BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi
Harold Laswell menyatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan suatu pengertian komunikasi atau communicationadalah dengan menjawab pertanyaan: who says what? in which channel? to whom? with what effect? Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek (akibat) tertentu (Effendy, 2003). Wilburr Schramm mengatakan bahwa komunikasi selalu menghendaki paling sedikit tiga unsur, yaitu: sumber (source), pesan (message), dan sasaran (destination). (Suhandang, 2010:16)
Hafied Cangara (2009:20) menyatakan bahwa komunikasi hanya bisa
disebut komunikasi jika memiliki unsur-unsur pendukung yang membangunnya sebagai body of knowledge, yakni: sumber, pesan, media, penerima, pengaruh,
umpan balik, dan lingkungan. Unsur-unsur ini juga sering disebut komponen atau elemen. Adapun unsur-unsur yang dimaksud tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1. Sumber
2. Pesan
Pesan dalam komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hibura, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris disebut dengan kata message, content, atau information.
3. Media
Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Media komunikasi ada yang berbentuk saluran antarpribadi, media kelompok, dan ada pula dalam bentuk media massa.
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima biasanya terdiri dari satu orang atau lebih. Penerima biasanya disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, target, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver.
5. Pengaruh / Efek
Pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan. Pengaruh biasa juga disebut dampak, akibat, atau effect.
sumber/komunikator melalui saluran atau media tertentu kepada penerima/komunikan, dengan maksud memberikan efek kepada komunikan tersebut sesuai yang diinginkan komunikator.
2.2 Komunikasi Massa
Komunikasi merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication).Ia lahir seiring dengan penggunaan alat-alat mekanik yang mampu melipat gandakan pesan-pesan komunikasi. Massa mengandung pengertian orang banyak. Mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama. Mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama (Wiryanto, 2006: 67-69). Komunikasi massa merupakan komunikasi yang ditujukan kepada massa dengan melalui media massa. Effendy (2009:26) mengatakan :“media massa ialah media yang mampu menimbulkan
2.3 Komunikasi Politik
Komunikasi politik memiliki lingkup pembahasan yang cukup luas. Ia bukan hanya membahas bagaimana komunikasi dapat dipergunakan untuk tujuan politik dan memperoleh kekuasaan secara internal, namun membahas bagaimana suatu sistem berlangsung dan dapat dipertahankan serta dialihgenerasikan. Di samping itu bagaimana komunikasi dapat digunakan untuk mempengaruhi negara lain dalam mencapai tujuan politik negara yang bersangkutan. Atau minimal dapat mewujudkan suatu hubungan yang saling menguntungkan di antara dua negara atau lebih (Dan Nimmo, 2001).
Sebagaimana terdapat dalam komunikasi pada umumnya, komunikasi politik pun terdiri dari komponen-komponen: komunikator, komunikan, message (pesan), media dan pengaruh (efek). Komponen-komponen tersebut di bidang komunikasi politik terdapat di dalam dua situasi politik atau struktur politik, yaitu
berada pada suprastruktur politik dan infrastruktur politik. Beberapa komponen yang terdapat dalam suprastruktur politik terbagi ke dalam tiga kelompok yaitu
yang berada pada lembaga legislative, eksekutif, dan lembaga yudikatif. Di lain pihak komponen-komponen yang berada di masyarakat atau infrasturktur politik terbagi dalam asosiasi-asosiasi, antara lain:
1. Partai politik (political party)
2. Kelompok kepentingan (interest group) 3. Para tokoh politik (political figures)
4. Media komunikasi politik (media of political communication) dan sebagainya
2.4 Ideologi Media
Ideologi dalam konteks media tidaklah harus dikaitkan dengan ide-ide besar, namun bisa bermakna politik penandaan atau pemaknaan.Bagaimana media melihat peristiwa dengan kacamata atau pandangan tertentu, merupakan sebuah ideologi. Sebab dalam proses melihat dan menandai peristiwa tersebut, media menggunakan titik melihat tertentu. Titik atau posisi melihat itu menggambarkan bagaimana peristiwa dijelaskan dalam kerangka berpikir tertentu.Tiap-tiap media bisa mempunyai pandangan dan bingkai berbeda-beda atas suatu realitas. Maka bingkai seperti apa yang dipilih oleh suatu media, menunjukkan ideologi yang diambil oleh media tersebut. (Eriyanto, 2002: 156)
Selanjutnya menurut Raymond (dalam Eriyanto, 2002: 163), ideologi media yakni ideologi yang dipercayai sebagai sebuah sistem keyakinan ilusioner (gagasan atau kesadaran palsu) yang dikontraskan dengan pengetahuan ilmiah. Ideologi dalam pengertian ini adalah seperangkat kategori yang dibuat dan kesadaran palsu dimana kelompok yang berkuasa atau dominan menggunakannya untuk mendominasi kelompok lain. Karena kelompok yang dominan mengontrol
kelompok lain dengan menggunakan perangkat ideologi yang disebarkan ke dalam masyarakat, akan membuat kelompok yang didominasi melihat itu tampak alamiah, dan diterima sebagai kebenaran. Di sini, ideologi disebarkan lewat berbagai instrumen salah satunya media massa. Dalam konteks ini, yang dimaksud sebagai kelompok berkuasa adalah media massa.
2.5 Teori Gaya Kepemimpinan
Beberapa definisi tentang gaya kepemimpinan, yang diberikan oleh para ahli sebagai berikut:
normaperilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain atau bawahan”.
Dan Nimmo sendiri, dalam bukunya menjelaskan tentang pengertian gaya kepemimpinan. Menurutnya, ada konsensus umum bahwa: “Kepemimpinan (dan akibatnya yang tidak dapat dipisahkan: kepengikutan) adalah suatu hubungan diantara orang-orang di dalam suatu kelompok yang di dalamnya satu atau lebih orang (pemimpin) mempengaruhi yang lain (pengikut) di dalam setting tertentu.” (Dan Nimmo, 2001).
Adapun beberapa teori dalam Gaya kepemimpinan, yaitu:
a) Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau cirri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas
seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau cirri-ciri di dalamnya.
b) Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok kea rah pencapaian tujuan.
c) Teori Situasional
terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah:
*Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas; *Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan; *Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan; *Norma yang dianut kelompok;
*Rentang kendali;
*Ancaman dari luar organisasi; *Tingkat stress
Macam-macam gaya kepemimpinan menurut Horse yang dikutip oleh H. Suwanto (2011:157) antara lain:
1. Gaya kepemimpinan Direktif
Gaya kepemimpinan ini membuat bawahan agar tau apa yang diharapkan pimpinan dari mereka, menjadwalkan kerja untuk dilakukan, dan member bimbingan khusus mengenai bagaimana menyelesaikan tugas.
2. Gaya kepemimpinan Yang Mendukung
Gaya kepemimpinan ini bersifat ramah dan menunjukan kepedulian akan kebutuhan bawahan.
3. Gaya kepemimpinan Partisipatif
Gaya kepemimpinan ini berkonsultasi dengan bawahan dan menggunakan saran mereka sebelum mengambil suatu keputusan.
4. Gaya kepemimpinan Berorientasi Prestasi
Sedangkan menurut Ratnaningsih (2009:126) gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia inginkan. Burn (1978) seperti yang dikutip oleh Ratnaningsih (2009:126) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe yang berbeda yaitu gaya kepempinan transformasional dan gaya kepemimpinan transaksional. Kedua gaya kepemimpinan tersebut merupakan dua hal yang berbeda (saling bertentangan) namun sangat penting dan dibutuhkan setiap organisasi.
a. Gaya Kepemimpinan Transformasional
Burns (1978) seperti yang dikutip oleh Ratnaningsih (2009:129) mendeskripsikan bahwa transformational leadership adalah “a process in which
leaders and followers raise one another to higher levels of morality and motivation”. Yaitu merupakan sebuah proses dimana pemimpin dan bawahan mengembangkan satu sama lain tingkat moralitas dan motivasi yang tinggi. Mengembangkan satu sama lain tingkat moralitas dan motivasi yang tinggi,
Ada empat keahlian yang digunakan oleh para pemimpin transformasional menurut Donnely(1998:35) seperti yang dikutip Pidekso dan Harsiwi (2001) yaitu:
1) Pemimpin memiliki visi bahwa ia mampu mengutarakan pikirannya dengan jelas. Visinya bisa berupa tujuan, sebuah rencana atau serangkian prioritas.
2) Pemimpin dapat mengkomunikasikan dengan jelas visi mereka. Pemimpin juga mampu menunjukkan citra yang menguntungkan sebagai hasil apabila visinya dapat terwujud.
3) Pemimpin harus dapat membangun kepercayaan dengan tindakan yang adil, tegas, dan konsisten. Kegigihannya, bahkan terhadap rintangan dan kesulitan sudah dapat terbukti.
4) Pemimpin transformational memiliki pandangan positif tentang dirinya. Ia akan bekerja untuk pengembangan keahliannya sehingga kesuksesan dapat tercapai. Pada tahap selanjutnya konsep kepemimpinan
transformasional mengalami perkembangan yaitu dengan adanya berbagai karakteristik yang melingkupinya.
Ada empat unsur yang mendasari kepemimpinan transformasional yaitu sebagai berikut: (Pidekso dan Harsiwi, 2001:3)
1) Idealized Influence – Charisma, yaitu memberi wawasan serta kesadaran akan misi, membangkitkan kebanggaan, serta menumbuhkan sikap hormat dan kepercayaan pada para bawahannya.
3) Intellectual Stimulation, yaitu meningkatkan intelegensia, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara seksama.
4) Individualized Consideration, yaitu memberikan perhatian, membina, membimbing, dan melatih setiap orang secara khusus dan pribadi.
Dalam hal ini, pemimpin transformasional bisa berhasil merubah status quo dalam organisasinya dengan cara mempraktekkan perilaku yang sesuai pada setiap tahapan proses transformasi. Ketika cara-cara lama dinilai sudah tidak sesuai lagi, maka pemimpin akan menyusun visi baru mengenai masa depan dengan fokus strategik dan motivasional. Visi tersebut menyatakan dengan tegas tujuan organisasi dan sekaligus berfungsi sebagai sumber inspirasi dan komitmen (Pidekso dan Harsiwi, 2001:4).
b. Gaya Kepemimpinan Transaksional
Dalam kepemimpinan transaksional, pemimpin dan pengikutnya beraksi sebagai agen penawar dalam suatu proses, dimana imbalan dan hukuman
teradministrasi. Damarsari seperti yang dikutip oleh Yoga (2006:33) menyatakan bahwa kepemimpinan transaksional yaitu hubungan antara pemimpin dengan bawahan yang berlandaskan pada adanya pertukaran atau adanya tawar menawar antara pimpinan dan bawahannya. Bass seperti yang dikutip oleh Pidekso dan Harsiwi (2001:3) mendefinisikan kepemimpinan transaksional sebagai kepemimpinan yang memelihara atau melanjutkan status quo. Kepemimpinan jenis ini didefinisikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan suatu proses pertukaran (exchange process) dimana para pengikut mendapat imbalan yang segera dan nyata untuk melakukan perintah-perintah pemimpin.
1) Imbalan Kontingensi (Contingent Reward).
Pemberian imbalan sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan bawahan sesuai dengan kesepakatan, biasanya disebut juga sebagai bentuk pertukaran yang aktif. Artinya bawahan akan mendapatkan imbalan atas tujuan yang dapat dicapainya dan tujuan tersebut telah disepakati bersama antara pemimpin dan bawahan.
2) Manajemen Eksepsi (Management by Exception)
Merupakan transaksi yang aktif dan pasif. Aktif yaitu pemimpin secara terus menerus melakukan pengawasan terhadap bawahannya untuk mengantisipasi adanya kesalahan. Sedangkan pasif berarti intervensi dan kritik dilakukan setelah kesalahan terjadi, pemimpin akan menunggu semua proses dalam tugas selesai, selanjutnya menentukan ada atau tidaknya kesalahan.
3) Laissez – Faire
Kepemimpinan gaya kebebasan atau gaya liberal, memberi kebebasan
luas terhadap kelompok yang secara esensial kelihatan sebagai kelompok yang tidak mempunyai kepemimpinan. Dalam kelompok yang diteliti, tipe kepemimpinan seperti ini menghasilkan tindakkan agresif paling besar dalam kelompok.
hukuman kepada bawahannya. Menurut Draft seperti yang dikutip oleh Kartono (2008:24), pemimpin transaksional mengklarifikasi persyaratan peran dan tugas bawahan, memprakarsai struktur, memberikan penghargaan yang tepat, dan mencoba mempertimbangkan dan memenuhi kebutuhan sosial bawahan. Kemampuan pemimpin transaksional untuk memuaskan bawahan, dapat meningkatkan produktivitas.
2.6 Media Massa
Media atau medium dalam bentuk jamaknya adalah tempat dimana proses
komunikasi berlangsung. Sedangkan, massa merupakan suatu kumpulan orang
banyak, berjumlah ratusan atau ribuan yang berkumpul dan mengadakan saling
hubungan untuk sementara waktu karena minat atau kepentingan bersama yang
bersifat sementara. Dengan demikian media massa dapat didefinisikan sebagai
sarana penyampaian komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran
informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara luas pula. Oleh
karena itu, maka informasi massa adalah milik publik, bukan ditujukan kepada
individu masing-masing (Tamburaka, 2012). Selanjutnya disebutkan, bahwa
media massa adalah sarana yang menghubungkan seluruh unsur masyarakat satu
dengan yang lainnya melalui produk media massa yang dihasilkan.
Dari pendapat tersebut, dapat diartikanbahwa media massa merupakan
arana komunikasi massa, dimana proses penyampaian pesan, gagasan, atau
informasi kepada orang banyak (publik) dilakukan secara serentak dan
bersamaan.
2.7 Fungsi Media Massa
Lasswell (dalam Effendy, 2003) menjelaskanfungsi media massa, ke
dalam tiga fungsi, antara lain:
Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan atau seringkali disebut
watchdog.
2. Korelasi sosial (social correlation)
Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar
sesuai dengan lingkungan sosialnya.
3. Transmisi warisan sosial budaya (Transmission of social and
culture heritage)
Fungsinya sebagai pewaris dan penerus sosial budaya dari satu
generasi ke generasi selanjutnya.
Selanjutnya menurut Onong Uchyana Effendy (dalamArdianto, 2007) fungsi-fungsi media massa yaitu:
1. Fungsi informasi;
Fungsi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi khalayak. Berbagai informasi dibutuhkan oleh
khalayak media massa yang bersagkutan sesuai dengan kepentingannya.
2. Fungsi Pendidikan;
Media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik
seperti pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku
kepada khalayak.
3. Fungsi Mempengaruhi;
Media massa dapat mempengaruhi khalayaknya baik yang bersifat
2.8 Jenis-jenis Media Massa
Dalam perspektif jurnalistik, media massa dikategorikan ke dalam tiga jenis (Yunus, 2012), yakni sebagai berikut:
1. Media Cetak
Media cetak tergolong jenis media yang populer. Media massa pertama kali muncul di dunia pada tahun 1920 an. Pada awalnya media massa digunakan pemerintah untuk mendoktrin masyarakat, sehingga membawa masyarakat pembaca kepada suatu tujuan tertentu. Contoh-contoh media cetak seperti; surat kabar, majalah dan tabloid Jenis media cetak terdiri dari surat kabar, tabloid, dan majalah.
2. Media Elektronik
Media elektronik merupakan mediayang digunakan sebagai
perantara untuk menginformasikan suatu hal atau masalah kepada masyarakat dalam bentuk elektronik. Media elektronik dapat berbentuk
analog maupun digital. Media ini memiliki kekhususanyang terletak pada dukungan elektronika dan teknologi yang menjadi ciridan kekuatan dari media berbasis elektronik. Kelebihan tersebut menyebabkan media elektronik lebih digandrungi oleh publik. Media elektronik lebih instan dibanding media cetak. Yang tergolong kedalam jenis media elektronik ini adalah televisi dan radio.
3. Media Online (Internet)
masyarakat mulai dan sedang menggemari media online. Sekalipun internet tidak sepenuhnya dimanfaatkan untuk media massa, tetapi keberadaan media online saat ini sudah diperhitungkan banyak orang sebagai alternatif dalam memperoleh akses informasi dan berita.
2.9 Media Online
Menurut Ashadi Siregar (dalam Kurniawan, 2005: 20),media online adalah sebutan umum untuk sebuah bentuk media yang berbasis telekomunikasi dan multimedia, yaitu komputer dan internet. Didalamnya terdapat portal, website (situs web), radio-online, TV-online, pers online, mail-online, dan sebagainya, dengan karakteristik masing-masing sesuai dengan fasilitas yang memungkinkan penggunanya untuk memanfaatkannya.
Media online mempunyai beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan”media konvensional” cetak maupun elektronik. Keunggulannya antara lain, mempunyai halaman web dengan kapasitas luas yang bisa menampung
Seperti layaknya internasional, di Indonesia pertumbuhan internet dan media online menjadi pesaing bagi media cetak. Sebagai bentuk reaksi, banyak media cetak yang kemudian juga membuat portal berita dalam versi online. Muncul kompas cyber, media indonesia dan lain sebagainya.
2.10 Cyber Community (Masyarakat Virtual)
Perkembangan teknologi khususnya penggunaan dunia maya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Salah satu bentuk kemajuan internet adalah muncul apa yang disebut cyber world atau dunia maya. Dimana kita dapat mengakses kapanpun, dimanapun, hubungan secara langsung ataupun tidak langsung. Burhan Burgin (2009:296), teori komunikasi dunia maya atau yang sering dikenal dengan teori cyber community merupakan teori paling akhir dalam pengembangan ilmu komunikasi atau sosiologi komunikasi. Cyber world melahirkan berbagai macam komponen yaitu salah satunya cyber community. Shin Sunghee; Eun Kyong Cho
2.11 Berita
Ada banyak pengertian tentang berita, baik mengacu pada substansi isi, tujuan penyajiannya, akses pemerolehan informasi, dan aktualitas isi. William Maulsby (dalam Yunus, 2012) berpendapat, berita adalah penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian masyarakat yang menyiarkan berita.
Sedangkan Assegaf (dalam Yunus, 2012) menjelaskan bahwa berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang teraktual, yang dipilih staf redaksi suatu media untuk disiarkan dan menarik perhatian pembaca karena sifatnya yang luar biasa, penting, humor, emosional, dan penuh ketegangan.
Mengacu pada definisi diatas, dapat dimengerti bahwa berita merupakan laporan informasi penting yang baru terjadi dan menarik perhatian publik yang mencerminkan hasil kerja wartawan dan tugas jurnalistik. Dengan demikian, unsur-unsur yang melekat dalam berita memiliki sifat yang informatif, layak
dipublikasikan dan sebagai hasil karya jurnalistik, bukan opini wartawan.
2.12 Berita Online dan Karakteristiknya
Berita online merupakan berita yang diterbitkan oleh media massa berbasis jaringan internet, dimana berita tersebut disajikan secara tertulis dalam sebuah website. Jakob Nielsen (dalam Rich, 2010) menyebutkan beberapa karakteristik dari berita online ini, antara lain:
1. Ditulis secara pendek
2. Ditulis untuk pembaca yang membaca berita dengan cara scanning bukan secara keseluruhan, yakni dengan seleksi isu
3. Ditulis langsung dan hanya pada poin yang penting
5. Informasi yang paling penting ditulis di dua paragraf pertama
2.13 Konstruksi Realitas
Istilah konstruksi realitas mulai terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann melalui bukunya The Social Construction of Reality: A Treatise in The Sociological of Knowledge, yang kemudian diterbitkan ke dalam edisi bahasa Indonesia dengan judul Tafsir Sosial atas Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan (1990). Dalam buku tersebut digambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana individu secara intens menciptakan suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif. (Sobur, 2002: 91)
Realitas sosisal yang dimaksud terdiri dari bagian dasar yaitu, realitas objektif, realitas simbolik, dan realitas subjektif.
1. Realitas Objektif
Realitas Objektif adalah gejala-gejala sosial yang terdapat dalam
kehidupan sehari-hari dan sering dihadapi individu sebagai fakta.
2. Realitas Subjektif
Realitas subjektif adalah realitas yang terbentuk pada diri khalayak yang berasal dari realitas objektif dan realitas simbolik.
3. Realitas Simbolik
Realitas simbolik adalah bentuk-bentuk simbolik dari realitas objektif, yang biasanya diketahui oleh khalayak dalam bentuk karya seni, fiksi, serta isi media. (Bungin, 2011)
sikap, atau nilai yang menyimpang tersebut bukanlah sesuatu yang alamiah (nature), yang terjadi dengan sendirinya, dan diterima begitu saja. Semua nilai dan pandangan tersebut bukan sesuatu yang terbentuk begitu saja, melainkan dikonstruksi. Lewat konstruksi tersebut, media secara aktif mendefinisikan peristiwa dan realitas sehingga membentuk kenyataan apa yang layak, apa yang baik, apa yang sesuai, dan apa yang dipandang menyimpang.
2.14 Pembingkaian / Framing
Framing secara sederhana adalah membingkai suatu peristiwa. Framing adalah pendekatan pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan suatu media ketika menyeleksi isu atau menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan atau dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut. Konkritnya, framing adalah sebuah strategi
bagaimana realitas dibentuk sedemikian rupa untuk ditampilkan pada khalayak pembaca. (Eriyanto, 2002: 165)
Entman (dalam Eriyanto, 2002: 221) melihat framingsebagai proses
seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dan mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan.
Kemudian Zhongdang Pan dan Kosicki (dalam Eriyanto, 2002: 293) melihat framing sebagai cara untuk mengetahui bagaimana suatu media mengemas berita dan mengkonstruksi realitas melalui pemakaian strategis kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat, foto, grafik, dan perangkat lain untuk membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca.
Meskipun berbeda dalam penekanan dan pengertian, ada titik singgung utama dari definisi framing tersebut. Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas itu, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal. Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang disajikan secara menonjol oleh media. Aspek-aspek yang tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak diberitakan, menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak.
Framing adalah sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Penyajian tersebut dilakukan dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek tertentu, dan membesarkan cara bercerita tertentu dari suatu realitas/peristiwa. Di sini media menyeleksi, menghubungkan, dan menonjolkan peristiwa sehingga makna dari peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.(Eriyanto, 2002: 79)
Metode analisis yang digunakan oleh peneliti adalah metode framing model Pan dan Kosicki. Alasan peneliti memilih menggunakannya dikarenakan metode ini secara tegas menyatakan sejauh mana fungsi media massa, karena Pan dan Kosicki mencoba melihat bagaimana mediamengkonstruksi realitas melalui pemakaian strategis kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat, foto, grafik, dan perangkat lain untuk membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca.
arahan solusi persoalan, termasuk menempatkan isu itu dalam konteks etisnya. Peneliti melihat ini sebagai kelebihan dan kekhasan model framing Pan dan Kosicki untuk menganalisa pemberitaan di media massa. Lebih lanjut, metode framing model Pan dan Kosicki ini dirasa tepat oleh peneliti untuk menganalisis pemberitaan di media online karena framing Pan dan Kosicki menekankan pada seleksi isu dan penonjolan pada aspek tertentu. Penekanan itu sesuai dengan karakteristik berita online yang dibuat untuk pembaca berita yang membaca dengan cara scanning, dimana diperlukan seleksi isu dan penonjolan aspek tertentu untuk menyesuaikan dengan pembaca berita dengan scanning tersebut.
2.15 Penelitian Terdahulu
2.15.1 Penelitian yang dilakukan oleh Ghusnul Tariq, mahasiswa Universitas Islam Bandung, Jawa Barat, berjudul KPK Versus Polri dalam Konstruksi Media Massa (Analisis Framing Terhadap Harian Kompas dan Republika)
Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui bingkai pemberitaan Kompas dan Republika mengenai kisruh yang terjadi antara KPK dan Polri.
Dalam hasil penelitiannya, ditemukan bahwa Kompas dan Republika telah membentuk framing dengan sisi yang berbeda. Harian Kompas mengkonstruksi berita tersebut dengan memperlihatkan keberpihakannya terhadap polisi dan secara jelas ingin mengembalikan citra Polri di mata masyarakat dengan memainkan pesan yang disampaikan Presiden SBY pada saat itu. Sedangkan Republika lebih menyudutkan posisi Polri dan berpihak kepada Bibit-Chandra. (Tariq, 2010)
2.15.2 Penelitian yang dilakukan oleh Mahar Rachanca, mahasiswi Universitas Diponegoro Semarang, berjudul Pembingkaian Koran Kompas dan Republika Terhadap Peristiwa PerangIsrael-Palestina.
perang Israel-Palestina, selama masa perang berlangsung yaitu 22 hari terhitung mulai tanggal 27 Desember 2008 sampai dengan 17 Januari 2009.
Dalam penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa Kompas mencoba melihat masalah-masalah dari berbagai segi dan lebih pada gaya humanismenya. Kompas terlihat dengan komitmennya yaitu dalam setiap pemberitaannya berupaya untuk selalu bersikap netral, hal ini ditunjukkan dengan informasi yang lebih lengkap dan argumen dari wartawan porsinya hanya sedikit.Sementara itu Republika hadir dengan falsafah Islam moderatnya mengemas berita tersebut dengan menggambarkan secara detail berlangsungnya peperangan. Pemberian judul setiap pemberitaan Republika cenderung memojokkan tentara Israel. (Rachanca, 2012)
2.15.3 Ketiga, skripsi berjudul Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Kepuasan Kerja Karyawan yang disusun oleh Kholijah Siregar, mahasiswa Studi
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei dengan menggunakan kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Kesimpulan yang dihasilkan dalam penelitian ini ialah gaya kepemimpinan merupakan cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku bawahannya. Hubungan tersebut akan harmonis apabila atasan mampu menyesuaikan gaya kepemimpinan dengan situasin yang dihadapi. Dengan adanya gaya kepemimpinan yang sesuai diharapkan nantinya dapat memberikan kepuasan kerja kepada bawahan (dalam hal ini masyarakat). (Siregar, 2006)
terhadap gaya kepemimpinan Ahok yang mulai ramai diperdebatkan lagi hingga saat ini.
2.16 Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. 2. 3. Ghusnul Tariq Mahar Rachanca Kholijah Siregar
KPK Versus Polri dalam Konstruksi Media Massa (Analisis Framing Terhadap Harian
Kompas dan Republika)
Pembingkaian Koran Kompas dan Republika Terhadap Peristiwa PerangIsrael-Palestina. Hubungan Gaya Mengetahui bingkai pemberitaan Kompas dan Republika mengenai kisruh yang terjadi antara KPK dan Polri.
Mengetahui
frame / bingkai yang dilakukan oleh Kompas dan Republika dalam
mengemas berita tentang
perang antara Israel-Palestina
Menganalisis hubungan gaya
Metode analisis framing Pan dan Kosicki Metode analisis framing Pan dan Kosicki
Mengambil
Harian Kompas mengkonstruksi berita dengan memperlihatkan keberpihakannya terhadap polisi, sedangkan Republika menyudukan posisi Polri dan berpihak kepada Bibit-Chandra
Kompas terlihat dengan komitmennya dalam setiap pemberitaan berupaya untuk selalu bersikap netral, sementara itu Republika hadir denganfalsafah Islam
moderatnya mengemas berita tersebut dengan menggambarkan
secara detail berlangsungnya peperangan
Kepemimpinan
Dengan Kepuasan Kerja karyawan
kepemimpinan
dengan
kepuasan kerja karyawan
sampel dari
suatu
populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data pokok
dipergunakan pemimpin dalam
mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku bawahannya. Hubungan tersebut akan harmonis apabila atasan mampu
menyesuaikan gaya
kepemimpinan dengan situasi yang dihadapi
Tabel 2.1
2.17 Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 1. Kerangka Penelitian
Pro Kontra Masyarakat Terhadap Gaya Kepemimpinan Ahok
Konstruksi Realitas
Analisis Framing Zhongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki Republika.co.id
Berita
Kompas.com
Ideologi Media