• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Analisis Impl

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Analisis Impl"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

(Analisis Implementasi SIM di Pondok Pesantren Al-Mukmin)

Tugas Materi Kuliah

SISTEM TEKNOLOGI INFORMASI

(DOSEN : AGUSTA IKA P.N, SE., MBA)

OLEH :

ZUDAN ADY WIJAYA 151102905

MAGISTER MANAJEMEN STIE WIDYA WIWAHA

YOGYAKARTA

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Seiring dengan dinamika umat Islam Indonesia, memasuki era tahun 1970-an, pesantren mengalami perubahan signifikan. Pesantren mengalami perkembangan kuantitas yang sangat menakjubkan, baik di wilayah pedesaan (rural), pinggiran kota (sub urban) maupun perkotaan (urban). Karena itu, tidak berlebihan bila Azyumardi Azra (1997) mengatakan pesantren mengalami ekspansi yang semula hanya rural based institution, kemudian berkembang menjadi lembaga pendidikan urban.

Pada awalnya memang pesantren bersikap “enggan dan rikuh” menerima modernisasi. Namun secara gradual pesantren juga melakukan adaptasi, akomodasi dan konsesi untuk kemudian menemukan pola yang dipandangnya cukup tepat guna menghadapi modernisasi yang berdampak luas. Modernisasi pesantren, baik berkaitan dengan sistem pendidikan maupun program sosialnya, pada dasarnya didorong oleh keinginan untuk menyahuti kebutuhan masyarakat. Hal ini inheren dengan sejarah berdirinya pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam indigeneous muncul dari pengalaman sosiologis masyarakat.

Kemodernan sistem di Pesantren bisa ditandai dengan mulai adanya penggunaan teknologi dalam mengatur kehidupan dan keberlangsungan Pesantren. Serta dengan menerapkan organisasi kepesantrenan dengan pola yang lebih baik. Sentralisasi Kiayi dalam mengasuh sebuah Pesantren dan mengatur segala kebijakan-kebijakan Pesantren sudah mulai memudar di masa ini, hal ini tiada lain dikarenakan banyak munculnya pesantren yang berada di bawah naungan instuisi/yayasan sehingga tugas kepengurusan pesantren diberikan kepada masing-masing pengurus sesuai tupoksinya yang diatur oleh Yayasan.

Sebagai salah satu Pondok pesantren yang berada di bawah naungan Yayasan, Pesantren Al-Mukmin juga telah melangkah untuk menerapkan manajemen yang baik guna menjalankan kepengurusan dan pendidikan di Pondok Pesantren Al-Mukmin yang diharapkan dapat membekali para santri agar bisa mencapai santri yang mempunyai keterampilan dan aqidah yang kuat. Namun penerapannya masih banyak sekali kekurangan

B. Rumusan Masalah

1. Apa Fungsi Sistem Informasi Manajemen di Pondok Pesantren Al-Mukmin ?

(3)

3. Apa Hambatan dalam implementasi Sistem Informasi Manajemen di Pondok Pesantren Al-Mukmin ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui cara implementasi Sistem Informasi Manajemen di Pondok Pesantren Al-Mukmin

2. Mengetahui faktor Penghambat implementasi Sistem Informasi Manajemen di Pondok pesantren Al-Mukmin

D. Manfaat Penulisan

1. Bertambahnya wawasan tentang Sistem Informasi Manajemen di Pondok Pesantren Al-Mukmin

2. Menjadi acuan dalam pengembangan manajemen Pesantren

E. Metodologi Penulisan

Adapun metode penulisan makalah ini berdasarkan studi literatur yaitu dengan mengkaji berbagai sumber baik buku maupun internet.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari bab I Pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan makalah, manfaat penulisan makalah, metode penulisan makalah, dan sistematika penulisan makalah; Bab II yang merupakan kajian teori terdiri dari : Pengertian Sistem Informasi Manajemen, Pengertian Pendidikan Agama Islam, Teori tentang Pondok Pesantren. Bab III Pembahasan terdiri dari Profil singkat pondok Pesantren Mukmin, Implementasi SIM di Pondok Pesantren Al-Mukmin, dan Hambatan.Bab IV Penutup terdiri dari SImpulan dan Saran.

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Teori Tentang Sistem Informasi Manajemen

(4)

komponen yang saling berhubungan secara teratur yang merupakan satu keseluruhan sehingga pada suatu sistem terdapat sistem kecil. Secara terminologi sistem berasal adalah suatu yang lebih tinggi daripada hanya merupakan cara, tata,rencana,skema,prosedur atau metode

Informasi adalah data yang diolah atau dianalisis dengan suatu cara bermakna sehingga dapat memberikan manfaat bagi penggina ( Helmawati, 2015 : 17 ). Sumber dari informasi adalah data. Data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data item. Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. (Jogiyanto,2005:11). Adapun k egunaan informasi adalah untuk mengurangi ketidak pastian di dalam proses pengambilan keputusan tentang suatu keadaan. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya untuk mendapatkan informasi tersebut

Sistem informasi menurut Robert A. Leitch dan K. RoscoeDavis (Jogiyanto,2005:18) adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.

Manajemen sebagaimana menurut Stoner dalam Helmawati ( 2015 : 19) berarti proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakansemua sumber daya organisasi untukmencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan.

Sistem informasi manajemen atau SIM (bahasa Inggris: management information system, MIS) adalah sistem perencanaan bagian dari pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur oleh akuntansi manajemen untuk memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan, atau suatustrategi bisnis

(5)

B. Teori Tentang Pendidikan Agama Islam

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didikdengan cara mendorong memfasilitasi kegiatan belajar mereka secara detail.

Zuhairini, (2008: 149) pendidikan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain pendidikan tidak hanya berlangsung didalam kelas, tetapi berlangsung pula diluar kelas, pendidikan bukan bersifat formal saja, tetapi mencakup pula yang non formal.

Sedangkan pengertian pendidikan agama Islam adalah upaya mendidik ajaran Islam agar menjadi way of life (jalan hidup). Dalam buku pedoman PAI untuk sekolah umum. Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk meniapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan, agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan dibarengi tuntunan untuk menghormati penganul agama lain hubunganya dengan kerukunan umat beragama, hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Dengan demikian berbicara agama Islam dapat dimaknai dalam dua pengertian yaitu: sebagai proses penanaman ajaran Islam dan sebagai bahan kajian yang menjadi proses itu sendiri.

C. Teori tentang Pondok Pesantren

Perkataan pesantren berasal dari kata “santri”, dengan awalan “pe” dan akhiran “an” yang mempunya arti asrama tempat santri atau tempat murid belajar mengaji. Santri adalah orang yang mendalami agama Islam, orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh, orang yang saleh. Johns yang dikutip Dhofier berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil artinya guru mengaji. C.C. Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Santri dalam Soegarda mengartikan orang yang belajar agama Islam, sehingga pesantren mempunyai arti tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam. Nurcholish Madjid menyatakan bahwa kata santri berasa dari bahasa Jawa yaitu “cantrik” yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana pergi.

(6)

Indonesia adalah bangunan untuk tempat sementara; rumah; bangunan tempat tinggal yang berpetak yang berdinding bilik dan beratap rumbia; madrasah dan asrama (tempat mengaji, belajar agama Islam). Istilah pondok ataupun pesantren pada dasarnya memiliki makna yang sama yaitu tempat tinggal santri, namun penggunaan pondok pesantren sering digunakan oleh masyarakat yang dapat dipahami sebagai penguatan makna saja. Pesantren secara terminologi didefinisikan sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Menurut Syukri Zarkasyi, pesantren adalah lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama dan di dalamnya ada yang bertindak sebagai pendidik dan sentral figurnya yaitu kiai, ajengan atau tuan guru, dan ada santri, asrama, ruang belajar, dan masjid sebagai sentralnya.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan memiliki lima elemen dasar tradisi pesantren, yaitu pondok, masjid, santri, pengajaran kitab Islam klasik, dan kiai. Ciri pesantren tersebut diuraikan berikut ini:

1. Kiai

Menurut asal-usulnya, perkataan kiai digunakan untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda, yaitu:

a. Sebagai gelar kehormtan pada barang yang dianggap keramat, misalnya “Kiai Garuda Kencana” yang digunakan untuk sebutan Kereta Emas yang berada di Keraton Yogyakarta.

b. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.

c. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajarkan kitab Islam klasik kepada para santrinya. Selain gelar kiai, ia juga sering disebut seorang alim (orang yang dalam pengetahuan Islamnya).

Predikat kiai sebagai seorang yang ahli agama diberikan oleh masyarakat yang mengakui kealiman seseorang. Tuntunan dan kepemimpinannya diterima dan diakui oleh masyarakat, bukan diperoleh dari sekolah. Kiai tidak memerlukan ijazah, tetapi kealiman, kesalehan, dan kemampuan mengajar santri dengan kitab kuning.

(7)

Santri adalah siswa atau murid yang belajar dan merupakan salah satu elemen penting dalam suatu lembaga pesantren. Seorang ulama dapat disebut kiai apabila memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren untuk mempelajari kitab Islam klasik. Dengan demikian, eksistensi kiai biasanya juga berkaitan dengan adanya santri di pesantren.

Menurut tradisi pesantren, santri terdiri dari dua kategori:

a. Santri mukim, yaitu murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal (santri senior) di pesantren biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang bertanggung jawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari.

b. Santri kalong, yaitu murid yang berasal dari desa di sekitar pesantren dan tidak menetap dalam pesantren. Santri kalong memiliki rumah orang tua yang letaknya tidak jauh dari pesantren, sehingga memungkinkan mereka pulang setiap hari ke tempat tinggal masing-masing setelah aktivitas pembelajaran berakhir.

3. Pengajaran kitab Islam klasik

Ciri spesifik sebuah pondok pada umumnya adalah adanya pengajaran yang sering disebut pengajian kitab klasik, yang populer dengan sebutan “kitab kuning”. Ciri yang dimaksud terdapat pada pondok pesantren,baik tradisional maupun yang sudah modern. Kitab klasik yang diajarkan di dalam pesantren adalah produk dari ulama Islam pada zaman pertengahan, dan ditulis dalam bahasa Arab tanpa harakat. Olehnya itu, salah satu kriteria seseorang disebut kiai atau ulama adalah memiliki kemampuan membaca dan mensyarahkan kitab klasik. Syarat bagi santri untuk dapat membaca dan memahami kitab kuning tersebut adalah dengan memahami dengan baik antara lain ilmu nahu, saraf, dan balagah (ilmu bahasa Arab).

(8)

Selain itu, kitab tersebut memiliki pula karakteristik teks yang sangat pendek sampai teks yang terdiri dari beberapa jilid dan tebal. Karakteristik tersebut

4. Masjid

Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktik salat lima waktu, khutbah dan salat Jumat, dan pengajaran kitab Islam klasik. Sejak zaman Nabi Muhammad saw., masjid telah menjadi pusat pendidikan Islam. Kaum muslimin selalu menggunakan masjid untuk tempat beribadah, pertemuan, pusat pendidikan, aktivitas administrasi dan kultural. Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem pendidikan Islam tradisional.

5. Pondok

(9)

BAB III PEMBAHASAN

A. Sekilas Profil Pondok Pesantren Al-Mukmin

Pondok Pesantren Al-Mukmin terletak di Desa Cipeundeuy Kecamtan Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat, berdiri sejak tahun 1998 dan merupakan salah satu Pondok Pesantren Tipe lama sebagaimana Zamakhsyari Dhofier menyebutkan bahwa lembaga pondok pesantren dapat dikelompokkan dalam dua tipe besar, yaitu: 1) tipe lama (klasik) yang inti pendidikannya mengajarkan kitab Islam klasik, 2) tipe baru, yaitu mendirikan sekolah umum dan madrasah yang mayoritas mata pelajaran yang dikembangkannya bukan kitab Islam klasik.

(10)

School, dan Sekolah Menengah Atas Boarding School. Saat ini jumlah santri yang tinggal di Pondok pesantren Al-Mukmin sebanyak 200 Santri yang semuanya mengikuti pendidikan formal di SMP dan SMA Al-Mukmin Boarding School.

Para pengajar di Pondok Pesantren Al-Mukmin terdiri dari 30 orang yang semuanya adalah alumni dari Pondok Pesantren Al-Mukmin, dan sudah meneyelesaikan pendidikan sarjana mereka. Baik itu jurusan Agama Islam ataupun Jurusan mata Pelajaran Umum, dan kurikulum yang digunakan adalah dengan memadukan kurikulum Pondok dan pendidikan umum.

B. Implementasi SIM di Pondok Pesantren Al-Mukmin 1. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu jenis pembuatan keputusan untuk masa depan yang spesifik yang dikehendaki oleh seorang pemimpin, dalam hal ini berarti Kiayi sebagai pimpinan di pondok Pesantren. Pesantren termasuk ke dalam kelompok Pendidikan non formal, sebagaimana tertera dalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa Pendidikan Non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan non formal berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Adanya perencanaan yang dirancang sejak awal kepemimpinan akan membantu mencapai sasaran yang diharapkan. Manfaat perencanaan sendiri diantaranya yaitu sebagai : a) alat pemberi arah, b) alat memfokuskan tujuan yang akan dicapai, c) alat pedoman rencanan dan keputusan, dan 4) alat bantu mengevaluasi kemajuan yang mewujudkan para santri yang kuat aqidah, berakhlakul karimah, dan terampil dam ilmu pengetahuan teknologi. Dalam merumuskan perencanaan itu ada yang yang harus diperhatikan yaitu diantaranya :

1) Merencanakan Visi dan Misi

2) Menentukan konsep yang dipakai

(11)

Materi (kurikulum) yang diterapkan di Ponpes Al-Mukmin disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan lingkungan di sekitar Ponpes Al-Mukmin yang mana berada di tengah-tengah pasar tradisional dan juga perkantoran pemerintah, maka kurikulum tambahan yang diterapkan di Ponpes Al-Mukmin mencakup keterampilan dalam orgnisasi kemasyarakatan dan keterampilan

c. Perencanaan memilih pendidik

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Mukmin, maka harus direncanakan juga dalam hal pemilihan pendidik, untuk memudahkan dalam pencapaian tujuan dan proses pembelajaran , maka dalam hal memilih pendidik, pimpinan Pondok Pesantren Al-Mukmin merekrut para alumni untuk mengisi jadwal mengajar di Pondok.

2. Pengambilan Keputusan

Pembuatan keputusan merupakan kegiatan yang akan selalu dihadapi setiap pemimpin. Pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting dari pekerjaan seorang pemimpin (manajer).pengambilan keputusan adalah kegiatan mengidentifikasi dan memilih serangkaian tindakan untuk menghadapi masalah tertentuatau mengambil keuntungan dari suatu kesempatan (Helmawati, 2015 : 103).

Pengambilan keputusan dipengaruhi tidak hanya oleh waktu masa kini tetapi juga informasi terkadang dibutuhkan dari waktu lampau untuk kepentingan di masa yang akan datang. Jadi engalaman masa lalu dapat dijadikan sebagai pijakan untuk pengambilan kepuusan masa depan. Supaya pengambilan keputusan berhasil dengan baik maka seorang pemimpin harus mengembagkan kemampuannya.

Moorhead dan Griffin dalam Helmawati (2015) menyatakan bahwa aturan untuk mengambil keputusan menuntut para pemimpin agar mencari informasi untuk digunakan dalam pengambilan keputusan dan kemudian mengomunikasikan keputusan-keputusan tersebut kepada yang lain. Pengambilan keputusan juga harus memperhatikan nilai-nilai berupa : etika, kemanfaatan, kebenaran, dan keadilan.

a. Pengambilan keputusan dalam tujuan pendidikan

Komponen pertama yang diperhatikan untuk membantu pendidikan di pondok Pesantren Al-Mukmin adalah dengan menentukan tujuan apa yang diharapkan dari proses pendidikan.

(12)

di dunia. Adapun tujuan utamanya adalah meraih kebaikan di dunia dan meraih kebaikan di kahirat.

b. Pengambilan keputusan dalam memilih pendidik

Setelah di awalmerencanakan untuk merekrut alumni, maka semua alumni yang mempunyai kemampuan sesuai kebutuhan Pondok, di hubungi kembali untuk direkrut dan diberi jadwal mengajar di Pondok Pesantren Al-Mukmin. Namun demikian, pondok pesantren Al-Mukmin tidak menutup ruang bagi para pengajar yang datang dari pondok lain demi kemajuan bersama,hanya yang lebih diutamakan adalah yang lulusan Pondok Pesantren Juga.

c. Pengambilan keputusan dalam materi pendidikan

Materi pendidikan yang diterpakan di pondok Pesantren Al-Mukmin adalah dengan melaksanakan pembelajaran 24 Jam. Dengan materi pembelajaran mencakup pembiasaan, pengajaran, hukuman, peneladanan, dan bimbingan, semua aspek pendidikan dapat dilaksanakan di Pondok Pesantren. Adapun materi yang diajarkan adalah, pengajian kitab Tafsir Jalalain ba’da shubuh, Pengajian Nahwu Shorof ba’da ashar, pengajian Fiqh Ba’ada maghrib sampai ba’da isya. Pembiasaan yang dilakukan diantaranya Sholat berjamaah 5 waktu, sholat dhuha, dan sholat tahajud, serta shoum sunat dan infaq jumat.

3. Pengendalian

Pengendalian membantu para penanggung jawab pendidikan memantau perubahan lingkungan dan dampaknya terhadap kemajuan dari segala sesuatu yang dipimpinnya. Dengan demikian manfaat pengendalian adalah untuk menciptakan mutu yang lebih baik.

a. Pengendalian sebelum proses pendidikan, diawali dengan pengaturan jadwal oleh pimpinan Pesantren, mulai dari jadwal mengaji, jadwal piket dan jadwal Ronda

b. Pengendalian saat proses pendidikan, dengan adanya absen pada setiapjadwal yang dilaksanakan dan dengan begitu santri yang tidak hadir akan ketahuan dan akan di kalkulasikan selama seminggu untuk kemudian diberi sanksi sesuai pelanggaran yang dilakukan

c. Pengendalian setelah proses pendidikan.

C. Hambatan

(13)

Al-Mukmin, ada beberapa faktor yang menjadi penghambat implementasinya. Tantangan dan hambatan tersebut diantaranya :

1. Kurangnya wawasan tentang manajemen dari para pemangku kepentingan di pesantren. Seperti pengurus, guru, dan tetntunya dari pihak Yayasan

2. Masih adanya sentralisasi Kiayi dalam segala hal yang berhubungan dengan kepentingan dalam pengembnagn Pesantren.

3. Belum adanya pelatihan manajemen bagi para pengurus yang di Pondok Pesantren Al-Mukmin.

(14)

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

Berdasar pada paparan dari awal sampai akhir, maka penulis telah mengmabil simpulan, yaitu :

1. Fungsi dari Sistem Informasi Manajemen di Pondok Pesantren Al-Mukmin adalah untuk Perencanaan, Pengambilan Keputusan, dan Pengendalian

2. Implementasi Sistem Informasi Manajemen di Pondok Pesantren Al-Mukmin sudah baik namun masih manual, dengan kurang menggunakan sistem komputer

3. Hambatan selalu ada dalam setiap perjalanan,namun demikian hambatan tersebut merupakan pelajaran-pelajaran berharga bagi Pondok pesantren Al-Mukmin, untuk lebih meningkatkan manajemen Pondok,hambatan tersebut lebih cenderung pada kurangnya wawaasan tentang teknologi dikalangan pengurus.

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,maka dari itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

B. Saran

1. Untuk Pondok Pesantren Al-Mukmin agar diupayakan mengadakan fasilitas komputer untuk memudahkan kinerja manajemen

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Admodiwiro, subagio. 2000 Manajemen pendidikan di Indonesia. Jakarta: Arya. Arif, Armi. 2002. Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam.Jakarta: Ciputat Press.

Helmawati, 2015. Sistem Informasi manajemen Pendidikan Agama Islam. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, edisi revisi. Jakarta: Rineka cipta.

Majid, Abdul dan Dian Andayani, 2004. Pendidikan Agama Islam berbasis Kopetensi konsep dan Implementasi Kurikulum, Bandung. Remaja Rosdakarya.

Syah, Muhibbin, 2013. Psikologi Belajar, Jakarta: Raja grafindo persada.

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa oleh karena di persidangan tidak ditemui suatu fakta bahwa ada hal-hal yang mengecualikan Terdakwa selaku subjek hukum dari tuntutan hukum, dan

sangat bergantung pada kondisi p8 pada saat reaksi berlangsung. Ini disebabkan karena pH selain mempengaruhi kestabilan dan kekuatan daya reduksi SnCl2 juga

Profesional Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu Memelihara dan menjamin keandalan sistem audio video serta

Untuk panjang gelombang 1064 nm, tingkat intensi- tas dari berkas laser luaran model laser Nd:YAG yang diteliti adalah sekitar -11 dBm, sedangkan dari data pengamatan untuk

Kualitas ekternal telur ayam petelur yang mendapat pakan dengan penambahan.. tepung ikan fermentasi menggunakan isolat produser

Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara minat belajar terhadap hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA SMA Mataram

 Rumus untuk menghitung azimuth dan elevation pada aplikasi calculator berbasis web menggunakan fungsi trigonometri atan()yang telah tersedia pada Java Script yaitu

Metode antrian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode Per Connection Queue dan winbox sebagai software untuk remote router.. Kata Kunci :