode 2004-2007 PDRB perkapita (dengan migas dan non migas) Provinsi Jawa Timur menduduki peringkat kedua se wilayah Jawa-Bali setelah Provinsi DKI Jakarta.

Dalam hal struktur perekonomian, peran sektor perdagangan; hotel, dan restoran; sektor industri pengolahan, dan sektor pertanian, masing-masing adalah 28,81 persen; 28,75 persen; dan 16,72 persen. Sektor-sektor tersebut juga merupakan penyerap utama tenaga kerja, masing-masing sebesar 20,3 persen; 12,6 persen; dan 44,8 persen. Oleh karena itu dalam pengembangannya, masih terbuka peluang yang lebar bagi peningkatan nilai tambah melalui pengembangan industri pengolahan berbasis komoditas unggulan pertanian. Agar kegiatan industri pengolahan dapat berkembang dan memungkinkan terjadinya efisiensi produksi (economies of scale), sinergi pusat-daerah dan antarpusat-daerah perlu diperkuat khususnya dalam hal pengembangan jaringan transportasi yang terintegrasi. Dengan demikian diharapkan mobilitas barang dari sentra produksi ke pusat pengolahan dan selanjutnya ke pasar lokal dan nasional menjadi lebih efisien. Sejalan dengan hal itu, upaya-upaya rehabilitasi dan konservasi hutan, daerah aliran sungai, serta lahan kritis perlu ditingkatkan untuk menjamin keberlanjutan daya dukung lingkungan. Menjaga kelestarian daya dukung berarti menjaga potensi peningkatan pendapatan di masa depan.

Selanjutnya untuk mendorong peningkatan investasi di sektor riil, upaya-upaya memfasilitasi masyarakat dan pelaku usaha mengembangkan aktivitasnya perlu terus ditingkatkan. Salah satu terobosan yang bisa direplikasi dari pengalaman daerah-daerah lain adalah penyederhanaan proses pelayanan publik dan perijinan usaha melalui pembentukan Unit Pelayanan Satu Atap. Ke depan, upaya semacam ini perlu direplikasi ke kabupaten/kota yang belum melaksanakannya. Sementara bagi daerah yang sudah menerapkannya, upaya peningkatan kualitas pelayanan menjadi fokus berikutnya.

(9)

lama sekolah dan angka melek huruf lebih rendah dari nasional. Kami mendorong pemerintah daerah agar terus meningkatkan perhatian pada peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk meningkatkan daya saing wilayah ini di era perdagangan bebas ASEAN plus China.

Sementara itu, persentase penduduk miskin menunjukkan penurunan yang signifikan, dari 20,23 persen pada tahun 2006 menjadi 16,68 persen pada tahun 2009. Namun demikian terdapat indikasi kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan. Hal ini ditunjukkan oleh relatif tingginya tingkat kemiskinan di perdesaan yang mencapai 21 persen, dibandingkan dengan tingkat kemiskinan di perkotaan yang hanya 12,17 persen (2009). Namun demikian kami mendorong dilakukannya analisis lebih mendalam untuk melihat tingkat kedalaman (poverty gap) dan tingkat keparahan kemiskinan (poverty severity) serta kerentanan penduduk jatuh miskin. Hal yang juga perlu diantisipasi adalah seberapa besar jumlah penduduk yang hidup sedikit saja di atas garis kemiskinan. Saat ini mereka mungkin belum tergolong miskin, namun sangat rentan untuk jatuh miskin ketika dihadapkan kepada kejadian-kejadian seperti bencana alam, jatuh-sakitnya kepala rumah tangga, kenaikan harga pangan, dan lain sebagainya. Analisis-analisis semacam ini sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang lebih tepat sasaran dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.

Hal yang perlu mendapat perhatian adalah relatif tingginya tingkat pengangguran terbuka (TPT). Persentase tingkat pengangguran terbuka Provinsi Jawa Timur telah menurun dari 8,4 persen pada tahun 2005 menjadi 5,9 persen pada tahun 2009, dan lebih rendah dari TPT nasional tahun 2009 yaitu 8,1 persen. Terlepas dari keberhasilan tersebut, mengingat daya saing sangat ditentukan oleh produktivitas, maka kami mendorong dilakukannya analisis lebih jauh tentang kualitas pekerja, dalam hal ini setengah pengangguran, status pekerjaan (formal/informal), dan tingkat pendidikan pekerja khususnya di sektor-sektor unggulan.

Saudara Gubernur dan peserta Musrenbang yang terhormat,

Sebelum menutup paparan, saya ingin menyampaikan bahwa keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh perencanaan yang berkualitas yang didukung sumber daya perencana yang kompeten. Bappenas berkomitmen membangun kapasitas perencana di pusat dan daerah melalui forum-forum konsultasi, fasilitasi, dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan nasional serta memperkuat sinergi pusat dan daerah.

(10)

permasalahan dan tantangan pembangunan nasional kita, arah kebijakan, rancangan prioritas dan fokus-fokus pembangunan untuk tahun 2011 di tingkat nasional serta beberapa pandangan kami khususnya mengenai pembangunan Provinsi Jawa Timur melalui perspektif nasional. Kiranya hal-hal tersebut dapat menjadi pertimbangan dalam penyusunan RKPD Provinsi Jawa Timur Tahun 2011. Saya mengharapkan Musrenbang Provinsi ini dapat menghasilkan kesepakatan usulan-usulan program dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang akan diajukan kepada Pemerintah Pusat (c.q. Bappenas) untuk kemudian menjadi bahan Musrenbangnas 2010.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Terima kasih atas perhatian hadirin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Surabaya, 15 April 2010

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan definisi kualitas hidup yang digunakan dalam penelitian ini, dalam pengukuran kualitas hidup akan dibutuhkan aspek-aspek kehidupan yang relevan/ penting terhadap

Kegiatan pembinaan persiapan menghadapi KSM ini bertujuan untuk: (1) memberikan pengkayaan materi dan soal-soal Matematika dan IPA yang terintegrasi, (2) memberikan

Di dalam proses desalinasi air laut dengan sistem osmosis balik (RO), tidak memungkinkan untuk memisahkan seluruh garam dari air lautnya, karena akan membutuhkan

Peningkatan kekuatan mekanik material sebesar 24% dibandingkan dengan material tanpa penmabahan nanopartikel, ini terjadi pada penambahan fraksi massa SiO 2 sebesar 0,0087.

Perusahaan Gas Negara saat ini telah melakukan kerjasama dengan pihak bank untuk mempermudah pembayaran gas kepada pelanggan kecil dan rumah tangga.Layanan ini dilakukan

Menurut UU SPPA, seorang pelaku tindak pidana anak dapat dikenakan dua jenis sanksi, yaitu tindakan, bagi pelaku tindak pidana yang berumur di bawah 14 tahun (Pasal 69 ayat (2)

Sisa – sisa gas klorin yang dihasilkan dari berbagai sumber di caustic soda plant dikirim dan ditarik ke dua buah Hypo Absorption Tower (C. 810) yang ada, dimana gas-gas

Berdasarkan hasil penelitian kinerja pegawai di Badan Diklat Provinsi Kalimantan Tengah, dilihat dari dimensi kualitas dengan indikator kemampuan mengahadapi masalah