Pada bab ini akan membahas dan menghubungkan antara kajian pustaka
dengan temuan yang ada di lapangan. Terkadang apa yang ada di dalam kajian
pustaka dengan kenyataan yang ada di lapangan tidak sama dengan kenyataan,
atau sebaliknya. Keadaan inilah yang perlu dibahas lagi, sehingga perlu
penjelasan lebih lanjut antara kajian pustaka yang ada dengan dibuktikan dengan
kenyataan yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini akan menjawab fokus
penelitian, maka dalam bab ini akan membahas satu persatu fokus penelitian
yang ada.
Berdasarkan hasil wawancara dari para narasumber, observasi dan
dokumentasi yang telah peneliti lakukan di SDIT Nurul Fikri Tulungagung
dalam penerapan atau implementasi metode Wafa dalam belajar Al-Qur’an
siswa, peneliti menemukan beberapa hasil penelitian yang sama dengan fokus
penelitian peneliti, yaitu:
1. Implementasi Metode Wafa dalam Meningkatkan Kemampuan Belajar Al-Qur’an Siswa di SDIT Nurul Fikri Tulungagung
Metode Wafa juga sering disebut dengan metode otak kanan yang
mana dalam pembelajarannya menggunakan aspek multisensorik atau
Tiga bagian otak dibagi menjadi dua belahan kanan dan belahan kiri.
Dua belahan ini lebih dikenal dengan istilah otak kanan dan otak kiri.
Masing-masing belahan otak bertanggung jawab terhadap cara berfikir, dan
masing-masing mempunyai spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan
tertentu. Cara berfikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif dan
holistic. Cara berfikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang
bersifat non verbal seperti perasaan, emosi, kesadaran yang berkaitan dengan
perasaan, pengenalan bentuk, pola, musik, seni, kepekaan warna kreativitas
dan visualisasi. Di sisi lain salah satu kelebihan otak kanan yaitu lebih bisa
menyimpan memori dalam jangka panjang. Dengan metode Wafa atau otak
kanan ini diharapkan akan tercipta pembelajaran yang kondusif dan
menyenangkan.1
Dalam penerapannya untuk meningkatkan kemampuan belajar
Al-Qur’an siswa dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu kegiatan membaca,
menulis, dan menghafal.
1.1.Implementasi Metode Wafa dalam Meningkatkan Kemampuan Belajar Membaca Al-Qur’an Siswa di SDIT Nurul Fikri Tulungagung
Temuan penelitian ini mengemukakan tentang data yang diperoleh
dari hasil penelitian mengenai penerapan atau iplementasi Metode Wafa
1
dalam meningkatkan kemampuan belajar membaca Al-Qur’an siswa di
SDIT Nurul Fikri.
Pembelajaran dilakukan secara klasikal, yakni semua siswa dalam
kelompok membaca halaman yang sama dalam buku tilawah Wafa.
Dengan menggunakan pembelajaran pola TANDUR. Quantum teaching
adalah strategi pembelajaran yang digunakan dalam metode Wafa.
Quantum teaching ini merupakan salah satu strategi pembelajaran yang
dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan.
Dalam pelaksanaannya menggunakan langkah-langkah yang
sudah ditetapkan dalam buku panduan Wafa yaitu buku pintar guru
Wafa. Metode Wafa adalah metode otak kanan yang dalam pelaksanaan
proses pembelajarannya memadukan dari berbagai indera yaitu visual,
auditorial dan kinestetik (VAK).2 Dalam pembelajaran metode Wafa
dikemas dengan strategi quantum teaching (TANDUR) yaitu
Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan.3
Pembelajaran quantum dapat dipandang sebagai strategi
pembelajaran yang ideal, karena menekankan pada kerja sama antara
peserta didik dan guru untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran
quantum mencakup petunjuk spesifik, untuk menciptakan lingkungan
belajar yang efektif, merancang rencana pembelajaran, menyampaikan
2
Tim Wafa, Buku Pintar Guru…,hal. 1-2.
3
isi, dan memudahkan proses belajar. Bobby De Porter, mengembangkan
strategi pembelajaran quantum melalui istilah TANDUR, yaitu:
1) Tumbuhkan
Tumbuhkan yaitu dengan memberikan apersepsi yang cukup
sehingga sejak awal kegiatan siswa telah termotivasi untuk
belajar. Tahapan ini bertujuan untuk melibatkan atau
menyertakan diri siswa. Kemudian siswa dapat memahami
Apa Manfaat Bagiku (AMBAK). Tahapan ini merupakan
tahapan yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan
tahap-tahap selanjutnya.
2) Alami
Maksudnya berikan pengalaman nyata kepada peserta didik
untuk mencoba. Peserta didik akan menjadi aktif dalam proses
pembelajaran, tidak hanya melihat akan tetapi ikut beraktivitas.
3) Namai
Namai adalah tahap saat guru memberikan data tepat dan saat
minat siswa memuncak. Penamaan untuk memberikan identitas,
menguatkan dan mendefisinikan. Penamaan dibagun di atas
pengetahuan dan keingintahuan peserta didik saat itu.
4) Demonstrasikan
Yaitu tahap di mana guru memberikan kesempatan kepada siswa
diartikan sebagai penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan suatu proses, situasi selama proses
pembelajaran untuk didemonstrasikan atau dipresentasikan.
5) Ulangi
Yaitu mengulangi apa yang telah dipelajari sehingga setiap
peserta didik merasakan langsung di mana kesulitan yang
akhirnya mendatangkan kesuksesan. Dengan adanya
pengulangan maka akan memperkuat koneksi saraf.
6) Rayakan
Maksudnya sebagai respon pengakuan yang baik. Dengan
merayakan setiap hasil yang didapatkan oleh peserta didik yang
dirayakan akan menambah kepuasan dan kebanggaan pada
kemampuan pribadi dan pemupukan percaya diri masing-masing
peserta didik.4
Dilakukan secara bersama-sama dengan dicontohkan oleh guru
terlebih dahulu. Setelah guru meberikan contoh bacaan, siswa
menirukan secara bersama-sama dengan tetap melihat/membaca buku
panduan, lalu beberapa anak dan yang terakhir anak diminta untuk
membaca sendiri-sendiri.
4
Dalam membaca harus tetap memperhatikan makhorijul huruf dan
hukum bacaan tajwidnya. Dalam pelaksanaan belajar membaca
AL-Qur’an metode Wafa harus memperhatiakan mkahrarijul huruf, hukum
bacaa, panjang pendek bacaan dan hukum tajwidnya.
Disamping proses pembeljaran yang menyenangkan, dalam dalam
proses pembelajaran ini juga harus disesuaikan dengan pedoman
bagaimana membaca Al-Qur’an dengan benar, tepat dan sempurna
dengan memberikan setiap huruf akan haknya dari segi makhraj, sifat
dan harakatnya yang bertujuan untuk menjaga atau memelihara lidah
dari kesalahan dalam membaca kitab Allah SWT. Pedoman ini
dinamakan dengan “Tajwid”.5
Dan penilalian menggunakan kartu laporan hasil belajar membaca
Al-Qur’an metode Wafa, sesuai dengan aspek-aspek yang dinilai dalam
buku panduan guru. Kriteria penilaian yang dinilai dalam pembelajaran
Al-Qur’an metode Wafa ini ada beberapa aspek, yakni:
Membaca Al-Qur’an (Tilawah)
a. Kelancaran (membaca tanpa pikir dan tartil)
b. Fashohah (tempat keluarnya huruf dan sifat-sifatnya)
c. Tajwid (panjang, tekan, dengung, pantul, tanda baca).6
5
Nasrulloh, Lentera Qur’ani: Cara Mudah Membaca Al-Qur’an dan MemahamiKeutamaanya. (Malang: UIN Maliki Press, 2012), hal. 9
6
Dalam proses belajar mengajar, guru tidak lepas dari sarana
prasarana. Karena sarana prasarana sangat mempengaruhi keberhasilan
belajar peserta didik. Sarana prasarana digunakan sebagai alat bantu
untuk memudahkan siswa memahami materi yang diajarkan. Jadi selaku
pihak penyelenggara pendidikan sudah semestinya menyediakan sarana
prasarana yang memadai untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran,
karena sarana prasarana memiliki peran penting yang menjadi faktor
pendukung dalam membantu berlangsungnya proses pembelajaran, agar
tujuan pembelajaran bisa tercapai secara maksimum. Dalam
pelaksanaannya sumber belajar atau sarana prasarana yang digunakan
untuk menunjang berlangsungnya proses pembelajaran adalah buku
tilawah Wafa jilid 1 sampai 5, buku tajwid dan buku ghorib. Selain itu
alat pendukung berupa alat peraga maupun gambar. Selain dari sarana
prasarana tersebut faktor pendukung lain dalam membantu
berlangsungnya proses pembelajaran adalah adanya guru-guru
pembimbing yang berkompeten sesuai standar Wafa.
Dalam penerapannya menggunakan panduan buku belajar
membaca Al-Qur’an metode wafa jilid 1 sampai 5, buku ghorib dan
buku tajwid.
1) Buku Satu : Menguasai Makharijul huruf
3) Buku Tiga : Menguasai buku 1, 2 dan bacaan tekan
6) Buku Ghorib : Menguasai bacaan gharib musykilat
7) Buku Tajwid : Menguasai hukum-hukum bacaan
tajwid.7
Dalam penerapan metode wafa di SDIT Nurul Fikri ini
disesuaikan dengan kemampuan anak, dimana pengelompokannya tidak
berdasarkan tingkatan kelas, tetapi pada kemampuan anak sesuai buku
panduan yang sedang dipelajarinya.
1.2.Implementasi Metode Wafa dalam Meningkatkan Kemampuan Belajar Menulis Al-Qur’an Siswa di SDIT Nurul Fikri Tulungagung
Selain belajar membaca Al-Qur’an metode wafa juga menerapkan
belajar menulis Al-Qur’an. Dari deskripsi lapangan mengenai
penerapan/implementasi metode wafa dalam meningkatkan kemampuan
belajar menulis Al-Qur’an sisawa, peneliti menemukan beberapa hal
7
yang berkaitan dengan fokus penelitian diatas. Dalam penerapannya
pelaksanaan kegiatan menulis Al-Qur’an menggunakan buku menulis
wafa ini adalah untuk mendampingi kegiatan membaca Al-Qur’an.
Penerapan belajar menulis huruf hijaiyah menggunakan buku
panduan menulis al-Qur’an metode wafa yang terdiri dari jilid/buku 1
sampai buku 4. Dan dilakukan untuk mendampingi dan menunjang
kegiatan belajar membaca ataupun menghafal Al-Qur’an.
1) Buku Satu : Menebali dan menulis huruf tunggal
2) Buku Dua : Menulis huruf tunggal bersambung
3) Buku Tiga : Mengurai kalimat menjadi huruf
4) Buku Empat : Menyambung huruf-huruf menjadi
kalimat.
5) Imla’ : Menulis Ayat.8
Dalam penulisan huruf hijaiyah harus memperhatikan kaidah khot
naskhi. Dengan di berikan bimbingan maupun contoh oleh guru.
Penilalian dilakukan langsung pada lembar halaman buku menulis wafa
pada tabel penilalian di bagian bawah, sesuai dengan aspek-aspek yang
1.3.Implementasi Metode Wafa dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Siswa di SDIT Nurul Fikri Tulungagung
Dari deskripsi lapangan mengenai penerapan/implementasi
metode wafa dalam meningkatkan kemampuan menghafa Al-Qur’an
sisawa, peneliti menemukan beberapa hal yang berkaitan dengan fokus
penelitian diatas, dalam penerapannya seperti di bawah ini:
Sama halnya dengan belajar membaca Al-Qur’an metode Wafa,
belejar menghafal Al-Qur’an metode wafa juga dilakukan secara
klasikal menggunakan pembelajaran pola TANDUR. Kegiatan ini
berkesinambungan dengan kegiatan belajar membaca dan menulis
Al-Qur’an. Setelah apa yang sebelumnya dibaca dan ditulis anak mulai
menghafal surat-sura pendek.
Karena Al-Qur’an adalah paling utamanya kitab yang diturunkan,
begitu juga Nabi yang dituruni juga paling utamanya utusan, umatnya
juga lebih utama-utamanya umat, orang yang mementingkan Al-Qur’an
juga paling utamanya manusia, para penghafalnya juga paling mulianya
manusia dan guru yang mengajarkan juga paling utamnya orang,
pekerjaanyapun merupakan pekerjaan agama yang paling utama.10
9
Ibid,. hal.22
10
Dalam menghafal Al-Qur’an juga harus tetap memperhatikan
makhorijul huruf dan hukum bacaan tajwidnya. Sama seperti halnya
membaca Al-Qur’an, menghafalkannya pun juga harus senantiasa
memperhatikan hukum-hukum bacaan maupun tajwidnya.
Ketiga, kegiatan belajar Al-Qur’an metode Wafa ini di mulai
dengan menghafal juz 30 Surat An-Naba kebelakang, jika sudah hafal
juz 30, maka dilanjutkan dengan menghafal juz 29 dimulai dari surat
Al-Mulk ke belakang. Dilakhir kegiatan siswa menyetorkan hafalannya
secara sendiri-sendiri kepada guru pembimbing. Penilaian dilakukan
menggunakan kartu hafalan A-Qur’an siswa sesuai dengan kriteria dan
aspek-aspek penilaian yang telah ditetapkan yakni:
a. Kelancaran (membaca tanpa pikir dan tartil)
b. Fashohah (tempat keluarnya huruf dan sifat-sifatnya)
c. Tajwid (panjang, tekan, dengung, pantul, tanda baca).11
Dalam proses pendidikan Islam disebutkan bahwasanya metode
mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian
tujuan. Karena ia menjadi sarana yang bermakna terhadap materi pelajaran
yang tersusun dalam kurikulum pendidikan. Sehingga apa yang diajarkan
akan mudah diterima, difahami, ataupun diserap oleh peserta didik.12
11
Ibid,. hal.22
12
Ketidaktepatan dalam penerapan metode secara praktis akan
menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat membuang
waktu dan tenaga dengan percuma. Karena metode adalah syarat untuk
efisiensi dalam aktifitas proses pendidikan Islam. Hal ini berarti bahwa
metode termasuk persoalan yang esensial, karena tujuan pendidikan Islam
itu akan tercapai secara tepat guna manakala jalan yang ditempuh
untuk mencapai tujuan tertentu tersebut benar-benar tepat.13
Dengan metode Wafa ini, diharapkan pembelajaran Al-Qur'an lebih
menyenangkan dan melekat di hati para santri. Dengan menggunakan
manajemen Wafa yang terprogram dengan baik, sehingga pembelajaran
terkontrol dengan baik dan hasilnya maksimal.
13