• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN KRISNA OLEH-OLEH KHAS BALI DALAM MEMBANGUN EKUITAS MEREK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN KRISNA OLEH-OLEH KHAS BALI DALAM MEMBANGUN EKUITAS MEREK."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN KRISNA OLEH-OLEH KHAS BALIDALAM MEMBANGUN EKUITAS MEREK

 

  Oleh: 

NI LUH WAHYU SRI NOVIANI  NIM: 1306033003 

   

     

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PEMASARAN   FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS  

UNIVERSITA UDAYANA  DENPASAR 

(2)

UPAYA‐UPAYA YANG DILAKUKAN KRISNA OLEH‐OLEH KHAS BALI DALAM  MEMBANGUN EKUITAS MEREK 

 

   

 

   

Oleh: 

NI LUH WAHYU SRI NOVIANI  NIM: 1306033003   

     

Tugas Akhir Studi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan  studi pada Program Studi Diploma III Pemasaran 

(3)

 

Halaman pengesahan/persetujuan Tugas Akhir Studi   

Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji  pada tanggal... 

 

Tim Penguji:      Tanda Tangan 

1. Ketua  :Drs. Komang Ardana, MM          ...  2. Sekretaris  :Dr. I Putu Gde Sukaatmadja, SE, MP  ...   

 

     

Mengetahui, 

Ketua Program,      Pembimbing 

     

Drs. Komang Ardana,MM        Drs. Komang Ardana,MM 

NIP. 1956102 198403        NIP. 1956102 198403 

(4)

KATA PENGANTAR   

  Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang 

Maha Esa, karena berkat rahmat‐Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Studi yang  berjudul“UPAYA‐UPAYA  YANG  DILAKUKAN  KRISNA  OLEH‐OLEH  KHAS  BALI  DALAM  MEMBANGUN EKUITAS MEREK”. 

  Penulis  menyadari  bahwa  Tugas  Akhir  Studi  ini  tidak  akan  berhasil  tanpa 

bimbingan  dan  pengarahan  dari  berbagai  pihak  yang  telah  meluangkan  waktunya  dalam  penyusun Tugas Akhir Studi ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE.,M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 

2. Ibu Prof Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE.,M.S., selaku pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Bapak Drs. I Komang Ardana, MM. selaku Ketua Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana , serta selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Studi yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan pengarahan sampai dengan selesainya Laporan Praktik Kerja Lapangan ini.

4. Bapak Dr. I Putu Gede Sukaatmadja, SE, MP., selaku Dosen Pembimbing Akademik (PA) selama penulis menjalankan kuliah pada Program Studi Diploma III Pemasaran Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

5. Bapak dan Ibu Dosen yang mengajar dan membimbing penulis selama mengikuti

(5)

6. Bapak Gusti Ngurah Anom (Ajik Cok), selaku Owner Oleh-Oleh Khas Bali. 7. Ibu Ayu Saraswati, selaku ManagementCoordinator yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian di Krisna Oleh-Oleh Khas Bali

8. Keluarga yang telah banyak memberikan dukungan baik secara materi maupun moral dalam menyelesaikan Tugas Akhir Studi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini, masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang di sebabkan karena keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian laporan ini di harapkan dapat mmberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Denpasar,

(6)

Judul  :  Upaya‐Upaya  Yang  Dilakukan  Krisna  Oleh‐Oleh  Khas  Bali  dalam        Membangun  Ekuitas Merek 

Nama  : Ni Luh Wahyu Sri Noviani 

NIM  :1306033003   

ABSTRAK 

  Krisna  Oleh‐oleh  Khas  Bali  merupakan  salah  satu  tujuan  wisata  belanja  yang 

menjadi  tujuan  para  wisatawan  membeli  oleh‐oleh  saat  berkunjung  ke  Bali.  Krisna  Oleh‐ oleh Bali memposisikan diri dalam bidang menjual produk yang diproduksi oleh pengerajin  lokal Bali dan memproduksi sendiri    kaos‐kaos  yang   ada   di    Krisna  Oleh‐oleh.    Dalam Penelitian yang di lakukan, Jenis Data yang digunakan adalah data kuantitatif 

dan  data  kualitatif.  Sumberdata  yang  digunakan  adalah  data  primer  dan  data  sekunder.  Semua  data  tersebut  dikumpulkan  dengan  menggunakan  metode  wawancara,  observasi,  dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik  analisis deskriptif kualitatif. 

Berdasarkan  penelitian  tersebut,  dapat  disimpulkan  bahwa  upaya‐upaya  yang 

dilakukan Krisna Oleh‐oleh Khas Bali dalam membangun merek, antara lain meningkatkan  komunikasi dengan para travel agent, guide, driver, dan pekerja pariwisata, meningkatkan  fasilitas perusahaan dan membangun hubungan yang baik dengan   masyarakat. 

Kata kunci: upaya‐upaya, ekuitas merek, membangun ekuitas merek   

(7)

Isi                  Halaman 

JUDUL ...  

HALAMAN PENGESAHAN ...   ii 

KATA PENGANTAR ...   iii 

ABSTRAK ...  

DAFTAR ISI ...   vi 

DAFTAR GAMBAR ...   viii 

DAFTAR LAMPIRAN ...   ix 

BAB IPENDAHULUAN  1.1. Latar Berlakang Masalah ...   1 

1.2. Tujuan ...   5 

1.3. Kegunaan Penelitian ...   5 

1.4. Sistematika Penulisan ...   6 

BAB II   KAJIAN PUSTAKA   2.1.  Landasan Teori ...   8 

2.1.1. Pengertian Ekuitas Merek ...   8 

2.1.2. Cara Membangun Ekuitas Merek ...   9 

  BAB III METODE PENELITIAN   3.1.  LokasiPenelitian ...   16 

3.2.  ObyekPenelitian ...   16 

3.3.  IdentifikasiVariabel ...   16 

3.4.  DefinisiOperasionalVariabel ...   16 

3.5.  JenisdanSumber Data ...   17 

3.6.  MetodePengumpulan Data ...   17 

3.7.  TeknikAnalisis Data ...   18 

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN  4.1.  GambaranUmum Daerah/DeskripsiHasilPenelitian ...   19 

4.1.1   Sejarahperusahaan ...   19 

4.1.2  Bidangkegiatanperusahaan ...   22 

4.1.3  Strukturorganisasidanuraianjabatan ...   24 

4.2.  PembahasanHasilPenelitian ...   31 

4.2.1  Fungsi‐fungsi ...   35 

(8)

 

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 

5.1     Simpulan...   38   

5.2.  Saran...   40 

DAFTAR RUJUKAN ...   41 

(9)

DAFTAR GAMBAR   

No.  Gambar      Halaman 

(10)

DAFTAR LAMPIRAN   

Lampiran 1    Kegiatan Krisna Peduli Lingkungan 

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pulau Bali merupakan pulau kecil yang sangat mempesona.Pesonanya dapat tercermin

dari keindahan alamnya dan juga keunikan seni dan budayanya.Keindahan alam dan

keunikan budaya masyarakat Bali saling mendukung.Banyak orang di luar Bali ingin

memperoleh keindahan itu dengan datang ke pulau seribu pura ini.Daya tarik Bali terletak

pada budaya dan keseniannya.Indoensia pada dasarnya mengembangkan pariwisata dengan

menggunakan konsep pariwisata budaya (UU No. 9 tahun 1990, Dalam Pariwisata Budaya,

Yoeti, 2006:01). Keunikan budaya yang ada di Bali menjadi daya tarik tesendiri bagi

orang-orang di luar bali.

Perkembangan Pariwisata di Bali sangat berimbas pada dibukanya lahan bisnis, seperti

jasa penginapan, kuliner, pusat oleh-oleh.Melalui pendirian bisnis-bisnis tersebut sangat

berdampak positif pada kemajuan perekonomian Bali. Melihat perkembangan pariwisata di

Bali banyak perusahaan membuka bisnis di bidang oleh-oleh sebagai peluang bisnis, salah

satunya adalah Krisna Oleh-oleh Khas Bali, dimana para wisatawan akan membeli sesuatu

sebagai buah tangan atau bukti perjalanan mereka ke kota wisata yang bersangkutan. Dalam

dunia bisnis persaingan menjadi suatu yang tidak dapat dielakkan, setiap pelaku bisnis harus

selalu meningkatkan daya saing bisninya dari waktu ke waktu.Berbagai macam strategi dan

teknik digunakan untuk memenangkan persaingan bisnis.Perusahaan yang menyediakan

(12)

dan tepat sesuai dengan keinginan konsumen, sehingga dapat menciptakan loyalitas

konsumen.

Dewasa ini persaingan bisnis pusat oleh-oleh untuk memperebutkan pelanggan tidak

lagi terbatas pada atribut fungsional produk seperti fasilitas dan pelayanan, melainkan sudah

dikaitkan dengan merek yang mampu memberikan citra khusus bagi pelanggannya.Peranan

merek mengalami pergeseran (Aaker, 1991 dalam Hastjarja, 2005: 27). Pada tingkat

persaingan yang rendah, merek hanya sekedar membedakan antara satu produk dengan

produk lainnya atau merek sekedar nama (just a name). Sedangkan pada tingkat persaingan

yang makin kuat, merek memberikan kontribusi menciptakan dan menjaga daya saing

sebuah produk. Merek akan dihubungkan dengan citra khusus yang mampu memberikan

asosiasi tertentu (brand association) dalam benak pelanggannya.

Merek (brand) memang bukan sekedar nama, istilah (term), tanda (sign), simbol atau

kombinasinya. Lebih dari itu, merek adalah janji perusahaan untuk secara konsisten

memberikan features, benefits,dan services kepada para pelanggan. Janji inilah yang membuat masyarakat mengenal merek tersebut, lebih daripada merek yang lain.

Kenyataannya, sekarang ini karakteristik unik dari pemasaran modern bertumpu pada

penciptaan merek- merek yang bersifat membedakan (different) sehingga dapat memperkuat

brand image perusahaan. Untuk mengkomunikasikan brand image kapada stakeholders (termasuk pelanggan) dapat dilakukan melalui iklan, promosi, publisitas, distribusi dan

harga suatu produk jasa yang ditawarkan.

(13)

sebagainya yang tujuannya untuk memperkenalkan dan menawarkan kepada masyarakat

untuk menggunakan dan mengonsumsi produk-produk yang ada di Krisna Oleh-oleh. Pihak

manajemen Krisna Oleh-oleh berupaya untuk meningkatkan ekuitas merek dengan melalui

pilihan yang positif atas identitas merek (yaitu pemilihan nama dan logonya). Namun, usaha

yang paling sering dilakukan adalah melalui programkomunikasi merek, agar tercipta

asosiasi yang mendukung, kuat dan unik di benak masyarakat.

Suatu perusahaan yang mempunyai kualitas, fasilitas tinggi dan merepresentasikan nilai

yang baik secara potensial mempunyai ekuitas merek yang tinggi.Namun, dibutuhkan usaha

yang efektif dan konsisten untuk membangun dan mempertahankan ekuitas merek. Usaha

yang efektif pada Krisna Oleh- Oleh Bali sangat berperan penting untuk menunjang

eksistensi perusahaan, agar perusahaan dapat dikenal oleh konsumen, tak segan-segan

pemilik dari Krisna Oleh-oleh Khas Bali ini langsung menyapa dan mengobrol dengan

kosumen krisna untuk mengetahui kekurangan-kekurangan krisna yang harus di perbaiki

agar bisa lebih baik dalam pelayanan. Krisna ini sendiri didirikan oleh Gusti Ngurah Anom

yang lebih dikenal dengan sebutan Ajik Cok (ajik dalam bahasa bali berarti ayah atau

bapak), sejak ajik cok sukses menajalankan usaha konfeksinya Krisna Oleh-oleh yang

peratamapun dibangun, di jln. Nusa Indah, Denpasar, dibuka pada tanggal 16 mei

2007,karena usahanya yang berjalan cukup pesat, pada tanggal 16 mei 2008 Krisna

Oleh-oleh II dibuka di Jln. Nusa Kambangan, Denpasar. Toko ini menempati lahan seluas

35are.Grand OpeningKrisna Oleh-oleh Khas Bali III pada tanggal 16 mei 2009 di Jln.

Sunset Road, Kuta dengan luas tanah 500 meter persegi lalu berkembang menjadi 1,4 ha.

(14)

diresmikan oleh Gubernur Made Mangku Pastika pada tanggal 1 November 2010. Pada 16

Mei 2014 soft opening Krisna Oleh-oleh Khas Bali V yang terletak di Jln. Raya Seririt,

Temukus,Singaraja. Toko oleh-oleh tersebut menempati lahan seluas 30.000 meter persegi.

Toko oleh-oleh ini juga dilengkapi dengan pusat kuliner yang menyajikan makanan khas

Bali.

Perkembangan Krisna Oleh-oleh Khas Baliyang pesat membuktikan bahwa persaingan

bisnis tidak semata-mata terletak pada produk, namun lebih pada bagaimana pengusaha

mengelola mereknya sehingga dapat diterima oleh konsumen dan menjadikan konsumen

loyal terhadap merek tersebut.Dalam hal ini, peran dari strategi-strategi yang di lakukan oleh

Krisna tidak dapat diabaikan. Untuk itu, peneliti merasa perlu mengkaji lebih dalam lagi

bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh Krisna Oleh-oleh Khas Bali dalam

membangun dan mempertahankan brand equity- nya, hingga mampu eksis sampai saat ini.

Terkait dengan pentingnya upaya-upaya untuk membangun merek yang di lakukan oleh

Krisna-Oleh-Oleh Khas Bali, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah “Bagaimana

upaya-upaya Krisna Oleh-oleh Khas Bali dalam membangun Ekuitas Merek?”.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh

Krisna Oleh-oleh Krisna Khas Bali dalam membangun ekuitas merek.

(15)

Untuk menggunakan ilmu yang diterima selama menjadi mahasiswi Program D3

Pemasaran, serta menambah wawasan dan pengetahuan Peneliti terhadap upaya yang

dilakukan untuk membangun merek.

2. Kegunaan Praktis

Dapat menambah pengetahuan peneliti tentang upaya-upaya untuk membangun

ekuitas merek, kelak dapat diaplikasikan. Selain itu, bagi perusahaan yang menjadi

obyek penelitian, dapat memanfaatkan penelitian ini sebagai acuan untuk mengetahui

kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, sehingga ke depan dapat dijadikan sebagai

bahan pertimbangan dalam memajukan bisnis perusahaan.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara garis besar mengenai penyusunan laporan

Tugas Akhir Studi (TAS), maka laporan ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang saling

berkaitan antara bab satu dengan bab yang lainnya.

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini disajikan latar belakang yang disertai rumusan masalah,

tujuan serta kegunaan penelitian dan pada bagian akhir bab ini disajikan

pula sistematika penulisan.

(16)

Pada bagian ini dijelaskan menegnai landasan teori.Landasan teori yang

digunakan hanya mengenai teori yang relevan dan menggunakan refrensi

terbaru.

Bab III: Metode Penelitian

Pada bab ini dijelaskan mengenai lokasi penelitian, obyek penelitian, jenis

dan sumber data, metode pengumpulan data dan teknik analisis data yang

dipakai dalam menyusun laporan Tugas Akhir ini.

Bab IV: Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bab ini disajikan tentang gambaran umum Krisna Oleh-oleh Khas

Bali yang meliputi sejarah berdirinya, struktur organisasi dan uraian

jabatan, serta menggunakan hasil penelitian.

Bab V: Penutup

Pada bab ini disajikan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil

pembahasan yang sesuai dengan judul penelitian pada Krisna Oleh-oleh

Khas Bali.

(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Landasan Teori

2.1.1 Ekuitas Merek (Brand Equity)

Ekuitas merek (brand equity) adalah seperangkat asosiasi dan perilaku yang

dimiliki oleh pelanggan merek, anggota saluran distribusi, dan perusahaan yang

memungkinkan suatu merek mendapatkan kekuatan, daya tahan, dan keunggulan yang

dapat membedakan dengan merek pesaing (Astuti dan Cahyadi, 2007).

Kotler dan Keller (2007), mendefinisikan ekuitas merek sebagai nilai tambah yang

diberikan kepada produk dan jasa.Nilai ini bisa dicerminkan dalam bentuk cara seorang

konsumen dalam berpikir, merasa, dan bertindak terhadap merek, harga, pangsa pasar, dan

profitabilitas yang dimiliki perusahaan.Knapp (2001), mendefinisikan ekuitas merek

sebagai totalitas dari persepsi merek, mencangkup kualitas relatif dari produk dan jasa,

kinerja keuangan, loyalitas pelanggan, kepuasan dan keseluruhan penghargaan terhadap

merek.Jika pelanggan tidak tertarik pada suatu merek dan membeli karena karateristik

produk, harga, kenyamanan, dan dengan hanya sedikit memperdulikan merek,

kemungkinan ekuitas mereknya rendah.Sedangkan jika para pelanggan cenderung membeli

suatu merek walaupun dihadapkan pada para pesaing yang menawarkan produk yang lebih

unggul, misalnya dalam hal harga dan kepraktisan, maka merek tersebut memiliki nilai

ekuitas yang tinggi.

(18)

tidak tertarik pada satu merek dan membeli karena karakteristik produk, harga,

kenyamanan, dan dengan sedikit mempedulikan merek, kemungkinan ekuitas merek

rendah.Jika para pelanggan cenderung membeli suatu merek walaupun dihadapan pada

para pesaing yang ditawarkan produk yang lebih unggul, misalnya dalam hal harga dan

kepraktisan, maka merek tersebut memiliki nilai ekuitas yang tinggi (Astuti dan Cahyadi,

2007:146).

2.1.2 Cara Membangun Ekuitas Merek

Keberhasilan suatu strategi membangun ekuitas merekbergantung pada dua aspek

branding, yaitu komunikasinya kepada pihak eksternal (melalui komunikasi merek yang

efektif) dan komunikasinya kepada pihak internal. Proses internalisasi brand oleh anggota

organisasi memberikan peran yang lebih besar kepada kesuksesan strategi branding karena

kepuasan konsumen ditentukan oleh setiap perjumpaannya dengan brand (brand’s moment

of truth) (Dewi, 2009:112).Dalam membangun ekuitas strategi komunikasi merek dapat

dibagi menjadi dua aspek komunikasi, yaitu internal dan eksternal.Dalam

mengkomunikasikan mereknya, perusahaan seringkali hanya berfokus pada pihak eksternal

yang dituju, yakni calon konsumen atau pelanggan. Kegiatan ini juga disebut dengan

istilah komunikasi merek pada pihak eksternal perusahaan (external branding) yang

tujuannya tiada lain untuk memperoleh brand equity yang kuat. Namun, ada satu hal yang

seringkali luput dari perhatian para pebisnis, di mana posisinya juga sama-sama penting

(19)

Nampaknya pernyataan William Shakespeare yang mengatakan bahwa apalah arti

sebuah nama tidak relevan jika diterapkan dalam dunia bisnis. Nama menjadi begitu

penting bagi perusahaan sebagai pembeda dengan para pesaingnya. Oleh karena itu,

perusahaan memberikan nama berupa merek pada setiap produk yang dihasilkannya agar

konsumen dapat mengenalinya. Asosiasi Pemasaran Amerika mendefinisikan merek

(brand) sebagai “nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari

semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau

kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari barang atau jasa pesaing (Kotler

dan Keller, 2007:332).

Definisi di atas menunjukkan bahwa pemberian merek pada produk berfungsi untuk

mengidentifikasi dan mendiferensiasikan diri dengan produk yang dihasilkan pesaing.

Dapat dibayangkan jika produk tidak memiliki merek sama halnya dengan manusia yang

tidak memiliki nama. Ia akan susah diidentifikasi dan dibedakan dengan yang lainnya,

bahkan akan dianggap sama saja. Selain itu merek juga dapat memberikan pencitraan, baik

bagi perusahaan maupun konsumennya. Merek adalah sebuah janji kepada konsumen

bahwa dengan hanya menyebut namanya, timbul harapan bahwa merek tersebut akan

memberikan kualitas yang terbaik, kenyamanan, status dan lain-lain yang menjadi

pertimbangan konsumen ketika melakukan pembelian (Chevron dalam Shimp,

2003:8).Artinya, merek dipandang tidak hanya sebagai pembeda saja, akan tetapi merek

dapat mencerminkan atribut produk yang berimplikasi pada kepuasan konsumen dan

keuntungan perusahaan. Oleh sebab itu, pemberian merek tidaklah sembarangan.Merek

(20)

Keyakinan internal harus dapat merespons atau menyesuaikan dengan perubahan

yang terjadi sepanjang waktu, sehingga merek bisa bertahan lama. Secara faktual,

keyakinan merek dapat berasal dari berbagai sumber (Sadat, 2009:35-36), seperti:

a) Pendiri (founding person)

Keyakinan merek diperoleh dari orang yang pertama kalimenciptakan dan

mengembangkannya.

b) Sejarah merek

Sejarah munculnya merek banyak diwarnai oleh keyakinan- keyakinan yang ada di

sekelilingnya. Nilai-nilai yang diserap di masa lalu dan terbukti dapat berfungsi

dengan baik akan dianggap sebagai kebenaran.

c) Evolusi merek Perjalanan panjang merek dalam mengarungi samudera pasar dan

persaingan juga merupakan sumber keyakinan.

Agar keyakinan merek dapat melekat kuat dalam diri seluruh elemen internal perusahaan,

maka dibutuhkan sebuah proses yang disebut dengan internalisasi brand (internal

branding). Internal branding adalah suatu aktivitas yang bertujuan agar core values atau

jiwa dari merek dirasakan oleh setiap individu dalam organisasi (Soehadi, 2005:13).

Melalui aktivitas inilah diharapkan seluruh anggota organisasi mampu bertindak sesuai

dengan keyakinan internal merek, sehingga tercermin citra merek yang positif yang

berimplikasi pada kepuasan pelanggan, interaksi antara konsumen dengan brand yang

mana proses ini ditentukan oleh semua anggota organisasi tidak hanya oleh karyawan yang

(21)

penciptaan brand equity (Dewi, 2009:98).

b) ExternalBranding/KomunikasiPemasaran

Peran komunikasi dalam bidang pemasaran tidak bisa dianggap remeh. Tanpa

komunikasi, kegiatan pemasaran tidak akan berjalan dengan baik. Informasi tentang merek

atau produk, bagaimana manfaat dan kualitasnya, apa saja jenisnya, dengan cara apa

produk itu bisa diperoleh, di mana memperolehnya, berapa harganya, dan lain sebagainya

harus disampaikan oleh produsen kepada calon konsumennya tentunya melalui kegiatan

komunikasi. Konsep komunikasi dan pemasaran tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling

bergantungan satu sama lain, sehingga terbentuklah istilah komunikasi merek. Bahkan

dikatakan bahwa, “pemasaran di era 1990-an adalah komunikasi dan komunikasi adalah

pemasaran” (Schultz dkk. dalam Shimp, 2003:4).

Konsep di atas selain dikenal sebagai komunikasi merek, juga bisa disebut dengan

istilah external branding, selain itu, konsep serupa juga dikenal dengan sebutan

promosi.Walaupun “4P” ini menyebabkan istilah “promosi” umum digunakan dalam

mendeskripsikan komunikasi dengan pelanggan maupun calon pelanggan, namun

terminologi “komunikasi merek (marketing communication)” sekarang ini lebih disukai

oleh para praktisi dan akademisi pemasaran (Shimp, 2003:4).Di samping karena

terminologi komunikasi merek lebih disukai oleh para praktisi dan akademisi pemasaran,

menurut peneliti istilah tersebut sangat tepat digunakan untuk menunjukkan bahwa

kegiatan pemasaran banyak melibatkan aktivitas komunikasi di dalamnya. Hal tersebut

(22)

pengolahan, produksi dan penyampaian pesan-pesan melalui satu atau lebih saluran kepada

kelompok khalayak sasaran yang dilakukan secara berkesinambungan dan bersifat dua arah

dengan tujuan menunjang efektivitas dan efisiensi pemasaran suatu produk. Penjabaran

mengenai communicator, pesan, media, communicant, dan efek adalah komponen dasar

dalam ilmu komunikasi (Estaswara, 2008:216).

Secara ringkas dindefinisikan “komunikasi merek adalah proses penyebaran

informasi tentang perusahaan dan apa yang hendak ditawarkannya (offering) pada pasar

sasaran” (Sulaksana, 2003:23). Definisi tersebut menandakan bahwa peran komunikasi

sangat vital dalam pemasaran, di mana perusahaan atauprodusen menggunakan komunikasi

untuk menyampaikan tawarannya.Komunikasi merupakan satu-satunya jalan penghubung

antara penjual dan pembeli. Komunikasi diperlukan untuk memberitahu konsumen hal- hal

berikut (Sulaksana, 2003:23):

1) Tersedianya suatu penawaran (offering)

2) Benefit unik dari penawaran tersebut

3) Dimana dan kapan dapat diperoleh dan digunakan penawaran

di atas.

Komunikasi merek dapat diartikan sebagai proses dan konsep manajemen pesan

untuk menyelaraskan persepsi tentang nilai merek melalui interaksi dengan semua

significant audience perusahaan dalam jangka panjang dengan mengoordinasikan secara

(23)

adanya sebuah strategi.Di mana strategi merupakan perekat dalam menyinergikan upaya

komunikasi merek tersebut. Menurut Winardi “Strategi adalah keseluruhan

tindakan-tindakan yang ditempuh oleh sebuah organisasi untuk mencapai sasaran-sasarannya”

(Winardi, 1989:46).

Menurut Kotler dan Keller, “Sasaran menunjukkanmengkoordinasikan secara

sinergis semua elemen komunikasiapa yang ingin dicapai oleh suatu unit bisnis; strategi

adalah suatu rencana permainan untuk mencapainya” (Kotler dan Keller, 2007:68).Kedua

pendapat di atas menunjukkan peran penting strategi dalam pencapaian tujuan bisnis atau

organisasi.Jika dikaitkan dengan komunikasi merek, strategi di sini dapat diartikan sebagai

cara-cara atau tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan komunikasi

merek.

Intinya, penentuan strategi akan sangat membantu perusahaan dalam mencapai

tujuan-tujuannya. Ibarat komunikasi merek merupakan pertempuran, maka strategi adalah

senjatanya. Jadi, maju mundurnya suatu perusahaan ditentukan oleh bagaimana perusahaan

itu menyusun strategi yang cemerlang, yang peka terhadap perkembangan jaman,

teknologi, maupun keinginan, kebutuhan, dan kepuasan para stakeholder dan

shareholder-nya.Dalam konteks bisnis, strategi menggambarkan suatu arah bisnis yang mengikuti

lingkungan yang dipilih dan merupakan pedoman untuk mengalokasikan sumber daya dan

usaha suatu organisasi (Wahyudi, 1996:22).

Referensi

Dokumen terkait

Ekuitas merek ( brand equity) adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang

Indikator brand equity dari Delgado dan Munuera (2005) yang dimodifikasi yaitu kesan positif terhadap produk, merasa tidak asing dengan produk, perbedaan pro- duk di

Indikator brand equity dari Delgado dan Munuera (2005) yang dimodifikasi yaitu kesan positif terhadap produk, merasa tidak asing dengan produk, perbedaan pro- duk di

Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif yang dilakukan kepada toko oleh - oleh tentang penerapan strategi branding di Kota Padang melalui metode in-depth

Mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Dewantoro (2015) dengan judul “Analisis Pengaruh Endorser Credibility pada Brand Equity dan Minat Beli

Ekuitas merek (brand equity) adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan

belakang agama, budaya dan tradisi yang berbeda. Konsep ngayah merupakan salah satu kearifan lokal yang ada dan hingga kini masih eksis di Bali. Implementasi konsep

Dalam menangani hal tersebut maka perusahaan perlu mengkaji ulang brand equity yang dimiliki serta pengelolaan store atmosphere sehingga dapat dijadikan salah satu cara menarik