KONSTRUKSI PANDANGAN ISLAM DALAM MEDIA TENTANG FENOMENA LGBT INDONESIA
(Analisis Framing Acara Debat Kompas TV dan TV One)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Sosial ( S.Sos )
Oleh : Rohmawati NIM. B01212028
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Rohmawati, NIM.B01212028, 2016. Konstruksi Pandangan Islam dalam Media
tentang Fenomena LGBT Indonesia (Analisis Framing Acara Debat Kompas TV dan TV One)”. Skripsi Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci : Konstruksi Media, Pandangan Islam, Fenomena LGBT, Analisis Framing
Skripsi ini bertujuan untuk meneliti tentang konstruksi media mengenai pandangan Islam terhadap fenomena LGBT pada acara debat Kompas TV dan TV One. Dalam penelitian ini untuk mengetahui konstruksi media mengenai pandangan Islam terhadap LGBT, peneliti menggunakan analisis framing.
Adapun peneliti menggunakan penelitian bersifat non kancah dan pendekatan penelitian analisis framing model Robert N. Entman (seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas itu). Dengan empat komponen penting dalam pembingkaian media: definition problem, causal interpretation, moral evaluation, treatment recommendation. Definition problem merupakan cara pandang suatu peristiwa atau isu dilihat, sebagai isu atau masalah apa. Diagnose causes membahas memperkiran masalah atau sumber masalah. Moral evaluation mencakup keputusan moral. Treatment recommendation menekankan pada penyelesaian mengatasi masalah.
Hasil penelitian ini ditemukan bahwa bingkai Kompas TV dalam tayangan acara debat LGBT menonjolkan aspek hukum konstitusional. Sedangkan TV One menonjolkan aspek moral berkenaan dengan pandangan Islam mengenai LGBT oleh para tokoh agama Islam.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
PERNYATAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
1. Manfaat Teoritis ... 7
2. Manfaat Praktis ... 7
E. Definisi Konseptual ... 7
1. Konstruksi ... 8
2. Pandangan Islam ... 8
3. Fenomena LGBT ... 8
4. Media Kompas TV dan TV One ... 9
5. Analisis Framing ... 10
F. Sistematika Pembahasan ... 10
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kajian Pustaka ... 12
1. Media Massa dan Konstruksi ... 12
a. Media Televisi ... 12
b. Perkembangan Stasiun Televisi di Indonesia ... 13
c. Kekuatan dan Kelemahan ... 14
2. Konstruksi ... 16
a. Media adalah Agen Konstruksi ... 17
b. Efek Hasil Konstruksi Teks Media ... 19
a. Ideologi ... 20
b. Pemikiran Islam ... 22
4. Fenomena LGBT dan Realitas Sosial ... 23
5. Analisis Framing ... 29
B. Kajian Teoritik ... 30
1. Teori Konstruksi Sosial ... 30
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 32
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 35
B. Unit Analisis ... 38
C. Jenis dan Sumber Data ... 39
D. Tahapan Penelitian ... 40
E. Teknik Pengumpulan Data ... 41
F. Teknik Analisis Data ... 42
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Objek Penelitian ... 44
1. Profil Lembaga Penyiaran ... 44
a. Kompas TV ... 44
b. TV One ... 48
2. Profil Acara ... 51
a. Dialog Khusus LGBT Haruskah Dicemaskan? (Kompas TV). ... 51
b. ILC (TV One) ... 52
3. Profil Narasumber ... 52
B. Penyajian Data ... 58
C. Analisis Data ... 67
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 78
B. Saran ... 80
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di awal pergantian tahun 2016, tepatnya di pertengahan bulan
Februari silam warga Indonesia dikejutkan dengan merebaknya
Lesbian,Gay,Biseksual dan Transgender (LGBT). Pada mulanya kabar
tersebut menjadi semakin booming setelah dunia hiburan diwarnai kabar kasus artis dangdut Saipul Jamil (SJ). Dimana-mana hampir seluruh
layar kaca, baik acara infotainment yang biasanya memberitakan
kehidupan artis, kini kasus artis SJ tersebut termasuk dalam acara
pemberitaan nasional.1
Kasus pencabulan yang dilakukan oleh artis ini dilaporkan oleh
“DS” selaku korban ke Polsek Kelapa Gading. Lelaki berusia belia ini
mengaku telah mengalami pelecehan seksual oleh SJ. Pada saat itu artis
SJ digiring ke Polsek Kelapa Gading untuk diminta sejumlah
keterangan. Hingga pada 18 Februari, SJ belum ditetapkan sebagai
tersangka. Polisi masih membutuhkan data-data dan bukti yang lengkap
sebelum menetapkan SJ sebagai tersangka kasus pelecehan seksual
sesama jenis tersebut.
1
2
Dengan merebaknya isu LGBT di Indonesia, hampir dalam kurun
satu bulan penuh pada bulan Februari berbagai media berupaya
memberikan informasi mengenai hal itu. Mainstream media di Indonesia
pun tak mau ketinggalan dengan menyebarnya isu LGBT menjadi
sebuah topik perbincangan khusus. Banyak yang memberikan anggapan
bahwa LGBT adalah sebuah isu, adapula yang menyebutnya sebagai
penyakit menular. LGBT adalah sebuah akronim dari Lesbian, Gay,
Biseksual dan Transgender.
LGBT menjadi topik permasalahan yang sedang marak
diperbincangkan di media massa, khususnya televisi. Sebenarnya
banyak istilah atau akronim yang lain untuk menyebutkannya,
diantaranya GLBT, Gangguan Identitas Gender (GIG).
Dalam fakta sosial masyarakat Indonesia, menganggap LGBT
merupakan tindak penyimpangan seksual yang dilakukan seseorang.
Perbedaan gender sebenarnya sudah menjadi fitrah kehidupan dan
sesuatu hal yang wajar, selama tidak melahirkan ketidakadilan gender.2
Hal tersebut menjadi tidak wajar apabila terjadi suatu penyimpangan
sifat yang dimiliki tidak sesuai dengan kodratnya.
Bias gender belakangan sudah tumbuh perlahan di Indonesia.
Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) menjadi akronim
yang familiar di Indonesia pasca tersiar kabar komunitas LGBT di
2
3
Amerika mendapat persetujuan untuk menikah sesama jenis. Lambda
Indonesia adalah sebuah nama organisasi pertama perjuangan hak-hak
kaum gay tahun 1982.3 Para aktivis dan ulama Islam Indonesia bahkan dunia juga mengecam aksi tersebut. Berbalik dengan pernyataan
Menteri Komunikasi Politik Hukum dan HAM, Luhut Binsar Panjaitan
mengatakan hal tersebut masalah pribadi dan hak hidup sebagai warga
negara yang harus dilindungi.4
Sebagian pihak menilai LGBT juga bersifat menular dilihat dari
sisi dominasi propaganda LGBT yang sudah menyentuh ranah
kehidupan anak-anak dan remaja. Dan hal propaganda tersebut pihak
Komunikasi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) adalah hal yang
paling mengancam kepada masa depan generasi anak Indonesia. Serta
tindakan propaganda tersebut menurutnya adalah memiliki wilayah
hukum pidana yang mengatur tindak tersebut.
Media televisi secara masif, silih berganti memberitakan LGBT ini
pasca kabar negara adidaya melegalkan pernikahan sesama jenis.
Ditambah lagi tersiar kabar pasca konferensi oleh pakar hukum
internasional yang memperjuangkan hak kesetaraan kaum LGBT di
Yogyakarta dan menghasilkan Yogyakarta Principles5. Para pelaku
LGBT di Indonesia semakin keras menyuarakan haknya untuk mendapat
perlindungan atau payung hukum dari pemerintah. Akibatnya sebagian
3Hendriy Yulius,” Banci!”
Majalah Tempo, 21 Februari 2016 h.99
4
Cuplikan Kabar petang TV One 16 Februari 2016 5
4
besar para akademisi, cendekiawan dan pemerhati generasi anak
Indonesia serta pemerintah mengkhawatirkan hal ini menjadi sebuah
propaganda.6
Beberapa media televisi berupaya tidak sekedar memberitakan,
bahkan ada yang mengulas permasalahan LGBT secara khusus. Dalam
praktiknya, setiap media menyajikan kasus seputar LGBT dengan
konsep yang berbeda-beda.
Berkaitan dengan jurnalistik, peran media massa atau publisistik
tidak akan pernah terpisah. Media massa atau pers baik cetak maupun
elektronik merupakan alat untuk menyampaikan informasi. Sedangkan
jurnalistik sendiri merupakan kata sifat dari jurnalisme yang artinya
pekerjaan yang berkaitan dengan media berita, termasuk menerbitkan,
mengedit, menulis atau menyiarkan.7
Dari media dapat diperoleh informasi mengenai realitas yang
tengah berlangsung di suatu tempat yang dinamakan berita. Sementara,
realitas yang ditampilkan media ke hadapan publik merupakan realitas
yang sudah dibentuk dan dibingkai sedemikian rupa.Peranan media
massa dalam proses mengkonstruksi suatu peristiwa menjadi signifikan
dalam pembentukkan realitas sosial. Untuk mengetahui bagaimana
media mengkonstruksi berita biasanya digunakan analisis framing.
6
Cuplikan Kabar Petang TV One 16 Februari 2016 7
5
Untuk itu dalam hal ini peneliti menjadi tertarik mengetahui secara
mendalam pada konsep bingkai media dalam menayangkan suatu
peristiwa. Utamanya penelitian akan berfokus pada bingkai pandangan
Islam mengenai LGBT dalam kedua media tersebut. Peneliti merasa
tertarik pada dua stasiun televisi swasta nasional yaitu Kompas TV dan
TV One. Adapun program khusus yang ditayangkan media Kompas TV
bertajuk "LGBT Haruskah Dicemaskan?" sedangkan TV One dikemas
dalam program acara Indonesia Lawyers Club (ILC) yang berjudul
"LGBT Marak, Apa Sikap Kita?".
Secara garis besar, TV One menyoroti LGBT di Indonesia dalam
acara debatnya, dengan diawali pemaparan narasumber Hartoyo sebagai
aktivis LGBT. Dalam pembukaan acara tersebut, aktivis LGBT diberi
kuasa untuk menjelaskan maksud tujuan dan pendapat yang mewakili
pembelaan terhadap kaum LGBT. Disusul dengan hadirnya narasumber
yang lain dari aparatur pemerintahan, psikiater dan tiga pemuka agama
Islam seperti Aan Anshori, Ali Mustafa Ya’qub dan Marsudi Shuhud.
Pendapat para narasumber dalam hal ini tiga pemuka agama Islam,
memiliki kecenderungan kesamaan sudut pandang mengenai nilai-nilai
kemanusiaan. Dalam hal ini agar para pelaku LGBT tidak mendapatkan
perilaku dzalim sebab mereka bagian dari warga negara Indonesia.
Dalam acara debat Kompas TV, menyoroti LGBT di Indonesia
dengan mengedepankan aspek hukum. Di sisi lain pernyataan
6
aspirasi mayoritas mencemaskan LGBT sebagai gerakan yang
meresahkan masyarakat.
TV One sebagai mainstream media di Indonesia yang
memberikan konten 70 persen berita.8 Sedangkan Kompas TV sebagai
media arus utama pertelevisian pendatang baru. Walaupun demikian
Kompas TV memiliki potensi besar dilihat dari kualitas tampilan yang
sudah High Definition dan sudah berjaringan nasional. Bahkan Kompas
TV memiliki media partner KTV yang siap berkompetisi dengan stasiun
televisi lain.9
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dibahas sebelumnya, dengan ini
peneliti hendak mengemukakan perumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana konstruksi Kompas TV dan TV One mengenai pandangan
Islam tentang fenomena LGBT di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
konstruksi media mengenai pandangan Islam terkait fenomena LGBT
di Indonesia.
8
Sejarah TV One, ( http://ditpolkom.bappenas.go.id/ diakses pada 19 April 2016)
9
7
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, maka diharapkan dapat peneliti dapat
memberikan manfaat berupa:
1. Manfaat Teoritis
Melalui penelitian ini peneliti dapat memberikan wawasan
kepada pembaca dan menambah rujukan kepustakaan Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, khususnya untuk mahasiswa program
studi Komunikasi Penyiaran Islam
2. Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini peneliti pula ingin memberikan
sumbangsih positif bagi seluruh pihak, baik untuk media massa dan
masyarakat umum yang sesuai dengan khasanah Islam.
E. Definisi Konseptual
Adapun judul skripsi ini adalah: “Konstruksi Pandangan Islam
dalam Media tentang Fenomena LGBT Indonesia (Analisis
Framing Acara Debat Kompas TV dan TV One)”
Maka peneliti ingin memberikan definisi khusus berupa
batasan-batasan dan kata kunci agar tidak menimbulkan salah
8
1. Konstruksi
Konstruksi merupakan suatu perbuatan merancang
bangunan-bangunan menyusun bangunan-bangunan, penbangunan-bangunan (bangunan-bangunan)sususan
bangunan 10.
Dengan demikian konstruksi dalam hal ini berkaitan dengan
rancangan dalam penyajian suatu tayangan yang diolah sedemikian
rupa oleh Kompas TV dan TV One sebelum ditampilkan ke
khalayak.
2. Pandangan Islam
Pandangan Islam yang dimaksud dalam konsep ini adalah
sebuah argumentasi yang dilandasi ideologi Islam. Dan maksud
dari pandangan Islam itu sendiri adalah teks yang dikemukakan
oleh narasumber yang berkaitan, di dalam program acara media
televisi tersebut (Kompas TV dan TV One).
3. Fenomena LGBT
Fenomena adalah hal-hal yang dapat disaksikan dengan panca
indera dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah; sesuatu
yang luar bisa atau keajaiban; fakta atau kenyataan Fenomena
adalah gejala dalam situasi alami yang kompleks, yang hanya
mungkin menjadi bagian dari alam kesadaran manusia , ketika
10
9
sudah direduksi ke dalam suatu ukuran yang terdefinisikan sebagai
fakta dan yang demikian terwujud sebagai suatu realitas.11
LGBT merupakan sebuah akronim Lesbian, Gay, Biseksual
dan Transgender.12 Istilah tersebut muncul pertama kali Amerika
pada tahun 1988. Sebenarnya terdapat beberapa istilah atau
akronim yang lain untuk menyebutkannya, diantaranya GLBT,
Gangguan Identitas Gender (GIG). Dalam fakta sosial masyarakat
Indonesia, mayoritas menganggap LGBT merupakan tindak
penyimpangan seksual yang dilakukan seseorang.
4. Media Kompas TV dan TV One
Media atau medium berasal dari bahasa latin yang berarti saluran atau alat untuk menyalurkan. Dalam pengertian jamak
dipakai istilah media, sedangkan bentuk tunggalnya adalah
medium.13. Menurut Skomis, televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Sifat politisnya sangat besar karena
bisa menampilkan informasi, hiburan dan pendidikan atau
gabungan dari ketiga unsur tersebut secara kasat mata.
Dalam hal ini peneliti memfokuskan subjek penelitian pada
media televisi Kompas TV dan TV One. Kompas TV sebagai
media yang berfokus pada tayangan yang memiliki misi informatif,
11
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2006), h.20 12
Sinyo, Anakku Bertanya LGBT (Jakarta: Quanta,2014) h.11
13
10
edukatif dan menghibur. Selain itu Kompas TV juga melibatkan
pemirsa dengan program-program independen, khas melalui
layanan multiplatform. Sedangkan media TV One sebagai pendatang baru dunia pemberitaan pasca transisi dari Lativi.
Sebelumnya Lativi dikenal sebagai televisi yang menonjolkan
masalah yang berbau klenik, berita kriminalitas dan beberapa
hiburan ringan lainnya.
5. Analisis Framing
Analisis framing atau analisis bingkai adalah bagaimana
seorang wartawan memandang realita secara subjektif dari
kacamata wartawan tanpa mengesampingkan sisi objektifitas dan
bagaimana media mengkonstruksikan pesan.14 Dalam hal ini
wartawan atau media merupakan pihak yang memiliki peran besar
dalam proses bingkai suatu tayangan.
F. Sistematika Pembahasan
Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk laporan yang
bersifat deskriptif yang terdiri dari beberapa bab, dengan
sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan gambaran umum pada skripsi ini yang
berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
14
11
penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual dan sistematika
pembahasan.
BAB II: KERANGKA TEORITIK
Pada bab ini menguraikan kajian pustaka di dalamnya terdapat
definisi media massa, konstruksi, fenomena LGBT dan analisis
framing, kerangka teori menggunakan teori konstruksi sosial dan
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Sebagai
bukti bahwa penelitian ini belum diteliti oleh pihak manapun.
BAB III: METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisikan tentang pendekatan dan jenis penelitian,
objek penelitian, jenis dan sumber data, tahapan penelitian, teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV: ANALISIS DATA
Pada bab ini menguraikan analisis data yang akan dilakukan oleh
peneliti terhadap objek penelitian yakni bagaimana konstruksi
Kompas TV dan TV One mengenai pandangan Islam terkait
fenomena LGBT Indonesia, kemudian penyajian data dan analisis
data
BAB V: PENUTUP
Pada bab ini merupakan bagian akhir dari kerangka skripsi yang
12
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Kajian Pustaka
1. Media Massa dan Konstruksi a. Media Televisi
Televisi merupakan media massa yang memiliki karakteristik
audio dan visual. Televisi muncul karena perkembangan teknologi
pasca ditemukannya alat komunikasi telepon, telegraf, fotografi dan
alat perekam suara. Media televisi muncul setelah penemuan radio dan
media cetak.
Televisi juga dapat dikatakan sebuah produk inovasi dari tahun
ke tahun, karena banyaknya pihak penemu dan inovator yang terlibat
baik perorangan maupun perusahaan.
Menurut Skomis:1965 dalam bukunya “Television and Society.
An Incuest and Agenda”. Televisi mempunyai sifat istimewa
dibandingkan media massa lainnya. Televisi merupakan gabungan
dari media dengar dan gambar. Sifat politisnya sangat besar karena
bisa menampilkan informasi, hiburan dan pendidikan atau gabungan
dari ketiga unsur tersebut secara kasat mata.1
Dengan demikian televisi adalah alat komunikasi dengar
pandang satu arah yang sangat digemari banyak kalangan, karena
1
13
selain mendapat informasi gambar juga mendapat informasi berupa
suara.
b. Perkembangan Stasiun Televisi di Indonesia
Tonggak awal munculnya stasiun televisi Indonesia adalah
rencana perhelatan besar Asian Games IV. Pemerintah Indonesia
memasukkan proyek media massa televisi ke dalam proyek
pembangunan Asian Games IV. Tanggal 25 Juli 1961, Menteri
Penerangan mengeluarkan Surat Keterangan Menpen
No.20/SK/M/1961 tentang pembentukan Panitia Persiapan Televisi
(P2T).2
Pada 23 Oktober 1961, Presiden Soekarno dari Wina mengirim
pesan kepada Menteri Penerangan Maladi untuk menyiapkan proyek
televisi diantaranya: (1)membangun studio di eks AKPEN,
(2)membangun dua pemancar 100 watt dan 10 Kw, (3)mempersiapkan
software (program dan tenaga)
Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1962, TVRI menjadi
stasiun televisi pertama milik negara mengadakan siaran percobaan
dengan acara HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
XVII dari halaman Istana Merdeka, Jakarta. Dengan pemancar
cadangan 100 watt.
Tanggal 24 Agustus 1962, TVRI mengudara pertama kalinya
dengan siaran langsung upacara pembukaan Asian Games IV dari
2
14
stadion Gelora Bung Karno dan menjadi negara yang memiliki siaran
televisi keempat di Asia setelah Jepang, Filipina dan Thailand.
Pada November 1988 RCTI, menjadi televisi swasta pertama
di Indonesia. Mulai dengan siaran percobaan TV bayar ( pay-television).di Jakarta. RCTI melakukan siaran setelah mengantongi izin prinsip dari Departemen Penyiaran c.q Direktur Televisi/Direktur
Yayasan TVRI pada 28 Oktober 1987 berpartisipasi dalam
penyelenggaraan Siaran Saluran Terbatas (SST) dalam wilayah
Jakarta dan sekitarnya.3
Perkembangan RCTI dan semakin besarnya peluang bisnis di
televisi mendorong pendirian stasiun televisi swasta lain. Pada 1989,
Surya Citra Televisi (SCTV) menjadi stasiun televisi swasta kedua,
yang mendapat izin dari Departemen Penerangan untuk mengudara.
Semakin bertambahnya tahun, bertambah pula stasiun televisi swasta
yang lain.
c. Kekuatan dan Kelemahan
Sebagai media massa yang tumbuh belakangan dan merupakan
konvergensi dari media radio dan surat kabar, televisi memiliki
kekuatan sendiri yang berbeda dengan media massa yang lain.
Dimana-mana pengguna media massa televisi masih menjadi
mayoritas. Berikut adalah keunggulannya:
3
15
- Bersifat dengar pandang
- Mampu menghadirkan realitas sosial yang seolah-olah
seperti aslinya
- Mampu menyebarkan informasi secara serempak
- Memberi rasa kedekatan
- Menghibur, walaupun media kelebihan ini juga dimiliki
media massa lain pada umumnya4
Walaupun demikian media televisi juga memiliki
kekurangan, diantaranya sebagai berikut:
- Biaya tinggi untuk penyelenggaraan program-program
acara, sebab dibutuhkan dukungan fasilitas yang beragam
- Persaingan antar televisi
- Bersifat impersonal, karena komunikasi yang berlangsung
antara komunikator dan khalayak tidak berlangsung secara
alami
- Kurang berkesinambungan antara program satu dengan
yang lainnya sehingga dapat terjadi pembauran informasi
4
16
2. Konstruksi
Paradigma konstruksionis memiliki pandangan tersendiri
terhadap kebenaran media dan teks berita yang dihasilkannya. Konsep
mengenai konstruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog Peter L.
Berger. Dalam pandangan sosiolog tersebut, dalam karyanya bersama
Thomas Luckman mengenai posisi konstruksi sosial yang berada
diantara fakta sosial dan definisi sosial.5
Pemikiran Berger melihat realitas kehidupan sehari-hari
memiliki dimensi-dimensi subjektif dan objektif. Manusia dianggap
sebagai instrumen dalam menciptakan suatu realitas sosial yang
objektif melalui proses eksternalisasi, sebagaimana ia
mempengaruhinya dengan proses internalisasi (dalam hal ini
mencerminkan realitas subjektif). Berger memaparkan masyarakat
adalah produk manusia yang terjadi secara dialektis, dinamis dan
plural secara terus menerus. Selain itu Berger juga beranggapan
sebaliknya, bahwa manusia sebagai produk masyarakat. Singkatnya,
kedua anggapan Berger mengenai dialektis realitas terdapat kedua
unsur yang kuat dan saling mempengaruhi.
Berger menyebutkan ada tiga proses penting dalam peristiwa
yang berkaitan dengan pembentukan manusia dengan masyarakat:
5
17
1. Eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri
manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun
fisik
2. Objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai , baik mental
maupun fisik dari kegiatan luar (eksternalisasi) manusia
3. Internalisasi, yaitu penyerapan kembali dunia objektif (nyata)
ke dalam kesadaran dan menghasilkan pengaruh individu oleh
struktur dunia sosial
Kesimpulannya adalah realitas tidak dibentuk secara
sengaja, maupun sesuatu yang datangnya dari Tuhan. Tetapi
realitas itu dibentuk dan dikonstruksi, bergantung pada bagaimana
pengalaman, pendidikan dan lingkungan sosial seseorang.
a. Media adalah agen konstruksi.
Media berasal dari kata medius yang secara harfiah berarti perantara, tengah atau pengantar. Dalam bahasa Inggris, media
merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti tengah, antara,
rata-rata. Dari pengertian ini ahli komunikasi mengartikan media
sebagai alat yang menghubungkan pesan komunikasi yang
disampaikan oleh komunikator kepada komunikan (penerima
pesan).6
6
18
Pandangan konstruksionis memiliki penilaian yang berbeda
dalam menilai sebuah media. Dalam pandangan positivis, media
hanya dipandang sebagai saluran. Media adalah sarana bagaimana
pesan disebarkan dari komunikator ke penerima (khalayak). 7
Paradigma positivis tentu saja menilai media hanya sebuah saluran
komunikasi saja. Sedangkan paradigma konstruksionis menyatakan
media bukanlah sekadar saluran yang bebas, ia juga subjek yang
mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan
pemihakannya.
Ritzer menjelaskan bahwa ide dasar semua teori dalam
paradigma definisi sosial sebenarnya berpandangan bahwa manusia
adalah aktor yang kreatif dari realitas sosialnya. Artinya, tindakan
manusia tidak sepenuhnya ditentukan norma-norma,
kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai dan sebagainya, yang kesemua itu tercakup
dalam fakta sosial yaitu tindakan yang tergambarkan struktur dan
pranata sosial.
Manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk
bertindak di luar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya
dimana individu berasal. Manusia secara aktif dan kreatif
mengembangkan dirinya melalui respons-respons terhadap
stimulus dalam dunia kognitifnya. Karena itu, paradigma definisi
7
19
sosial lebih tertarik terhadap apa yang ada dalam pikiran manusia
tentang proses sosial, terutama para pengikut interaksi simbolis.
Dalam proses sosial, individu manusia dipandang sebagai pencipta
realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya.
Melalui konstruksi, media secara aktif mendefinisikan
peristiwa dan realitas sehingga membentuk kenyataan apa yang
dianggap baik dan layak untuk ditayangkan kepada khalayak.8
b. Efek Hasil Konstruksi Teks Media
Ditinjau dari segi ilmu komunikasi maka hasil atau efek
dari proses penyampaian pesan dapat ditinjau dalam tiga bagian,
yaitu:
1. Personal opinion, merupakan pendapat pribadi. Maksudnya adalah sikap seseorang dalam memberikan pendapat terhadap
suatu permasalahan tertentu.
2. Public opinion, merupakan pendapat umum. Ini adalah penilaian sosial mengenai suatu hal yang dianggap penting
melalui proses berpikir rasional antar individu
3. Majority opinion, merupakan pendapat sebagian besar khalayak.
8
20
3. Pandangan Islam a. Ideologi
Secara bahasa ideologi berasal dari bahasa Perancis dari du
kata yakni, ideo yang mengacu pada gagasan dan logie yang berarti
logos atau dalam bahasa Yunani bermakna logika.9
Ideologi merupakan bagian dari pikiran yang tersistem,
yakni nilai, orientasi dan kecenderungan untuk saling melengkapi
sehingga membentuk perspektif gagasan atau ide yang
diungkapkan melalui komunikasi dengan media teknologi dan
komunikasi antar pribadi.
Menurut Karl Marx ideologi merupakan sarana untuk
mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat.
Secara sederhana, Ideologi (mabda’) adalah pemikiran yang
mencakup konsepsi mendasar tentang kehidupan dan memiliki
metode untuk merasionalkan pemikiran tersebut berupa fakta,
menjaga pemikiran dari hal yang tidak masuk akal dan metode
untuk menyebarkannya.
Munculnya ideologi berasal dari akidah rasional dalam
benak manusia yang memancarkan aturan untuk segala aspek
kehidupan. Lahirnya ideologi dari dua cara, pertama dari wahyu
Allah SWT yang diberikan kepada manusia untuk disampaikan,
kedua dari pemikiran jenius manusia. Jika ideologi berasal dari
9
21
wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh manusia, maka
ideologi ini benar adanya. Karena Allah adalah pencipta mutlak
segala aturan melalui Al Quran dan As Sunnah melalui wahyu
Nya. Jika ideologi berasal dari kejeniusan manusia maka hal
tersebut lemah adanya, karena hasil akal manusia sebatas kekuatan
makhluk ciptaan Nya. Di samping itu aturan yang dibuat manusia
dapat berpotensi menimbulkan pertentangan serta mudah
terpengaruh lingkungan. Hal ini akan mengantarkan pada
kesengsaraan manusia. Dan ideologi yang berasal dari Allah benar
dalam idenya dan aturannya, sedangkan buatan manusia itu batil
dalam ide dan aturannya.10
Islam merupakan ideologi, dalam arti sebuah akidah
aqliyah yang memberikan jawaban kepada manusia mengenai
seluruh pertanyaan dan persoalannya. Akidah tersebut
diungkapkan pada kalimat “La ilaha illa Allah, Muhammad Al
Rasulullah” atau “Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad
adalah utusan Allah”. Dari akidah tersebut lahir sebuah aturan
untuk memecahkan segala persoalan manusia. Aturan tersebut
adalah sebuah uraian petunjuk yang terdapat dalam Al Qur’an dan
As Sunnah.
Adapun cara penerapan ideologi ini ke dalam kehidupan
adalah dengan meyakini kebenarannya melalui keberadaan Negara.
10
22
Dalam melaksanakan ideologi tersebut Negara berpegang pada dua
perkara , ketaqwaan dan keimanan seorang muslim atas kebenaran
dan pentingnya sistem di satu sisi, serta tajamnya undang-undang
dan seluruh sanksinya di sisi lain.11
Dengan kata lain Islam merupakan ideologi yang memang
dari pemaparan tentang ideologi merupakan akidah aqliyah yang
mewujudkan aturan dan Islam adalah agama yang diwahyukan
Allah melalui malaikat Jibril kepada Rasul untuk disebarkan
ajarannya kepada seluruh manusia agar meyakininya. Islam
merupakan aturan-aturan petunjuk yang mutlak diturunkan oleh
Allah SWT.
b. Pemikiran Islam
Dalam hal ini pemikiran adalah berkenaan dengan cara
pandang seseorang mengenai sesuatu. Pemikiran adalah
merupakan proses daya pikir yang bisa menghukumi realita apa
saja dengan cara mengkaitkan realita dengan informasi awal
mengenai sesuatu. Proses pemikiran didasari oleh empat pilar
diantaranya: realita, informasi awal mengenai realita, penginderaan
terhadap realita dan otak yang mampu untuk mengaitkan informasi
dengan realita.
Dengan demikian maka definisi berpikir adalah sebuah
metode tertentu dalam penelitian, yang terjadi dalam rangka
11Ahmad ‘Athiyat,
23
mengetahui hakikat sesuatu yang diteliti melalui informasi dan
penginderaan yang dimasukkan ke dalam otak. Hasil dari otak
tersebut mengeluarkan status hukum atas realita tersebut sehingga
proses inilah yang disebut pemikiran12
Jadi pemikiran Islam merupakan proses berfikir yang
didalamnya terdapat serangkaian pemahaman tentang kehidupan
yang membentuk pandangan hidup tertentu yang dipikirkan secra
jernih. Islam merupakan agama yang memiliki pola hidup yang
khas dan tidak berubah mengikuti zaman.
4. Fenomena LGBT
Fenomena berasal dari bahasa Yunani dari kata phainoma,
berakar dari kata phanein dan memiliki arti ‘menampak’. Sering digunakan untuk merujuk ke semua objek yang masih dianggap
eksternal dan secara paradigmatik harus disebut objektif.13
Jadi maksud dari fenomena merupakan sebuah kenyataan
yang nampak dan menjadi sesuatu yang dapat memiliki nilai dan
dibenarkan secara umum.
Fenomena adalah gejala dalam situasi alami yang
kompleks, yang hanya mungkin menjadi bagian dari alam
kesadaran manusia , ketika sudah direduksi ke dalam suatu ukuran
12
Ibid hh.53-55
13
24
yang terdefinisikan sebagai fakta dan yang demikian terwujud
sebagai suatu realitas.
Relevansi fenomena dengan realitas adalah konsep wujud
atau membenda, yang dengan kata lain merupakan hasil akhir
pemahaman yang mempunyai wujud.
LGBT merupakan sebuah akronim Lesbian, Gay, Biseksual
dan Transgender.14 Istilah tersebut muncul pertama kali Amerika
pada tahun 1988. Akronim yang lain dari LGBT, diantaranya
GLBT, Gangguan Identitas Gender (GIG). Dalam fakta sosial
masyarakat Indonesia, menganggap LGBT merupakan tindak
penyimpangan seksual yang dilakukan seseorang.
Pada mulanya, kata gay digunakan untuk menunjukkan arti bahagia atau senang.15 Namun di Inggris kata ini memunyai makna
“homoseksual” pada tahun 1800. Kata gay sebenarnya berlaku
untuk semua jenis kelamin, laki-laki dan wanita. Akan tetapi
seiring berjalannya waktu, wanita lebih senang mengidentifikasi
dirinya sebagai lesbian.
Dengan kata lain, lesbian adalah seorang gay yang berjenis kelamin perempuan. Sedangkan gay lebih sering dikenal sebagai pelaku gay yang memiliki jenis kelamin laki-laki.
14
Sinyo, Anakku Bertanya LGBT (Jakarta: Quanta,2014) h.11
15
25
Biseksual digunakan kepada orang yang mempunyai
bisexual orientation, yaitu ketertaikan seks pada sesama jenis dan lain jenis secara bersamaan. Biseksual juga mewakili identitas
seksual dalam kehidupan masyarakat selain heteroseksual dan gay.
Transgender adalah istilah untuk menunjukkan keinginan
tampil berlawanan dengan jenis kelamin yang dimilki. Seorang
transgender bisa saja mempunyai identitas heteroseksual, gay, biseksual atau bahkan aseksual.
Kaum transgender tidak mempersalahkan jenis kelamin
yang dimiliki dan tidak mau mengubah alat kelamin lewat operasi.
Jadi, seseorang yang berjenis kelamin laki-laki yang mempunyai
orientasi heteroseksual tetapi selalu ingin tampil sebagai wanita,
maka dia dapat disebut sebagai transgender.16
Sebenarnya komunitas LGBT ini lahir bermula dari
komunitas gay atau homoseksual. Kemudian seiring dengan berjalannya waktu kaum perempuan pun memiliki kesamaan
pandangan penyuka sesama jenis dengan kata lain lesbian. Kedua
komunitas ini akhirnya saling bekerjasama membentuk satu wadah
untuk memperjuangkan keberadaan mereka.
Setelah itu kehadiran kelompok biseksual dan transgender
pun berusaha melakukan upaya penyatuan pandangan dalam satu
16
26
wadah yang bernama LGBT. Pada mulanya LGBT hanya ada dua
komunitas saja, yakni gay dan lesbian dan mereka tidak setuju
dengan biseksual dan transgender. Seiring berjalannya waktu
istilah itu menjadi wakil dari eksistensi mereka.
Di Indonesia sebenarnya sudah ada komunitas kecil LGBT
yang bercorak kebudayaan yang belum muncul sebagai pergerakan
sosial. Salah satu contohnya adalah gemblak di Ponorogo.17
Gemblak adalah lelaki muda yang dijadikan semacam “istri” oleh
para warok di Ponorogo. Para warok tersebut mempunyai ilmu kesaktian dengan syarat tidak boleh berhibungan badan dengan
lawah jenis. Jika syarat ini dilanggar kesaktian mereka akan hilang.
Tonggak awal kemunculan organisasi LGBT Indonesia
sedikit banyak dipengaruhi oleh komunitas kaum homoseksual di
kota-kota besar pada zaman Hindia Belanda.18 Pada waktu itu
Eropa sedang meluas pergerakan komunitas LGBT. Tanggal 1
Maret 1982 merupakan salah satu hari bersejarah oleh kaum LGBT
Indonesia. Sebab pada tanggal itu, organisasi yang menaungi kaum
gay berdiri untuk pertama kalinya di Indonesia.
Organisasi dengan nama Lambda Indonesia itu memiliki
sekretariat di Solo. Kemudian Lambda mendirikan cabang di
sejumlah kota besar lainnya seperti Yogyakarta, Surabaya dan
17
Ibid h.39
18
27
Jakarta. Mereka menerbitkan buletin yang bernama G: Gaya Hidup Ceria (tahun 1982 hingga 1984).19
Permasalahan kaum LGBT Indonesia berdasarkan dialog
Komunitas LGBT Nasional Indonesia dan laporan nasional
mendapatkan dukungan dari UNDP dan USAID melalui prakarsa
regional 'Being LGBT in Asia' (Hidup Sebagai LGBT di Asia).
Laporan ini merupakan hasil dokumentasi berbagai presentasi dan
diskusi dalam Dialog Komunitas LGBT Nasional Indonesia yang
diselenggarakan pada 13-14 Juni 2013 di Bali.
Prakarsa pembelajaran bersama ini, yang mencakup
delapan negara yaitu Cina, Filipina, Indonesia, Kamboja,
Mongolia, Nepal, Thailand dan Vietnam, bertujuan untuk
mendapatkan pemahaman tentang berbagai tantangan baik hukum,
politik maupun sosial yang dihadapi kelompok LGBT, aspek
hukum dan kebijakan yang terkait, serta peluang akses mereka
akan layanan peradilan dan kesehatan.
Prakarsa ini membahas kebutuhan berbagai organisasi
LGBT, ruang gerak mereka, kapasitas organisasi-organisasi ini
untuk melibatkan diri pada dialog kebijakan dan hak asasi manusia,
serta peran teknologi baru dalam mendukung advokasi LGBT.
19
28
Para kaum LGBT di Indonesia pun menuntut kepada
pemerintah Republik Indonesia diantaranya:20
1. Mengakui secara resmi keberadaan kelompok LGBT yang
memiliki beragam orientasi seksual dan identitas gender
sebagai bagian integral dalam masyarakat Indonesia, di
samping juga menghargai dan melindungi hak asasi manusia
kelompok LGBT yang setara dengan warga Indonesia lainnya,
baik di tingkat nasional maupun internasional melalui
mekanisme HAM yang sudah ada.
2. Hentikan segala bentuk diskriminasi dan kekerasan yang
didasarkan pada orientasi seksual dan identitas gender, baik
yang dilakukan oleh pejabat negara (termasuk petugas
kepolisian dan pamong praja) maupun oleh masyarakat umum
(termasuk organisasi berbasis agama) dengan mengusulkan
undang-undang atau kebijakan anti diskriminasi.
Kaum LGBT merasa kekerasan terhadap kaum LGBT
berbeda, karena seringkali aparat negara melakukan tindak
kekerasan justru karena perbedaan orientasi seksual kaum ini.
Proses identifikasi diri dari kaum LGBT bukanlah hal yang mudah
dilakukan, umumnya proses identifikasi diri dan pilihan orientasi
seksual merupakan proses seumur hidup dengan berbagai
penolakan keluarga hingga lingkungan, bahkan penolakan diri
20
29
sendiri. Penolakan lingkungan terhadap kaum LGBT
dijewantahkan melalui berbagai justifikasi moral dan agama. Mulai
dari kata “menyimpang” hingga “sesat” muncul menghakimi kaum
ini.21
Berbagai kasus yang dialami kaum lesbian, gay, biseksual,
transeksual/transgender di Indonesia adalah sebagai indikator
bahwa diskriminasi terhadap kelompok minoritas di Indonesia
masih sangat marak22
5. Analisis Framing
Analisis Framing merupakan salah satu model analisis yang
dapat mengungkap rahasia perbedaan media dalam menyampaikan
fakta. Analisis framing adalah cara untuk mengetahui suatu realitas
dibingkai oleh media.23 Dengan demikian realitas sosial dapat
dipahami, dimaknai dan dikonstruksi dengan bentukan dan makna
tertentu.
Dalam analisis framing seseorang akan diarahkan
bagaimana suatu realitas ditampilkan dan di sisi lain dari realitas
tidak ditampilkan. Sebab media dalam analisis framing telah
mengkonstruksi sedemikian rupa sebuah realita sebelum
21
Ariyanto dan Rido Triawan, Jadi, Kau tak Merasa Bersalah!? (Jakarta:Citra Grafika,2008),h.5
22
Ibid h.71
23
30
ditampilkan kepada khalayak. Jadi media bukanlah saluran yang
bebas memberitakan apa adanya. Dengan melalui pembingkaian
atau framing, media dapat menekankan suatu realita yang dapat
membuat kita melupakan aspek penting yang lain.
Paradigma Konstruksionis menyikapi suatu peristiwa
adalah sesuatu yang telah melalui proses konstruksi. Objektivitas
yang ditampilkan menjadi tidak sepenuhnya suatu kebenaran
karena diolah terlebih dahulu sebelum ditampilkan. Suatu
informasi yang ditampilkan lewat siaran berita bukanlah
menggambarkan realitas melainkan potret yang berkaitan dengan
peritiwa.24 Posisi media sangat besar pengaruhnya sebagai agen
konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas kepada khalayak
umum.
B. Kajian Teoritik
1. Teori Konstruksi Sosial
Paradigma konstruksionis memiliki pandangan tersendiri
terhadap kebenaran media dan teks berita yang dihasilkannya.
Konsep mengenai konstruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog
Peter L. Berger. Dalam pandangan sosiolog tersebut, dalam
karyanya bersama Thomas Luckman mengenai posisi konstruksi
sosial yang berada diantara fakta sosial dan definisi sosial.
24
31
Pemikiran Berger melihat realitas kehidupan sehari-hari
memiliki dimensi-dimensi subjektif dan objektif. Manusia
dianggap sebagai instrumen dalam menciptakan suatu realitas
sosial yang objektif melalui proses eksternalisasi, sebagaimana ia
mempengaruhinya dengan proses internalisasi (dalam hal ini
mencerminkan realitas subjektif). Berger memaparkan masyarakat
adalah produk manusia yang terjadi secara dialektis, dinamis dan
plural secara terus menerus. Selain itu Berger juga beranggapan
sebaliknya, bahwa manusia sebagai produk masyarakat.
Singkatnya, kedua anggapan Berger mengenai dialektis realitas
terdapat kedua unsur yang kuat dan saling mempengaruhi.
Berger menyebutkan ada tiga proses penting dalam
peristiwa yang berkaitan dengan pembentukan manusia dengan
masyarakat:25
1. Eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri
manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun
fisik
2. Objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai , baik mental
maupun fisik dari kegiatan luar (eksternalisasi) manusia
3. Internalisasi, yaitu penyerapan kembali dunia objektif (nyata)
ke dalam kesadaran dan menghasilkan pengaruh individu oleh
struktur dunia sosial
25
32
Kesimpulannya adalah realitas tidak dibentuk secara
sengaja, maupun sesuatu yang datangnya dari Tuhan. Tetapi
realitas itu dibentuk dan dikonstruksi, bergantung pada
bagaimana pengalaman, pendidikan dan lingkungan sosial
seseorang.
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan
1. Siti Farihatin, tahun 2010, Mahasiswi Ilmu Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya, KONSTRUKSI IDEOLOGI MAJALAH AL-WA’IE (Analisis Framing Pemikiran Islam dalam Rubrik Afkar). Perbedaan dari penelitian ini terletak pada objek penelitian yang berfokus pada rubrik media cetak. Adapun kesamaannya adalah
mengenai konstruksi media dan analisis framing. Namun peneliti
dalam hal ini menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan
dan Kosicki. Penelitian ini memaparkan hasil berupa pesan-pesan yang
disampaikan oleh majalah Al Wa’ie selalu dikaitkan dengan ideologi
Islam. Berkaitan dengan ideologi majalah Al Wa’ie adalah Islam,
dibuktikan dengan sumber-sumber catatan kaki dari tulisan yang
dituliskan majalah ini adalah selalu dilampirkan sumber-sumber yang
jelas seperti Al Qur’an dan Hadits.
33
EDISI APRIL 2008. Perbedaan dari penelitian ini terletak pada objek penelitian yakni pada media cetak. Sedangkan penelitian ini
menggunakan media televisi sebagai objek penelitian. Adapun analisis
yang dipakai oleh karya milik Agung Deftiawan menggunakan analisis
wacana Teun Van Dijk. Sedangkan yang hendak peneliti pakai adalah
analisis Robert Entman. Penelitian ini menghasilkan temuan berupa
ketidaksetujuan media Kompas tentang korupsi. Kompas
mengonstruksikan korupsi sebagai musuh bersama bangsa, yang harus
mendapatkan perhatian lebih seksama dari pemerintah. Walaupun
media ini dikenal sebagai label media non-muslim, sisi keberimbangan
dalam menyampaikan juga sangat diperhatikan.
3. Zubaidah, tahun 2010, Mahasiswi Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya, ANALISIS FRAMING SEPUTAR PEMBERITAAN PLURALISME PASCA WAFATNYA
GUS DUR DI HARIAN KOMPAS DAN JAWAPOS DALAM PERSPEKTIF DAKWAH. Perbedaan dari penelitian ini terletak pada objek penelitian media cetak dan fokusnya pada perspektif
dakwah. Sedangkan objek penelitian yang hendak dilakukan adalah
bingkai media mengenai pandangan Islam oleh narasumber yang ada
di subjek penelitian. Adapun analisis yang dipakai oleh mahasiswi ini
adalah analisis framing Zhongdang Pan dan Kosicki. Hasil temuan dari
34
masing-masing media mengenai tentang penekanan fakta pluralisme
dalam hal ini Kompas dan Jawa Pos.
NO. NAMA & JUDUL SKRIPSI PERSAMAAN PERBEDAAN
1 KONSTRUKSI IDEOLOGI
MAJALAH AL-WA’IE oleh Siti
Farihatin
Fokus penelitian
konstruksi media
Objek penelitian
media cetak
2 KONSTRUKSI
PEMBERITAAN HARIAN
KOMPAS KASUS-KASUS
KORUPSI EDISI APRIL 2008
oleh Agung Deftiawan
Fokus penelitian
konstruksi media
Objek penelitian
media cetak
3 ANALISIS FRAMING
SEPUTAR PEMBERITAAN
PLURALISME PASCA
WAFATNYA
GUS DUR DI HARIAN
KOMPAS DAN JAWAPOS
DALAM PERSPEKTIF
DAKWAH oleh Zubaidah
Fokus penelitian
konstruksi media
Objek penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah analisis teks media bersifat non kancah.
Analisis teks media bersifat non kancah yaitu memaparkan pesan yang
disampaikan atas suatu peristiwa atau situasi, dengan diperlukan deskripsi
subjek penelitian secara mendalam.1 Penelitian non kancah ini
menggunakan pendekatan analisis framing atau bingkai.
Analisis Framing merupakan salah satu model analisis yang dapat
mengungkap rahasia perbedaan media dalam menyampaikan fakta.
Analisis framing adalah cara untuk mengetahui suatu realitas dibingkai
oleh media.2 Dengan demikian realitas sosial dapat dipahami, dimaknai
dan dikonstruksi dengan bentukan dan makna tertentu.
Dalam analisis framing seseorang akan diarahkan bagaimana suatu
realitas ditampilkan dan di sisi lain dari realitas tidak ditampilkan. Sebab
media dalam analisis framing telah mengkonstruksi sedemikian rupa
sebuah realita sebelum ditampilkan kepada khalayak. Jadi media bukanlah
saluran yang bebas memberitakan apa adanya. Dengan melalui
pembingkaian atau framing, media dapat menekankan suatu realita yang
dapat membuat kita melupakan aspek penting yang lain.
1
Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989) h.24
2
36
Paradigma Konstruksionis menyikapi suatu peristiwa adalah
sesuatu yang telah melalui proses konstruksi. Objektivitas yang
ditampilkan menjadi tidak sepenuhnya suatu kebenaran karena diolah
terlebih dahulu sebelum ditampilkan. Suatu informasi yang ditampilkan
lewat siaran berita bukanlah menggambarkan realitas melainkan potret
yang berkaitan dengan peritiwa.3 Posisi media sangat besar pengaruhnya
sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas kepada
khalayak umum.
Peneliti menggali fenomena dengan menggunakan analisis framing
Robert N.Entman. Pendekatan analisis framing Robert N.Entman dipakai
untuk melihat teks komunikasi yang disajikan dan representasi yang
ditampilkan secara menonjol pada khalayak. Menurut Entman dalam
framing terdapat dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau
penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas / isu. Penonjolan adalah
proses membuat informasi menjadi lebih menarik, bermakna atau lebih
diingat oleh khalayak.4
Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan
menseleksi isu yang lain dan cara menonjolkan aspek dari suatu isu
melalui strategi wacana misalnya ; penempatan yang mencolok (headline
depan atau belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung
3
Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta: Lkis, 2002) h.25
4
37
dan memperkuat penonjolan, asosiasi terhadap simbol budaya dan lain
sebagainya. Semua aspek tersebut dipakai untuk membuat konstruksi
pesan menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak.
Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana cara
pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis
berita. Cara pandang itu menentukan fakta yang diambil , bagian yang
ditonjolkan dan yang dihilangkan dan hendak dibawa ke mana berita
tersebut.5
Seleksi isu Berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari beragam
realita kemudian diseleksi aspek mana yang akan
ditampilkan. Bagaimana fakta dipahami oleh media. Dari
proses ini terdapat dua aspek penting yaitu : Included
adalah aspek realita yang dimasukkan dan Excluded
adalah aspek realita/isu yang dikeluarkan atau tidak
ditampilkan.
Penonjolan aspek
tertentu dari isu
Berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika realita/isu
tersebut telah dipilih, bagaimana aspek ditulis atau
ditampilkan? Hal ini berkaitan dengan pemakaian bahasa
yang bukan sekedar teknis jurnalistik, tetapi dapat
sebagai politik bahasa. Bagaimana bahasa dapat
menciptakan realitas tertentu pada khalayak
5
38
Dalam konsepsi Entman framing merujuk pada 4 komponen penting :
B. Unit Analisis
Sesuai dengan judul penelitian ini “Konstruksi Pandangan
Islam dalam Media tentang Fenomena LGBT Indonesia (Analisis
Framing Acara Debat Kompas TV dan TV One)” , maka unit
analisisnya adalah acara debat dua media televisi, yaitu : “LGBT
Haruskah Dicemaskan?” oleh Kompas TV dengan “LGBT Marak,
Apa Sikap Kita?” oleh TV One.
Problem Identification
(Definisi masalah)
Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat? Sebagai apa?
Atau sebagai masalah apa?
Causal Interpretation
(Memperkirakan masalah
atau sumber masalah)
Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang
dianggap sebagai penyebab suatu masalah? Siapa
yang dianggap sebagai penyebab masalah?
Moral Evaluation
(Membuat keputusan moral)
Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan
masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk
melegitimasi suatu tindakan?
Treatment Recommendation
(Menekankan penyelesaian)
Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi
masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus
39
Sedangkan obyek penelitian adalah pandangan Islam yang
ditampilkan oleh kedua media tersebut. Bahwa penelitian ini akan
berupaya untuk melihat bagaimana konstruksi Kompas TV dan TV One
mengenai pandangan Islam oleh beberapa narasumber tentang fenomena
LGBT di Indonesia melalui teks rekaman visual dan audio yang
ditampilkan pada khalayak.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Data primer
Data pokok dari penelitian ini adalah berupa teks audio
visual dari tayangan debat LGBT Haruskah Dicemaskan? program acara Kompas TV dan LGBT Marak, Apa Sikap kita? program acara TV One . Dalam hal ini peneliti akan menganalisa pesan
komunikasi dan dialog pandangan Islam oleh beberapa narasumber
terkait dalam kedua acara debat tersebut.
b. Data sekunder
Data pendukung sebagai pelengkap dari data-data yang
sudah ada sebelumnya. Adapun data pendukung dari penelitian ini
adalah berupa referensi buku-buku, internet dan lain-lain yang
40
2. Sumber data
Sumber data merupakan aspek penting yang dibutuhkan
untuk melakukan penelitian. Komponen dari sumber data tersebut
dapat berupa data primer (utama) dan sekunder (pendukung).
Sumber data dibutuhkan untuk mendapatkan suatu informasi
kemudian melakukan analisis.
Sumber data diperoleh dari dari dokumentasi berupa
rekaman audio visual tayangan debat LGBT Haruskah
Dicemaskan? program acara Kompas TV dan LGBT Marak, Apa Sikap kita? program acara TV One melalui situs unduhan youtube.com dengan saluran resmi masing-masing lembaga
penyiaran.
D. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian yang akan digunakan peneliti ada tiga,
yaitu: tahapan pra lapangan,tahapan analisis data dan tahapan
penulisan skripsi6.Semua akan dilakukan dengan detail dan
sungguh, sehingga dapat menghasilkan keabsahan dan akurasi teks
setelah dilakukan penelitian.
a. Tahapan pra lapangan
Dalam tahap ini peneliti mencari dan menentukan tema
penelitian serta fokus penelitian. Adapun fokus penelitian yang
6
41
dirasa menarik adalah pandangan Islam oleh beberapa narasumber
dari kedua media.
Kemudian dari proses itu ingin diketahui media mana yang
mengkonstruksi tayangan dengan pandangan Islam yang
dikemukakan oleh beberapa tokoh yang terlibat. Setelah ada rasa
ketertarikan peneliti mulai mencari dan mengunduh dokumen yang
hendak diteliti.
b. Tahapan analisis
Dalam tahap ini peneliti sudah menentukan fokus penelitian
dan mulai untuk melakukan analisis data yang sudah diperoleh.
c. Tahapan penulisan skripsi
Tahap ini dilakukan setelah melalui proses-proses yang sudah
dikemukakan sebelumnya diatas. Penulisan disusun secara
sistematis dari hasil penggalian data, triangulasi dan analisis.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan
standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
dengan mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
masalah-masalah yang akan diteliti. Setelah melalui proses
pengumpulan data, dilakukan pengamatan ulang untuk diperoleh
42
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Pengamatan (observasi)
Teknik pengumpulan data melalui pengamatan adalah proses
peneliti mengamati situasi penelitian. Dalam hal ini peneliti
melakukan pengamatan pada tayangan acara debat LGBT Haruskah Dicemaskan? program acara Kompas TV dan LGBT Marak, Apa Sikap kita? program acara TV One
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi didapat melalui dokumen-dokumen yang
diolah oleh orang lain baik itu yang sudah dipublikasikan
maupun yang belum dipublikasikan.7 Dalam hal ini peneliti
megumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian
ini. Dokumen tersebut berupa rekaman audio visual tayangan
LGBT Haruskah Dicemaskan? program acara Kompas TV dan
LGBT Marak, Apa Sikap kita? program acara TV One. Selain itu referensi literatur yang mendukung penelitian ini.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah usaha yang dilakukan peneliti untuk
memproses pengolahan suatu data. Tujuan dari analisis data untuk
menyederhanakan agar suatu fenomena memiliki nilai sosial, akademis
7
43
dan ilmiah mudah dipahami.8 Langkah-langkah teknik analisis data
sebagai berikut:
1. Menelaah data
2. Mengelola dan mengelompokkan data
3. Menyusun secara sistematis
4. Melakukan pemilahan atau penyederhanaan agar suatu fenomena dapat
dipahami oleh diri sendiri khususnya khalayak
Peneliti memilih tayangan program televisi yang memiliki keunggulan dari
segi audio dan visual dibanding media yang lain. Hal tersebut dinilai tepat
untuk lebih mudah memahami realitas.
8
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Obyek Penelitian
1. Profil lembaga media penyiaran a. KOMPAS TV
Kompas TV adalah sebuah perusahaan media yang
menyajikan konten tayangan inspiratif dan menghibur untuk
keluarga Indonesia. Kompas Gramedia TV (KGTV) didirikan oleh
PT Gramedia Media Nusantara pada tahun 2008 dengan brand
nama Kompas TV. Sesuai dengan visi misi yang diusung, acara
yang dikemas oleh Kompas TV diantaranya berita (news),
petualangan dan pengetahuan (adventure & knowledge) dan
hiburan (entertainment) yang mengedepankan kualitas.1 Konten
program news Kompas TV adalah berita yang tegas, terarah dan
memberi harapan.
Selain itu, untuk program lainnya Kompas TV menekankan
pada eksplorasi Indonesia, baik dari kekayaan alam, khasanah
kebudayaan, Indonesia kini hingga talenta berprestasi. Tidak hanya
1
45
berhenti pada program tayangan televisi tersedia pula produksi film
layar lebar dengan jalan cerita menarik dan didukung oleh talenta
seni berbakat Indonesia. Beberapa film layar lebar yang diproduksi
adalah Lima Elang dan Garuda Di Dadaku (karya Rudi
Soedjarwo), Sang Penari, Cinta dalam Kardus, dan Kompas TV
tengah menjalin kerjasama dengan MILES Production dalam
penggarapan Pendekar Tongkat Emas. Pada 28 Juni 2011, Kompas
TV mulai menayangkan program-programnya di salah satu stasiun
televisi lokal.
Peluncuran perdana, Kompas TV sebagai content provider
pada tanggal 9 September 2011 sejumlah kota besa di Indonesia
diantaranya: Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang,
Denpasar, Banjarmasin, Palembang dan Makassar. Kompas TV
terus berkembang dengan bertambahnya akses di lebih dari 100
kota di Indonesia. Selain itu tayangan Kompas TV juga dapat
dinikmati oleh 200 juta penduduk Indonesia melalui streaming
www.kompas.tv/live serta dapat diakses lewat televisi berbayar
K-Vision yang merupakan bagian dari Kompas grup.
Dengan kerjasama operasi dan manajema, Kompas TV
memasok program tayangan hiburan dan berita pada stasiun
televisi lokal di berbagai kota di Indonesia, bahkan di beberapa
negara tetangga yang telah terlibat kerjasama. Sejak 9 September
46
yang menyediakan kanal bagi Kompas TV untuk dapat
menayangkan kepada pemirsa dengan kualitas High Definition
(HD). Kualitas High Definition (HD) menyajikan gambar dengan
resolusi tinggi sehingga pemirsa dapat menikmati gambar dengan
kontur jelas dan warna yang lebih tajam.
Kompas TV juga mengarah pada sistem televisi digital
yang lazim digunakan secara internasional. Kompas TV tentu
memperhatikan kualitas program tayangan yang ditampilkan.
Kompas TV berusaha untuk tetap berada dalam koridor visi misi
sehingga dapat selalu menyajikan program tayangan inspiratif dan
informatif dengan kemasan menarik bagi keluarga Indonesia. Bagi
sebuah stasiun televisi adalah bertanggung jawab besar untuk turut
membentuk moral bangsa.
Menjawab tantangan dunia media di Indonesia sebagai
bagian dari Kompas Gramedia Group yang memiliki motto
Enlightening People, KompasTV didukung dengan komposisi karyawan berkualitas dan berdedikasi tinggi dan berusaha untuk
komitmen menyalurkan informasi yang akan menjadi Inspirasi
Indonesia
Peluncuran : 9 September 2011
47
Tokoh penting : Jakob Oetama, Agung Adiprasetyo
dan Lilik Oetama
Slogan : - Inspirasi Indonesia (2011-2016)
- Berita dan Informasi (2015-2016)
-Berita dan Inspirasi Indonesia
(2016-sekarang)
Kantor pusat : JL. Palmerah Selatan No.1 Jakarta
Barat 10270
Saluran saudara : KTV (2011-sekarang)
Situs web : www.kompas.tv
- VISI:
Menjadi organisasi yang paling kreatif di Asia Tenggara
yang mencerahkan kehidupan masyarakat
- MISI :
Menayangkan program-program dan jasa yang informatif,
edukatif dan menghibur. Melibatkan pemirsa dengan
program-program yang independen, khas, serta memikat
48
JARINGAN Kompas TV :
- Jabodetabek - Jambi
- Bandung - Bengkulu
- Sukabumi - Pontianak
- Semarang - Banjarmasin
- Yogyakarta - Manado
- Purworejo - Makassar
- Surabaya - Gorontalo
- Jember - Kendari
- Aceh - Kupang
- Palembang - Belu Atambua
- Bangka - Bali
- Sidikalang - Pelaihari
b. TV ONE
TV One adalah media penyiaran televisi swasta di Indonesia yang konten
acaranya 70 persen berita dan sisanya acara hiburan dan olahraga.2 tvOne
(sebelumnya bernama Lativi) adalah sebuah stasiun televisi swasta Indonesia.
2
49
Stasiun televisi ini didirikan pada tanggal 9 Agustus 2002 oleh pengusaha Abdul
Latief.
Pada saat itu, konsep penyusunan acaranya adalah banyak menonjolkan
masalah yang berbau klenik, erotisme, berita kriminalitas dan beberapa hiburan
ringan lainnya. Sejak tahun 2006, sebagian sahamnya juga dimiliki oleh Grup
Bakrie yang juga memiliki antv. Pada 14 Februari 2008, Lativi secara resmi
berganti nama menjadi tvOne, dengan komposisi 70 persen berita, sisanya
gabungan program olahraga dan hiburan. Abdul Latief tidak lagi berada dalam
kepemilikan saham tvOne. Komposisi kepemilikan saham tvOne terdiri dari PT
Visi Media Asia sebesar 49%, PT Redal Semesta 31%, Good Response Ltd 10%,
dan Promise Result Ltd 10%. Direktur Utama tvOne saat ini adalah Erick Thohir
yang juga merupakan Direktur Utama Harian Republika.
Pada 14 Februari 2008, pukul 19.00 WIB Malam, merupakan saat
bersejarah karena untuk pertama kalinya tvOne mengudara. Peresmian dilakukan
oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, tvOne menjadi
stasiun tv pertama di Indonesia yang mendapatkan kesempatan untuk diresmikan
dari Istana Presiden Republik Indonesia.
TvOne secara progresif menginspirasi masyarakat Indonesia yang berusia
15 tahun ke atas, agar berpikiran maju dan melakukan perbaikan bagi diri sendiri
serta masyarakat sekitar melalui program News and Sports yang dimilikinya.
Mengklasifikasikan program-programnya dalam kategori News One, Sport
50
menerapkan strategi tersebut dengan menampilkan format-format yang inovatif
dalam hal pemberitaan dan penyajian program.
Sebagai pendatang baru dalam dunia News, tvOne telah mempersiapkan
bentuk berita baru yang belum pernah ada sebelumnya. Seperti Apa Kabar
Indonesia, yang merupakan program informasi dalam bentuk diskusi ringan
dengan topik-topik terhangat bersama para narasumber dan masyarakat, disiarkan
secara langsung pada pagi hari dari studio luar tvOne.
Program berita hardnews tvOne dikemas dengan judul : Kabar Terkini,
Kabar Pagi, Kabar Pasar, Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam. Kemasan
yang berbeda juga disuguhkan oleh Kabar Petang, menampilkan bentuk
pemberitaan yang menghadirkan secara langsung berita-berita dari Biro Pusat
Jakarta dan beberapa Biro Daerah ( Medan, Surabaya, Makassar ) dengan bobot
pemberitaan yang berimbang antar semua Biro. Program ini meraih penghargaan
MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai “Tayangan Berita yang Dibacakan
Langsung Oleh 5 Presenter dari 4 Kota Yang Berbeda Dalam Satu Layar”.
Sedangkan Kabar Malam bekerjasama dengan seluruh media nusantara
untuk menghasilkan editorial yang lengkap, kredibel dan dinamis. Tayangan Sport
tvOne akan meliputi pertandingan-pertandingan unggulan yang disiarkan
langsung, mulai dari Kompetisi Sepakbola Nasional (Copa Indonesia), Sepak
Bola Eropa (Liga Inggris dan Liga Belanda), Kompetisi