• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Metode Structural Equation Modelling (SEM) dalam Menganalisis Ekuitas Merek Produk Sosis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Metode Structural Equation Modelling (SEM) dalam Menganalisis Ekuitas Merek Produk Sosis"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI METODE STRUCTURAL EQUATION MODELLING

(SEM) DALAM MENGANALISIS EKUITAS MEREK

PRODUK SOSIS

Oleh :

ARIF RUDIANTO

F34102108

2006

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

APLIKASI METODE STRUCTURAL EQUATION MODELLING

(SEM) DALAM MENGANALISIS EKUITAS MEREK

PRODUK SOSIS

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknologi Pertanian Pada Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ARIF RUDIANTO

F34102108

2006

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir “APLIKASI METODE

STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) DALAM

MENGANALISIS EKUITAS MEREK PRODUK SOSIS” adalah benar karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan diacntumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tugas ini.

Bogor, 04 September 2006

Arif Rudianto

(4)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

APLIKASI METODE STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM)

DALAM MENGANALISIS EKUITAS MEREK PRODUK SOSIS

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknologi Pertanian Pada Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

ARIF RUDIANTO

F34102108

Dilahirkan di Bandung, tanggal 09 Maret 1985 Tanggal lulus, 4 September 2006

Menyetujui, Bogor, September 2006

DR Ir Jono M.Munandar, MSc DR Ir Machfud, MS

(5)

TENTANG PENULIS

Arif Rudianto dilahirkan di Bandung pada tanggal 9 Maret 1985, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Ir. Eko Rudianto (Ayah) dan Tini Rustini (Ibu). Pada tahun 1996-1999 penulis terdaftar sebagai siswa SD dan SMP Al-Izhar Pondok Labu, pada tahun 1999-2002 penulis terdaftar sebagai siswa SMU Negeri 70 Jakarta Selatan, kemudian pada tahun 2002-2006, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Fakultas Teknologi Pertanian, departemen Teknologi Industri Pertanian, angkatan 2002.

(6)

“ Sebuah kesuksesan

dapat dihasilkan di atas

99% kegagalan “

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Serta shalawat dan salam penulis haturkan kepada Rasulullah SAW, rahmat bagi alam semesta, para sahabat, para tabi’in, dan kita para pengikutnya yang Insya Allah diberikan ketetapan iman serta keselamatan hingga akhir jaman.

Pertama-tama, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih serta kebanggaan ini kepada kedua orang tua, Ir. Eko Rudianto (Ayah) dan Tini Rustini (Ibu), atas motivasi serta dukungan lahir dan batin yang diberikan kepada penulis selama ini, dengan tulus dan ikhlas.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr.Ir. Machfud, MS., selaku dosen pembimbing akademik I yang telah memberikan bimbingan dan arahannya kepada penulis selama ini.

2. Bapak Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc. , selaku dosen pembimbing akademik II yang telah memberikan bimbingan dan buku-buku mengenai penelitian pemasaran.

3. Ibu Yenny Andayani, selaku Brand Manager di PT Madusari Nusaperdana atas bimbingannya dan diizinkannya penulis untuk memakai merek Kimbo. 4. Bapak Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, MSc. , selaku dosen penguji yang telah hadir

dalam sidang skripsi penulis.

5. Bapak Prayoga Suryadharma, STP. , selaku dosen penguji yang telah hadir dalam seminar hasil penulis.

6. Adik-adikku, Astrid yang telah mewarnai setiap masa dalam hidup, dan M. Ihsan di surga, semoga kau melihat keberhasilan ini.

7. Deby Kurniasari, atas hidup yang indah ini, serta perhatian, pengertian, dukungan, motivasi, arahan, dan kesabarannya dalam menghadapi segala suka dan duka bersama penulis selamanya.

(8)

9. All The GIBOL Members : Amin, Hadi, Ikhlas, Indra, Yoga, Sodikin, Lutfi, Galih PJ, Putra, Irpan, Sesar, Thomas, Samuel, Ferry, Haiman, Frans, Iyas, Christamam, Irham, Adriel, Eko P. dan yang lainnya, atas momen-momen indah, kebersamaan, dan canda tawa selama ini.

10.Teman-teman sepembimbingan, Santo dan Tia, yang telah banyak memberikan saran serta dukungan bagi penulis.

11.Seluruh rekan-rekan TIN 39 yang terus kompak hingga akhir jaman, terima kasih atas kebersamaannya.

12.Wisma Galih : Abang Ricky (the number one coach), Amin, Ikhlas (thanks for all the japanesse songs), Indra, Hadi, Buggie, Candra, Arip S., Hendry, Agam, Dion, Herry, Anang, Iqbal, Ozza, Nadar, Zaenal, Mas Aris, Dani, Tisna, Daeng, Ari, Suindra, Tunggul D., A’ Wahyu, Adit, M. Iqbal, dan yang lainnya, atas kebersamaan dan canda tawa selama ini..

Bogor, 4 September 2006

(9)

DAFTAR ISI

Hal

TENTANG PENULIS ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 4

C. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Sosis ... 6

B. Merek ... 7

C. Perilaku Konsumen ... 9

D. Ekuitas Merek ... 13

I. Brand Awareness ... 16

II. Brand Associations ... 17

III. Brand Perceived Quality ... 18

IV. Brand Loyalty ... 19

V. Cause Marketing ... 20

E. Bauran Pemasaran ... 21

F. Model Persamaan Struktural (SEM) ... 24

G. Tata Cara Kerja Penelitian ... 27

BAB III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 28

A. PT. Madusari Nusaperdana ... 28

(10)

BAB IV. METODOLOGI ... 30

A. Metode Penelitian ... 30

1. Metode Penarikkan Contoh ... 30

2. Metode Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 33

3. Metode Pengumpulan Data ... 34

4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 34

5. Kerangka Penelitian ... 35

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36

BAB V. HASIL PEMBAHASAN ... 39

A. Karakteristik Responden ... 40

B. Analisis Ekuitas Merek ... 42

I. Elemen Ekuitas Merek ... 43

1. Brand Awareness ... 43

2. Brand Associations ... 51

3. Perceived Quality dan Leadership ... 56

4. Brand Loyalty ... 67

5. Cause Marketing ... 77

II. Nilai Ekuitas Merek Dengan Metode SEM ... 79

BAB VI . STRATEGI BAURAN PEMASARAN... 95

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 100

(11)

APLIKASI METODE STRUCTURAL EQUATION MODELLING

(SEM) DALAM MENGANALISIS EKUITAS MEREK

PRODUK SOSIS

Oleh :

ARIF RUDIANTO

F34102108

2006

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

APLIKASI METODE STRUCTURAL EQUATION MODELLING

(SEM) DALAM MENGANALISIS EKUITAS MEREK

PRODUK SOSIS

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknologi Pertanian Pada Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ARIF RUDIANTO

F34102108

2006

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir “APLIKASI METODE

STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) DALAM

MENGANALISIS EKUITAS MEREK PRODUK SOSIS” adalah benar karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan diacntumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tugas ini.

Bogor, 04 September 2006

Arif Rudianto

(14)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

APLIKASI METODE STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM)

DALAM MENGANALISIS EKUITAS MEREK PRODUK SOSIS

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknologi Pertanian Pada Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

ARIF RUDIANTO

F34102108

Dilahirkan di Bandung, tanggal 09 Maret 1985 Tanggal lulus, 4 September 2006

Menyetujui, Bogor, September 2006

DR Ir Jono M.Munandar, MSc DR Ir Machfud, MS

(15)

TENTANG PENULIS

Arif Rudianto dilahirkan di Bandung pada tanggal 9 Maret 1985, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Ir. Eko Rudianto (Ayah) dan Tini Rustini (Ibu). Pada tahun 1996-1999 penulis terdaftar sebagai siswa SD dan SMP Al-Izhar Pondok Labu, pada tahun 1999-2002 penulis terdaftar sebagai siswa SMU Negeri 70 Jakarta Selatan, kemudian pada tahun 2002-2006, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Fakultas Teknologi Pertanian, departemen Teknologi Industri Pertanian, angkatan 2002.

(16)

“ Sebuah kesuksesan

dapat dihasilkan di atas

99% kegagalan “

(17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Serta shalawat dan salam penulis haturkan kepada Rasulullah SAW, rahmat bagi alam semesta, para sahabat, para tabi’in, dan kita para pengikutnya yang Insya Allah diberikan ketetapan iman serta keselamatan hingga akhir jaman.

Pertama-tama, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih serta kebanggaan ini kepada kedua orang tua, Ir. Eko Rudianto (Ayah) dan Tini Rustini (Ibu), atas motivasi serta dukungan lahir dan batin yang diberikan kepada penulis selama ini, dengan tulus dan ikhlas.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr.Ir. Machfud, MS., selaku dosen pembimbing akademik I yang telah memberikan bimbingan dan arahannya kepada penulis selama ini.

2. Bapak Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc. , selaku dosen pembimbing akademik II yang telah memberikan bimbingan dan buku-buku mengenai penelitian pemasaran.

3. Ibu Yenny Andayani, selaku Brand Manager di PT Madusari Nusaperdana atas bimbingannya dan diizinkannya penulis untuk memakai merek Kimbo. 4. Bapak Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, MSc. , selaku dosen penguji yang telah hadir

dalam sidang skripsi penulis.

5. Bapak Prayoga Suryadharma, STP. , selaku dosen penguji yang telah hadir dalam seminar hasil penulis.

6. Adik-adikku, Astrid yang telah mewarnai setiap masa dalam hidup, dan M. Ihsan di surga, semoga kau melihat keberhasilan ini.

7. Deby Kurniasari, atas hidup yang indah ini, serta perhatian, pengertian, dukungan, motivasi, arahan, dan kesabarannya dalam menghadapi segala suka dan duka bersama penulis selamanya.

(18)

9. All The GIBOL Members : Amin, Hadi, Ikhlas, Indra, Yoga, Sodikin, Lutfi, Galih PJ, Putra, Irpan, Sesar, Thomas, Samuel, Ferry, Haiman, Frans, Iyas, Christamam, Irham, Adriel, Eko P. dan yang lainnya, atas momen-momen indah, kebersamaan, dan canda tawa selama ini.

10.Teman-teman sepembimbingan, Santo dan Tia, yang telah banyak memberikan saran serta dukungan bagi penulis.

11.Seluruh rekan-rekan TIN 39 yang terus kompak hingga akhir jaman, terima kasih atas kebersamaannya.

12.Wisma Galih : Abang Ricky (the number one coach), Amin, Ikhlas (thanks for all the japanesse songs), Indra, Hadi, Buggie, Candra, Arip S., Hendry, Agam, Dion, Herry, Anang, Iqbal, Ozza, Nadar, Zaenal, Mas Aris, Dani, Tisna, Daeng, Ari, Suindra, Tunggul D., A’ Wahyu, Adit, M. Iqbal, dan yang lainnya, atas kebersamaan dan canda tawa selama ini..

Bogor, 4 September 2006

(19)

DAFTAR ISI

Hal

TENTANG PENULIS ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 4

C. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Sosis ... 6

B. Merek ... 7

C. Perilaku Konsumen ... 9

D. Ekuitas Merek ... 13

I. Brand Awareness ... 16

II. Brand Associations ... 17

III. Brand Perceived Quality ... 18

IV. Brand Loyalty ... 19

V. Cause Marketing ... 20

E. Bauran Pemasaran ... 21

F. Model Persamaan Struktural (SEM) ... 24

G. Tata Cara Kerja Penelitian ... 27

BAB III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 28

A. PT. Madusari Nusaperdana ... 28

(20)

BAB IV. METODOLOGI ... 30

A. Metode Penelitian ... 30

1. Metode Penarikkan Contoh ... 30

2. Metode Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 33

3. Metode Pengumpulan Data ... 34

4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 34

5. Kerangka Penelitian ... 35

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36

BAB V. HASIL PEMBAHASAN ... 39

A. Karakteristik Responden ... 40

B. Analisis Ekuitas Merek ... 42

I. Elemen Ekuitas Merek ... 43

1. Brand Awareness ... 43

2. Brand Associations ... 51

3. Perceived Quality dan Leadership ... 56

4. Brand Loyalty ... 67

5. Cause Marketing ... 77

II. Nilai Ekuitas Merek Dengan Metode SEM ... 79

BAB VI . STRATEGI BAURAN PEMASARAN... 95

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 100

(21)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Ringkasan Tingkat Brand Awareness di Cibubur ... 50 Tabel 2. Ringkasan Perhitungan Persepsi Kualitas Merek Kimbo dan

Farmhouse ... 58 Tabel 3. Ringkasan Perhitungan Leadership Merek Kimbo dan Farmhouse 62 Tabel 4. Merek Produk Sosis Yang Terakhir Dikonsumsi ... 66 Tabel 5. Merek Yang Dipilih Bila Harganya Rp. 25.000/ pack (25 Batang) 68 Tabel 6. Tabel Perhitungan Brand Switching Matrix ... 74 Tabel 7. Tabel Perhitungan Possibility Rate of Transition ... 75 Tabel 8. Tabel Tingkatan Merek Yang Paling Peduli ... 78 Tabel 9. Pengujian Goodness Of Fit Overall Model SEM Sosis Kimbo

(22)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Produksi Daging Olahan per Bulan Di Indonesia ... 2 Gambar 2. Persentase Tingkat Konsumsi Dari Produk Daging Olahan Di

Indonesia ... 2 Gambar 3. Persentase Bahan Baku Yang Digunakan Untuk Produksi

Sosis Di Indonesia ... 6 Gambar 4. Virtuous Cycle Sebuah Merek Yang Baik ... 8 Gambar 5. Lima Tahap Proses Keputusan Pembelian Konsumen ... 11 Gambar 6. Konsep Ekuitas Merek Menurut David A. Aaker ... 15 Gambar 7. Piramida Tingkat Brand Awareness ... 17 Gambar 8. Nilai Asosiasi Merek ... 18 Gambar 9. Kerangka Sampling Wilayah Penelitian ... 31 Gambar 10. Kerangka Penelitian Global... 37 Gambar 11. Kerangka penelitian untuk metode Structural Equation

Modelling... 38 Gambar 12. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Seorang Ibu Atau

(23)
(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Biaya pengiklanan Sozzis periode Januari-Desember 2005.... 104 Lampiran 2. Social Economic Strata di 9 wilayah di Indonesia... 105 Lampiran 3. Tata Cara Kerja Penelitian... 106 Lampiran 4. Rasio Jumlah Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin... 107 Lampiran 5. Jumlah Konsumen Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 108 Lampiran 6. Pie Chart jumlah Responden Berdasarkan Jenis

Pekerjaannya... 109 Lampiran 7. Jumlah responden berdasarkan tingkat penghasilan per

bulan... 110 Lampiran 8. Jumlah responden berdasarkan tingkat pengeluaran per

bulan... 111 Lampiran 9. Tingkat Top of Mind dari berbagai merek sosis di Cibubur.... 112 Lampiran 10. Tingkat Brand Recall dari berbagai merek sosis di Cibubur... 113 Lampiran 11. Tingkat Brand Recognition merek Kimbo dan Farmhouse di

Cibubur... 114 Lampiran 11. Tingkat Unaware of Brand merek Kimbo dan Farmhouse di

Cibubur... 114 Lampiran 12. Sumber Pengetahuan Merek Kimbo... 115 Lampiran 13. Sumber Pengetahuan Merek Farmhouse... 116 Lampiran 14. Nilai Validitas Asosiasi Kimbo dan Farmhouse... 117 Lampiran 15. Nilai Reliabilitas Merek Kimbo dan Farmhouse... 118 Lampiran 16. Asosiasi merek sosis Kimbo dan Farmhouse... 119 Lampiran 17. Uji Cochran Asosiasi merek Kimbo dan Farmhouse.(

X2(α,db) > Q)... 120

Lampiran 18. Nilai Validitas Persepsi Kualitas Kimbo dan Farmhouse... 121 Lampiran 19. Nilai Reliabilitas Persepsi Kualitas Sosis Kimbo dan

Farmhouse... 121 Lampiran 20. Tabel Perhitungan Rata-Rata Atribut Persepsi Kualitas

(25)

Lampiran 21. Tabel Perhitungan Rata-Rata Atribut Leadership Kimbo dan Farmhouse... 124 Lampiran 22. Alasan Utama Menggunakan Merek Kimbo dan Farmhouse.. 126 Lampiran 23. Grafik Persetujuan Pembelian Sosis Kimbo dan Farmhouse.. 127 Lampiran 24. Tabel Perhitungan Switcher Buyer merek sosis Kimbo dan

Farmhouse... 131 Lampiran 25. Tabel Perhitungan Habitual Buyer merek sosis Kimbo dan

Farmhouse... 132 Lampiran 26. Tabel Perhitungan Satisfied Buyer merek sosis Kimbo dan

Farmhouse... 133 Lampiran 27. Tabel Perhitungan Liking The Brand merek sosis Kimbo

dan Farmhouse... 134 Lampiran 28. Tabel Perhitungan Commited Buyer merek sosis Kimbo dan

Farmhouse... 135 Lampiran 29. Tingkatan Brand Relationship Merek Sosis Kimbo dan

Farmhouse... 136 Lampiran 30.Syntax pemrograman LISREL 8.30 Untuk Sosis Merek

Kimbo... 137 Lampiran 31. Goodness of Fit Statistic Untuk Sosis Merek Kimbo... 138 Lampiran 32.Syntax pemrograman LISREL 8.30 Untuk Sosis Merek

Farmhouse... 139 Lampiran 33. Goodness of Fit Statistic Untuk Sosis Merek Farmhouse... 140 Lampiran 34. Perhitungan Reliabilitas dan Validitas Konstruk Kimbo serta

Farmhouse... 141 Lampiran 35. Perhitungan Elemen Penyusun Ekuitas Merek... 142 Lampiran 36. Perhitungan Nilai Ekuitas Merek dan Nilai Elemen Cause

(26)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan industri makanan olahan saat ini semakin membaik, akibat daya beli konsumen yang meningkat dan perubahan pola hidup masyarakat Indonesia. Untuk waktu yang akan datang, produk daging olahan komersial memiliki masa depan yang cerah, di negara Indonesia yang memiliki penduduk lebih dari 200 juta jiwa. Menurut Voboril (1999), tren daging olahan telah menjadi pasar yang menjanjikan di wilayah Jakarta, dan banyak perusahaan saat ini membeli produk daging mentah untuk diolah menjadi produk daging olahan, yang didominasi oleh bakso, sosis, dan chicken nugget.

Di Indonesia terjadi peningkatan permintaan daging sapi dan ayam olahan, menurut data Susenas (2002) yang dikeluarkan BPS, dalam situs bisnis.com, memperlihatkan konsumsi daging sapi dan jeroan masyarakat Indonesia sebesar 2,14 kg/kap/tahun. Konsumsi tersebut sudah memperhitungkan konsumsi daging dalam bentuk olahan seperti sosis, daging kaleng dan dendeng. Kemudian saat ini mulai banyak bermunculan perusahaan-perusahaan yang sejenis, sehingga menyebabkan peningkatan tingkat persaingan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

(27)

Gambar 1.Produksi Daging Olahan per Bulan di Indonesia.(Voboril,1999)

Menurut Brand Manager PT. Madusari Nusaperdana, Ibu Yenny Andayani, mengatakan bahwa penetrasi konsumsi sosis, pada tahun 2004 adalah 76% dari jumlah rumah tangga di 6 kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Surabaya, Makasar, Medan, dan Semarang). Produk sosis telah menjadi produk daging olahan yang populer di Indonesia. Diindikasikan bahwa dari keseluruhan total konsumsi produk sosis dan bakso di Indonesia, 40 % adalah tingkat konsumsi produk sosis (Voboril, 1999). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2.Persentase Tingkat Konsumsi Dari Produk Daging Olahan Di Indonesia (Voboril,1999)

Bermunculannya industri makanan olahan saat ini telah menciptakan persaingan pemasaran, yakni tidak hanya pertempuran antar produk saja, tetapi juga pertempuran antar merek yang melibatkan persepsi konsumen. Merek saat ini

Processed Meat Per Month

0 20 40 60 80 100 90

Sausage Bakso

Tons

(28)

telah menjadi aset prestisius dari suatu perusahaan. Merek yang memiliki ekuitas merek yang kuat dapat dipastikan merek tersebut dapat memperoleh, merebut, dan mengamankan pangsa pasarnya di arena persaingan. Membangun ekuitas merek yang kuat salah satunya dapat dilakukan dengan cara membangun persepsi konsumen mengenai merek tersebut. Menurut data yang diperoleh dari lembaga AC Nielsen pada tanggal 8 Maret 2006, salah satu produk sosis yakni Sozzis, menghabiskan dana untuk pengiklanan baik itu di media elektronik maupun media cetak, sebesar lebih dari Rp. 36 Miliar pada periode Januari hingga Desember 2005 (Lampiran 1).

Dengan demikian untuk menentukan kuat tidaknya produk-produk dan merek sosis yang bersaing di suatu segmen pasar akan sangat tergantung kepada serupa atau tidaknya produk-produk dan merek-merek sosis tersebut terlihat dalam pandangan konsumen. Untuk melihat dan menentukan sejauh mana tingkat persaingan di antara produk-produk dan merek-merek sosis yang bersaing, pemasar tentunya memerlukan suatu cara tertentu untuk menunjukkan bagaimana produk-produk dan merek-merek tersebut bersaing pada tingkatan tertentu dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen pada segmen yang dituju (Rangkuti, 2002).

Hal yang paling mendasar tentunya terletak pada ekuitas sebuah merek yang berbentuk pengakuan dari konsumen bahwa produk tersebut adalah seperangkat ciri yang dirasakan mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka yang sesungguhnya (preferensi konsumen). Oleh karena itu, perlu dikaji sejauh mana ekuitas merek produk sosis tertentu dikaitkan dengan oleh produk lain (Durianto et al, 2004b).

(29)

Structural Equation modelling juga dapat dipandang sebagai analisis peubah ganda yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan keterkaitan hubungan linear secara simultan (bersamaan) peubah-peubah indikator, baik peubah indikator eksogen maupun peubah indikator endogen yang sekaligus melibatkan peubah-peubah latennya yakni, peubah-peubah yang tidak dapat diukur secara langsung dari kedua kelompok peubah indikator (Suharjo, 2002). Dalam penelitian perhitungan ekuitas merek ini terdapat perhitungan yang cukup kompleks, dimana metode SEM merupakan metode yang paling tepat untuk digunakan.

B. Tujuan

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menganalisa ekuitas merek sosis dalam persaingan di pasar sehingga dapat menjadi informasi penunjang dalam perumusan strategi bauran pemasaran.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Studi penelitian ini dilakukan di wilayah Cibubur, karena daerah tersebut merupakan salah satu daerah pemasaran berbagai merek produk sosis. Penelitian ini adalah studi statistik dalam menganalisis ekuitas merek (brand equity) yang terdiri dari : komponen kesadaran merek dengan indikator kesadaran merek dan kesadaran iklan; asosiasi merek dengan indikator persepsi nilai, asosiasi organisasi dan kepribadian merek; persepsi kualitas merek dengan indikator persepsi kualitas dan kepemimpinan; dan loyalitas merek dengan indikator harga optimum dan tingkatan loyalitas. Studi ini berusaha untuk memperoleh informasi yang cukup tentang suatu populasi dengan menggunakan sampel, dan hipotesis diuji secara kuantitatif. Merek yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah produk sosis merek Kimbo (produksi PT. Madusari Nusaperdana) dan produk sosis merek Farmhouse (produksi San Miguel Pure Food Indonesia).

(30)

Maret 2006, wilayah Jabotabek, khususnya penduduk yang berada pada SES C atau Social Economic Strata C memiliki proporsi yang lebih besar, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan referensi bagi pihak perusahaan produk sosis terutama PT. Madusari Nusaperdana selaku produsen produk sosis merek Kimbo, dalam pengukuran perilaku konsumen untuk meningkatkan kepuasan konsumen. 2. Memberikan informasi mengenai persaingan antara merek sosis Kimbo dan

merek sosis Farmhouse yang beredar di wilayah Cibubur.

(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sosis

[image:31.612.224.413.265.428.2]

Menurut Voboril (1999), produk sosis di Indonesia umumnya diproduksi dengan menggunakan bahan baku daging sapi. Salah satu ahli mengindikasikan bahwa 70 % produk sosis diproduksi dengan menggunakan bahan dasar daging sapi, dan selebihnya proses pembuatan produk sosis dengan menggunakan bahan baku daging ayam. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3.Persentasi Bahan Baku Yang Digunakan Untuk Produksi Sosis Di Indonesia (Voboril,1999).

Menurut Kamus Wikipedia (2006), sosis dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe dari daging yang digunakan dan bahan-bahan yang digunakan. Umumnya sosis diklasifikasikan berdasarkan cara penyajiannya, yakni :

a. Cooked sausage : dibuat dengan bahan daging segar dan telah dimasak, sosis ini dapat langsung dimakan atau disimpan dalam kulkas. b. Cooked smoked sausages : sosis yang sudah dimasak kemudian diasapkan

atau smoked-cooked. Sosis ini dapat dimakan pada saat panas atau dingin, tapi harus disimpan di kulkas.

(32)

d. Fresh smoked sausages : merupakan fresh sausages yang telah diasapkan, sosis jenis ini tetap harus dimasak sebelum dikonsumsi.

e. Dry sausages : fresh sausages yang sudah dikeringkan, sosis jenis ini dikonsumsi pada saat masih dingin, dan memiliki umur simpan yang panjang.

Dalam Kamus Wikipedia (2006), terdapat tambahan jenis sosis lain, yaitu :

a. Raw sausages : terbuat dari bahan dasar daging yang tidak dimasak, akan tetapi diolah dengan lactic fermentation, dikeringkan, atau diasapkan. Memiliki umur simpan yang panjang.

b. Pre-cooked sausages : dibuat dari bahan daging masak, dan diapanaskan setelah dimasukkan ke dalam casing. Sosis jenis ini tidak tahan lama.

c. Pickled sausages : merupakan sosis yang diasapkan atau dimasak sampai mendidih, kemudian dicampurkan dengan cuka, garam, dan bumbu-bumbu (lada, cabai, paprika, dan yang lainnya), lalu diberi pewarna (biasanya warna merah jambu), setelah itu dikemas dalam gelas berbentuk jar.

B. Merek

Merek menjadi pembeda suatu produk dari produk lainnya di belantara komoditas, sekaligus menegaskan persepsi kualitasnya. Tak heranlah, Stephen King, CEO WPP Group yang bermarkas di London, mengatakan produk adalah barang yang dihasilkan pabrik, sementara merek adalah sesuatu yang dicari pembeli. Sesuatu ini bukan sekadar barang, melainkan juga persepsi akan kualitas dan gengsi yang diraih (Majalah SWA Sembada no.15/21 Juli-3 Agustus 2005, hal.45, tahun 2005).

(33)

menurut Aaker (1996) dalam Durianto et al. (2004a), adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap, atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu.

[image:33.612.159.458.278.539.2]

Menurut Knapp (2000), merek dapat didefinisikan sebagai variasi dari sesuatu yang ditandai dengan beberapa atribut khusus. Merek yang baik itu merupakan virtuous cycle dari aksi dan reaksi, memberi dan menerima (Cheverton, 2004). Adapun skema virtuous cycle dari sebuah merek adalah seperti pada Gambar 4.

Gambar 4.Virtuous Cycle Sebuah Merek Yang Baik (Cheverton, 2004).

Menurut Knapp (2000), merek sejati adalah internalisasi jumlah dari semua kesan yang diterima oleh para pelanggan dan konsumen yang dihasilkan dalam sebuah posisi khusus di “pikiran” mereka berdasarkan manfaat-manfaat emosional dan fungsional yang dirasakan.

Menurut Durianto et.al (2004a), merek mengandung janji perusahaan Merek

mendukung dan memelihara

Merek belajar

Merek ditempatkan

Anda merasa senang dengan pilihan yang Anda buat

Merek itu membantu Anda membuat pilihan

(34)

pembeli. Merek lebih dari sekedar jaminan kualitas karena di dalamnya tercakup enam pengertian berikut ini.

1. Atribut produk, seperti halnya kualitas, gengsi nilai jual kembali, desain, dan lain-lain.

2. Manfaat, konsumen sebenarnya membeli manfaat dari produk tersebut, tidak hanya atributnya.

3. Nilai, merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. 4. Budaya, merek juga mencerminkan budaya tertentu.

5. Kepribadian, merek juga mencerminkan kepribadian tertentu.

6. Pemakai, merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut.

(Durianto et.al., 2004a).

Menurut Kotler dan Ogivly (Majalah SWA Sembada no.15/21 Juli-3 Agustus 2005, hal.45, tahun 2005), menyebutkan bahwa merek memang tidak sekadar nama penyebutan sebuah produk, melainkan identitas yang mencerminkan kredibilitas, integritas dan nilai yang dianut oleh perusahaan yang dikemas dan disampaikan melalui produk/jasanya. Dengan demikian selain harus dijaga dan dikembangkan, menjadi inti seluruh perjalanan perusahaan.

C. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah mempelajari mengenai bagaimana, apa, kapan, dan mengapa mereka (konsumen) membeli suatu produk atau jasa. Ini merupakan sub-kategori dari pemasaran yang menggabungkan beberapa elemen dari psikologi, sosiologi, sosiopsikologi, antropologi, dan ekonomi. Studi ini memahami proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen baik itu individual maupun sekelompok orang. Kemudian perilaku konsumen, juga mempelajari mengenai karakteristik dari konsumen, yang dilihat dari aspek demografi, psikografi, dan variabel perilaku yang lain dalam memahami apa yang konsumen butuhkan (Kamus Wikipedia, 2006).

Dalam Kamus Wikipedia (2006), terdapat Model Howard dan Seth yang

(35)

atau rangsangan yang diterima oleh konsumen dari lingkungannya yang terdiri dari :

1. Significative : Aspek fisik yang terkait dengan kegunaan suatu produk atau jasa. Konsumen akan merasakan kegunaan serta fungsinya secara langsung.

2. Symbolic : Ide atau image (citra) yang dibangun oleh perusahaan melalui promosi atau iklan.

3. Social : Ide atau image (citra) yang dibangun berdasarkan referensi dalam sebuah kelompok (keluarga, teman-teman, komunitas tertentu, dan lainnya).

The ‘outputs’ merupakan tindakan yang akan dilakukan oleh konsumen setelah menerima stimuli atau rangsangan dari lingkungannya (the ‘inputs’). Diantara the ‘inputs’ dan the ‘outputs’, terdapat the ‘constructs’, yang merupakan bentuk proses bagaimana konsumen menentukan keputusannya untuk melakukan actions (tindakan). Howard dan Seth mengklasifikasikan bentuk proses tersebut menjadi dua jenis, yakni :

1. Perceptual : Kelompok konsumen yang proses pengambilan keputusan pembeliannya dengan mengumpulkan serta memahami segala macam informasi mengenai suatu produk atau jasa.

2. Learning : Kelompok konsumen yang proses pengambilan keputusan pembeliannya dengan mempelajari semua atribut produk atau jasa, dan akhirnya menghasilkan keputusan yang tepat.

(36)

Menurut Assael (1992), proses pengambilan keputusan oleh konsumen dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu konsumen sebagai individu, pengaruh lingkungan dan strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan. Pengaruh konsumen sebagai individu dalam pengambilan keputusan meliputi kebutuhan konsumen, persepsi konsumen terhadap karakteristik produk, faktor demografi, gaya hidup dan karakter pribadi. Pengaruh lingkungan meliputi kebudayaan (norma sosial, agama dan kelompok etnik), kelas sosial dan kekerabatan. Strategi pemasaran yang mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan adalah bauran pemasaran produk yang dievaluasi oleh konsumen.

Produsen mendapatkan gambaran mengenai perilaku konsumen melalui analisis pangsa pasar dan data penjualan. Produsen masih memerlukan informasi mengenai alasan konsumen membeli dan kekuatan produknya terhadap pesaing-pesaingnya sehingga produsen masih memerlukan penelitian yang mendalam (Assael, 1992).

Menurut Handi Irawan D, Chairman Frontier Consulting Group, dalam artikel berjudul Karakter dan Perilaku Khas Konsumen Indonesia (Majalah Marketing. 2006. The Real Market Leader.No. 05/VI/Mei/2006.Info Cahaya Hero. Jakarta), menjelaskan bahwa konsumen Indonesia memiliki keunikan dalam hal attitude, perilaku maupun proses pengambilan keputusan dalam mengevaluasi dan membeli produk. Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku khas konsumen di Indonesia adalah :

1. Aspek kebudayaan yang beragam.

Masyarakat Indonesia memiliki norma dan non-verbal communication yang demikian unik. Di Indonesia, banyak daerahnya yang memiliki norma sendiri-sendiri, contohnya adalah ada daerah yang suka dengan rasa manis ada yang Pengenalan

masalah

Pencarian informasi

Evaluasi alternatif

Keputusan pembelian

[image:36.612.136.534.91.138.2]

Sumber : Kotler (1997)

Gambar 5.5 Tahap Proses Keputusan Pembelian Konsumen.

(37)

tidak, ada daerah yang makan dengan menggunakan sendok ada yang tidak. Dalam pengintepretasian warna juga berbeda-beda, akan tetapi sebagai negara muslim, kecenderungannya sangat besar untuk menggunakan warna hijau.

2. Aspek tingkat pendidikan.

Indonesia memiliki tingkat pendidikan yang rendah, hal ini disimpulkan berdasarkan sekitar 50% konsumen lulusan SMA untuk masyarakat perkotaan dan sekitar 60% yang tidak menyelesaikan SMP untuk masyarakat pedesaan. Salah satu implikasi dari rendahnya tingkat pendidikan adalah sedikitnya konsumen yang suka membaca. Itulah sebabnya, iklan di televisi merupakan alat atau tools yang powerful untuk menjangkau pasar Indonesia, rasanya sungguh sulit untuk menjadi produk nasional tanpa mengandalkan iklan di televisi. Sehingga tidak mengherankan, apabila konsumen Indonesia sebenarnya mencerna informasi yang lebih sedikit dalam membuat keputusan, dan konsumen Indonesia terkadang lebih emosional dalam membuat proses keputusan untuk memilih dan membeli suatu produk atau jasa.

3. Aspek group reference (menuruti kata pemimpin grup).

Dalam hal ini pengaruh para opinion leader sungguh besar. Untuk suku Jawa, Madura, atau Sunda, ulama memiliki peran yang sangat besar terhadap masyarakat untuk menentukan pilihan mereka untuk produk-produk tertentu. Saran dan keteladanan mereka menjadi bagian yang dipertimbangkan dalam membuat evaluasi terhadap pembelian suatu produk.

4. Aspek socializing yang kuat.

(38)

Berbagai faktor eksternal diatas akan mempengaruhi faktor internal seperti, proses pembentukkan persepsi, kapasitas memori, motivasi, attitude, gaya hidup, dan proses perilaku pembelian.

Menurut Handi, ada dua keunikan konsumen di Indonesia yang bersifat internal dan individu, yaitu :

1. Konsumen Indonesia cenderung memiliki short-term memory yang lebih dominan. Ini adalah gabungan antara tingkat pendidikan dan kelas sosial yang lebih rendah, budaya dan norma, serta pengaruh dari sistem-sistem yang ada dalam masyarakat. Ini sudah membuat implikasi yang sangat besar terhadap strategi positioning suatu produk. Sebagai contoh, produk yang memiliki fungsi atau benefit yang lama dirasakan oleh konsumen, umumnya sulit untuk melakukan penetrasi ke pasar.

2. Karakter konsumen di Indonesia juga cenderung tidak memiliki rencana. Ini yang membuat pola belanja konsumen Indonesia relatif tidak teratur. Hal ini pula yang membuat proses pembelian melalui impulse buying relatif lebih tinggi.

D. Ekuitas Merek

Ekuitas merek (brand equity) adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan perusahaan. Agar aset dan liabilitas mendasari ekuitas merek, aset dan liabilitas harus berhubungan dengan nama atau simbol sebuah merek (Deperindag, 2003). Menurut Aaker (1991) dalam Durianto (2004a) ekuitas merek dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu:

1. Kesadaran merek (brand awareness) 2. Asosiasi merek (brand association)

3. Persepsi kualitas merek (brand perceived quality) 4. Loyalitas merek (brand loyalty)

(39)

Menurut Durianto et.al (2004b), konsumen memiliki kepedulian, penerimaan, maupun preferensi yang tinggi terhadap merek yang dipandang “bereputasi” atau, dalam bahasa ilmiahnya, yang memiliki ekuitas merek yang tinggi. Merek yang prestisius memiliki ekuitas merek yang tinggi. Dengan demikian merek memegang peran yang amat penting bagi perusahaan mengingat ekuitas merek yang kuat memunculkan banyak keuntungan bagi perusahaan. Semakin kuat ekuitas merek suatu produk, semakin kuat daya tariknya untuk menggiring konsumen mengonsumsi produk tersebut, yang selanjutnya akan mengantar perusahaan memanen keuntungan dari waktu ke waktu (Durianto et.al., 2004b).

Analisis brand equity merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi untuk menyusun strategi agar merek tersebut menjadi merek yang kuat. Kegiatan penyusunan strategi tersebut meliputi kegiatan menciptakan, mengembangkan mengimplementasikan, dan mengelola merek secara terus-menerus sampai merek tersebut menjadi kuat (Rangkuti, 2002). Aaker (1996) dalam Durianto (2004a), mengembangkan keempat sumber riset ekuitas merek menjadi lima variabel yang diusulkan sebagai indikator dalam mengukur ekuitas merek. Ke-5 variabel tersebut adalah :

1. Ukuran loyalitas : premi harga dan kepuasan/loyalitas. 2. Ukuran kepemimpinan/persepsi kualitas : persepsi kualitas. 3. Ukuran asosiasi/diferensiasi : persepsi nilai, kepribadian merek. 4. Ukuran kesadaran : kesadaran merek.

5. Ukuran perilaku pasar : pangsa pasar.

(40)
[image:40.612.132.517.89.394.2]

Sumber : Aaker (1997) di dalam Rangkuti (2002).

Gambar 6.Konsep Ekuitas Merek Menurut David A. Aaker.

Menurut Knapp (2000), metodologi yang konsisten dapat diterapkan untuk menentukan, mengukur, dan memonitor ekuitas merek, berdasarkan hasil-hasil kumulatif yang dikumpulkan dari sejumlah faktor inti yang relevan seperti:

1. Kepemimpinan harga. 2. Kualitas yang dirasakan.

3. Perbandingan visual (kepribadian).

4. Kepercayaan (kebanggaan dan penghargaan). 5. Kesadaran.

6. Pangsa pasar.

7. Keinginan untuk membeli (konversi). 8. Kepuasan.

Ekuitas Merek (Nama, simbol)

Kesadaran Merek Persepsi Kualitas Asosiasi Merek

Aset-Aset merek lainnya

Memberikan nilai kepada pelanggan dengan memperkuat :

1. Interpretasi / proses informasi 2. Rasa percaya diri dalam pembelian. 3.Pencapaian kepuasan dari pelanggan

Memberikan nilai kepada perusahaan dengan memperkuat :

1. Efisien dan efektivitas program pemasaran. 2. Brand loyalty.

(41)

I. Brand Awareness

Menurut Aaker (1996:90) dalam Rangkuti (2002), menyatakan bahwa kesadaran merek artinya adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Kesadaran merek juga mempengaruhi persepsi dan tingkah laku. Kesadaran merek merupakan key of brand assets atau kunci pembuka untuk masuk ke elemen lainnya. Jadi jika kesadaran itu sangat rendah maka hampir dipastikan bahwa ekuitas mereknya juga rendah (Durianto et al, 2004a).

Peran brand awareness dalam keseluruhan brand equity tergantung dari sejauh mana tingkatan kesadaran yang dicapai oleh suatu merek. Piramida kesadaran merek dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi adalah sebagai berikut :

1. Unaware of brand (tidak menyadari merek).

Merupakan tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek.

2. Brand recognition (pengenalan merek).

Tingkat minimal dari kesadaran merek.Hal ini penting pada saat seseorang pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian. Pengenalan suatu merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali dengan aided recall (lewat bantuan).

3. Brand recall (pengingatan kembali terhadap merek).

Pengingatan kembali terhadap merek dengan unaided recall (tanpa bantuan). Pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk.

4. Top of mind (puncak pikiran).

Merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen.

(42)

identitas merek dan berusaha mengkaitkannya dengan kelas produk tertentu (Durianto et al, 2004b, dan Rangkuti, 2002).

[image:42.612.150.505.153.311.2]

Tingkatan kesadaran merek secara berurutan dapat digambarkan sebagai suatu piramida seperti berikut:

Gambar 7.Piramida Tingkat Brand Awareness (Durianto et al, 2004a dan Rangkuti, 2002).

Peran kesadaran merek dalam membantu merek dapat dipahami dengan mengkaji bagaimana kesadaran merek menciptakan suatu nilai (Durianto et al, 2004a). Menurut Durianto et. al (2004b), sebuah merek dengan kesadaran konsumen tinggi biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Diiklankan secara luas.

2. Eksistensi yang sudah teruji oleh waktu. 3. Jangkauan distribusi yang luas.

4. Merek tersebut dikelola dengan baik.

II. Brand Association

Asosiasi merek adalah bagaimana sebuah merek dikenal oleh konsumen. Orang akan cenderung memilih mengonsumsi produk/jasa yang dia kenal baik dan dia tahu kualitasnya. Semakin dalam pemahaman orang mengenai sebuah merek, semakin tinggi kecenderungannya memilih produk/jasa itu. Semua proses ini terjadi di otak manusia, dimana konsumen secara naluri melakukan

Top Of Mind

Unaware of Brand Brand Recognition

(43)

perbandingan antar beberapa pilihan yang dia kenal. Dalam proses inilah, asosiasi yang melekat pada sebuah merek menjadi penentu pilihan (Majalah SWA Sembada no.15/21 Juli-3 Agustus 2005, hal.66, tahun 2005).

Menurut Aaker (1996) dalam Rangkuti (2002), pengertian asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakkan untuk mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek atau brand image di dalam benak konsumen.

[image:43.612.134.509.352.546.2]

Secara sederhana, pengertian brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap brand image atau hal ini disebut juga dengan brand personality (kepribadian merek) (Rangkuti, 2002).

Gambar 8.Nilai Asosiasi Merek (Rangkuti, 2002).

III. Brand Perceived Quality

Menurut David A. Aaker dalam Durianto et.al (2004a), menyatakan bahwa persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang diharapkan. Persepsi kualitas adalah salah satu kunci dimensi ekuitas merek.

Membantu proses/penyusunan informasi.

Diferensiasi/posisi.

Alasan untuk membeli

Menciptakan sikap positif

Brand Association

(44)

Persepsi kualitas memiliki atribut penting yang dapa diaplikasikan dalam berbagai hal, seperti:

1. Kualitas aktual atau obyektif.

Perluasan ke suatu bagian dari produk/jasa yang memberikan pelayanan lebih baik.

2. Kualitas isi produk.

Karakteristik dan kuantitas unsur, bagian, atau pelayanan yang disertakan. 3. Kualitas proses manufaktur.

Kesesuaian dengan spesifikasi; hasil akhir yang tanpa cacat (zero defect). (Durianto et.al, 2004a).

Mengacu pada pendapat David A. Garvin dalam Durianto et.al (2004b), dimensi perceived quality dibagi menjadi tujuh, yaitu:

1. Kinerja : melibatkan berbagai karakteristik operasional utama.

2. Pelayanan : Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk tersebut.

3. Ketahanan : Mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut.

4. Keandalan : Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari satu pembelian ke pembelian berikutnya.

5. Karakteristik poduk : Bagian-bagian tambahan dari suatu produk.

6. Kesesuaian dengan spesifikasi : merupakan pandangan mengenai kualitas proses manufaktur sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan teruji. 7. Hasil : mengarah kepada kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam

dimensi sebelumnya. (Durianto et.al, 2004b).

IV. Brand Loyalty

(45)

atribut yang lain. (Durianto et. al, 2004b). Loyalitas merupakan hasil akumulasi pengalaman penggunaan produk. Tingkatan loyalitas merek adalah sebagai berikut :

1. Switcher / Price Buyer (Pembeli yang berpindah-pindah).

Merupakan tingkat loyalitas yang paling dasar. Semakin sering pembelian konsumen berpindah dari suatu merek ke merek yang lain mengindikasikan bahwa mereka tidak loyal semua merek dianggap memadai.

2. Habitual Buyer (Pembeli yang bersifat kebiasaan).

Pembeli yang tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi suatu merek produk. Mereka membeli suatu merek karena faktor kebiasaan.

3. Satisfied Buyer (Pembeli yang puas dengan biaya peralihan).

Adalah kategori pembeli yang puas dengan merek yang mereka konsumsi. Namun mereka dapat saja berpindah merek dengan menanggung switching cost (biaya peralihan).

4. Likes the Brand (Menyukai merek).

Adalah kategori pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. 5. Commited Buyer (Pembeli yang berkomitmen).

Adalah kategori pembeli yang setia. Mereka mempunyai kebanggaan dalam menggunakan suatu merek. Merek tersebut bahkan menjadi sangat penting baik dari segi fungsi maupun sebagai ekspresi siapa sebenarnya penggunanya. (Duriato et. al, 2004b).

Fungsi brand loyalty bagi perusahaan adalah, reduced marketing cost (mengurangi biaya pemasaran), trade leverage (meningkatkan perdagangan), attracting new customers (menarik minat pelanggan baru), dan provide time to respond to competitive threats (memberi waktu untuk menghadapi ancaman persaingan) (Durianto et. al, 2004a).

V. Cause Marketing

(46)

sebenarnya pelanggan perusahaan, apa yang sebenarnya penting bagi mereka, dan menunjukkan diri bahwa perusahaan merasakan hal yang sama. Banyak perusahaan yang memang mendapatkan manfaat yang besar dari cause marketing yang mereka lakukan. Menurut survei yang dilakukan oleh Cone/Rope di Amerika Serikat tahun 1999 dalam Kertajaya (2004), menyatakan bahwa terdapat 83% warga AS yang memiliki citra positif terhadap perusahaan yang peduli terhadap isu-isu penting yang terdapat di masyarakat. 2/3 dari warga AS menyatakan, apabila produk dan harganya sebanding, mereka akan memilih merek-merek yang peduli isu-isu penting yang mereka hadapi. Bahkan 68% dari mereka tidak keberatan membayar lebih untuk merek-merek yang peduli isu-isu penting.

Menurut Jed Pearsall, di dalam Kertajaya (2004) menyatakan bahwa, semakin lama banyak orang yang cenderung resisten terhadap iklan. Tidak hanya itu, mereka justru menuntut agar perusahaan mau terlibat dalam isus-isu penting dalam masyarakat. Prinsip cause marketing ini selaras dengan emotional branding. Pada akhirnya, cause marketing dapat meningkatkan ekuitas merek, sekaligus menciptakan forum yang membuat hubungan antara pelanggan dan perusahaan semakin dalam (Kertajaya, 2004).

E. Bauran Pemasaran

Menurut Kotler (1997) bauran pemasaran adalah campuran dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan yang dipergunakan oleh suatu perusahaan untuk mengejar tingkat penjualan yang diinginkan dalam pasar sasaran. Sedangkan menurut Swastha dan Irawan (1990), marketing mix adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yakni : Produk, Struktur harga, Kegiatan promosi, dan Sistem distribusi.

(47)

pemasaran yang efektif menjadi basis strategi perusahaan dalam pelaksanaan program pemasarannya. Penetapan strategi bauran pemasaran pada dasarnya dilakukan setelah perusahaan melakukan kegiatan segmentasi, penentuan pasar sasaran dan pemosisian produk.

Menurut Boone dan Kurtz (1997), bauran pemasaran merupakan perpaduan empat jenis strategi yang digunakan dalam membuat keputusan dengan tujuan memuaskan konsumen. Keempat jenis strategi tersebut adalah :

1. Strategi produk; dimana keputusan yang dibuat mencakup desain kemasan, jenis produk, merek, jaminan dan pengembangan produk baru. Strategi ini juga mempertimbangkan kepuasan konsumen dalam manfaat produk dan pelayanan. 2. Strategi distribusi; dititikberatkan pada distribusi fisik produk dan pemilihan

saluran pemasaran yang tepat.

3. Strategi harga; sangat penting bila keadaan pasar ditandai oleh adanya persaingan monopolis dan oligopolis.

4. Strategi promosi; dimana terjadi komunikasi antara produsen dan konsumen, produsen harus mampu memadukan aspek-aspek yang mempengaruhi strategi promosi sehingga dapat menghasilkan komunikasi yang efektif.

Menurut Angipora (1999), marketing mix adalah perangkat variabel-variabel pemasaran terkontrol yang digabungkan perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan dalam pasar sasaran (target market). Konsep marketing mix merupakan segala usaha yang dapat perusahaan lakukan untuk mempengaruhi permintaan akan produknya. McCarty dalam Kotler (1997) memperkenalkan bauran pemasaran ke dalam 4P yaitu, produk, harga, promosi, dan tempat atau saluran distribusi.

(48)

untuk mengkomunikasikan keunggulan produknya dan membujuk konsumen untuk membeli produk tersebut (Kotler, 1997).

Lovelock dan Wright (2005), memperkenalkan bauran pemasaran ke dalam 7P, yakni selain elemen-elemen produk, tempat dan waktu, promosi dan edukasi, harga, lalu ditambahkan lagi dengan proses, orang dan bukti fisik. Di dalam situs marketingteacher.com, proses merupakan elemen lain dari bauran pemasaran. Dalam suatu sistem pemasaran yang utuh terdapat beberapa tahapan proses yang saling terintegrasi satu dengan yang lainnya. Untuk tujuan dari sebuah bauran pemasaran, proses adalah sebuah elemen pelayanan yang melihat dari sudut pandang pengalaman konsumen terhadap penawaran sebuah organisasi. Pada dasarnya setiap proses dalam sebuah sistem pemasaran memiliki tahapan masukkan (input stages) dan tahapan keluaran (output stages), dan pemasaran itu sendiri akan memberikan nilai tambah untuk setiap tahapan proses pemasaran tersebut. (situs marketingteacher.com).

Menurut Lovelock dan Wright (2005), lima dimensi kualitas yang digunakan oleh konsumen adalah sebagai berikut :

1. Kehandalan : Apakah perusahaan mampu menghasilkan produk yang andal seperti yang dijanjikan dari waktu ke waktu?

2. Keberwujudan : Seperti apa fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan dan bahan komunikasi perusahaan tersebut?

3. Daya tanggap : Apakah karyawan perusahaan tersebut senang membantu dan mampu menyediakan produk dengan cepat?

4. Jaminan : Apakah karyawan perusahaan tersebut memiliki cukup pengetahuan, sopan, kompeten, dan dapat dipercaya?

5. Empati : Apakah perusahaan tersebut memberikan perhatian yang besar dan khusus?

(49)

Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan untuk menambah keahlian dan menambahkan nilai pengalaman dari sumber daya manusia, sebagai bagian dari strategi bauran pemasaran. Langkah-langkah tersebut adalah pelatihan (training), kemapuan menjual individu (personal selling), pelayanan pelanggan (customer service) (situs marketingteacher.com).

Aspek bauran pemasaran yang lain adalah, bukti fisik (physically evidence). Physical evidence adalah salah satu bagian dalam melakukan komunikasi ke konsumen. Beberapa contoh dari physical evidence, adalah sebagai berikut :

1. Desain kemasan, dan kemasannya. 2. Internet atau halaman Web (web pages). 3. Paperwork (seperti tiket).

4. Brosur.

5. Seragam karyawan. 6. Business card.

7. Bentuk bangunan dari perusahaan tersebut.

8. Mailboxes dan yang lainnya. (situs marketingteacher.com).

F. Model Persamaan Struktural (SEM)

Model persaman struktural terdiri atas persamaan pengukuran dan persamaan struktural. Hubungan antar variabel indikator dengan variabel latennya merupakan persamaan pengukuruan sedangkan hubungan antara variabel laten dikenal sebagai persamaan struktural.

Model persamaan struktural melibatkan sejumlah simbol-simbol matematis (greek), terutama model persamaan struktural ala Prof. Karl G. Joreskog dn Prof. Dag Sorbom menggunakan simbol-simbol matematis yang cukup banyak. Hal ini dilihat simbol-simbol tersebut mewarnai paket program LISREL 8.54.

(50)

Notasi-notasi pada persamaan didefinisikan sebagai berikut :

Y = adalah vektor variabel endogen yang dapat diamati berukuran p x 1 X = adalah vektor variabel eksogen yang dapat diamati berukuran q x 1 z = adalah vektor random dari variabel laten endogen berukuran m x 1 E = adalah vektor random dari variabel laten eksogen berukuran n x 1 e = adalah vektor kekeliruan pengukuran dalam Y berukuran p x 1 f = adalah vektor kekeliruan pengukuran dalam X berukuran q x 1

ΛY = adalah matriks koefisien regresi Y atas z berukuran p x m

ΛX = adalah matriks koefisien regresi X atas E berukuran q x m T = adalah matriks koefisien variabel E dalam persamaan struktural

berukuran m x n

B = adalah matriks koefisien variabel z dalam persamaan struktural berukuran m x m

k = vektor kekeliruan persamaan dalam hubungan struktural antara z dan E berukuran m x 1

(Bechrudin dan Tobing, 2000).

Menurut Bechrudin dan Tobing (2000) model persamaan struktural juga memerlukan diagram jalur. Berikut ini beberapa perjanjian dan notasi yang digunakan dalam diagram jalur :

1. Variabel-variabel X dan Y yang dapat diamati atau variabel indikator dinyatakan di dalam kotak.

2. Variabel-variabel laten E dan z dinyatakan di dalam lingkaran atau elips.

3. Variabel-variabel kekeliruan e , f , dan k muncul dalam diagram kausal, tetapi diluar kotak atau lingkaran.

4. Tanda panah satu arah antara dua variabel dalam diagram kausal menunjukkan hubungan kausal langsung antara satu variabel terhadap variabel lain. Tanda panah double headed menunjukkan hubungan korelatif. Panah satu arah digambar dengan garis lurus, dan panah dua arah digambarkan dengan garis lengkung atau garis lurus.

(51)

- Tidak ada tanda panah satu arah terhadap variabel E .

- Semua tanda panah satu arah terhadap variabel z berasal dari variabel E dan z.

6. Tidak ada tanda panah antara dua variabel memiliki arti bahwa dua variabel tersebut diasumsikan tidak ada hubungan langsung.

7. Koefisien secara eksplisit tidak tercantum pada tanda panah diasumsikan koefisiennya bernilai satu.

Menurut Bechrudin dan Tobing (2000), urutan teknik dan aplikasi SEM dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Membentuk Path Diagram (Diagram Jalur).

Diagram Jalur adalah sebuah gambar yang menampilkan hubungan (relationship) yang lengkap dari sekelompok konstruk (construct). Garis lurus dengan panah menunjukkan bahwa variabel sumber panah adalah variabel independen dan variabel yang dikenai panah adalah variabel dependen.

2. Menerjemahkan Diagram Jalur (Path Diagram) ke dalam persamaan.

Terdapat dua kelompok persamaan matematis yang harus dibuat dalam SEM, yaitu structural model (model struktural) dan measurement model (model pengukuran). Dengan demikian, secara umum teknik di dalam pembentukan model SEM terbagi menjadi dua yaitu :

a. Mengestimasi beberapa persamaan yang saling berhubungan secara simultan (structural model).

Structural model adalah bagian dari SEM yang menampilkan hubungan antara variabel-variabel konstruk (construct). Ada dua jenis sifat dalam structural model yaitu:

-Variabel eksogen : adalah variabel konstruk (construct) yang menjadi variabel independen, yaitu variabel yang tidak diprediksi oleh variabel konstruk yang lain.

(52)

b. Merepresentasikan variabel konstruk berdasarkan variabel observasi (measurement model).

Secara definisi model pengukuran (measurement model) adalah bagian dari SEM yang menspesifikasikan indikator (variabel observed) untuk setiap variabel konstruk, serta menghitung nilai reliabilitas untuk konstruk tersebut. Maka indikator pada model penelitian riset ekuitas merek ini adalah top of mind brand (puncak pikiran merek), top of mind advertising (puncak pikiran iklan), associations (asosiasi), perceived quality (persepsi kualitas), leadership (kepemimpinan), switching cost (biaya perpindahan merek), premium price (harga optimum), measuring satisfaction (pengukuran kepuasan), measuring liking the brand (pengukuran kesukaan terhadap merek), dan measuring commitment (pengukuran komitmen).

G. Tata Cara Kerja Penelitian

Menurut Singarimbun et.al (1995), penelitian merupakan suatu proses yang panjang. Ia berawal pada minat untuk mengetahui fenomena tertentu dan selanjutnya berkembang menjadi gagasan, teori, konseptualisasi, pemilihan metode penelitian yang sesuai, dan seterusnya. Hasil akhirnya, melahirkan gagasan dan teori baru pula sehingga merupakan suatu proses yang tiada hentinya, dapat dilihat pada Lampiran 3.

Jadi hal yang sangat penting bagi peneliti adalah minat untuk mengetahui masalah sosial atau fenomena sosial tertentu. Langkah-langkah yang lazim ditempuh dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survai. 2. Menentukan konsep dan menggali kepustakaan.

3. Pengambilan sampel. 4. Pembuatan kuesioner.

5. Pekerjaan lapangan, memilih dan melatih pewawancara. 6. Pengolahan data.

(53)

III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Penelitian mengenai analisis ekuitas merek produk sosis ini menggunakan dua merek produk sosis yang cukup dikenal dan diketahui oleh masyarakat, yakni merek sosis Kimbo, sedanggkan merek sosis Farmhouse sebagai pembanding. Kedua merek ini diproduksi oleh perusahaan makanan olahan yang cukup terkenal. Sosis merek Kimbo diproduksi oleh PT. Madusari Nusaperdana, sementara itu sosis merek Farmhouse diproduksi oleh PT. San Miguel Pure Food Indonesia.

A. PT. Madusari Nusaperdana.

PT. Madusari Nusaperdana didirikan pada tanggal 5 Mei 1994, dengan ijin industri dan perdagangan No.20/Kanwil.10.18.10/IKAH/b/IZ.00.03/II/2001, SIUP No.410-466/10-08/SIUP/X/1998. PT. Madusari Nusaperdana berlokasi di daerah Jababeka Industrial Estate, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, yang tepatnya terletak di Jl. Jababeka VII blok J No. 5N-5O, Cikarang Industrial Estate-Bekasi 17530. Pada bulan April 1995, PT Madusari Nusaperdana memperluas usahanya dengan memproduksi produk daging olahan berupa sosis sapi dan Beef Frank merek “Kimbo”, dengan rata-rata produksi sekitar 10 kg/hari. Jumlah produksi rata-rata produk daging olahan PT. Madusari Nusaperdana adalah sekitar 3,5 – 4,0 ton/hari. Pada bulan Desember 2001, PT. Madusari Nusaperdana memperoleh sertifikat HACCP dari badan standarisasi SGS, dan Assessment ISO dilakukan oleh SGS pada tanggal 25-26 Maret 2002. Pada bulan April 2002, PT. Madusari Nusaperdana memperoleh sertifikat ISO 9001:2000.

(54)

B. PT. San Miguel Pure Food Indonesia

San Miguel Pure Food Inc., adalah perusahaan makanan olahan terbesar yang ada di Filipina, dengan jumlah seluruh karyawannya yang mencapai 3000 orang, yang tersebar di berbagai jaringan seperti perkantoran, pertanian, pabrik, bagian pengolahan, dan pada bagian pendistribusian. San Miguel Pure Food Inc. mulai memproduksi makanan olahan pada tahun 1956, ketika itu para eksekutif perusahaannya membangun fasilitas pabrik makanan olahan yang lengkap di daerah Mandaluyong, untuk memproduksi makanan olahan termasuk sosis (dalam situs sanmiguelpurefood.com) .

San Miguel Pure Foods Indonesia sebagai produsen produk makanan Farmhouse & Vida, akan memperluas pemasaran ke manca negara untuk meningkatkan penjualan 10% dari rata-rata kinerja pertahunnya yang mencapai Rp1 triliun. Marketing and Business Development Division Manager, Richard Panjaitan mengatakan rencana ekspor tinggal tahapan implementasi, ke Vietnam, Malaysia, Thailand, Australia, serta negara Eropa.

“Potensi pasar luar negeri sangat besar dan kami yakin bisa diterima karena produk San Miguel telah mendapatkan sertifikasi Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP),” ujarnya kemarin. Apalagi, lanjutnya, merek San Miguel telah menguasai pasar di Philipina dan Asia Pasifik sejak puluhan tahun.

(55)

IV. METODOLOGI

A. Metode Penelitian

Menurut Singarimbun et. al. (1995), langkah-langkah yang lazim ditempuh dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah penelitian dan menetukan tujuan survai. 2. Menentukan konsep dan hipotesa serta menggali kepustakaan. 3. Pengambilan sampel.

4. Pembuatan kuesioner.

5. Pekerjaan lapangan, termasuk memilih dan melatih pewawancara. 6. Pengolahan data.

7. Analisa dan pelaporan.

Metode penelitian yang digunakan adalah : 1. Metode penarikan contoh

Riset ini dilakukan dengan menggunakan kaidah kuantitatif dengan melakukan wawancara tatap muka dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (kuesioner). Pengambilan sampel dilakukan pada wilayah pemukiman penduduk yang merupakan konsumen rumah tangga.

Menurut Maholtra dalam Simamora (2004), proses sampling mengikuti tahap-tahap berikut ini :

a. Tentukan target populasi. b. Tentukan kerangka sampling. c. Pilih teknik sampling yang sesuai. d. Tentukan jumlah sampel.

e. Lakukan proses sampling.

1.1. Menentukan target populasi.

(56)

Elemen : Para decision maker dalam keluarga, hal ini dikarenakan seorang decision maker dalam rumah tangga adalah orang yang menentukan pembelian suatu produk, terutama produk rumah tangga. Berusia antara 25-40 tahun, karena diasumsikan pada usia tersebut seorang responden dapat menilai sesuatu dengan tepat dan rasional.

Responden tersebut harus memiliki anak, karena diasumsikan umumnya produk sosis dalam rumah tangga dikonsumsi oleh anak-anak, atau keluarga yang telah memiliki anak-anak, dengan usia minimal 5 tahun.

Tingkatan : Responden yang dituju harus masuk ke dalam kelas ekonomi menengah ke atas. Hal ini dikarenakan, merek Kimbo merupakan merek produk premium, begitu juga dengan merek pesaingnya yakni Farmhouse.

Scoop : Wilayah Cibubur. Waktu : Tahun 2006.

1.2. Menentukan kerangka sampling.

[image:56.612.67.534.414.664.2]

Gambar 9. Kerangka Sampling Wilayah Penelitian. CIBUBUR

Puri Sriwedari Cibubur

Raffles Hills Kota Wisata

Kota Legenda

Taman Laguna

Responden di rumah tangga Quota Sampling

50 responden

20 responden

40 responden

40 responden

(57)

1.3. Menentukan teknik pengambilan sampel.

Pada kerangka sampling sebelumnya, teknik sampling yang digunakan adalah adalah non-probability sampling. Untuk penentuan lokasi lima kompleks perumahan di Cibubur digunakan teknik quota sampling, dimana peneliti memeriksa variabel-variabel segmentasi populasi, misalnya jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat penghasilan dan pengeluaran. Variabel ini disebut kategori pengendali ataupun kuota. Kemudian responden dipilih secara convenience atau judgement. Syaratnya, proporsi sampel harus sama dengan proporsi target populasi. Dalam pemilihan rumah-rumah responden yang diberikan kuisioner, dilakukan secara sembarang hingga memenuhi jumlah sampel responden yang diharapkan (200 orang).

1.4. Menentukan jumlah sampel.

Untuk menentukan jumlah sampel, digunakan rumus (Simamora, 2004) :

n = (Zα/2 . S / E)2

Keterangan : n = jumlah sampel.

Zα/2 = nilai Z,tingkat keyakinan 95 %. S = standar deviasi.

E = Error yang diharapkan.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang digunakan sebagai berikut : Zα/2 = 95 % (1,96)

E = 5 % S = 0,36

(58)

2. Metode uji validitas dan reliabilitas kuesioner

Uji validitas dan uji reliabilitas dilakukan dengan menyebarkan sejumlah kuesioner terlebih dahulu, untuk selanjutnya akan diuji lebih lanjut.

a. Uji Validitas

Menurut Simamora (2004), uji validitas akan dilakukan dengan metode analisis butir. Prosedurnya adalah, skor butir-butir pertanyaan (sebagai variabel X) dikorelasikan dengan skor total (sebagai variabel Y). Dari koefisien korelasi yang dihasilkan dapat ditentukan butir pertanyaan mana yang valid dan mana yang tidak valid dan harus diganti. Syarat sebuah butir pertanyaan dianggap valid adalah jika koefisien korelasinya dianggap signifikan.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas ini akan digunakan metode Spearman-Brown dan metode korelasi product moment.

Adapun menurut Simamora (2004), rumus dari metode Spearman-Brown ini adalah :

r11 = 2 x r1/21/1 / (1 + r1/21/1)

Keterangan : r11 = reliabilitas kuesioner.

r1/21/1 = rxy yang disebutkan sebagai koefisien korelasi antara dua belahan kuesioner.

Sedangkan menurut Simamora (2004), untuk rumus metode korelasi product moment, akan digunakan rumus :

rxy = N∑XY – (∑X)(∑Y) / ((N∑X2-∑X2)( (N∑Y2-∑Y2))0.5

(59)

3. Metode pengumpulan data

Untuk pengumpulan data primer, dilakukan dengan teknik komunikasi tidak langsung, yakni dengan melakukan penyebaran kuesioner (pertanyaan terstruktur) yang dilakukan dari rumah ke rumah (door to door), serta menggunakan teknik komunikasi langsung yaitu melalui wawancara langsung dengan pihak supermarket atau outlet yang menjual produk sosis Kimbo dan Farmhouse. Data-data yang akan dikumpulkan melalui wawancara dengan pihak outlet adalah mengenai data harga produk merek Kimbo dan Farmhouse, data total penjualan merek Kimbo dan Farmhouse, serta data mengenai variasi produk merek Kimbo dan Farmhouse yang dijual di outlet tersebut.

Untuk supermarket dan outlet yang dipilih, adalah yang terletak di kawasan Cibubur, karena diasumsikan bahwa konsumen-konsumen di Cibubur lebih sering berbelanja di lokasi tersebut. Adapun, untuk supermarket dan outlet yang akan dijadikan acuan adalah, Hypermart cabang Cibubur Junction, Superindo cabang Plasa Cibubur, Alfamart, Indomaret, dan Hero cabang Citra Grand.

Pengumpulan data primer juga dilakukan dengan melakukan wawancara dengan bagian marketing pihak perusahaan PT. Madusari Nusaperdana selaku produsen produk sosis merek Kimbo. Sementara itu, untuk pengumpulan data sekunder akan dilakukan dengan teknik studi dokumenter yakni melalui data pada penelitian-penelitian terdahulu, hasil riset lembaga marketing AC Nielsen Indonesia, dan hasil riset lembaga marketing Frontier Indonesia.

4. Metode pengo

Gambar

Gambar 3. Persentasi Bahan Baku Yang Digunakan Untuk Produksi Sosis
Gambar 4. Virtuous Cycle Sebuah Merek Yang Baik (Cheverton, 2004).
Gambar 5. 5 Tahap Proses Keputusan Pembelian Konsumen.
Gambar 6. Konsep Ekuitas Merek Menurut David A. Aaker.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada hakekatnya siswa adalah peserta didik yang mempunyai ciri-ciri khusus yang sangat berlainan dengan orang dewasa baik kemampuan dalam berfikir, bentuk fisik,

Kemudian dilakukan pengiriman request dengan menggunakan FQL (Facebook Query Language) ke Facebook APIs untuk mendapatkan data frekuensi tag yang pernah dilakukan antar mutual

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk melatihkan keterampilan interpretasi dan inferensi siswa

Ekspresi tersebut akan menjadi suatu produk hukum dan melekat menjadi suatu Hak Kekayaan Intelektual, Intellectual Property Rights (IPR) jika diproses melalui prosedur dan

Nilai kekuatan tekan dan kekerasan semakin meningkat seiring dengan penambahan jumlah nanopartikel ZnO yang ditambahkan pada sampel. Sampel A m erupakan sampel s emen gigi s eng

Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk yang di hasilkan. B iaya i ni m eliputi yang be rhubungan de ngan pe rancangan, pelaksanaan, dan

Di habitat karst ditemukan sebanyak 17 spesies dengan total kelimpahan 12.41 individu/ha, di area perkebunan kelapa sawit 12 spesies dengan total kelimpahan 4,29 individu/ha,

Hasil analisis beda 2 mean sampel independen menggunakan penelusuran Post Hoc Test Turkey di atas menunjukkan bahwa uji terhadap variabel ekspresi Caspase 8 antara kelompok