• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konstruksi pandangan Islam dalam media tentang fenomena LGBT Indonesia: analisis framing acara debat Kompas TV dan TV One.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konstruksi pandangan Islam dalam media tentang fenomena LGBT Indonesia: analisis framing acara debat Kompas TV dan TV One."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

KONSTRUKSI PANDANGAN ISLAM DALAM MEDIA TENTANG FENOMENA LGBT INDONESIA

(Analisis Framing Acara Debat Kompas TV dan TV One)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan

Program Sarjana Sosial ( S.Sos )

Oleh : Rohmawati NIM. B01212028

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Rohmawati, NIM.B01212028, 2016. Konstruksi Pandangan Islam dalam Media

tentang Fenomena LGBT Indonesia (Analisis Framing Acara Debat Kompas TV dan TV One)”. Skripsi Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Konstruksi Media, Pandangan Islam, Fenomena LGBT, Analisis Framing

Skripsi ini bertujuan untuk meneliti tentang konstruksi media mengenai pandangan Islam terhadap fenomena LGBT pada acara debat Kompas TV dan TV One. Dalam penelitian ini untuk mengetahui konstruksi media mengenai pandangan Islam terhadap LGBT, peneliti menggunakan analisis framing.

Adapun peneliti menggunakan penelitian bersifat non kancah dan pendekatan penelitian analisis framing model Robert N. Entman (seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas itu). Dengan empat komponen penting dalam pembingkaian media: definition problem, causal interpretation, moral evaluation, treatment recommendation. Definition problem merupakan cara pandang suatu peristiwa atau isu dilihat, sebagai isu atau masalah apa. Diagnose causes membahas memperkiran masalah atau sumber masalah. Moral evaluation mencakup keputusan moral. Treatment recommendation menekankan pada penyelesaian mengatasi masalah.

Hasil penelitian ini ditemukan bahwa bingkai Kompas TV dalam tayangan acara debat LGBT menonjolkan aspek hukum konstitusional. Sedangkan TV One menonjolkan aspek moral berkenaan dengan pandangan Islam mengenai LGBT oleh para tokoh agama Islam.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 7

E. Definisi Konseptual ... 7

1. Konstruksi ... 8

2. Pandangan Islam ... 8

3. Fenomena LGBT ... 8

4. Media Kompas TV dan TV One ... 9

5. Analisis Framing ... 10

F. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kajian Pustaka ... 12

1. Media Massa dan Konstruksi ... 12

a. Media Televisi ... 12

b. Perkembangan Stasiun Televisi di Indonesia ... 13

c. Kekuatan dan Kelemahan ... 14

2. Konstruksi ... 16

a. Media adalah Agen Konstruksi ... 17

b. Efek Hasil Konstruksi Teks Media ... 19

(8)

a. Ideologi ... 20

b. Pemikiran Islam ... 22

4. Fenomena LGBT dan Realitas Sosial ... 23

5. Analisis Framing ... 29

B. Kajian Teoritik ... 30

1. Teori Konstruksi Sosial ... 30

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 35

B. Unit Analisis ... 38

C. Jenis dan Sumber Data ... 39

D. Tahapan Penelitian ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 41

F. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Objek Penelitian ... 44

1. Profil Lembaga Penyiaran ... 44

a. Kompas TV ... 44

b. TV One ... 48

2. Profil Acara ... 51

a. Dialog Khusus LGBT Haruskah Dicemaskan? (Kompas TV). ... 51

b. ILC (TV One) ... 52

3. Profil Narasumber ... 52

B. Penyajian Data ... 58

C. Analisis Data ... 67

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 80

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di awal pergantian tahun 2016, tepatnya di pertengahan bulan

Februari silam warga Indonesia dikejutkan dengan merebaknya

Lesbian,Gay,Biseksual dan Transgender (LGBT). Pada mulanya kabar

tersebut menjadi semakin booming setelah dunia hiburan diwarnai kabar kasus artis dangdut Saipul Jamil (SJ). Dimana-mana hampir seluruh

layar kaca, baik acara infotainment yang biasanya memberitakan

kehidupan artis, kini kasus artis SJ tersebut termasuk dalam acara

pemberitaan nasional.1

Kasus pencabulan yang dilakukan oleh artis ini dilaporkan oleh

“DS” selaku korban ke Polsek Kelapa Gading. Lelaki berusia belia ini

mengaku telah mengalami pelecehan seksual oleh SJ. Pada saat itu artis

SJ digiring ke Polsek Kelapa Gading untuk diminta sejumlah

keterangan. Hingga pada 18 Februari, SJ belum ditetapkan sebagai

tersangka. Polisi masih membutuhkan data-data dan bukti yang lengkap

sebelum menetapkan SJ sebagai tersangka kasus pelecehan seksual

sesama jenis tersebut.

1

(10)

2

Dengan merebaknya isu LGBT di Indonesia, hampir dalam kurun

satu bulan penuh pada bulan Februari berbagai media berupaya

memberikan informasi mengenai hal itu. Mainstream media di Indonesia

pun tak mau ketinggalan dengan menyebarnya isu LGBT menjadi

sebuah topik perbincangan khusus. Banyak yang memberikan anggapan

bahwa LGBT adalah sebuah isu, adapula yang menyebutnya sebagai

penyakit menular. LGBT adalah sebuah akronim dari Lesbian, Gay,

Biseksual dan Transgender.

LGBT menjadi topik permasalahan yang sedang marak

diperbincangkan di media massa, khususnya televisi. Sebenarnya

banyak istilah atau akronim yang lain untuk menyebutkannya,

diantaranya GLBT, Gangguan Identitas Gender (GIG).

Dalam fakta sosial masyarakat Indonesia, menganggap LGBT

merupakan tindak penyimpangan seksual yang dilakukan seseorang.

Perbedaan gender sebenarnya sudah menjadi fitrah kehidupan dan

sesuatu hal yang wajar, selama tidak melahirkan ketidakadilan gender.2

Hal tersebut menjadi tidak wajar apabila terjadi suatu penyimpangan

sifat yang dimiliki tidak sesuai dengan kodratnya.

Bias gender belakangan sudah tumbuh perlahan di Indonesia.

Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) menjadi akronim

yang familiar di Indonesia pasca tersiar kabar komunitas LGBT di

2

(11)

3

Amerika mendapat persetujuan untuk menikah sesama jenis. Lambda

Indonesia adalah sebuah nama organisasi pertama perjuangan hak-hak

kaum gay tahun 1982.3 Para aktivis dan ulama Islam Indonesia bahkan dunia juga mengecam aksi tersebut. Berbalik dengan pernyataan

Menteri Komunikasi Politik Hukum dan HAM, Luhut Binsar Panjaitan

mengatakan hal tersebut masalah pribadi dan hak hidup sebagai warga

negara yang harus dilindungi.4

Sebagian pihak menilai LGBT juga bersifat menular dilihat dari

sisi dominasi propaganda LGBT yang sudah menyentuh ranah

kehidupan anak-anak dan remaja. Dan hal propaganda tersebut pihak

Komunikasi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) adalah hal yang

paling mengancam kepada masa depan generasi anak Indonesia. Serta

tindakan propaganda tersebut menurutnya adalah memiliki wilayah

hukum pidana yang mengatur tindak tersebut.

Media televisi secara masif, silih berganti memberitakan LGBT ini

pasca kabar negara adidaya melegalkan pernikahan sesama jenis.

Ditambah lagi tersiar kabar pasca konferensi oleh pakar hukum

internasional yang memperjuangkan hak kesetaraan kaum LGBT di

Yogyakarta dan menghasilkan Yogyakarta Principles5. Para pelaku

LGBT di Indonesia semakin keras menyuarakan haknya untuk mendapat

perlindungan atau payung hukum dari pemerintah. Akibatnya sebagian

3Hendriy Yulius,” Banci!”

Majalah Tempo, 21 Februari 2016 h.99

4

Cuplikan Kabar petang TV One 16 Februari 2016 5

(12)

4

besar para akademisi, cendekiawan dan pemerhati generasi anak

Indonesia serta pemerintah mengkhawatirkan hal ini menjadi sebuah

propaganda.6

Beberapa media televisi berupaya tidak sekedar memberitakan,

bahkan ada yang mengulas permasalahan LGBT secara khusus. Dalam

praktiknya, setiap media menyajikan kasus seputar LGBT dengan

konsep yang berbeda-beda.

Berkaitan dengan jurnalistik, peran media massa atau publisistik

tidak akan pernah terpisah. Media massa atau pers baik cetak maupun

elektronik merupakan alat untuk menyampaikan informasi. Sedangkan

jurnalistik sendiri merupakan kata sifat dari jurnalisme yang artinya

pekerjaan yang berkaitan dengan media berita, termasuk menerbitkan,

mengedit, menulis atau menyiarkan.7

Dari media dapat diperoleh informasi mengenai realitas yang

tengah berlangsung di suatu tempat yang dinamakan berita. Sementara,

realitas yang ditampilkan media ke hadapan publik merupakan realitas

yang sudah dibentuk dan dibingkai sedemikian rupa.Peranan media

massa dalam proses mengkonstruksi suatu peristiwa menjadi signifikan

dalam pembentukkan realitas sosial. Untuk mengetahui bagaimana

media mengkonstruksi berita biasanya digunakan analisis framing.

6

Cuplikan Kabar Petang TV One 16 Februari 2016 7

(13)

5

Untuk itu dalam hal ini peneliti menjadi tertarik mengetahui secara

mendalam pada konsep bingkai media dalam menayangkan suatu

peristiwa. Utamanya penelitian akan berfokus pada bingkai pandangan

Islam mengenai LGBT dalam kedua media tersebut. Peneliti merasa

tertarik pada dua stasiun televisi swasta nasional yaitu Kompas TV dan

TV One. Adapun program khusus yang ditayangkan media Kompas TV

bertajuk "LGBT Haruskah Dicemaskan?" sedangkan TV One dikemas

dalam program acara Indonesia Lawyers Club (ILC) yang berjudul

"LGBT Marak, Apa Sikap Kita?".

Secara garis besar, TV One menyoroti LGBT di Indonesia dalam

acara debatnya, dengan diawali pemaparan narasumber Hartoyo sebagai

aktivis LGBT. Dalam pembukaan acara tersebut, aktivis LGBT diberi

kuasa untuk menjelaskan maksud tujuan dan pendapat yang mewakili

pembelaan terhadap kaum LGBT. Disusul dengan hadirnya narasumber

yang lain dari aparatur pemerintahan, psikiater dan tiga pemuka agama

Islam seperti Aan Anshori, Ali Mustafa Ya’qub dan Marsudi Shuhud.

Pendapat para narasumber dalam hal ini tiga pemuka agama Islam,

memiliki kecenderungan kesamaan sudut pandang mengenai nilai-nilai

kemanusiaan. Dalam hal ini agar para pelaku LGBT tidak mendapatkan

perilaku dzalim sebab mereka bagian dari warga negara Indonesia.

Dalam acara debat Kompas TV, menyoroti LGBT di Indonesia

dengan mengedepankan aspek hukum. Di sisi lain pernyataan

(14)

6

aspirasi mayoritas mencemaskan LGBT sebagai gerakan yang

meresahkan masyarakat.

TV One sebagai mainstream media di Indonesia yang

memberikan konten 70 persen berita.8 Sedangkan Kompas TV sebagai

media arus utama pertelevisian pendatang baru. Walaupun demikian

Kompas TV memiliki potensi besar dilihat dari kualitas tampilan yang

sudah High Definition dan sudah berjaringan nasional. Bahkan Kompas

TV memiliki media partner KTV yang siap berkompetisi dengan stasiun

televisi lain.9

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dibahas sebelumnya, dengan ini

peneliti hendak mengemukakan perumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimana konstruksi Kompas TV dan TV One mengenai pandangan

Islam tentang fenomena LGBT di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

konstruksi media mengenai pandangan Islam terkait fenomena LGBT

di Indonesia.

8

Sejarah TV One, ( http://ditpolkom.bappenas.go.id/ diakses pada 19 April 2016)

9

(15)

7

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, maka diharapkan dapat peneliti dapat

memberikan manfaat berupa:

1. Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini peneliti dapat memberikan wawasan

kepada pembaca dan menambah rujukan kepustakaan Fakultas

Dakwah dan Komunikasi, khususnya untuk mahasiswa program

studi Komunikasi Penyiaran Islam

2. Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini peneliti pula ingin memberikan

sumbangsih positif bagi seluruh pihak, baik untuk media massa dan

masyarakat umum yang sesuai dengan khasanah Islam.

E. Definisi Konseptual

Adapun judul skripsi ini adalah: “Konstruksi Pandangan Islam

dalam Media tentang Fenomena LGBT Indonesia (Analisis

Framing Acara Debat Kompas TV dan TV One)”

Maka peneliti ingin memberikan definisi khusus berupa

batasan-batasan dan kata kunci agar tidak menimbulkan salah

(16)

8

1. Konstruksi

Konstruksi merupakan suatu perbuatan merancang

bangunan-bangunan menyusun bangunan-bangunan, penbangunan-bangunan (bangunan-bangunan)sususan

bangunan 10.

Dengan demikian konstruksi dalam hal ini berkaitan dengan

rancangan dalam penyajian suatu tayangan yang diolah sedemikian

rupa oleh Kompas TV dan TV One sebelum ditampilkan ke

khalayak.

2. Pandangan Islam

Pandangan Islam yang dimaksud dalam konsep ini adalah

sebuah argumentasi yang dilandasi ideologi Islam. Dan maksud

dari pandangan Islam itu sendiri adalah teks yang dikemukakan

oleh narasumber yang berkaitan, di dalam program acara media

televisi tersebut (Kompas TV dan TV One).

3. Fenomena LGBT

Fenomena adalah hal-hal yang dapat disaksikan dengan panca

indera dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah; sesuatu

yang luar bisa atau keajaiban; fakta atau kenyataan Fenomena

adalah gejala dalam situasi alami yang kompleks, yang hanya

mungkin menjadi bagian dari alam kesadaran manusia , ketika

10

(17)

9

sudah direduksi ke dalam suatu ukuran yang terdefinisikan sebagai

fakta dan yang demikian terwujud sebagai suatu realitas.11

LGBT merupakan sebuah akronim Lesbian, Gay, Biseksual

dan Transgender.12 Istilah tersebut muncul pertama kali Amerika

pada tahun 1988. Sebenarnya terdapat beberapa istilah atau

akronim yang lain untuk menyebutkannya, diantaranya GLBT,

Gangguan Identitas Gender (GIG). Dalam fakta sosial masyarakat

Indonesia, mayoritas menganggap LGBT merupakan tindak

penyimpangan seksual yang dilakukan seseorang.

4. Media Kompas TV dan TV One

Media atau medium berasal dari bahasa latin yang berarti saluran atau alat untuk menyalurkan. Dalam pengertian jamak

dipakai istilah media, sedangkan bentuk tunggalnya adalah

medium.13. Menurut Skomis, televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Sifat politisnya sangat besar karena

bisa menampilkan informasi, hiburan dan pendidikan atau

gabungan dari ketiga unsur tersebut secara kasat mata.

Dalam hal ini peneliti memfokuskan subjek penelitian pada

media televisi Kompas TV dan TV One. Kompas TV sebagai

media yang berfokus pada tayangan yang memiliki misi informatif,

11

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2006), h.20 12

Sinyo, Anakku Bertanya LGBT (Jakarta: Quanta,2014) h.11

13

(18)

10

edukatif dan menghibur. Selain itu Kompas TV juga melibatkan

pemirsa dengan program-program independen, khas melalui

layanan multiplatform. Sedangkan media TV One sebagai pendatang baru dunia pemberitaan pasca transisi dari Lativi.

Sebelumnya Lativi dikenal sebagai televisi yang menonjolkan

masalah yang berbau klenik, berita kriminalitas dan beberapa

hiburan ringan lainnya.

5. Analisis Framing

Analisis framing atau analisis bingkai adalah bagaimana

seorang wartawan memandang realita secara subjektif dari

kacamata wartawan tanpa mengesampingkan sisi objektifitas dan

bagaimana media mengkonstruksikan pesan.14 Dalam hal ini

wartawan atau media merupakan pihak yang memiliki peran besar

dalam proses bingkai suatu tayangan.

F. Sistematika Pembahasan

Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk laporan yang

bersifat deskriptif yang terdiri dari beberapa bab, dengan

sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan gambaran umum pada skripsi ini yang

berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

14

(19)

11

penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual dan sistematika

pembahasan.

BAB II: KERANGKA TEORITIK

Pada bab ini menguraikan kajian pustaka di dalamnya terdapat

definisi media massa, konstruksi, fenomena LGBT dan analisis

framing, kerangka teori menggunakan teori konstruksi sosial dan

penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Sebagai

bukti bahwa penelitian ini belum diteliti oleh pihak manapun.

BAB III: METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisikan tentang pendekatan dan jenis penelitian,

objek penelitian, jenis dan sumber data, tahapan penelitian, teknik

pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV: ANALISIS DATA

Pada bab ini menguraikan analisis data yang akan dilakukan oleh

peneliti terhadap objek penelitian yakni bagaimana konstruksi

Kompas TV dan TV One mengenai pandangan Islam terkait

fenomena LGBT Indonesia, kemudian penyajian data dan analisis

data

BAB V: PENUTUP

Pada bab ini merupakan bagian akhir dari kerangka skripsi yang

(20)

12

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Kajian Pustaka

1. Media Massa dan Konstruksi a. Media Televisi

Televisi merupakan media massa yang memiliki karakteristik

audio dan visual. Televisi muncul karena perkembangan teknologi

pasca ditemukannya alat komunikasi telepon, telegraf, fotografi dan

alat perekam suara. Media televisi muncul setelah penemuan radio dan

media cetak.

Televisi juga dapat dikatakan sebuah produk inovasi dari tahun

ke tahun, karena banyaknya pihak penemu dan inovator yang terlibat

baik perorangan maupun perusahaan.

Menurut Skomis:1965 dalam bukunya “Television and Society.

An Incuest and Agenda”. Televisi mempunyai sifat istimewa

dibandingkan media massa lainnya. Televisi merupakan gabungan

dari media dengar dan gambar. Sifat politisnya sangat besar karena

bisa menampilkan informasi, hiburan dan pendidikan atau gabungan

dari ketiga unsur tersebut secara kasat mata.1

Dengan demikian televisi adalah alat komunikasi dengar

pandang satu arah yang sangat digemari banyak kalangan, karena

1

(21)

13

selain mendapat informasi gambar juga mendapat informasi berupa

suara.

b. Perkembangan Stasiun Televisi di Indonesia

Tonggak awal munculnya stasiun televisi Indonesia adalah

rencana perhelatan besar Asian Games IV. Pemerintah Indonesia

memasukkan proyek media massa televisi ke dalam proyek

pembangunan Asian Games IV. Tanggal 25 Juli 1961, Menteri

Penerangan mengeluarkan Surat Keterangan Menpen

No.20/SK/M/1961 tentang pembentukan Panitia Persiapan Televisi

(P2T).2

Pada 23 Oktober 1961, Presiden Soekarno dari Wina mengirim

pesan kepada Menteri Penerangan Maladi untuk menyiapkan proyek

televisi diantaranya: (1)membangun studio di eks AKPEN,

(2)membangun dua pemancar 100 watt dan 10 Kw, (3)mempersiapkan

software (program dan tenaga)

Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1962, TVRI menjadi

stasiun televisi pertama milik negara mengadakan siaran percobaan

dengan acara HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia

XVII dari halaman Istana Merdeka, Jakarta. Dengan pemancar

cadangan 100 watt.

Tanggal 24 Agustus 1962, TVRI mengudara pertama kalinya

dengan siaran langsung upacara pembukaan Asian Games IV dari

2

(22)

14

stadion Gelora Bung Karno dan menjadi negara yang memiliki siaran

televisi keempat di Asia setelah Jepang, Filipina dan Thailand.

Pada November 1988 RCTI, menjadi televisi swasta pertama

di Indonesia. Mulai dengan siaran percobaan TV bayar ( pay-television).di Jakarta. RCTI melakukan siaran setelah mengantongi izin prinsip dari Departemen Penyiaran c.q Direktur Televisi/Direktur

Yayasan TVRI pada 28 Oktober 1987 berpartisipasi dalam

penyelenggaraan Siaran Saluran Terbatas (SST) dalam wilayah

Jakarta dan sekitarnya.3

Perkembangan RCTI dan semakin besarnya peluang bisnis di

televisi mendorong pendirian stasiun televisi swasta lain. Pada 1989,

Surya Citra Televisi (SCTV) menjadi stasiun televisi swasta kedua,

yang mendapat izin dari Departemen Penerangan untuk mengudara.

Semakin bertambahnya tahun, bertambah pula stasiun televisi swasta

yang lain.

c. Kekuatan dan Kelemahan

Sebagai media massa yang tumbuh belakangan dan merupakan

konvergensi dari media radio dan surat kabar, televisi memiliki

kekuatan sendiri yang berbeda dengan media massa yang lain.

Dimana-mana pengguna media massa televisi masih menjadi

mayoritas. Berikut adalah keunggulannya:

3

(23)

15

- Bersifat dengar pandang

- Mampu menghadirkan realitas sosial yang seolah-olah

seperti aslinya

- Mampu menyebarkan informasi secara serempak

- Memberi rasa kedekatan

- Menghibur, walaupun media kelebihan ini juga dimiliki

media massa lain pada umumnya4

Walaupun demikian media televisi juga memiliki

kekurangan, diantaranya sebagai berikut:

- Biaya tinggi untuk penyelenggaraan program-program

acara, sebab dibutuhkan dukungan fasilitas yang beragam

- Persaingan antar televisi

- Bersifat impersonal, karena komunikasi yang berlangsung

antara komunikator dan khalayak tidak berlangsung secara

alami

- Kurang berkesinambungan antara program satu dengan

yang lainnya sehingga dapat terjadi pembauran informasi

4

(24)

16

2. Konstruksi

Paradigma konstruksionis memiliki pandangan tersendiri

terhadap kebenaran media dan teks berita yang dihasilkannya. Konsep

mengenai konstruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog Peter L.

Berger. Dalam pandangan sosiolog tersebut, dalam karyanya bersama

Thomas Luckman mengenai posisi konstruksi sosial yang berada

diantara fakta sosial dan definisi sosial.5

Pemikiran Berger melihat realitas kehidupan sehari-hari

memiliki dimensi-dimensi subjektif dan objektif. Manusia dianggap

sebagai instrumen dalam menciptakan suatu realitas sosial yang

objektif melalui proses eksternalisasi, sebagaimana ia

mempengaruhinya dengan proses internalisasi (dalam hal ini

mencerminkan realitas subjektif). Berger memaparkan masyarakat

adalah produk manusia yang terjadi secara dialektis, dinamis dan

plural secara terus menerus. Selain itu Berger juga beranggapan

sebaliknya, bahwa manusia sebagai produk masyarakat. Singkatnya,

kedua anggapan Berger mengenai dialektis realitas terdapat kedua

unsur yang kuat dan saling mempengaruhi.

Berger menyebutkan ada tiga proses penting dalam peristiwa

yang berkaitan dengan pembentukan manusia dengan masyarakat:

5

(25)

17

1. Eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri

manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun

fisik

2. Objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai , baik mental

maupun fisik dari kegiatan luar (eksternalisasi) manusia

3. Internalisasi, yaitu penyerapan kembali dunia objektif (nyata)

ke dalam kesadaran dan menghasilkan pengaruh individu oleh

struktur dunia sosial

Kesimpulannya adalah realitas tidak dibentuk secara

sengaja, maupun sesuatu yang datangnya dari Tuhan. Tetapi

realitas itu dibentuk dan dikonstruksi, bergantung pada bagaimana

pengalaman, pendidikan dan lingkungan sosial seseorang.

a. Media adalah agen konstruksi.

Media berasal dari kata medius yang secara harfiah berarti perantara, tengah atau pengantar. Dalam bahasa Inggris, media

merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti tengah, antara,

rata-rata. Dari pengertian ini ahli komunikasi mengartikan media

sebagai alat yang menghubungkan pesan komunikasi yang

disampaikan oleh komunikator kepada komunikan (penerima

pesan).6

6

(26)

18

Pandangan konstruksionis memiliki penilaian yang berbeda

dalam menilai sebuah media. Dalam pandangan positivis, media

hanya dipandang sebagai saluran. Media adalah sarana bagaimana

pesan disebarkan dari komunikator ke penerima (khalayak). 7

Paradigma positivis tentu saja menilai media hanya sebuah saluran

komunikasi saja. Sedangkan paradigma konstruksionis menyatakan

media bukanlah sekadar saluran yang bebas, ia juga subjek yang

mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan

pemihakannya.

Ritzer menjelaskan bahwa ide dasar semua teori dalam

paradigma definisi sosial sebenarnya berpandangan bahwa manusia

adalah aktor yang kreatif dari realitas sosialnya. Artinya, tindakan

manusia tidak sepenuhnya ditentukan norma-norma,

kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai dan sebagainya, yang kesemua itu tercakup

dalam fakta sosial yaitu tindakan yang tergambarkan struktur dan

pranata sosial.

Manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk

bertindak di luar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya

dimana individu berasal. Manusia secara aktif dan kreatif

mengembangkan dirinya melalui respons-respons terhadap

stimulus dalam dunia kognitifnya. Karena itu, paradigma definisi

7

(27)

19

sosial lebih tertarik terhadap apa yang ada dalam pikiran manusia

tentang proses sosial, terutama para pengikut interaksi simbolis.

Dalam proses sosial, individu manusia dipandang sebagai pencipta

realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya.

Melalui konstruksi, media secara aktif mendefinisikan

peristiwa dan realitas sehingga membentuk kenyataan apa yang

dianggap baik dan layak untuk ditayangkan kepada khalayak.8

b. Efek Hasil Konstruksi Teks Media

Ditinjau dari segi ilmu komunikasi maka hasil atau efek

dari proses penyampaian pesan dapat ditinjau dalam tiga bagian,

yaitu:

1. Personal opinion, merupakan pendapat pribadi. Maksudnya adalah sikap seseorang dalam memberikan pendapat terhadap

suatu permasalahan tertentu.

2. Public opinion, merupakan pendapat umum. Ini adalah penilaian sosial mengenai suatu hal yang dianggap penting

melalui proses berpikir rasional antar individu

3. Majority opinion, merupakan pendapat sebagian besar khalayak.

8

(28)

20

3. Pandangan Islam a. Ideologi

Secara bahasa ideologi berasal dari bahasa Perancis dari du

kata yakni, ideo yang mengacu pada gagasan dan logie yang berarti

logos atau dalam bahasa Yunani bermakna logika.9

Ideologi merupakan bagian dari pikiran yang tersistem,

yakni nilai, orientasi dan kecenderungan untuk saling melengkapi

sehingga membentuk perspektif gagasan atau ide yang

diungkapkan melalui komunikasi dengan media teknologi dan

komunikasi antar pribadi.

Menurut Karl Marx ideologi merupakan sarana untuk

mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat.

Secara sederhana, Ideologi (mabda’) adalah pemikiran yang

mencakup konsepsi mendasar tentang kehidupan dan memiliki

metode untuk merasionalkan pemikiran tersebut berupa fakta,

menjaga pemikiran dari hal yang tidak masuk akal dan metode

untuk menyebarkannya.

Munculnya ideologi berasal dari akidah rasional dalam

benak manusia yang memancarkan aturan untuk segala aspek

kehidupan. Lahirnya ideologi dari dua cara, pertama dari wahyu

Allah SWT yang diberikan kepada manusia untuk disampaikan,

kedua dari pemikiran jenius manusia. Jika ideologi berasal dari

9

(29)

21

wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh manusia, maka

ideologi ini benar adanya. Karena Allah adalah pencipta mutlak

segala aturan melalui Al Quran dan As Sunnah melalui wahyu

Nya. Jika ideologi berasal dari kejeniusan manusia maka hal

tersebut lemah adanya, karena hasil akal manusia sebatas kekuatan

makhluk ciptaan Nya. Di samping itu aturan yang dibuat manusia

dapat berpotensi menimbulkan pertentangan serta mudah

terpengaruh lingkungan. Hal ini akan mengantarkan pada

kesengsaraan manusia. Dan ideologi yang berasal dari Allah benar

dalam idenya dan aturannya, sedangkan buatan manusia itu batil

dalam ide dan aturannya.10

Islam merupakan ideologi, dalam arti sebuah akidah

aqliyah yang memberikan jawaban kepada manusia mengenai

seluruh pertanyaan dan persoalannya. Akidah tersebut

diungkapkan pada kalimat “La ilaha illa Allah, Muhammad Al

Rasulullah” atau “Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad

adalah utusan Allah”. Dari akidah tersebut lahir sebuah aturan

untuk memecahkan segala persoalan manusia. Aturan tersebut

adalah sebuah uraian petunjuk yang terdapat dalam Al Qur’an dan

As Sunnah.

Adapun cara penerapan ideologi ini ke dalam kehidupan

adalah dengan meyakini kebenarannya melalui keberadaan Negara.

10

(30)

22

Dalam melaksanakan ideologi tersebut Negara berpegang pada dua

perkara , ketaqwaan dan keimanan seorang muslim atas kebenaran

dan pentingnya sistem di satu sisi, serta tajamnya undang-undang

dan seluruh sanksinya di sisi lain.11

Dengan kata lain Islam merupakan ideologi yang memang

dari pemaparan tentang ideologi merupakan akidah aqliyah yang

mewujudkan aturan dan Islam adalah agama yang diwahyukan

Allah melalui malaikat Jibril kepada Rasul untuk disebarkan

ajarannya kepada seluruh manusia agar meyakininya. Islam

merupakan aturan-aturan petunjuk yang mutlak diturunkan oleh

Allah SWT.

b. Pemikiran Islam

Dalam hal ini pemikiran adalah berkenaan dengan cara

pandang seseorang mengenai sesuatu. Pemikiran adalah

merupakan proses daya pikir yang bisa menghukumi realita apa

saja dengan cara mengkaitkan realita dengan informasi awal

mengenai sesuatu. Proses pemikiran didasari oleh empat pilar

diantaranya: realita, informasi awal mengenai realita, penginderaan

terhadap realita dan otak yang mampu untuk mengaitkan informasi

dengan realita.

Dengan demikian maka definisi berpikir adalah sebuah

metode tertentu dalam penelitian, yang terjadi dalam rangka

11Ahmad ‘Athiyat,

(31)

23

mengetahui hakikat sesuatu yang diteliti melalui informasi dan

penginderaan yang dimasukkan ke dalam otak. Hasil dari otak

tersebut mengeluarkan status hukum atas realita tersebut sehingga

proses inilah yang disebut pemikiran12

Jadi pemikiran Islam merupakan proses berfikir yang

didalamnya terdapat serangkaian pemahaman tentang kehidupan

yang membentuk pandangan hidup tertentu yang dipikirkan secra

jernih. Islam merupakan agama yang memiliki pola hidup yang

khas dan tidak berubah mengikuti zaman.

4. Fenomena LGBT

Fenomena berasal dari bahasa Yunani dari kata phainoma,

berakar dari kata phanein dan memiliki arti ‘menampak’. Sering digunakan untuk merujuk ke semua objek yang masih dianggap

eksternal dan secara paradigmatik harus disebut objektif.13

Jadi maksud dari fenomena merupakan sebuah kenyataan

yang nampak dan menjadi sesuatu yang dapat memiliki nilai dan

dibenarkan secara umum.

Fenomena adalah gejala dalam situasi alami yang

kompleks, yang hanya mungkin menjadi bagian dari alam

kesadaran manusia , ketika sudah direduksi ke dalam suatu ukuran

12

Ibid hh.53-55

13

(32)

24

yang terdefinisikan sebagai fakta dan yang demikian terwujud

sebagai suatu realitas.

Relevansi fenomena dengan realitas adalah konsep wujud

atau membenda, yang dengan kata lain merupakan hasil akhir

pemahaman yang mempunyai wujud.

LGBT merupakan sebuah akronim Lesbian, Gay, Biseksual

dan Transgender.14 Istilah tersebut muncul pertama kali Amerika

pada tahun 1988. Akronim yang lain dari LGBT, diantaranya

GLBT, Gangguan Identitas Gender (GIG). Dalam fakta sosial

masyarakat Indonesia, menganggap LGBT merupakan tindak

penyimpangan seksual yang dilakukan seseorang.

Pada mulanya, kata gay digunakan untuk menunjukkan arti bahagia atau senang.15 Namun di Inggris kata ini memunyai makna

“homoseksual” pada tahun 1800. Kata gay sebenarnya berlaku

untuk semua jenis kelamin, laki-laki dan wanita. Akan tetapi

seiring berjalannya waktu, wanita lebih senang mengidentifikasi

dirinya sebagai lesbian.

Dengan kata lain, lesbian adalah seorang gay yang berjenis kelamin perempuan. Sedangkan gay lebih sering dikenal sebagai pelaku gay yang memiliki jenis kelamin laki-laki.

14

Sinyo, Anakku Bertanya LGBT (Jakarta: Quanta,2014) h.11

15

(33)

25

Biseksual digunakan kepada orang yang mempunyai

bisexual orientation, yaitu ketertaikan seks pada sesama jenis dan lain jenis secara bersamaan. Biseksual juga mewakili identitas

seksual dalam kehidupan masyarakat selain heteroseksual dan gay.

Transgender adalah istilah untuk menunjukkan keinginan

tampil berlawanan dengan jenis kelamin yang dimilki. Seorang

transgender bisa saja mempunyai identitas heteroseksual, gay, biseksual atau bahkan aseksual.

Kaum transgender tidak mempersalahkan jenis kelamin

yang dimiliki dan tidak mau mengubah alat kelamin lewat operasi.

Jadi, seseorang yang berjenis kelamin laki-laki yang mempunyai

orientasi heteroseksual tetapi selalu ingin tampil sebagai wanita,

maka dia dapat disebut sebagai transgender.16

Sebenarnya komunitas LGBT ini lahir bermula dari

komunitas gay atau homoseksual. Kemudian seiring dengan berjalannya waktu kaum perempuan pun memiliki kesamaan

pandangan penyuka sesama jenis dengan kata lain lesbian. Kedua

komunitas ini akhirnya saling bekerjasama membentuk satu wadah

untuk memperjuangkan keberadaan mereka.

Setelah itu kehadiran kelompok biseksual dan transgender

pun berusaha melakukan upaya penyatuan pandangan dalam satu

16

(34)

26

wadah yang bernama LGBT. Pada mulanya LGBT hanya ada dua

komunitas saja, yakni gay dan lesbian dan mereka tidak setuju

dengan biseksual dan transgender. Seiring berjalannya waktu

istilah itu menjadi wakil dari eksistensi mereka.

Di Indonesia sebenarnya sudah ada komunitas kecil LGBT

yang bercorak kebudayaan yang belum muncul sebagai pergerakan

sosial. Salah satu contohnya adalah gemblak di Ponorogo.17

Gemblak adalah lelaki muda yang dijadikan semacam “istri” oleh

para warok di Ponorogo. Para warok tersebut mempunyai ilmu kesaktian dengan syarat tidak boleh berhibungan badan dengan

lawah jenis. Jika syarat ini dilanggar kesaktian mereka akan hilang.

Tonggak awal kemunculan organisasi LGBT Indonesia

sedikit banyak dipengaruhi oleh komunitas kaum homoseksual di

kota-kota besar pada zaman Hindia Belanda.18 Pada waktu itu

Eropa sedang meluas pergerakan komunitas LGBT. Tanggal 1

Maret 1982 merupakan salah satu hari bersejarah oleh kaum LGBT

Indonesia. Sebab pada tanggal itu, organisasi yang menaungi kaum

gay berdiri untuk pertama kalinya di Indonesia.

Organisasi dengan nama Lambda Indonesia itu memiliki

sekretariat di Solo. Kemudian Lambda mendirikan cabang di

sejumlah kota besar lainnya seperti Yogyakarta, Surabaya dan

17

Ibid h.39

18

(35)

27

Jakarta. Mereka menerbitkan buletin yang bernama G: Gaya Hidup Ceria (tahun 1982 hingga 1984).19

Permasalahan kaum LGBT Indonesia berdasarkan dialog

Komunitas LGBT Nasional Indonesia dan laporan nasional

mendapatkan dukungan dari UNDP dan USAID melalui prakarsa

regional 'Being LGBT in Asia' (Hidup Sebagai LGBT di Asia).

Laporan ini merupakan hasil dokumentasi berbagai presentasi dan

diskusi dalam Dialog Komunitas LGBT Nasional Indonesia yang

diselenggarakan pada 13-14 Juni 2013 di Bali.

Prakarsa pembelajaran bersama ini, yang mencakup

delapan negara yaitu Cina, Filipina, Indonesia, Kamboja,

Mongolia, Nepal, Thailand dan Vietnam, bertujuan untuk

mendapatkan pemahaman tentang berbagai tantangan baik hukum,

politik maupun sosial yang dihadapi kelompok LGBT, aspek

hukum dan kebijakan yang terkait, serta peluang akses mereka

akan layanan peradilan dan kesehatan.

Prakarsa ini membahas kebutuhan berbagai organisasi

LGBT, ruang gerak mereka, kapasitas organisasi-organisasi ini

untuk melibatkan diri pada dialog kebijakan dan hak asasi manusia,

serta peran teknologi baru dalam mendukung advokasi LGBT.

19

(36)

28

Para kaum LGBT di Indonesia pun menuntut kepada

pemerintah Republik Indonesia diantaranya:20

1. Mengakui secara resmi keberadaan kelompok LGBT yang

memiliki beragam orientasi seksual dan identitas gender

sebagai bagian integral dalam masyarakat Indonesia, di

samping juga menghargai dan melindungi hak asasi manusia

kelompok LGBT yang setara dengan warga Indonesia lainnya,

baik di tingkat nasional maupun internasional melalui

mekanisme HAM yang sudah ada.

2. Hentikan segala bentuk diskriminasi dan kekerasan yang

didasarkan pada orientasi seksual dan identitas gender, baik

yang dilakukan oleh pejabat negara (termasuk petugas

kepolisian dan pamong praja) maupun oleh masyarakat umum

(termasuk organisasi berbasis agama) dengan mengusulkan

undang-undang atau kebijakan anti diskriminasi.

Kaum LGBT merasa kekerasan terhadap kaum LGBT

berbeda, karena seringkali aparat negara melakukan tindak

kekerasan justru karena perbedaan orientasi seksual kaum ini.

Proses identifikasi diri dari kaum LGBT bukanlah hal yang mudah

dilakukan, umumnya proses identifikasi diri dan pilihan orientasi

seksual merupakan proses seumur hidup dengan berbagai

penolakan keluarga hingga lingkungan, bahkan penolakan diri

20

(37)

29

sendiri. Penolakan lingkungan terhadap kaum LGBT

dijewantahkan melalui berbagai justifikasi moral dan agama. Mulai

dari kata “menyimpang” hingga “sesat” muncul menghakimi kaum

ini.21

Berbagai kasus yang dialami kaum lesbian, gay, biseksual,

transeksual/transgender di Indonesia adalah sebagai indikator

bahwa diskriminasi terhadap kelompok minoritas di Indonesia

masih sangat marak22

5. Analisis Framing

Analisis Framing merupakan salah satu model analisis yang

dapat mengungkap rahasia perbedaan media dalam menyampaikan

fakta. Analisis framing adalah cara untuk mengetahui suatu realitas

dibingkai oleh media.23 Dengan demikian realitas sosial dapat

dipahami, dimaknai dan dikonstruksi dengan bentukan dan makna

tertentu.

Dalam analisis framing seseorang akan diarahkan

bagaimana suatu realitas ditampilkan dan di sisi lain dari realitas

tidak ditampilkan. Sebab media dalam analisis framing telah

mengkonstruksi sedemikian rupa sebuah realita sebelum

21

Ariyanto dan Rido Triawan, Jadi, Kau tak Merasa Bersalah!? (Jakarta:Citra Grafika,2008),h.5

22

Ibid h.71

23

(38)

30

ditampilkan kepada khalayak. Jadi media bukanlah saluran yang

bebas memberitakan apa adanya. Dengan melalui pembingkaian

atau framing, media dapat menekankan suatu realita yang dapat

membuat kita melupakan aspek penting yang lain.

Paradigma Konstruksionis menyikapi suatu peristiwa

adalah sesuatu yang telah melalui proses konstruksi. Objektivitas

yang ditampilkan menjadi tidak sepenuhnya suatu kebenaran

karena diolah terlebih dahulu sebelum ditampilkan. Suatu

informasi yang ditampilkan lewat siaran berita bukanlah

menggambarkan realitas melainkan potret yang berkaitan dengan

peritiwa.24 Posisi media sangat besar pengaruhnya sebagai agen

konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas kepada khalayak

umum.

B. Kajian Teoritik

1. Teori Konstruksi Sosial

Paradigma konstruksionis memiliki pandangan tersendiri

terhadap kebenaran media dan teks berita yang dihasilkannya.

Konsep mengenai konstruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog

Peter L. Berger. Dalam pandangan sosiolog tersebut, dalam

karyanya bersama Thomas Luckman mengenai posisi konstruksi

sosial yang berada diantara fakta sosial dan definisi sosial.

24

(39)

31

Pemikiran Berger melihat realitas kehidupan sehari-hari

memiliki dimensi-dimensi subjektif dan objektif. Manusia

dianggap sebagai instrumen dalam menciptakan suatu realitas

sosial yang objektif melalui proses eksternalisasi, sebagaimana ia

mempengaruhinya dengan proses internalisasi (dalam hal ini

mencerminkan realitas subjektif). Berger memaparkan masyarakat

adalah produk manusia yang terjadi secara dialektis, dinamis dan

plural secara terus menerus. Selain itu Berger juga beranggapan

sebaliknya, bahwa manusia sebagai produk masyarakat.

Singkatnya, kedua anggapan Berger mengenai dialektis realitas

terdapat kedua unsur yang kuat dan saling mempengaruhi.

Berger menyebutkan ada tiga proses penting dalam

peristiwa yang berkaitan dengan pembentukan manusia dengan

masyarakat:25

1. Eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri

manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun

fisik

2. Objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai , baik mental

maupun fisik dari kegiatan luar (eksternalisasi) manusia

3. Internalisasi, yaitu penyerapan kembali dunia objektif (nyata)

ke dalam kesadaran dan menghasilkan pengaruh individu oleh

struktur dunia sosial

25

(40)

32

Kesimpulannya adalah realitas tidak dibentuk secara

sengaja, maupun sesuatu yang datangnya dari Tuhan. Tetapi

realitas itu dibentuk dan dikonstruksi, bergantung pada

bagaimana pengalaman, pendidikan dan lingkungan sosial

seseorang.

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

1. Siti Farihatin, tahun 2010, Mahasiswi Ilmu Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya, KONSTRUKSI IDEOLOGI MAJALAH AL-WA’IE (Analisis Framing Pemikiran Islam dalam Rubrik Afkar). Perbedaan dari penelitian ini terletak pada objek penelitian yang berfokus pada rubrik media cetak. Adapun kesamaannya adalah

mengenai konstruksi media dan analisis framing. Namun peneliti

dalam hal ini menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan

dan Kosicki. Penelitian ini memaparkan hasil berupa pesan-pesan yang

disampaikan oleh majalah Al Wa’ie selalu dikaitkan dengan ideologi

Islam. Berkaitan dengan ideologi majalah Al Wa’ie adalah Islam,

dibuktikan dengan sumber-sumber catatan kaki dari tulisan yang

dituliskan majalah ini adalah selalu dilampirkan sumber-sumber yang

jelas seperti Al Qur’an dan Hadits.

(41)

33

EDISI APRIL 2008. Perbedaan dari penelitian ini terletak pada objek penelitian yakni pada media cetak. Sedangkan penelitian ini

menggunakan media televisi sebagai objek penelitian. Adapun analisis

yang dipakai oleh karya milik Agung Deftiawan menggunakan analisis

wacana Teun Van Dijk. Sedangkan yang hendak peneliti pakai adalah

analisis Robert Entman. Penelitian ini menghasilkan temuan berupa

ketidaksetujuan media Kompas tentang korupsi. Kompas

mengonstruksikan korupsi sebagai musuh bersama bangsa, yang harus

mendapatkan perhatian lebih seksama dari pemerintah. Walaupun

media ini dikenal sebagai label media non-muslim, sisi keberimbangan

dalam menyampaikan juga sangat diperhatikan.

3. Zubaidah, tahun 2010, Mahasiswi Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya, ANALISIS FRAMING SEPUTAR PEMBERITAAN PLURALISME PASCA WAFATNYA

GUS DUR DI HARIAN KOMPAS DAN JAWAPOS DALAM PERSPEKTIF DAKWAH. Perbedaan dari penelitian ini terletak pada objek penelitian media cetak dan fokusnya pada perspektif

dakwah. Sedangkan objek penelitian yang hendak dilakukan adalah

bingkai media mengenai pandangan Islam oleh narasumber yang ada

di subjek penelitian. Adapun analisis yang dipakai oleh mahasiswi ini

adalah analisis framing Zhongdang Pan dan Kosicki. Hasil temuan dari

(42)

34

masing-masing media mengenai tentang penekanan fakta pluralisme

dalam hal ini Kompas dan Jawa Pos.

NO. NAMA & JUDUL SKRIPSI PERSAMAAN PERBEDAAN

1 KONSTRUKSI IDEOLOGI

MAJALAH AL-WA’IE oleh Siti

Farihatin

Fokus penelitian

konstruksi media

Objek penelitian

media cetak

2 KONSTRUKSI

PEMBERITAAN HARIAN

KOMPAS KASUS-KASUS

KORUPSI EDISI APRIL 2008

oleh Agung Deftiawan

Fokus penelitian

konstruksi media

Objek penelitian

media cetak

3 ANALISIS FRAMING

SEPUTAR PEMBERITAAN

PLURALISME PASCA

WAFATNYA

GUS DUR DI HARIAN

KOMPAS DAN JAWAPOS

DALAM PERSPEKTIF

DAKWAH oleh Zubaidah

Fokus penelitian

konstruksi media

Objek penelitian

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah analisis teks media bersifat non kancah.

Analisis teks media bersifat non kancah yaitu memaparkan pesan yang

disampaikan atas suatu peristiwa atau situasi, dengan diperlukan deskripsi

subjek penelitian secara mendalam.1 Penelitian non kancah ini

menggunakan pendekatan analisis framing atau bingkai.

Analisis Framing merupakan salah satu model analisis yang dapat

mengungkap rahasia perbedaan media dalam menyampaikan fakta.

Analisis framing adalah cara untuk mengetahui suatu realitas dibingkai

oleh media.2 Dengan demikian realitas sosial dapat dipahami, dimaknai

dan dikonstruksi dengan bentukan dan makna tertentu.

Dalam analisis framing seseorang akan diarahkan bagaimana suatu

realitas ditampilkan dan di sisi lain dari realitas tidak ditampilkan. Sebab

media dalam analisis framing telah mengkonstruksi sedemikian rupa

sebuah realita sebelum ditampilkan kepada khalayak. Jadi media bukanlah

saluran yang bebas memberitakan apa adanya. Dengan melalui

pembingkaian atau framing, media dapat menekankan suatu realita yang

dapat membuat kita melupakan aspek penting yang lain.

1

Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989) h.24

2

(44)

36

Paradigma Konstruksionis menyikapi suatu peristiwa adalah

sesuatu yang telah melalui proses konstruksi. Objektivitas yang

ditampilkan menjadi tidak sepenuhnya suatu kebenaran karena diolah

terlebih dahulu sebelum ditampilkan. Suatu informasi yang ditampilkan

lewat siaran berita bukanlah menggambarkan realitas melainkan potret

yang berkaitan dengan peritiwa.3 Posisi media sangat besar pengaruhnya

sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas kepada

khalayak umum.

Peneliti menggali fenomena dengan menggunakan analisis framing

Robert N.Entman. Pendekatan analisis framing Robert N.Entman dipakai

untuk melihat teks komunikasi yang disajikan dan representasi yang

ditampilkan secara menonjol pada khalayak. Menurut Entman dalam

framing terdapat dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau

penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas / isu. Penonjolan adalah

proses membuat informasi menjadi lebih menarik, bermakna atau lebih

diingat oleh khalayak.4

Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan

menseleksi isu yang lain dan cara menonjolkan aspek dari suatu isu

melalui strategi wacana misalnya ; penempatan yang mencolok (headline

depan atau belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung

3

Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta: Lkis, 2002) h.25

4

(45)

37

dan memperkuat penonjolan, asosiasi terhadap simbol budaya dan lain

sebagainya. Semua aspek tersebut dipakai untuk membuat konstruksi

pesan menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak.

Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana cara

pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis

berita. Cara pandang itu menentukan fakta yang diambil , bagian yang

ditonjolkan dan yang dihilangkan dan hendak dibawa ke mana berita

tersebut.5

Seleksi isu Berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari beragam

realita kemudian diseleksi aspek mana yang akan

ditampilkan. Bagaimana fakta dipahami oleh media. Dari

proses ini terdapat dua aspek penting yaitu : Included

adalah aspek realita yang dimasukkan dan Excluded

adalah aspek realita/isu yang dikeluarkan atau tidak

ditampilkan.

Penonjolan aspek

tertentu dari isu

Berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika realita/isu

tersebut telah dipilih, bagaimana aspek ditulis atau

ditampilkan? Hal ini berkaitan dengan pemakaian bahasa

yang bukan sekedar teknis jurnalistik, tetapi dapat

sebagai politik bahasa. Bagaimana bahasa dapat

menciptakan realitas tertentu pada khalayak

5

(46)

38

Dalam konsepsi Entman framing merujuk pada 4 komponen penting :

B. Unit Analisis

Sesuai dengan judul penelitian ini “Konstruksi Pandangan

Islam dalam Media tentang Fenomena LGBT Indonesia (Analisis

Framing Acara Debat Kompas TV dan TV One)” , maka unit

analisisnya adalah acara debat dua media televisi, yaitu : “LGBT

Haruskah Dicemaskan?” oleh Kompas TV dengan “LGBT Marak,

Apa Sikap Kita?” oleh TV One.

Problem Identification

(Definisi masalah)

Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat? Sebagai apa?

Atau sebagai masalah apa?

Causal Interpretation

(Memperkirakan masalah

atau sumber masalah)

Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang

dianggap sebagai penyebab suatu masalah? Siapa

yang dianggap sebagai penyebab masalah?

Moral Evaluation

(Membuat keputusan moral)

Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan

masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk

melegitimasi suatu tindakan?

Treatment Recommendation

(Menekankan penyelesaian)

Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi

masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus

(47)

39

Sedangkan obyek penelitian adalah pandangan Islam yang

ditampilkan oleh kedua media tersebut. Bahwa penelitian ini akan

berupaya untuk melihat bagaimana konstruksi Kompas TV dan TV One

mengenai pandangan Islam oleh beberapa narasumber tentang fenomena

LGBT di Indonesia melalui teks rekaman visual dan audio yang

ditampilkan pada khalayak.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Data primer

Data pokok dari penelitian ini adalah berupa teks audio

visual dari tayangan debat LGBT Haruskah Dicemaskan? program acara Kompas TV dan LGBT Marak, Apa Sikap kita? program acara TV One . Dalam hal ini peneliti akan menganalisa pesan

komunikasi dan dialog pandangan Islam oleh beberapa narasumber

terkait dalam kedua acara debat tersebut.

b. Data sekunder

Data pendukung sebagai pelengkap dari data-data yang

sudah ada sebelumnya. Adapun data pendukung dari penelitian ini

adalah berupa referensi buku-buku, internet dan lain-lain yang

(48)

40

2. Sumber data

Sumber data merupakan aspek penting yang dibutuhkan

untuk melakukan penelitian. Komponen dari sumber data tersebut

dapat berupa data primer (utama) dan sekunder (pendukung).

Sumber data dibutuhkan untuk mendapatkan suatu informasi

kemudian melakukan analisis.

Sumber data diperoleh dari dari dokumentasi berupa

rekaman audio visual tayangan debat LGBT Haruskah

Dicemaskan? program acara Kompas TV dan LGBT Marak, Apa Sikap kita? program acara TV One melalui situs unduhan youtube.com dengan saluran resmi masing-masing lembaga

penyiaran.

D. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yang akan digunakan peneliti ada tiga,

yaitu: tahapan pra lapangan,tahapan analisis data dan tahapan

penulisan skripsi6.Semua akan dilakukan dengan detail dan

sungguh, sehingga dapat menghasilkan keabsahan dan akurasi teks

setelah dilakukan penelitian.

a. Tahapan pra lapangan

Dalam tahap ini peneliti mencari dan menentukan tema

penelitian serta fokus penelitian. Adapun fokus penelitian yang

6

(49)

41

dirasa menarik adalah pandangan Islam oleh beberapa narasumber

dari kedua media.

Kemudian dari proses itu ingin diketahui media mana yang

mengkonstruksi tayangan dengan pandangan Islam yang

dikemukakan oleh beberapa tokoh yang terlibat. Setelah ada rasa

ketertarikan peneliti mulai mencari dan mengunduh dokumen yang

hendak diteliti.

b. Tahapan analisis

Dalam tahap ini peneliti sudah menentukan fokus penelitian

dan mulai untuk melakukan analisis data yang sudah diperoleh.

c. Tahapan penulisan skripsi

Tahap ini dilakukan setelah melalui proses-proses yang sudah

dikemukakan sebelumnya diatas. Penulisan disusun secara

sistematis dari hasil penggalian data, triangulasi dan analisis.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan

standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

dengan mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

masalah-masalah yang akan diteliti. Setelah melalui proses

pengumpulan data, dilakukan pengamatan ulang untuk diperoleh

(50)

42

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1. Pengamatan (observasi)

Teknik pengumpulan data melalui pengamatan adalah proses

peneliti mengamati situasi penelitian. Dalam hal ini peneliti

melakukan pengamatan pada tayangan acara debat LGBT Haruskah Dicemaskan? program acara Kompas TV dan LGBT Marak, Apa Sikap kita? program acara TV One

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi didapat melalui dokumen-dokumen yang

diolah oleh orang lain baik itu yang sudah dipublikasikan

maupun yang belum dipublikasikan.7 Dalam hal ini peneliti

megumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian

ini. Dokumen tersebut berupa rekaman audio visual tayangan

LGBT Haruskah Dicemaskan? program acara Kompas TV dan

LGBT Marak, Apa Sikap kita? program acara TV One. Selain itu referensi literatur yang mendukung penelitian ini.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah usaha yang dilakukan peneliti untuk

memproses pengolahan suatu data. Tujuan dari analisis data untuk

menyederhanakan agar suatu fenomena memiliki nilai sosial, akademis

7

(51)

43

dan ilmiah mudah dipahami.8 Langkah-langkah teknik analisis data

sebagai berikut:

1. Menelaah data

2. Mengelola dan mengelompokkan data

3. Menyusun secara sistematis

4. Melakukan pemilahan atau penyederhanaan agar suatu fenomena dapat

dipahami oleh diri sendiri khususnya khalayak

Peneliti memilih tayangan program televisi yang memiliki keunggulan dari

segi audio dan visual dibanding media yang lain. Hal tersebut dinilai tepat

untuk lebih mudah memahami realitas.

8

(52)

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Profil lembaga media penyiaran a. KOMPAS TV

Kompas TV adalah sebuah perusahaan media yang

menyajikan konten tayangan inspiratif dan menghibur untuk

keluarga Indonesia. Kompas Gramedia TV (KGTV) didirikan oleh

PT Gramedia Media Nusantara pada tahun 2008 dengan brand

nama Kompas TV. Sesuai dengan visi misi yang diusung, acara

yang dikemas oleh Kompas TV diantaranya berita (news),

petualangan dan pengetahuan (adventure & knowledge) dan

hiburan (entertainment) yang mengedepankan kualitas.1 Konten

program news Kompas TV adalah berita yang tegas, terarah dan

memberi harapan.

Selain itu, untuk program lainnya Kompas TV menekankan

pada eksplorasi Indonesia, baik dari kekayaan alam, khasanah

kebudayaan, Indonesia kini hingga talenta berprestasi. Tidak hanya

1

(53)

45

berhenti pada program tayangan televisi tersedia pula produksi film

layar lebar dengan jalan cerita menarik dan didukung oleh talenta

seni berbakat Indonesia. Beberapa film layar lebar yang diproduksi

adalah Lima Elang dan Garuda Di Dadaku (karya Rudi

Soedjarwo), Sang Penari, Cinta dalam Kardus, dan Kompas TV

tengah menjalin kerjasama dengan MILES Production dalam

penggarapan Pendekar Tongkat Emas. Pada 28 Juni 2011, Kompas

TV mulai menayangkan program-programnya di salah satu stasiun

televisi lokal.

Peluncuran perdana, Kompas TV sebagai content provider

pada tanggal 9 September 2011 sejumlah kota besa di Indonesia

diantaranya: Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang,

Denpasar, Banjarmasin, Palembang dan Makassar. Kompas TV

terus berkembang dengan bertambahnya akses di lebih dari 100

kota di Indonesia. Selain itu tayangan Kompas TV juga dapat

dinikmati oleh 200 juta penduduk Indonesia melalui streaming

www.kompas.tv/live serta dapat diakses lewat televisi berbayar

K-Vision yang merupakan bagian dari Kompas grup.

Dengan kerjasama operasi dan manajema, Kompas TV

memasok program tayangan hiburan dan berita pada stasiun

televisi lokal di berbagai kota di Indonesia, bahkan di beberapa

negara tetangga yang telah terlibat kerjasama. Sejak 9 September

(54)

46

yang menyediakan kanal bagi Kompas TV untuk dapat

menayangkan kepada pemirsa dengan kualitas High Definition

(HD). Kualitas High Definition (HD) menyajikan gambar dengan

resolusi tinggi sehingga pemirsa dapat menikmati gambar dengan

kontur jelas dan warna yang lebih tajam.

Kompas TV juga mengarah pada sistem televisi digital

yang lazim digunakan secara internasional. Kompas TV tentu

memperhatikan kualitas program tayangan yang ditampilkan.

Kompas TV berusaha untuk tetap berada dalam koridor visi misi

sehingga dapat selalu menyajikan program tayangan inspiratif dan

informatif dengan kemasan menarik bagi keluarga Indonesia. Bagi

sebuah stasiun televisi adalah bertanggung jawab besar untuk turut

membentuk moral bangsa.

Menjawab tantangan dunia media di Indonesia sebagai

bagian dari Kompas Gramedia Group yang memiliki motto

Enlightening People, KompasTV didukung dengan komposisi karyawan berkualitas dan berdedikasi tinggi dan berusaha untuk

komitmen menyalurkan informasi yang akan menjadi Inspirasi

Indonesia

Peluncuran : 9 September 2011

(55)

47

Tokoh penting : Jakob Oetama, Agung Adiprasetyo

dan Lilik Oetama

Slogan : - Inspirasi Indonesia (2011-2016)

- Berita dan Informasi (2015-2016)

-Berita dan Inspirasi Indonesia

(2016-sekarang)

Kantor pusat : JL. Palmerah Selatan No.1 Jakarta

Barat 10270

Saluran saudara : KTV (2011-sekarang)

Situs web : www.kompas.tv

- VISI:

Menjadi organisasi yang paling kreatif di Asia Tenggara

yang mencerahkan kehidupan masyarakat

- MISI :

Menayangkan program-program dan jasa yang informatif,

edukatif dan menghibur. Melibatkan pemirsa dengan

program-program yang independen, khas, serta memikat

(56)

48

JARINGAN Kompas TV :

- Jabodetabek - Jambi

- Bandung - Bengkulu

- Sukabumi - Pontianak

- Semarang - Banjarmasin

- Yogyakarta - Manado

- Purworejo - Makassar

- Surabaya - Gorontalo

- Jember - Kendari

- Aceh - Kupang

- Palembang - Belu Atambua

- Bangka - Bali

- Sidikalang - Pelaihari

b. TV ONE

TV One adalah media penyiaran televisi swasta di Indonesia yang konten

acaranya 70 persen berita dan sisanya acara hiburan dan olahraga.2 tvOne

(sebelumnya bernama Lativi) adalah sebuah stasiun televisi swasta Indonesia.

2

(57)

49

Stasiun televisi ini didirikan pada tanggal 9 Agustus 2002 oleh pengusaha Abdul

Latief.

Pada saat itu, konsep penyusunan acaranya adalah banyak menonjolkan

masalah yang berbau klenik, erotisme, berita kriminalitas dan beberapa hiburan

ringan lainnya. Sejak tahun 2006, sebagian sahamnya juga dimiliki oleh Grup

Bakrie yang juga memiliki antv. Pada 14 Februari 2008, Lativi secara resmi

berganti nama menjadi tvOne, dengan komposisi 70 persen berita, sisanya

gabungan program olahraga dan hiburan. Abdul Latief tidak lagi berada dalam

kepemilikan saham tvOne. Komposisi kepemilikan saham tvOne terdiri dari PT

Visi Media Asia sebesar 49%, PT Redal Semesta 31%, Good Response Ltd 10%,

dan Promise Result Ltd 10%. Direktur Utama tvOne saat ini adalah Erick Thohir

yang juga merupakan Direktur Utama Harian Republika.

Pada 14 Februari 2008, pukul 19.00 WIB Malam, merupakan saat

bersejarah karena untuk pertama kalinya tvOne mengudara. Peresmian dilakukan

oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, tvOne menjadi

stasiun tv pertama di Indonesia yang mendapatkan kesempatan untuk diresmikan

dari Istana Presiden Republik Indonesia.

TvOne secara progresif menginspirasi masyarakat Indonesia yang berusia

15 tahun ke atas, agar berpikiran maju dan melakukan perbaikan bagi diri sendiri

serta masyarakat sekitar melalui program News and Sports yang dimilikinya.

Mengklasifikasikan program-programnya dalam kategori News One, Sport

(58)

50

menerapkan strategi tersebut dengan menampilkan format-format yang inovatif

dalam hal pemberitaan dan penyajian program.

Sebagai pendatang baru dalam dunia News, tvOne telah mempersiapkan

bentuk berita baru yang belum pernah ada sebelumnya. Seperti Apa Kabar

Indonesia, yang merupakan program informasi dalam bentuk diskusi ringan

dengan topik-topik terhangat bersama para narasumber dan masyarakat, disiarkan

secara langsung pada pagi hari dari studio luar tvOne.

Program berita hardnews tvOne dikemas dengan judul : Kabar Terkini,

Kabar Pagi, Kabar Pasar, Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam. Kemasan

yang berbeda juga disuguhkan oleh Kabar Petang, menampilkan bentuk

pemberitaan yang menghadirkan secara langsung berita-berita dari Biro Pusat

Jakarta dan beberapa Biro Daerah ( Medan, Surabaya, Makassar ) dengan bobot

pemberitaan yang berimbang antar semua Biro. Program ini meraih penghargaan

MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai “Tayangan Berita yang Dibacakan

Langsung Oleh 5 Presenter dari 4 Kota Yang Berbeda Dalam Satu Layar”.

Sedangkan Kabar Malam bekerjasama dengan seluruh media nusantara

untuk menghasilkan editorial yang lengkap, kredibel dan dinamis. Tayangan Sport

tvOne akan meliputi pertandingan-pertandingan unggulan yang disiarkan

langsung, mulai dari Kompetisi Sepakbola Nasional (Copa Indonesia), Sepak

Bola Eropa (Liga Inggris dan Liga Belanda), Kompetisi

Gambar

  Gambar 4.1
  Gambar 4.2
 Gambar 4.3
  Gambar 4.4 Sekjen PBNU periode 2010-2015 ini merupakan anak
+6

Referensi

Dokumen terkait

Shalahuddin (2016:70) men gemukakan bahwa, ―Dfd dapat digunakan untuk mempresentasikan sebuah sistem atau perangkat lunak pada beberapa level yang lebih detail

The research was aimed at improving students’ grammar mastery in using simple past tense through songs.. The method of the research was Classroom Action Research which was

Dari hasil penelitian dan pengujian, genteng beton dengan penambahan serat sabut kelapa dan styrofoam sebesar 40% menghasilkan kuat lentur yang paling baik yaitu

Hasil statistik tersebut menunjukkan bahwa 80 orang mengunjungi situs web ITATS hanya dalam waktu kurang dari 2 menit, terutama pengunjung dari perangkat mobile , sedangkan waktu

Ketidakterkaitan antara pengelompokan RAPD dengan asal lokasi geografik isolat dan ragam genetik yang tinggi dalam satu pulau dapat diakibatkan oleh terjadinya penyebaran isolat

Hasil uji kontraktilitas pembuluh darah didapatkan bahwa ekstrak MFHK yang dimasukan dalam organ bath dapat menyebabkan penurunan persen tonus kontraktilitas

MUNCUL SATU IDE DI KEPALA SI KEPITING, MEREKA PUN BERBISIKAN “HAI AYAM BAGAI MANA KITA BERI PELAJARAN SI KERA ITU” KATA SI KEPITING, MEREKA PUN MEMBUAT PERAHU YANG TERBUAT DARI

Konsep Tungku Tigo Sajorangan diterapkan kedalam perancangan Pusat Seni dan Kebudayaan di Kuantan Singingi dengan melakukan transformasi Arsitektur tradisional rumah