ARTIKEL
ANALISIS PENERAPAN
GOOD GOVERNANCE
BISNIS SYARIAH DAN
PENCAPAIAN KINERJA PERBANKAN SYARIAH INDONESIA
DITINJAUDARI
MAQASHID SHARIAH
DAN PROFITABILITAS
Diajukan Sebagai Kebulatan Studi Program Strata
Satu(S-1)pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mataram
Oleh
TAUFIQ HOLILI
NIM.A1C013143
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRACT
Analysis Of Sharia Business Good Governance Implementation And Indonesia Sharia Banking Performance Achievement Based On
Maqashid Sharia And Profitability
The objectives of this study are to analyze the implementation of sharia business good governance (GGBS) and assess the achievement of sharia banking performance in Indonesia based on maqashid shariah and profitability. The GGBS implementation index compiled by the Governance Policy National Committee in 2011 is used as proxy to measure the level of GGBS implementation in Sharia Banks. The threefold objectives of sharia namely tahdhib al-fard, iqamah al-adl and jalb al-maslahah are the proxies used to measure the performance
of maqashid shariah. Meanwhile, to measure profitability
performance, this study use proxies such as Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) and Profit Expense Ratio (PER). Analysis was conducted on 11 Sharia Commercial Banks (BUS) registered in the Financial Services Authority (OJK) during 2013 - 2015. The results show that the application of GGBS in sharia banks is increasing every year. The result of the research also shows that the performance evaluation of sharia bank based on maqashid sharia index (IMS) placed Bank Mega Syariah (BMS) as the top performer with the value of IMS equal to 63,41%. The result also showed that Bank Aceh Syariah (BAS) was the top performer based on calculation of Comparative Performance Index (CPI) with a CPI value of 100.00. The result of this study can be used as evaluation material in improving the implementation of GGBS and improving the performance of sharia banks for mudharib as well as a consideration in policy making for OJK regarding of maqashid syariah.
1.PENDAHULUAN
1.1latar belakang
Dewasa ini, bank syariah mengalami perkembangan yang sangat
pesat di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Pesatnya perkembangan
tersebut mengindikasikan bahwa kesadaran ummat Islam untuk
menjalankan bisnis syariah telah muncul. UU No. 10 tahun 1998 atas
perubahan UU No. 7 tahun 1992 menjelaskan bahwa perbankan Indonesia
secara formal mengadopsi dual banking system yaitu sistem perbankan
konvensional dan sistem perbankan syariah. Pengadopsian dual banking
system ini memberikan kesempatan bagi bank - bank konvensional untuk
membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total
menjadi bank syariah sehingga dengan kata lain pengadopsian dual
banking system telah memberi kesempatan luas bagi perkembangan
perbankan syariah khususnya di Indonesia.
Sebagai lembaga intermediasi yang menyediakan jasa keuangan
bagi masyarakat, bank syariah berkewajiban dalam penerapan good
corporate governance (GCG) dalam setiap lini operasionalnya.
Menyadari bahwa pelaksanaan GCG untuk bank syariah tidak dapat hanya
kepada prinsip - prinsip GCG namun juga harus berpedoman kepada
ketentuan-ketentuan syariah. Bank Indonesia menerbitkan PBI No.
11/33/PBI/2009 dan SE BI No.12/13/DPbS tentang pelaksanaan GCG di
Perbankan Syariah. Untuk melengkapi kedua peraturan tersebut,
Pemerintah Indonesia melalui KNKG (Komite Nasional Kebijakan
Governance) membentuk Tim Kerja Penyusunan Pedoman Umum Good
Governance Bisnis Syariah (GGBS) dengan keanggotaan yang terdiri
dari berbagai pakar terkait bersama-sama dengan sejumlah institusi
(Masyarakat Ekonomi Syariah, Bank Indonesia, Dewan Syariah Nasional
2013). Adapun tujuan dibuatnya pedoman ini yaitu untuk menjadi
pedoman pelaksanaan tata kelola perusahaan lembaga keuangan syariah
khususnya bank syariah di Indonesia (Syukron, 2013).
Selain berkewajiban dalam menerapkan GCG berdasarkan ketentuan
syariah, bank syariah juga penting untuk memperhatikan kinerjanya
yang harus sesuai dengan tujuan utama yakni kesejahtraan dunia dan
akhirat (falaah). Dalam konteks perbankan syariah, pengukuran
kinerja tidak hanya terdiri dari aspek keuangan, tetapi juga dari
aspek nonkeuangan yang tercermin dari maqashid syariah. Dengan
melakukan perbandingan antara kedua aspek tersebut akan menghasilkan
suatu pengukuran kinerja komprehensif yang mencakup kinerja keuangan
dan syariahnya (Afrinaldi, 2013).
Penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Jumansyah dan Syafei (2013). Perbedaan terletak pada
pengukuran kinerja yang digunakan. Penelitian terdahulu hanya
menggunakan ukuran kinerja dari aspek syariah saja, sedangkan
penelitian ini menggunakan dua ukuran kinerja yaitu dari aspek
keuangan yang dapat dilihat dari profitabilitas bank syariah dan
dari aspek syariah yang dapat dilihat dari maqashid shariah. Alasan
peneliti menggunakan kedua ukuran tersebut karena bank syariah
sebagai lembaga bisnis syariah harus diarahkan untuk mencapai
kesuksesan di dunia dan di akherat sehingga dalam praktiknya pun
harus seimbang antara laba yang di diperoleh dengan kontribusi yang
diberikan untuk kemaslahatan ummat. Selain itu, perbedaan penelitian
ini juga terletak pada periode laporan tahunan yang digunakan yaitu
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
dapat dimunculkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana penerapan good governance bisnis syariah pada bank
syariah di Indonesia ?
2) Bagaimana pencapaian kinerja perbankan syariah Indonesia
ditinjau dari maqashid syariah dan profitabilitas?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui tingkat penerapan good governance bisnis
syariah pada bank syariah di Indonesia
2) Untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja perbankan syariah
Indonesia ditinjau dari maqashid syariah dan profitabilitas.
2.KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory)
Menurut stakeholders theory, perusahaan bukanlah entitas yang
hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, namun harus
memberikan manfaat bagi stakeholder-nya yaitu pemegang saham,
kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan
pihak lain. Freeman (1984:31) mengatakan bahwa konsep pemangku
kepentingan awalnya didefinisikan sebagai “kelompok-kelompok yang
tanpa dukungan organisasi akan berhenti untuk eksis”. Menurut Gray
et al. (1994), kelangsungan hidup organisasi tergantung pada
dukungan stakeholders dan dukungan tersebut harus dicari sehingga
aktivitas organisasi adalah untuk mencari dukungan tersebut
stakeholders theory merupakan suatu teori yang mengemukakan
bagaimana manajemen perusahaan dalam memenuhi harapan para
stakeholders.
2.2 Hipotesis PENELITIAN
H1: Penerapan GGBS oleh Bank Umum Syariah di Indonesia mengalami
peningkatan setiap tahunnya
H2 : Pencapian kinerja bank syariah Indonesia yang ditinjau dari
maqashid syariah menempatkan Bank Muammalat IndonesiaI
diperingkat pertama sedangkan untuk pencapian kinerja bank
syariah Indonesia yang ditinjau dari profitabilitas
menempatkan Bank Mega Syariah diperingkat pertama.
3.METODE RISET
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah
(BUS) Indonesia yang terdaftar di OJK periode 2013 – 2015 dengan
pengambilan sampel secara purposive sampling.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini mengunakan metode dokumentasi dalam
mengumpulkan informasi atau data yang mendukung penelitian. Menurut
Wandansari (2013) metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data
dengan mencatat data-data yang sudah ada.
3.4 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran
3.4.1 Good Governance Bisnis Syariah (GGBS)
GBBS merupakan suatu pedoman tata kelola bisnis yang
keberhasilan materi dan spritual (Jumansyah & Syafei, 2013). GGBS
dalam penelitian ini merupakan variabel yang bersifat kualitatif dan
untuk dapat mengukurnya harus terlebih dahulu mengubahnya menjadi
variabel yang bersifat kuantitatif.
Kemudian terkait dengan pengukuran penerapan GGBS dalam
penelitian ini mengadopsi pengukuran dari penelitian Jumansyah &
Syafei (2013). Peneliti akan memberikan skor 1 (satu) jika indikator
yang dimaksud diungkap di dalam laporan tahunan bank syariah.
Sementara jika indikator yang dimaksud tidak diungkap oleh bank
syariah peneliti akan memberika skor 0 (nol). Dengan demikian, jika
bank syariah mengungkapkan seluruh indkator yang dimaksud di dalam
laporan tahunannya, maka peneliti akan memberikan skor penuh yaitu
sebanyak 42. Skor 42 tersebut merupakan indeks penerapan GGBS yang
dibuat berdasarkan pedoman penerapan GGBS oleh Komite Nasional
Kebijakan Governanve (2011).
3.4.2 Kinerja Maqashid Shariah
Kinerja maqashid shariah merupakan suatu kinerja non keuangan
untuk mewujudkan kebaikan sekaligus menghindarkan keburukan, atau
menarik manfaat dan menolak madharat dalam rangka menciptakan
kemaslahatan ummat yakni Tahdhib al-Fard (mendidik individu), Iqamah
al-Adl (menciptakan keadilan), dan Jalb al-Maslahah (pencapaian
kepentingan publik). Pengukuran pencapaian kinerja maqashid syariah
dalam penelitian ini mengadopsi pengukuran dari Mohammed & Taib
(2015) berdasarkan pada konsep maqashid syariah yang dijelaskan oleh
Zahrah (1997). Menurut Mohammed & Taib (2015) pencapaian maqashid
syariah dapat diukur melalui tiga pencapaian tujuan yaitu 1) Tahdhib
al-Fard (mendidik individu), 2) Iqamah al-Adl (menciptakan
3.4.3 Profitabilitas
Menurut Syahputra (2015) profitabilitas merupakan suatu rasio
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau
laba dalam suatu periode tertentu. Adapun rasio – rasio yang
digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas bank syariah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Return on Asset (ROA)
Menurut Uno et al. (2014) return on asset merupakan
perbandingan antara laba bersih dan total aktiva. Adapun
formulasinya adalah sebagai berikut : (SE BI No.7/10/DPNP/2005)
ROA = Laba Sebelum Pajak/Rata-rata Total Aset
b. Return On Equity (ROE)
Menurut Uno et al. (2014) return on equity merupakan rasio
yang mengkaji sejauh mana perusahaan mempergunakan sumber daya yang
dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. Adapun rumus dari
return on equity adalah sebagai berikut : (SE BI No.7/10/DPNP/2005)
ROE = Laba Setelah Pajak/(Rata-rata Equity
c. Profit Expense Ratio (PER)
Menurut Afrinaldi (2013), PER adalah rasio untuk melihat
sejauh mana perbandingan laba bank terhadap biaya yang dikeluarkan
bank. PER dirumuskan sebagai berikut : (Enendu et al., 2013).
PER = Profit Before Tax/Total Expense
3.5 Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data untuk mengukur tingkat penerapan GGBS
pada perbankan syariah digunakan indeks penerapan GGBS berdasarkan
pedoman penerapan GGBS KNKG (2011). Sedangkan untuk mengukur kinerja
maqashid syariah digunakan Indeks Maqashid syariah yang dikembangkan
Zahrah (1997) serta melakukan penentuan peringkat berdasarkan
Indikator Kinerja (IK) melalui metode Simple Additive Weighting
(SAW). Sementara untuk mengukur kinerja profitabilitas digunakan
metode Comparative Performance Index (CPI).
4.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Penerapan Good Governance Bisnis Syariah Pada Bank Syariah Secara
Keseluruhan
GBBS merupakan suatu pedoman tata kelola bisnis yang
berlandaskan kaidah – kaidah syariah dan berorientasi pada
keberhasilan materi dan spritual (Jumansyah & Syafei, 2013). Menurut
Meilani (2015) GGBS adalah salah satu elemen penting dalam
mempertahankan keberlanjutan pertumbuhan usaha. Bisnis yang
dijalankan dengan governance yang baik akan cenderung lebih bertahan
secara berkelanjutan dan dapat berlangsung dengan baik. Dengan
penerapan GGBS, diharapkan bank syariah dapat berjalan sesuai dengan
kaidah praktik yang sehat disegala bidang.
Penerapan GGBS tercermin dari pengungkapan indikator GGBS yang
diungkap oleh BUS dalam laporan tahunannya berdasarkan indeks
penerapan GGBS KNKG (2011). Adapun hasil pengungkapan GGBS secara
keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.1. Berdasarkan tabel 4.1
terlihat bahwa tingkat pengungkapan GGBS oleh seluruh BUS di
Indonesia cendrung meningkat. Pada tahun 2013, tingkat pengungkapan
sebesar 70,56% dari total pengungkapan yang seharusnya. Pada tahun
2014 dan 2015 tingkat pengungkapan meningkat masing – masing sebesar
72,51% dan 73,81%.
Dari keseluruhan total skor pengungkapan dapat diketahui bahwa
indikator, sedangkan untuk total skor pengungkapan terendah
didapatkan oleh BMS dengan skor pengungkapan sebanyak 58 indikator.
4.2 Kinerja Maqashid syariah Bank Syariah
Kinerja maqashid syariah merupakan suatu kinerja nonkeuangan
bank syariah yang tercermin dari pelaksanaan tujuan – tujuan
syariah. Dalam menilai kinerja maqashid syariah dapat melalui 3
pengukuran tujuan syariah yakni 1) Tahdhib al-Fard (mendidik
individu), 2) Iqamah Adl (menciptakan keadilan), 3) Jalb
al-Maslahah (pencapian kepentingan publik). Adapun rata – rata rasio
kinerja maqashid syariah BUS di Indonesia tahun 2013 – 2015 dari
setiap tujuan syariahnya adalah sebagai berikut :
1. Tahdhib al-Fard (mendidik individu)
Pada tujuan pertama ini, terdapat 4 elemen yang diukur yakni
bantuan pendidikan (tercermin pada R.1), penelitian (tercermin
pada R.2), pelatihan (tercermin pada R.3) dan publikasi
(tercermin pada R.4). Keempat elemen tersebut diukur dengan rasio
kinerjanya masing-masing dimana rasio ini juga nantinya dapat
menggambarkan kontribusi bank syariah dalam mendidik setiap
individu stakeholdersnya.
2. Iqamah al-Adl (menciptakan keadilan)
Dalam tujuan kedua, terdapat 3 elemen yang diukur yaitu return
yang adil (tercermin pada R.4), distribusi fungsional (tercermin
pada R.5), dan produk bebas bunga (tercermin pada R.6). Ketiga
elemen tersebut diukur dengan rasio kinerjanya masing-masing
dimana rasio ini juga nantinya dapat menggambarkan komitmen bank
3. Jalb al-Maslahah (pencapian kepentingan publik)
Pada tujuan kedua ini ada 3 elemen yang diukur yaitu rasio laba
(tercermin pada R.8), pendapatan individu (tercermin pada R.9),
dan rasio investasi sektor riil (tercermin pada R.10). Ketiga
elemen tersebut diukur dengan rasio kinerjanya masing-masing
dimana rasio ini bertujuan untuk mengetahui komitmen bank dalam
pencapian kepentingan publik.
4.3 Indikator Kinerja Bank Syariah
Setelah melakukan perhitungan terhadap rasio kinerja maqashid
syariah rata - rata untuk setiap tujuan. Langkah selanjutnya adalah
menentukan peringkat dari bank syariah berdasarkan Indikator Kinerja
(IK). Dalam menentukan peringkat bank syariah berdasarkan IK
digunakan metode Simple Additive Weighting (SAW) dengan cara
pembobotan, agregat dan proses penentuan peringkat (weighting,
aggregating and ranking processes). Adapun indikator kinerja (IK)
rata – rata BUS di Indonesia tahun 2013 – 2015 dari setiap tujuan
syariahnya adalah sebagai berikut :
1. Tahdhib al-Fard (mendidik individu)
Pada indikator kinerja tujuan pertama atau IK(T1), terdapat 4 sub
indikator kinerja yang diukur yaitu indikator kinerja bantuan
pendidikan (IK1), indikator kinerja penelitian (IK2), indikator
kinerja pelatihan (IK3) dan indikator kinerja publikasi (IK4).
Keempat sub indikator tersebut akan dijumlahkan untuk mendapatkan
total indikator kinerja dari tujuan pertama atau IK(T1).Dari
keseluruhan hasil perhitungan, rata – rata BUS mendapatkan nilai
indikator kinerja tujuan pertama (tahdhib al-fard) sebesar 0,31%.
Nilai indikator kinerja terbaik pada tujuan pertama berhasil
Kemudian untuk nilai total IK(T1)terendah didapatkan oleh BMS
yaitu sebesar 0,05%.
2. Iqamah al-Adl (menciptakan keadilan)
Pada indikator kinerja tujuan kedua atau IK(T2) ada 3 sub
indikator kinerja yang diukur yaitu indikator kinerja return yang
adil (IK5), indikator kinerja distribusi fungsional (IK6) dan
indikator kinerja produk bebas bunga (IK7). Keempat sub indikator
tersebut akan dijumlahkan untuk mendapatkan total indikator
kinerja dari tujuan kedua atau IK(T2). Dari keseluruhan hasil
perhitungan, rata – rata BUS mendapatkan nilai indikator kinerja
tujuan kedua (Iqamah al-Adl) sebesar 15,72%. Nilai indikator
kinerja terbaik pada tujuan kedua berhasil didapatkan oleh BMS
yaitu sebesar 63,29% dan untuk nilai total IK(T2) terendah
didapatkan oleh BAS dengan nilai sebesar -97,38%.
3. Jalb al-Maslahah (pencapian kepentingan publik)
Pada indikator kinerja tujuan ketiga atau IK(T3) ini, sedikitnya
terdapat 3 sub indikator kinerja yang diukur yaitu indikator
kinerja laba (IK8), indikator kinerja pendapatan individu (IK9)
dan indikator kinerja investasi sektor riil (IK10). Ketiga sub
indikator tersebut akan dijumlahkan untuk mendapatkan total
indikator kinerja dari tujuan ketiga atau IK(T3).Dari keseluruhan
hasil perhitungan, rata – rata BUS memperoleh nilai indikator
kinerja tujuan ketiga (Jalb al-Maslahah) yaitu sebesar 0,17%.
Nilai indikator kinerja terbaik pada tujuan ketiga didapatkan
oleh PBS dengan nilai total IK(T3) sebesar 0,92% dan untuk nilai
total IK(T3) terendah didapatkan oleh MSI dengan nilai sebesar
4.4Indeks Maqashid syariah Bank Syariah
Setalah melakukan perhitungan indikator kinerja setiap tujuan
syariah, langkah selanjutnya adalah mengukur Indeks Maqashid syariah
(IMS) beserta peringkat dari masing – masing bank syariah. Dalam
mengukur IMS dapat dengan cara menjumlahkan semua indikator kinerja
(IK) bank syariah dari tujuan pertama sampai dengan tujuan ketiga.
Adapun hasil pengukuran IMS beserta peringkat masing – masing bank
syariah tahun 2013 – 2015 dapat terlihat pada tabel 4.8. Berdasarkan
perhitungan IMS yang tersaji pada tabel 4.8 terlihat bahwa rata –
rata BUS mendapatkan nilai sebesar 16,20%. Nilai IMS tertinggi
didapatkan oleh BMS dengan nilai sebesar 63,41% sehingga dengan
demikian BMS berhasil menempati peringkat pertama. Keberhasilan BMS
ini tidak terlepas dari keunggulan nilai indikator kinerja tujuan
kedua yakni Iqamah al-Adl (menciptakan keadilan) yang diperoleh BMS.
Kemudian untuk peringkat kedua ditempati oleh BSB dengan nilai IMS
sebesar 27,88%. Sedikit dibawah BSB, PBS berhasil menempati
peringkat ketiga dengan perolehan nilai IMS sebesar 27,77%. Untuk
peringkat empat, lima dan enam secara berurutan ditempati oleh BMI
dengan nilai IMS sebesar 25,69%, BVS dengan nilai IMS sebesar 24,01%
dan BCAS dengan nilai IMS sebesar 22,60%. Selanjutnya untuk MSI dan
BRIS hanya berhasil menempati peringkat tujuh dan delapan dengan
perolehan nilai IMS sebesar 21,42% dan 21,22%. Kemudian untuk tiga
peringkat terendah yaitu peringkat sembilan, sepuluh dan sebelas
ditempati oleh BNIS dengan nilai IMS sebesar 21,07%, BSM dengan
nilai IMS sebesar 19,64% dan BAS dengan nilai IMS sebesar -96,51%.
4.5 Kinerja Profitabilitas Bank Syariah
Dalam mengukur kinerja profitabilitas bank syariah, langkah
profitabilitas bank syariah secara rata-rata. Adapun hasil
perhitungan rata – rata rasio profitabilitas BUS di Indoensia selama
tahun 2013 – 2015 tersaji pada tabel 4.9. Berdasarkan tabel 4.9
diketahui bahwa rata – rata BUS mendapatkan nilai ROA sebesar 2,29%.
Selama periode penelitian, BAS menjadi BUS dengan nilai rata - rata
ROA tertinggi yakni sebesar 37,92%. Artinya bahwa BAS mampu
menghasilkan laba dari aset yang dimiliki lebih baik dibandingkan
dengan bank syariah lainnya. Sedangkan untuk nilai rata – rata ROA
terendah diperoleh MSI dengan nilai sebesar -66,98%.
Seperti perolehan rata-rata nilai ROA, BAS juga menjadi BUS
terbaik dalam menghasilkan laba dari modal inti yang dimilikinya.
Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata ROE tertinggi
selama periode penelitian yaitu sebesar 298,25% dan untuk nilai rata
– rata ROE terendah didapatkan oleh BVS dengan nilai sebesar
-118,20%. Selama periode penelitian, rata – rata BUS mendapatkan
nilai ROE sebesar 60,38%.
Selain memperoleh rata – rata nilai ROA dan ROE tertinggi, BAS
kembali mendapatkan nilai rata – rata PER tertinggi yakni sebesar
38,24%. Artinya bahwa BAS menggunakan biaya yang paling efisien
dalam memperoleh laba dibandingkan dengan BUS lainnya selama periode
penelitian. Kemudian untuk rata – rata nilai PER terendah sama
seperti rata – rata nilai ROE, BVS kembali mendapatkan nilai
terendah yaitu sebesar -22,54%. Selama periode penelitian, rata –
rata BUS mendapatkan nilai PER sebesar 16,13%.
Setalah melakukan perhitungan rata – rata rasio
profitabilitas, langkah selanjutnya dalam menganalisis kinerja
profitabilitas bank syariah adalah melakukan penentuan peringkat
(CPI). Adapun nilai CPI BUS di Indonesia selama tahun 2013 – 2015
tersaji pada tabel 4.10. Berdasarkan tabel 4.10 terlihat bahwa rata
– rata BUS mendapatkan nilai kriteria ROA sebesar -1,38. Nilai
kriteria ROA tertinggi didapatkan oleh BAS dengan nilai sebesar
100,00. Tingginya nilai ini tidak terlepas dari keunggulan nilai ROA
yang dimilikinya BAS yaitu sebesar 37,92%. Sedangkan untuk nilai
kriteria ROA terendah didapatkan oleh MSI dengan nilai sebesar
-176,64. Tidak hanya memperoleh nilai kriteria ROA tertinggi, BAS
juga mendapatkan nilai kriteria ROE dan PER tertinggi yaitu sebesar
100,00 dan untuk nilai kriteria ROE dan PER terendah didapatkan oleh
BVS dengan nilai masing – masing sebesar -39,63 dan -58,94.
Rendahnya nilai kriteria yang dimiliki oleh BVS ini disebabkan oleh
kerugian yang dialami oleh BVS pada tahun 2014 dan 2015. Selain itu,
selama periode penelitian rata – rata BUS mendapatkan nilai kriteria
ROE dan PER masing – masing sebesar 11,15 dan 33,10.
Berdasarkan perhitungan CPI, rata – rata BUS mendapatkan nilai
sebesar 14,29. Nilai CPI tertinggi didapatkan oleh BAS dengan nilai
sebesar 100,00 sehingga dengan demikian BAS berhasil menempati
peringkat pertama. Keberhasilan dalam menempati peringkat pertama
tersebut tidak terlepas dari keunggulan nilai ROA, ROE dan PER yang
diperoleh BAS selama periode penelitian. Kemudian untuk peringkat
kedua, ketiga dan keempat secara berurutan ditempati oleh PBS, BNIS,
dan BCAS dengan nilai CPI masing – masing sebesar 49,06, 43,92 dan
28,35. Untuk BMS, BSM, dan BMI hanya berhasil menempati peringkat
lima, enam dan tujuh dengan perolehan nilai CPI masing – masing
sebesar 27,30, 27,28 dan 25,27. Sedangkan untuk peringkat empat
terendah yaitu peringkat delapan, sembilan, sepuluh dan sebelas
BRIS dengan nilai CPI sebesar 21,90, MSI dengan nilai CPI sebesar
-42,47 dan BVS dengan nilai CPI sebesar -45,81.
4.6Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini, peneliti akan membahas keseluruhan hasil
penelitian dan menghitung peringkat masing – masing BUS secara
keseluruhan baik dari aspek penerapan GGBS ataupun dari aspek
kinerja maqashid syariah dan profitabilitas. Dalam menghitung
peringkat keseluruhan BUS, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah meringkas hasil peringkat yang didapatkan oleh masing –
masing BUS selama tahun penelitian. Adapun ringkasan hasil peringkat
masing – masing BUS tersaji pada tabel 4.11. Berdasarkan tabel 4.11
terlihat bahwa BNIS menjadi BUS dengan penerapan GGBS terbaik selama
tahun penelitian sehingga berhasil menempati peringkat pertama,
sedangkan untuk BUS dengan penerapan GGBS terendah didapatkan oleh
BMS. Kemudian untuk kinerja maqashid syariah dan profitabilitas
terbaik selama tahun penelitian secara berurutan didapatkan oleh BMS
dan BAS. Sedangkan untuk kinerja maqashid syariah dan profitabilitas
terendah didapatkan oleh BAS dan BVS. Setelah meringkas hasil
peringkat masing – masing BUS, langkah selanjutnya adalah menghitung
peringkat keseluruhan BUS dengan metode CPI. Adapun hasil
perhitungannya tersaji pada tabel 4.12. Berdasarkan tabel 4.12
diketahui bahwa BNIS berhasil menempati peringkat pertama dengan
nilai alternatif sebesar 48,15. Keberhasilan BNIS ini tidak terlepas
dari keunggulan nilai kriteria GGBS dan profitabilitas yang
didapatkannya yaitu sebesar 100,00 dan 33,33. Kemudian untuk
peringkat kedua ditempati oleh BMS dengan nilai alternatif sebesar
43,03. Sedikit dibawah BMS, BAS berhasil menempati peringkat ketiga
dan enam secara berurutan ditempati oleh PBS dengan nilai alternatif
sebesar 36,11, BMI dengan nilai alternatif sebesar 29,76 dan BSB
dengan nilai alternatif sebesar 27,50. Selanjutnya untuk BSM dan
BCAS hanya mampu menempati peringkat tujuh dan delapan dengan
perolehan nilai alternatif sebesar 20,00 dan 19,44. Kemudian untuk
tiga peringkat terendah yaitu peringkat sembilan, sepuluh dan
sebelas secara berurutan ditempati oleh BVS dengan nilai alternatif
sebesar 14,46, BRIS dengan nilai alternatif sebesar 11,57 dan MSI
dengan nilai alternatif sebesar 11,43.
5.PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Penerapan Good Governance Bisnis Syariah (GGBS) pada bank syariah
di Indonesia tahun 2013 – 2015 mengalami peningkatan setiap
2. Pencapian kinerja BUS di Indonesia berdasarkan Indeks Maqashid
syariah (IMS) menempatkan Bank Mega Syariah (BMS) diperingkat
pertama sehingga berhasil menjadi BUS dengan kinerja maqashid
syariah tertinggi di Indonesia dengan nilai IMS sebesar 63,41%.
Berbeda dengan perhitungan Indeks Maqashid syariah (IMS),
berdasarkan perhitungan Comparative Performance Indeks (CPI) Bank
sebesar 100,00 sehingga dengan demikian BAS berhasil menjadi BUS
dengan kinerja profitabilitas tertinggi di Indonesia.
3. Dari hasil perhitungan peringkat BUS secara keseluruhan, BNIS
berhasil menempati peringkat pertama dengan nilai alternatif
sebesar 48,15 jauh mengungguli MSI di peringkat terbawah dengan
nilai alternatif sebesar 11,43.
5.2 Implikasi Penelitian
Hasil dari temuan penelitian ini mempunyai dua implikasi yaitu
implikasi praktis dan kebijakan. Pertama dari implikasi praktis,
hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak
seperti shahibul maal dan mudharib. Bagi shahibul maal, hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dan bahan
kajian dalam pengambilan keputusan investasi di masa yang akan
datang. Bagi mudharib, hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan
evaluasi dalam meningkatkan implementasi good governance bisnis
syariah (GGBS) serta meningkatkan kinerja bank syariah dengan tujuan
untuk menarik para shahibul maal agar meraka menanamkan modalnya
pada perusahaan.
Kedua dari implikasi kebijakan, hasil penelitian ini dapat
digunakan oleh pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai bahan
pertimbangan dalam pembuatan kebijakan khususnya terkait dengan
kinerja maqashid syariah karena hingga saat ini belum terdapat suatu
pengukuran kinerja maqshid syariah yang baku bagi bank syariah pada
khususnya dan lembaga bisnis syariah pada umumnya.
5.3 Keterbatasan dan Saran
Hasil penelitian ini dapat berguna bagi penelitian penelitian
yang sama di masa yang akan datang, dengan mempertimbangkan beberapa
1. Periode penelitian yang pendek yaitu selama 3 tahun (dari tahun
2013 - 2015), sehingga dengan demikian diharapakan bagi
penelitian selanjutnya menggunkan periode yang lebih panjang
untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik
2. Penelitian ini hanya menganalisis penerapan good governance
bisnis syariah (GGBS) dan kinerja perbankan syariah tanpa menguji
hubungan keduanya. Untuk itu bagi penelitian selanjutnya
diharapkan dapat melakukan penelitian mengenai hubungan kedua
variabel tersebut serta diharapkan juga dapat membandingkan
kinerja maqashid syariah dan kinerja profitabilitas bank syariah
dengan diagram kuadran perbandingan (diagram kartesius). Selain
itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan rasio
keuangan lain untuk melakukan pengukuran terhadap kinerja
profitabilitas bank syariah mengingat penelitian ini hanya
menggunkan tiga rasio keuangan dalam mengukur kinerja
profitabilitas bank syariah yaitu ROA, ROE dan PER
3. Sampel penelitian dalam penelitian ini hanya menggunakan Bank
Umum Syariah (BUS), sehingga mengabaikan penerapan GGBS dan
pencapian kinerja lembaga keuangan syariah lainnya seperti Bank
Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan Unit Usaha Syariah (UUS).
Untuk itu bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat melakukan
DAFTAR REFERENSI
Afrinaldi. 2013. Analisa Kinerja Perbankan Syariah Indonesia Ditinjau Dari Maqashid syariah : Pendekatan Syariah Maqasid Index (SMI) Dan Profitabilitas Bank Syariah. Jakarta Selatan. Enendu, C. I., Abba, M. A., Fagge, A. I., Nakorji, M., Kure, E. U.,
Bewaji, P. N., Nwosu, C.P.; Ben-Obi, O. A., Adigun, M.A.,
Elisha, J.D., Okoro, A. E and Ukeje N. H. 2013. Bank
Intermediation in Nigeria : Growth, Competition, and Performance
of The Banking Industry, 1990 – 2010. Occasional Paper, Nigeria.
Freeman, R. Edward. 1984. Strategic Management : A Stakeholder
Husnan, Ahmad dan Sugeng Pamudji. 2013. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR Disclosure) Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan. Journal Of Accounting, Volume 2, Nomor 2, Halaman
1-8, ISSN (Online): 2337-3806, Diponegoro, Indonesia.
Jumansyah dan Ade Wirman Syafei. 2013. Analisis Penerapan Good Governance Business Syariah dan Pencapaian Maqashid Shariah
Bank Syariah di Indonesia. Jurnal Al - Azhar Indonesia Seri
Pranata Sosial, Vol 2, No. 1, Kebayoran Baru, Indonesia.
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2011. Pedoman Umum Good Governance Bisnis Syariah. Indonesia.
Meilani, Sayekti Endah Retno. 2015. Hubungan Penerapan Good
Governance Business Syariah Terhadap Islamicity Financial
Performance Index Bank Syariah Di Indonesia. Syariah Paper
Accounting, Surakarta, Indonesia.
Meilani, Sayekti Endah Retno. 2016. Penerapan Good Governance
Business Syariah (GGBS) Dan Voluntary Disclosure. Jurnal EKA
CIDA, Vol 1 No.1, Surakarta.
Mohammed, Mustafa Omar and Fauziah Md Taib. 2015. Developing Islamic
Banking Performance Measures Based On Maqasid Al-Shari’ah
Framework : Cases Of 24 Selected Banks. Journal Of Islamic
Monetary Econimisc and Finance.
Republik Indonesia. 1998. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Jakarta, Indonesia.
Republik Indonesia. 2009. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33 /PBI/2009 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah. Bank Indonesia, Jakarta , Indonesia.
Republik Indonesia. 2010. Surat Edaran No. 12/13/DPbS Kepada Semua Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia. Bank Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Republik Indonesia. 2005. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/10/DPNP Kepada Kepada Semua Bank Umum Di Indonesia. Bank Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Syahputra, Muhammad Wahyu. 2015. Analisis Kinerja Keuangan Dan
Maqashid Syari’ah Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2011 –
2014. Skripsi Serjana, Jakarta, Indonesia).
Syukron, Ali. 2013. Good Corporate Governance di Bank Syari’ah.
Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 3, No. 1, ISSN: 2088-6365,
Uno, Mohamad Barlianta, Hendra Tawas dan Paulina Van Rate. 2014.
Analisis Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, Arus Kas
Operasional Pengaruhnya Terhadap Earning Per Share. Jurnal EMBA,
Vol.2 No.3, Hal. 745-757, Universitas Sam Ratulangi Manado, Indonesia.
Wandansari, Nini Dewi. 2013. Perlakuan Akuntansi Atas PPH Pasal 21
Pada PT. Artha Prima Finance Kotamobagu. Jurnal EMBA, Vol.1
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Tabel 4.1
Lampiran 3 : Tabel 4.9
Lampiran 5 : Tabel 4.11